Anda di halaman 1dari 44

CHEMICAL & GREEN PROCESS ENGINEERING

Dosen Pengampu:
NADYA NISSAULYA, ST., M.Sc

PERTEMUAN 3- Perilaku Mekanik


(Ch. 6 Callister)
Main Text Book:
1. Callister W.D., Material Science and Engineering: An
Introduction, 7th edition.
2. Sperling L. H., Introduction to Physical Polymer Science,
4th edition.
(Please also read other text books for additional references)

1
SILABUS SEMESTER GENAP
pertemuan IV

No Capaian Pembelajaran Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan

3. • Memahami konsep tegangan Perilaku mekanik • Konsep tegangan dan


dan regangan regangan
• Memahami konsep deformasi • Deformasi elastik
elastik dan deformasi plastik • Deformasi plastik

4. • Memahami struktur kristal Struktur Kristal • Struktur kristal


• Memahami arah dan bidang • Arah dan bidang
kristalografi kristalografi
• Memahami bahan kristalin • Bahan kristalin dan
dan non-kristalin non-kristalin
Mechanical properties : sesuatu Mengetahui tingkat deformasi =
yang berhubungan dengan sifat transformasi sebuah benda dari
elastis ataupun plastis suatu kondisi semula ke kondisi terkini.
material terhadap pembebanan
yang diberikan. Merancang struktur/komponen
dengan bahan tertentu sehingga
tingkat deformasi/ kegagalan tidak
dapat terjadi.

Why study mechanical properties of


metals ?
Contoh: Agar dapat mempertimbangkan
Alluminium pada rangka pesawat sifat penting lainnya, seperti:
Baja pada jari-jari roda mobil • Sifat beban/gaya (tekan, tarik,
geser) terhadap durasi/ waktu
• Kondisi lingkungan
• Suhu
Perilaku Mekanik
= perilaku bahan yang menunjukkan hubungan
antara beban atau gaya yang dikenakan dengan
response atau deformasi bahan tersebut.

Perilaku mekanik : Gaya/beban

Kekuatan (strength)
Kekerasan (hardness)
Duktilitas (ductility)
Material
Kekakuan (stiffness)
Sifat mekanik
• Kekuatan (strength): ukuran besar gaya yang
diperlukan utk mematahkan atau merusak
suatu bahan
• Kekuatan luluh (yield strength): kekuatan
bahan terhadap deformasi awal
• Kekuatan tarik (Tensile strength): kekuatan
maksimun yang dapat menerima beban.
• Keuletan (ductility): berhubungan dengan
besar regangan sebelum perpatahan
Sifat Mekanik
• Kekerasan (hardness): ketahanan bahan terhadap
penetrasi pada permukaannya
• Ketangguhan (toughness): jumlah energi yang
mampu diserap bahan sampai terjadi perpatahan
• Mulur (creep)
• Kelelahan (fatique): ketahanan bahan terhadap
pembebanan dinamik
• Patahan (failure)
Konsep tegangan (stress) dan
regangan (strain)
F
F
• Pembebanan statik:
– Tarik
– Kompressi
– Geser
– Puntir
F F
F
Beban kompressi
Beban tarik

F
Beban geser
Uji tarik
Standar sampel untuk uji tarik

• Tegangan teknik,  = F/Ao (N/m2=Pa)


• Regangan teknik,  = (li-lo)/lo
• Tegangan geser,  = F/Ao
Deformasi elastis
Beban
dihilangkan

• Pada pembebanan
rendah dalam uji tarik, Teg.

hubungan antara
Modulus
tegangan dan elastis

regangan linier
Pembebanan
• 4 cara pembebanan :
(a)tarik, (b)tekan, Reg.

(c)geser, (d)puntir
Mesin uji tarik (Tensile Test)
Deformasi elastis
• Deformasi yang mempunyai hubungan
tegangan dan regangan linier (proporsional)
disebut sebagai deformasi elastis
• Hubungan diatas dikenal sebagai Hukum
Hooke
Hukum Hooke adalah hukum atau
ketentuan mengenai gaya dalam bidang
ilmu fisika yang terjadi karena sifat
elastisitas dari sebuah pir atau pegas. ... x
adalah jarak pergerakan pegas dari posisi
normalnya (dalam unit meter).
Yield point phenomenon • Deformasi plastik : pemutusan
ikatan antar atom tetangga dan
pembentukan ikatan dengan atom
tetangga baru, pada  > 0,005
• Padat kristalin : deformasi karena
slip (gerakan dislokasi)
• Padat amorf : deformasi dgn
mekanisme aliran viscous
• Titik P = proportional limit =
tegangan yang menyebabkan
Strain offset
deformasi plastik mulai terjadi
bahan mulai luluh (yielding)
Letak titik P susah ditentukan  = titik potong antara grs // kurva elastik
berjarak  = 0,002 dgn kurva  -   jarak grs // = strain offset
Kuat Luluh (Yield Strength)  tabel 6.2

Kuat luluh :
y = tegangan pada titik P
Necking starts
Bahan yang daerah
elastiknya tidak linier fracture
tidak ada strain offset
kuat luluh = tegangan pada
 = 0,005

Transisi elastik – plastik


jelas, ada upper & lower

yield points  yield point


phenomenon ; y = lower
yield point
• TS = tensile strength = kuat tarik
= tegangan tarik maksimum yang dapat ditanggung
bahan (titik M)
 tabel 6.2
jika tegangan sebesar kuat tarik tetap dikenakan  necking
(penyempitan)  fracture (patah ; titik F)
Contoh :
diagram  - untuk
kuningan dan
Alluminium alloy

0.002
• Uji tarik :
-  hubungan beban - perpanjangan
- engineering stress = σ =F/A [N/m²]
- engineering strain = ε = (ℓi - ℓo)/ ℓo = Δℓ / ℓo
• Uji tekan :
- = uji tarik, tapi F < 0   < 0 ; ε < 0
• Uji geser dan puntir :
- tegangan geser = τ = F/A
- regangan geser = γ = tan θ
- gaya puntir  gerak rotasi sekeliling sumbu panjang
pada satu ujung dan ujung lain tetap
Stress-Strain Behavior
Hukum Hooke : σ = E . ε
E = modulus elastisitas = modulus Young (tabel 6.1)
= kekekaran (stiffness)

    deformasi elastik (jika beban dilepas  kembali ke bentuk asal)

Regangan elastik : regangan ikatan antar atom  E  kekuatan ikatan antar


atom (fig. 6.6)
E = f (T)  fig. 6.7

Tegangan geser : τ = G. γ ; G = modulus geser (tabel 6.1)


 = teg.geser
 = reg.geser
Anelasticity = time-dependent elastic behavior
: logam  diabaikan ; polymer  viscoelastic behavior
Sifat elastis material
• Ketika uji tarik dilakukan pada
suatu logam, perpanjangan pada
arah beban, yg dinyatakan dlm
regangan z mengakibatkan
terjadinya regangan kompressi
pada x sb-x dan y pada sb-y
• Bila beban pada arah sb-z
uniaxial, maka x = y . Ratio
regangan lateral & axial dikenal
sebagai ratio Poisson
 = x/y

• Harga selalu positip, karena tanda x dan y


berlawanan.
• Hubungan modulus Young dengan modulus
geser dinyatalan dengan
E = 2 G (1 + )
• Biasanya <0,5 dan utk logam umumnya
G = 0,4 E
Elastic Properties
Tegangan tarik dalam arah sumbu z 
- perpanjangan dalam arah sumbu z : z
- penyempitan dalam arah sumbu x dan y : x = y (< 0)
x y
Poisson’s ratio :  =  
z z
Bahan isotropik :  = 0,25-0,50
Logam & paduan :  = 0,25-0,35

Hubungan moduli geser,elastik dan nisbah Poisson :


E = 2G ( 1+ ) ; logam : G  0,4E

Bahan anisotropik : E = f ( arah kristalografi )


Bahan konstruksi umumnya polikristalin  isotropik
Contoh soal no 1
Sebuah batang kuningan berbentuk silinder berdiameter 10
mm. Hitung beban tarik sepanjang sumbu z untuk
menghasilkan perubahan diameter 2,5.10-3 mm jika
deformasinya elastik.
Beban tarik F  spesimen bertambah panjang l ke arah sb
z dan mengalami penyusutan diameter d = 2,5.10-3 mm
pada sb x
x = d/do = - 2,5.10-3 / 10 = - 2,5.10-4
Regangan pada sb z : z = - x/ = - (- 2,5.10-4)/0,34 =
7,35.10-4
Perhitungan tegangan dgn pers 6.4 & E pada tabel 6.1 :
 = E. z = 97.103 Mpa x 7,35.10-4 = 71,3 Mpa
Beban tarik : F = .Ao = .(do/2)2.
= 71,3.106 N/m2 (10-2/2 m)2  = 5600 N
Contoh soal no 2 (diagram  -  untuk kuningan)
a) Modulus elastisitas : ?
E = / = (2 - 1)/(2 - 1) = (150 – 0)/(0,0016 – 0)
= 93,75 GPa
b) Kuat luluh dengan strain offset 0,002 : ?
dari  = 0,002 ditarik grs // kurva elastik hingga memotong kurva
 -   titik potong pada  = 250 MPa = y kuningan
c) Beban maksimum yg dpt ditahan oleh spesimen berdiameter
awal 12,5 mm : ?
TS = tegangan maksimum = 450 MPa
beban maksimum : F = .Ao = 450.106(12,8.10-3/2)2.
= 57.900 N
d) Perubahan panjang l jika  = 345 MPa ?
 = 345 MPa   = 0,06
lo = 250 mm  l = .lo = 0,06 x 250 = 15 mm
Keuletan (ductility)  tabel 6.2
= Ukuran derajat deformasi plastik yang dapat ditanggung bahan
hingga saat patah
dinyatakan sebagai :
% elongation : % EL = ((ℓf - ℓo )/ ℓo) x 100% , atau
% area reduction : % AR = ((Ao – Af)/Ao) x 100%

Bahan yang sedikit / tidak


mengalami deformasi plastik
sebelum patah = bahan rapuh
(brittle ; εf  5%)
Pengaruh temperatur :
T   TS dan y 
 keuletan 
Resilience
= kapasitas bahan untuk menyerap energi saat mengalami
deformasi elastik y
Modulus of resilience = Ur   .d
0

= energi regangan per satuan volum untuk memberi tegangan


pada bahan hingga mulai luluh
= luas daerah di bawah kurva σ - ε hingga kuat luluh
• Daerah elastik kurva σ - ε linier 
Ur = ½ σy εy = ½ σy (σy/E) = σy² / 2E
satuan : J/m3 = Pa
• bahan resilient = bahan dengan σy >> dan E <<  bahan
konstruksi pegas
Ketangguhan (Toughness)
= Ukuran kemampuan bahan untuk menyerap energi hingga
patah (tergantung geometri spesimen & cara penerapan
beban)
• Pembebanan dinamik (high strain rate), mis : impact test
 notch toughness
• Fracture toughness : ketahanan bahan yang sudah retak
hingga patah
• Pembebanan statik (low strain rate), uji tarik  ketangguhan
= luas daerah di bawah kurva σ - ε hingga patah
• Satuan ketangguhan : energi per satuan volum bahan
• bahan tangguh = bahan kuat & duktil (luas AB’C’ > ABC)
True Stress & Strain
Setelah lewat titik M, σ  tetapi bahan menjadi lebih kuat,
karena luas penampang di daerah necking   tidak
terdeteksi dengan σ dan ε
True stress = σT = F/Ai ; Ai = luas penampang sesaat
True strain = εT = ln (ℓi - ℓo) ; li = panjang sesaat
tidak ada perubahan volum  Ai ℓi = Ao ℓo  σT = σ (1+ε)
εT = ln (1+ε)
stress di daerah neck tidak hanya
axial  correct (axial) stress < beban
/ luas penampang terukur  kurva
corrected
antara awal deformasi plastik hingga
awal necking : σT = K. εTn
K,n = konstanta = f (jenis & kondisi
bahan)  tabel 6.3
n = strain hardening exponent < 1
Contoh soal no 2 – lanjutan
e) Duktilitas jika f = 380 MPa & z,f = 0,37 : ?
pers 6.7 : x = - . z = - 0,34 x 0,37 = - 0,1258
x = d/do  d = - 0,1258 x 12,8 = 1,6 mm 
df = 14,4 mm
 A  Af 
%AR   0  x 100 

12,8
2
  2   x 100  26,56
2
  14,4
2

 A0  12,8 2   2

f) True stress pada saat patah ?


beban saat patah : F = f Ao = 380.106 x 128,7.10-6 =
48,9 kN
true stress : T = F/Af = 48900/162,9.10-6 = 300,2 MPa
Kekerasan (Hardness)
= Ukuran ketahanan bahan terhadap deformasi plastik lokal
Uji kekerasan lebih sering dilakukan d/p uji mekanik lain :
1. Sederhana dan tidak mahal
2. Relatif tidak merusak (non destructive)
3. Dapat digunakan untuk memperkirakan TS
kualitatif : skala Mohs
Indeks kekerasan
kuantitatif : Indentasi permukaan dgn
indenter + beban + laju ttt
Hasil pengukuran kekerasan  relatif , tergantung teknik
pengukuran !!!
Uji Kekerasan Rockwell
• sederhana, mudah dilakukan
• untuk semua jenis logam dan paduan
• angka kekerasan = f (selisih kedalaman penetrasi indenter
dengan beban minor dan major)
• Berdasarkan besar beban : uji Rockwell dan superficial
Rockwell  tabel 6.5a & b
• Dinyatakan dengan angka dan simbol skala, contoh : 80HRB =
kekerasan Rockwell 80 pada skala B
60HR30W = kekerasan superficial 60 pada skala 30W
harga kekerasan > 100 dan < 20  tidak teliti
• Tebal spesimen > 10 x kedalaman indentasi
Jarak antara pusat indentasi ke tepi spesimen, atau ke pusat
indentasi yang lain > 3 x diameter indentasi
Spesimen tidak boleh ditumpuk
Permukaan spesimen harus datar
Uji Kekerasan Brinell
• Indenter = bola baja atau bola tungsten karbida, ø = 10 mm
• Beban : 500 - 3000 kg ; waktu : 10 & 30 detik
P = beban (kg)
2P
HB  D = diameter indenter (mm)
D(D  D 2  d2 ) d = diameter indentasi (mm)

Uji Kekerasan mikro Knoop dan Vickers (diamond


pyramid)

• HV = 1,854 P/d12 P = 1- 1000 g d1 = diagonal


indentasi
• HK = 14,2 P/ ℓ2 ℓ = diagonal panjang indentasi

lihat tabel 6.4 !!!


Konversi Kekerasan
Hubungan Kekerasan dengan Kuat Tarik
• Baja : TS (Mpa) = 3,45 x HB
TS (psi) = 500 x HB
• Koefisien : kuningan < baja < besi cor nodular

Design / Safety Factors

 σd = N’ σc σd = design stress
N’ = design factor
σc = calculated stress level, based on
max load

 σw = σy / N σw = working stress = safe stress


N = safety factor : 1,3 – 4,0
σy = yield strength
The Materials Selection Process
1. Pick Application Determine required Properties
Properties: mechanical, electrical, thermal,
magnetic, optical, deteriorative.

2. Properties Identify candidate Material(s)


Material: structure, composition.

3. Material Identify required Processing


Processing: changes structure and overall shape
ex: casting, sintering, vapor deposition, doping
forming, joining, annealing.
Material Selection
Material Selection
Different materials exhibit different crystal structures and resultant
Properties

a) Aluminium

(a) force (b)

a) Magnesium
Material Selection
Different materials exhibit different microstructures and resultant Properties

Superplastic deformation involves low-


stress sliding along grain boundaries,
a complex process of which material
scientists have limited knowledge and that
is a subject of current investigations.

Extrinsic grain boundary dislocations in Al

Sliding of defect free 11{131}grin boundary


Composition, Bonding, Crystal Structure
and Microstructure DEFINE Materials Properties

Composition

Bonding Crystal Structure

Thermomechanical
Processing

Microstructure
Future of materials science

Design of materials having specific desired characteristics


directly from our knowledge of atomic structure.

• Miniaturization: “Nanostructured" materials, with microstructure


that has length scales between 1 and 100 nanometers with
unusual properties. Electronic components, materials for
quantum computing.

• Smart materials: airplane wings that deice themselves,


buildings that stabilize themselves in earthquakes…
SUMMARY

Course Goals:
• Use the right material for the job.

• Understand the relation between properties,


structure, and processing.

• Recognize new design opportunities offered by


materials selection.

Anda mungkin juga menyukai