Anda di halaman 1dari 44

PENGUJIAN

MATERIAL
TUJUAN PENGUJIAN

• Memberikan data/informasi rutin untuk kualitas suatu


produk
– (controlling the quality of materials)  Pengujian komersial)
• Mengembangkan informasi yang lebih baru atau lebih baik
dari material-material yang telah diketahui karakteristiknya,
ataupun mengembangkan material-material baru
(Development of new materials and devices)  Penelitian
material
• Memperoleh pengukuran akurat dari sifat-sifat fundamental
atau kontanta fisik  pengukuran saintifik (Scientific
measurement)
PENJELASAN TUJUAN PENGUJIAN
• Pengujian komersial :
– Pemeriksaan tingkat penerimaan (acceptability) material
berdasarkan spesifikasi pengadaan (purchase)
– Kontrol/pengendalian proses produksi atau manufaktur

• Penelitian material:
– Memperoleh pemahaman baru dari suatu material yang
telah diketahui
– menemukan sifat-sifat material baru
– mengembangkan standar-standar yang bermakna dari
kualitas produk ataupun prosedur-prosedur pengujian.
PENJELASAN TUJUAN PENGUJIAN
• Pengujian scientific:
– Segala jenis pengujian yang bertujuan sebagai
akumulasi informasi yang teratur dan reliable
mengenai sifat-sifat dasar dan berguna bagi material
yang pada akhirnya didedikasikan bagi kepentingan
analisis yang akurat tentang perilaku material dan
bagi kepentingan desain yang efisien.

– Membutuhkan tingkat kehati-hatian, kesabaran dan


kepresisian yang tinggi
•Percobaan (Experiment)
Kesamaan
Arti/Maksud ?
Pengujian (Test)

Percobaan:
• hasil masih bersifat tidak pasti,
• penelaahan lebih dalam akan dicoba untuk ditemukan.

Pengujian
• mengindikasikan adanya prosedur yang telah disusun
• batasan hasil yang ingin dicapai telah didefinisikan
Pengujian vs Percobaan

Umumnya percobaan, terutama dengan skala yang


besar, mengikutsertakan banyak pengujian-pengujian
secara rutin.
Laboratorium-laboratorium uji umumnya berfungsi
sebagai institusi penelitian eksperimental maupun
badan penguji.
Walaupun tujuan, cara pandang dan metode
pelaksanaan uji mungkin berbeda antara keduanya,
banyak prosedur-prosedur detail yang betul-betul sama
dipakai.
II. KLASIFIKASI PENGUJIAN:

A. Berdasarkan tempat pengujian:

1. Pengujian di lapangan (in situ/field test)


Kondisi kerja yang sulit dan berbahaya, batasan waktu
dan kondisi cuaca yang sangat bervariasi
 hasil yang kurang presisi

2. Pengujian di laboratorium (laboratory test)


Peralatan yang lebih lengkap tetapi belum tentu mem-
berikan data yang lebih akurat atau presisi.
II. KLASIFIKASI PENGUJIAN:

B. Berdasarkan metode umum dan interpretasi data:


1. Pengujian skala penuh (full-size/scale) pada struktur,
bagian struktur atau komponen
2. Pengujian model dari struktur, bagian struktur/komponen
3. Pengujian pada benda uji yang diambil dari produk jadi
4. Pengujian pada benda uji yang diambil dari material
awal/hasil proses hulu.

C. Berdasarkan mampu guna material/parts setelah diuji:


1. Pengujian Merusak (Destructive/mechanical testing)
2. Pengujian Tak Merusak (Non-Destructive testing)
III. INSPEKSI/PEMERIKSAAN MATERIAL

Inspeksi dan Pengujian  apakah sama maksudnya?

Pengujian  kinerja fisik dari pekerjaan operasional untuk


menentukan hasil pengukuran kuantitatif sifat-sifat
material.

Inspeksi  pengamatan proses dan produk manufaktur


atau konstruksi dalam rangka memastikan tercapainya
kualitas yang diinginkan.
III. INSPEKSI/PEMERIKSAAN MATERIAL

 Dalam banyak contoh pemeriksaan bersifat


sepenuhnya kualitatif dan melibatkan semata-mata
pengamatan visual terhadap tingkat kebenaran
operasi, dimensi, penilaian cacat-cacat permukaan
ataupun indikasi kondisi-kondisi yang tidak
diinginkan seperti tingkat kelembaban udara atau
temperatur yang terlampau tinggi.

 Di sisi lain inspeksi terkadang turut


mengikutsertakan pengujian-pengujian yang rumit
untuk menentukan apakah suatu kebutuhan
spesifikasi telah dipenuhi secara memuaskan.
Inspeksi bertujuan untuk mengontrol kualitas
melalui penerapan sejumlah kriteria dan
melibatkan penolakan sejumlah material
dengan kualitas di bawah standar.

Pengujian bertujuan untuk menentukan


kualitas material itu sendiri, mendapatkan
fakta tanpa memandang implikasi hasil.
PENGUJIAN MATERIAL
• Material akan mengalami kondisi beban yang tetap atau
berubah sepanjang waktu.
• Banyak material ketika digunakan terkena gaya atau
beban, contohnya aluminum alloy pada sayap pesawat
dan baja pada as roda mobil.
• Dalam proses desain material, perlu dilakukan sebuah
tes untuk mengetahui karakteristik dari sebuah material.
• Tiga prinsip utama yang digunakan untuk memberikan
beban yaitu tension (tarik), compression (tekan) dan
shear (geser).
• Material dalam pengunanya
dikenakan gaya atau beban. Gaya/beban
• Karena itu perlu diketahui
karakteristik material agar
deformasi yang terjadi tidak
berlebihan dan tidak terjadi
kerusakan atau patah. Material
• Karakteristik material
tergantung pada:
– Komposisi kimia
– Struktur mikro
– Sifat material: sifat mekanik,
sifat fisik dan sifat kimia
Sifat Mekanik (1)
• Kekuatan (strength): ukuran besar gaya yang
diperlukan untuk mematahkan atau merusak suatu
bahan
• Kekuatan luluh (yield strength): kekuatan bahan
terhadap deformasi awal
• Kekuatan tarik (Tensile strength): kekuatan maksimun
yang dapat menerima beban.
• Keuletan (ductility): berhubungan dengan besar
regangan sebelum perpatahan
Sifat Mekanik (2)
• Kekerasan (hardness): ketahanan bahan terhadap
penetrasi pada permukaannya
• Ketangguhan (toughness): jumlah energi yang
mampu diserap bahan sampai terjadi perpatahan
• Mulur (creep): perpanjangan permanen pada bahan
ketika suatu bahan diberikan tegangan
• Kelelahan (fatique): ketahanan bahan terhadap
pembebanan dinamik
Konsep tegangan (stress) dan regangan
(strain)
F • Pembebanan statik:
F
– Tarik
– Kompressi
– Geser

F
F
F
Beban kompressi
Beban tarik

F
Beban geser
UJI TARIK
• Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling
mendasar. Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal
dan sudah mengalami standarisasi di seluruh dunia,
misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan
JIS 2241.
• Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui
bagaimana bahan tersebut bereaksi terhadap tenaga
tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu
bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini
harus memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan
kekakuan yang tinggi (highly stiff).
Uji tarik
Standar sampel untuk uji tarik
2¼’

0,505’ ¾’

2’
R 3/8’

• Tegangan teknik,  = F/Ao (N/m2=Pa)


• Regangan teknik,  = (li-lo)/lo
• Tegangan geser,  = F/Ao
Deformasi elastis
Beban
dihilangkan

• Pada pembebanan
Teg.
rendah dalam uji tarik,
hubungan antara
Modulus
tegangan dan elastis

regangan linier
Pembebanan

Reg.
Mesin uji tarik (Tensile Test)
Paduan Modulus elastis Modulus geser Ratio
logam (104 MPa) (104 MPa) Poisson
Al 6,9 2,6 0,33
Cu-Zn 10,1 3,7 0,35
Cu 11,0 4,6 0,35
Mg 4,5 1,7 0,29
Ni 20,7 7,6 0,31
Baja 20,7 8,3 0,27
Ti 10,7 4,5 0,36
W 40,7 16,0 0,28
• Hubungan tegangan geser dan regangan geser
dinyatakan dengan
= G
• Dengan
 = tegangan geser
 = regangan geser
G = modulus geser
Sifat elastis material Z

• Ketika uji tarik dilakukan pada


suatu logam, perpanjangan pada
arah beban, yang dinyatakan
dalam regangan z mengakibatkan
terjadinya regangan kompressi x
z
pada sumbu-x dan y pada sumbu-
y y
• Bila beban pada arah sumbu-z
x
uniaxial, maka x = y . Ratio Z
regangan lateral dan axial dikenal
sebagai ratio Poisson
 = x/y
• Harga v selalu positip, karena tanda x dan y
berlawanan.
• Hubungan modulus Young dengan modulus
geser dinyatalan dengan
E = 2 G (1 + )
• Biasanya  < 0,5 dan untuk logam umumnya:
G = 0,4 E
Deformasi plastis ys

Teg.
• Untuk material logam,
umumnya deformasi
elastis terjadi < 0,005 Reg.
0,002
regangan
Titik
• Regangan > 0,005
luluh atas
terjadi deformasi
ys
plastis (deformasi
Titik
permanen) Teg.
Luluh bawah

Reg.
Perilaku uji tarik
• Titik luluh: transisi elastis dan plastis.
• Kekuatan: kekuatan tarik merupakan kekuatan
maksimum.
• Dari kekuatan maksimum hingga titik terjadinya
patah, diameter sampel uji tarik mengecil (necking).
Keuletan (ductility)
• Keuletan: derajat deformasi plastis hingga
terjadinya patah
• Keuletan dinyatakan dengan
– Presentase elongasi,
%El. = (lf-lo)/lo x 100%
– Presentase reduksi area,
%AR = (Ao-Af)/Ao x 100%
Ketangguhan (Toughness)
• Perbedaan antara kurva
tegangan dan regangan
hasil uji tarik untuk
material yang getas dan
ulet
• ABC : ketangguhan
material getas
• AB’C’ : ketangguhan
material ulet
Logam Kekuatan Kekuatan Keuletan
luluh (MPa) tarik (MPa) %El.
Au - 130 45
Al 28 69 45
Cu 69 200 45
Fe 130 262 45
Ni 138 480 40
Ti 240 330 30
Mo 565 655 35
Uji Kekerasan (Hardness Test)
Pengujian Kekerasan Brinell
Pengujian kekerasan Brinell dilakukan dengan menekan
Indentor (Hardened steel ball dengan diameter D) dengan
beban P (Kg) terhadap suatu spesimen.
Diameter indeniasi (d) diukur setelah beban dilepas.
Kekerasan Brinell (BHN) adalah beban (P) dibagi dengan
luas permukaan indentasi yaitu :

P = Beban [kg]
D = Diameter bola [mm]
d = Diameter rata-rata indentasi [mm]
Proses Pengujian Brinell
Pengujian kekerasan harus memenuhi persyaratan
yaitu :
a) Permukaan spesimen harus halus, rata dan tegak
lurus terhadap arah pembebanan.
b) Brinell standart menggunakan :
beban (P) = 3000 kg,
Diameter bola = 10 mm, dan
Waktu penekanan = 10-15 detik.
Pengujian Kekerasan Rockwell
• Pada pengujian Rockwell beban dan indentor yang digunakan
lebih kecil dibandingkan dengan pengujian Brinell.
• Angka kekerasan langsung ditunjukkan pada mesin sehingga
waktu pengujian relatif lebih singkat dan sangat sesuai
digunakan di lapangan.
• Prosedur pengujian dilakukan dengan menekan indentor pada
benda kerja dengan beban awal (minor load) 10 kg, yang
menyebabkan kedalaman indentasi h, Jarum penunjuk diset
pada angka nol skala hitam, selanjutnya diberikan beban
mayor 140 Kg selama 10 - 15 detik.
• Beban mayor dilepas dengan cara mengembalikan posisi
pembebanan ke posisi beban awal yang menyebabkan
kedalaman indentasi h1 , sehingga angka kekerasan dapat
langsung dibaca pada skala penunjuk.
Proses Pengujian Rockwell
Pengujian Kekerasan Vickers
Pengujian kekerasan Vickers menggunakan indentor intan yang
berbentuk piramid dengan alas bujur sangkar dan sudut
puncak antara dua sisi yang berhadapan besarnya 136°
Angka kekerasan Vickers adalah beban dibagi luas
indentasi sebagai berikut :

Hv = Angka kekerasan Vicker's


P = Beban [Kg]
A = Luas indentasi [mmv]
d = Diagonal rata-rata [mm]= [d1+ d2)/2
• Hasil pengujian Kekerasan Vickers tidak
tergantung pada besarnya gaya tekan.
• Gaya tekan yang digunakan antara 1 - 120 Kg,
tergantung pada kekerasan/ketebalan bahan yang
diuji agar diperoleh tapak tekan yang rnudah
diukur pada benda yang tipis.
• Permukaan benda uji harus halus dan rata (perlu
digerinda atau dipoles).
Micro-Hardness Test
• Pengukuran kekerasan bagian yang sangat kecil (Fasa
dalam stuktur mikro) dan suatu lapisan yang sangat
tipis dapat dilakukan dengan Micro Hardness Test.
• Ada 2 Jenis Micro hardness test yaitu Knoop micro
hardness dan Vickers micro hardness.
• Knoop mikro hardness menggunakan indentor
Piramid intan dengan alas berbentuk belah ketupat
dengan perbadingan diagonal 7: 1.
Skema dan indentor pengujian Knoop
Micro Hardness
• Pengujian dengan Mikro hardness menuntut
persiapan spesimen yang sama dengan persiapan
spesimen untuk pengamatan mikrostruktur dan
pengamatannya dilakukan dengan bantuan
mikroskop.
• Vickers micro hardness menggunakan indentor
piramid intan seperti pengujian kekerasan Vickers,
hanya disini beban yang digunakan
1 - 1000 gr, Hasil pengujiannya berupa angka
kekerasan Vickers (HV).
Uji Mulur (Creep Test)
Patahan (Failure)
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai