Anda di halaman 1dari 79

SIFAT &PENGUJIAN

MATERIAL
Murjito, ST.MT
Teknik Mesin
Universtas Muhammadiyah Malang

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Sifat Mekanik
■ Material dalam pengunanya dikenakan
gaya atau beban.
Gaya/beban
■ Karena itu perlu diketahuo kharater
material agar deformasi yg terjadi tidak
berlebihan dan tidak terjadi kerusakan atau
patah
■ Karakter material tergantung pada: Material
– Komposisi kimia
– Struktur mikro
– Sifat material: sifat mekanik, sifat fisik
dan sifat kimia
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
SIFAT MEKANIK MATERIAL
Sifat mekanik meterial mencerminkan hubungan antara beban atau gaya yang diberikan
terhadap respon atau deformasinya.
Berikut adalah bentuk beban
1. Statik adalah beban yang berubah secara lambat terhadap waktu dan diberikan secara
seragam diseluruh penampang. Misalnya tarik, tekan, tekuk, geser.
2. Impak adalah pembebanan mendadak/tiba-tiba
3. Dinamik adalah beban yang berfluktuasi pada suatu periode waktu
Berikut adalah Sifat mekanik
1. Kekuatan : tarik, tekan, geser, tekuk, fleksural
2. Impak
3. Fatik/kelelahan
4. Kekerasan
5. creep
6. Ketahanan aus dll

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Class Property Class Property
Physical Dimension, shape Mechanical Strength, tension, compression, shear
Density or specific gravity and flezure (under static, impact or
Porosity fatigue condition)
Moisture content Stiffness, Thoughness, Elasticity,
Macrostructure Plasticity, Ductility, Brittleness,
Microstructure Hardness, Wear resistance

Chemical Oxide or compound composition Thermal Specific heat


Acidity or alkalinity Expansion
Resistance to corrosion or weathering Conductivity
Physico- Water-absorptive or water-repellant Electrical and Conductivity
chemical action, Shrinkage and swell due to magnetic Magnetic parmeability
moisture changes optical Galvanic action
Colour
Light transmission
Light reflection
Acoustical Sound transmission
Sound reflection
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Sifat mekanik
■ Kekuatan (strength): ukuran besar gaya yang diperlukan utk mematahkan
atau merusak suatu bahan
■ Kekuatan luluh (yield strength): kekuatan bahan terhadap deformasi awal
■ Kekuatan tarik (Tensile strength): kekuatan maksimun yang dapat
menerima beban.
■ Keuletan (ductility): berhubungan dengan besar regangan sebelum
perpatahan
■ Kekerasan (hardness): ketahanan bahan terhadap penetrasi pada
permukaannya
■ Ketangguhan (toughness): jumlah energi yang mampu diserap bahan
sampai terjadi perpatahan
■ Mulur (creep)
■ Kelelahan (fatique): ketahanan bahan terhadap pembebanan dinamik
■ Patahan (failure)
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Deformasi
■ Secara makrokopis, deformasi dapat dilihat
sebagai perubahan bentuk dan ukuran.
■ Deformasi dibedakan atas deformasi elastis
dan plastis. Deformasi elastis, perubahan
bentuk yang terjadi bila ada gaya yang
berkerja, serta akan hilang bila bebannya
ditiadakan (benda akan kembali kebentuk dan
ukuran semula).
■ Deformasi plastis, perubahan bentuk yang
permanen, meskipun bebannya dihilangkan.
Elastic Deformation
1. Initial 2. Small load 3. Unload

bonds
stretch

return to
initial
d
F
F Linear-
elastic
Elastic means reversible! Non-Linear-
elastic
d
8
Plastic Deformation (Metals)
1. Initial 2. Small load 3. Unload
bonds
stretch planes
& planes still
shear sheared

dplastic
delastic + plastic

F
F
Plastic means permanent! linear linear
elastic elastic
d
dplastic
9
Konsep tegangan (stress) dan regangan
(strain)
■ Pembebanan statik:
F – Tarik
F
– Kompressi
– Geser

F
F
F Beban kompressi
Beban tarik
F
Beban geser
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
KONSEP TEGANGAN DAN REGANGAN
Apabila beban statik diberikan pada material, maka material akan
berubah bentuk (berdeformasi). Jika kita mengikuti besar deformasi
sebagai fungsi beban, kita akan memperoleh informasi
mengenai”perilaku” dari material. Perhatikan gambar

F adalah bebn yang diberikan tegak lurus terhadap potongan F


melintang bidang dan dinyatakan dalam satuan beban (berat )
Ao
yaitu Newton atau kgforce/kgf. Sementara Ao adalah luas potongan
melintang bidang tegak lurus bidang sebelum bahan diberi beban. ∆L

Tegangan (σ) adalah intensitas beban yang didistribusikan di L


dalam material, yang menghambat perubahan bentuk, Lo
dimana sesuai dengan persamaan :
σ = F/Ao
Satuan dari tegangan adalah Mpa ( megapaskal) dimana 1
Mpa = 106 N/m2
Deformasi digunakan sebagai istilah untuk perubahan bentuk dari suatu benda atau F
material, dan dingatakan dalam regangan (Є) yang merepresentasikan perubahan
panjang dari sebuah benda :
Є = (L-Lo)/Lo
Regangan tidak memiliki satuan
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Hasil uji tarik dapat ditampilkan dalam bentuk kurva “Tegangan-
regangan”. Dimana:
■ Tegangan (σ) didefinisikan sebagai beban per satuan luas dan untuk
spesimen uji tarik dirumuskan sebagai berikut :

■ Dimana P adalah beban yang bekerja sedangkan Ao adalah luas


penampang spesimen. Satuan untuk tegangan adalah Psi atau Pa.
■ Regangan adalah perubahan panjang per satuan panjang dan dapat
dihitung sebagai berikut :

■ Dimana lo adalah panjang awal sedangkan l adalah panjang spesimen


setelahmendapat beban P.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Engineering Stress
• Tensile stress, s: • Shear stress, t:
Ft Ft F

Area, A Area, A Fs

Fs
Ft
Fs Ft
Ft lb f N t= F
s= = 2 or 2
Ao
Ao in m
original area
before loading
 Stress has units:
N/m2 or lbf/in2
13
Common States of Stress
• Simple tension: cable
F F
A o = cross sectional
area (when unloaded)
F
s= s s
Ao
Ski lift (photo courtesy
• Torsion (a form of shear): drive shaft P.M. Anderson)

M Fs Ao
Ac
Fs
t =
Ao
M
2R Note: t = M/AcR here.
14
OTHER COMMON STRESS STATES
• Simple compression:

Ao

Canyon Bridge, Los Alamos, NM


(photo courtesy P.M. Anderson)

F
s=
Note: compressive
Balanced Rock, Arches structure member
National Park
(photo courtesy P.M. Anderson)
Ao (s < 0 here).

15
Pengujian Tarik
Dari bahan yang diuji dibuat sebuah batang
coba dengan ukuran yang distandarisasikan,
dieretkan pada sebuah mesin renggut dan
dibebani gaya tarik yang dinaikkan secara
perlahan-lahan sampai ia putus. Selama
percobaan diukur terus menerus beban dan
regangan batang coba dan kedua besaran ini
ditampilkan dalam sebuah gambar unjuk
(diagram). Skala tegangan menunjukkan
tegangan dalam daN/mm2 dengan
berpatokan pada penampang batang semula,
sedangkan skala mendatar menyatakan
regangan (perpanjangan)yang bersangkutan
dalam prosentasi panjang awalnya.
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Uji tarik
Standar sampel untuk uji tarik
2¼’

0,505’ ¾’
2’
R 3/8’

■ Tegangan teknik, s = F/Ao (N/m2=Pa)


■ Regangan teknik,  = (li-lo)/lo
■ Tegangan geser, t = F/Ao
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Tensile-Test Specimen and Machine
(b)

Figure 2.1 (a) A standard tensile-test specimen before and after pulling, showing original and final gage lengths. (b) A typical
tensile-testing machine.
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
FIGURE 2.1 (a) A standard tensile-test specimen before and after pulling, showing
original and final gage lengths. (b) Stages in specimen behavior in a tension test.
Kurva Tegangan Vs Regangan

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


FIGURE 2.2 A typical stress–strain curve obtained from a tension test, showing
various features.
(a) Spesimen baja
ulet setelah patah

(b) Spesimen besi cor


getas setelah patah
Mechanical Properties of Various Materials at Room Temperature
TABLE 2.2 Mechanical Properties of Various Materials at Room Temperature
Elongation
in 50 mm
Metals (Wrought) E (GPa) Y (MPa) UTS (MPa) (%)
Aluminum and its alloys 69–79 35–550 90–600 45–4
Copper and its alloys 105–150 76–1100 140–1310 65–3
Lead and its alloys 14 14 20–55 50–9
Magnesium and its alloys 41–45 130–305 240–380 21–5
Molybdenum and its alloys 330–360 80–2070 90–2340 40–30
Nickel and its alloys 180–214 105–1200 345–1450 60–5
Steels 190–200 205–1725 415–1750 65–2
Titanium and its alloys 80–130 344–1380 415–1450 25–7
Tungsten and its alloys 350–400 550–690 620–760 0
Nonmetallic materials
Ceramics 70–1000 — 140–2600 0
Diamond 820–1050 — — —
Glass and porcelain 70-80 — 140 —
Rubbers 0.01–0.1 — — —
Thermoplastics 1.4–3.4 — 7–80 1000–5
Thermoplastics, reinforced 2–50 — 20–120 10–1
Thermosets 3.5–17 — 35–170 0
Boron fibers 380 — 3500 0
Carbon fibers 275–415 — 2000–3000 0
Glass fibers 73–85 — 3500–4600 0
Kevlar fibers 62–117 — 2800 0
Note: In the upper table the lowest values for E, Y, and UTS and the highest values for elongation are for pure metals.
Multiply gigapascals (GPa) by 145,000 to obtain pounds per square in. (psi), megapascals (MPa) by 145 to obtain psi.
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
OTHER COMMON STRESS STATES
• Bi-axial tension: • Hydrostatic compression:

Pressurized tank Fish under water (photo courtesy


(photo courtesy P.M. Anderson)
P.M. Anderson)
sq > 0

sz > 0 sh< 0

24
Dari kurva tersebut kemudian dihitung
besarnya tegangan teknis dan regangan
teknisnya, yaitu dengan persamaan berikut:

dimana: σ = tegangan teknis


F = gaya tarik
Ao = luas penampang mula-mula
e = regangan teknis
ΔL = perubahan panjang
Lo = panjang uji mula-mula
Hukum Hooke (Hooke’s Law)
■ Untuk hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik, hubungan
antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan perubahan
panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linearzone. Di daerah
ini, kurva pertambahan panjang vs beban mengikuti aturan Hooke sebagai
berikut:
■ rasio tegangan (stress) dan regangan (strain) adalah
konstan
■ Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan dan strain
adalahpertambahan panjang dibagi panjang awal bahan.
– Stress: σ = F/A F: gaya tarikan, A: luas penampang
– Strain: ε = ΔL/L ΔL: pertambahan panjang, L: panjang awal
■ Hubungan antara stress dan strain dirumuskan:
■ E=σ/ε
Detail profil uji tarik dan sifat mekanik logam
■ Sekarang akan kita bahas profil
data dari tensile test secara
lebih detail.
■ Untuk keperluan kebanyakan
analisa teknik, data yang
didapatkan dari uji tarik dapat
digeneralisasi seperti gb.
■ Kita akan membahas istilah
mengenai sifat-sifat mekanik
bahan dengan berpedoman
pada hasil uji tarik seperti pada
Gbr.
■ Asumsikan bahwa kita
melakukan uji tarik mulai dari
titik O sampai D sesuai dengan
arah panah dalam gambar
Batas elastis σE ( elastic limit)
■ Dalam Gbr. dinyatakan dengan titik A.
■ Bila sebuah bahan diberi beban sampai pada titik A, kemudian
bebannya dihilangkan, maka bahan tersebut akan kembali ke
kondisi semula (tepatnya hampir kembali ke kondisi semula)
yaitu regangan “nol” pada titik O (lihat inset dalam Gbr.).
■ Tetapi bila beban ditarik sampai melewati titik A, hukum Hooke
tidak lagi berlaku dan terdapat perubahan permanen dari bahan.
■ Terdapat konvensi batas regangan permamen (permanent
strain) sehingga masih disebut perubahan elastis yaitu kurang
dari 0.03%, tetapi sebagian referensi menyebutkan 0.005% .
Tidak ada standarisasi yang universal mengenai nilai ini.
■ Batas proporsional σp (proportional limit)
■ Titik sampai di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak ada standarisasi tentang
nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional sama dengan batas elastis.
■ Deformasi plastis (plastic deformation)
■ Yaitu perubahan bentuk yang tidak kembali ke keadaan semula. Pada Gbr.5 yaitu bila bahan ditarik
sampai melewati batas proporsional dan mencapai daerah landing.

■ Tegangan luluh atas σuy (upper yield stress)


■ Tegangan maksimum sebelum bahan memasuki fase daerah landing peralihan deformasi elastis ke
plastis.

■ Tegangan luluh bawah σly (lower yield stress)


■ Tegangan rata-rata daerah landing sebelum benar-benar memasuki fase deformasi plastis. Bila
hanya disebutkan tegangan luluh (yield stress), maka yang dimaksud adalah tegangan ini.

■ Regangan luluh εy (yield strain)


■ Regangan permanen saat bahan akan memasuki fase deformasi plastis.
■ Regangan elastis εe (elastic strain)
■ Regangan yang diakibatkan perubahan elastis bahan. Pada saat beban dilepaskan regangan ini
akan kembali ke posisi semula.
■ Regangan plastis εp (plastic strain)
■ Regangan yang diakibatkan perubahan plastis. Pada saat beban dilepaskan regangan ini tetap
tinggal sebagai perubahan permanen bahan.
■ Regangan total (total strain)
■ Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, εT = εe+εp. Perhatikan beban dengan
arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi
regangan ada pada titik E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
■ Tegangan tarik maksimum TTM (UTS, ultimate tensile strength)
■ Pada Gbr.5 ditunjukkan dengan titik C (σβ), merupakan besar tegangan maksimum yang didapatkan
dalam uji tarik.
■ Kekuatan patah (breaking strength)
■ Pada Gbr. ditunjukkan dengan titik D, merupakan besar tegangan di mana bahan yang diuji putus
atau patah.
Jawaban

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Pengujian Kekerasan
Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang ilmu yang berbeda, bagi
insinyur metalurgi kekerasan adalah ketahanan material terhadap penetrasi sementara untuk
para insinyur disain nilai tersebut adalah ukuran dari tegangan alir, untuk insinyur lubrikasi
kekerasan berarti ketahanan terhadap mekanisme keausan, untuk para insinyur mineralogi
nilai itu adalah ketahanan terhadap goresan, dan untuk para mekanik work-shop lebih
bermakna kepada ketahanan material terhadap pemotongan dari alat potong. Begitu banyak
konsep kekerasan material yang dipahami oleh kelompok ilmu, walaupun demikian konsep-
konsep tersebut dapat dihubungkan pada satu mekanisme yaitu tegangan alir plastis dari
material yang diuji
Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan indentor dengan gaya
tekan dan waktu indentasi yang ditentukan. Kekerasan suatu material ditentukan oleh dalam ataupun
luas area indentasi yang dihasilkan (tergantung jenis indentor dan jenis pengujian). Berdasarkan
prinsip bekerjanya metode uji kekerasan dengan cara indentasi dapat diklasifikasikan sebagai
berikut:
Metode pengujian kekerasan:
1. Metode gores
2. Metode Pantul
3. Metode Indentasi
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
FIGURE 2.12 A selection of hardness testers. (a) A Micro Vickers hardness tester, (b) Rockwell
hardness tester (the support for the part has been removed for clarity), (c) Durometer, and (d) Leeb
tester.
Source: (a) through (c) Courtesy of Newage Testing Instruments, Inc. (d) Courtesy of Wilson®
Instruments.
FIGURE 2.13 General characteristics of hardness-testing methods and formulas for calculating hardness.
Metode Brinell
Metode ini diperkenalkan pertama kali oleh J.A. Brinell pada
tahun 1900. Pengujian kekerasan dilakukan dengan memakai
bola baja yang diperkeras (hardened steel ball) dengan beban
dan waktu indentasi tertentu, sebagaimana ditunjukkan oleh
Gambar.1. Pengukuran nilai kekerasan suatu material diberikan
oleh rumus:
2P
BHN =
D D  D2  d 2 
dimana P adalah beban (kg), D diameter indentor (mm) dan d
diameter jejak (mm).
Hasil penekanan adalah jejak berbentuk lingkaran bulat, yang
harus dihitung diameternya di bawah mikroskop khusus
pengukur jejak

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


FIGURE 2.14 Indentation geometry in Brinell hardness testing: (a) annealed metal, (b) work-hardened metal, and (c)
deformation of mild steel under a spherical indenter. Note that the depth of the permanently deformed zone is about
one order of magnitude larger than the depth of indentation; for a hardness test to be valid, this zone should be fully
developed in the material. Source: After M.C. Shaw and C.T. Yang.
Rockwell
Metode Rockwell merupakan uji kekerasan dengan
pembacaan langsung (direct-reading). Metode ini banyak
dipakai dalam industri karena pertimbangan praktis.
Variasi dalam beban dan indetor yang digunakan
membuat metode ini memiliki banyak macamnya. Metode
yang paling umum dipakai adalah Rockwell B (dengan
indentor bola baja berdiameter 1/6 inci dan beban 100
kg) dan Rockwell C (dengan indentor intan dengan beban
150 kg). Walaupun demikian metode Rockwell lainnya
juga biasa dipakai. Oleh karenanya skala kekerasan
Rockwell suatu material harus dispesifikasikan dengan
jelas. Contohnya 82 HRB, yang menyatakan material
diukur dengan skala B: indentor 1/6 inci dan beban 100
kg. Berikut ini diberikan tabel yang memperlihatkan
perbedaan skala dan range uji dalam skala Rockwell:

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
1. Pada Tabel ditunjukkan skala kekerasan A, B dan C adalah untuk bahan logam, skala A dapat dipakai untuk bahan sangat
keras seperti Karbida tungsen. Skala D dan di bawahnya dipakai untuk batu gerinda sampai plastik.
2. Pengujian Rockwel superfisial mempergunakan beban yang ringan untuk memperbaiki ketelitian dari penekan dengan
cara penggunaan yang sama, juga dapat mengukur kekerasan permukaan dari bahan yang dikeraskan kulitnya.
3. Gambar di bawah ini menunjukkan ukuran perbandingan dari penekanan pada pengujian bahan yang sama dengan
berbagai pengujian kekerasan. Brinell
Bola Baja 10 mm
Beban 300 Kg
Rockwell
Penekan C, 150 Kg

Rockwell
Penekan N, 30 Kg

Permukaan

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Metode Vickers

Pada metode ini digunakan indentor intan berbentuk


piramida dengan sudut 136o, seperti diperlihatkan
oleh Gambar 3. Prinsip pengujian adalah sama
dengan metode Brinell, walaupun jejak yang
dihasilkan berbentuk bujur sangkar berdiagonal.
Panjang diagonal diukur dengan skala pada
mikroskop pengujur jejak. Nilai kekerasan suatu
material diberikan oleh:
1.854 P
VHN = 2
d
dimana d adalah panjang diagonal rata-rata
dari jejak berbentuk bujur sangkar
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Hardness Figure 2.14
Chart for
Conversion converting
various hardness
Chart scales. Note the
limited range of
most scales.
Because of the
many factors
involved, these
conversions are
approximate.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Pengujian Impak
Ketangguhan (impak) merupakan
ketahanan bahan terhadap beban
kejut. Inilah yang membedakan
pengujian impak dengan pengujian
tarik dan kekerasan dimana
pembebanan dilakukan secara
perlahan-lahan. Pengujian impak
merupakan suatu upaya untuk
mensimulasikan kondisi operasi
material yang sering ditemui dalam
perlengkapan transportasi atau
konstruksi dimana beban tidak
selamanya terjadi secara perlahan-
lahan melainkan datang secara tiba-
tiba, contoh deformasi pada bumper
mobil pada saat terjadinya tumbukan
kecelakaan.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


FIGURE 2.19 Impact test specimens.
Impact Test Specimens
Figure 2.18 Impact test
specimens: (a) Charpy; (b)
Izod.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Pengujian Creep
Material teknik adalah semua jenis material yang perlu diproses utuk
mengubah bentuk dan potensinya menjadi suatu produk yang dapat
digunakan dalam teknik keperluan kehidupan orang dan masyarakat (1).
Salah satu jenis produk material teknik digunakan sebagai pipa ketel
uap merupakan suatu alat yang dapat menghasilkan tenaga listrik
dengan mengubaha energi panas dalam bentuk gas atau uap menjadi
energi listrik. Komponen utama yang digunakan merupakan satu
kesatuan yang terdiri dari unit ketel uap, turbin dan generator listrik
(rotor dan stator). Ketel uap digunakan untk menghasilkan uap yang
akan dipakai untuk memutar turbin, dan putaran ini diteruskan ke
generator melalui rotor, sehingga menghasilkan tenaga listrik (2). Jadi
nampak bahwa ketel uap merupakan salah satu alat yang sangat vital
untuk menghasilkan tenaga listrik. Hingga saat ini pembangkit listrik
tenaga uap yang ada di Indonesia rata-rata beroperasi di atas 10 tahun
lamanya, sehingga membutuhkan evaluasi sisa umur. Pada unit ketel
uap terdapat beberapa komponen yang tersusun menjadi satu
kesatuan dalam bentuk pipa, mulai steam drum, ruang bakar
(furnace/burner), superheater dan economezer. Pipa yang ada pada
ketel uap merupakan komponen yang sangat vital, karena piapa
tersebut digunakan sebagai wadah untuk mengalirkan uap atau cairan
keseluruh sistem yang ada dengan suhu operasi berkisaar antara
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Uji Mulur (Creep Test)

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Pengujian Fatik

Fatik merupakan ketahanan suatu material


menerima pembebanan dinamik.Benda yang
tidak tahan terhadap fatik akan mengalami
kegagalan pada kondisi pembebanan dinamik
(beban berfluktuasi ). Mengalami kegagalan (
patah ) pada tegangan jauh di bawah tegangan
yang diperlukan untuk membuatnya patah pada
pembebanan tunggal ( statis ). Kegagalan fatik
biasanya terjadi pada tempat yang konsentrasi
tegangannya besar, seperti pada ujung yang
tajam atau notch.
Tidak ada indikasi awal terjadinya patah fatik dan
retakan fatik yang terjadi bersifat halus, maka
patah fatik sulit untuk dideteksi dari awal.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Uji Kelelahan (Fatique Test)

FIGURE 2.20 Schematic illustration of types


of failures in materials: (a) necking and fracture
of ductile materials, (b) buckling of ductile
materials under a compressive load, (c) fracture
of brittle materials in compression, and (d)
cracking on the barreled surface of ductile
materials in compression.
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Disk and Torsion-Test Specimens
Figure 2.9 Disk test on a brittle material, showing the
direction of loading and the fracture path.

Figure 2.10 Typical torsion-test


specimen; it is mounted between the
two heads of a testing machine and
twisted. Note the shear deformation
of an element in the reduced section
of the specimen.
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
contoh hasil akhir uji puntir

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Bending
Figure 2.11 Two bend-test
methods for brittle
materials: (a) three-point
bending; (b) four-point
bending. The areas on the
beams represent the
bending-moment
diagrams, described in
texts on mechanics of
solids. Note the region of
constant maximum
bending moment in (b); by
contrast, the maximum
bending moment occurs
only at the center of the
specimen in (a).
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
contoh hasil akhir uji bending

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Ketahanan Keausan (Wear Resistant)
Keausan umumnya didefinisikan sebagai kehilangan material secara progresif atau pemindahan
sejumlah material dari suatu permukaan sebagai suatu hasil pergerakan relatif antara permukaan
tersebut dan permukaan lainnya. Keausan telah menjadi perhatian praktis sejak lama, tetapi hingga
beberapa saat lamanya masih belum mendapatkan penjelasan ilmiah yang besar sebagaimana halnya
pada mekanisme kerusakan akibat pembebanan tarik, impak, puntir atau fatigue. Hal ini disebabkan
masih lebih mudah untuk mengganti komponen/part suatu sistem dibandingkan melakukan disain
komponen dengan ketahanan/umur pakai (life) yang lama.
Pembahasan mekanisme keausan pada material berhubungan erat dengan gesekan (friction) dan
pelumasan (lubrication). Telaah mengenai ketiga subyek ini yang dikenal dengan nama ilmu Tribologi.
Keausan bukan merupakan sifat dasar material, melainkan response material terhadap sistem luar
(kontak permukaan). Material apapun dapat mengalami keausan disebabkan mekanisme yang
beragam
Pengujian keausan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode dan teknik, yang semuanya
bertujuan untuk mensimulasikan kondisi keausan aktual. Salah satunya adalah dengan metode Ogoshi
dimana benda uji memperoleh beban gesek dari cincin yang berputar (revolving disc). Pembebanan
gesek ini akan menghasilkan kontak antar permukaan yang berulang-ulang yang pada akhirnya akan
mengambil sebagian material pada permukaan benda uji. Besarnya jejak permukaan dari material
tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan tingkat keausan pada material. Semakin besar dan
dalam jejak keausan maka semakin tinggi volume material yang terlepas dari benda uji.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Ilustrasi skematis dari kontak permukaan
antara crevolving disc dan benda uji diberikan P B

pada gambar disamping.


Dengan B adalah tebal revolving disc (mm), r w

jari-jari disc (mm), b lebar celah material yang


r

terabrasi (mm) maka dapat diturunkan


besarnya volume material yang terabrasi (W):
3
B.b
W=
h
b

12 r
Laju keausan (V) dapat ditentukan sebagai perbandingan volume terabrasi (W) dengan jarak luncur x
(setting pada mesin uji):
3
W B.b
V= =
x 12r.x
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Jenis Keausan
1. Keausan adhesive
Terjadi bila kontak permukaan dari dua material atau
lebih mengakibatkan adanya perlekatan satu sama
lain dan pada akhirnya terjadi pelepasan/pengoyakan
salah satu material

2. Keausan abrasif
Terjadi bila suatu partikel keras (asperity) dari material
tertentu meluncur pada permukaan material lain yang
lebih lunak sehingga terjadi penetrasi atau pemotongan
material yang lebih lunak. Tingkat keausan pada
mekanisme ini ditentukan oleh derajat kebebasan
(degree of freedom) partikel keras atau sperity tersebut.
Sebagai contoh partikel pasir silica akan menghasilkan
keausan yang lebih tinggi ketika diikat pada suatu
permukaan seperti pada kertas amplas, dibandingkan
bila partikel tersebut berada di dalam sistem slury. Pada
kasus pertama partikel tersebut kemungkinan akan
tertarik sepanjang permukaan dan mengakibatkan
pengoyakan sementara pada kasus terakhir partikel
tersebut mungkin hanya berputar (rolling) tanpa efek
abrasi.
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
3. Keausan lelah
merupakan mekanisme yang relatif berbeda
dibandingkan dua mekanisme sebelumnya, yaitu dalam
hal interaksi permukaan. Baik keausan adhesive
maupun abrasif melibatkan hanya satu interaksi
sementara pada keausan lelah dibutuhkan interaksi
multi. Permukaan yang mengalami beban berulang akan
mengarah pada pembentukan retak-retak mikro. Retak-
retak tersebut pada akhirnya menyatu dan
menghasilkan pengelupasan material. Tingkat keausan
sangat tergantung pada tingkat pembebanan.
4. Keausan Oksidasi ( keausan korosif)
Pada prinsipnya mekanisme ini dimulai dengan adanya
perubahan kimiawi material di bagian permukaan oleh
faktor lingkungan. Kontak dengan lingkungan ini akan
menghasilkan pembentukan lapisan pada permukaan
dengan sifat yang berbeda dengan material induk. Sebagai
konsekuensinya, material pada lapisan permukaan akan
mengalami keausan yang berbeda Hal ini selanjutnya
mengarah kepada perpatahan interface antara lapisan
permukaan dan material induk dan akhirnya seluruh
lapisan permukaan itu akan tercabut
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
SIFAT FISIK MATERIAL
Sifat penting yang kedua dalam pemilihan material adalah sifat fisik. Sifat fisik adalah
kelakuan atau sifat-sifat material yang bukan disebabkan oleh pembebanan seperti
pengaruh pemanasan, pendinginan dan pengaruh arus listrik yang lebih mengarah pada
struktur material. Sifat fisik material antara lain : temperatur cair, konduktivitas panas dan
panas spesifik.
Struktur material sangat erat hubungannya dengan sifat mekanik. Sifat mekanik dapat
diatur dengan serangkaian proses perlakukan fisik. Dengan adanya perlakuan fisik akan
membawa penyempurnaan dan pengembangan material bahkan penemuan material
baru.
SIFAT FISIK MATERIAL
- Density
- Termal Conducttivity
- Specific heat
- Melting Point
- Electric Conductivity
- Coefificient of thermal expansion
- Malleability
- Brrittleness
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Failures of Materials and Fractures in Tension
Figure 2.19 Schematic illustration of types
of failures in materials: (a) necking and
fracture of ductile materials; (b) Buckling of
ductile materials under a compressive load;
(c) fracture of brittle materials in
compression; (d) cracking on the barreled
surface of ductile materials in compression.

Figure 2.20 Schematic illustration of the types of


fracture in tension: (a) brittle fracture in
polycrystalline metals; (b) shear fracture in ductile
single crystals--see also Fig. 1.6a; (c) ductile cup-
and-cone fracture in polycrystalline metals; (d)
complete ductile fracture in polycrystalline metals,
with 100% reduction of area.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Ductile Fracture

Figure 2.21 Surface of ductile fracture


in low-carbon steel, showing dimples.
Fracture is usually initiated at
impurities, inclusions, or preexisting
voids (microporosity) in the metal.
Source: K.-H. Habig and D. Klaffke.
Photo by BAM Berlin/Germany.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Fracture of a Tensile-Test Specimen

Figure 2.22 Sequence of events in necking and fracture of a tensile-test specimen: (a) early stage of
necking; (b) small voids begin to form within the necked region; (c) voids coalesce, producing an
internal crack; (d) the rest of the cross-section begins to fail at the periphery, by shearing; (e) the
final fracture surfaces, known as cup- (top fracture surface) and cone- (bottom surface) fracture.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Deformation of Soft and Hard Inclusions

Figure 2.23 Schematic illustration of the deformation of soft and hard inclusions and of their effect
on void formation in plastic deformation. Note that, because they do not comply with the overall
deformation of the ductile matrix, hard inclusions can cause internal voids.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Transition Temperature

Figure 2.24 Schematic


illustration of transition
temperature in metals.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Brittle Fracture Surface
Figure 2.25 Fracture surface
of steel that has failed in a
brittle manner. The fracture
path is transgranular (through
the grains). Magnification:
200X. Source: Courtesy of
B. J. Schulze and S. L.
Meiley and Packer
Engineering Associates, Inc.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Intergranular Fracture
Figure 2.26 Intergranular
fracture, at two different
magnifications. Grains and
grain boundaries are clearly
visible in this micrograph. Te
fracture path is along the grain
boundaries. Magnification:
left, 100X; right, 500X.
Source: Courtesy of B. J.
Schulze and S. L. Meiley and
Packer Engineering Associates,
Inc.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Fatigue-Fracture Surface
Figure 2.27 Typical fatigue-
fracture surface on metals,
showing beach marks.
Magnification: left, 500X;
right, 1000X. Source:
Courtesy of B. J. Schulze
and S. L. Meiley and Packer
Engineering Associates, Inc.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Reduction in Fatigue Strength
Figure 2.28 Reductions in the fatigue
strength of cast steels subjected to
various surface-finishing operations.
Note that the reduction becomes
greater as the surface roughness and
the strength of the steel increase.
Source: M. R. Mitchell.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Residual Stresses
Figure 2.29 Residual stresses developed in bending a beam having a rectangular cross-section. Note
that the horizontal forces and moments caused by residual stresses in the beam must be balanced
internally. Because of nonuniform deformation during metalworking operations, most parts develop
residual stresses.

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Distortion of Parts with Residual Stresses

Figure 2.30 Distortion of parts, with residual stresses, after cutting or slitting: (a) flat sheet
or plate; (b) solid round rod; (c) think-walled tubing or pipe.
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Advanced Materials
■ FIGURE 16.2 Advanced
materials used on the
Lockheed C-5A transport
aircraft. (FRP stands for
fiber-reinforced plastic.)
TABLE 3.1 Physical Properties of Selected Materials at
Room Temperature

Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang


Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang
FIGURE 3.1 Ratio of maximum yield stress to density for selected metal alloys.
FIGURE 3.2 Specific strength (tensile strength/density) and specific stiffness (elastic
modulus/density) for various materials at room temperature. (See also Chapter 9.)
FIGURE 3.3 Specific strength (tensile strength/density) for a variety of materials
as a function of temperature; note the useful temperature range for these materials
and the high values for composite materials. MMC = metal-matrix composite; FRP
= fiber-reinforced plastic.
FIGURE 3.4 A selection of U.S. coins, manufactured from different metal alloys
of copper, nickel, tin, zinc, and aluminum. Valuable metals such as gold and silver
are used for coins, but are not used for general currency.
Tugas :

1. Material biasanya diklasifikasikan berdasarkan sifat-sifatnya, cara pembuatannya, dan


penggunaannya. Berikan contoh paduan logam biasa yang tidak menunjukkan ciri-ciri logam pada
umumnya dalam penggunaannya!
2. Jelaskan material di bawah ini dan beri contoh aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari
a. Logam b. Polimer c. Keramik d. Komposit e. Bio material f. Nano material
3. Jelaskan sifat-sifat mekanik dari material dan bagaiman cara mengujinya
4. Jelaskan pengertian tegangan dan rengan material berdasarkan hukumHooke ?
5. Sebuah batang yang terbuat dari baja dengan panjang 2 m, lebar 40 mm dan tebal 20 mm mendapat
tarikan searah aksial sebesar 160 kN pada arah panjangnya. Carilah perubahan panjang, lebar dan
ketebalan batang. Diketahui E = 200 GPa dan rasio Poisson = 0,3.
Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Malang

Anda mungkin juga menyukai