PERILAKU BATUAN tegangan konstan, dan kurva relaksasi dari uji kuat tekan uniaksial, geser,
triaksial dengan regangan konstan.
MEKANIKA BATUAN • Dengan mengamati kurva-kurva tersebut dapat ditentukan perilaku atau
Romla Noor Hakim – Eko Santoso - Sari Melati kekuatan dari batuan sebagai fungsi waktu.
• Selain perilaku konstitutif fungsi waktu perilaku batuan yang juga penting
diperhatikan adalah sifat batuan lunak
Perilaku Kurva s - e
• Pada tahap awal batuan
dikenakan gaya, kurva berbentuk
landai dan tidak linier yang
Daftar Istilah dalam Perilaku Batuan
berarti bahwa gaya yang diterima Elastic material: an ideal rheology where the strains caused by stresses are fully recoverable
oleh batuan dipergunakan untuk when the load is removed; a special case is a linearly elastic material where the relationship
menutup rekahan awal (pre- between stress and resulting strain is linear, with a constant value of Young’s or shear
existing cracks) yang terdapat di modulus, and the strain is also recoverable, no provision for failure is implied in elastic
dalam batuan. behavior.
• Sesudah itu kurva menjadi linier
Viscous material: and ideal rheology in which an applied stress leads to a particular strain
sampai batas tegangan tertentu rate and flow; a special case is a linear viscous material with a constant value of viscosity.
yang kita kenal dengan batas Usually synonymous with viscous fluid.
elastik (sE) lalu terbentuk
rekahan baru dengan Plastic material: an ideal rheology involving two-fold behavior under stress; no deformation if
perambatan stabil sehingga the stress is less than a specified level, the “yield strength” and permanent deformation for
kurva tetap linier. greater value of stress. Important subtypes include elastic-plastic and visco-plastic materials.
• Sesudah batas elastik dilewati Plastic rheology: a deformation mechanism involving temperature dependent processes
maka perambatan rekahan such as dislocation movement, twinning and creep.
• Perilaku batuan sebenarnya yang menjadi tidak stabil, kurva tidak
Brittle: a pressure dependent deformation mechanism usually involving nucleation, growth,
linier lagi dan tidak berapa lama
diperoleh dari uji kuat tekan and coalescence of dilatant cracks.
kemudian batuan akan hancur.
digambarkan oleh Bieniawski • Titik runtuh ini menyatakan Ductile: the capacity for a rock to sustain distributed flow or large deformations; the specific
(1967). kekuatan batuan. deformation mechanism through which this occurs (brittle cataclasis or plastic creep) is not
specified in the term.
1
04/ 04/ 2015
3
arah (1) dan (2) = 0
3 3
1 2 3
0.5 DL
1
2 3
D + DD
E E E
1 pada arah (1) # 1 total
s2
4. Batuan dikenakan tegangan
E E
2
s3 2 pada arah (2) # 2 total 1 3
E E
3
3 pada arah (3) # 3 total 1 2
E E
dan s3 = sy.
• Sebuah contoh batuan elastis
mengalami pembebanan dalam tiga Perubahan panjang dihitung dengan
arah seperti terlihat pada gambar terlebih dahulu menentukan regangan
ke arah tiga sumbu menggunakan
berikut. Parameter elastisitas rumus regangan total.
contoh batuan tersebut: E = 5000
MPa, n = 0,25.
2
04/ 04/ 2015
D
Perubahan panjang searah sumbu z (D ) Ukuran contoh
e1 = D = e 1.z = 0.01625 x 50 = 0.8125
x 1 - - σ x
setelah mengalami
Jadi, contoh batuan mengalami pemendekan 0.8125 cm tegangan 0 0 0
y - 1 - 0 0 σ y
0
z 1 - - σ z
Regangan searah sumbu x
e2 = −
.
+ = − 100 + 25 = 0.00375 1 0 0 0
D xy E 0 0 2( 1 ) xy
Perubahan panjang searah sumbu x (D )
e2 = D = e 2.x = 0.00375 x 25 = 0.09375
yz 0 0
0 0 0
2( 1 )
yz
0 0 0
zx 0 0 2( 1 ) zx
Jadi, contoh batuan mengalami pemendekan 0.09375 cm 49.1875 cm
0 0 0
Regangan searah sumbu y
e3 = −
.
+ = − 50 + 100 = -0.0025
D
Perubahan panjang searah sumbu z (D )
e3 = D = e 1.y = 0.0025x 25 = -0.0625 25.0625 cm
1
x σ x σy σ z xy xy
(1 ) (1 )
0 0 0
1 1
x (1 ) x
y σ y σ x σ z
(1 )
E G
y
1 0 0 0
yz yz y
1 1
z E( 1 - ) (1 ) (1 ) z
1 0 0 0
(1 2 ) xy
xy ( 1 ) ( 1 - 2 ) 0
E G
z σ z σ x σy zx zx yz 2(1 ) yz
1 1 0 0 0 0
0 (1 2 )
zx
2(1 ) zx
E G 0 0 0 0
(1 2 )
0
2(1 )
G
0 0 0 0
E
2( 1 )
x ( x y z ) 2G x xy G xy
y ( x y z ) 2G y yz G yz • Untuk menyederhanakan perhitungan hubungan antara
z ( x y z ) 2G z zx G zx
tegangan dan regangan maka dibuat model dua dimensi di
mana pada kenyataannya adalah tiga dimensi.
• Model dua dimensi yang dikenal adalah :
l adalah konstanta Lame: • Regangan bidang (plane strain)
2 G E
• Tegangan bidang (plane stress)
( 1 - 2 ) ( 1 ) ( 1 - 2 )
• Symmetrical revolution
3
04/ 04/ 2015
Mekanika Batuan - Perilaku Batuan 4-19 Mekanika Batuan - Perilaku Batuan 4-20
z
z ( x y ) 0
Regangan Bidang (Plane Strain) z
E E
( x y )
• Misalkan sebuah terowongan yang mempunyai sistem sumbu E E
x ( x y z ) ( x y 2 x 2 y ) (1 2 ) x (1 ) y )
1 1 1
kartesian x, y & z dipotong oleh sebuah bidang dengan sumbu x, y, E E E
y ( y x z ) ( y x x y ) (1 2 ) y (1 ) x )
1 1 2 2 1
sehingga :
(1 ) E E
• ez = 0
E E E
x x y ( 2 ) x y
Y (1 )(1 2 ) (1 )(1 2 )
• yz = 0 (yz = e23) y
(1 ) E
y
E
x ( 2 ) y x
(1 )(1 2 ) (1 )(1 2 )
• xz = 0 (xz = e13)
xy xy dengan xy 12 dan xy 12
2 (1 )
E
xy xy
z ( x y )
X
(1 ) E E
(1 )(1 2 ) (1 )(1 2 )
x x
0
E (1 ) E
y (1 )(1 2 ) y
(1 )(1 2 )
0
xy E xy
Z
2 (1 )
0 0
xy xy x ( x y )
(1 2 )
E Elemen yang mewakili
z 0 xz yz
G
y ( y x )
(1 2 )
E
xy G xy
x E 1 E 2 y
- 32 0 0 0
-
y - 13 - 23 1 0 0 0
E3
z
z E 1
• Bidang x,y = Bidang isotropi
• E1, n 1 = Sifat elastititas pada
xy 0
E2 E3
xy
1
0 0 0 0 bidang isotropi
• E2, n 2, G2 = Sifat elastisitas pada
G 11
xz 0
yz
yz
1
0 0 0 0
bidang yang mengandung normal
G 12
0
1 terhadap bidang isotropi
xz
0 0 0 0
G 13
4
04/ 04/ 2015
1
1 1 2 1 - 1 - 2 0
1 2
x E 1 E 1 E 2
0 0 0 y
0 0
x - 1 - 2 0 σ x
- -
1 0 0
y - 1 - 2 1 - - 2 0 σ y
0 0 0 z 2
E1
z E z 1 σ z
0 0
y
0 2( 1 1 ) 0
E2
0
xy xy E1 xy
E 2 E1
0 0 xy
1
0 0
yz 0
1
yz
E1
yz
0 0 0
0 0 0 0
zx E1 zx
G1
G2
xz 0 0 0
G2
1
0 0 0 0 0 0 0
G2 yz
1
0
G 3 xz
0 0 0 0
2 (11 2n2 )
0 0 0 0 seperti pada Gambar.
(11 2n22)
0 0 0 0 menerus memerlukan banyak contoh
batuan, sedangkan pada beban
banyak tahap memerlukan lebih sedikit
contoh batuan walaupun beban yang
n = E1/E2 diberikan telah terpengaruh oleh
beban sebelumnya
m = G2/E2
akibat adanya pembebanan konstan secara terus tahap terjadinya rayapan primer atau rayapan sementara (AB/daerah I), di mana laju regangan berkurang terhadap
waktu. Rayapan primer atau rayapan sementara kadang-kadang disebut juga dengan deformasi elastik tertunda,
menerus selama suatu kurun waktu tertentu. karena belum terjadi deformasi permanen pada kondisi ini. Jika tegangan yang dikenakan pada contoh batuan
dibebaskan sebelum mencapai titik (B), maka pada contoh batuan akan terjadi pemulihan seketika (BP) yang diikuti
oleh pemulihan elastik tertunda (PQ).
5
04/ 04/ 2015
• Jika regangan dibiarkan melewati titik B, contoh batuan memasuki tahap di mana terjadi rayapan sekunder (BC/daerah II)
• Selanjutnya, apabila contoh batuan tetap dibebani hingga mencapai titik C, maka laju regangan akan mengalami
dengan laju regangan konstan (percepatan = 0) serta mengalami deformasi permanen (ditunjukkan dengan kurva yang
peningkatan pada suatu besaran tertentu (ditunjukkan dengan kurva CD cekung ke atas) dan contoh batuan akhirnya
mempunyai kemiringan konstan). Dan apabila pada tahap ini tegangan pada contoh batuan dihilangkan, maka akan
runtuh pada suatu titik tertentu. Tahap ini disebut rayapan tersier atau kadang juga disebut rayapan yang dipercepat.
terjadi suatu kondisi yang dapat ditunjukkan oleh kurva TUV, di mana TU adalah penurunan regangan elastik seketika
Berbeda dengan dua tahap deformasi sebelumnya, rayapan tersier tidak menunjukkan prose deformasi murni melainkan
dan UV adalah penurunan regangan elastik tertunda yang nantinya akan menjadi deformasi permanen. Besarnya
menggambarkan keruntuhan yang cepat.
deformasi permanen ditentukan oleh laju regangan konstan dan waktu t yang dibutuhkan.
Analogi Uji Rayapan vs. Uji UCS Faktor Yang Mempengaruhi Rayapan
Jenis Beban
• Wawersik & Brown (1973): Rayapan UCS & UTS batu granit Westerly - percepatan
rayapan meningkat sedikit demi sedikit hingga tercapai rayapan tersier. Sebelum
contoh runtuh ada tanda-tanda keruntuhan yang ditunjukan oleh pengukur deformasi.
Uji rayapan Uji kuat tekan uniaksial Sedang pada beban tarik, rayapan tersier terjadi begitu cepat dan tidak ada tanda-
tanda sebelum terjadi keruntuhan.
Regangan elastik seketika Penutupan rekahan • Chugh (1974): Rayapan UCS & UTS - laju rayapan UTS batu pasir = 6 kali laju
rayapan UCS batupasir. Laju rayapan UTS batu gamping & granit = x kali laju rayapan
UCS batu gamping & granit.
Rayapan primer Deformasi elastik sempurna Tingkat Tegangan
• Besarnya rayapan = f (tegangan yang diterima batuan).
Rayapan sekunder Perambatan rekahan stabil • Jika tegangan yang diterima kecil → regangan yang terjadi terlampau kecil.
• Jika tegangan yang diberikan besar → kurva akan langsung menuju tahap tersier &
disusul dgn keruntuhan & tahap ini berlangsung sangat cepat.
Rayapan tersier Perambatan rekahan tidak stabil • Afrouz dan Harvey (1974): uji batuan kondisi jenuh air dan kering pada tingkat
tegangan yang berbeda dan memperoleh data bahwa pada tingkat beban dua kali lipat
rayapan sekunder naik 90% sedangkan rayapan primer naik 50%-80%.
Tingkat • Tahap rayapan primer: batuan beradaptasi dengan tegangan yang diaplikasikan
dan perambatan rekahan berjalan lambat hingga mencapai stabil hampir
Tegangan mendekati konstan.
• Tahap rayapan sekunder: kerusakan batuan semakin bertambah hingga pada
akhirnya mencapai tahap tersier terjadi percepatan perambatan rekahan yang
tidak terkontrol dan batuan mengalami runtuhan.
• Pada suhu kamar dan tekanan atmosfir, rekahan mikro berperan dominan dalam
perilaku rayapan batuan, terutama pada batuan dengan kekuatan lebih rendah
• Rayapan dipengaruhi oleh tingkat tegangan yang dialami oleh batuan. dibandingkan dengan kekuatan butir. Rekahan mikro akan meningkatkan efek
• Laju perubahan regangan dan besarnya regangan pada waktu tertentu bergantung pada pada tahap rayapan tersebut.
tingkat tegangan relatif yang berkaitan dengan batas tegangan elastis (yield limit) batuan • Beberapa orientasi rekahan akan menjalar pertama kali sebagai tekanan
• Jika aplikasi pembebanan pada tingkat tegangan yang rendah (di bawah 50% σc), akan
minimum kritis dan diikuti oleh rekahan lainnya, dimana sebagian kecil orientasi
terjadi rayapan atenuasi atau rayapan deformasi, di mana tidak akan menyebabkan
akan menimbulkan rayapan sekunder. Pada tahap akhir, karena kerusakan
terjadinya keruntuhan karena deformasi yang terjadi terlampau kecil sehingga sukar
untuk diamati, dan rayapan hanya malalui tahap primer sampai mencapai tahap sekunder semakin besar pada spesimen, perambatan rekahan menjadi tidak stabil dan
saja memberikan rayapan tersier (Lama & Vutukuri, 1978).
6
04/ 04/ 2015
e 1 (t ) At 2 (t )
• Persamaan umum kurva rayapan pada tegangan konstan untuk sejumlah material
mempunyai kemampuan untuk menyerap air yang berbeda khususnya pada batuan
sedimen. Afrouz & Harvey (1974) menyatakan bahwa pada batuan lunak (soft rock)
yang jenuh, laju rayapan akan meningkat, sebesar tiga kali pada batubara dan delapan
kali pada batuserpih (shale)
Faktor Struktur
• Lacomte (1965) meneliti pengaruh ukuran butiran terhadap perilaku rayapan pada batu ε = regangan total
garam (salt-rock), peningkatan ukuran butir mengurangi kecepatan rayapan. εe = regangan elastik/regangan seketika
Temperatur
ε1(t) = fungsi dalam waktu yang menunjukkan rayapan primer
• Mc Clain dan Bradshaw (1970) pengaruh panas pada pilar batugaram - pemanasan
meningkatkan laju regangan sekitar 100 kali. At = fungsi regangan linier terhadap waktu t (laju regangan konstan) rayapan
• Kuznetsov dan Vashcillin (1970) menguji batupasir menyatakan bahwa deformasi sekunder, A konstanta
rayapan sekunder akan meningkat dengan meningkatnya temperatur. ε2(t) = fungsi dalam waktu yang menunjukkan rayapan tersier.
t A t n
• Hubungan yang paling sederhana yang sesuai dengan kurva rayapan primer
• Metode lain dalam menganalisis perilaku rayapan dapat dilakukan dengan menggunakan rheologi.
• Rheologi adalah ilmu yang membahas fenomena aliran atau deformasi dari suatu zat, yang merupakan
studi mengenai perilaku rayapan atau regangan sebagai fungsi waktu dalam padatan dan cairan.
Cottrell (1952) merumuskan persamaan yg dapat digunakan pada beberapa jenis kasus • Rheologi:
dengan A bergantung pada tingkat tegangan, suhu, dan struktur material
t A t n (0 n 1)
• bentuk sederhana yang dibangun oleh elemen-elemen dasar tunggal,
• bentuk kompleks yang merupakan kombinasi dari beberapa elemen dasar yang dapat
dihubungkan secara seri, paralel, maupun gabungan keduanya.
B log t
• Model Rheologi disusun oleh elemen-elemen dasar perilaku mekanik: elastisitas, viskositas, dan
Griggs (1939) menyarankan persamaan logaritmik plastisitas.
• Elemen-elemen dasar tersebut adalah
7
04/ 04/ 2015
Referensi
• Rai, M.A., Kramadibrata, S., dan Wattimena R.K. 2014.
Kuliah Mekanika Batuan untuk mahasiswa S1 Teknik
Pertambangan – Sifat Fisik dan Mekanik Batuan Utuh.
Bandung : Institut Teknologi Bandung.