Laporan Klaster
Kecamatan: Kulawi
Kabupaten: Sigi
1. Upaya/jumlah pelayanan:
a. Balita: 9
b. Anak: 2
c. Dewasa: 25
d. Lansia: 20
2. Kendala di lapangan: banyak stock obat yang menipis seperti anti hipertensi, vitamin, dan obat
digestive
3. Kebutuhan : Bantuan tenaga medis (khususnya dokter), Solar cell atau genset dan bahan bakar utk
genset untuk penerangan saat malam hari. Serta butuh bantuan obat-obatan yang sudah habis.
4. Masalah lingkungan dan kondisi tempat pembuangan sampah: Baik, secara umum tidak
terdampak parah oleh gempa. Pembuangan sampah baik.
6. Kondisi Gizi masyarakat: Bahan pokok seperti nasi buah sayur bisa di dapatkan di daerah lokal
karena warga banyak berprofesi sebagai petani. Bahan protein dari ikan di danau.
8. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan: Edukasi cara menjaga kesehatan, gizi, dan kebersihan
lingkungan, serta memotivasi masyarakat untuk mau datang ke fasilitas kesehatan
9. Kesehatan reproduksi:
a. Pelayanan KIA: -
b. ANC: -
c. Persalinan: -
d. KB: -
e. kasus rujukan: -
10. Rencana tindak lanjut: Saran, diperlukan pembangunan akses jalan, listrik dan air
Kabupaten: Sigi
1. Upaya/jumlah pelayanan:
a. Balita: 12
b. Anak: 6
c. Dewasa: 82
d. Lansia: 10
2. Kendala di lapangan: banyak stock obat yang menipis seperti anti hipertensi, antibiotik, dan obat
digestive
3. Kebutuhan: Bantuan tenda, karena belum mendapat bantuan tenda. Solar cell atau genset dan
bahan bakar utk genset untuk penerangan saat malam hari dan keperluan di IGD. Serta butuh
bantuan obat-obatan yang sudah habis.
4. Masalah lingkungan dan kondisi tempat pembuangan sampah: Baik, secara umum tidak
terdampak parah oleh gempa. Pembuangan sampah baik.
5. Kondisi MCK/jamban: Secara umum baik. Namun utk air tidak tersedia 24 jam dan menggunakan
air sumur.
6. Kondisi Gizi masyarakat: Bahan pokok seperti nasi buah sayur bisa di dapatkan di daerah lokal
karena warga banyak berprofesi sebagai petani. Bahan protein dari ikan di danau.
7. Kesehatan jiwa: -
8. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan: Edukasi cara menjaga kesehatan, gizi, dan kebersihan
lingkungan, serta memotivasi masyarakat untuk mau datang ke fasilitas kesehatan
9. Kesehatan reproduksi:
a. Pelayanan KIA: -
b. ANC: 1
c. Persalinan: -
d. KB: -
e. kasus rujukan: -
10. Rencana tindak lanjut: Saran, diperlukan pembangunan akses jalan, listrik dan air
Kabupaten: Sigi
1. Upaya/jumlah pelayanan:
a. Balita : 20
b. Anak : 17
c. Dewasa: 105
d. Lansia: 25
2 . Kendala di lapangan: banyak stock obat yang menipis seperti anti hipertensi, obat digestive,
vitamin dewasa dan anak, analgetik. Tidak adanya listrik membuat pelayanan tidak maksimal karena
kami baru memulai sore hari dan selesai hampir petang.
3. Kebutuhan : Secara umum di klini tersebut sudah tercukupi bantuannya. Hanya utk di daerah
sekitar mungkin diperlukan solar cell, genset dan air bersih.
Baik, secara umum tidak terdampak parah oleh gempa. Pembuangan sampah baik.
5. Kondisi MCK/jamban: Secara umum baik. Namun utk air tidak tersedia 24 jam dan menggunakan
air sumur.
6. Kondisi Gizi masyarakat: Bahan pokok seperti nasi buah sayur bisa di dapatkan di daerah lokal
karena warga banyak berprofesi sebagai petani. Bahan protein dari ikan di danau. Namun ada
banyak pasien anak yg memiliki gizi kurang bahkan sangat kurang.
8. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan: Edukasi cara menjaga kesehatan, gizi, dan kebersihan
lingkungan
9. Kesehatan reproduksi:
a. Pelayanan KIA: -
b. ANC: -
c. Persalinan: -
d. KB: -
10. Rencana tindak lanjut: Saran, diperlukan pembangunan akses jalan, listrik dan air
Demikian laporan ini dibuat untuk Klaster Kesehatan Sul-Teng penanganan krisis kesehatan gempa
tsunami likuifaksi Palu-Donggala-Sigi
Kecamatan: Balisatanjung
a. Balita : 13
b. Anak : 4
c. Dewasa : 33
d. Lansia :
2. Kendala di lapangan: Akses jalan beresiko longsor dan sulit untuk dilalui. Obat batuk sirup anak
untuk <2 tahun dan antibiotic dalam jumlah minim.
3. Kebutuhan: Trauma healing untuk kecemasan. Anak-anak belum sekolah karena kecemasan
daripada guru-guru terhadap gempa. Sehingga dibutuhkan trauma healing.
4. Masalah Lingkungan dan kondisis tempat pembuangan sampan: Banyak bangunan hancur (gereja,
jalan dan rumah warga). Tempat pembuangan sampah tidak ada kesulitan.
8. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan: Edukasi cara menjaga kesehatan, gizi, dan kebersihan
lingkungan.
9. Kesehatan reproduksi:
a. Pelayanan KIA: -
b. ANC: -
c. Persalinan: -
d. KB: -
e. kasus rujukan: -
10. Rencana tindakan: pelayanan medis sudah memadai, sudah 3x dilayani pelayanan medis.
Kegiatan sekolah belum berjalan karena kecemasan sehingga diperlukan trauma healing untuk trip
selanjutnya. Gereja butuh pembangunan karena rusak serta jalan dan akes ke desa perlu diperbaiki.
Butuh pengupayaan agar guru-guru boleh kembali mengajar anak-anak sekolah.
Kabupaten: Sigi
1. Upaya/jumlah pelayanan:
A. anak : 7
B. Balita : 6
C. Dewasa : 44
D. Lansia: 5
2. Kendala di lapangan: stock obat menipis seperti antibiotik, dan obat antihipertensi.
3. Kebutuhan: Bantuan tim rohani atau trauma healing untuk keluarga yang telah kehilangan
anggota keluarga. Sekolah belum berjalan karena kecemasan terhadap gempa.
4. Masalah lingkungan dan kondisi tempat pembuangan sampah: Secara umum tidak terdampak
parah oleh gempa. Pembuangan sampah baik.
5. Kondisi MCK/jamban: Secara umum baik. Namun utk air tidak tersedia 24 jam dan menggunakan
air sumur.
6. Kondisi Gizi masyarakat: Bahan pokok seperti sembako makanan telah dikirimkan oleh tim aksih
GRII.
7. Kesehatan jiwa: Gangguan kecemasan.
8. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan: Edukasi agar pergi ke tempat pelayanan kesehatan
terdekat seperti puskesmas. Edukasi cara menjaga kesehatan, gizi, dan kebersihan lingkungan
9. Kesehatan reproduksi:
a. Pelayanan KIA: -
b. ANC: 1
c. Persalinan: -
d. KB: -
e. kasus rujukan: -
10. Rencana tindak lanjut: Saran, Diperlukan komunikasi pada tokoh agama/pendeta agar
menghimbau guru-guru kembali mengajar sehingga kegiatan sekolah dapat berjalan.
Kecamatan: Salua
Kabupaten: Sigi
1. Upaya/jumlah pelayanan :
a. Balita : 3
b. Anak : 4
c. Dewasa : 24
d. Lansia : -
e. Penyakit terbanyak : ISPA, myalgia, dyspepsia, HT
2. Kendala di lapangan: Risiko longsor dan banjir bandang. Pada saat pelayanan banjir bandang
datang sehingga pelayanan pengobatan sempat terhenti. Penyediaan plastik untuk obat yang
diberikan dalam jumlah sedikit.
3. Kebutuhan: Trauma healing bagi masyarakat setempat. Kegiatan sekolah belum berjalan sehingga
perlu himbauan agar guru-guru dapat mengajar. Perlindungan untuk warga sekitar sungai masih
tidak aman.
4. Masalah Lingkungan dan kondisi tempta pembuangan sampah: Banyak bangungan hancur
(gereja,jalan dan rumah warga). Warga sekitar sungai tidak aman terhadap ancaman banjir bandang.
Tempat pembuangan sampah tidak ada kesulitan.
8. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan: Edukasi cara menjaga kesehatan, gizi, dan kebersihan
lingkungan
9. Kesehatan reproduksi:
a. Pelayanan KIA: -
b. ANC: -
c. Persalinan: -
d. KB: -
e. kasus rujukan: -
10. Rencana tindakan: pelayanan medis dan logistik sudah memadai. Sama halnya seperti tempat
sebelumnya bahwa kegiatan sekolah dan trauma healing diperlukan oleh warga setempat.
Hari/tanggal : Minggu, 28 Oktober 2018
Kabupaten: Sigi
1. Upaya/jumlah pelayanan :
a. Balita :
b. Anak : 3
c. Dewasa : 23
d. Lansia :
2. Kendala di lapangan: Risiko longsor pada perjalanan dan tempat suit dijangkau. Kurangnya stok
obat karena gangguan komunikasi
3. Kebutuhan: Mereka membutuhkan trauma healing karena masih banyak warga cemas terhadap
gempa. Kebanyakan mereka masih tidur diluar karena takut tertimpa bangunan pada malam hari.
4. Masalah Lingkungan dan kondisi tempat pembuangan sampah: tidak banyak bangunan yang
terkena dampak bencana. Hanya saja listrik yang belum menyala sudah hampir 1 bulan. Tempat
pembuangan sampah tidak ada kesulitan.
6. Kondisi Gizi: secara umum gizi pada pasien dalam kategori cukup
8. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan: Edukasi cara menjaga kesehatan, gizi, dan kebersihan
lingkungan
9. Kesehatan reproduksi:
a. Pelayanan KIA: -
b. ANC: -
c. Persalinan: -
d. KB: -
e. kasus rujukan: -
10. Rencana tindakan: pelayanan medis dan logistik sudah memadai. Sama seperti desa-desa
sebelumnya. Diperlukan trauma healing bagi warga setempat. Tokoh masyarakat/pemerintah/tokoh
agama perlu dikomunukasikan agar menghimbau guru-guru mau menjalankan kegiatan sekolah
sehari-hari.
Nama pelapor : dr. Adeck , dr. Guntur, dr. Maria, dr. Angel, dr. Raymond
Kabupaten: Sigi
1. Upaya/jumlah pelayanan :
a. Balita : 13
b. Anak : 4
c. Dewasa : 53
d. Lansia : 6
3. Kebutuhan: pengobatan
4. Masalah Lingkungan dan kondisi tempat pembuangan sampah: tidak banyak bangunan yang
terkena dampak bencana. Tempat pembuangan sampah tidak ada kesulitan.
7. Kesehatan Jiwa: -
8. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan: Edukasi cara menjaga kesehatan, gizi, dan kebersihan
lingkungan
9. Kesehatan reproduksi:
a. Pelayanan KIA: -
b. ANC: -
c. Persalinan: -
d. KB: -
e. kasus rujukan: -
10. Rencana tindakan : pelayanan medis dan logistik sudah memadai. Perlu trauma healing dan
pembinaan pemeberdayaan masyarakat
Demikian laporan ini dibuat untuk Klaster Kesehatan Sul-Teng penanganan krisis kesehatan gempa
tsunami likuifaksi Palu-Donggala-Sigi
Hari/tanggal: Rabu, Jumat, Minggu, Senin / 24, 26, 28, 29 Oktober 2018
Kecamatan: Lindu
Kabupaten: Sigi
1. Upaya/jumlah pelayanan:
A. Anak: 1
B. Dewasa: 15
C. Lansia: 9
2. Kendala di lapangan: Malam tidak ada listrik di posko kesehatan, sehingga pelayanan kesehatan di
malam hari tidak ada.
3. Kebutuhan: Listrik, untuk penerangan saat malam hari, untuk belajar anak2.
4. Masalah lingkungan dan kondisi tempat pembuangan sampah: Baik, secara umum tidak
terdampak parah oleh gempa.
5. Kondisi MCK/jamban: Secara umum baik. Namun sabun mandi susah di dapatkan
6. Kondisi Gizi masyarakat: Bahan pokok seperti nasi buah sayur bisa di dapatkan di daerah lokal
karena warga banyak berprofesi sebagai petani. Bahan protein dari ikan di danau. Bahan yang
kurang karena dampak gempa longsor: gula, garam, minyak goreng
7. Kesehatan jiwa: gangguan cemas saat terjadi gempa susulan. Sempat ada isu mengenai gempa yg
berpusat di lindu dan ada tsunami dr danau pd tgl 28, shg byk masyarakat yg ketakutan & pergi
mengungsi.
8. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan: Edukasi cara menjaga kesehatan, gizi, dan kebersihan
lingkungan, serta memotivasi masyarakat untuk mau datang ke fasilitas kesehatan
9. Kesehatan reproduksi:
a. Pelayanan KIA: -
b. ANC: -
c. Persalinan: -
d. KB: -
e. kasus rujukan: -
10. Rencana tindak lanjut: Saran, perlu dokter di kecamatan lindu ini, karena selama ini tidak ada
dokter di kec. ini, yg melayani hanya perawat, bidan, apoteker & ahli gizi. Ada daerah yg belum
terjangkau, yaitu bbrp dusun di desa Olu.
Kecamatan: Lindu
Kabupaten: Sigi
1. Upaya/jumlah pelayanan:
a. Balita: 37
b. Anak: 29
c. Dewasa: 131
d. Lansia: 17
2. Kendala di lapangan: Akses jalan susah, harus melalui danau, sungai, dan berjalan kurang lbh 1 Km
di sungai. Ada miskomunikasi, yaitu ada relawan dari OBI juga datang sehingga akhirnya kami
bekerja sama dengan OBI.
3. Kebutuhan: Bantuan tenda, karena belum mendapat bantuan tenda. Listrik, untuk penerangan
saat malam hari, untuk belajar anak2.
4. Masalah lingkungan dan kondisi tempat pembuangan sampah: Baik, secara umum tidak
terdampak parah oleh gempa.
5. Kondisi MCK/jamban: Secara umum baik. Namun sabun mandi susah di dapatkan
6. Kondisi Gizi masyarakat: Bahan pokok seperti nasi buah sayur bisa di dapatkan di daerah lokal
karena warga banyak berprofesi sebagai petani. Bahan protein dari ikan di danau. Bahan yang
kurang krn dampak gempa longsor: gula, garam, minyak goreng
8. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan: Edukasi cara menjaga kesehatan, gizi, dan kebersihan
lingkungan, serta memotivasi masyarakat untuk mau datang ke fasilitas kesehatan
9. Kesehatan reproduksi:
a. Pelayanan KIA: -
b. ANC: 2
c. Persalinan: -
d. KB: -
e. kasus rujukan: -
10. Rencana tindak lanjut: Saran, diperlukan pembangunan akses jalan & fasilitas transportasi air.
Kecamatan: Lindu
Kabupaten: Sigi
1. Upaya/jumlah pelayanan:
a. Balita: 27
b. Anak: 28
c. Dewasa: 54
d. Lansia: 6
2. Kendala di lapangan: Akses jalan susah, harus melalui jalan kecil di pegunungan yg hanya bisa
dilalui motor, jika hujan jalan berlumpur sehingga lebih sulit dilalui
3. Kebutuhan : Listrik, untuk penerangan saat malam hari, untuk belajar anak2.
4. Masalah lingkungan dan kondisi tempat pembuangan sampah: Baik, secara umum tidak
terdampak parah oleh gempa.
5. Kondisi MCK/jamban: Secara umum baik. Namun sabun mandi susah di dapatkan
6. Kondisi Gizi masyarakat: Bahan pokok seperti nasi buah sayur bisa di dapatkan di daerah lokal
karena warga banyak berprofesi sebagai petani. Bahan protein dari ikan di danau. Bahan yang
kurang karena dampak gempa longsor: gula, garam, minyak goreng
8. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan: Edukasi cara menjaga kesehatan, gizi, dan kebersihan
lingkungan, serta memotivasi masyarakat untuk mau datang ke fasilitas kesehatan
9. Kesehatan reproduksi:
a. Pelayanan KIA: -
b. ANC: 5
c. Persalinan: -
d. KB: -
e. kasus rujukan: -
10. Rencana tindak lanjut: Saran, diperlukan pembangunan akses jalan & fasilitas transportasi air.
Hari/tanggal: Sabtu, 27 Oktober 2018
Kecamatan: Lindu
Kabupaten: Sigi
1. Upaya/jumlah pelayanan:
a. Balita: 17
b. Anak: 26
c. Dewasa: 97
d. Lansia: 26
2. Kendala di lapangan: Tidak ada kendala yang berarti, waktu pelayanan banyak warga yang sudah
pergi ke kebun & sawah sehingga msh ad bbrp org yg blm mendapat pelayanan kesehatan
3. Kebutuhan : Listrik, untuk penerangan saat malam hari, untuk belajar anak2.
4. Masalah lingkungan dan kondisi tempat pembuangan sampah: Baik, secara umum tidak
terdampak parah oleh gempa.
5. Kondisi MCK/jamban: Secara umum baik. Namun sabun mandi susah di dapatkan
6. Kondisi Gizi masyarakat: Bahan pokok seperti nasi buah sayur bisa di dapatkan di daerah lokal
karena warga banyak berprofesi sebagai petani. Bahan protein dari ikan di danau. Bahan yang
kurang karena dampak gempa longsor: gula, garam, minyak goreng
8. Upaya promosi kesehatan yang dilakukan: Edukasi cara menjaga kesehatan, gizi, dan kebersihan
lingkungan, serta memotivasi masyarakat untuk mau datang ke fasilitas kesehatan
9. Kesehatan reproduksi:
a. Pelayanan KIA: -
b. ANC: -
c. Persalinan: -
d. KB: -
e. kasus rujukan: -
10. Rencana tindak lanjut: ISPA yang trjadi karena banyak warga masih tinggal di tenda dan jalanan
berdebu, sehingga perbaikan rumah untuk warga juga diperlukan supaya warga mendapat tempat
tinggal yang layak. Perlu follow up supaya masyarakat lebih peduli akan kesehatan mereka
Demikian laporan ini dibuat untuk Klaster Kesehatan Sul-Teng penanganan krisis kesehatan gempa
tsunami likuifaksi Palu-Donggala-Sigi.
Jumlah Pasien
Balita 25
Anak 25
Dewasa 86
Lansia 37
Penyakit terbanyak
1 ISPA
2 Myalgia
3 Dyspepsia
4 HT
GEREJA SULAWESI TENGAH, DS. WALANDANU, KEC. BALISATANJUNG
SEKOLAH DASAR TEOLOGIA BALA KESELAMATAN, DS. WATUKILO, KEC. KULAWI SELATAN
Balita 13 1 ISPA
Anak 6 2 Myalgia
Dewasa 55 3 Dyspepsia
Lansia 9 4 HT
DESA TOMADO, KECAMATAN LINDU
ANAK : 295
DEWASA : 554
LANSIA : 116
TOTAL : 965
Gambaran Secara Umum Setiap Daerah
Laporan dr Tim 2 yang diutus ke Lindu tanggal 24-28 Oktober 2018 (dr. Emma, dr.
Shiela, dr. Egi)
Lindu:
- Pemukiman di sekitar danau, daerah terdampak bencana sekitar 20%, lebih banyak di Puro
yang sudah didatangi oleh tim 1.
- Listrik belum masuk, baru mau masuk & rencana diresmikan tanggal 3 November. Namun
karena gempa jadi batal. Sebagian kecil warga menggunakan genset atau solar cell energi,
namun lbh banyak yang tidak punya akses untuk listrik.
- Komunikasi hanya bisa menggunakan sinyal Telkomsel di daerah Tomado & Anca, namun
tidak ada akses internet.
- Akses air bersih cukup dari pegunungan, Bahan makanan pokok seperti nasi, buah, sayur
bisa didapatkan di daerah lokal, karena warga banyak yang berprofesi sebagai petani.
- Bahan yang saat ini kurang karena dampak gempa-longsor: gula, garam, sabun, minyak
goreng.
Masalah Kesehatan :
- Di PKM Lindu tidak ada dokter, hanya tenaga farmasi, gizi, perawat & Bidan. Dokter ada
terakhir kali sekitar 3 tahun yang lalu.
- Permasalahan karena gempa: ISPA karena tinggal di tenda, terpapar debu & cuaca dingin.
Untuk trauma pasca gempa tidak banyak, dan sebagian besar sdh dirawat oleh tenaga
kesehatan disana.
- Banyak hipertensi -- sepertinya karena keturunan, krn byk yang usia muda (20-30 thn)
sudah terkena darah tinggi. Yang tua cenderung tinggi hingga Tekanan sistole > 200 mmHg
- LBP, myalgia, gastritis -- karena banyak yang berprofesi sebagai petani dan sering telat
makan juga
- Akses jalan menuju Lindu masih tertutup longsor, sehingga banya warga yang biasa kontrol
ke RS di Palu tidak bisa kontrol.
- Masyarakat laki – laki hampir semua merokok & banyak yang mengonsumsi alkohol.
Sosial:
- Tidak ada masalah sosial yang terlihat cukup signifikan, warga sudah mulai beraktifitas
seperti biasa, yaitu bertani (kopi & sawah), memancing ikan, serta sekolah, hanya saja
perdagangan blm berjalan dgn baik, karena akses jalan ke Palu atau Sigi masih tertutup
longsor.
- Saat malam masyarakat rata – rata beraktifitas dengan berkumpul bersama, menonton TV,
menyanyi atau melakukan permainan sederhana seprti kartu.
- Sempat ada isu mengenai gempa yang berpusat di Lindu dan ada tsunami dari danau pada
tanggal 28, sehingga banyak masyarakat yang ketakutan & pergi mengungsi.
Kerohanian:
- Hampir semua gereja di tiap dusun rusak, sehingga mereka memakai tenda sementara diluar
untuk beribadah.
Bahan-Bahan Lain yang Diperlukan:
Bahan bangunan seperti paku & kayu. Kayu bisa diambil dari pohon di daerah lokal, namun
kayu siap untuk bangunan susah dibuat karena bahan bakar untuk mesin pembuat kayu tidak
ada.
- Helikopter datang 2x membawa bantuan logistik, belum ada tenaga medis yang datang
sebelumnya
- Akses sulit, jika dari sini lewat darat harus melalui jalan ke Wongkodono lalu melewati
sungai menuju dusun ini. Lewat danau bisa melalui Ds. Tomado, lewat danau lalu melalui
sungai, jika sungai surut bisa jadi harus jalan kaki (air sungai bisa stinggi paha) dari muara
sungai ke dusun ini.
- Banyak yang tinggal di tenda, tapi belum dapat bantuan tenda, sehingga mereka pakai terpal
yang biasa digunakan menjemur coklat, sehingga sering dibongkar pasang tendanya.
- Sekolah SMP, SMA tidak ada, jadi banyak yang setelah SD langsung kerja, sehingga juga
banyak masayarakat yang menikah muda dan hamil di usia muda
- Bantuan melalui helikopter belum ada, hanya mendapat bantuan dari Kec. Lindu
- Akses sulit, jika lewat darat hanya bisa dilalui menggunaka motor, jalanan off road, melalui
gunung, jika hujan jalan berlumpur & becek sehingga lebih sulit dilalui atau alternatif melalui
danau
- Masalah kesehatan rata-rata sama dengan daerah lain disini.
- Sekolah SMP, SMA tidak ada, jadi banyak yang setelah SD langsung kerja, sehingga juga
banyak masayarakat yang menikah muda dan hamil di usia muda
Ds. Langko:
- Akses mudah, dekat dengan pusat kecamatan & Puroo, namun belum ada bantuan medis
yang dating.
- Untuk tenda dan bantuan logistik sudah mendapat dari Tomado & Puro
Laporan dr Tim 2 yang diutus ke Kulawi Selatan tanggal 24-29 Oktober 2018 (dr.
Raymond, dr. Angel, dr. Maria)
PKM Gimpu ini memiliki IGD dan ruang rawat inap. Pasien cenderung ramai.
Apalagi ini merupakan tempat kesehatan satu-satunya di Kulawi Selatan. Kepala
Puskesmas bernama dr. Banu Kadgada, alumni FK Maranatha 2005. Didampingi oleh
dokter PTT, dr. Manda Darmawan, alumni FK Wijaya Kusuma 2009. Selain itu
terdapat beberapa nakes seperti bidan, perawat dan farmasi.
Pemukiman di sekitar lereng bukit dan gunung serta sungai. Daaerah ini tidak terlalu
terdampak bencana untuk aspek bangunan. Hanya saja beberapa bangunan retak.
Listrik mati sudah 1 bulan. Sehingga untuk di PKM sendiri, harus menggunakan
genset. Dan karena stock BBM yang menipis, maka penggunaan genset dijadwal dari
pukul 6 – 8 pagi, lalu dinyalakan lagi pada pukul 18 – 21 malam.
Komunikasi hanya bisa menggunakan sinyal telkomsel (telfon dan internet). Namun
terkadang bias tidak ada sinyal sama sekali.
Akses jalan dari Palu – Kulawi Selatan kurang lebih 4 jam. Melewati jalanan yang
sempit dan berkelok-kelok serta ada jalanan utama yang putus. Sehingga harus
melewati jalur alternative yang medannya cukup berat jika tidak terbiasa.
Cuaca disana pada siang hari sangatlah panas dan terik. Pada malam hari cenderug
normal, namun juga tidak dingin atau panas.
Masalah Kesehatan :
Permasalahan karena gempa: ISPA karena tinggal di tenda, terpapar debu & cuaca
dingin.
Untuk trauma pasca gempa tidak banyak, dan sebagian besar sudah dirawat oleh
tenaga kesehatan disana.
Penyakit yang sering ditemukan: Hipertensi, myalgia, dan dyspepsia.
Banyak pasien yang memiliki penyakit serius seperti tumor, hernia, dan jantung
Banyak pasien yang dirujuk ke RS di Palu dan harus rutin control. Namun karena
akses jalan yang belum pulih sempurna, mereka tidak bisa rutin melakukan control
Penduduk di desa itu sangat peduli dan memperhatikan kesehatan
IGD Puskesmas selalu ramai dan kebanyakan pasien bumil
Sosial:
Tidak ada masalah sosial yang terlihat cukup signifikan, warga sudah mulai
beraktifitas seperti biasa, yaitu bertani (kopi & sawah), memancing ikan, serta
sekolah, hanya saja perdagangan belum berjalan dengan baik, karena akses jalan ke
Palu atau Sigi masih belum pulih sempurna
Saat malam, karena gelap, bebrapa penduduk pergi ke Puskesmas hanya untuk
sekedar menjenguk atau menikmati lampu dan listrik
Masyarakat desa terlihat harmonis
Kerohanian:
Genset atau solar cell untuk penerangan di malam hari. Sekaligus dengan BBM.
Karena BBM harus dibeli di Palu. Sebetulnya disana sudah ada SPBU yang mau
buka. Namun karena gempa, SPBU itu menjadi rusak dan belum bisa beroperasi.
Beberapa alkes di Puskesmas yang rusak, seperti thermometer, slamp suction
Makanan bayi dan susu bayi, dan daging.
Laporan Kegiatan dan Foto – Foto
Berfoto dengan pemilik rumah, Pak Irvandi, sebelum berangkat ke bandara menuju Kulawi dan
Lindu
Di bandara, persiapan menuju tempat pelayanan dengan helicopter (kiri-kanan) : dr. Guntur, dr.
Angela, dr. Adeck, dr. Raymond, dr. Ellen, dr. Emma, dr. Shiela, dr. Maria, dr. Egi
Hari ke-3 Kamis, 25 Oktober 2018