Anda di halaman 1dari 226

Drs. H.

Abu Ahmadi, dkk

ILMU

SOSIAL DASAR

Untuk Mahasiswa Perguruan Tinggi Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU)

EDISI REVISI
KATA PENGANTAR

Buku ini disusun dengan berpedoman pada Silabus Perkuliahan fimu Sosial Dasar, yang merupakan hash rumusan

Konsorsium antar Bidang fimu Alamiah Dasar, fimu Budaya Dasar, dan ilmu Sosial Dasar. Isi buku ml disesuaikan

dengan mateii fimu Sosial Dasar yang diberikan pada penatarandosen-dosen fimu Sosial Dasar se wilayah Indonesia

Tengah dan Timur padabulan Agustus 1982, hasil lokakaiya penyusunan bahan minimal Ilmu Sosial Dasar yang

diselenggarakan di Universitas Brawijaya, Malang, bulan Januari 1985, dan penataranpenataran dosen Ilmu Sosial

Dasar Universitas Padjajaran, Bandung, tahun 1980.

Adapun tujuan Ilmu Sosial Dasar ialah agar tercapai wawasan komprehensif dan pendekatan integral dalam

mengidentifikasi dan memecahkan masalah kehidupan, baik pada tingkat individual maupun sosial. Oleh karena itu

tujuan Ilmu Sosial Dasar adalah untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran agar daya tangkap,

persepsi dan penalaran yang berkenaan dengan lingkungan sosial dapat dipertajam. Secara lebth terinci ISD adalah

untuk membantu mahasiswa mengembangkan:

Minat dan kebiasaan memperhatikan dan memahami peristiwa peristiwa atau gejala-gej ala sosial yang teijadi di

seJcitarnya;

Kesadaran kritis akan adanya sebab-sebab dan akibat-akibat berbagai peristiwa yang terwujud dalam kehidupan

sehari-hari,

Kerelaan memikirkan dan mempertanyakan kembali pengetahuannya tentang kenyata.an-kenyataan sosial;

Kemampuan menyesuaikan din dengan lingkungan sosial yang harus dibenarkan, dan sebaliknya, mengubah

keadaan-keadaan

sosial yang tidak dapat dibenarkan dengan penuh tanggungjawab. Dengan demikian diharapkan dapat memperluas

cakrawala perhatian dan pengetahuan para mahasiswa sehingga tidak hanya terbatas pada bidang keahlian yang

dipilihnya, tetapi membantu para mahasiswa menemukan dirinya sendin dalam arus perkembangan masyarakat dan

kebudayaan yang sedangberlangsung. Kepadapenerbit PT Bina Aksara yang telah bersedia menerbitkan buku mi

kami ucapkan banyak terima kasih. Semoga buku mi ada manfaatnya bagi para mahasiswa yang sedang mempelajari

Ilmu Sosial Dasar, dan bagi masyarakat umum yang meminatinya.

Penyusun
KATA PENGANTAR

Edisi Revisi

Setelah rnempertimbangkan saran-saran dan para pembaca untuk Iebih dipadatkan lagi materinya, maka penyusun

perlu mengadakan revisi. Revisi mi meliputi pencantumanfool-nole (catatan kaki) pada halaman-halaman yang

dipandang perlu. Di samping itu juga perubahan materi disesuaikan dengan sub-bab agar lebih tepat dan lebih

berbobot. Sebingga secara keseluruhan buku menjadi lebih lengkap dan sesuai dengan harapan pembaca serta sesuai

pula dengan silabi. Namun demikian penulis tetap menyadari adanya kekurangan dan kekhilafan dalam buku mi

mengingat terbatasnya kemampuan sebagal seorang makhluk. I(arena itu penulis tetap menerima saran dan kritik

yang bersifat konstruktif demi sempurnanya buku pada terbitan yang akan datang. Atas saran-saran tersebut

disampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya.

Cetakan pertama diterbitkan oleh PT Bina Aksara. Untuk cetakan kedua dan seterusnya hak penerbitannya kami

limpahkan kepada PT Rineka Cipta Semoga buku mi benar-benar akan bermanfaat bagi para mahasiswa serta

masyarakat pada umumnya.

Penyusun
DAFTAR ISI

KataPengantar

BAB I : PENGERTIANILMUSOSIALDASAR

Sekilas tentang fimu-Ilmu Sosial, fimu Pengetahuan Sosial dan

Ilmu-Ilmu Sosial Dasar

Latar-Belakang Dmu Sosial Dasar

Ilmu Sosial Dasar sebagai Komponen MKDU

Ruang Lmgkup Pembahasan

Masalah-Masalah Sosial dan Ilmu Sosial

Dasar

Rangkuman

Latihan

BAB II : PENDUDUK, MASYARAKAT, DAN KEBUDAYAAN

Pertambahan Penduduk dan Migrasi

Pembagian Kerja dalam Masyarakat

Perkembangan Kebudayaan

Pranata-Pranata dan Institusionalisasi

Rangkuman

BAB III : INDIVIDU, KELUA RCA, DAN MASYARAKAT

Pertumbuhan Individu

Fungsi-Fungsi Keluarga

Individu, Keluarga, dan Masyarakat

Hubungan antara Individu Keluarga dan Masyarakat

BAB IV : PEMUDA DAN SOSIALISASI

Tnternalisasi, Belajar dan Spesialisasi


Pemuda dan Identitas

Perguruan dan Pendidikan

Peranan Pemuda dalam Masyarakat

BAB V : WARGANEGARA DAN NEGARA

Hukum, Negara, dan Pemerintah

Warganegara dan Negara

Individu, Tindakan Politik dan Sistem Politik

BAB VII : PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT

Pelapisan Sosial

Kesamaan Derajat

Elite dan Massa

Pembagian Pendapatan

BAB VII : MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MASYARAKAT

PEDESAAN

Masyarakat Perkotaan Aspek-Aspek Positifdan Negatif

MasyarakatPedesaan

Urbanisasi dan Urbanisme

BAB VIII : PERTENTANGAN-PERTENTANGAN SOSIAL DAN

INTEGRASI MASYARAKAT

Perbeda.an Kepentingan

Prasangka, Diskriminasi, dan Ethnosentrisme

Pertentangan-Pertentangan Sosial/Ketegangan-Ketegangan dalam Masyarakat

Golongan-Golongan yang Berbeda dan Integrasi Sosial

Integrasi Nasional
BAB IX : ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN KEMISK1NAN

Sistem Ekonomi Produksi, Distribusi dan Konsumsi

Kernakmuran dan Kemiskinan

Ilmu Pengetahuan dan Daya Kemampuan Masyarakat

Teknologi dan Kemiskinan

DafiarKepustakaan
BAB I

PENGERTIAN ILMU SOSIAL DASAR

1. SEKILAS TENTANG ILMU-ILMU SOSIAL, ILMU PENGETAHUAN SOSIAL DAN ILMU-ILMU

SOSIAL DASAR.

a. Ilmu-ilmu Sosial.

Telah kita ketahui, bahwa sumber dan semua ilmu pengetahuan adalah philosophia (filsafat). Balk ilmu-ilmu

alain maupun ilmu-ilmu sosial ditifik dan pengembangannya bermula dan ilmu filsafat. Dan filsafat itu kemudian

lahirlah 3 cabang ilmu pengetahuan yaitu:

1. Natural Sciences (Ilmu-ilmu Alamiah), meliputi: fisika, kimia, astronomi, biologi, botani dan lainain.

2. Social Sciences, (Ilniu-ilmu Sosial), terdiri dan: sosiologi, ekonomi, politik, antropologi, sejarah, psikologi,

geografi dan lain-lain.

3. Humanities (fimu-ilmu Budaya) meliputi: bahasa, agama, kesusasteraan, kesenian dan lain-lain.

Ilmu-ilmu Sosial berkembang terus sesuai dengan kebutuhan manusia dalam era pembangunan, khususnya

di Indonesia. Wujud dan kenyataan-kenyataan adanya perkembangan Ilmuilmu Sosial di Indonesia, setelah bangsa

Indonesia mendapat kemerdekaan adalah sebagai berikut:

1. Pertaina-tama didirikan di Yogyakarta suatu akademi ilmu politik. Sponsor-sponsor yang mendirikan

akademi mi terdin dan tenaga-tenaga akademis pembina ilmu politik di Negara Belanda.

2. Selang waktu berikutnya, didirikan pula Balai Perguruan Tinggi Gajah Mada pada tanggal 17 Februari

1946, yang diresmikan pembukaannya pada tanggal 3 Maret 1946, mempunyai 2 fakultas, ialah Fakultas

Sastra dan Fakultas Sosial. Balai Perguruan Tinggi itu adalah perguruan tinggi swasta yang dikelola oleh

yayasan.

3. Didirikan Akademi Kepolisian.

Sesungguhnya latar belakang berdirinya ketiga pendidikan tinggj tersebut lebih menekankan pada

pembentukan lembagalembaga pendidikan untuk mencetak kader-kader pengisi jabatan tinggi di Pemerintah
Republik Indonesia pada saat itu. Namun dalam perkembangan tahun-tahun selanjutnya dan ketiga lembaga

pendidikan tinggi inilah berkembang ilmuilmu sosial di Indonesia.

Dewasa mi di Indonesia terdapat 40 universitas dan institut negeri yang semuanya menyelenggarakan pengajaran

dalam bidang ilmu sosial.

b. Ilmu Pengetahuan Sosial.

Dalam dunia pengajaran, ilmu-ilmu sosial telah mengalami perkembangan sehingga timbullah paham studi-sosial

(social studies), atau di Indonesia disebut Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Paham studi sosial berkembang dan

berpengaruh terhadap program kurikulum pada sekolah-sekolah di Amerika Serikat sejak tahun l940-an sampai

sekarang.

Paham studi sosial dipergunakan bagi keperluan pendidik. an dan pengajaran, dan bukan merupakan satu disiplin

ilmu yang mandiri.

Social studies atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanalcan untuk tujuan-tujuan

pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah (elementary and secondary school)

Dengan begitu, tandaslah sudah bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ialah ilmu-ilmu sosial yang dipilih dan

disesuaikan bagi penggunaan program pendidikan di sekolah atai bagi kelompok belajar lainnya. yang sederajat.

Materi dan berbagai disiplin ilmu sosial seperti Geografi, Sejarah, Sosiologi, Antropologi, Psikologi Sosial,

Ekonorni, Ilrnu Politik, Ilmu Hukum dan ilmu-ilmu sosial lainnya, dijadikan bahan baku bagi pelaksanaan program

pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan menengah.

Ihnu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah bidang studi yang merupakan paduan (fusi) dan sejumlah mata pelajaran

sosial.

Dan uraian tersebut di atas dapat disimpulkan, bahwa ilmu-ilmu sosial merupakan dasar dan IPS. Akan tetapi perlu

dicamkan bahwa tidak semua ilmu-ilmu sosial secara otomatis dapat menjadi bahanlpokok bahasan dalam IPS.

Tingkat usia, jenjang pendidikan dan perkembangan pengetahuan anak didik, sangat menentukan materi-materi ilmu-

ilmu sosial rnana yang tepat menjadi bahan/pokok bahasan dalam IFS. Di Indonesia IPS menjadi salah satu mata

pelajaran dalam pembaruan kurikulum SD, SMTP dan SMTA dalam kurun waktu 1975 — 1976, dan masih

berlangsung hingga sekarang mi.

c. Ilmu Sosial Dasar.


Ilmu Sosial Dasar (ISD) adalah suatu program pelajaran baru yang dikembangkan di Perguruan Tinggi.

Pengembangan Ilmu Sosial Dasar mi sejalan dengan realisasi pengembangan ide dan pembaruan sistem pendidikan

yang bersifat dinamis dan inovatif. Ilmu-ilmu Sosial Dasar (ISD) adalah Ilmuilmu sosial dipergunakan dalam

pendekatan, sekaiigus sebagai sarana jalan keluar untuk mencani pemecahan masalah-masalah sosial yang

berkembang dalam kehidupan masyarakat.

Seperangkat konsep-konsep dasar atau pengetahuan dasar ilmu-ilmu sosial secara interdisiplin atau multi disiplin

dipergunakan sebagai alat bagi pendekatan dan pemecahan problemaproblema yang timbul dan berkembang dalam

masyarakat.

ISD memberikan dasar-dasar pengetahuan sosial kepada para mahasiswa, yang diharapkan akan cepat tanggap serta

mampu menghadapi dan rnemben alternatif pemecahan masalah-masalah dalam kehidupan masy arakat.

Berdasarkan pengetahuan yang di dapat melalui ISD, diharapkan para mahasiswa akan mampu mengorientasikan diri

berkat penghayatan akan arah perkembangan dalam masyarakat. Setelah mengorientasikan din secara mantap, paling

tidak ia harus mampu mengetahui ke arah inana peniecahan jalan keluar suatu permasalahan itu hams ditempuh.

Masalah-masalah sosial yang berkenibang sedemikian kompleks, balk yang bersifat lokal, regional, nasional maupun

intemasianal seperti pengangguran, urbanisasi, penyelundupan dan kriminalitas, kenakalan remaja dan

penyalahgunaan narkotika. Pertentar.gan ras dan pergolakan politik merupakan masalahmasalah sosial yang harus

diihat serta ditanggulangi dengan segala aspek pengetahuan yang tezjalin satu sama lam.

Akan tetapi dengan dilaksanakannya ISD sebagai Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) di setiap perguruan tinggi

negeri khususnya, tidak bérarti pengantar-pengantar ilmu sosial harus hilang dari kurikulum perguruan tinggi.

Pengantar-pengantar ilmu-ilmu sosial masih harus dipertahankan, sebab ia mempunyai misi memberikan

pengetahuan teoritis ilmiah pada ilmu tertentu yang bersifat sub ject-oriented.

Melalui penelaahan dan pendalaman subject-oriented tersebut, berarti proses pendalaman bidang-bidang ilmu

menuju ke arah spesialisasi keahlian telah herlangsung. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa antara ilmu-ilmu

sosial dan ilmuilmu sosial dasar (ISD) tidak terdapat perbedaan yang prinsipil sepanjang yang menyangkut konsep-

konsep dasar atau pengetahuan dasar ilmu-ilmu sosial. Perbedaan itu terjadi pada pendekatan bidang studinya saja, di

mana ilmu-ilmu sosial dasar bersumber pada konsep-konsep dasar ilmu-ilmu sosial yang terintegrasi. ISD

dipergunakan untuk mencari pemecahan masalah-masalah kemasyarakatan melalui pendekatan interdisipliner

maupun multidisipliner ilmu-ilmu sosial. Di lain pihak,


pengantar-pengantar ilmu-ilmu sosial disajikan secara subject- oriented dalam rangka pendalaman ilmu-ilmu sosial

itu secara teoritis, yang menyangkut ruang lingkup, metode dan sistematik any a.

2. LATAR BELAKANG ILMU SOSIAL DASAR

Latar belakang diberikannya Ilmu Sosial Dasar (ISD) dimulai banyaknya kritik-kritik yang ditujukan pada

sistem pendidikan di perguruan tinggi oleh sejumlah cendekiawan terutarna sarjana pendidikan, sosial dan

kehudayaan. Mereka rnenganggap sistern pendidikan yang tengah berlangsung saat mi, berhau kolonial dan masih

merupakan warisan sistem pendidikan pemerintah Belanda, yaitu kelanjutan dan ―politik balas budi‖ (etische

politiek) yang dianjurkan oleh Conrad Theodore Van Deventer, bertujuan menghasilkn tenaga-tenaga trampil untuk

menjadi ―tukang-tukang‖ yang mengisi birokrasi mereka di bidang administrasi, pedagang, teknik, dan keahlian lain

dalarn tujuan eksploitasi kekayaan negara. I)

Tenaga ahli yang dihasilkan oleh perguruan tinggi dharapkan memiiki tiga jenis kemampuan yang meliputi

personal, akadernik dan profesional.

Kemampuan personal adalah kemampuan kepribadian. Dengan kern ampuan mi para tenaga ahli diharapkan

memiiki pengetahuan sehingga menunjukkan sikap, tingkah laku dan tindakan yang mencerrniñkan kepribadian

Indonesia, memahami dan mengenal nilai-nilai keagamaan, kemasyarakatan dan kenegaraan (Pancasila), serta

merniiki pandangan luas dan kpekaan terhadap berbagai rnasalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia.

Kernampuan akademik adalah kemampuan untuk berkomunikasi secara ilmiah, baik lisan maupun tertulis,

menguasai peralatan analisa, mampu berpikir logis, kritis,sistematis dan analitis, mernpunyai kemampuan

konsepsional untuk mengiden tifikasi dan merumuskan masalah yang dihadapi serta mamPu menawarkan alternatif

pemecahannya.

Kemampuan profesional adalah kemampuan dalam bidang profesi tenaga ahli yang bersangkutan. Dengan

kemampuan mi para tenaga ahli diharapkan memiiki pengetahuan dan ketrampilan yang tinggi dalam bidang

profesinya.

Kita telah mengetahui bahwa Pembangunan Nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan

makmur, yang merata, material dan spiritual berdasarkan Pancasila. Bahwa hakikat Pembangunan Nasional adalah

pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan seluruh masyarakat Indonesia. Dalam pengertian mi maka manusia
bukan hanya menjadi obyek pembangunan, tetapi yang terpenting adalah bahwa manusia itu menjadi subyek

pembangunan.

Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya sehingga manusia bukan merupakan beban pembangunan, tetapi

menjadikan manusia modal atau asset (terpenting) bagi pembangunan. Dalam masalah kependudukan pemikiran mi

menjadi jelas:

bagaimana menjadikan jumlah penduduk yang besar sebagai modal pembangunan dan bukan hanya beban

pembangunan.

Dalam jangka panjang, yang ingin dicapai bukan hanya kualitas teknis yang sangat diperlukan untuk

mendukung proses lepas-landas, melainkan juga kualitas lain yang memungkinkan seseorang berkembang menjadi

manusia utuh, yaitu manusia yang memiiki sikap hidup yang selaras, serasi dan Seimbang antara kebutuhan jasmani

dan rohani.‘

Namun upaya-upaya pembangunan yang dilaksanakan pada saat ini –khususnya pada negara-negara sedang

berkembang – menghadapi tantangan yang berat. Studi-studi yang cermat membuktikan betapa upaya pembangunan

di abadabad lalu relatif lebih mudah dibandingkan dengan abad 20, terutama pada akhir – akhirini.

Pertama, bobot penduduk yang mereka hadapi tidaklah seberat yang dihadapi oleh negara-negara sedang

berkembang saat mi, terutama Indonesia. Perkembangan penduduk yang tinggi, sementara kemampuan mereka untuk

menghadapinya tetap tidak tinggi, telah menimbulkan berbagai masalah di bidang sosial dan ekonomi.

Kedua, sebagai pioneers, negara-negara Barat tidak menghadapi masalah pemilihan teknologi, apalagi

pendidikan teknologi seperti yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang saat mi. Dalam kondisi di mana

kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi massa dan transportasi sudah Sedemikian majunya, membawa

pengaruh yang besar terhadap intensitas kontak budaya dengan kebudayaan dan luar. Di sini terjadi perobahan

orientasi budaya yang kadang-kadang menimbulkan dampak terhadap tata nilai masyarakat yang Sedang

menumbuhkan identitasnya sendiri sebagai bana.

Ketiga, hampir semua pioneers itu ditandai oleh sifat homogenitas daripada keadaan sosial dan kulturalnya,

sedangkan negara-negara sedang berkembang saat mi terpaksa bergelut dengan masalah nation building yang rumit,

sementara pada saat yang sama pembangunan ekonomi harus mereka laksanakan. Masyarakat Indonesia adalah

merupakan masyarakat majemuk yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan, dengan latar belakang sosio-

kultural yang beraneka ragam, seperti suku bangsa, agama dan sebagainya. Oleh karena itu diperlukan sikap yang
mampu mengatasi ikatan-ikatan primordial, kesukuan dan kedaerahan tersebut sehingga integrasi nasional tetap

terpelihar.

3. ILMU SOSIAL DASAR SEBAGAI KOMPONEN MKDU

Mata Kuliah Dasar Umum di perguruan tinggi di Indonesia dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian.

Kelompok pertama diharapkan memberi dasar pedoman -pedoman untuk bertindak sebagai warga negara yang

terpelajar, yang meliputi mata kuliah : 1) Agama

2) Pancasila

3) Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa

4) Kewiraan.

Keempat mata kuliah kelompok pertama terse but merupakan mata kuliah intra kurikuler yang diwajibkan

kepada semua mahasiswa, yang dinilai dan ikut menentukan kenaikan tingkat, jenjang pendidikan dan ujian-ujian.

Kelompok kedua diharapkan dapat membantu kepekaan mahasiswa, berkenaan dengan lingkungan alamiah,

lingkungan sosial dan lingkungan budaya, yang meliputi mata kuliah:

Ilmu Alamiah Dasar (TAD)

Ilmu Sosial Dasar (ISD)

Ilmu Budaya Dasar (IBD).

Ketiga mata kuliah dasar tersebut di atas diberikan kepada semua mahasiswa dengan ketentuan bahwa

mahasiswa bidang pengetahuan keahlian yang berada dalam ruang lingkup salah satu mata kuliah dásar tersebut,

tidak diwajibkan mengikuti mata kuliah yang bersangkutan.

Secara spesifik program Mata Kuliah Dasar Umum, bertujuan menghasilkan warga negara sarjana yang

berkualifikasi sebagai berikut :

a. Taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bersikap dan bertindak sesuai dengan ajaran agamanya, dan

merniliki tenggang rasa terhadap pemeluk agama lain;

b. Memiiki wawasan Sejarah Perjuangan Bangsa, sehingga dapat memperkuat semangat kebangsaan,

mempertebal rasa cinta Tanah Air, meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, mempertinggi

kebanggaan nasional dan kemanusiaan sebagai sarjana Indonesia.


c. Berjiwa Pancasila sehingga segala keputusan serta tindakannya mencerminkan nilai-nilai Pancasila dan

memiliki integritás kepribadian yang tinggi, yang mendahulukan kepentingan Nasional dan kemanusiaan

sebagai sarjana Indonesia.

d. Memiiki wawasan budaya yang luas tentang kehidupan bermasyarakat dan secara bersama-€ama mampu

berperan serta meningkatkan kualitasnya, maupun tentang lingkungan alamiah serta secara bersama-sama

berperan serta di dalam pelestariannya.

e. Memiiki wawasan komprehensif dan pendekatan integral di dalam menyikapi permasalahan kehidupan balk

sosial, ekonomi, politik, pertahanan keamanan maupun kebudayaan.‘

Menghadapi masalah-masalah dalam penyelenggaraan tndharma perguruan tinggi, demikian pula untuk

memenuhi tuntutan masyarakat dan negara, maka diselenggarakan program-program pendidikan umum.

Tujuan dan pendidikan umum di perguruan tinggi adalah:

1. Sebagai usaha membantu perkembangan kepribadian mahasiswa agar mampu berperan sebagai anggota

masyarakatdan bana serta agama.

2. Untuk menumbuhkan kepekaan mahasiswa terhadap masalah-masalah dan kenyataan-kenyataan sosial yang

timbul dalam masyarakat.

3. Memberi pengetahuan dasar kepada mahasiswa agar mereka mampu berpikir secara interdisipliner dan

mampu memahami pikiran dan ahli-ahli berbagai ilmu pengetahuan, sehingga dengan demikian

memudahkan mereka berkomunikasi.

Jadi pendidikan umum yang menitik-beratkan pada usaha untuk mengembangkan kepnibadian mahasiswa, pada

dasarnya berbeda dengan mata kuliah-mata kuliah bantu yang bertujuan untuk menopang keahlian mahasiswa dalam

disiplin ilmunya. Demikian pula berbeda dengan pendidikan keahlian yang bertujuan untuk mengembangkan

keahlian mahasiswa dalam bidang/disiplin ilrnunya. 1)

Sebagai mata kuliah dasar urnurn, limu Sosial Dasar bertujuan membantu perkembangan wawasan pemikiran

dan kepribadian mahasiswa agar rnemperoleh wawasan pemikiran yang lebih luas dan ciri-ciri kepribadian yang

diharapkan dan setiap anggota golongan terpelajar Indonesia, khususnya berkenaan dengan sikap dan tin gkah laku

manusia dalarn menghadapi manusia-manusia lain serta sikap dan tingkah laku nianusia terhadap manusia yang

bersangkutan.
Tegasnya Ilmu Sosial Dasar adalah pengetahuan yang menelaah masalah -masalah sosial, khususnya masalah-

masalah yang diwujudkan oleh masyarakat Indonesia, dengan menggunakan pengertian-pengertian (fakta, konsep,

teori) yang berasal dan berbagai bidang pengetahuan keahlian dalam lapangan ilmu-ilmu sosial (seperti geografi

sosial, sosiologi, antropologi sosial, ilmu politik, ekonomi, psikologi sosial dan sejarah).

Dengan demikian, maka kuliah Ilmu Sosial Dasar inerupakan suatu usaha yang dapat diharapkan memberikan

pengetahuan umum dan pengetahuan dasar tentang konsep-konsep yang dikembangkan untuk melengkapi gejala-

gejala sosial agar daya tangkap (tanggap nilai), persepsi dan penalaran mahasiswa dalam menghadapi lingkungan

sosial dapat ditingkatkan, Sehingga kepekaan mahasiswa pada lingkungan sosialnya menjadi lebih besar.2

4. RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

Berpangkal pada tujuan di atas, maka ada 2 rnasalah yang dapat dipakai sebgai bahan pertimbangan untuk

menentukan ruang Iingkup pembahasan mata kuliah ilmu Sosial Dasar, yaitu:

1. Adanya berbagai aspek pada kenyataan-kenyataan yang bersama-sama merupakan suatu masalah sosial,

sehingga biasanya suatu masalah sosial bisa ditanggapi dengan pendekatan yang berbeda-beda oleh bidang-

bidang pengetahuan keahlian yang berbeda-beda, sebagai pendekatan tersendin, maupun gabungan (antar

bidang).

2. Adanya beraneka ragam golongan dan kesatuan sosial dalam masyarakat yang masing-masing mempunyai

kepentingan kebutuhan serta pola-pola pemikiran dan pola-pola tingkah laku sendini, tetapi juga adanya

amat banyak persamaan kepentingan kebutuhan serta persamaan dalam pola-pola pemikiran dan pola-pola

tingkah laku yang menyebabkan adanya pertentangan-pertentangan maupun hubungan-hubungan

setiakawan dan kerjasama dalam masyarakat itu.

Berdasarkan ruang lingkup kajian sebagaimana tersebut di atas, kiranya masih memerlukan penjabaran Iebih

lanjut untuk bisa dioperasionalkan, yaitu ke dalam beberapa pokok bahasan dan sub-pokok bahasan.‘

Berdasarkan Konsonsium Antar Bidang, maka perkuliahan Ilmu Sosial Dasan dibagi ke dalam 8 (delapan)

Pokok Bahasan (masing-masing dengan sub Pokok Bahasan), sehingga dan perkuliahan tersebut kepada mahasiswa

diharapkan :2

1. Mempelajani dan menyadari adanya berbagai masalah kependudukan dalam hubungannya dengan

perkembangan masyarakat dan kebudayaan


2. Mempelajari dan menyadari adanya masalah-masalah mdividu, keluarga dan masyarakat.

3. Mengkaji masalah-masalah kependudukan dan sosialisasi serta menyadani identitasnya sebagai pemuda dan

mahasiswa.

4. Mempelajari hubungan antara warga negara dan negara.

5. Mempelajari hubungan antara pelapisan sosial dan persamaan derajat.

6. Mempelajari masalah-masalah yang dihadapi oleh masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan.

7. Mempelajari dan menyadari adanya pertentangan-pertentangan sosial bersamaan dengan adanya integrasi

rnasyarakat.

8. Mempelajari usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh manusia untuk memanfaatkan

kemakmur. an dan pengurangan kemiskinan.

5. MASALAH - MASALAH SOSIAL DAN ILMU SOSIAL DASAR.

Masalah – masalah sosial yang dihadapi oleh setiap masyarakat manusia tidaklah sama antara yang satu

dengan lainnya. Perbedaan – perbedaan itu disebabkan oleh perbedaan tingkat perkembangan kebudayaan dan

masyarakatnya, dan keadaan lingkungan alamnya di mana masyarakat itu hidup. Masalahmasalah tersebut dapat

terwujud sebagai : masalah sosial, masalah moral, rnasalah politik, masalah ekonomi, masalah agama, ataupun

masalah-masalah lainnya.

Yang membedakan masalah-masalah sosial dan masalahmasalah lainnya adalah bahwa masalah-masalah

sosial selalu ada kaitannya yang dekat dengan nilai-nilai moral dan pranata-pranata sosial, serta selalu ada kaitannya

dçngan hubunganhubungan manusia dan dengan konteks-konteks normatif di mana hubungan-hubungan manusia itu

terwujud (Nisbet, 1961).

Pengertian masalah sosial ada dua pengertian

1. Menurut umum atau warga masyarakat bahwa segala Sesuatu yang menyangkut kepentingan umum adalah

masalah sosial.

2. Menurut para ahli masalah sosial adalah suatu kondisi atau perkembangan yang terwujud dalam masyarakat

yang her.. dasarkan atas studi mereka mempunyai sif at yang dapat menimbulkan kekacauan terhadap

kehidupan warga masvarakat secara keseluruhan. Contoh : masalah pedagang kaki lima di kota-kota besar

di Indonesia.
Menurut definisi umum, pedagang kaki lima bukan masalah sosial, karena di satu pihak para pedagang kaki lima

terse- but dapat memperoleh nafkah untuk dapat melangsungkan kehidupannya, dan di lain pihak para pembeli yaitu

para warga masyarakat dengan mudah memperoleh pelayanan dan dengan harga yang pantas untuk taraf ekonomi

mereka dan para pedagang kaki lima. Sebaliknya para ahli perencanaan kota, ahli sosiologi dan ahli antropologi akan

menyatakan bahwa pedagang kaki lima di kota-kota menjadi sumber utama dan suatu kondisi di mana kejahatan

dengan mudah dapat terjadi.

Dengan demikian, sesuatu masalah yang digolongkan sebagal masalah sosial oleh para ahli belum tentu

dianggap sebagai masalah sosial oleh umum. Sebaliknya ada juga masalah-masalah yang dianggap sebagai masalah

sosial oleh umum tetapi belum tentu dianggap sebagai masalah sosial oleh para ahli. Oleh karena itu dengan

mengikuti batasan yang lebih tegas dikemukakan oleh Lesile (1974), masalah-masalah sosial dapat di definisikan

sebagai: Sesuatu kondisi yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan sebagian besar warga masyarakat sebagai

sesuatu yang tidak diinginkan atau tidak disukai dan yang karenanya dirasakan perlunya untuk diatasi atau

diperbalki.

Berdasarkan pengertian di atas, maka masalah-masaláh sosial liii pengertiannya terutama ditekankan pada

adanya kondisi atau sesuatu keadaan tertentu dalam kehidupan sosial warga masyarakat yang bersangkutan. Kondisi

atau keadaan sosial tertentu, sebenarnya merupakan proses hasil dan prôses kehidupan manusia yang berusaha untuk

menienuhi kebutuhan-kebutuhan jasmaniahnya (manusia harus makan, minum, buang air, bernafas, mengadakan

hubungan kelamin, dan sebagainya), kebutuhan-kebutuhan sosial (berhubungan dengan orang lain, membutuhkan

bantuan orang lain untuk memecahkan berbagai masalah, dan sebagainya), dan kebutuhan-kebutuhan kejiwaan

(untuk dapat merasakan aman dan tenteram, mernbutuhkan cinta kasih dan sayang, dan sebagainya).

Dalam usaha-usaha untuk pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut, manusia menggunakan kebudayaan

sebagai model- model petunjuk di dalam menggunakan lingkungan alamnya dan sosialnya di masyarakat.

Perwujudan mi adalah suatu kondisi atau keadaan di mana manusia itu hidup di dalam masyarakat. Kondisi-kondisi

itu bukan sesuatu yang tetap tetapi Selalu dalam proses perubahan.

Suatu kondisi yang tidak disukai oleh para warga masyarakat pada hakikatnya tidak biasa berlaku atau cocok

dengan kebudayaan mereka. Sedangkan ukuran-ukuran yang dipakai oleh para warga masyarakat yang bersangkutan

untuk menilai dan mewujudkan tingkah laku mereka adalah model-model dan kebudayaan yang telah mereka punyai,

yaitu yang ada dalam kepala mereka masing-masing yang belum tntu telah berubah sesuai dengan perubahan kondisi
yang mereka hadapi dalam kehidupan sosial mereka sehari-hari. Dengan demikian terdapat suatu ketidakcocokan

antara pengetahuan kebuday a- an dan kenyataan-kenyataan obyektif yang ada dalam kondisikondisi di mana mereka

hidup. Dengan kata lain, ada perIedaan antara kerangka untuk interpretasi subyektif dan para warga dengan

kenyataan-kenyataan obyektif dalam mana mereka itu hidup.

Di dalam kenyataannya, masalah-masalah sosial tidak dirasakan oleh setiap warga masyarakat secara sama.

Sesuatu kondisi yang dianggap sebagai suatu yang menghambat atau merugikan oleb sejumlah warga masyarakat,

belum tentu dirasakan oleh sejumlah warga masyarakat yang lain dan masyarakat tersebut, atau bahkan dirasakan

oleh yang lainnya, sebagai Sesuatu yang mengiantungkan. Misalnya masalah sampah : Sampah yang bertebaran di

mana-mana di sebagian kota dirasakan Sebagai merugikan kebersthan, kesehatan, keindahan dan ketertiban oleh

sejumlah warga kota, tetapi di lain pihak dianggap sebagai sesuatu yang menguntungkan oleh misalnya para

pengurnpul barang bekas dan para pengumpul puntung rokok.1

a. Masalah-masalah sosial dan Ahli Ilmu Sosial

Masalah-masalah sosial telah menghantui manusia sejak adanya peradaban manusia, karena dianggap

sebagai mengganggu kesejahteraan hidup mereka. Sehingga merangsang para warga masyarakat untuk

mengidentifikasikan, menganalisa, memahami dan memikirkan cara-cara untuk mengatasinya. Di masa lampau, pada

waktu belum ada ahli ilmu-ilmu sosial, para warga masyarakat yang biasanya peka terhadap adanya masalah-

rnasalah sosial adalah para ahli filsafat, pemuka agama, ahli politik dan kenegaraan.

Di samping hal di atas, berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang tergolong dalam ilmu-ilmu sosial, seperti

antropologi, sosiologi, politik, psikologi sosial, komunikasi, menjadikan masalah-masalah sosial sebagai ruang

lingkup studi mereka masingmasing. Walaupun demikian, pusat studi-studi dan disiplin-disiplin ilmu-ilmu sosial

tersebut bukanlah pada masalah-masalah sosial itu sendiri, tetapi pada usaha untuk memahami hakikat manusia

menurut perspektif masing-masing. Sedangkan masalah-masalah sosial diihat sebagai hasil atau akibat dan adanya

proses perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Perubahan sosial dan perubahan kebudayaan adalah proses-

proses yang secana tetap dan terus-menerus dialami oleh setiap masyarakat manusia, cepat atau lambat, berlangsung

dengan tenang ataupun berlangsung dengan kekacauan.


Sejumlah ahli ilmu-ilmu sosial seperti Merton dan Nisbet (1961), Denzin (1973), Gerson (1969) dan

Brodley (1976), merasakan bahwa dengan menggunakan pendekatan masalahmasalah sosial sebagai kerangkanya

maka hakikat masyarakat dan kebudayaan manusia akan lebih dapat dipahami. Begitu juga, menurut mereka,

berbagai pemikiran yang secara masuk akal dapat dipertanggungjawabkan yang berkenaan dengan usaha-usah a

untuk memperbaiki masalah-masalah sosial tersebut akan lebih dapat dikembangkan.2

b. Masalah-rrzasatah Sosial dun [imu Sosial Dasar

fimu Sosial Dasar sebagai suatu mata kuliah, menyajikan suatu pemahaman mengenai hakikat manusia

sebagai makhluk sosial dan masalah-masalahnya dengan menggunakan suatu kerangka pndekatan yang meithat

sasaran studinya tersebut sebagai suatu masalah obyektif dan juga menggunakan kacamata subyektif. Dengan

menggunakan kacamata obyektif, berarti konsep-konsep dan teori-teori berkenaan dengan hakikat manusia dan

masalah-mäsalahnya yang telah dikembangkan dalam ilmu-ilmu sosial akan digunakan. Sedangkan dengan

menggunakan kacamata subyektif, maka masalah-masalah yang dibahas tersebut akan clikaji menurut perspektif

masyarakat yang bersangkutan, dan yang dibandingkan dengan kacamata pengkaji atau masing-masing mahasiswa

yang mengikuti mata kuliah Ilmu Sosial Dasar. Diharapkan dengan gabungan kacamata obyektif dan subyektif in

akan mewujudkan adanya kepekaan mengenai masalah-masalah sosial yang disetai dengan penuh rasa tanggung

jawab dalam kedudukannya sebagai warga masyarakat ilmiah, warga masyarakat dan negara Indonesia.

RANGKUMAN:

1. Sumber dan semua ilmu pengetahuan adalah phiosophia (filsafat), apakah itu ilmu-ilmu sosial alainiah

(natural sciences), ilmu-ilmu sosial (social sciences) atau ilmu-ilmu budaya (humanities).

2. Social Studies atau fimu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah paham studi sosial; ia bukan merupakan satu

disiplin ilmu pengetahuan. Materi IPS adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan

pendidikan dan pengajaran pada tingkat sekolah dasar dan menengah.

3. Basic Social Sciences atau ilmu-ilmu Sosial Dasar (ISD) adalah gabungan dan bermacam-macam disiplin

ilmu-ilmu sosial yang dipergunakan dalam pendekatan, sekaligus Sebagai sarana untuk mencari jalan ke

luar dalam pemecahan masalah yang berkembang dalam kehidupan masyarakat. Dengan begitu antara ilmu-

ilmu sosial dan ilmu-ilmu Sosial Dasar (ISD) tidak terdapat perbedaan yang prinsipil. Kalau IPS
diprogramkan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran pada tingkat Sekolah Dasar dan Menengah;ISD

diprogramkan sebagai Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) di Perguruan Tinggi.

4. Pengantar-pengantar Ilmu Sosial mengemban tugas untuk memberi bekal pengetahuan teoritis ilmiah pada

bidang ilmu tertentu yang bersifat subject oriented. Melalui penelaahan dan pendalaman subject-oriented

tersebut, berarti proses pendalaman bidang-bidang ilmu menuju spesialisasi! keahlian telah berlangsung.

5. Mata Kuliah Dasar Umum di perguruan tin ggi di Indonesia, dikelompokkan menjadi 2 (dua) bagian.

Kelompok pertama diharapkan memberi dasar pedoman-pedoman untuk bertindak sebagai warga negara

yang terpelajar, yang meliputi mata kuliah

Agama

Pancasila

Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa

Kewiraan.

Keempat mata kuliah kelompok pertama tersebut merupakan mata kuliah intra‘kurikuler yang

diwajibkan kepada Semua mahasiswa, yang dinilai dan ikut menentukan kenaikan tingkat, jenjang

pendidikan dan ujian-ujian. Kelompok kedua dtharapkan dapat membantu kepekaan mahasiswa berkenaan

dengan lingkungan alamiah, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya, yang meliputi mata kuliah:

5) Ilmu Alamiah Dasar (lAD)

6) Ilmu Sosial Dasar (ISD)

7) Ilmu Budaya Dasar (IBD).

6. Tujuan ilmu Sosial Dasar ialah membantu perkembangan wawasan pernikiran dan kepribadian mahasiswa

agar memperoleh wawasan pemikiran yang lebih luas dan ciri-ciri kepribadian yang diharapkan dan setiap

anggota golongan terpelajar Indonesia, khususnya berkenaan dengan sikap dan tingkah laku manusia dalam

menghadapi manusia-manusia lain serta sikap dan tingkah laku manusia lain terhadap manusia yang

bersangkutan.

7. Ilmu Sosial Dasar bukanlah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, tetapi hanyalah suatu

pengetahuan mengenai aspek-aspek yang paling dasar yang ada dalam kehidupan manusia sebagai makhluk

sosial dan masalahmasalah yang terwujud daripadanya. Istilah pengetahuan mempunyai pengertian yang
menunjukkan adanya kelonggaran dalam batas dan kerangka berpikir dan penalaran, maka istilah ilmu

pengetahuan telah digunakan karena mencakup suatu pengertian mengenai suatu sistem berpikir dan

penalaran yang mempunyai suatu kerangka pendekatan men genai masalah-masalah yang menjadi sasaran

perhatiannya.
BAB II

PENDUDUK, MASYARAKAT DAN KEBUDAYAAN

1. PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN MIGRASI

a. Penduduk dunia dun masalahnya

Pada awal zaman modern sampai kira-kira tahun 1650, penduduk dunia telah mencapai 500 jutajiwajumlahnya(lihat

tabel 1). Sejak zaman inilah penduduk dunia terus meningkat dengan cepat. Hal itu dimungkinkan oleh adanya

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Termasuk salah satu di antaranya ilmu kedokteran juga berkembang.

Berkat kemajuan ilmu kedokteran, pemeliharaan kesehatan penduduk termasuk usaha-usaha imunitas menjadi lebih

terjam m. Oleh karena itu tingkat kematian bayi-bayi yang lahir menjadi lebih rendah, sampai ia tumbuh subur dan

akhirnya bersuami/heristeri dan mempunyai anak dan cucu.

Akan tetapi pada galibnya tidak semua negara di dunia mengalarni pertumbuhan penduduk yang demikian pesat.

Negara-negara Eropa Barat pada abad 20 mi cenderung mengalami kondisi stasioner, bahkan Jerman Barat

cenderung memiliki Iebih sedikit jumlah penduduk berumur muda, dibandingkan dengan jumlah penduduk dewasa.

Dengan begitu negara mi lncrnpunyai masalah penduduk bukan pertumbuhannya, tetapi, kekurangan penduduk

berusia muda sebagai generasi penerus. Kemungkinan menambah penduduk berusia rnu da sebagai generasi penerus

bagi negara-negara Eropa Barat khususnya, secara legal dilakukan melalui adopsi anak/bayi. Kita sering mendengar

praktek adopsi yang tidak wajar bagi bayi-bayi Asia, tidak terkecuali bayi-bayi dan Indonesia.
TABEL I

PERKIRAAN DAN PROYEKSI PENDUDUK

DUNIA

TAHUN JUMLAH JIWA

8.000 — 7.000 SM 10 juta

1. 250 juta

1650 500 juta

1800 900 juta

1850 1.000 juta

1900 1.500 juta

1930 2.000 juta

1950 2.500 juta

1960 3.000 juta

1970 3.600 juta

1980 4.600 juta

1990 5.700 juta

2000 6.500 juta

Sumber: Buku Paket Latihan Pendidikan Kependudukan, DGI—BKKBN Jakarta 1982.

Peluang untuk mengadopsi anak-anak/bayi Asia disalahgunakan oleh sindikat-sindikat gelap, laksana zaman

perbudakan, anak-anak/bayi itu diperjualbelikan.

b. Pendidikan dan Keseha tan di negara-negara berkembang

1) Pendidikan

Penduduk pedesaan, terutama anak-anak usia sekolah di negara-negara berkembang di Afrika, Asia dan Amerika

Latin sebagaian besar tidak rnemperoleh kesempatan rnencmpuh jenjang pendidikan di sekolah, akibat dan kondisi

kcrniskinannya.
Suatu hasil survei UNICEF mernbukt,ikan bahwa 58% anak-anak pedesaan miskin di Delhi India, tidak hersekolah

karena orang tua mereka tidak mampu membayar biaya sekoIah, dan 31% terikat dalam kerja rumah tangga,

termasuk merawat adik yang masib kecil. Hasil survei yang sama di karnpung miskin di kota Madras India,

mengungkapkan bahwa 45% dan orang tua penghuni kampung miskin, menyatakan anakanaknya tidak bersekolah

karena alasan tidak mampu membayar uang sekolah; dan 20% lainnya karena anakanak mereka hams menolong

menyelesaikan pekerjaan di rumah.

Di samping unsur tekanan ekonomi, penduduk pedesaan miskin paling sening kekurangan bangunan sekolah dan

guru yang memenuhi syarat. Bahkan yang lebih tragis, desa itu tidak memiliki sekolah dasar.

Di negara-negara berkembang terdapat variasi sanak-anak usia sekolah yang mendapat kesempatan dalam

pendidikan formal. Di Honduras (Amerika Latin), 72% dan anak-anak usia 7 sampai 14 tahun dapat bersekolah. Di

Karachi (Pakistan) 50% anak usia sekolah berumur antara 5 - 10 tahun terdaftar pada sekolah dasar, persentase mi

segera menurun menjadi 33% bagi kampung-kampung miskin.

Di pedesaan sekitar Dakar ihukota Senegal (Afrika Barat), persentase kanak-kanak untuk rnasuk sekolah sebesar

38%. Sedangkan suatu studi di Abijan ibukota Republik Pantai Ga- ding (Afrika Barat) mencatat gradasi persentase

anak-anak sekolah bergantung pada fungsi pekenjaan ayah seorang anak. Semakin tinggi status/jabatan pekerjaan

semakin tinggi pula jumlah persentase anak-anak yang masuk sekolah. Data lapang menunjukkan 73% anak-anak

usia sekolah berasal dari kelompok ayah sebagai staf menengah; 43% berasal dan anak-anak pedagang; 27% lainnya

berasal dan anak-anak petani.

2) Kesehatan

Penduduk usia muda pada negara-negara berkembang, amat sering kedapatan menderita kurang vitamin A, kasus-

kasus- pendenita kekurangan vitamin A yang menonjol, misalnya terjadi pada anak-anak di negara-negara Asia

Selatan, Asia Tenggara, seperti Birma, Srilangka, India bagian selatan, Indonesia dan Malaysia. Penderita kebutaan

dan anemia pada tipe dan tingkatan tertentu.

Penyakit-peny akit menular seperti tuberkulosis, bany ak menyerang penduduk di daerah pemukiman kampung-

kampung miskin di perkotaan, antara lain di Kalkua (India) dan di Ibadan di Nigeria bagian barat (Afrika Barat).

Parasit-parasit usus penyebab penyakit cacingan (Askaris) banyak diderita oleh anak-anak di perkampungan iniskin

di Lagos (ibukota Nigeria). Lap oran-laporan UNICEF j uga men gungkapkan bahwa penyakit polioyelitis banyak
diderita oleh anak-anak di Srilangka dan Kenya (Afnika Timur). Sebanyak 58% dan anakanak cacat di Kenya

sebagai akibat polioyelitis, dimungkinkan oleh fasiitas injeksi yang tidak memadai.

Bersumber dan pada konsultan kesehatan dari World Health Organization (WHO) di Zimbabwe (Desember 1983)

ditemukan kurang lebih sejuta penderita penyakit lepra atau kusta di seluruh wilayah Zimbabwe. Penyakit itu

menyerang penduduk pada usia produktif, antara 8 sampai 40 tahun. Terdapat indikasi-indikasi bahwa penyakit mi

telah merambat pada anak-anak usia 7 tahun. Keistimewaafl penyakit mi penularannya tidak diketahui pasti. Baru

ada tanda-tanda bisul kecil atau koreng, biasanya pada kaki, pada saat itulah disadari oleh seseorang bahwa ia telah

terjangkit penyakit lepra atau kusta.

Beberapa survei konsumsi makanan dilakukan di Asia menunjukkan bahwa pemakaian kalori rata-rata penduduk

berada di bawah tingkat yang dibutuhkan di beberapa negara. Pemakaian protein total sangat rendah seperti yang

dialami penduduk di India, Malaysia, Pakistan, Fiipina dan Thailand. Faktafakta di lapangan membuktikafl bahwa

penduduk negara-negara berkembang kekurangan makanan berkadar protein hewani. Salah satu sebab membuktikan

bahwa di beberapa kalangan masyarakat pedesaafl masih berlaku ―tabu‖ yang melarang memakan ikan, buah-buahan

dan sayur – mayor. Hal semacam itu berlaku di kalangan masyarakat di beberapa daerah di Burma, Indonesia,

Malaysia dan Fiipina. Tabu dan pantangan seperti itu berlaku mulai dan kehamilan 7 bulan sampai 50 han sesudah

kelahiran. Resiko dan melakukan tabu dan pantangan seperti itu para ibu hamil harus menanggung kekurangan

protein hewani, dan boleh jadi akan melahirkan bayi-bayi cacat dan lahir, atau lahir dengan ketahanan tubuh yang

rapuh. Laporan UNICEF tahun 1983 mengungkapkan bahwa hanya 1% saja dan anak-anak di dunia yang tegas-tegas

menderita kurang gizi. Akan tetapi lebih dan 25% anak-anak di negaranegara berkembang menderita kekurangan gizi

yang tidak ketahuan, justru terhadap mereka yang menderita kurang gizi tidak ketahuan itu, sebagai penyebab

mengapa mereka tidak dapat tertolong.

3) Perhatian para negarawan dan ilmuwan terhadap masalah pen duduk dunia

Para negarawan dan ilmuwan sungguh-sungguh menyadani dan telah memperhitungkan betapa besar bencana yang

ditimbulkan oleh ledakan penduduk dunia. Berdasarkan estimasi perkembangan penduduk dunia yang sangat

mencemaskan itu lahirlah Kelompok Roma (Club of Rome). Sidang pertama kalinya diselenggarakan di Accademia

dei Lincei di Rorna, pada tahun 1968, sidang kedua diselenggarakan di Wina, pada tahun 1969, atas undangan
Kanselir Austria, Sejalan dengan itu pada tahun 1969, Sekretaris Jenderal PBB (pada waktu itu U Than) menyatakan

bahwa bagi anggota PBB ―barangkali hanya tinggal sepuluh tahun lagi untuk menekan pertikaianpertikaian lama

mereka, serta melancarkan suatu kerjasama semesta untuk mengekang perlombaan senjata, memperbaiki alam

lingkungan manusia, memadamkan eksplosi penduduk, dan membeni daya gerak yang diperlukan bagi usaha-usaha

pembangunan.‖ Sidang-sidang berikutnya: tahun 1970 di Swiss, tahun 1971 di Jouy, dekat Paris, Perancis dan bulan

Oktober 1973 diselenggarakan di Tokyo Jepang.

Kelompok Roma melakukan studi internasional selama 18 bulan dengan biaya dan Yayasan Volkswagen di Jerman.

Tim Studi inteinasional itu beranggotakan 17 orang, diketuai oleh Dr. Dennis L. Meadow dan Massachusetts

Institute of Technology (MIT). The Limits to Growth (Batas-batas Akhir Pertumbuhan Dunia) merupakan gerakan

tahap pertama dan proyek internasional itu.

Metode kerjanya menggunakan jasa komputer, yang lebih dikenal dengan Model Dunia Promotif, adalah suatu

model menurut Dynamica System yang merupakan metode baru untuk memahami kelakuan dinamis dan sistem-

sistem yang kompleks. Pengetahuan bahwa struktur setiap sistem banyaknya hubungan yang bersif at berputar, kait-

mengkait.

Metodologi sistem dinamik itu sebagai karya rintisan Prof. Jay Forrester dan MIT. Model dunia mi secara khusus

dibuat untuk mempelajari kelakuan kelima unsur dominan, yaitu

(1) penduduk yang makin bertambah

(2) makin pesat industrialisasi

(3) produk pertanian

(4) makin habis sumber-sumber alam yang tak tergantikan.

(5) dan makin rusak alam lingkungan, serta mempelajari berbagai pengaruh timbal balik terhadap sistem dunia dalam

jangka panjang.

Dan studi tersebut dapat ditanik kesimpulan bahwa apabila kondisi-kondisi yang berlaku sekarang mi dibiarkan

kadaluwarsa, maka dalam waktu 100 tahun saja, daya tahan dan keseimbangan bumi kita akan mencapai batas

kemampuan terakhir. ml berarti akan lumpuhlah sistem-sistem pendukung dan pembangkit tatanan kehidupan di

muka bumi mi.

4) Interaksi eksponensial dan lima variabel yang dominan.


Kelima vaniabel yang dominan membuktikan saling mempengaruhi satu sama lain. Penduduk bertambah, kebutuhan

sandang pangan dan papan/penumahan harus bertambah. Peningkatan produksi pangan akan berkait dengan

penyediaan lahan dan tata air/irigasi teknis yang mamadai, di samping modal yang cukup.

Bumi kita mempunyai kira-kira 3,2 milyar hektar tanah yang potensial baik untuk pertanian. Separuh dan luas tanah

itu yang paling subur dan paling rnudah dijangkau oleh manusia telah digarap secara turun temurun dan terus

menerus. Semakin bertamhah manusia, cenderung makin berkurang Ia- han pertanian dan pemukiman, akan semakin

terasa pula ―Ia- par lahan‖ baik untuk perumahan maupun untuk kegiatan pertanian.

Diperkirakan pada saat jumlah penduduk dunia menjadi dua kali lipat, akan dihadapi krisis kekurangan tanah yang

serius. Krisis kekurangan tanah pertanian tidaklah muncul Secara tiba-tiba, melainkan diawali dengan berbagai

gejala Sebelum kebutuhan tanah pertanian melebihi dan cadangan ta. nah yang masih ada.

Krisis berikutnya segera menyusul. Produksi pangan tidak mencukupi kebutuhan hidup manusia. Produksi pangan

seolah-olah tidak punya arti apa-apa, begitu muncul akan hilang lenyap ditelan lautan manusia. Harga-harga pangan

akan melambung tinggi, sehingga pada saatnya terjadi bahaya kelaparan.

Dan segi lain, akibat pertumbuhan penduduk eksponensial, lingkungan perkotaan mengalami pencemaran cukup

berat, bersumber dan knalpot-knalpot kendaraan bermotor yang memuntahkan produk-produk korban dioksida setiap

saat. Pada sisi lain, penduduk perkotaan juga diancam oleb membengkaknya polutan (Zat-zat pencemar yang

menimbulkan polusi) sampah, limbah industri dan limbah rumah tangga.

Kini ancaman polutan bagi umat manusia yang sangat serius datang dan sampah-sampah organik. Beberapa contoh

akibat sernakin banyak sampah organik dibuang ke luar Baltik yang kemudian membusuk, kadar zat asam di dalam

air laut terus menerus berkurang. Hal mi berakibat akan mematikan makhluk-makhluk hidup di laut, tidak terkecuali

ikan.

Pada dimensi lain, akibat bertambahnya penduduk dunia yang diiringi dengan peningkatan taraf hidup,

memungkinkan segera meningkat pula kebutuhan akan sumber-sumber alam berupa: hutan, air, mineral/barang

tambang dan bahanitu yang paling subur dan paling rnudah dijangkau oleh manusia telah digarap secara turun

temurun dan terus menerus. Semakin bertamhah manusia, cenderung makin berkurang Ia- han pertanian dan

pemukiman, akan semakin terasa pula ―Ia- par lahan‖ baik untuk perumahan maupun untuk kegiatan pertanian.
Diperkirakan pada saat jumlah penduduk dunia menjadi dua kali lipat, akan dihadapi krisis kekurangan tanah yang

serius. Krisis kekurangan tanah pertanian tidaklah muncul Secara tiba-tiba, melainkan diawali dengan berbagai

gejala Sebelum kebutuhan tanah pertanian melebihi dan cadangan ta. nah yang masih ada.

Krisis berikutnya segera menyusul. Produksi pangan tidak mencukupi kebutuhan hidup manusia. Produksi pangan

seolah-olah tidak punya arti apa-apa, begitu muncul akan hilang lenyap ditelan lautan manusia. Harga-harga pangan

akan melambung tinggi, sehingga pada saatnya terjadi bahaya kelaparan.

Dari segi lain, akibat pertumbuhan penduduk eksponensial, lingkungan perkotaan mengalami pencemaran cukup

berat, bersumber dan knalpot-knalpot kendaraan bermotor yang memuntahkan produk-produk korban dioksida setiap

saat. Pada sisi lain, penduduk perkotaan juga diancam oleb membengkaknya polutan (Zat-zat pencemar yang

menimbulkan polusi) sampah, limbah industri dan limbah rumah tangga.

Kini ancaman polutan bagi umat manusia yang sangat serius datang dan sampah-sampah organik. Beberapa contoh

akibat sernakin banyak sampah organik dibuang ke luar Baltik yang kemudian membusuk, kadar zat asam di dalam

air laut terus menerus berkurang. Hal mi berakibat akan mematikan makhluk-makhluk hidup di laut, tidak terkecuali

ikan.

Pada dimensi lain, akibat bertambahnya penduduk dunia yang diiringi dengan peningkatan taraf hidup,

memungkinkan segera meningkat pula kebutuhan akan sumber-sumber alam berupa: hutan, air, mineral/barang

tambang dan bahan galian sebagai bahan baku industri alam Iebih cepat terkuras. Satu contoh, betapa haus manusia

akan sumber-sumber alam, pada tahun 1950 penduduk Amerika Serikat mengkonsumsi 7 bilyun kaki kubik gas

alani. Pada tahun 1971 mereka melahap gas alam sebanyak 23 bilyun kaki kubik.

Berapa banyak konsumsi BBM oleh umat manusia di dunia pada tahun 1983? Berapa banyak pula konsumsi barang

tambang dan bahan galian untuk memenuhi kebutuhan industn setiap tahun? Tidak dapat disangkal lagi, memang

cabangcabang kehidupan di bumi mi akan mempunyai batas akhir. Apalagi bila umat manusia lupa akan sifat-sifat

alami. Alpa untuk melestarikan lingkungannya, terutama hutan, air dan tanah.

Andaikata kelima variabel pokok berkembang seterusnya dengan ukuran seperti selama 70 tahun terakhir, apakah

yang akan terjadi pada sistem dunia kita bila mencapai batas-batas maksimumnya? Karena persediaan sumber-

sumber alam yang tak tergantikan sudah semakin habis, maka daya pikul dunia akan dilampaui, dan terjadiiah

keruntuhan kehidupan di dunia.


c. Ucaha mengatasi masalah penduduk dunia.

Kenaikan pesat jumlah penduduk dunia, terutama di negara-negara Asia, Afrika dan Amerika Latin, mendorong

usahausaha bersama negara-negara di dunia untuk .segera menentukan langkah-langkah kongkret dalam

penanggulangan problem- problem penduduk dunia.

Untuk mencapai suatu ekosistem penduduk dunia yang stabil, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penduduk djstabilisasi/diseimhaflgkan

2. Konsumsi sumber alam dan pembangkitan polusi narus dikurangi sampai seperempat dan tingkat konsumsi

tahun 1970-an.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pengadaan fasilitas kesehatan lebih diutamakan.Ada 4 macam teknik

pelayanan kesehatan, yaitu

1. Mengikuti pertumbuhan anak

2. Penggunaan air susu ibu

3. Imunisasi

4. Pengobatan Oral Rehydration Therapy (ORT).

5. Penekanan lebih besar diberikan kepada produksi bahan pangan, sehingga akan cukup tersedia untuk

memenuhi kebutuhan setiap orang.

Prioritas besar diberikan kepada usaha-usaha penyuburan clan perlindungan tanah untuk mencegah erosi.

d. Macalah penduduk di Indonesia

Masalah penduduk atau Population Problem merupakan masalah yang bersegi banyak, dan pemecahan masalahnya

itu tidak dapat dilakukan dengan cara satu segi dan secara sesaat dengan cepat.

Masalah penduduk timbul sebagai akibat dan perubahan penduduk, antara lain

Pertanibahan atau pengurangan penduduk. Keduanya dapat mengakibatkan perubahan bahan dalam humas welfare

dan struktur penduduk.

Kerapatan/kepadatan, dan penyeharan penduduk, yang akan dapat mempengaruhi tata ekonomi, tata pergaulan, tata

politik dan budaya masyarakatnya.

Pertumbuhan penduduk satu belun: merupakan masalah penduduk yang vital. Sebenarnya perwmbuhan penduduk

saja tidak akan menimbulkan masalah penduduk, bilamana mi cia- pat ditimbangi penambahan kebutuhan hidup dan
penyebarannya yang merata. Justru dengan kasus pada negara-negara tertentu. Seperti di Jerman, Prancis, setelah

Perang Dunia II kurangnya penduduk merupakan masalah sebab menimbulkan gejala semakin kurangnya tenaga

kerja (man power). Tetapi untuk negara-negara sedang berkembang dan terbelakang, jumlah penduduk yang besar

menjadi masalah.

Beberapa masalah penduduk yang erat hubungannya dengan manusia dan lingkungan alam.

Untuk mi dapat anda pelajari beberapa masalah kependudukan yang disebahkan karena :

1) Rapat Penduduk (Population Density)

Pengertian untuk mengenal rapat penduduk ialah Perbandingan antara

jumlah orang dengan tanah yang didiami/diOlah dalam satuan luas.


Untuk daerah rural (desa) satuan luas mi dinyatakan dalam satuan kilometer persegi atau hektare. Sedangkan untuk

daerah urban (kota), di mana orang sudah banyak yang hidup dalam gedung bertingkat, satuan luas dinyatakan dalam

meter persegi.

Kegunaan mengetahui angka kerapatan penduduk adalahsebagai berikut :

Untuk mengetahui ada tidaknya gejala overpopulation.

Untuk mengetahui pusat-pusat aglomenraSi penduduk.

Untuk mengetahui penyebaran dan pusat-pUSat kegiatan ekonomi maupun budaya.

2) Penyebaran Fend uduk (Population Distribution)

Tersebarnya penduduk dalam beberapa wilayah sangat tergantUng dan faktor-faktOr: lokasi, iklim, sumber alam

kemudian transportasi dan sebagainya.

Di Indonesia penyebarafl penduduk tidak merata dan penyebaran yang tidak merata mi meninibulkan masalah

kelebihan, kekurangan penduduic untuk beberapa daerah tertentu. Untuk mi dapat anda lihat tabel sebagai berikut :

Tabel 4 : Jumlah Penduduk, luas tanah dan kepadatan Penduduk Indonesia menurut Sensus Penduduk 1971.
No. Daerah Jumlah Penduduk Luas tanah Kepadatan

(x 1000)

1. Jawa&Madura 76.103 134.703 565

2. Sumatera 20.813 541.174 38

3. Kalimantan 5.152 550.843 9

4. Sulawesi 8.535 227.654 37

5. Pulau-pulau lain 8.008 572.708 14

Tabel 5: Kepadatan Penduduk Jawa, Luar Jawa dan Indonesia tahun 1973 dan 1978.

Luas Penduduk Penduduk Kepadatan Penduduk Kepadatan Penduduk

(1000 km2) 1973 (Juta) 1978 (Juta) 1973 per km2 per km2

Jawa 135 80 89 594 660

Luar Jawa

1.892 46 53 24 28

Indonesia

2.027 126 142 62 70


3) Kelebihan Penduduk dan Kekurangan Penduduk (Over Polupation dan Under Population).

Akibat langsung dengan adanya kelebihan penduduk ialah timbulnya pengangguran. Di daerah pedesaan di mana

unsur gotong royong masih sangat kuat, maka adanya pengangguran tidak nampak, sehingga sering disebut

pengangguran tidak kentara (disyuised unemployment).

Akihat tidak langsung dan hal mi adalah timbulnya kriminalitas.

Sedang akibat dan under population ialah kurangnya tenaga kerja di sektor-sektor yang sangat memerlukan tenaga

manusia misalnya pada saat akan diadakan ekstensifikasi pertanian dan sebagainya.

Masalah Penduduk yang dihadapi oleh Negara yang sedang


berkembang.
a) Masalah Kelebihan Penduduk.

Dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak mempersoalkan masalah kelebihan penduduk daripada kekurangan

penduduk. Hal mi disebabkan karena pada umumnya negra – Negara sedang berkembang dijatuhi dengan akibat

yang lang- sung maupun tidak langsung dengan adanya pertambahan penduduk yang cepat. Untuk ini ada dua

macam kelebihan penduduk yang anda perlu ketahui, yaitu.

Kelebihan penduduk yang absolut.

Yaitu apabila suatu daerah dalam waktu tertentu, telah tidak dapat memberikan kebutuhan hidup kepada manusia

yang berdomisili di wilayah tersebut.

Kelebihan penduduk yang relatif.

Yaitu apabila suatu daerah dalam waktu tertentu kebutuhan hidup yang ada sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan

keniajuan ekonomi dan perkembangan sosial.

Penggunaan angka kerapatan penduduk sebagai ukuran ada tidaknya kelebihan penduduk. Sering kita menggunakan

angka kerapatan penduduk sebagai ukuran untuk mengetahui ada tidaknya kelebihan penduduk. Hal yang demikiar

itu adalah tidak benar.

Di daerah-daerah di mana penduduk masih melaksanakan shifting Cultivation atau sistem ladang; angka rapat

penduduk maksimum adalah 50/km2.

ini berarti apabila di daerah yang mempunyai rapat dan penduduk lebih besar dan 501km2, maka gejala kelebihan

penduduk akan dialami.Sebaliknya di daerah pertanian yang intensif, kerapatan penduduk 200/km2, mungkin belum
menimbulkan masalah penduduk. Di Indonesia beberapa daerah telah mengalami kelebihan penduduk, penduduk

relatif, seperti di Jawa dan Madura, dengan angka kepadatan penduduk 447/km2. Sedang di luar Jawa dan Madura

beberapa daerah masih kekurangan penduduk seperti Kalimantan 9/km2 , Maluku ± 11/km2 dan sebagainya. (Lihat

tabel 4 di muka).

b) Masalah Tingkat Pendidikan Masyarakat yang Relatif Rendah.

Mengingat negara yang sedang berkembang sehingga untuk melaksanakan pembangunan dalam segala bidang belum

dapat berjalan dengan cepat, karena kekurangan modal maupun tenaga-tenaga ahli atau terdidik. Akibatnya fasilitas

secara kualitatif dalam bidang pendidikan masih terbatas. Oleh karena itu, masyarakat dalam mencapai pendidikan

yang tinggipun masih sedikit sekali. Yang hal mi disebabkan antara lain

Kurangnya fasilitas pendidikan dalam segala tingkatan dan di seluruh daerah.

Pendapatan perkapita penduduk yang masih rendah sehingga belum dapat memenuhi kebutuhan hidup primer pada

umumnya dan untuk biaya sekolah.

Tingkat Pendidikan yang dapat dicapai oleh masyarakat Indonesia, dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 6 : Penduduk Indonesia, umur 10 tahun ke atas yang telah dapat mencapai tingkat pendidikannya tahun 1971

(menurut sensus 1971).

No. Tingkat Pendidikan Banyaknya (%)

TidakSekolah 41.01

Belum tamat SD 32,37

Sekolah Dasar 19,38

SLO (Umum + Kejurusan) 4,3

SLA (Umum + Kejurusan) 2,03

SLA (Umum + Kejurusan) 2,03

Universitas 0,14

Sumber Biro Pusat Statistik, Jakarta.

Dan tabel tersebut ternyata banyaknya penduduk yang masih buta huruf maupun putus SD (Drop-out SD) adalah

besar prosentasenya. Oleh karenanya masalah Pendidikan menjadi problem Nasional yang cukup gawat, di mana
dikatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat pendidikan masyarakat menggambarkan tinggi rendahnya kemajuan

bangsa.

5) Masalah Pendapatan atau Produksi Perkapita dan Tinggi Pertumbuhan Penduduk.

Tabel 7 : Produksi Perkapita dan tingkat Penduduk di beberapa Negara Asia.Pertambahan

Negara GNP. Perkapita Tingkat Pertumbuhan

(US. Dollar) penduduk (%)

Jepang 1.190 1.1

Malaysia 330 3.5

Korea Selatan 180 2.4

Pilipina 180 3.5

Sriangka 180 2.3

Thailand 150 3.1

Vietnam Selatan 130 2.6

Kmer 120 2.2

Laos 100 2.4

Pakistan 100 2.1

India 100 2.5

Indonesia 100 2.5

China 90 1.8

Birma 70 2.2

Sumber Majalah Geres — FAO — Riview, Sept. Okt. 1972 Hal 10—11.

Keterangan angka-angka perkiraan.

Dengan adanya berbagai masalah yang diakibatkan oleh pertumbuhan penduduk yang relatif cepat tersebut maka

setiap pemerintah/negara mengambil kebijaksanaan kependudukan.


Kebijaksanaan Kependudukan

Maksud diadakannya Kebijaksanaan Kependudukan adalah untuk dapat lebih tercapainya kesejahteraan

penduduk/niasvarakat dalarn arti yang luas, terutama terjadinya keseimbangan antara jumlah penduduk dengan basil

pembarigunan baik melalui pertanian, industn, impor dan ekspor dan sebagainya (pidato kenegaraan Presidn RI 16

Agustus 1969).

Pengertian kebijaksanaan Kependudukan

Pada prinsipnya kebijaksanaan suatu negara yang me nyangkut kernakmuran penduduknya dapat digolongkan dalarn

kebijaksanaan kependudukan. Tetapi pada uniurnnya yang dimaksud hanyalah kebinaan yang menyangkut

perubahan kuantita dan kualita penduduk pemancaran penduduk, atau jumlah jiwa dan pemukiman dalam

hubungannya dengan sumber-sumber yang tersedia setiap orang.

Pelaksanaan Kebijaksanaan Kependudukan:

Dalam melaksanakan kebijaksanaan kependudukan untuk penyelesaian masalah penduduk dapat ditempuh beberapa

usah yang dapat diiaksanakan sendiri-sendiri, berturut-turut atau secara bermacam-macam sekaligus tergantung

kepada keadaan setempat.

Kebijaksanaan kependudukan di negara maju dan di negara-negara berkembang, lihat buku Pendidikan Ke•

pendudukan, halaman 267 269.

Dalani usaha mengimbangi pertanibahan penduduk perlu hasil-hasil pertanian dan peternakan dipelihara,

dipertahankan dan ditambah (konservasi), yang dapat dilaksanakan dengan:

Preservasi : dalam hal mi diusahakan agar kualitas dan kuantitas hasil bumi diperbaiki untuk rnasamasa yang akan

datang.

Restorasi: agar berhasil, hasil bumi dan ternak dapat tetap tinggi perlu dipelihara sumber-sumber biotik dengan

mencegah penyakit-penyakit tanaman dan hewan.

Benefisiasi : Sumber-sumber alam tetap dipelihara Kelangsungan fungsinya beserta perkembangannya, agar makin

banyak tenaga alam dapat dipergunakan dalam proses pembangunan.


Rekiamasi : Penambahan hasil pertanian dapat dijalankan dengan mengubab tanah-tanah irnproduktif menjadi

produktif.

Ucaha-ucaha yang di1akanakan Kebijahsanaan Kependudukan.

(Jsaha Ek stensifikasi dan fntencifihasi Pertanian

Ekstensitikasi Pertanian L untuk menambah basil bumi, areal pertanian harus diperluas dengan jalan rnembuka hutan

(forest clearing) atau mengeringkan rawa-rawa.

Intensifikasi pertanian.

Untuk perhaikan-perbaikan dalam bidang bercocok tanarn meliputi pemupukan, pengairan, pemilihan bibit unggul,

pembuatan teras sawah rotasi tanaman dan lain-lain, dapat menambah kualitas dan kuantitas prod uksi pertanian.

Intensifikasi mi dilakukan pada daerah-daerah yang sudah tidak memungkinkan terjangkaunya perluasan areal

pertanian. Seperti di Indonesia antara lain daerah:Jawa, Madura, Bali.

Transmigrasi:

Pernindahan penduduk daerah padat ke daerah yang tidak atau kurang padat dapat mengurangi populations pressure

di daerah pengirim, dan dapat menimbulkan daerah-daerah pertanian baru di daerah yang menerima.

Untuk di Indonesia, daerah-daerah yang padat penduduknya (daerah pengirim) terutama dad Jawa, Madura dan Bali.

Sedang daerah penerima :

Sumatera : Rimbo Bujang, Sitiung, dan sebagainya.

Kalimantan : Barat, dan Timur, dan sebagainya.

Sulawesi : Tenggara dan Pulau-pulau lain.

Macam -macam transmigrasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah :

transmigrasi umum

transmigrasi spontan

transmigrasi sektoral

transmigrasi ABRI
transmigrasi Bedol Desa.

Jndustrialisasi:

Industrialisasi mi diusahakan agar kebutuhan penduduk dapat dilayani secukupnya dengan cepat dan merata tetapi

tidak mengurangi kualitas produksi, sehingga dapat mengurangi penderitaan, menaikkan taraf hidup mengurangi

masalah-masalah sosial ekonomi. Penyebaran Industrialisasi: pembangunan industri sebaiknya dapat menyebar ke

seluruh wilayah Indonesia sehingga dengan desentralisasi industri mi akan mendorong pembangunan di masing-

masing daerah.

Keluarga Berencana

Keluarga Berencana telah diprogramkan oleh Pemerintah Indonesia sejak tahun 1968, yang secara efektif baru

berjalan mulai tahun 1970.

Sifat Pelaksanaan Program Keluarga Berencana adalah sukarela bagi pengikut/pesertanya. Tidak boleh ada paksaan

dan Pemerintah maupun Petugas. Sebab mi diselaraskan dengan Falsafah Bangsa Indonesia, yaitu Pancasila.

Sarana Program Keluarga Berencana.

Adalah Masyarakat seluruh Indonesia/terutama rnereka pasangan suami isteri/keluarga baik di kotakota rnaupun di

desa – desa.

Tujuan Program Keluarga Berencana

Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat terutama anak, ibu dengan cara menjarangkan kelab iran.

Mengurangi laju pertambahan penduduk, agar dapat seimbang antara pertambahan penduduk dengan produksi

nasional.

Usaha Program Keluarga Berencana, meliputi

Menjarangkan kelahiran

Pengobatan Kemandulan

Nasihat Perkawinan.

Dengan Program Keluarga Berencana tersebut diharapkan agar Keluarga Berencana dapat membudaya bagi seluruh

masyarakat Indonesia dengan mencintai keluarga kecil yang bahagia sejahtera (Small family Size). Yakni jumlah

anak sekitar 3 orang. Untuk mi maka perlu meningkatkan Program Keluarga Berencana Secara integral melalui

berbagai pendidikan formal maupun non formal, dan organisasi-organisasi baik pemerintah maupun swasta.
(5) Pendidikan Kependudukan:

Peningkatan dan perluasan Pendidikan Kependudukan dapat melalui berbagai lembaga Pendidikan formal maupun

non formal (di luar sekolah) dengan menggunakan dan memanfaatkan secara efisien dan efektif semua jenis saluran

komunikasi dan mass media yang ada.

Maksud pelaksanaan Pendidikan Kependudukan adalah agar masyarakat ,iapat mengubah cara berpikir dan cara

berpikir tradisional statis menuju cara berpikir yang rasional dinamis dan bertanggung jawab terhadap besar kedllnya

keluarga dalam memanfaatkan masa produktifnya yakni dengan mencintai keluarga kecil yang berhahagia, sejahtera,

tidak mencintai keluarga hesar yang tanpa bahagia.

Tujuan dan Pelaksanaan Program Pendidikan Kependudukan, secara garis besar adalah agar inasyarakat/ anak didik

dapat mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan pertumbuhan penduduk secara cepat, serta tepat, serta segala

akibatnya maupun dapat menghubungkan antara pertumbuhan penduduk tersebut dengan program pembangunan

yang dilaksanakan oleh Pemerintah dalam usaha mencapai kesejahteraan masyarakat. Maka mereka diharapkan

dapat menyesuaikannya hal itu dalam kehidupan keluarga masyarakat bangsa dan manusia pada umumnya.

e. Migraci (Perpindahan Periduduk)

Migrasi adalah gejala gerak horizontal untuk pindah tern- pat tinggal dan pindahnya tidak terlalu dekat, melainkan,

melintasi batas administrasi, pindah ke unit administrasi lain, misalnya kelurahan, kabupaten, kota atau negara.

Dengan kata lain, migrasi merupakan perpindahan penduduk dan satu unit geografis ke unit geografis Iainnya. Unit

geograf is dapat berarti suatu daerah administratif.

Ross Steele menyatakan bahwa migrasi meliputi perpindahan ke rumah sebelah yang jarak beberapa meter dan

rumah lama, tetapi juga mencakup perpindahan ke negara lain yang jaraknya beribu-ribu kilometer (dalam Sunarto,

1985). Selanjutnya PBI3 menyatakan bahwa migrasi ialah suatu perpindahan tempat tinggal dan suatu unit

administratif he unit administratif lainnya (dalam Sunarto, 1985).

Konsep migrasi di atas mengandung pengertian sebagai perubahan tempat tinggal secara permanen, tidak

memberikan batasan pada jarak maupun sifat kepindahan tersebut. Usaha mengernbangkan konsep migrasi ternyata
tidak menghasilkan suatu rumusan yang seragam. Satu hal yang tampaknya disepakati bersama adalah migrasi

menyangkut perubahan tempat tinggal dan yang biasanya.

Di Indonesia konsep migrasi yang dipergunakan di antaranya yang dikemukakan oleh Biro Pusat Statistik dalam

serisus penduduk tahun 1971 dan tahun 1980. Migrasi dalam hal mi diartikan sebagai perpindahan seseorang

melewati batas propinsi lain dalam jangka waktu 6 bulan atau lebih. Namun demikian dijelaskan pula bahwa

seseorang dikatakan telah melakukan migrasi apabila ia telah melakukan perpindahan kurang dan 6 bulan tetapi telah

secara resmi pindah atau sebelumnya telah ada niatan untuk menetap di daerah tujuan.

Teori Migrasi.

Terdapat beberapa teoni secara khusus menjelaskan fenomena migrasi. Dua di antaranya dapat dikemukakan sebagai

benikut

1) Teori Gravitasi

Ravenstain pada tahun 1889 telah menguraikan pendapatnya tentang fenomena migrasi yang disusun dalam hukum-

hukum migrasi yang terkenal sampai sekarang.

Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut

Semakin jauh jarak, semakin berkurang volume migran. Teori mi kemudian dikenal dengan nama ―distancedecaY

theory‖.

Setiap arus migran yang benar, akan menimbulkan arus balik sebagai gantinya.

Adanya perbedaan desa dengan kota akan mengakibatkan timbulnya migrasi.

Wanita cenderung bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat letaknya.

Kemajuan teknologi akan mengakibatkan intensitas migrasi.

Motif utama migrasi adalah ekonomi.

Pendapatan Ravenstein yang hampir satu abad yang lalu ternyata sampai sekarang masih relevan. Ravenstein dengan

teon yang dikemukakannya, kemudian mendapatkan julukan ―bapak migrasi‖. Dan teori yang dikemukakannya

kemudian berkembang berhagai teori gravitasi lainnya, dan pada dasarnya teori-teori migrasi yang lainnya

merupakan pengembang.. an dan hukum-hukum yang dikemukakannya.

2) Teori Dorong — Tank (Push-Pull Theory)


Teori dorong-tanik dikemukakan pertama kali oleh Everett S. Lee pada tahun 1966. Dalam teorinya Lee

mengemukakan adanya 4 faktor yang berpengaruh terhadap seseorang dalam mengambil keputusan untuk bermigrasi

yaitu:

a. Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal

b. Faktor-faktor yang terdapat di daerah tujuan

c. Faktor-faktor rintangan

d. Faktor pribadi.

Faktor-faktor yang terdapat di daerah asal maupun di daerah tujuan dapat bersifat positif artinya mempunyai daya

dorong atau mempunyai sif at negatif artinya mempunyai daya penghambat.

Faktor-faktor yang bisa menjadi daya dorong, seperti : kerusakan sumber daya alam (erosi tanah, banjir, kekeringan,

goncangan-goncangan iklim, pertentangan sosial, politik, agama). Adapun faktor-faktor yang mempunyai daya tank

ialah penemuan sumber daya, misalnya: pertambangan, pendirian industri-industri, keadaan iklim dan lingkungan

yang menyenangkan (kota peristirahatan di daerah pegunungan). Di sam- ping itu ada berbagai variabel yang

mengakibatkan mignasi tarik dan migrasi dorong. Perubahan teknologi misalnya, menggalakkan bangkitnya industri

di kota-kota besar yang menanik banyak buruh dan tenaga; sebaliknya hasil teknologi baru Seperti mekanisme

pertanian, akan menyebabkan banyak pengangguran yang mendorong migrasi ke luar daerah pedesaan.

Banyaknya orang pindah ke kota karena di desa tidak krasan, merasa kesepian, sedang di kota banyak hiburan dan

kegiatan yang merupakan daya tank mereka, yang membuat mereka senang dan mendapat kepuasan batin.

Sebaliknya banyak juga orang yang pindah dan kota, karena suasana kota tidak menenteramkan, terlalu banyak

orang, terlalu gaduh terlalu bising. Mereka tergolong migrasi psikososial. Ada orang sakit-sakitan di daerah dingin,

sering kambuh penyakit asmanya, 1a pergi pindah ke daerah pantai yang hawanya panas demi kesehatan jasmaninya.

Ia merupakan migran fisiososial.

Orang yang dengan kehendak sendiri dan dengan motif tertentu, misalnya ingin mengembangkan bakat dan

kemampu annya, pindah ke daerah lain, disebut migran primer. Jika isterinya dan anak-anaknya juga ikut pindah,

meskipun mereka mungkin hanya ikut-ikutan disebut migran sekunder.

Selain jenis-jenis migrasi di atas, dikenal pula migrasi internal dan migrasi internasional. Migrasi internal terjadi

antara dua unit geograf is da.Iani suatu negara. Jeni-jenis migrasi di atas pada dasarnya termasuk ke dalani migrasi

internal. Migrasi nternasional terjadi antana negara-negara.


Dalani migrasi internasional selanjutnya dikenal konsep emigrasi dan imignasi. Ernigrasi adalah migrasi

internasional dipandang dan negara asal atau penginim; pelakunya disebut emigran. Imignasi adalah migrasi

internasional dipandang dan negara penerima atau negara tujuan; pelakunya disebut imigraSi.

Jelasnya besar kecilnya angka yang disebabkan oleh terjadinya perpindahan penduduk dan suatu negara/daerah ke

negara/daerah lain, tiap senibu penduduk pada setiap tahun.

Rumusnya adalah :

JumlahMigrai dalam 1 tahun X 1000

Jumlah penduduk

Contoh:

Misalnya Negara Indonesia tahun 1979, terdapat perpindahan penduduk ke negara Malaysia sebanyak 690.000

orang.

Sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun itu 138.000.000 orang. Maka tingkat Migrasi adalah :

690.000 X 1000 = 5.

138.000.000

Jeni/Macam Migrasi

Dalam hal mi dapat digolongkan menurut lokasi perpindahan, yakni:

Antar negara, disebut emigrasi atau imigrasi. Kalau keluar ke negara lain disebut emigrasi, tetapi kalau masuk atau

datang dan negara lain adalah iinigrasi. Untuk ini dapat dicari migrasi Nettonya yakni terjadi Emigrasi atau migrasi

bagi negara yang bersangkutan.

Antar daerh (dalam satu negara), untuk mi apabila terjadi antar pulau dan akan bertempat tinggal larna (menetap)

disebut : Transmigrasi. Antar daerah (dalam satu pulau dan Desa ke Kota) dise.. but: Urbanisasi.

Hal ini ada kecenderungan akan bertempat tinggal relatif lama.

Tetapi apabila perpindahan tersebut hanya antar daerah kota yang agak berdekatan dan hanya untuk beberapa han

karena suatu sebab seperti berdagang, itu disebut Mobiisasi.


Sebab-sebab perpindahan penduduk:

Alasan ekonomi.

Perpindahan suatu bangsa mi disebabkan karena daerah atau negaranya sendiri sudah tidak memberikan

kemungkinan kehidupan yang baik. Oleh karena itu kepergiannya dalam usaha untuk mencani kehidupan yang lebih

baik. Dalani hal mi ada yang bersifat sernentara dan ada yang bersifat lama (mungkin menetap) yang mi pada

umumnya sebagai penyebab terjadinya transmigrasi dan atau urbanisasi.

Alasan politik.

Pada suatu negara sering terdapat pergolakan politik kenegaraan. sehingga banyak penduduk yang tak setuju dengan

pergolakan politik tersebut, maka mereka melakukan perpindahan: ke negara lain.

Misalnya: perpindahan pendud uk (pengungsi) Vietnam pada akhir tahun 1979 – 1980.

Alasan agama

Karena alasan kehidupan beragama yang tidak bebas menyebabkan terjadinya gerakan penduduk ke daerah lain

untuk mencari kesesuaian dan ketenteraman hidupnya. Dalam hal perpindahan penduduk tersebut pada urnumnya

menimbulkan masalah baru yaitu dalam penyesuaian daripada tempat yang baru, baik itu yang bersif at internasional

maupun nasional/lokal.Dan uraian-uraiafl di atas dapat dirumuskan pertambahan penduduk sebagai berikut

P = (f — m) + (e — i), yang berarti :

P = Pertambahan Penduduk

f = fertilitas

m = mortalitas

e = emigrasi

i = imigrasi.

2. PEMBAGIAN KERIJA DALAM MASYARAKAT

Meskipun teknologi baru di bidang pertanian, seperti:pupuk, bibit unggul, insektisida, dan lain-lain telah memperluas

kesempatan kerja kepada masyanakat tetapi belum juga mampu menyerap pertambahan tenaga kerja, akibat

pertumbuhan pendduk melaju dengan cepat. Dengan demikian dapat dimengerti, mengapa anus urbanisasi berjalan
terus menerus dan tak mungkin dapat dihindani. Dalam anus urbanisasi yang paling banyak terlibat ialah golongan

usia muda, karena secara obyektif mereka mencita-citakan perbaikan hidup di masa mendatang yang panjang dan

disertai dengan keberanian mengambil resiko. Menurut catatan sensus 1971, penduduk yang tinggal di desa ada

82,6%, sisanya yakni 17,4% ada di perkotaan. Namun akumulasi modal dalam pembangunan mi bertumpuk di

perkotaan; niisalnya sampai Maret 1974, 34% sendiri ada di Jakarta (Said Rush dan Dakljoeni, 1981).

Dengan adanya komunikasi dan transportasi yang lancar menjadikan orang desa peka terhadap perkembangan kota

dan mi mendorong urbanisasi. Angka-angka tentang pembagian kerja (mata pencarian) menurut statistik erhihat

dalam tabel berikut mi:

Angka-angka di atas akan berubah bersarna lajunya pertam. bahan penduduk dan pembangunan. Demikian pula

persaingan ketat akan terjadi dalam upaya memperoleh kesempatan kerja. Bagaimanapun dalam memperoleh

kesempatan kerja kita tidak bisa mengelak dan persaingan atau pertentangan-pertentangan, sebab kesempatan kerja

yang diperoleh itu merupakan modal hidup untuk masa kini dan akan datang. Setiap orang berusaha mencari suatu

pekerjaan pada hakikatnya adalah tintuk memperoleh kelayakaxi hidup di dalam keluarganya. Oleh sebab itu

pertumbuhan keseinpatan kerja dalam masyarakat akan senant lasa beruFhh-ubah. Sebagai contoh pertumbuhan

kesempatan kerja terlihat dalam tabel di bawah ini

Pembagian kerja dalam masyarakat ml akan terjadi masalah besar lagi, apabila perkembangan dalam bidang

pertanian lebih lambat dibanding dengan pertumbuhan penduduk. Sebab masyarakat Indonesia sebagian besar dan

tenaga kerjanya terhihat dalam bidang pertanian, sedanglcan dalam sektor-sektor lainnya hanya sebagian kecil saja.

Di samping itu belum lagi terhitung angka pengangguran. Para pengangguran yang tercatat sekarang mi, di tingkat

kota besarnya 6,3% dan di pedesaan 1% (Daidjoeni, 1981).

Konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan akibat bertambahnya jumlah penduduk adalah lahirnya tenaga kerja.

Besar kecilnya angkatan kerja sangat tergantung pada tingkat kelahiran (fertilitas) dan tingkat kematian (mortahitas).

Semakin tinggi tingkat kelahiran dan rendahnya tingkat kematian maka ketersediaan tenaga kerja cenderung

meningkat.

Masalahnya, sejauh mana kesempatan kerja tersedia untuk menampung tenaga kerja yang melimpah. A.pa yang

terlihat selama in perluasan kesempatan kerja itu berjalan seret, tidak dapat mengimbangi Iajuriya kenaikan jumlah
tenaga kerja sehingga tidak dapat dihindarkan munculnya kaum penganggur, bila yang sifatnya terbuka maupun

tersembunyi.

Dan hasil Sensus Penduduk di indonesia tahun 19711 diketahui bahwa besarnya angkatan kerja (labor face) adalah

41,3 juta orang yang terdiri dan 27,6juta laki-laki dan 13,7ju- ta perempuan. Dan angkatan keija mi 37,6 juta sedang

bekerja dan 3,6 juta persen dan seluruh angkatan kerja atau 4,5 per- Sen dan seluruh penduduk berumur 10 tahun ke

atas (usia minimal golongan bekerja menurut sensus penduduk tahun

1971).

Dalam Repelita Ill angkatan kerja Indonesia diperkirakan meningkat antara 2,5 —- 2,6 persen tiap tahun. Laju

pertumbuhan penduduk pada waktu itu sekitar 2,3 — 2,4 persen tiap tahun, berarti berada di bawah angka

peningkatan angkatan kerja.

Sensus penduduk tahun 1980 ternyata hasilnya tidak jauh berbeda dan keadaan di atas, bahwa laju pertumbuhan

angkatan kerja lebih tinggi dan laju pertumbuhan penduduk.

Dan tabel berikut terlihat bahwa angkatan kerja meningkat dan 41,26 juta pada tahun 1971 menjadi 52,43 juta pada

tahun 1980. Berarti selama selang waktu 9 tahun terjadi kenaikan sebesar 27 persen angkatan kerja, atau dihitung

menurut angka eksponensial terdapat pertumbuhan sebesar 2,7 persen per tahun, melebihi pertumbuhan penduduk

untuk kurun waktu yang sama yaitu 23 persen per tahun.

Tidak tertampungnya angkatan kerja secara penuh dapat terlihat dan besarnya jumlah pengangguran terbuka pada ma

sing-masing tahun serisus tersehut, yaitu 2,2 juta tahun 1971 dan 1,7 juta tahun 1980.

Sumber : Hananto Sigit, Perkembangan Sektoral dan Cr1 Informal Kesempatan Kerja di Indonesia, Forum Siatistik

No. 2 Tahun II Desember 1982, halaman 10 diolah.

KurangnYa kesempatan kerja tersedia tidak lepas dan struktur perekonomian Indonesia yang untuk sebagian besar

masib tergantung pada sektor pertanian. Sektor mi nyatanya tidak dapat tumbuh dengan cukup pesat untuk dapat

menyerap angkatan kerja yang besar itu. Akibat timbulnya kekurangan kesempatan kerja secara umum, rendahnya

produktivitas serta rendahnya pendapatan masyarakat. Gambaran ml lebih jelas terjadi di pulau Jawa — Madura, di

mana pertambahan penduduk memberikan tekanan yang cukup berat terhadap sektor pertanian, sehingga Geertz

mensinyalir terjadinya Involusi Pert.anian di wilayah Jawa Madura.1


Untuk memecahkan tantangan tekanan angkatan kerja mi diperlukan usaha-usaha penciptaafl kesempatan kerja yang

Sumber : Hananto Sigit, Perkembangan Sektoral dan Cr1 Informal Kesempatan Kerja di Indonesia, Forum Siatistik

No. 2 Tahun II Desember 1982, halaman 10 diolah.

KurangnYa kesempatan kerja tersedia tidak lepas dan struktur perekonomian Indonesia yang untuk sebagian besar

masib tergantung pada sektor pertanian. Sektor mi nyatanya tidak dapat tumbuh dengan cukup pesat untuk dapat

menyerap angkatan kerja yang besar itu. Akibat timbulnya kekurangan kesempatan kerja secara umum, rendahnya

produktivitas serta rendahnya pendapatan masyarakat. Gambaran ml lebih jelas terjadi di pulau Jawa — Madura, di

mana pertambahan penduduk memberikan tekanan yang cukup berat terhadap sektor pertanian, sehingga Geertz

mensinyalir terjadinya Involusi Pert.anian di wilayah Jawa Madura.1

Untuk memecahkan tantangan tekanan angkatan kerja mi diperlukan usaha-usaha penciptaafl kesempatan kerja yang

Permasalahan kepend udukan Indonesia selalu dikaitkan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi dan

penyebarannya tidak merata. Pulau Jawa yang luasnya hampir 7 persen dan luas seluruh daratan Indonesia,

memberikan lebih dan dua pertiga penduduk Indonesia. Hanya 17 persen penduduk tinggal di Sumatera yang luasnya

25 persen dan Luas Indonesia, Sedang Kalimantan dengan luas 28 persen hanya didiami 4 per- sen penduduk

Indonesia.‘ Pada tahun 1971, Jawa saja menampung penduduk sebesar 76 juta jiwa dengan kepadatan penduduk

pedesaan yang lebih dan 500 orang tiap kilo meter per segi. Lebih dan 25 persen dan seluruh kabupaten di Jawa

punya kepadatan pedesaan yang melampaui 700 orang tiap kilo meter persegi. Di beberapa daerah di Jawa Timur

dan Jawa Tengah, kepadatannya hahkan lebih dan seribu.2

Angka-angka di atas cIapat menjelaskan sern pitnva ruang gerak di daerah pedesaan yang dapat menjamin

kelangsungan hidup penghuninya. Tingkat pemilikan tanah tiap keluarga di pedesaan Jawa sangat rendah, hahkan di

beberapa daerah tidak ada sama sekali. Untuk mempertahankan din agar tetap hidup mereka terlibat sehagai burub

tani yang mengandalkan upah dan basil mengerjakan sawah orang lain. Pendapatan yang diterima dan usaha seperti

mi begitu rendah, tetapi mereka tidak dapat berbuat banyak sebab tidak ada alternatif lain yang lebih menguntungkan

tersedia di pedesaan untuk dapat dimasuki.

Akibat dan kelebihan tenaga kerja di daerah pedesaan dapat menimbulkan 2 kemungkinan yaitu :

Tetap tinggal di desa, sehingga menyebabkan ―disguised unemployment‖, yakni jumlah tenaga kerja lebih banyak

dan sumber daya alam dan faktor produksi, sehingga kebanyakan tenaga kerja pertanian rnenjadi setengah

menganggur. Tenaga kerja itu teiah dihoroskan atau digunal:an dengan tidak rasional.
Mereka akan masuk ke dalam bidang-bidang yang masib bisa mendukung pendapatan yakni huan di kota.

Kemungkinan kedua mi pendukungnya terhitung hesar juga di mana kelebihan tenaga kerja yang tidak tertampung di

sekitar pertanian mencari usaha lain di daerah perkotaan. Kelompok inilah pelaku proses urbanisasi, suatu arus lintas

perpindahan penduduk dan desa ke kota.

3. PERKEMBANGAN KEBUDAYAAN.

Kebudayaan = cultuur (bahasa Belanda) culture (bahasa Inggris) = tsaqafah (bahasa Arab); berasal dan perkataan

Latin ―Colere‖ yang artinya mengolah, mengerjakan, menyw burkan dan mengembangkan, terutarna mengolah tanah

atau bertani. Dan segi arti mi berkembanglah arti culture sebagai ―segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah

dan mengubah alarn.‖

Ditinjau dan sudut bahasa Indonesia, kebudayaan berasal dan bahasa Sanskerta ―Budhayah‖ yakni bentuk jamak dan

budhi yang berarti budi atau akal. Jadi kebudayaan adalab hasil budi atau akal manusia untuk mencapai

kesempurnaan hidup.

Selanjutnya E.B. Tayor dalam bukunya ―Primitive Culture‖ merumuskan definisj secara sistematis dan ilrniah

tentang kebudayaan sebagai berikut: ―Kebudayaan adalah komplikasi (jalinan) dalam keseluruhan yang meliputi

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, keagamaan, hukum, adat istiadat serta lain-lain kenyataan dan

kebiasaan-kebiasaan yang dilaku kan manusia sebagai anggota masyarakaL‖ (Culture is that complex whole and

other capability acquired by man as a member of society).

Pada umumnya orang mengartikan kebudayaan dengan kesenian, seperti seni tan, seni suara, seni lukis dan

sebagainya. Dalam pandangan sosiologi, kebudayaafl mempunyai arti yang lebib luas daripada itu. Kebudayaan

meliPUti semua basil cipta, karsa, rasa, dan karya manusia baik yang 1natenal maupun nonmaterial (baik yang

bersifat kebendaan maupun yang bersifat kerohanian).

Kebudayaan material adalah : hasil cipta, karsa yang berwujud benda-benda atau barang-barang atau alat-

alat pengolahan alam, seperti : gedung, pabrik-pabrik, jalan-jalan, rumahrumah, alat-alat komunikasi, alat-alat

hibura, mesin-mesin dan sebagainya. Kebudayaan material mi sangat berkembang setelah lahir revolusi industni

yang melahirka aparat-aparat produksi raksasa.

Kebudayaan nonmatenial adalah : hash cipta, karsa yang berwujud kebiasaafl-kebiaSaafl atau adat istiadat,

kesusilaan, ilmu pengetahuafl, keyakinan, keagamaan, dan sebagainya.


Di dalam masyarakat, kebudayaan itu di satu pihak dipengaruhi oleh anggota masyarakat, tetapi di lai pihak anggota

masyarakat itu dipengaruhi oleh kehudayaan.

Misalnya : orang Eropa yang beriklim dingin terpaksa hams membuat pakaian tebal. Jadi jelasnya ―kebudayaan‖

adalah suatu basil cipta daripada hidup bersama yang berlangsung berabad-abad. Kebudayaan adalah suatU basil,

dan basil itu dengan sengaia atau tidak sesungguhnya ada dalam masyarakat. Jadi pada pokoknya tiap-tiap manusia

itu pasti mempunyai kebudayaafl yaitu gejala—gejala jiwa yang dimiliki oleh manusia, dan yang membedakan

manusia dengan binatang.

Dengan hasil budaya manusia, maka terjadilah pola kehidupan, dan pola kehidupan inilah yang menyebabkan hidup

bersama dan dengan pola kehidupan mi pula dapat meinpengaruhi cara berpikir dan gerak sosial. Contoh kehidupan

umat Islam di Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sumatera berlainlainan bentuknya, sebab pola kehidupan iereka juga

lain karena adanya pengaruh lingkungan di daerah itu.

Hubungan manusia (individu), masyarakat dan kebudayaan.

Manusia hidupnya selalu di dalam masyarakat. Hal mi bukan hanya sekadar ketentuan (konstateren) semata-mata,

melainkan mempunyal arti yang lebih dalain, yaitu bahwa hidup bermasyarakat itu adalah perlu bagi rnanusia, agar

benarbenar dapat mencapai taraf hidup kemanusiaan. Tegasnya dapat mengembangkan kebudayaan dan mencapai

kebudayaannya. Tanpa masyarakat hidup manusia tidak dapat menunjuk. kan sifatsifat kemanusiaan. Misalnya:

Caspar Hauser yang herumur 18 tahun, adalah anak yang ditemukan di Neurenburg (Jerman) belum pernab hidup

bermasyarakat. Ta tidak dapat berjalan dan berbahasa, setelah dibawa ke dalam kehidupan masyarakat. Demikian

pula Kala dan Kamala, 2 orang anak perempuan yang ditemukan dalam sarang serigala di India, juga inempunyai

sifat.sjfat seperti tersebut di atas.

a. Hubungan manusia dan kebudayaan.

Dipandang dan sudut antropologi, manusia dapat ditinjau dan 2 segi,.yaitu:

manusia sebagai makhluk biologi

manusia sebagai makhluk sosio-budaya.

Sebagai makhluk biologi, manusia dipelajari dalam ilmu biologi atau anatomi; dan sebagai makhluk sosio-budaya

manusia dipelajari dalam antropologi budaya. Antropologi budaya menyelidiki eIuruh cara hidup manusia,
bagaimana manusia dengan akal budinya dan struktur fisiknya dalam mengubah Iingkungan berdasarkan

pengalamannya. Juga memahami dan melukiskan kebudayaan yang terdapat dalam masyarakat manusia.

Akhirnya terdapat konsepsi tentang kebudayaan manusia yang menganalisa masalah-masajah hidup sosial-

kebudayaan manusia. Konsepsi tersebut ternyata mernberi gambaran kepada kita bahwasanya hanya manusialah

yang mampu berkebudayaan. Sedang pada hewan tidak memiliki kernampuan tersebut. Mengapa hanya manusia saja

yang memiiki kebudayaan? Hal mi dikarenakan manusia dapat belajar dan dapat memahami bahasa, yang semuanya

itu bersumber pada akal manusia.

Kesimpulannya: bahwa manusialah yang dapat menghasilkan kebudayaan, dan sebaliknya tidak ada kebudayaan tanp

adanya manusia.

b. Hubungan macyarakat dengan kebudayaan

Masyarakat adalah kumpulan manusia yang hidup dalam suatu daerah tertentu, yang telah tukup lama, dan

mempunyai aturan-aturan yang mangatur mereka, untuk menuju kepada tujuan yang sama. Dalam masyarakat

tersebut manusia selalu memperoleh kecakapan, pengetahuan-pengetahuan baru, sehingga penimbunan (petandon)

itu dalam keadaan yang sehat dan selalu bertambah isinya. Memang kebudayaan itu bersifat komulatif, bertimbun.

Dapat diibaratkan, manusia adalah sumber kebudayaan, dan masyarakat adalah satu dunia besar, ke mana air dan

sumber-sumber itu mengalir dan tertampung. Manusia mengangsu (mengambil) air dan danau itu. Malta dapatlah

dikatakan manusia itu ―mengangsu apikulan wanih‖ (ambil air berpikulan air). Sehingga tidaklah habis air dalam

danau itu, melainkan bertambah banyak karena selalu ditambah oleh orang yang mengambil air tadi. Jadi erat sekali

hubungan antara masyarakat dengan kebudayaan. Kebudayaan tak mungkin timbul tanpa adanya masyarakat dan

eksistensi masyarakat itu hanya dapat dimungkinkan oleh adanya kebudayaan.

c. Hubungan man usia, masyarakat dan kebudayaan.

Dengan melihat uraian tersebut di atas, malta ternyata, hahwa manusia, masyanakat dan kebudayaan merupakan satu

kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam artinya yang utuh. Karena kepada ketiga unsur inilah kehidupan

makhluk sosial berlangsung.

Masyarakat tidak dapat dipisahkan danipada manusia karena hanya manusia saja yang hidup bermasyarakat. Yaitu

hidup bersama-sama dengan manusia lain dan saling memandang sebagai penanggung kewajiban dan hak.
Sebaliknya manusia pun tidak dapat dipisahkan dan masyarakat. Seorang manusia yang tidak pernah mengalami

hidup bermasyarakat, tidak dapat menunaikan bakat-bakat kemanusiaannya yaitu mencapai kebudayaa. Dengan kata

lain di mana orang hidup bermasyarakat, pasti akan tirnbul kebudayaan.

Dengan adanya kebudayaan di dalam masyarakat itu adalah sebagai bantuan yang besar sekali pada individu-

individu, baik daxi sejak permulaan adanya masyarakat sampai kini, di dalam melatih dirinya memperoleh dunianya

yang baru. Dan setiap generasi manusia, tidak lagi memulai dan rnenggali yang baru, tetapi menyempurnakan bahan-

bahan lama menjadi yang barü dengan berbagai macam cara. Kemudian sebagai anggota generasi yang baru itu telah

menjadi kewajiban meneruskan ke generasi selanjutnya segala apa yang mereka telah pelajari dan masa yang lampau

dan apa yang mereka sendiri telah tambahkan pada keseluruhan aspek kebudayaan itu.

Setiap kebudayaan adalab sebagai jalan atau arah di dalam bertindak dan berpikir, sehubungan dengan pengalaman-

pengalaman yang fundamental, dan sebab itulah kebudayaan itu tak dapat dilepaskan dengan individu dan

masyarakat.

Karena pengertian kebudayaan itu arnat luas, maka Koentjaraningrat merumuskan bahwa sedikitnya ada 3 wujud

kebudayaan

Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan.

Wujud kelakuan berpola dan manusia dalam masyarakat

Wujud benda-benda hasil karya manusia (Koentjaraningrat, 1974).

Wujud pertama adalah wujud ide, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, lokasinya ada di dalam kepala kita masing-

masing. Wujud ide mi baru nampak bila dibuat dalam karangan atau buku-buku hasil karya. Sekarang, kebudayaan

ide banyak tersimpan dalani tape, arsip, koleksi micro film, kartu komputer, dan lain-lain.

Wujud kedua adalah kelakuan berpola dan manusia dalam masyarakat, misalnya manusia melakukan kegiatan

berinteraksi, berhubungan, bergaul satu sama lain. Kegiatan-kegiatan tersebut senantjasa berpola menurut pola-pola

tertentu yang berdasarkan adat istiadat.

Wujud ketiga adalah hasil karya manusia. Wujud mi sifatnya paling kongkrit, nyata, dapat diraba, dilihat dan difoto.

Wujud ketiga mi tidak perlu banyak keterangafl lagi, sebab Setiap orang bisa melihat, meraba dan merasakaflflYa.

Ketiga wujud kebudayaafl di atas, apabila dirinci secara khusuS ke dalam unsur-uflSUrflYa, maka kebudayaafl itu

sedikitnya ada 7 unsur


1) Sistem religi dan upacara keagamaafl

2) Sistem dan organisasi kemasyarakatai1

3) Sistem pengetahuan

4) Bahasa

5) Kesenian

6) Sistem mata pencarlan hidup

7) Sistem teknologi dan peralatan (Koentiaraflingrat, 1974).

Wujud kebudaYaafl di atas mempUflYai kegunaafl yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat.

BermacammaCam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggotaaflgg0 ta masyarakat, misalnYa kekuatan

alam, kekuatan di dalam masyarakat sendiri, yang tidak selalu balk bagi masyarakat. Kebudayaafl yang merupakafl

hasil karya, nasa dan cipta masyarakat dapat digunakan untuk ehndungi manusia dan ancamall atau bencana alam. Di

samping itu kebudaYaafl dapat dipergunakan untuk mengatur hubungan dan sebagai wadah segenap manusia sebagai

anggota masyarakat. Kemudian, tanpa kebudayaafl, manusia tidak bisa membentuk peradaban seperti apa yang kita

punyai sekarang mi.

4. PRANATA.PRANTA DAN INSTITUSIONALISASI

Pranata (lembaga kemasyarakatan) merupakan terjemahan langsung dan istilah asing ―Social Institution‖ karena

pengertian lembaga lebih menunjuk pada suatu bentuk dan sekaligus juga mengandung pengertiaflPengertn yang

abstrak perihal adanya normaflOrma dan peratUraflPeratmn tertentU.

penterjemahafl istilah social institution ke dalam jstjlah Indonesia, pant sanjana belum ada kata sepakat sehingga ada

yang menterjemahkan dengan istilah ―pranata sosial‖ karena dianggap sebagai pengatur perikelakuan masyarakat.

Ada juga yang memberi istilah ―bangunan sosial‖ yang mungkin merupakan terjemahan dan istilah ―Soziale-

Gebilde‖.
a. Prosespertumbuhan lembaga kemasyarakatan

Norma-norma dalam masyarakat berguna untuk mengatur hubungan antar manusia di dalam masyarakat agar

terlaksana sebagaimana yang mereka harapkan. Mula-mula norma-norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja,

namun lama kelamaan norma-norma tersebut dibentuk secara sadar. Misalnya perihal perjanjian tertulis atau yang

menyangkut pinjam meminjam uang yang dahulu tidak pernah di1aki.kan. Norma- norma yang ada dalam

masyarakat itu mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda, ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang

terkuat daya pengikatnya, di mana anggotaanggota masyarakat pada umumnya tidak berani melanggarnya.

Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat daripada norma-norma tersebut maka secara sosiologis dikenal adanya

em pat pengertian

Cara (usage)

Kebiasaan (folkways)

Tata kelakuan (mores)

Adat istiadat (custom).

Keempat pengertian tersebut di atas merupakan norma- norma kemasyarakatan yang memberikan petunjuk bakat

yang berupa perintah atau larangan yang bersifat mengikat dan memaksa untuk dilaksanakannya.

1) Cara (usage)

Cara atau usage mi banyak menunjuk pada suatu perbuatan antara individu ciengan individu lainnya dalam hubungan

bermasyarakat. Norma mi mempunyai kekuatan yang Iemah karena penyimpangan terhadapnya tak akan

mengakibatkan hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekadar celaan saja dan individu yang dihubunginya.

Misalnya orang mernpunyai cara masing-masing untuk minum pada waktu bertemu, ada minum tanpa mengeluarkan

bunyi, ada pula yang mengeluarkan bunyi sebagai pertanda rasa kepuasannya menghilangkan kehausan. Apabila

perbuatan mi dilakukan maka orang lain hanya merasa tersinggung dan ia hanya akan mendapat ejekan saja.

2) Kebiasuan (folk ways)

Kebiasaan atau folkways mi mernpunyai kekuatan mengikat yang lebih besar daripada cara atau usage, karena

kebiasaan mi dilakukan berulang-ulang yang rnenunjukkan bahwa banyak orang yang menyukainYa.
Pelanggaran atau penyimpangan dan kebiasaan mi akan mengakibatkan seseorang dianggap menyimpang dan

kebiasaan umum dalam masyarakat. Contoh kebiasaan menghormati kepada orang yang lebih tua, kebiasaan saling

bertanya bila saling bertemu dan lain-lain. Maka setiap orang akan menyalahkan penyimpangan terhadap kebiasaan

tersebut.

3) Tata Kelakuan (mores)

Menurut Mac Iver dan H. Page, tata kelakuan adalah hebiasaan-kebiaSaafl yang ada di dalam masyarakat yang

diterima sebagai nama-nama pengatur dalam masyarakat itu. Tata kelakuan merupakan pencermiflan dan sifat-sifat

yang hidup dalam kelompok manusia sebagai alat pengawas, alat pemaksa, alat untuk rnelarang sesuatu terhadap

anggotaanggOtaflYa supaya menyesuaikan perbuatan-perbUatan dengan tata kelakuan tersebut.

Tata kelakuan (mores) sangat penting bagi masyarakat, sebab:

Tata kelakuan memberikan batas-batas pada kelakuankelakuan mndividu. Tata kelakuari juga merupakan alat yang

memerintahkafl dan sekaligus melarang seseorang anggota melakukan suatu perbuatan. Setiap masyarakat

mempunyai tata kelakuan yang berbeda-beda karena tata kelakuan timbul dan pengalaman yang berbeda-beda

tergantung dan masyarakat yang bersangkutan.

Tata kelakuan mengidentifikasi individu dengan kelompoknya. Di sini tata kelakuan memaksa orang agar

menyesualkan tindakan-tindakannya dengan tata kelakuan masyarakat yang menyimpang seseorang melakukan

kejahatan maka masyarakat akan menghukumnya dengan maksud agar mereka mau rnenyesuaikan dengan tata

kelakuan dalam masyarakat tersebut.

Tata kelakuan menjaga solidaritas antara anggota.anggota masyarakat. Tata kelakuan yang dimiliki oleh masyarakat

yang berkenaan dengan masalah hubungan di antara mereka, mi akan menjaga keutuhan dan kerjasama antara

anggota anggota masyarakat itu misalnya cara hubungan antara pria dan wanita.

4) Adat kebiasaan (custom)

Adat kebiasaan atau custom mi bisa terjadi dan tata kelakuan yang kekal serta kuat integrasinya dengan pola

perikelakuan masyarakat.

Anggota masyarakat yang melanggar adat kebiasaan akan menderia sanksi yang keras yang kadang-kadang secara

tidak langsung diperlakukan. Adat kehiasaan mi masih banyak ditemui di negara Indonesia, terutama di daerah-
daerah yang masih memegang teguh adat kebiasaan. Misalnya hukum adat yang melarang bercerai antara suami dan

isteri, di Lampung.

Norma-norma tersebut di atas setelah mengalami suatu proses pada akhirnya akan menjadi bagian tertentu dan

lembaga kemasyarakatan.

b. Pranata social dan peranannya

Bilamana manusia menciptakan asosiasi, maka mereka juga menciptakan peraturan-peraturan dan caracara untuk

mengatur pelaksanaan kepentingan anggota-anggotanya satu sama lain. Bentuk aturan-atUran inilah yang disebut

institusi (lembaga), yang berbeda dengan asosiasi. Misalnya : keluarga termasuk asosiasi, tetapi sistem mengatur

pewarisan, perkawinan disebut Institusi. Setiap asosiasi yang sehubungan dengan kepentingan khusus tentu

mempunyai institusi yang khusus pula. Contoh:

Keluarga : mempunyal lembaga (institusi) khusus, misalnya perkawinan, warisan dan lain-lain.

Negara mempunyai 1ernbagaIembaga yang khusus pula seperti : bentuk pemerintahan yang berbentuk parlementer

atau presindensiaI prosedur perundangundangan dan lain- lain.

Serikat Buruh juga mempuflYal iembagalembaga yang khusus seperti : pemogokan, persetuiuafl kolektif dan lain-

lain.

Ketiganya termasuk dalam asosiasi, bukan institusi. Jadi kita merupakan bagian daripada keluarga dan bukan bagian

dad perkawinan.

Kadang-kadang memang timbul kekacauafl antara instituSi dan asosiasi karena istilah yang sama dengan itu dapat

berarti salah satu dan padanya. Misalnya: kita sukar untuk menentukan kedudukan rumah sakit, parlemen, penjara,

perguruafl tinggi dan sebagainya.

(1) Bila kita memikirkan hospital sebagai suatu gedung untuk orang-orang sakit, sistem pengobatan, badan yang

didirikan oleh pemerintawpartike r untuk memenuhi kebutuhankebutuhan sosial tertentu, maka dia adalah suatu

institusi. Tetapi dapat juga kita lihat rumah sakit itu sebagai asosiasi, yaitu kalau kita melihatnya sebagai suatu

kumpulan dan dokter-dokter, juru rawat dan pelayanpelaYanflYa.

Jadi kalau kita mernandangnya sebagai suatu group yang terorganiSir, maka ia adalah suatu asosiasi. Dan kalau kita

mernandangflya sebagai bentuk prosedur, maka dia adalah institusi. Asosiasi menunjukkan keanggotaafl, sedang

instituSi menunjukkarl cara berbuat.


(2) Bila kita memandang sebuah perguruan tinggi sebagai suatu badan yang terdiri dan guru-guru dan mahasiswanya

maka kita melihat aspek asosiasinya. Sedang kalau kita memandangnya sebagai suatu sistem pendidikan, maka kita

melihat sifat kelembagaannya.

Jadi tegasnya : Lembaga lebih banyak dinyatakan oleh adanya tata cara. Sedang persekutuan/asosiasi lebih banyak

dinyatakan oleh adanya kepentingan.

Cara-cara mempelajari institusi

Pada umumnya dalam mempelajari institusi ada 3 macam yang dapat digunakan secara send in atau bersama-sama

dengan yang lain

(1) Analisis kesejarahan (historical analitic).

Yaitu berusaha untuk menyelidiki pertumbühan dan perkembangannya di dalam waktu/usianya, Atau dengan kata

lain : menyelidiki sejarah perkembangan suatu lembaga.

(2) Analisis komparatif (comparative analitic)

Yaitu analisis yang meliputi penyelidikan institusi dalam masyarakat yang berlainan. Pada pokoknya membanding-

bandingkan macam-macam institusi itu di dalam berbagaibagai masyarakat.

(3) Pendekatan fungsional (functional approach)

Yaitu menyelidiki hubungan-hubungan fungsional antara berbagai institution approach, mi seringkali menyangkut

analisis kesejahteraan dan sering-sering juga menggunakan penyelidikan secara komparatif, misalnya: studi terhadap

perkawinan harus meliputi hubungan antara perkawinan dan lembagalembaga hukum, kinship (kekerabatan),

keagamaan dan sebagainya.

Istilah Institution dan Institute

Istilah asing dan pranata adalah institution, tetapi pemakaian istilah mi membutuhkan perhatian yang khusus.

Institution mempunyai arti yang berbeda dengan institute.

institute berarti badan orgarlisasi yang bertujuan memenuhi suatu kebutuhan dalam berbagai lapangan kehidupan

masyarakat. Demikian rnisalnya penyelidikan sebagai suatu aktivitas ilmiah disebut: institution, tetapi suatu badan

untuk mengorganisasi penyeiidikan ihniah dalam lapangan ekononhi disebut institute. Dengan kata lain Institution

adalah aktivitas-aktivitas kemasyarakatan/Pranata, sedang jnstitute/lembaga adalah bentuk badan-badan yang

mengoganisasikan‘ men) alakan aktivitasaktiVitas kemasyarakatan tersebut.


Macam-macam tern baga sosial.

Dr. Koentj araningrat membagi lembaga sosial/praflatapranata kemasyarakatan menjadi 8 macam

Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan (kinship) atau domestic insitutions. Contoh :

pelarnaran, perkawiflan, keluarga, pengasuhan anak dan lain-lain.

Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencaharian hidup (economic institutions),

misalnya: pertanian, peternakan, perburuhan, industri dan sebagainya.

Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah manusia (scientific institutions). Contoh : metodik ilmiah,

penelitian, pendidikan ilmiah dan lain-lain.

Pranata yang bertujuan meménuhi kebutuhan pendidikan (educational institutions). Contoh : TK, SD, SMP, SMA,

pondok pesantren dan lain-lain.

Pranata yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan ilmiah, menyatakan rasa keindahan dan rekreasi (aesthetic and

recreational institutions) Misalnya : seni rupa, seni suara, seni drama dan lain-lain.

Pranata yang bertujuan rnemenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan Tuhan atau alam gaib (religius

institutions). Contoh gereja, masjid, doa, kenduri dan lain-lain.

Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusja Untuk mengatur kehidupan berkelompok atau bernegara

(political institutions). Contoh : pemerintahan, demokrasi, kehakiman, kepartaian, kepolisian, dan lain-lain.

Pranata yang bertujuan mengurus kebutuhan jasmaniah manusia (cosmetic institutions). Contoh pemeliharaan

kecantikan, kesehatan, kedokteran, dan lain-lain.

c. Inslitusionalisasi (‘pelernbagaan)

Dalam perkembangan masyarakat dan kebudayaan, kita mengenal pranata sosial atau lembaga kemasyarakatan,

misalnya : lembaga kekeiuargaan, ekonomi, penclidikan, ilmiah, keindahan dan rekreasi, keagarnaan, pemerintahan,

dan kesehatan jasmaniah. Adanya lembaga-lembaga tersebut dimaksudkan untuk memenuhi berbagai keperluan

pokok dan kehidupan manusia. Lembaga-lembaga itu ada di dalam setiap rnasyarakat tanpa memperdulikan apakah

masyaràkat tersebut memp nyai taraf kebudayaan sederhana atau modern. Len‘ibagalembaga tersebut stabil, sah dan

sudah diakui oleh masyarakat. Tapi di pihak lain ada juga individu atau kelompok yang melakukan aksi-aksi
pembaruan yang dipimpin oleh pejUaflgpejuang revolusioner, yang belum sah dan belum diakui masyarakat, tetapi

barangkali akan diakui juga dan mengenal perkembangan institusi (lembaga) di kelak kemudian han.

Proses perkembangan lembaga-lembaga dinamakan institusionalisasi (pelembagaan) dan proses mi terjadi

bilamanasesuatu kelompok memutuskan bahwa seperangkat norma, nilaini lai dan peranan tertentu dianggap sangat

penting bagi kelangsungan hidupnya, sehingga diminta agar para anggota maSyarakat tersebut mematuhinya. Proses-

proses demikian teriadi dimana-mana dan terumuskan dalam masyarakat. Proses-proses di atas sepanjang mengenai

soal-soal kebutuhan penting dan sepanjang nielahirkan sistein yang stabil dan universal, kita namakan lem baga-lem

baga.

Cohen (1.983) rnenyatakan bahwa institusionalisasi adalab perkembangan sistem yang teratur dan norma-norma,

perananperanan yang ditetapkan dan diterima oleh masyarakat. Loomis (1960) menyatakan bahwa proses

institusionalisasi menyangkut semua unsur dan proses sosial yang ada maka untuk normalah dianggap lebih penting

(utama), Soejono Soekanto (1983) menyatakan bahwa institusionalisasi (pelembagaan) adalah proses di mana unsur

norma menjadi bagian dan suatu lembaga. Demikian, bahwa unsur norma merupakan unsur yang paling dasar dan

suatu lembaga. Norma mempunyai hubungan yang erat dengan unsur sistem sosial lainnya, norma mempengaruhi

rangkaian pemilihan tujuan, status-peranan (kedudukan), sanksi dan fasilitas dalam mencapai suatu tujuan. Misalnya:

kekuasaan pada seseorang diatur oleh norma yang ada; berdasarkan norma itu orang memberikan kesan positif atau

negatif terhadap perilaku seseorang.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah dikemukakan bahwa institusionalisasi belum merniliki unsur-unsur sistem sosial

yang sempurna sebagaimana terdapat di dalam institusi (lembaga); akan tetapi institusionalisasi baru merupakan

tahaptahap menuju perkembangan sistem yang teratur dan sistem sosial dan diterima oleh masyarakat.

Suatu perkumpulan baru dinyatakan sebagai institusi (lembaga) bila di dalarnnya ada unsur-unsur sistem sosial yang

teratur, seperti yang telah dikemukakan oleh Loomis (1960) sebagai benikut

Kepercayaan

Sentimen

Tujuan

Norma

Status peranan (kedudukan)

Ranking
Power

Sanksi

Fasilitas.

Sedangkan dilihat dan segi prosesnya, ialah suatu bentuk

aktivitas-aktivitas yang meliputi

Adanya komunikasi

Adanya pemeliharaan batas-batas

Adanya hubungan system

Adanya sosialisasi

Adanya kontrol social

Adanya institusionalisasi (pelembagaan). (Loomis, 1960).

Suatu kelaziman yang hidup, bisa saja bahwa suatu lembaga menjadi tidak lembaga lagi, apabila orang-orang yang

ada di dalam lembaga itu tidak mematuhi norma atau peraturan-peraturan yang telah dibuat dan disepakati bersama

oleh semua anggota-anggota. Dernikian, bah wa institusionalisasi pada hakikatnya merupakan proses yang meliputi

pula pelembagaan kembali (reinstitutionalization), di m ana lembaga-lembaga lama runtuh dan diganti lembaga-

lembaga baru, atau simbulsimbulnya tetap dipertahankan dan diteruskan, tetapi isinya baru.

RANGKUMAN.

1) Maalah Penduduk Dunia

Pada prinsipnya pertambahan penduduk dunia yang meningkat sedemikian cepat merupakan suatu ancaman bagi

kehidupan umat manusia itu sendiri, walaupun percepatan pertambahan penduduk di setiap negara di dunia satu

sama lain berbeda-beda. Sedemikian bertambah anak manusia, sedemikian pula harus bertambah fasilitas hidup,

termasuk di antaranya lahan untuk pemukiman dan pertanian. Dengan begitu semakin padatlah penduduk planet

bumi, seiring dengan itu, semakin sempit pulalah lahan buat pemukiman dan pertanian. Selain lahan, mereka juga

akan membutuhkan berbagai sumber alam lainnya, untuk menunjang kebutuhan hidupnya.

Semakin banyak sumber-sumber alam yang dikonsumsikan oleh umat manusia, semakin cepat terkuras pula

cadangan sumber-sumber alam di perut bumi.


Pada sisi lain apabila secara terus menerus umat manusia rnengkonsulflSi sumber-sumber alam, semakin

berkembang dan semakin pekatlah unsur-unsur polutan di darat, di perairan bahkan di udara.

Pendek kata, pertumbuhan penduduk dunia secara eksponensial tidak saja akan menguras potensi lahan dan

sumbersumber alam, di luar itu masih menambah beban berjuta, bahkan bermilyar ton zat-zat polutan terhadap

sistem ekologi di planet bumi mi. Dengan demikian keseimbangan dan kelestarian Iingkungan hidup di bumi

semakin goyah dan terancam punah.

Daya upaya untuk mencegah kehancuran yang lebih cepat peradaban umat manusia di planet bumi mi, salah satu di

antaranya lahir dan grup studi Kelompok Roma. Kelompok mi menitik beratkan program studinya pada lima variabel

yang dominan mempengaruhi kehidupan umat manusia.

2) Konsep Keseimbangan Dinamis

Baik pertambahan penduduk yang meningkat dengan cepat, atau berkurangnya penduduk secara drastis dalam jangka

pendek ataupun jangka panjang, akan menanggUng resiko yang berat bagi negara-negara di dunia. Oleh karena itu

jalan ke luar imbangan dinamis. Konsep keseimbangan dinamis berarti pertambahan populasi penduduk dapat

terkontrol, terukur, di samping dapat terpenuhi berbagai kebutuhan hidup yang menyangkut kebutuhan material

maupun spiritual. Kebutuhan-kebutuhan material berkaitan dengan konsumsi sumbersumber alam yang terpaut pada

kegiatan sosial ekonomi. Sedangkan kebutuhan-kebUtuhan yang menyangkut spiritual menyangkut tentang religi,

kepercayaafl dan kehudayaan. tentang religi, kepercayaan dan kebudayaan.

3) Pen yelenggaraan Pendidikan Kesehatan

a) Pendidikan

Kurang lebih 50% anak-anak usia sekolah di pedesaan-pedesaan negara-negara Afrika, Asia, Amerika Latin tidak

dapat mengenyam kesempatan pendidikan formal, karena tekanan ekonomi dan kemiskjnan yang melilit. kehidupan

mereka. Berkaitan dengan itu, penduduk yang. sudah tidak buta huruf masih sangat terbatas jumlahnya. Misalnya di

India haru 28% saja, di Pakistan antara 16 — 18%, di Guatemala dan Bolivia (Amerika Latin) masing-masing 38

clan 32% saja dan seluruh jumlah pendud uk negara-negara yang bersangkutan. Dengan sarana komunikasi yang

masih sangat terbatas, penduduk pedesaan-pedesaan pedalaman Afrika praktis masih terisolasi dan dapat dipastikan

persentase jurnlah buta huruf akan lebib tinggi dan jumlah penduduk buta huruf di negara-negara berkem bang

lainnya.
b) Kesehatan

UNICEF memberjkan prioritas pelayanan kesehatan kepada anak-anak balita, yang terbagi dalam 4 program, yaitu:

mengikuti pertumbuhan anak, AS!, imunitas, dan ORT. Dalam penelitjan di lapangan ternyata 25% anak-anak di

negara-negara berkembang menderjta kurang gizi yang tidak ketahuan. Flanya 1% saja anak-anak di dunia yang

jelas-jelas ketahuan menderita penyakit kurang gizi. Tingkat kematian akibat kurang gizi di Indonesia mencapaj

tingkat tertinggj, pada kelompok anak-anak unur 0 — 1 tahun adalab 100 orang di antara 1000 anak. Di negara-

negara lain angka kematian penderita kurang gizi di antara 1000 anak aalah sebagai berikut: Filipina 50, Thailand 50.

Srilangka 43, Malaysia 30, Singapura 11, di Swedia, Jepang dan Finlandia masing-masing 7. Program bagi anak-

anak balita diharapkan dapat mengurangi angl:a kematjan sebanyak 50%.

Program penggunaan AS! mendapat tanggapan positif tidak saja oleb kaum ibu di negara-negara berkembang, tetapi

juga oleh ibu-ibu di negara-negara maju. UNICEF mencatat, pada tahun 1973, ibu-ibu yang menyusui anaknya di

negaranegara Skandinavja (Eropa Utara) hanya 30% saja; pada tahun 1983 melonjak menjadi 90%. Kejadian yang

mirip sama terjadi di Australia, Selandia Baru, Perancis, Amerika Serikat, Spanyol, Jepang.

Program imunisasi, setiap tahun dapat menyelamatkan 5 juta anak dan kematian, dan 5 juta anak lainnya terbebas

dan cacat tubuh yang disebabkan oleh 6 macam penyakit yang dapat dikebalkan setiap tahun.

Program OTR dapat menekan angka kematian 2,5 juta anak, di antara 5 juta anak yang meninggal setiap tahun

karena menderita diare (mencret).

4) Pengawetan Tanah dan Air

Fokus usaha-usaha pengawetan tanah dan air lebih dititikberatkan kepada usaha-usaha melestarikan hutan, antara

lain dengan sistem rotasi.

Di luar kawasan hutan usaha penghijauan pekarangan, kebun jalur hijau dan taman-taman di lingkungan pada

umumnya, Menjaga kelestarian lahan pertanian di kaki dan lereng pegunungan digunakan sistem sabuk lingkar

gunung.

5) Peningkatan Produksi Pangan

Program Bank Dunia periode 1985 — 2000 diharapkan akan menaikkan produksi pertanian sebesar 5 %. Kredit

Investasi 1975 — 1977 dalam program peningkatan produksi pangan di negara-negara berkembang dialokasikan

sebesar 7 muyar dolar, terbagi dalam 2 program yaitu Proyek Pembangunan Pedesaan dan Pembangunan Pertanian.
Dan tahun ke tahun alokasi kredit investasi Bank Dunia cenderung meningkat terus, sejajar dengan perkembangan

pembangunan pedesaan dan pembangunan sektor pertanian di negara-negara berkembang.

6) Faktor-Faktor Dasar Kependudukan

Yang menjadi faktor dasar terhadap perkembangan jumlab penduduk dengan berbagai akibatnya adalah :

a) Kelahiran, yaitu besar kecilnya kelahiran disebut tingkat kelahiran.

Untuk menghitung tingkat kelahiran mi ada dua cara yaitu:

tingkat kelahiran kasar atau Crude Birth Rute (CBR) dengan rumus:

Jumlah kelahiran 1 Th X 1000

Jumlah Penduduk

(2) tingkat keahiran khusus pada kelompok urnur terten. tu = Age Specific Birth Rate (ASBR) misalnya kelompok

umur pendüduk : 15 - 19 tahun, 20 -29 tahun, dan sebagainya, dengan rumus:

Jumlah kelahiran 1 tahun pada kelompok unsur per atau dibagi jumlah penduduk pada kelompok umur tertentu

tersebut, kali (X) 1000.

Dan tingkat kelahiran penduduk dapat digolongkan menjadi : a. Termasuk tinggi; lebih 30 orang/1000 penduduk.

b. Termasuk sedang : 20 — 30 orang/1000 penduduk.

c. Termasuk rendah: kurang 20 orang/1000 penduduk.

b) Kematian, yaitu besar kecilnya jum!ah kematiar, disebut tingkat kernatian. Untuk menghitung tingkat kematian mi

ada dua cara, yaitu :

(1) tingkat kematian kasar atau Crude Death Rate yang rum usnya

Jumiah kematjan dalam 1 tahun X 1000

Jumlah penduduk

Tingkat kematian inipun dapat digolongkan menjadi:

(a) tergolong tingkat : lebih dan 19 orang/1000 penduduk.


(b) tergolong sedang : 14 18 orang/1000 penduduk

(c) tergolong rendah : 9 — 13 orang/l000 penduduk.

(2) Tingkat kematian khusus atau tingkat kematian pada kelornpok umur tertentu, misalnya: kelompok umur di

bawah 1 tahun yang disebut Infant Mortality Rate, rum usnya

Jumlah kematian kurang 1 tahun selarna 1 tahun x1000

Jumlah kelahiran yanghidup

Untuk JMR inipun dapat digolongkan menjadi 4 yaitu

tergolong sangat tinggi : Iehih dan 125 orang/1000 kelahiran.

tergolong tinggi : 75 - 125 orang!1000 kelahiran. (c) tergolong sedang : 35 - 75 orang/l000 kelahiran.

Tingkat keinatian kelompok umur tertentu tersebut, di samping pada kelompok di bawah 1 tahun, juga dapat dihitung

tingkat kernatian pada kelompok umur tertentu yang lain misainya: 5 —9 tahun, 10- -19 tahun dan sehagainya.

Rumusnya

Jumlah kematian pada kelonipok amur tertentu tersebut dalarn 1 tahun per jumlah penduduk pada kelompok umur

tertentu tersebut kali 1000. Tingkat kematian pada kelompok tertentu tersebut Age Specific Death Rate.

7) Migraci atau Perpindahan

Perpindahan atau Migrasi mi ada dua macam

a) Migrasi ke luar out Migration Emigrasi.

b) Migrasi masuk = In Migration Migrasi.

Rumus daripada tingkat Migrasi itu :

Jumlah penduduk/Migrasi dalam 1 tahun X 1000

Jumlah penduduk

Untuk Migrasi ini dapat dihitung Migrasi Netto (migrasi bersih), yaitu jumlah dan selisih Emigrasi dengan imigrasi

per jumlah penduduk kali 1000. Dan Migrasi Netto inilah yang mempengaruhi pertarnhahan penduduk.

Migrasi/Perpindahan mi menurut lokasi atau daerah dapat dibagi menjadi

Perpindahan antar negara disebut Emigrasi/Imigrasi, untuk bertempat tinggal tetap.


Perpindahan antar pulau dalam suatu negara dsebut transmigrasi (tempat tinggal tetap).

Macam-macam transmigrasi antara lain

Transmigrasi umum

Transmigrasi spontan

Transmigrasi sektoral

Transmigrasi ABRI

Transmigrasi Bedol Desa dan sebagainya.

Perpindahan dan desa ke kota disebut urbanisasi yang hat mi sebagian besar lebih banyak menimbulkan masalah

kependudukan untuk daerah kota misalnya karena kurangnva lapangan pekerjaan maka timbul:

pengangguran, volume kejahatan bertambah, gelandangan dan sebagainya.

Sebab-sebab perpindahan :

Antara lain karena alasan ekonomi, agama, politik dan sebagainya

8) Perkembangan Penduduk

a) Bagi negara yang cedang berkembang

Berhubung semakin tahun semakin besar tingkat kelahiran penduduk pada khususnya maka ha! terse- but akan

menimbulkan berbagai problema atau masalah penduduk. Hal mi terutama sangat dirasakan oleh negara-negara yang

sedang berkem hang.

Masalah-masalah kependudukan tersebut antara lain:

Rendahnya income perkapita penduduk, karena helum sernua sumber alam dapat diolah sendiri, dan belum semua

penduduk mendapatkan lapangan kerja.

RendahflYa tingkat pendidikan masyarakat, karena untuk penyeleflggaraan pendidikan dipenlukafl biaya. Dalam hal

mi pemerintah beium dapat mencukupi semua fasilitaS pendidikan, baik gedung, guru-guru, alat-alat sekolah dan

sebagainya. Untuk mi penn masyarakat berpartiSiPasi, padahal income perkapita masyarakat relatif rendah maka tak

Semua orang tua dapat membiayai anak-anaknya.

Penyebaran penduduk yang tak merata: Untuk mi antara pulau yang satu dengan pulau yang lain tak sama padatnya.

Kepadatan terasa pada daerah perkotaan dan daerah yang subur, untuk Indonesia kepadatan yang sangat terasa di

Jawa dan Bali.

Tempat tinggal penduduk yang kurang memenuhi ukuran kehidupan yang layak dan higienis.
b) Bagi negara yang modern/maj u

Masalah kependudukan yang timbul tersehut bagi berbagai golongan negara adalah tidak sama.

Contoh :

Bagi negaraflegara yang sudah maju dengan berbagai eknologiT1Ya itu maka masalah kependUdUkan yang

ditimbUlkan antara lain

Kurangnya tenaga kerja manusia.

Rendahnya tingkat kelahirafl dan sebagainya

9) Kebijakcanaan Pemerintah TerhadaP Masalah Kependudukan.

Dengan adanya berbagai masalah yang timbul dan perkembangan penduduk tersebut di atas, maka setiap pemerintah

yang bertanggUflg jawab terhadap kesejahteraan rakyatnYa akan mengambil dan melakukan berbagai

kebilakSaflaafl Jalam hal tersebut.

Untuk kebijaksanaan-kebijaksanaan itu antara berbagai negara dan berbagai golongan tingkatan perkembangan

negara adalah tidak sama

Bagi negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, kebijaksanaan mi pada umumnya disesuaikan

dengan falsafah/ pandangan hidup danpada bangsa di negara itu sendiri. Khususnya pada negara-negara yang sedang

berkembang melakukan kebijaksanaan dengan berbagai program, misalnya untuk Indonesia dengan melaksanakan :

Program Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pertanian.

Program Industrial isasi;

Program Pendidikan Kependudukan:

Program Keluarga Berencana;

Program Transmigrasi.

Tiap negara pada saat mi bekerja sama di dalam mengatasi masalah kependudukan yang pelaksanaannya menunjang

kebijaksanaan kependudukan nasional.


BAB III

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

1. PERTUMBUHAN 1NDIVIDU

Pengertian individu

―Individu‖ berasal dan kata latin, ―individuum‖ artinya ―yang tak terbagi‖. Jadi, merupakan suatu sebutan yang dapat

dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil clan terbatas. Dalam ilmu sosial paham individu

menyangkut tabiatnya dengan kehidupan jiwanya yang majemuk, memegang peranan dalam pergaulan hidup

manusia. Dalam ilmu sosial, individu menekankan penyelidikan kepada kenyataan.kenyataan hidup yang istimewa,

yang tak seherapa m‘mpengaruhi kehidupan manusia.

Individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang

terbatas, yaitu sebagai manusia perseorangan. Dengan demikian sering digunakan sebutan ―orang-seorang‖ atau

―manusia perseorangan‖. Sifat dan fungsi orang-orang di sekitar kita adalah makhluk-makhluk yang agak berdiri

sendiri; dalam pcibagai hal bersama-sama satu sama lain, tetapi dalam banyak ha banyak pula perbedaannya. Sejenis

tapi tak sama, makin tua semakin maju dan semakin banyak pula perbedaannya. Pada setiap anggota suatu bangsa

yang bermacam-macam tingkat peradabannya, terjadi diferensiasi dengan corak sifat dan tabiat beraneka macam.

Timbulnya diferensiasi bukan hanya pembawaan, tetapi melalui kaitan dengan dunia yang telah mempunyai sejarah

dengan peradabannya. Hal mi memherikan keuntungan rohani bagi individu seperti bahasa, agama, adat istiadat dan

kebiasaan, paham-paham hukum, ilmu pengetahuan, dan sebagainya. Semuanya telah ditata dan dipakai oleh

generasi sebelumnya. Akan tetapi, betapapun besarnya pengaruh lingkungan sosial terhadap individu, manusia tetap

mempunyai watak dan sifat tertentu, yang aktif di tengah-tengah sesama manusia lainnya. Insyaf akan ―aku‖ nya dan

sadar, serta mengumpulkan kekuaLan rohani untuk bertindak sendiri. Bahkan individu yang mempunyai aktivitas

sadar lebih dan ukuran rata-rata kebanyakan orang, disebut orang yang mempunyai kepribadian istimewa.

Dan uraian di atas dapatlah disimpulkan, bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiiki peranan

khas di dalam lingkungan sosialnya, melainkan juga menpunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya.

Persepsi terhadap individu atau hasil pengamatan manusia dengan segala maknanya merupakan suatu keutuhan

ciptaan Tuhan yang mempunyai tiga aspek melekat pada dirinya, yaitu aspek organik jasmaniah, aspek psikis-
rohaniah, dan aspek-sosial kebersamaan. Ketiga aspek tersebut saling mempengaruhi, kegoncangan pada satu aspek

akan membawa akibat pada aspek yang lainnya.

Makna manusia menjadi individu apabila pola tingkah Iakunya hampir identik dengan tingkah laku massa yang

bersangkutan Proses yang meningkatkan ciri-ciri individualitas pada seseorang sampai pada dirinya sendiri, disebut

proses mdividualisasi atau aktualisasi din. Individu dibebani berbagai peranan yang berasal dan kondisi kebersamaan

hidup, maka muncul struktur masyarakat yang akan menentukan kemantapan masyarakat. Konflik mungkin terjadi

karena pola tingkah laku spesifik dirinya bercorak bertentangan dengan peranan yang dituntut oleh masyarakat dan

sekitarnya.

Individu dalam bertingkah laku menurut pola pribadinya ada tiga kemungkinan: menyimpang dan norma kolektif

kehilangan individualitasnya atau takluk terhadap kolektif, dan mempengaruhi masyarakat seperti adanya tokoh

pahiawan atau pengacau. Mencari titik optimum antara dua pola tingkah laku (sebagai individu dan sebagai anggota

masyarakat) dalam situasi yang senantiasa berubah, memberi konotasi ―matang‖ atau ―dewasa‖ dalam konteks sosial.

Sebelum ―baik‖ atau ―tidak baik‖ pengaruh individu terhadap masyarakat adalah relatif. 01)

b. Pengertian Pertumbuhan

Walaupun terdapatnya perbedaan pendapat di antara para ahli, namun diakui bahwa pertumbuhan itu adalah suatu

perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa.

Perubahan mi pada lazimnya disebut dQngan istilah proses. Untuk selanjutnya timbul beberapa pendapat mengenai

pertumbuhan dan berbagai aliran yaitu asosiasi, aliran psichologi Gestalt dan aliran Sosiologi.

Menurut para ahli yang menganut aliran asosiasi berpendapat, bahwa pertumbuhan pada dasarnya adalah proses

asosiasi. Pada proses asosiasi yang primer adalah bagian-bagian. Bagian-bagian yang ada lebih dahulu, sedang

keseluruhan ada pada kemudian. Bagian-bagian mi terikat satu sama lain menjadi keseluruhan oleh asosiasi.

Dapat dirumuskan suatu pengertian tentang proses asosiasi yaitu terjadinya perubahan pada seseorang secara tahap

demi tahap karena pengaruh baik dan pengalaman atau enipiri luar melalui pancaindera yang menimbulkan

s?nsations maupun pengalaman dalam mengenai keadaan batin sendiri yang menimbulkan reflexions.

Kedua macam kesan (sensation dan reflexions) merupakan pengertian yang sederhana yang kemudian dengan proses

asosiasi membentuk pengertian yang lebih kompleks. Lain halnya dengan pendapat dan aliran psikologis Gestalt

tentang pertumbuhan. Menurut para ahli dan aliran ml bahwa pertumbuhan ad alah proses d iferensiasi.
Dalam proses diferensiasi yang pokok adalah keseluruhan, sedang bagian-bagian hanya rnempunyai arti sehagai

bagian dari keseluruhan dalarn hubungan fungsional dengan bagian-bagian yang lain. Jadi menurut proses mi

keseluruhan yang lebih dahulu ada, baru kemudian menyusul bagian-bagiannya. Jadi dan pendapat aliran psikologi

Gestalt mi dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan itu ad,ilah proses perubahan secara perlahan-lahan pada manusia

dalam mengenal suatu yang Semula mengenal sesuatu secara keseluruhan baru kemudian mengenal bagian-bagian

dan lingkungan yang ada.

Kemudian kita mengenal konsepsi aliran sosiologi di mana ahli dan pengikut aliran mi menganggap bahwa

pertumbuhan itu adalah proses sosialisasi yaitu proses perubahan dan sif at mula-mula yang asosial atau juga sosial

kemudian tahap demi tahap disosialisasikan.

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

Dalam membahas pertumbuhan itu ada bermacam-macam aliran, namun pada ganis besarnya dapat digolongkan ke

dalam tiga golongan, yaitu

a) Pendirian nativistik.

Menunut para ahli dan golongan mi berpendapat, bahwa pertumbuhan individu itu semata-mata ditentukan oleli

faktor-faktor yang clibawa sejak lahir.

Para ahli dan golongan mi menunjukkan berbagai kesempatan atau keminipan antara orang tua dengan anaknya.

Misalnya seorang ayah merniliki keahlian di bidang seni lukis maka kemungkinan besar anaknya juga menjadi

pelukis. Tetapi hal mi akan menimbulkan keragu-raguan apakah kesamaan yang ada antara orang tua dan anaknya

benar-benar disehabkan oleh pembawaan sejak lahir ataukah mungkin karena adanya fasilitas-fasilitas atau hal-hal

lain yang dapat memberikan dorongan ke arah kemajuannya.

b) Pendirian Emperictik dan emiro omen Lutistik

Pendirian mi herlawanan dengan pendapat nativistik. Para abli berpend apat, bahwa pertuni )uh an individu semata

mata tergantung pada lingkungan sedang dasar tidak berpera nan sania sekali,

Jadi menurut pendirian mi menolak dasar dalam pertumbuhan individu dan lebih rnenekankan pada lingkungan dan

konsekuensinya hanya lingkunganlah yang hanyak dibicarakan. Pendirian semacam mi biasa disebut pendirian yang
environmentalistik. Sehingga dapat dikatakan bahwa pendirian mi pada hakikatnya adalah kelanjutan dan faham

emperisme.

Apabila konsepsi mi dapat tahan uji (benar) akan dihasilkan manusia-manusia ideal asalkan dapat disediakan kondisi

yang dibutuhkan untuk usaha itu. Tetapi dalam kenyataannya sering dijumpai lain, banyak di antara anak-anak orang

kaya atau orang pandai mengecewakan orang tuanya, karena tidak berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas yang

diperlukan telah tersedia secara lengkap dan sebaliknya pada anakanak dan orang tua yang kurang mampu sangat

berhasil dalam belajar, walaupun fasilitas belajar yang dimiliki sangat minimal, jauh dan mencukupi.

Menurut faliam mi di dalam pertumbuhan individu itu haik dasar maupun lingkungan kedua-duanya memegang

peranan penting. Bakat atau dasar sebagai kernungkinan ada pada masing-masing individu namun bakat dan dasar

yang dipunyai itu perlu diserasikan dengan lingkungan yang dapat tumbuh dengan baik. Misalnya pada anak yang

normal memiliki dasar atau bakat untuk herdiri tegak di atas kedua kaki, bila anak mi diasuh dalam lingkungan

masyarakat manusia. Tetapi apabila anak yang normal mi kebetulan terlantar di sebuah hutan hemudian diasuh oleh

serigala sudah harang tentu anak itu tidak dapat berdiri tegak pada kedua kakinya dan dia akan merangkak seperti

serigala yang mengasuhnva.

Di samping harus adanya dasar, juga perlu dipertimbangkan masalah kematangan (readiness), misalnya anak yang

normal berusia enam bulan, walaupun anak tersebut hidup di antara manusia-manusia lain ada kemungkinan juga

anak itu tak akan dapat berjalan karena belum matang untuk melakukan hal itu,

c) Pendirian Konvergensi dan fnteraksionisrne

Kebanyakan para ahli mengikuti pendirian konvergensi dengan modifikasi seperlunya. Suatu modifikasi yang

terkenal yang sering dianggap sebagai perkembangan lebih jauh konsepsi konvergensi ialah konsepsi

interaksionisme yang berpandangan dinamis yang menyatakan bahwa interaksi antara dasar dan lingkungan dapat

menentukan pertumbuhan individu. Nampak lain dengan konsepsi konvergensi yang berpandangan statis yaitu

menganggap pertumbuhan individu itu ditentukan oleh dasar (bakat) dan lingkungan.
d) Tahap pert urnbuhan individu berdasarpsikologi

Pertumbuhan individu sejak lahir sampai masa dewasa atau masa kematangan itu melalui beberapa fase sehagai

berikut:

Masa vital yaitu dan 0,0 sampai kira-kira 2,0 tahun.

Masa estetik dan umur kira-kira 2,0 tahun sampai kira-kira 7,0 tahun.

Masa intelektual dan kira-kira umur 7,0 tahun sampai kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0 tahun.

Masa sosial, kira-kira umur 13,0 tahun atau 14,0 tahun sampai kira-kira umur 20,0 tahun atau 21,0 tahun.

a) Masa Vital

Pada masa vital mi individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya.

Menurut Freud tahun pertama dalam kehidupan individu itu Sebagai masa oral, karena mulut dipatidang sebagai

sumber kenikmatan dan ketidak-nikmatan.

Pendapat semacam mi mungkin beralasan Kepada kenyataan, bahwa pada masa mi mulut memainkan peranan

terpenting dalam kehidupan individu. Bahwa anak memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam rnulutnya itu tidak

karena mulut merupakan sumber kenikmatan utama, melainkan karena pada waktu itu mulut merupakan alat utama

untuk melakukan eksplorasi dan belajar. Pada tahun kedua anak belajar berjalan, dan dengan berjalan itu anak mulai

pula belajar rnenguasai ruang. Di samping itu terjadi pembiasaan tahu akan kebersihan. Melalui tahu akan kebersihan

itu anak belajar mengontrol impuls-impuls yang datang dan dalam dirinya.

b) Masa Estetik

Masa estetik mi dianggap sebagai masa pertumbuhan rasa keindahan. Sebenarnya kata estetik diartikan bahwa pada

masa mi pertumbuhan anak yang terutama adalah fungsi paxcaindera. Dalam masa mi pula tampak munculnya gejala

kenakalan yang umumnya terjadi antara umur 3,0 tahun sampai umur 5,0 tahun. Anak sering menentang kehendak

orang tua, kadangkadang menggunakan kata-kata kasar, dengan sengaja melanggar apa yang dilarang dan tidak

melakukan apa yang seharusnya untuk dilakukan.

Adapun alasan anak berbuat kenakalan dalam usia-usia tersebut adalah sebagai berikut
Berkat pertumbuhan bahasanya yang merupakan modal utama bagi anak dalam menghadapi dunianya maka

sampailah anak pada penyadaran ―aku‖nya atau tahap menemukan ―aku‖-nya yaitu suatu tahap ketika anak

menemukan dirinya sebagai subyek.

Kalau pada masa-masa sebelumnya anak masih merasa satu dengan dunianya belum mampu mengadakan pemisahan

secara sadar antara dirinya sendiri sebagai subyek dan yang lain sebagai obyek maka kemampuan itu kini

dimilikinya. Berarti dia menyadari bahwa dirinya juga subyek seperti yang lain. Sebagai subyek dia mempunyai

kebebasan untuk menghendaki sesuatu, mempunyai pula kebebasan untuk menolak sesuatu. Karena jarang

menemukan kenyataan tersehut maka anak seakan-akan ingin mendapatkan pengalaman sebagai subyek yang bebas

menentukan keinginannya itu.

Pada masa mi terjadi apa yang kita sebut deman menghendaki, dan kehendak yang dimiliki tidak dapat ditahan-

tahan; akan tetapi kalau dia telah rnemperolehnya maka dia tidak lagi memperdulikan, dan menghendaki benda yang

lain dan seterusnya. Dalam hal mi kadang-kadang dia melanggar apa yang dilarang dan tidak mengerjakan hal yang

diharuskan. Hal yang demikian itu dilakiikannya bukan karena dia keras kepala, melainkan hanya karena ingin

mengalami dan ingin rnenyaksikan akibatnya. Lalu bagaimana sikap kita dalam menghadapi anak yang sedang

mengalami masa kegoncangan mi yaitu‘yang paling bijaksana mengambil jalan tengah tidak terlalu menekar dan

tidak terlalU menonjolkan.

c) Maca Intelektual (masa kecerasian bercekolah)

Setelah anak melewati masa kegoncangan yang pertama, maka rose sosialisasinya telah berlangsung dengan lebih

efektif, sehingga menjadi matang untuk dididik daripada masamasa sebelum dan sesudahnya.

Ada beberapa sifat khas pada anak-aak pada masa mi antara lain

Adanya korelasi positif yang tinggi antara keadaan jasmani dengan prestasi sekolah.

Sikap tunduk kepada peraturan-peratu]afl, permainan yang tradisional.

Adanya ecenderungafl mernuji din sendiri.

Kalau tidak dapat menyelesaikan sesuatu soal maka soal itu dianggap tidak penting.

Senang 1bandingbafldiflgkan dirinya dengan anak lain, bila hal itu menguntungkan, dalam hubungan mi ada

kecenderungan untuk meremehkan anak lain.

Adanya minat kepada kehidupan praktis sehari-hari yang konkrit.

Amat realistik, ingin tahu, ingin belajar.


Gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Di dalam permainafl ada

kecenderungan anak tidak lagi terikat kepada aturan permaman tradisional, mereka membuat aturan-aturan sendiri,

setelah anak memasuki masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar.

Masa keserasjan bersekolah diakhjrj dengan suatu rnasa puera! Masa mi dernikian khasnya sehingga menarjl

perhatjan. Sifatsifat. khas anakanak masa pueral itu dapat. diringkas ke da!am dua ha! yaitu

Ditujukan untuk berkuasa yang menimbulkan tingkah laku dan perbuatan yang ditujukan berkuasa; apa yang

diinginkan, yang dijadikan idam-idaman adalah sekuat, sejujur, sernenang dan seterusnya.

Tingkah laku ekstrovers yaitu perbuatan yang berorientasj ke luar dirinya, yang dapat mendorong untuk meyaksikan

keadaan-keadaan dunia d luar dirinya dan untuk mencarj teman sebaya untuk men enuhi kebutuhan psikisnya. Pada

mereka dorongan bersajn besar sekali sehingga dalam persaingan itulah anak-anak pier mendapatkan sosialisasj lebih

lanjut. Dan nampak anak puer dapat melakukan mi dan itu (si tukang jual aksi) tetapi di samping itu tidak berani

berbuat begini atau begitu (si pengecut), sehingga pada anak puer seringkalj dijulukj si ―tukang jual aksi‖. Sementara

juga dijuluki si ―pengecut,‖.

Suatu hal yang penting pada niasa mi anak menerima otoritas orang tua dan guru sebagai suatu hal yang wajar karena

itu pada anak-anak mi mengharapkan adanya sikap yang obyektif dan adil pada pihak orang tua Jan guru sebagai

pemegang otoritas sehingga sikap pilih kasih akan mudah rnenimbul kan problem di kalangan mereka.

d) Maca Remaja

Masa remaja merupakan masa yang banyak menarjk perhatian masyarakt karena mempunyaj sifat-sifat khas dan

yang menentukan dalam kehidupan individu dalam masyarakatnya. Karena manusia dewasa harus hidup dalam alam

kultui- dan hatus dapat rneuempatkajj dirinya di antara nilai-nilaj (kultur) itu maka perlu mengenal dirinya sebagai

pendukung maupun pelaksana nilai-nilai. Untuk inilah maka ia harus mengarahkan dirinya agar dapat menemukan

din, meneliti sikap hidup yang lama dan mencoba-coba yang baru agar dapat menjadi pribadi yang dewasa. Pada

dasarnya mi masih dirinci ke dalam beherapa masa, yaitu


1) Masa Pra remaja

Penggunaan istilah pra remaja mi hanya untuk menunjukkan satu masa yang mengikuti masa pueral yang

benlangsung secara singkat. Masa mi ditandai oleh sifat-sifat negatif Sehingga disebut juga masa negatif.

Pada masa mi terdapat beberapa gej ala yang dianggap sebagai gejala negatif misalnya tidak tenang, kurang suka

bekerja, kurang suka bergerak, lekas lelah, kebutuhan untuk tidur besar, hati sering murung, pesimistik dan non

sosial. Atau dapat dikatakan secara ringkasnya sifat-sifat negatif meliputi sikap negatif dalam prestasi, baik prestasi

jasmani maupun prestasi mental. Negatif dalam sikap sosial balk dalam bentuk pasif maupun dalam bentuk apresif

terhadap masyarakat.

Terjadinya gejala-gejala negatif itu pada umumnya berpangkal pada biologis yaitu mulai bekerjanya kelenjar-

kelenjar kelamin, yang dapat membawa perubahan-perubahan cepat dalam din si remaja yang seringkali perubahan-

perubahan yang cepat mi belum mereka fahami sehingga dapat menimbulkan rasa ragu-ragu kurang pasti dan

bersifat malu.

2) Maca rem aja

Sebagai gejala pada masa mi adalah merindu puja. Dalam fase mi (masa negatif) untuk pertama kallnya remaja sadar

akan kesepian yang tidak pernah dialaminya pada masa-masa sebelumnya.

Kesejukan di dalam penderitaan yang nampaknya tidak ada orang yang dapat mengerti dan memaharninya dan

menerangkannya. Sebagai reaksi pertama-tama terhadap gangguan Icetenangan dan keamanan batinnya ialah protes

terhadap sekitarnya yang dirasanya tiba-tiha bersikap menter!antarkan dan memusuhinya. Sebagai tingkah

berikutnya ialah kebutuhan akan ternan yang dapat memahami dan menolongnya serta yang dapat merasakan suka

dan dukanya.

Di sinilah rnulai tirniul dalam din remaja itu dorongan untuk mencari pedoman hidup vaitu mencari sesuatu yang

dapat dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi, dan dipuja-puja, Pacla masa remaja mi mereka mengalarni

kegoncangan batin, sebab pada masa mi mereka sudah tidak mau mernakai pedoman hidup kekanak-kanakan, tetapi

juga belum mempunyai pedonmn hidup yang baru. Oleh karena itu maka si remaja itu merasa tidak tenang, banyak

kontradiksi di dalam dirinya, mengeritik karena merasa diririya mampu, tetapi mereka mi jilga masih mencari

pertolongan karena belum dapat mewujudkan keinginannya.


Proses terbentuknya pendirian hidup atau cita-cita hidup itu dapat dipandang sebagai penemuan nilai-nilai hidup di

dalam eksplorasi si rernaja.

Jadi proses penemuan nilai-nilai hidup tersebut melewati tiga langkah, yaitu

Karena tiadanya pedoman hingga mereka merindukan sesuatu yang dapat dianggap hernilai, pantas hidupnya. Padi

taraf mi sesuatu yang dipuja itu belum mempunyai bentuk tertentu, sehingga seringkali mereka hanya tahu hahwa

merka itu menginginkan sesuatu, tetapi tidak tahu apa yang diiiiginkan itu.

Obyek pemujaan itu telah menjadi lebih jelas yaitu pribadi-pribadi yang dipandangnya mendukung nilai-nilai

tertentu. Dalam pemujaan terhadap orang-orang tertentu mi umurnnya terdapat perhedaan antara anak laki-laki dan

anak wanita. Pada anak laki-laki sering nampak aktif meniru sedang anak wanita kehanyakan pasif. mengagumi dan

mernuja dalam khayal. Schingga pada masa mi pulalab umumnya rasa kehangsaan tumhuh dengan subur.

Para remaja lebih dapat rnenghargai nilai-nilai lepas dan pendukungnya, nilai dapat ditangkap dan difahaminya se

bagai sesuatu yang abstrak. Oleh karena itu pada saat mi para remaja mulai dapat menentukan pilihan atau pemikiran

hidupnya.

Penentuan pilihan dan pemikiran hidup mengalami jatuh bangun, tidak dapat satu kali. Jadi karena mereka mi harus

menguji nilai-nilai yang dipilihnya dalam kehidupan praktis di masyarakat

Setelah diketahui bahwa nilai-nilai yang dipilihnya itu tahan uji, maka mreka pilihlah pendirian hidupnya. Pendirian

tersebut tiap kali dimodifikasi agar dapat rnengikuti perubahan dan perkembangan niasyarakat dalam lingkungan

remaja mi berada. Setelah mereka dapat menemukan pendiian hidup dan telab terpenuhi tugas-tugas pertumbuhan

masa remaja maka berarti mereka telah mencapai masa remaja akhir dan mulailah individu mi memasuki masa

dewasa awal.

3) Masa Usk Mahasiswa

Masa umur mahasiswa dapat digolongkan pemuda-pemuda yang herusia sekitar 18,0 tahun sampai 30,0 tahun.

Mereka dapat dikeiompokkan pada masa remaja akhir sampai dewasa awal atau dewasa madya.

Pada masa usia mahasiswa banyak peristiwa-peristiwa yang perlu untuk diperhatikan, antara lain yaitu Bila dilihat

dan segi pertumbuhan, tugas perkembangan pada usia mahasiswa mi adalah pemantapan pendirian hidup, yaitu

pengujian lebih lanjut pendirian hidup serta penyiapan din dengan ketrampilan dan kemampuan-kemamPUan yang

digunakan untuk merealisasikan pendirian hidup yang telah dipilihnya. Mahasiswa mi termasuk kelompok khusus
dalam suatu masyarakat maka mereka mulai mempersiapkan din untuk menerima tugas-tugas pimpinan di masa

mendatang. Oleh karena itu mereka mulai mempelajani berbagai aspek kehidupan. Sebagai remaja pimpinan

dipelajani dan dipersiapkan selama usia mahasiswa mi, misalnya kebudayaan berkeluarga, kemampuan memimpin,

kemampuan mengambil keputusan, kemampuan flwnyesuaikan din secara sosial.

Mahasiswa akan mengalami perubahan secara perlahan demi sikap hidup yang idealistik ke sikap hidup yang

realistik. Dengan demikian keinginan-keinginan yang kurang realistik dalam dirinya dan realitas dalam

lingkungannya telah diganti dengan yang lebih berdasar kepada realistis. Tetapi hal mi tidak berarti bahwa di

kalangan mahasiswa tidak ada idealisme, justru pada mahasiswa mi banyak terdapat idealisme tetapi idealisme yang

realistik yaitu yang dapat diterapkan dalam tin.. dakan.

Dengan uraian-uraian mi diharapkan adanya suatu pemahaman mengenai manusia sebagai individu. ―Manusia

merupakan makhluk individual tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa-raga, melainkan juga dalam arti

bahwa tiaptiap itu merupakan pribadi yang khas, menurut corak kepribadiannya, termasuk kecakapannya sendiri.‖

Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang menjadi latar keberadaannya. Karena dan

sinilah kita akan baru bisa memahami seseorang individu seperti kata Johnson.2

person are what they are always in social context the solitary person is unreal, abstract artifical, abnormal

Kehadiran individu dalam suatu masyarakat biasanya ditandai oleh perilaku individu yang berusaha menempatkan

dirinya di hadapan individu-individu lainnya yang telah mempunyai pola-pola perilaku yang sesuai dengan norma-

norma dan kebudayaan di tempat ia merupakan bagiannya. Di sini individu akan berusaha mengambil jarak dan

memproses dininya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang ada. Perilaku

yang telah ada pada dirinya. bisa adjustable, artinya ia bisa menyesuaikan din. Namun ia bisa juga mengalami

maladjustment, yaitu gagal menyesuaikan din. Mengapa terjadi kegagalan2 Kita bisa menelusuri kembali bentukan

perilaku itu. Kepribadian mewujudkan penikelakuan manusia.

Manusia sebagai individu selalu berada di tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk

menjadi pribadi. Proses dan individu untuk menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi

juga didukung dan dihambat oleh kelompok sekitarnya.


2. FUNGSI-FUNGSI KELUARGA

Keluarga adaiah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam

masyarakat. Kelompok mi, dalam huhungannya dengan perkembangan individu, sering dikenal dengan sebutan

primary group. Kelompok inilah yang meiahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepnibadiannya dalam

masyarakat. Tidaklah dapat dipungkiri, bahwa sebenarnya keluarga mempunyai fungsi yang tidak hanya terbatas

selaku penerus keturunan saja.3 Banyak halhal mengenai kepribadian yang dapat dirunut dan keluarga, yang pada

saat-saat sekarang mi sering dilupakan orang. Perkembangan intelektual akan kesadaran lingkungan seorang individu

seringkali dilepaskan dan bahkan dipisahkan dengan masalah keluarga Hal-hal semacam inilah yang sering

menimbulkan masalah-masalah sosial, karena kehilangan pijakan. Keluarga sudah seringkali tenlihat kehilangan

peranannya. Oleh karena itu adalah bijaksana kalau diiihat dan dikembalikan peranan keluarga dan proporsi yang se

benarnya dengan skala prioritas yang pas. Keluarga, pada umumnya, diketahui terdiri dan seorang individu (suami)

individu lainnya (isteri) yang selalu berusaha menjaga rasa aman dan ketenteraman ketika menghadapi segala suka

duka hidup dalam eratnya arti ikatan luhur hidup bersama.

Keluarga biasanya terdiri dan suami, isteri dan anak-anaknya. Anak-anak inilah yang nantinya berkembang dan

mulai bisa melihat dan mengenal aPi din sendiri, dan kemudian belajar melalui pengenalan itu. Apa yang dilihatnya,

pada akhirnya akan memberinya suatu pengalaman indivithal. Dan sinilah ia mulai dikenal sebagai individu.

Individu ml pada tahap selanjutnya mulai merasakan bahwa telah ada individu-individu lainnya yang berhubungan

secara fungsional. Individuindividu tersebut adalah keluarganya yang memelihara cara pandang dan cara

menghadapi masalah-masalahnya, membinanya dengan cara menelusuri dan meramalkan han esoknya,

mempersiapkan pendidikan, ketrampilan dan budi pekertinya. Akhirnya keluarga menjadi semacam model untuk

mengidentifikasikan sebagai keluarga yang broken home, moderate dan keluarga sukses.

Keluarga sebagai kelompok pertama yang dikenal individu sangat berpengaruh secara Iangsung terhadap

perkembangan individu sebelum maupun sesudab ter;un langsung secara individual di masyarakat.

a. Pen gertian Fungsi Ke1uirga

Dalam kehidupan keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu pekerjaan

atau tugas yang harus dilakukan itu biasa disebut fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan atau

tugas-tugas yang harus dilaksanakan di dalam atau oleh keluarga itu.


b. Macam-macam Fungsi Keluarga

Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh keluarga itu dapat digolongkan/dirinci ke dalam beberapa fungsi,

yaitu :

Fungsi Biologis

Fungsi Pemeliharaan

Fungsi Ekonomi

Fungsi Keagamaan

Fungsi Sosial

a) Fungci Biologis

Dengan fungsi mi diharapkan agar keluarga dapat menyelenggarakan persiapan-persiapan perkawinan bagi anak-

anaknya. Karena dengan perkawinan akan terjadi proses kelangsungan keturunan. Dan setiap manusia pada

hakikatnya terdapat semacam tuntutan biologis bagi kelangsungan hidup keturunannya, melalui perkawinan.

Persiapan perkawinan yang perlu dilakukan oleh orangorang tua bagi anak-anaknya dapat berbentuk antara lain

pengetahuan tentang kehidupan sex bagi suami isteri, pengetahuan untuk mengatur rumah tangga bagi sang isteri,

tugas dan kewajiban bagi suami, memelihara pendidikan bagi anak-anak dan lain-lain. Persiapan mi dilakukan sejak

anak menginjak kedewasaan. Sehingga tepat pada waktunya ia sudah matang menerima keadaan baru dalam

mengarungi hidup rumah tangganya.

Dengan persiapan yang cukup matang mi dapat mewujudkan suatu bentuk kehidupan rumah tangga yang baik dan

harmonis. Kebaikan rumah tangga mi dapat membawa pengaruh yang baik pula bagi kehidupan bermasyarakat.

b) Fung.ci Pemeliharaan

Keluarga diwajibkan untuk berusaha agar setiap anggotanya dapat terlindung dan gangguan-gangguan sebagai

berikut:

gangguan udara dengan berusaha menyediakan rumah

gangguan penyakit dengan berusaha menyediakan obat obatan

gangguan bahaya dengan berusaha menyediakan senjata. pagan tembok dan lain-lain.
Bila dalam keluarga fungsi mi telah dijalankan dengan Sebaik-baiknya sudah barang tentu akan membantu

terpeliharanya keamanan dalani masyarakat pula. Sehingga terwujud suatu masyarakat yang teriepas terhindar dan

segala gangguan apapun yang terjadi.

c) FungsiEkonomi

Keluarga berusaha rnenyelenggarakan kehutuhan manusia yang pokok yaitu:

kebutuhan makan dan minum

kebutuhan pakaian untuk rnenutup tubiihnya

kebutuhan tempat tinggal,

Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhani pokok mi maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras

agar supaya setiap anggota keluarga dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.

Sehubungan dengan fungsi mi keluarga juga berusaha nielengkapi kebutuhan jasmani di mana keluarga (orang tua)

diwajibkan berusaha agar anggotanya mendapat penlengkapan hidup yang bersifat jasrnaniah baik yang bersifat

urnurn maupun yang bersifat individual. Perlengkapan jasrnaniah keluarga yang sifatnya umurn misalnya meja kursi,

tern pat tidur, lampu dan lain-lain. Sedangkan perlengkapan jasmani yang bersifat individual inisalnya alat-alat

sekolah, pakaian, perhiasan dan lain- lain.

Juga dapat termasuk ke dalam golongan perlengkapar) jasmani adalah permainan anak. Permainan anak mi memiliki

nilai bagi anak-anak untuk mengembangkan daya cipta di samping sebagai alat-alat rekreasi anak.

d) Fungsi Keagamaan.

Di negara Indonesia yang berideologi Pancasila berkewajiban pada setiap warganya (rakyat) untuk menghayati,

mendalami dan mengamalkan Pancasila di dalarn perilaku dan kehidupan keluarganya sehingga benar-benar dapat

diamalkan P4 mi dalam kehidupan keluarga yang Pancasila.

Dengan dasar pedoman mi keluarga diwajibkan untuk menjalani dan mendalami serta mengamalkan ajaran-ajaran

agama dalam pelakunya sebagai manusia yang taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian akan

tercermin bentuk masyarakat yang Pancasila apabila semua keluarga melaksanakan P4 dan fungsi keluarga mi.
e) FungsiSosial

Dengan fungsi mi keluarga berusaha untuk mempersiapkan anak-anaknya bekal-bekal selengkapnya dengan

memperkenalkan nilai-nilai dan sikap-sikap yang dianut oleh masyarakat serta mempelajari peranan-peranan yang

diharapkan akan mereka jalankan kelak bila sudah dewasa. Dengan demikian terjadi apa yang disebut dengan istilah

sosialisasi.

Dengan fungsi mi diharapkan agar di dalam keluarga selalu terjadi pewarisan kebudayaan atau nilai-nilai

kebudayaan. Kebudayaan yang diwariskan itu adalah kebudayaan yang telah diniiliki okh generasi tua yaitu ayah dan

ibu, diwariskan kepada anak-anaknya dalam bentuk antara lain sopan santun, bahasa, cara bertingkah laku, ukuran

tentang baik buruknya perbuatan dan lain-lain.

Dengan melalui nasihat dan larangan, orang tua menyampaikan norma-norma hidup tertentu dalam bertingkah laku

Dalam buku Ilmu Sosial Dasar karangan Drs. Soewaryo Wangsanegara dikatakan bahwa fungsi-fungsi keluarga

meliputi beberapa hal sebagai berikut

a) Pembentukan kepribadian; dalam lingkungan keluarga, para orang tua meletakkan dasar-clasar kepribadian kepada

anak-anaknya, dengan tujuan untuk memproduksikan serta melestarikan kepribadian mereka dengan anak cucu dan

keturunannya. Mulai sejak anak-anak bertatih-tatih belajar berjalan sampai dengan usia sekolah dengan penuh

kesadaran dan asa tanggung jawab, lingkungan keluarga yang bertitik sentral pada ayah dan ihu secara intensif

membentuk—sikap dan kepribadian anak-anaknya -

Contoh pada keluarga suku Jawa atau suku Sunda, seorang anak yang menerima sesuatu pember-ian dan orang tua

atau kerabat-kerabat keluarga, harus menerima dengan tangan kanan. Bila anak menerima dengan tangan kin,

pernberian itu ditanik surut, dan baru setelah anak menerima dengan tarigan kanan pemberian itu benar-benar

diberikan. Tindakan semacam mi merupakan suatu proses mendidik dan membentuk kepribadian dengan penuh

kesadaran dan berencana. Secara bertahap anak-anak juga diajari dan diberi pengertian mendasar, bagairnana harus

bersopan santun, bertingkah laku serta bertutur kata yang baik dan tepat terhadap teman-teman sebaya, orang tua,

dan kepada mereka yang patut dihormati. Apabila terjadi penyimpangan-penyimpangan yang telah digariskan, orang

tua akan langsung menegur dan spontan memberitahu anaknya bahwa hal-hal yang menyimpang dan tata cara yang

telah digariskan adalah tidak benar, tidak sopan.

Demikianlah lingkungan keluarga, khususnya orang tua membentuk kepribadian anak-anaknya secara sadar dan

terencana sesuai dengan kepribadian suku Jawa atau suku Sunda khususnya. Dan sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia pada umumnya. Pengalamanpenga1aman dalam interaksi sosial dalam lingkungan keluarga adalah suatu

modal dasar dalam membentuk kepnihadian seseorang, dan turut menentukan pula tingkah laku seseorang terhadap

orang lain, dalani pergaulan di luar lingkungan keluarganya.

b) Erat kaitannya dengan butir a, keluarga juga berfungsi sebagai alat reproduksi kepribadian-kepribadian yang

berakar dan etika, estetika. moral keagamaan, dan kebudayaan yang berkorelasi fungsional dengan sebuah struktur

masyarakat tertentu.

Contoh Dan keluarga seniman tan Bali, diwariskan ketrampilan seni patung atau seni tan Bali kepada anak

keturunannya, trampil pula sebagai seniman patung atau sebagai seniman tan Bali, sebagai hasil reproduksi seni

patung dan seni tan dalam lingkup keluarga tersebut.

Akan berlaku serupa proses reproduksi dan materi-materi kebudayaan dan keluarga lain dan berbagai suku

bangsa di Republik Indonesia khususnya. dan masyarakat dunia pada umum nya.

c) Keluarga merupakari eksponen dan kebudayaan masyarakat, karena menempati posisi kunci. Keluarga

adalah Sebagai jenjang dan perantara pertama dalam transmisi kebudayaan.

Pada kelompok masyarakat pnimitif, peranan keluarga adalah maha penting sehagai transmisi kehudayaan, sekalipun

sudah ada pula perantara-Perantara lain. Namun demikian, pada masyarakat l)rlmitit, peranan keluarga sebagai

penyaluran (transrnisi) kebudayaan sudah tidak memadai lagi. Lembaga-lembaga nonformal ataupun formal seperti

sekolah-sekolah adalah perantara-Perantara dalam bentuk lain dalam transmisi kebudayaan. Semakin maju dan

dinamis suatu kelompok masyarakat makin banyak memerlukan sekolah-sekolah. Sej alan dengan itu semakin hesar

pula fungsi seholah sebagai perantara dalam transmisi kebudayaan. Sebaliknya fungsi keluarga sebagai lembaga

transmisi kebudayaan secara relatif semakin mundur.

Contoh : Televisi sebagai produk teknologi modern sudah sedemikian besar berperan sebagai transmisi kebudayaan.

Bahkan menurut Margaret Mead (antropolog dan Amerika Serikat) menyatakan bahwa peranan televisi sebagai

transmisi kebudayaan sudah melebihi peranan transmisi kebudayaan lainnya. (Mayor Polak, 1979: 108).

d) Keluarga berfungsi sehagai lembaga perkumpUlafl perekonomian. Dalam masyarakat primitif biasanya terdapat

sistem kekeluargaafl yang sangat luas. Akan tetapi kehidupan perekonomian rnasih belum berkembang. Pada

kelompok-kelompok masyarakat yang lebih kompleks tetapi belum masuk pada era masyarakat industri,

perekonomian mereka sud‘ah mulai berkembang. Namun begitu ikatan-ikatan kekeluargaafl masih terjalin kuat dan

sering mempengarubi atau menguasal bidang perekonomian mereka. Contoh : Dalam lingkungan
―keluarga besar‖ suku Batak Karo maupun Simalungun di Sumatera Utara, huta atau kuta yang memegang hak

ulayat atas penguasaan tanah pertanian, baik beTupa sawah atau ladang. ‗ranahtanah pertanian yang dikuasai huta

atau kuta dapat diolah anggota-anggota keluarga Iaki4aki. Mereka dapat menggarap tanah pertanian itu seperti tanah

milik send iri. Akan tetapi tidak dapat menjual tanpa persetujuan dan huta yang diputuskan dengan musyawarah adat.

T)alani lingkungan suku Batak Karo dan Simalungun, ada perbedaan antara golongan keturunan dan para pendiri

huta atau kuta dengan penduduk pendatang kemudian. Para pendiri huta atau kuta disebut marga tanah memiliki

tanah paling luas. Sedangkan golongan lainnya rnemiliki tanah hanya cukup untuk hidup (Koentjaraningrat, 1979 :

101). Kendatipun demikian, tanah pertanian yang dimiliki setiap inclividu juga ada. Pada keluarga suku Batak Toba

misalnya, ada tanah panjaen, tanah yang dimiliki seorang laki-laki atas pemberian orang tuanya, segera sesudah

berumah tangga. Sebaliknya dalam masyarakat yang berindustrialisasi, perekonomiannya berkembang pesat.

Perkembangan perekonornian itupun tidak rnutlak sepenuhnya didukung oleh para pengelola dan sanak keluarga,

namun cenderung terlepas dan ikatan-ikatan kekeluargaan.

e) Keluarga berfungsi sebagai pusat pengasuhan dan pendidikan. Dalam lingkungan masyarakat primitif,

untuk keperluan pengasuhan dan pendidikan anak-anak (baik anak lakilaki ataupun perempuan) dibangun balai

pendidikan. l3alai pendidikan akan dimiliki oleh ―keluarga besar‖ (terdini dan beberapa keluarga batih) atau juga

dirniliki oleh keluarga batih. Dalam masa pendidikan, anak laki-laki atau perempuan mempunyai tempat sendiri-

sendiri, namun harus tetap tinggal di balai pendidikan yang terpisah. Pelaksanaan pendidikan anak laki-laki ditangani

oleh ayah atau paman dan pihak ayah. Untuk anak perempuan biasanya ditangani oleh bibi dan pihak ibu. Materi-

mateni pendidikan harus diketahui dan harus dikuasai oleh seorang anak laki-laki dalam inasa pendidikan dan

seterusnya hingga dewasa, misalnya membuat api, menebang pohon, membuat kapak, inemperbail:i peralatan,

termasuk alat-alat herburu, menangkap ikan, herdagang bahkan pengetahuan rnengenai seks juga harus diketahui dan

dikuasai. (Koentjaraningrat, ci. al., 1963 : 228).

Pada umumnya, pendidikan diawali dengan pengetahuan kerohanian, antara lain tentang initologi nenek moyang

yang keramat. Lebih lanjut diajarkan pengetahuan ilmu-ilmu gaib berupa mantera-mantera penolak bala, penolak

sihir, dan mant era-mantera untuk melern ahkan musuli (Koentjaraning. rat, et. al., 1963 187).

Pengasuhan dan pendidikan anak-anak Derempuan Iebih dititikberatkan kepada penguasaari tata cara kehidupan

dalarn rumah tangga. Selain dan itu diajarkan pula hagaimana hekerja mencari dan rnengambil air dan hekerja di

ladang.
Sistem pendidikan semacam mi herlaku dalam lingkungan masyarakat suku pedalaman atau pesisir di Irian Jaya.

seielun tahun 1960-an. Dalam peradaban modern dewasa mi, sistem pendidikan yang berlangsung di balai

pendidikan (lali..laki atau perempuan) seperti itu sudah jarang di dapat.. Secara merata 3istem pendidikan serupa itu

telah diganti oleh sekoiah-sekolah,

3. INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

1) Pengertian Individu

Individu berasal dan kata latin, ―individuum‖ yang artinya yang tak terbagi. Kata individu merupakan sebutan yang

dapat untuk inenyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan tenbatas.

Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi melainkan sebagai kesatuan

yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan, demikian pendapat Dr. A. Lysen.

2) Pen gertian Keluarga

Ada beberapa pandangan atau anggapan mengenai keluarga. Menurut Sigmund Freud keluarga itu terbentuk karena

adanya perkawinan pria dan wanita. Bahwa perkawinan itu menurut beliau adalah berdasarkan pada libido seksualis.

Dengan demikian keluarga merupakan manifestasi daripada dorongan seksual sehingga landasan keluarga itu adalah

kehidupan seksual suami isteri.

Perlu kita ketahui bahwa nafsu seksual memang harus dijuruskan dengan cara-cara yang dapat diterirna oleh norma

hidup. Namun hidup seksual itu tidak langgeng sebab seksualitas manusia akan mati sebelum manusia itu sendiri

mati. Kehidupan seksual manusia itu beruhahubah dan masa ke masa, dan umur ke umur dan keadaan yang satu

keadaan yang lain.

Oleh karena itu apabila keluarga mi benar-benar dibangun atas dasar hidup seksual, maka keluarga itu akan lebih

akan goyah terus dan akan segera pecah setelah kehidupan seksual suami isteni itu hilang, Hal mi kurang realistis.

Lain halnya Adler berpendapat bahwa mahligai keluarga itu dibangun berdasarkan pada hasrat atau nafsu berkuasa.

Tetapi inipun tidak realistis sebab menurut nalar keluarga yang dibangun di atas dasar nafsu rnenguasai itu tidak

pernah sejahtera. Padahal yang dicita-citakar adalah keluarga bahagia sejahtera.

Durkheim berpendapat bahwa keluarga adalah lernbaga sosial sebagai hasil faktor-faktor politik, ekonomi dan

lingkungan.
Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan berpendapat bahwa keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang

karena tenikat oleh satu turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, esensial, enak

dan berkehendak bersama-sama memperteguh gabungan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.

3) Pengertian Masyarakat

Drs. JBAF Mayor Polak menyebut masyarakat (Society) adalah wadah segenap antar hubungan sosial terdiri atas

banyak sekali kolektiva-kolektiva serta kelompok dan tiap-tiap kelompok terdiri atas kelompol:-kelornpok lebih baik

atau sub kelompok.

Kemudian pendapat dan Prof. M.M. Djojodiguno tentang Masyarakat aclalah suatu kebulatan daripada segala

perkembangan dalam hidup bersama antara manusia dengan manusia. Akhirnya Hasan Sadily berpendapat bahwa

masyarakat adalah suatu keadaan badan atau kumpulan manusia yang hidup betsaina.

Jelasnya: Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang telah memiliki tatanan kehidupan, norma-norma, adat

istiadat yang sama-sama ditaati dalam lingkungannya.

Tatanan kehiclupan, norma-norma yang mereka miiki itulah yang menjadi dasar kehidupan sosial dala‘n lingkungan

mereka, sehingga dapat membentuk suatu kelompok manusia yang memiiki ciri-ciri kehidupan yang khas. Dalam

lingkungan iti, antara orang tua dan anak, antara ibu dan ayah, antara kakek dan cucu, antara sesama kaurn laki-laki

atau sesama kaurn wanita, atau antara kaum laki-laki dan kaum wanita, larut dalam suatu kehidupan yang teratur dan

terpadu dalam suatu kelompok manusia, yang disebut masyarakat.

Menilik kenyataan di lapangan, suatu kelompok masyarakat dapat berupa suatu suku bangsa. Bisa juga

berlatan belakang darn berbagai sulcu.

Contoh yang disebüt masyarakat Jakarta atau orang Betawi, pada hakikatnya berakar dan bernenek moyang dan

berbagai suku. Salah satu di antaranya adalah suku Sunda, Jawa Barat. Erat kaitannya dengan itu tatanan kehidupan,

norma-norma dan adat istiadat yang memberi warna kepnibadian orang Betawi, salah satu di antaranya berakar dan

berasal dan kebudayaan dan kepribadian suku Sunda dan Jawa Barat. Dalam pertunibuhan dan perkembangan suatu

masyarakat, dapat digolongkan menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat maju (masyarakat modern) -

a) Masyarakat sederhana, Dalarn linghungan masyarakat sederhana (primitif) pola pembagian kerja

cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja dalam bentuk lain tidak terungkap dengan jelas,

sejalan dengan pola kehidupan dan pola perekonomian masyarakat pnimitif atau belum sedemikian rupa seperti pada

tnasyarakat maju.
Fembagian kerja berdasarkan jenis .kelamin, nampaknya berpangkal tolak dan latar belakang adanya kelemahan dan

keniampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan-tantangan alam yang buas pada saat

itu. Berburu atau menangkap ikan di laut misainya. merupakan pekerjaan berat yang menuntut keberanian,

ketrampilan serta kemampuan daya tahan fisik yang kuat. Oleb karena itu, kedua bidang pekerjaan mi tercatat

sebagai monopoli pekcrjaan kaum lelaki, di sam ping pekerjaan-pekerjaan lain, misalnya menebang pohon,

niempersiapkan serta membersihkan lahan pertanian untuk berladang, dan memelihara ternak besar, Mengurus

rurnah tangga, menyusui, dan mengasuh anak-anak, merajut, membuat pakaian, dan bercocok tanam adalah

pekerjaan orang perempuan. Demikian maka kaum wanita tidak saja mengurus anak-anak tetapi juga membuat

barang-barang anyaman, seperti keranjang, dan mengumpulkan sayuran liar, buah-buahan, dan binatang-binatang

kerang (M. Amir Sutaarga, 1960 41—42).

Kalaulah pada saat mengolah tanah pertanian (lad ang atau kebun) dikerjakan bersama-sama, maka pekerjaan yang

berat seperti: membuka lahan, menyingkirkan pohon-pohon yang tumbang, dikerjakan oleh orang laki-laki. Kaum

wanita mengerjakan yang ringan-ringan, misalnya. menyebar benih, menyiangi rumput (Raymond Firth, et. al., 1961

; 107). Karena dirasakan perlu menambahkan tenaga kerja, ada kalanya pada beberapa masyarakat primitif, seorang

isteri meminta kepada suaminya supaya mengambil seorang isteri lain untuk meringankan pekerjaan rurnah

tangganya (Raymond Firth, 1961 : 120). Pada suku Nehe, jika seorang laki-laki mempunyai lebih banyak isteri, dia

terhindar dan pekerjaan pertanian yang sangat berat.

Dengan latar belakang seperti itu, jelas bahwa antara sang suami dengan sang isteri, dan antara sesama isteri, terjadi

pembagian kerja dengan kesepakatan yang dapat diteritna satu sama lain.

b) Masyarakat maju. Masyarakat m.aju memiiki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih akrab dengan

sebutan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan

tertentu yang akan dicapai Organisasi kemasyarakatan itu dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan terbatas

sampai pada cakupan nasional, regional maupun internasional. Dalam lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan

sebagai kelompok masyarakat non industni dan masyarakat industni.


(1) Masyarakat Non irzdustri

Secara garis besar, kelompok nasional atau organisasi kemasyarakat non industri dapat digolongkan menjadi dua

golongan, yaitu kelompok primer (primary group) dan kelompok sekundet (secondary group).

(a) Kelompok primer

Dalarn kelompok primer, interaksi antar anggota terjalin lebih intensif, lebih erat, lebih akrab. Kelompok primer mi

disebut juga kelompok ―face to face group‖, sebab para anggota kelompok sering berdialog, bertatap muka, karena

itu saling mengenal lebih dekat, lebih akrab. Sifat interaksi dalam kelompok-keloinpok primer bercorak

kekeluargaan dan lebih berdasarkan simpati. Pembagian kerja atau pembagian tugas pada kelcmipok menerima serta

menjalankan tugas tidak secara paksa, lebih dititik beratkan pada kesadaran, tanggung jawab para anggota dan

berlangsung atas dasar rasa simpati dan secara sukarela.

Contoh-contoh kelompok primer, antara lain : keluarga, rukun tetangga, kelompok belajar, kelompok agama, dan

lain sebagainya.

(b) Kelompok sek under

Antara anggota kelompok sekunder, terpaut saling hubungan talc langsung, formal, juga kurang bersifat

kekeluargaan. Oleh karena itu, sif at interaksi, pembagian kerja, pembagian kerja antar anggoLa kelompok diatur

atas dasar pertimbanganpertimbangan rasional, obyektif.

Para anggota menerima pembagian kerja/pemhagian tugas atas dasar kemampuan, keahlian tertentu, di samping

dituntut dedikasi. 1-lal-hal semacam itu diperlukan untuk mencapai target dan tujuan tertentu yang t€Iah di flot

dalam program- program yang telah sama-sama disepakati. Contoh-contoh kelompok sekunder, misalnya : partai

politik, perhimpunan serikat kerja/serikat buruh, organisasi profesi dan sebagainya. Berlatar belakang dan pengertian

resmi dan tak resmi, maka tumbuh dan berkembang kelompok formal (formal group) atau lebih akrab dengan

sebutan kelompok resmi, dan kelompok tidak resmi (informal group). Inti perbedaan yang terjadi adalah : Kelompok

tidak resmi (informal group) tidair berstatus resmi dan tidak didukung oleh Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran

Rurnah Tangga 4ART) seperti yang Jazim berlaku pada kelompok resmi.
Namun demikian, kelompok tidak resmi juga mempunyai pembagian kerja, peranan-peranan serta hirarki tertentu,

norma-norma tertentu sebagai pedoman tingkah laku para anggota beserta konvensi-konvensinya. Tetapi hal mi tidak

dirumuskan secara tegas dan tertulis seperti pada kelompok resmi (W.A. Gerungan, 1980 : 91).

Contoh : Semua kelompok sosial, perkumpulan-perkumpulan, atau organisasi-organisasi kemasyarakatan yang

memiliki anggota kelompok tidak resmi.

Seringkali dalam tubuh kelompok resmi juga terbentuk kelompok tak resmi. Anggota-anggota terdiri atas beberapa

individu atau beberapa keluarga saja. Sifat interaksinya berlangsung saling mengerti yang lebih mendalam, karena

latar belakang pengalaman-pengalaman, senasib sepenanggungan dan pandangan-pandangan yang sama.

(2) Masyarakat Industri

Durkheim mempergunakan variasi pembagian kerja sebagai dasar untuk mengklasifikasikan masyarakat, sesuai

dengan taraf perkembangannya. Akan tetapi Ia lebih cenderung mempergunakan dua traf kiasifikasi, yaitu yang

sederhana dan yang kompleks.— Masyarakat-masyarakat yang berada di tengah kedua ekstrem tadi diabaikannya

(Soerjono Soekanto, 1982-190).

Jika pembagian kerja bertambah kompleks, suatu tanda bahwa kapasitas masyarakat semakin tinggi. Solidaritas

didasarkan pada hubungan saling ketergantungan antara kelompokkelompok masyarakat yang telah mengenal

pengkhususan. Otonomi sejenis, juga menjadi ciri dan bagian/kelompok-kelompok masyarakat industri. Otonomi

sejenis dapat diartikan dengan kepandaian/keahlian khusus yang dimiliki seseorang secara mandiri, sampai pada

batas-batas tertentu.

Contoh-contoh : tukang roti, tukang sepatu, tukang bubut, tukang las, ahli mesin, ahli listrik dan ahli dinamo, mereka

dapat bekerja secara mandiri. Dengan timbulnya spesialisasi fungsional, makin berkurang pula ide-ide kolektif untuk

diekspresikan dan dikerjakan bersama. Dengan demikian Semakin kompleks pembagian kerja, semakin banyak

timbul kepribadian individu. Sudah barang tentu masyarakat sebagai keseluruhan memerlukan derajat integrasi yang

serasi. Akan tetapi hanya akan sampai pada batas tertentu, sesuai dengan bertambahnya individualisme.

Abad ke-15 sebagai pangkal tolak dan berkembang pesatnya industrialisasi, terutama di daratan Eropa. Hal tersebut

telah melahirkan bentuk pembagian kerja antara majikan dan buruh. Semula pembagian kerja antara majikan dan

buruh atau mereka yang magang bekerja berjalan serasi, sehingga konflik jarang texjãdi.
Laju pertumbuhan industri-industri membawa konsekuensi memisahkan pekerja dengan majikan lebih nyata.

Majikan Sebagai pemiik modal monopoli posisi-posisi tertentu, sehingga menimbulkan konflik. Sejalan dengan

kompleksitas pembagian kerja, pekerjaan menjadi tambah rumit dan terlalu khusus. Akibat terjadi konflik-konflik

yang tak dapat dihindari, kauin pekerja membentuk serikat-serikat kerja/serikat buruh. Awal perjuangan tersebut

ditandai dengan keinginan untuk memperbaiki kondisi kerja dan upah. Perjuangan kaum buruh semakin meningkat,

terutama cli perusahaan-perusahaan besar. Ketidak-puasan kaum buruh terhadap kondisi keija dan upah semakin

meluas. Akumulasi ketidak puasan buruh menjadi bertambah, karena kaum industrialis mengganti tenaga manusia

oleh mesin-mesin. Hal mi berakibat membawa stagriasi mental para buruh, lambat laun menjadi luntur, kebanggaan

memiliki ketrampilan dan spesialisasi semakin meningkat. Dengan dem.ikian, pembagian kerja semakin timpang dan

tidak adil.

4. HUBUNGAN ANTARA INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

a. Makna Individu

Manusia adalah makhluk individu. Makhluk mdividu berarti rnakhluk yang tidak dapat dibagi-bagi, tidak dapat

dipisah-pisahkan antara jiwa dan raganya.

Para ahli Psikologi modern menegaskan bahwa manusia itu merupakan suatu kesatuan jiwa raga yang kegiatannya

sebagai keseluruhan, sebagai kesatuan. Kegiatan manusia sehari-hari merupakan kegi atan keseluruhan jiwa raganya.

Bukan hanya kegiatan alatalat tubuh saja, atau bukan hanya aktivitas dan kemampuan-kemampuan jiwa satu persatu

terlepas daripada yang lain.

Contoh Manusia sebagai makhluk individu mengalami kegembiraan atau kecewa akan terpaut dengan jiwa raganya.

Tidak hanya dengan mata, telinga, tangan, kemauan, dan perasaan saja. Dalam kegembiraannya manusia dapat

mengagumi dan merasakan suatu keindahan, karena ia mempunyai rasa keindahan, rasa estetis dalam individunya.

Suatu rasa keindahan, rasa estetis dalam individunya. Suatu keindahan ia kagumi dan ia nikmatj melalui indera mata

dan indera perasaan yang berbaut menjadi satu kesatuan.

Tegasrlya, apabila kita mengarnati sesuatu, maka kita bukan hanya melihat sesuatu dengan alat mata kita saja,

melainkan juga seluruh minat, dan perhatin yang kita curahkan kepada objek yang kita amati itu. Minat dan perhatian

mi sangat dipengaruhi oleh niat dan kebutuhan kita pada waktu itu. Dalam pengamatan suatu objek tersebut

keseluruhan jiwa raga kita terlibat dalam proses pengamatan itu, dan tidak hanya indera mata saje.
Pendapat lain bahwa manusia sebagai makhluk individu, tidak hanya dalam arti makhluk keseluruhan jiwa raga,

melainkan juga dalam anti bahwa tiap-tiap orang itu merupakan pribadi (individu) yang khas menurut corak

kepribadiannya, termasuk kecakapan-kecakapan serta kelemahan-kelemahannya. Sehuhungan dengan itu, Failport

merumuskan kepnibadian manusia sebagai xnakhluk individu adalah sebagai benikut : kepnibadian adalah organisasi

dinamis danipada- sistem-sistem psycho-physik dalam individu yang turut menentukan caracaranya yang unik (khas)

dalam menyesuaikan dirinya dengan iingkungan (WA. Gerungan, 1980 28).

Kenyataan-kenyataan yang kita dapati dalam kehidupan sehari-hani setiap individu berkembang sejalan dengan ciri-

ciri khasnya, walaupun dalam kehidupan lingkungan yang sama. Contohnya yang sangat tepat adalah anak kernbar.

Dua individu inanusia yang berasal dan satu keturunan yang sama. Bersumber d.ri satu indung telur, tetapi toh-tetap

memiliki karakter ramah tamah, periang, dan mudah hergaul dengan teman-teman sebaya dalam lingkungannya.

Anak yang satu lagi bersifat tertutup, peinalu, sukar bergaul dengan teman-teman sebaya dan linkungannya.

Untuk menjadi suatu individu yang ―mandini‖ harus rnelalui pnoses. Proses yang dilaluinya adalah pro.

pemantapan dalam pergaulan di lingkungan keluarga pada tahap pertama. Karakter yang khas itu terbentuk dalam

lingkungan keluarga secara bertahap dan akan mengendap melalui sentuhan-sentuhan interaksi : etika, estetika, dan

moral agama. Sejak anak manusia dilahirkan ia membutuhkan proses pergaulan dengan orang-orang lain untuk

memenuhi kebutuhan batiniah dan lahiriah yang membentuk dirinya. Menurut Sigmund Freud, superego pribadi

manusia sudah mulai terbentuk pada saat manusia berumur 5-6 tahun (W.A Gerungan, 1980 : 29).

b. Makna keluarga

Keluarga adalah merupakan kelompok primer yang paling penting di dalam masyarakat. Keluarga merupakan sebuah

group yang terbentuk dan perhubungan laki-laki dan wanita, perhubungan mana sedikit banyak berlangsung lama

untuk menciptakan dan membesarkan anak-anak. Jadi keluarga dalam bentuk yang murni merupakan satu kesatuan

sosial mi mempunyai sifat-sifat tertentu yang sama, di mana saja dalam satuan masyarakat manusia.

Di sini kita sebutkan 5 macam sifat yang terpenting, yaitu

1. Hubungan suami - isteri

Hubungan mi mungkin berlangsung seumur hidup dan mungkin dalam waktu yang singkat saja. Ada yang berbentuk

monogomi, ada pula yang poligami. Bahkan masyarakat yang sederhana terdapat ―group married‖, yaitu sekelompok

wanita kawin dengan sekelompok laki-laki.


2. Bentuk perkawinan di mana suami-isteri itu diadakan dan dipelihara.

Dalam pemilihan jodoh dapat kita lihat, bahwa calon suami-isteri itu dipilihkan oleh orang-orang tua mereka. Sedang

pada masyarakat lainnya diserahkan pada orang-orang yang bersangkutan. Selanjutnya perkawinan mi ada yang

berbentuk indogami (yakni kawin di dalam golongan sendiri, ada pula yang berbentuk exogami (yaitu kawin di luar

golongan sendiri).

3. Susunan nama-nama dan istilah-istilah termasuk cara menghitung keturunan.

Di dalam beberapa masyarakat keturunan dihitung melalui garis laki-laki misalnya : Di batak. mi disebut patrilineal.

Ada yang melalui garis wanita, di Minangkabau. mi disebut : Matrilineal, di mana kekuasaan terletak pada wanita.

Di Minangkabau wanita tidak mempunyai hak apa-apa, bahkan hartanya pun tidak diurusi oleh wanita itu, melainkan

diurus oleh adik atau saudara perempuannya.

Sistem mi disebut Avonculat.

4. Milik atau harta benda keluarga

Di manapun keluarga itu pasti mempunyai milik untuk kelangsungan hidup para anggota-anggotanya.

5. Pada umumnya keluarga itu tempat bersamaJrumah bersama.

c. Makna Masyarakat

Seperti halnya dengan definisi sosiologi yang banyak jumlahnya kita dapati pula definisi-definisi tentang masyarakat

yang juga tidak sedikit. Definisi adalah sekedar alat ringkat untuk memberikan batasan-batasan mengenai sesuatu

persoalan atau pengertian ditinjau daripada analisa. Analisa inilah yang memberikan arti yang jernih dan kokoh dari

sesuatu pengertian.

Mengenai arti masyarakat ini, baiklah di sini kita kemukakan beberapa definisi mengenai masyarakat itu, seperti

misalnya

R. Linton Seorang ahli antropologi mengemu.. kakan, bahwa masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah

cukup lama hidup dan bekerja.. sama, sehingga mereka itu clapat mengorganisasjk dirinya dan berfikir tentarLg

dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu.

M,J. Herskovjst : menulis bahwa masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan dan meng-ikuti satu

cara hidup tertentu


J.L. Gillin dan J.P. Gilliri : mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok m.anusia yang terbesar dan mempunyai

kebiasaan, tradisi, sikap dan perasaan persatuan yang sama. Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelom

pokan yang lebih kecil.

S.R. Steinmetz : seorang sosiologi bangsa Belanda, mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang

terbesar, yang meliputi penge] ompokan-pengelompokan manusi a yang lebih kecil, yang mempurlyai perhubungan

yang erat dan teratru.

Hasan Shadily mendefinisikan masyarakat adalah golongan besar atau kecil dan beherapa manusia, dengan atau

karena sendirinya, bertaijan secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.

Kalau kita mengikuti definisi Linton, masyarakat itu timbul dan setiap kumpulan vidu, yang telah cukup lama hidup

dan bekeja dalam waktu lama.

Kelompok manusia yang dimaksud di atas yang belum terorganisasikan mengalami proses yang fundamental, yaitu :

Adaptasi dan organisasi dart tingkah laku para anggota.

Timbul perasaan berkelompok secara lambat laun atau lesprit de corps.

Proses mi biasanya bekerja tanpa disadari dan diikuti oleh semua anggota kelompok dalam suasana trial and error.

Dan uraian tersebut di atas dapat kita lihat bahwa masyarakat dapat mempunyai arti yang luas dan dalam arti yang

sempit. Dalam arti yang luas masyarakat dimaksud keseluruhan hubunganhubuiigan dalam hidup bersama tidak

dibatasi oleh lingkungan, bangsa dan sebagainya. Atau dengan kata lain : kebulatan dan semua perhubungan daiam

hidup bermasyarakat. Dalam arti sempit masyarakat dimaksud sekelompok manusia yang dibatasi oleh aspekaspek

tertentu, misalnya territorial, bangsa, golongan dan sebagainya. Umpamanya : ada masyarakat mahasiswa,

masyarakat Jawa, masyarakat Sunda, masyarakat Minang, masyarakat tani dan sebagainya, dipakailah kata

masyarakat itu dalam arti yang sempit.

Mengingat defi nisi-definisi masyarakat tersebut di atas, maka dapat ambil kesimpulan, bahwa masyarakat harus

mernpunyai syarat-syarat sebagai berikut:

Harus ada pengumpulan manusia, dan harus banyak, bukan pengumpulan binatang.

Telah bertempat tinggal dalam waktu yang lama dalam suatu daerah tertentu.

Adanya aturan-aturan atau Undang-undang yang mengatur mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan

bersama.
Di dalam hubungan antar manusia dengan manusia lain, yang penting ialah reaksi sebagai akibat dan hubungan tadi.

Reaksi mi yang menyebabkan hubungan manusia bertambah luas. Misalnya seorang yang menyanyi ia memerlukan

reaksi berupa pujian atau celaan guna mendorong tindakan seianjutnya. Di dalam memberikan rekasi tersebut ada

kecenderungan untuk menserasikan dengan tindakan orang lain.

Hal mi disebabkan manusia sejak lahir mempunyai 2 hasrat/keinginan, yakni

— Keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain disekelilingnya (yaitu masyarakat), milieu sosial.

— Keinginan untuk menjadi satu dengan suasana sekelilingnya.

Untuk dapat menyesuaikan din dengan kedua lingkungan tersebut manusia menggunakan pikiran untuk dapat

menghadapi udara dingin, alam yang kejam, dan sebagainya manusia menciptakan rumah, pakaian dan lain-lainnya.

Manusia juga harus makan, agar tetap sehat ; untuk itu ia mengambil makanan sebagai hasil dan alam sekitarnya

dengan menggunakan akal. Untuk mencari makanannya, manusia di laut mencari ikan sebagai nelayan, di hutan

manusia terbaru.

Kesem uanya itu ditimbulkan kelompok-kelompok sosial (Sosial groups) dalam kehidupan manusia, karena manusia

tak mungkin hidup sendiri.

Menurut Eliwood, faktor-faktor yang menyebabkan manusia hidup bersama, adalah

Dorongan untuk mencari makan ; penyelenggaraan untuk mencani makanan itu lebih mudah dilakukan dengan

bekerjasama.

Dorongan untuk mempertahankan din ; terutama pada keadaan pnimitif ; dorongan mi merupakan cambuk untuk

kerjasama.

Dorongan untuk melangsungkan jenis.

Manusia sebagai makhluk sosial manapun tersusun dalam kelompok-kelompok. Fakta mi menunjukkan manusia

mempunyai sosial akan pembawaan kemasyarakatan (sejumlah sifat-sifat dapat berkembang dalam pergaulan dengan

sesamanya) seperti hasrat bergaul dan sebagainya.

Kecenderungan sosial merupakan keanehan, yaitu perasaan yang lain. Mis&flYa harga din, Rasa harga din tampak

sebagai jiginan untuk berharga tetapi juga kelihatan berharga. Orang yang gila hormat rnisalnya sebetu]nya bertindk

karena dorongan penghargaan orang lain. rasa harga din berhubungan juga dengan suatu kelompok sosial tertentu,

misalnya seorang anggota Parpol akan bangga kalau Parpolnya dapat menunjukkan prestasi yang baik. Kerapkali

rasa harg din menjelma menjadi nafsu untuk berkuasa.


Suatu himpunan manusia supaya merupakan kelompok sosial harus memenub syarat-syarat, antara lain

Setiap anggotanya harus sadar bahwa ia merupakan bagian lain kelompoknya.

Ada hubungan timbal balik antara anggota-anggotanya.

Ada suatu faktor yang dm1liki bersama, sepenti nasib yang sama, kepentir3gafl yang sama, tujuan yang sama,

ideologi yang sama dan sebagainya.

Jadi masyarakat itu dibextuk oleh individu-individu yang beradab dalam keadaan sadar. Individuindividu yang

hilang ingatan, individu-individu yang fikirannya rusak, individu.indiVidU type pertapa tidak dapat menjadi anggota

masy1rakat yang permanen, melainkan hanyalah kepada ,ereka yang benar-benar saling mengikatkan dininya engan

individu-individu lainnya. Membentuk satu kesatuan dapat disebut individu sebagai anggota maYarakat.

Dapatlah kita membedal(an pengertian antara individu sebagai perseorangafl dan individu sebagai makhluk sosial.

Individu perseorangan berarti individu berbeda dalam keadaan tidak berhubungan dengan individu lainnya. Atau

dengP‘ kata lain : individu yang sedang dalam keadaan mernutuskan hubungannya dengan alarn sekitarnya,

khususnya masyarakat.

Sedang individu sehagai rnakhluk sosial berarti individu yang sedang mengadakari hubungan dengan alam

sekitarnya,khususnya masyarakat. Di sini kita dapati manusia dengan sadar rnenghubungkan sikap tingkah laku dan

perbuatannya dengan individuindividu lainnya. Sehingga terbentuklah suatu kelompok yang besar ; dan apabila

kelornpok-kelompok itu berjalan constant, maka itulah yang disebut masyarakat.

Sesungguhnya telah kita bedakan dua pengertian individu tersebut sebagai dua pengertian yang contras, namun

kodratnya manusia itu adalah ―makhluk sosial‖ bukan makhluk individual. Kenyataan mi sesuai dengan rurnus

Aristoteles : man is by nature a political animal, yang artinya : manusia pada kodratnya adalah makhluk yang

berkumpul-kumpul. Atau dengan singkat manusia itu adalah zoon politicon.

Bila rumusan tersebut kita terima dengan sungguh-sungguh sesuai dengan kenyataannya, maka tak ada jalan lain

untuk mengatakan, bahwa manusia sebagai makhluk sosial adalah sudah pada kodratnya. Auguste Comte tersendiri

di dalam ilmu pengetahuan sosiologi berpendapat bahwa : Kehendak berkumpul itu memang terkandung di dalam

sifat manusia. Nyatalah bahwa manusia pada kodratnya adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang bertindak

seirama dengan kehendak umum, yaitu masyarakat.

RANG KUMAN

Pertumbuhan adalah suatu perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju dan lebih dewasa.
Pertumbuhan itu antara lain dapat ditinjau dan tiga aliran yaitu

Asosiasi

Psikologi Gestalt

Sosiologi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dapat dilihat dan tiga pendirian, yaitu

Nativistik

Empiristik dan environmentalistik

Konvergensi dan interaksionirme

Tahap pertumbuhan berdasar psikologi. Pertumbuhan ini dividu dan saat lahir sampai dewasa melalui rnasarnasa:

Vital

Estetik

Intelektual

Remaja

Usia mahasiswa.

Furigsi-fungsi keluarga

Sebagai tempat atau wahana pembentukan kepribadian anak-anak dan anak keturunan keluarga tersebut.

Berfungsi sebagai alat reproduksi kepribadian.kepribadian.

Sebagai eksponen dan perantara (transmisi) kebudayaan masyarakat, sebab keluarga menempati posisi kunci.

Sebagai lembaga perkumpulan ekonG.ni, dan

Sebagal pusat-pusat pengasuhan dan pendidikan anakanak sebagai generasi penerus.

Pembagian kerja pada kelompok-kelompOk masyarakat sedërhana lebih dititikberatkan pada keterbatasan dan

kemampuan fisik (antara orang wanita dan pria). Oleh karena itu pekerjaan-pekriaan yang memerlukan kekuatan

phisik dilakukan oleh orang laki-laki. Sebaliknya pekeniaan-pekerjaan yang lebih ringan dikerjakan oleh orangorang

wanita.

Dalam lingkungan kelompok masyarakat maju, yang terbagi menjadi masyarakat non industri dan masyarakat

industri, pembagian kerja menjadi lebih kompleks, lebih rumit dan lebih khusus.
Sejalan dengan berkembangnya industri, lahirlah kelompok masyarakat pemijk modal (disebut majikan) dan

keloinpok pekerja. Berpangkal tolak dan penggolongan kelas-kelas pekerja, dapat dibedakan : pekerja kasar, pekerja

kehs menengah, dan pekerja kelas tinggi.

Individu, Keluarga dan Masyarakat:

Individu diartikan kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan.

Mengenai pengertian keluarga ada beberapa pendapat antara lain

Sigmund Freud berpendapat bahwa keluarga adalah perwujudan dan adanya perkawinan antara pria dan wanita,

sehingga keluarga itu merupakan perwuj udan dorongan dorongan seksual.

Ki Hajar Dewantara berpendapat bahwa keluarga itu adalah kumpulan beberapa orang yang karena terikat oleh satu

turunan lalu mengerti dan merasa berdiri sebagai satu gabungan yang hakiki, eksensial enak dan berkehendak

bersama-sama memperteguh golongan itu untuk memuliakan masing-masing anggotanya.

Mengenai pengertian rnasyarakat antara lain menurut:

Drs. JBAF. Mayor Polak berpendapat bahwa masyarakat adalah wadah segenap antar hubungan sosial terdiri. dan

kolektiva-kolektiva serta kelompok-kelompok dan sub-sub kelompok.

Prof. M.M. Djojodiguno berpendapat bahwa rnasyarakat adalah suatu kebulatan dan segala perkembangan dalam

hidup bersama antara manusia dengan manusia.

Hasan Sadily berpendapat bahwa masyarakat adaIah suatu keadaan badan atau kumpulan manusia yang hidup

bersama.

Individu mempunyai makna langsung apabila konteks situasional adalah keluarga atau lembaga sosial; sedangkan

individu dalam konteks lingkungan sosial yang lebih besar, seperti masyarakat atau nasion, posisi dan peranannya

semakin abstrak.
BAB IV

PEMUDA DAN SOSIALISASI

INTERNALISASI BELAJAR DAN SPESIALISASI

Internalisasi adalah proses norma-norma kemasyarakatan yang tidak berhenti sampai institusionalisasi saja, akan

tetapi mungkin norma-norma tersebut sudah mendarah daging dalam jiwa anggota-anggota masyarakat.

Norma-norma mi kadang-kadang dibedakan antara norma- norma:

Norma-norma yang mengatur pribadi yang mencakup norma kepercayaan yang bertujuan agar manusia beriman, dan

norma kesusilaan yang bertujuan agar manusia berhati nurani yang bersih.

Norma-norma yang mengatur hubungan pribadi, mencakup kaidah kesopanan dan kaidah hukum serta mempunyai

tujuan agar manusia bertingkah laku yang baik dalam pergaulan hidup dan bertujuan untuk mencapai kedamaian

hidup.

a. Masalah-masalah Kepemuduan

Masalah pemuda merupakan masalah yang abadi dan selalu dialami oleh 8etiap generasi dalam hubungannya dengan

generan yang lebih tua. Problema mi disebabkan karena sebagai aid- bat dan proses pendewasaan seseorang,

penyesuaian dirinya dengan situasi yang baru timbuflah harapan setiap pemuda akan mempunyai masa depan yang

(kalau bisa) lebih balk daripada orang tuanya. Proses perubahan terjadi secara lambat dan teratur (evolusi) atau

dengan besar-besaran sehingga orang sukar mengendalikan perubahan yang terjadi, bahkan seakanakan tidak diberi

kesempatan untuk menyesuaikan dengan situasi (obyektif) perubahan tadi.

Di negara-negara berkembang anak-anak yang hingga beberapa waktu yang lalu memperoleh pendidikan tradisional

yaitu pendidikan berupa penerusan kebiasaan dan nilai-nhlai budaya dan orang tuanya, dewasa mi mengalami suatu

situasi di mana mereka sebanyak mungkin harus menemukan jalannya untuk dirinya sendiri.

Sebagian besar pemuda mengalami/menikmati suatu pendidikan yang lebih tinggi dan orang tuanya hal mana

merupakan inti berkurangnya pengertian antara orang tua dengan anak. Dalam masyarakat tradisional maka orang

tua dan para sesepuh sebagai peer group memberikan bimbingan pengarahan kepada anak-anaknya, merupakan

norma-norma masyarakatnya sehingga dapat dipergunakan dalam hidupnya dalam zaman perubahan masyarakat

seringkali orang tua sendiri tidak dapat memahami apa yang terjadi di sekitarnya. Banyak masalah tidak terpecahkan

oleh mereka karena kejadian yang menimpa mereka belum pernah dialami oleh siapa pun dalam lingkungannya dan
karena itu anak-anak juga dapat menikmati bimbingan yang akan memudahkan masa depan mereka seperti sedia

kala.

Dewasa ini umum diketemukan bahwa secara biologi, p0- litis dan fisik seorang pemuda sudah dewasa akan tetapi

secara ekonomis, psikologis masih kurang dewasa. Seringkali diketemukan pemudapemuda telah menikah,

mempunyai keluarga menikmati hak poiitiknya sebagai warga negara tetapi dalam segi ekonominya masih

tergantung dan orang tua yang tinggal agak jauh dan tempat belajan/studinya.

Masalah antar generasi merupakan masalah suatu masyarakat yang dikenal sejak dahulu kala. Yang dipermasalahkan

adalah nilai-nilai masyarakat. Bagaimana serasi atau kurang Serasi hubungan mi akan tampak dalam saat-saat knitis.

Pada uniumnya dapatlah dikatakan bahwa masalah antar generasi mencerminkan bagaimana kebudayaan masyarakat

itu sendini. Dengan demikian, bagaimana masalah itu dipecahkan juga mencerminkan kebudayaan masyarakat itu.

Sehubungan dengan mi, para ahli paedagogi sosial berpendapat bahwa masalab antar generasi kurang dan hampir

tidak ter dapat di masyarakat yang tertutup tradisional.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa masalah antar generasi merupakan suatu masalah modern.

Adapun inti pokok adalah bahwa dalam masyarakat dengan sistem tertutup/tradisional, pembinaan dan proses

pendewasaan terjadi secara kontinyu, diawasi oleh sosial kontrol masyarakat.

Suatu masyarakat akan mengalami stabilitas sosial apabila ―proses reproduksi generasi‖ berjalan dengan baik,

sehingga terbentuklah personifikasi, identitas-identitas dan solidanitas sebagaimana diharapkan oleh generasi

sebelumnya.

b. Hakikat Kepemudaan

Kiranya disadani bahwa ada berbagai tafsiran yang bisa diberikan terhadap pemuda/generasi muda. Untuk itu

kiranya penlu diperjelas bahwa pengertian pemuda di sini adalah mereka yang berumur di antara 15 - 30 tahun. Hal

mi sesuai dengan pengertan pemuda/generasi muda sebagaimana yang dimaksudkan dengan pembinaan generasi

muda dan dilaksanakan dalam Repelita IV.

Pendekatan kiasik tentang pemuda melihat bahwa masa muda merupakan masa perkembangan yang enak dan

menarik. Kepemudaan merupakan suatu fase dalam pertuinbuhan biologis seseorang yang bersifat seketika, dan

sekali waktu akan hilang dengan sendirinya sejalan dengan hukum blobgis itu sendiri: manusia tidak dapat nielawan

proses ketuaan. Maka keanehan-keanehan yang menjadi ciri khas masa muda akan hilang sejalan dengan berubahnya

usia.
Menurut pendekatan yang kiasik mi, pemuda dianggap sebagai suatu kebompok yang mempunyai aspirasi sendiri

yang bertentangan dengan aspirasi masyarakat, atau lebih tepat aspirasi orang tua atau generasi tua. Selanjutnya

muncul persoalan-persoalan frustasi dan kecemasan pemuda karena keinginan-keinginan mereka tidak sejalan

dengan kenyataan (keinginan) generasi tua. Dalam huhungan mi kemungkinan timbul konflik dalam berbagai bentuk

protes, baik yang terbuka maupun yang terselubung. Di sinilah pemuda bergejolak untuk mencari identitas mereka.

Dalam hal mi hakikat kepemudaan dicari atau ditinjau dan dua asumsi pokok:‘Pertama, Penghayatan mengenai

proses perkembangan manusia bukan sebagai suatu kontinum yang sambung-menyambung tetapi fragmentaris,

terpecah-pecah, dan setiap fragmen mempunyai artinya sendiri-sendiri. Pemuda dibedakan dan anak dan orang tua

dan masing-masing fragmen itu mewakili nilai sendiri.

Oleh sebab itu, arti setiap masa perkembangan hanya dapat dimengerti dan dinilai dan masa itu sendiri. Masa

kanakkanak hanya dapat diresapi karena keanakannya, masa pemuda karena sifat-sifatnya yang khas pemuda, dan

masa orang tua yang diidentikkan dengan stabiitas hidup dan kemapanan.

Tidak mengherankan kalau romantisme akan tumbuh subur dalam pendekatan mi. Karena ―mahkota hidup‖ adalah

masa tua yang disamakan dengan hidup bermasyarakat, maka tingkah laku anak dan pemuda tidak lebih dan riakriak

kecil yang tidak berarti dalam gelombang penjalanan hidup manusia.

Dinamika pemuda tidak lebih dan usaha untuk menye.. suaikan din dengan pola-pola kelakuan yang sudah tersedia,

dan setiap bentuk kelakuan yang menyimpang akan dicap sebagai sesuatu yang anomalis, yang tak sewajarnya. Dan

jika itu ditantang oleh kaidah-kaidah sosial yang sudah melembaga, maka hal itu akan terjelma dalam bentuk adanya

jurang pemisah antara generasi muda dan generasi tua.

Seyogyanyalah penilaian bertolak dan suatu asumsi ke.. hidupan yang bersifat kontinum, yang melihat pemuda dan

kepemudaan sebagai suatu tonggak dan ―wawasan kehidupan‖, yang dengan sendininya mempunyai potensi serta

rornantisme dalarn suatu kesatuan untuk inengisi hidupnya.

Pendekatan kiasik melihat potensi dan rornantisme pe- muda sebagi sesuatu yang berdini sendini, balk pemuda

sehagai perorangan maupun pemuda sebagai anggota kelompok dan anggota dan suatu masyarakat. Demikian pula

usaha-usaha untuk menyalurkan potensi pemuda kerapkali bersifat fragmentaris, karena potensi itu dilihat bukan

menupakan sebagian dan aktivitas dalam wawasan kehidupan, tetapi tidak lebih sebagai penyaluran tenaga yang

berlebihan dan

pemuda itu.
Asumsi pokok yang kedua yang merupakan tambahan dan asumsi wawasan kehidupan ialah posisi pemuda dalam

arah kehidupan itu sendiri. Tafsiran-tafsiran klasik didasarkan pada anggapan bahwa kehidupan mempunyai pola

yang banyak sedikitnya sudah tertentu dan ditentukan oleh mutu pemikiran yang diwakili oleh generasi tua yang

bersembunyi di balik tradisi. Dinarnika pemuda tidak dilihat sebagai sebagian dan dinamika kehidupan atau lebih

tepat sebagian dan dinamika wawasan kehidupan.

Hal mi disebabkan oleh suatu anggapan bahwa pemuda tidak mempunyai andil yang berarti dalam ikut mendukung

proses kehidupan bersama dalaxn masyarakat. Pemuda dianggap sebagai obyek dan penterapan pola-pola kehidupan

dan bukan sebagai subyek yang mempunyai nilai sendini.

Dua asumsi yang mendasari pandangan di atas, kinanya tidak akan memberi jawaban terhadap ―kebinalan‖ pemuda

dewasa mi. Balk gagasan mengenai ―wawasan kehidupan‖ maupun konsep mengenai tata kehidupan yang dinamis,

akan menggugurkan pandangan kiasik, yang menafsirkan kelakuan pemuda dan hidup kepemudaan sebagai sesuatu

yang abnormal.

Pemuda sebagai suatu subyek dalarn hidup, tentulah mempunyai nilai sendini dalam mendukung dan menggerakkan

hi dup bersama itu. Hal mi hanya bisa terjadi apabila tingkah laku pemuda itu sendiri ditinjau sebagai interaksi

terhadap lingkungannya dalam arti luas. Penafsiran mengenai identifikasi pemuda seperti mi disebut sebagai sauatu

pendekatan ekosferis.‘

Ciri utama dan pendekatan mi melingkupi dua unsur pokok yaitu unsur lingkungan atau ekologi sebagai keseluruhan;

dan kedua, unsur tujuan yang menjadi pengarah dinamika dalam iingkungan itu. Yang dimaksud dengan

―lingkungan‖ dalam konsep mi melingkupi seluruh aspek dan totalitas lingkungan yang dapat diidentifisir dalam

unsur-unsur lingkungan fisik, sosial dan budaya, termasuk nilai-nilai kehidupan. Tingkah laku manusia merupakan

interaksi antara manusia dengan lingkungannya itu. Manusia yang hidup dalam lingkungan pesisir pantai akan

bertingkah laku yang berbeda dengan yang hidup di pegunungan. Yang hidup di kota metropolitan hingarbingar akan

berbeda dengan yang hidup di dusun-dusun yang penuh kedamaian.

Hubungan antara manusia sebagai suhyek dengan lingkungannya adalah hubungan timbal balik yang aktif. Artinya,

bukan saja manusia itu mengubah, memperbaiki atau merusak lingkungannya, tetapi lingkungan juga akan ikut

menentukan, mengubah atau merusak manusia sebagai akibat pengrusakan manusia atas lingkungannya.

Keseimbangan antara manusia dengan lingkungannya adalah suatu keseimbangan yang dmamis, suatu interaksi yang

bergerak. Arah gerak itu sendiri mungkin ke arah perbaikan mungkin pula ke arah kehancuran. Hal itu tergantung
pada tingkat pengelolaan manusia terhadap lingkungannya, serta jawaban yang kreatif terhadap potensi

lingkungannya, balk potensi manusiawi maupun potensi fisik yang ekonomis.

Dua hal yang menonjol dan pendekatan ekosferis mi. Pertama, kepemudaan dan kehidupan orang dewasa dan anak-

anak merupakan suatu totalitas. Dengan demikian tidak ada pertentangan antara pemuda, orang dewasa (generasi

tua) dan anak-anak, secara fundamental. Kalaupun perbedaan dalam kematangan berfikir, dalam menghayati makna

hidup dan kehidupan mi semata-mata disebabkan oleh tingkat kedewasaannya. Dengan demikian maka dalam

pendekatan mi tidak ditemukan adanya ―jurang generasi‖, dalam arti adanya perbedaan yang fundamental antara

generasi tua dan generasi muda.

Di sinilah terletak makna kedua dan pendekatan ekosferis bahwa balk apa yang menggolongkan din generasi tua

maupun generasi muda dan anak-anak, semuanya berada dalam status yang sama ialah menghadapi atau berada

dalam satu kesatuan wawasan kehidupan. Sebagai konsekuensinya, maka tidak ada generasi yang menganggap

dirinya pelindung generasi sekarang atau yang akan datang. Semuanya bertanggung jawab atas keselamatan

kesejahteraan, kelangsungan generasi sekarang dan yang akan datang. Perbedaan antara kelompok-kelompok yang

ada, antara generasi tua dan pemuda misalnya, hanya terletak pada derajat dan ruang lingkup tanggung jawabnya.

Generasi tua sebagai ―angkatan yang berlalu‖ (passing generation), berkewajiban untuk membimbing generasi muda

sebagai generasi penerus, mempersiapkan generasi muda untuk memikul tanggung jawabnya yang makin kompleks.

Di pihak lain, generasi muda yang penuh dinarnika hidup, berkewajiban mengisi akumulator generasi tua yang

makin melemah, di sam- ping memetik buah-buah pengalamannya yang telah terkumpul oleh pengalaman.

Dalam hubungan mi, generasi tua tidak dapat menuntut bahwa merekalah satu-satunya penyelamat masyarakat dan

dunia, dan melihat generasi muda sebagai perusak tatanan sosial yang sudah mapan. Sebalilcnya, generasi muda

tidak bisa melepaskan din dan kewajiban untuk memelihara dunia — yang hanya satu mi — bersama-sàma dengan

generasi tua.

Dengan demikian maka adanya penilaian yang baku (fixed standard) yang melihat generasi tua sebagai ahli wanis

dan segala ukuran dan nilai dalam masyarakat, dan karena itu menghakimi para pemuda yang cenderung

menyelewenang dan ukuran dan nilai tersebut, kiranya tidak dapat ditenima.

Bertolak dan suatu kenyataan bahwa dalam masyarakat modern di mana perubahan sosial terjadi begitu cepat, maka

semua kelompok, termasuk generasi tua perlu mencari dan menginternalisasikan atau menghayati ukuran-ukuran

standar yang ternyata bersifat dinamis. Pendekatan ekosferis mengenai tingkah laku manusia memperkuat dugaan di
atas. Lingkungan hidup manusia dalam arti yang luas, seperti yang telah dijelaskan, merupakan suatu totalitas yang

dinamis. Hal mi berarti, bahwa bukan saja pemuda, juga generasi tua hanuslah sensitif terhadap dinamika lingkungan

dengan ukuranukuran standar yang baru.

Dengan pendapat di atas jelas kiranya bahwa pendekatan ekosferis mengenai pemuda, menempatkan masalah

pemuda pada horizon yang lebih luas. Segala jenis ―kelainan‖ yang hingga kini seolah-olah telah menjadi hak paten

pemuda, akan lebih dapat dimengerti sebagai suatu keresahan dan masyanakat sendiri sebagai keseluruhan. Hal mi

juga berarti bahwa keresahan pemuda adalah juga suatu refleksi dan keresahan masyarakat secara keseluruhan.

Secara lebih spesifik, gejolak hidup pemuda dewasa mi, adalah respons terhadap lingkungan yang kini berubah

dengan cepat. Kerapkali unsur-unsur manusiawi dengan lingkungan sosial ekonomis ataupun fisik, tidak berjalan

seirama. Secara ideal irama mi hendaknya hanmonis, narnun kerapkali dalarn kenyataannya hal mi sukar dicapai

karena keterbatasan-keterbatasan dalam lingkungan itu sendiri.

2. PEMUDA DAN IDENTITAS

Telah kita ketahui bahwa ―pemuda atau generasi muda‖ merupakan konsep-konsep yang selalu dikaitkan dengan

masalah ―nilai‖, hal mi sering lebih merupakan pengertian ideologis dan kaltural danipada pengertian irniah.

Misalnya ―pemuda harapan bangsa‖, ―pemuda pemilik masa depan‖ dan lain Sebagainya yang kesemuanya

merupakan beban moral bagi pemuda. Tetapi di lain pihak pemuda rnenghadapi persoalanpersoalan seperti

kenakalan remaja, ketidakpatuhan kepada orang tua/guru, kecanduan narkotika, frustasi, masa depan suram,

keterbatasan lapangan kerja dan masalah lainnya, kesemuanya akibat adanya jurang antara keinginan dan harapan

dengan kenyataan yang mereka hadapi.

Di atas telah dikemukakan bahwa pemuda sening disebut ―generasi muda‖, merupakan istilah demografis dan

sosiologis dalam konteks tertentu. Dalam pola Dasar Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda bahwa yang

dimaksud pemuda adalah:


Dilihat dan segi biologis, terdapat istilah :

Bayi : 0 – 1 tahun

Anak : 1 – 12 tahun

Remaja : 12 – 15 tahun

Pemuda : 15 – 30 tahun

Dewasa : 30 tahun keatas.

Dilihat dan segi budaya atau fungsional dikenal istilah:

Anak : 12 – 15 tahun

Remaja : 13 – 18 tahun – 21 tahun

Dewasa : 18 – 21 tahun ke atas.

Di muka pengadilan manusia berumur 18 tahun sudah dianggap dewasa. Untuk tugas-tugas negara 18 tahun sening

diambil sebagai batas dewasa tetapi dalam menuntut hak seperti hak pilih, ada yang mengambil 18 tahun dan ada

yang mengambil 21 tahun sebagai permulaan dewasa. Dilihat dan segi psikologis dan budaya, maka pematangan

pribadi ditentukan pada usia 21 tahun.

Diihat dan angkatan kerja, ada istilah t.enaga muda dan tenaga tua. Tenaga muda adalah calon-calon yang dapat

ditenima sebagai tenaga kerja yang diambil antara 18—22 tahun.

Dilihat dan perencanaan modern, digunakan istilah sumber-sumber daya manusia muda (young human resources)

sebagal salah satu dan 3 sumber-sumber pembangunan yaitu:

Sumbersumber alam (natural resources)

Sumber-sumber dana (financial resources)

Sumber-sumber daya manusia (human resources).

Yang dimaksud dengan sumber-sumber daya manusia muda adalah dan 0 18 tahun.

Dilihat dan ideologis-politis, maka generasi muda adalah calon pengganti generasi terdahulu, dalam hal mi berumur

antara 18 sampai 30 tahun, dan kadang-kadang sampai umur 40 tahun.

Dilihat dan umur, lembaga dan ruang lingkup tempat, diperoleh 3 kategori.Siswa, usia antara 6 - 18 tahun, masih

dibangku sekolah Mahasiswa, usia antara 18- 25 tahun, masih ada di Universitas atau perguruan tinggi.Pemuda, di

luar lingkungan sekolah ataupun perguruan tinggi, usia antara 25 – 30 tahun.


Dalarn setiap masyanakat, golongan pemuda mempunyai tempat tersendini. Kaum muda dalam setiap masyarakat

dianggap sedang mengalami apa yang dinamakan ―moratorium‖. Moratorium merupakan masa persiapan yang

diadakan masyarakat untuk memungkinkan pemuda-pemuda yang bersangkutan dalam jangka waktu tertentu

mengalami perubahan, dengan sekalian kesalahan yang mereka buat dalam mengalarni perubahan itu (Hansja W.

Bachtiar, 1982 11).

Hanya dengan melalui perjuangan identitas dalam upaya meningkatkan kualitas generasi muda, dapat diperjelas ide

serta pikiran mereka, sehingga ide dan pikiran itu menjadi suatu konsep yang berguna.

Lahirnya Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) di tengah-tengah kemelut masyarakat yang sedang dilanda

kekalutan sebagai akibat goncangan-goncangan sosial dan tragedi nasional yang diintroduksikan oleh PM dengan G

30 S-nya, telah menjawab suatu tantangan yang tengah mengancam mar tabat manusia dan kemanusiaan di tnah air

mi (Abdul Gafur

1982 172).

Lahirnya KAMI di tengah-tengah kemelut masyarakat sebagai akibat tragedi nasional itu, merupakan

identitas dan pola pikiran dan sumbangsih generasi muda, khususnya pana mahasiswa dalam mengisi kemerdekaan

dan pembangunan bangsa. Generasi muda tidak tinggal diam melihat bangsanya mengalami depresi mental sebagai

akibat teror kaum revisionis, kaurn ekstrimis PM yang dimanifestasikan dalam bentuk teror G 30 S-nya. Demonstrasi

dan aksi-aksi KAMI, mendorong mempercepat berhasilnya Tnitura, dan dua hulan kemudian lahirlah Surat Perintah

11 Maret (Superseman) yang amat bersejarah itu. Tritura dan Supersemar tidak lain dan suatu kemenangan pertama.

Orde Baru, Supersemar itu sendiri lahir bukanlah karena kemurahan hati atau hadiah dan rezim Orde Lama kepada

pimpinan Orde Baru, Ta lahir melalui proses perjuangan.

Bahwa dalam perjuangan itu andil dan peran generasi muda/mahasiswa sebagai ―pressure group‖ yang meyakinkan

sebagai suatu fakta sejarah, memang benar. Tetapi tidak benar kalau ada anggapan seolah-olah hanya mahasiswa

(generasi muda) yang benjuang. Generasi mudaJmahasiswatanpa bantuan ABRI dan dukungan seluruh rakyat, tidak

akan berhasil dalam waktu yang begitu singkat mematangkan situasi dan mempercepat tangan Bung Karno untuk

menandatangani Supersemar dengan hati yang enggan, tetapi tetap ditongkrongi oleh tiga perwira tinggi ABRI: Amir

Machmud, Basuki Rachmad (almarhum) dan M. Yusuf (Abdul Gafur : 1982

173 — 1974).
Marilah kita merenung sejenak, untuk introspeksi dan retrospeksi, agar kita tidak bersikap seperti orang mabuk

kemenangan. Hadapilah kenyataan-kenyataan yang ada dengan tabah dan sikap dewasa. Pembangunan, eksistensi

generasi muda penerus bangsa dan masa depan adalah sebagai satu kesatuan, dan harus direalisasi agar menjadi

kenyataan. Pembangunan dan pembaruan adalah tekad seluruh bangsa, tekad nasional, dami kesejahteraan seluruh

rakyat indonesia. Pelaksanaan pembangunan dan pembaruan harus merupakan suatu proses aktivitas dan kreativitas

yang berkesinamhungar terus-mene

n1s

Memang tidak dapat dipungkiti, fakta-fakta menunjukkan di sana-sini rnasih terdapat kelemahan dan kekurangan.

Namun, sebagal eksponen generasi muda penerus bangsa, tentu kita semua belum puas dengan kondisi seperti itu

Bahkan kadang-kadang rnerasa kecewa. Tetapi, haruskah mandeg sampai di situ saja? Secara ideal realita, generasi

muda harus terus turut berperan aktif dalam derap langkah pembangurian. Bukankah generasi muda penerus bangsa

yang paling berkepentingan untuk meraih sukses masa depan?

Justru harus disadari penuh oleh generasi muda, bahwa generasi muda tidak boleh berpangku tangan, menjadi

penonton derap langkah dan deru deramnya motor pembangunan. Anda semua harus menjadi perencana dan pelaku

pembangunan mi. Angkatan muda harus turut dalani ants utania (mainstream) pembangunan. Bukan berdiri dan

berada pada bingkai luar pembangunan. Hal-hal itu semua jelas menjadi tant.angan generasi muda dan menjadi

tantangan seluruh rakyat Indonesia.

Dengan demikian kiranya sudah jelas, bahwa generasi muda harus sungguh-sungguh mempersiapkan din.

Sekolahsekolah, Akademi dan Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan formal, di samping pendidikan

informal tempat menempa din bagi generasi muda. Dengan begitu, generasi muda diharapkan dalam turut aktif

mengisi kemerdekaan dan sebagai pelaku peinbangunan bana, dapat tampil dengan kesiapan yang mantap. Dapat

bertindak dan berpikir rasional, demokratis dan pragmatis. Selalu taqwa terhadap Tuhan Yang Mahaesa, cinta

bangsa, cinta tanah air serta cinta kesatuan dan persatuan dalam kebersaniaan menyonong han esok yang lebih cerah.

Menurut pola dasar pembinaan dan pengembangan generasi muda bahwa penmasalahan generasi muda dapat dilihat

dan beberapa aspek sosial, yakni :

1) Sosial Pcihologi

Proses pertumbuhan dan perkembangan keprihadian sera penyesuaian din secara jasmaniah dan rohaniah selak dan

masa kanak-kanak sarnpai usia dewasa dapat (hpengaruh oleh beberapa faktor, seperti keterbelakangan jasmali i dan
merit al, salah asuh oleh orang tua/keluarga maupun guru-guru di lingkungan sekolah, pengaruh negatif dan

lingkungari pergaulan sehari-hani oleh ternan sebayanya. Hambatan-hambatan tersebut di atas memungkinkan

tirnbulnya kenakalan remaja, ketidakpatuhan kepada orang tua dan guru, kecanduan pada narkotika dan lain-lain

yang kesemuanya itu merupakan gejalagejala yang perlu rnemperoleh perhatian dan semua pihak.

2) Sosial budaya

Kaum muda perkernbangannya ada dalam proses pembangunan dan modernisasi dengan segala akibat sampingnya

yang bisa mempengaruhi proses pendewasaannya, sehingga apabila tidak memperoleh arah yang jelas, maka corak

dan warna masa depan negara dan bangsa akan menjadi lain danpada yang dicita-citakan. Benturan antara nilai-nilai

budaya tradisional dengan nilai-nilai baru yang cenderung menimbulkan pertentangan antara sesama generasi muda

dan generasi sebelumnya yang pada gilirannya akan menimbulkan perbedaan sistem riilai dan pandangan antara

generasi tua dan generasi muda.

Hal tersebut dapat menyebabkan terputusrrya kesinambungan nilai-nilai perjuangan Proklamasi Kemerdekaan 17

Agustus 1945. Pola hidup yang berdasarkan kekeluargaan, kegotongroyongan sebagai salah satu ciri kehidupan

masyarakat Indonesia, makin bergeser ke arah kehidupan individualistis. Keadaan seperti itu bila berlangsung terus

akan mempengaruhi perkembangan generasi muda. Akan timbul rasa tidak aman, penolakan, keterasingan di

kalangan mereka. Hal seperti mi memungkinkan mereka lalu menjauhkan din dan masyarakat, mengelornpokkan din

dalam gang-gang dengan sikap dan cara berpikir yang lepas dan norma-norma dan system nilai yang berlaku.

Meremehkan ajaran-ajaran agama dan memudarkan kesadaran berbangsa dan berpribadian nasional, pada akhirnya

akan mempunyai pengaruh dalam rangka pendidikan moral Pancasila, Sebabnya, barangkali dapat dicari dan

pengaruh-pengaruh daya pamer budaya asing yang lebih bersifat pemuasan kenikmatan duniawi semata-mata seperti

kiub malam, mandi uap, pola-pola konsumsi mewah, majalah dan film yang lebih menampilkan adegan-adegan

porno daripada cerita-cerita yang bermutu yang mengandung unsurunsur pendidikan. Keadaan mi akan menimbulkan

idealisme dan patriotisme serta kesetiakawanan di kalangan kaum

muda.

3) Sosial Ekonomi

Pertambahan jumlah penduduk yang cepat dan belum meratanya pembangunan dan hasil-hasil pembangunan

mengakibatkan makin bertambahnva pen gangguran di kalangan pemuda, karena kurangnya lapangan kerja.
Kurangnya lapangan kerja mi menimbulkan herbagai problema sosial serta frustasi di kalangan kaum iiuda.

Ketidakseimbangan antara kebutuhan bagi pendidikan dan penyediaan saranasarana pendidikan, makin

bertambahnya jumlah pemudapemuda putus sekolah, sementara di pihak lain anggaran pemerintah yang terbatas

mengakibatkan kekurangan fasilitas bagi latihan-latihan ketrampilan. Demikian juga sistem pendidikan tidak mampu

menjawab tantangan kebutuhan pembangunan.

4) Sosial Politik

Dalam kehidupan sosial politik aspirasi pemuda berkembang dan cenderung mengikuti pola infra struktur politik

yang hidup dan berkembang pada suatu periode tertentu. Akibatnya makin dirasakan bahwa di kalangan pemuda

masih ada hamhatan-hambatan untuk menumbuhkan satu orientasi baru yakni pemikiran untuk menjangkau

kepentingan nasional dan bangsa di atas segala kepentingan lainnya. Dirasakan belum terarahnya pendidikan politik

di kalangan pemuda dan belum dihayatinya mekanisme demokrasi Pancasila maupun lembagalembaga

konstitusional, tertib hukum dan disiplin nasional, hal mana merupakan hambatan bagi penyaluran aspirasi generasi

muda secara institusional dan konstitusional.

Dan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masalah-masalah yang menyangkut generasi muda dewasa mi

adalah:

Dirasakan menurunnya jiwa idealisme, patriotisme dan nasionalisme di kalangan masyarakat termasuk

generasi muda.

Kekurangpastian yang dialami oleh generasi muda terhadap masa depannya.

Belum seimbangnya jumlah generasi muda dengan fasilitas pendidikan yang tersedia, baik yang formal maupun

nonformal. Tingginya jumlah putus sekolah yang diakibatkan oleh berbagai sebab yang bukan hanya merugikan

generasi muda sendiri, tapi juga merugikan seluruh bangsa.

Kurangnya lapangan dan kesempatan kerja serta tingginya tingkat pengangguran/setengah pengangguran di kalangan

generasi muda dapat mengakibatkan berkurangnya produktivitas nasional dan memperlambat kecepatan laju

perkembangan pembangunan nasional serta dapat menimbulkan berbagai problema sosial lainnya.

Kurangnya gizi yang dapat menyebabkan hambatan bagi perkembangan kecerdasan dan pertumbuhan badan cli

kalangan generasi muda disebabkan oleh rendahnya daya beli dan kurangnya pengertian tentang gizi dan menu

seimbang di kalangan masyarakat yang berpenghasilan rendah.


Masih banyaknya perkawinan di bawah umur, terutama di kalangan masyarakat daerah pedesaan.

Adanya generasi muda yang menderita fisik, mental dan sosial yang memerlukan usaha-üsha yang lebih

sungguhsungguh, agar mereka dapat berkembang menjadi warga negara yang produktif biarpun ada ketunaan.

Pergaulan behas yang membayakan sendi-sendj perkawin an dan kehidupan kehidupan keuarga.

Meningkatnya kenakalan rernaja penyalahgunaan narkotika.

Belum adanya peraturan perundang-undangan yang menvangkut generasi rnuda,

Penanggulangan rnasalah-niasajalj tersebut di atas memerlukan usaha-usaha secara terpadu, terarah dan terencana

dan seluruh potensi nasional dengan rnelibatkan generasi muda sebagai subvek pengembangan. Belum dilihatnya

secara menye!uruh potensi yang ada mi meniyebahkan penyelesaian masaiah te ebut helum berjalan secepat yang

dbnginkan, Organisasi oyganjsasj generasi muda/pemuda yang tclah berjalan balk adalah merupakan potensi yang

slap uuk dilibatkan dalarn kegiatan pembangunan.

3. PERGURUAN DAN PENDIDIKAN

Keherhasilan pembangunan sangat ditentukan oleh ber bagai faktor seperti: kualitas sumber daya manusia,

tersedianya sumber daya alam yang memadai, adanya birokrasi pemerintahan yang knat dan efisien, dan sebagainya.

Namun dernikian, tidak dapat disangkal bahwa kualitas sumber daya rnanusia merupakan faktor yang sangat

menentukan dalarn proses pernbangunan. Hal mi karena rnanusia bukan sernata-niata menjadi obyek pembangunan,

tetapi sekaligus juga merupakan subyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka setiap orang harus

terlibat secara aktif dalam proses pembangunan, sedangkan sebagal obyek, rnaka hasil pembangunan tersehut harus

bisa dinikrnati oleh setiap orang,

D sinilah terletak arti pen ting dan pendidikan sebagai upava ntuk toremianya kualitas sumber daya manusia, sebagai

masyarakat utarna dalam pembangunan. Suatu bangsa akan berhasil dalani pembaiigunannya secara ―self

prospelling‖ dan turn buh menjadi bangsa yang maju apabila telah berhasilmemenuhi minimum jumlah dan mutu

(termasuk relevansi dengan pembangunan) dalam pendidikan penduduknya. Modemisasi Jepang agaknya merupakan

contoh proto-tipe dalam hubungan ini.

Indonesia demikian pula menghadapi kenyataan untuk melakukan usaha keras ―mencerdaskan kehidupan bangsa.‖

Dewasa mi sudah sekitar 80% dan usia sekolah dasar (6 - 12 tahun) dapat ditampung oleh fasilitas pendidikan dasar

yang ada. Persentasejumlah penduduk yang masih huta huruf diperkirakan sebesar 40%.‘
Tetapi masalah pendidikan bukan saja masalah pendidikan formal, tetapi pendidikan membentuk manusia-manusia

membangun. Dan untuk itu dipenlukan kebijaksanaan terarah dan terpadu di dalam menangani masalah pendidikan

mi. Rendahnya produktivitas rata-rata penduduk, banyaknyajurnlah pencari kerja, ―under utilized population‖,

kurangnya semangat kewiraswastaan, merupakan hal-hal yang memerlukan perhatian yang sungguh-sungguh. Sebab

hal itu semua akan berarti belum terlepasnya Indonesia dan belenggu keterbelakangan dan kemiskinan sebagaimana

diharapkan. Pendidikan yang dapat mengembangkan semangat ―Inner will atau peninkatan kemampuan din dan

bangsa‖ yang terpancar dalam pembangunan pendidikan mental, intelektual dan profesional bagi seluruh penduduk

dan pemuda Indonesia2

Di sinilah diperlukan suatu sistem pendidikan-pendidikan nasional yang mampu menyadarkan manusia Indonesia

akan potensi-potensi mereka, akan kepercayaan kepada din sendin, akan moral dan harkat pembangunan, serta akan

kekayaan nllai serta keagungan bangsa dan negara Indonesia.

Sebagai satu bangsa yang menetapkan Pancasila sebagai falsafah hidup bangsa dan negara Indonesia, maka

pendidikan nasional yang dibutuhkan adalah pendidikan dengan dasar dan dengan tujuan menurut Pancasila. Dalam

implementasinya, pendidikan tersebut diarahkan menjadi pendidikan pembang-dnan, satu pendidikan yang akan

rnembina ketahanan hidup bangsa, baik secara fisik maupun secara ideologis dan mental. Melalui pendiclikan itu

diharapkan bangsa Indonesia akan mampu membebaskan din dan belenggu kemiskinan dan keterbelakangan, melalui

suatu alternatif pembangunan yang lebih balk, serta menghargai kemajuan yang aiitara lain bercirikan perubahan

yang berkesinambungan.

Untuk itu maka diperlukan adanya perubahan-perubahan secara mendasar dan mendalam yang menyangkut persepsi,

konsepsi serta norma-norma kependidikan dalam kaitannya dengan cita-cita bermasyarakat Pancasila. Dalam hal mi

kiranya Pernenintah telah cukup berhasil dalarn menegakkan landasan-landasan ideal serta landasan konseptual

terhadap pembaruan pendidikan menuju suatu sistein pendidikan nasional yang tepat arab dan tepat guna.

Bila dibandingkan dengan sektor-sektor pembangunan lainnya, sektor pendidikan termasuk sektor yang cukup pesat

kemajuannya, kalau tidak dalam aspek kualitatif, sedikitnya dalam aspek kuantitatif, sekWr tersebut telah mencapai

hasil yang dapat dibanggakan. ?da saat mi bukan saja jumlah para remaja yang dapat ditampung dalani pendidikan

formal melonjak tinggi, tetapi juga semakin besar jurnlah mereka yang berkesempatan mendapatkan pendidikan non

formal dengan berbagai keahiian dan keterampilan. Tidak benlebihan kiranya apabila prestasi keseluruhan mi dinilai
sebagai suatu permulaan yang akan merupakan pra kondisi yang subur menuju terciptanya satu masyarakat belajar

secara menyeluruh.

Akan tetapi, tanpa mengecilkan arti dan semua yang telah dicapai selama mi, berbagai masalah telah timbul, yaitu

rnasalah obyektif yang baru, yang tidak pernah ada sebelumnya. Setidk-tidaknya dua faktor yang dapat kita amati

sebagai faktor yang sangat pentirig dalam pembangunan dewasa ini:semakin ba‘iyaknya manusia yang

membutuhkan pendidikan dan seniakin bervariasinYa mutU pendidikafl yang diharapkan oleh mereka itu.

a. Pendidikan Formal.

UsahaUSaha dalani pendidikan dasar dapat memberik 5bangan dalam jangka paniang, bukan saja bagi produktiV tas,

akan tetapi uga bagi tuuan terakhit pembanguftan sepetti kualitaS keluarga dan kehidUPan masyarakat, serta memper

kuaC masyarakat dun kebudaYaan (UmemOto, Steve FL, 1973:34).

Sejalan dengan pendapat UmenlOtO tersebut di atas, dan menyadari investaSi aga4efla terdidik dalani ptograflR

jangka pendek enengah ataU jangka panjaflg, akan memberikan 5urnbangan positif bagi pembaflgUflun maka

pemenintah Indonesia telah melakukun 1angkah43flg pembarUali dalani bidang pendidikan formal maupun

nonformal.

Basic Memorandum dalarfl bidang Pendidikan adalah tanggapan Menteni Pendidikan dan KebudaYaan Republik

Indonesia dalani kaitannYa dengan Tahun Pendidikan InterflaSi01, tahuil 1970. Basic Memora11d1m itu meniuat

hal-hal sebagai bet ikut

Sekolah itu hendakflYa merupakan bagian integral dan masyarakat sekitarnya. Sesuai dengalL asas pendidikan

seumur hidup, sekolab itu hendakflYa memPUflY dwifun i; mamPU membenil pendidikan formal dun juga

pendidikat‘ nonfoflfl8l, balk untuk para pemuda maupun untuk orang dewasa, pnia dan wanita.

Sekolah itu hendaknYa beronienta5‖ kepada pembangunafl dan kemajUan 5hingga dapat menyiapkan tenaga kenla

yang memiliki watak, pengetahua1i dan ketramPilan untuk pembafl bangsa clan negara di berbagai bidang.

Sekolah itu hendaknya mempunyaj kurikulum, metode mengajar dan program yang menyenangkan, menantang dan

cocok dengan tujuannya (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, 1970).

Basic Memorandum mi dikembangkan lebih lanjut dengan eksperimen-eksperimen di bidang pendidikan. Sejalan

dengan itu keluarlah Surat Keputusan Menteri P dan K No. 172/1971, tanggal 21 September 1971, tentang Sekolah

Pembangunan, Perkembangan lebih lanjut, sekolah pembangunan menjadi model inovasi dalam bidang pendidikan
Sekolah Menengah, di samping pembinaan terus-menerus pada sekolah-seko]ah kejuruan. Senafas dengan jalur

inovasi tersebut, kurikulum juga mengalami perubahan, sehingga lahirlah Kurikulum1975.

Arus inovasi juga meram bat ke perguruan tinggi negeri maupun swasta. Sistem Kredit Semester (SKS) diberlakukan

di semua perguruan tinggi, baik itu perguruan tinggi negeri atau pun perguruan tinggi swasta. Pada tahun 1985

diwajibkan menggunakan SKS tanpa kecuali, baik perguruan tinggi negeri atau swasta. Dengan sistem SKS, lama

pendidikan di perguruan tinggi menjadi lebih singkat. Berdasarkan program lama, program serjana semula

berlangsung selama 5 — 6 tahun. Dengan sistem SKS, program sarjana (Si) hanya berjangka waktu 4 tahun.

Selain dan itu dalam sektor pendidikan tenaga kependudukan, diintroduksi paket-paket program Di, D2 dan D3

untuk memenuhi kebutuhan tenaga pendidikan mulai dan tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah Atas.

Pembaruan-pembaruan dalam bidang pendidikan itu, heAtujuan untuk mempercepat pemenuhan tenaga-tenaga

terdidik pada aspek lain. Aspek lain yang tidak kalah pen. tingnya adalah untuk meningkatkan mutu lulusan pada

bidang.. bidang pendidikan di republik ini.

b. Pendidikan Non formal

Pendidikan n onformal adalah pendidikán yang dilakukan secara teratur, dengan sadar dilakukan, tetapi tidak terlalu

ketit mengikuti peraturan-peraturan yang tepat, seperti pada pendidikan formal di sekolah. Karena pendidikan

nonformal pada umumnya dilaksanakan tidak dalam Iingkungan fisik seklah, maka pendidikan nonformal

diidentikkan dengan pendidikan luar sekolah. Oleh karena pendidikan nonformal dilakukan di luar sekoiah, maka

sasaran pokok adalah anggota-anggota masyarakat. Sebab itu program-program pendidikan nonformal harus dibuat

sedemikian rupa agar bersifat luwes tetapi lugas, namun tetap menarik minat para konsumen pendidikan.

Berdasarkan penelitian di lapangan, pendidikan nonformal sangat dibutuhkan oleh anggota masyarakat yang belum

sempat mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan formal karena sudah terlanjur lewat umur atau. terpaksa

putus sekoiah, karena suatu hal. Akhirnya tujuan terpenting dan pendidikan nonformal adalah program- program

yang didasarkan kepada masyarakat harus sejalan dan terintegrasi dengan program-program pembangunan yang

dibutuhkan oleh rakyat banyak.

Di kalangan masyarakat, program-program pendidikan nonformal sening dikoordinasikan dan dilaksanakan oleh

Dinas Pendidikan Masyarakat. Tim Penggerak Pembinaan ICesejahteraan Keluarga (Tim Penggerak PICK) pada

tingkat kelurahan dibina oleh para lurah/kepala desa. Di. luar itu organisasi-organisasi wanita seperti Dharma Wanita
dalam program bakti sosial kepada masyarakat acapkali melaksanakan program-program dalam bentuk paket

program pendidikan nonformal.

Untuk lebih menjamin fungsionalnya program pendidikan nonformal, perlu kiranya Badaniendidikarr yang

mempunyai kewenangan policy pendidikan tadi disatukan dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang

mengatur rencana pembangunan di daerah tersebut (S. Sudarmadi, 1973 : 42)

Program pembangunan di pedesaan adalah sebagai salah satu garapan pokok pemerintah dengan tujuan untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat pedesaan dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Oleh

karena karakteristik masyarakat pedesaan akan berlainan dengan kondisi dan karakteristik masyarakat perkotaan,

maka metode dan teknologi yang akan dipergunakan harus sejalan dengan kemampuan para pelaksana pembangunan

di pedesaan. Berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan yang cukup mendesak bagi pelaksanaan pembangunan di

pedesaan, maka oleh para perencana pembangunan pedesaan diintroduksi Teknologi Tepat Guna (VI‘G). Apa itu

TTG? TIG adalah seperangkat model- model teknologi yang sederhana, dirancang sedemikian rupa untuk

penggunaan-penggunaan di pedesaan. Teknologi yang dibicarakan ialah sarana meningkatkan taraf hidup masyarakat

beban sehari-hari, khususnya bagi kaum wanita (Drs. Moerdiyono, dkk., 1982 : 13).

Apa-apa saja yang dapat dijangkau oleh TTG?

Jawabnya: Semua aspek teknologi sederhana yang berkaitan

dengan kepentingan hajat hidup rakyat banyak di pedesaan.

Contoh-contoh:

Teknologi merancang/membuat alat pengeringan gabah atau jagung.

Teknologi pembuatan gas bio.

Teknologi pembuatan krupuk dan minyak kelapa.

Teknologi tambak air tawar dan air payau.

Teknologi pembuatan jembatan bambu, dan lain sebagainya.

TTG yang serupa, telah dilaksanakan di negara-negara anggota ASEAN, terutama di Filipina, Di luar negara-negara

anggota ASEAN, PIG seperti itu dilaksanakan di pedesaan India, Pakistan dan Bangladesh.

Dengan sistem TI‘G, akselerasi pembangunan di pedesaan Indonesia diharapkan dapat lebih cepat. Dengan begitu

harapan untuk mencapai masyarakat adil makmur akan Segera terwujud, menjadi kenyataan, terutama bagi

masyarakat pedesaan
c. Pendidikan Informal.

Pendidikan informal yakni pendidikan yang diperoleh seseorang berdasarkan pengalaman dalam hidup sehari-hari

dengan sadar atau tidak sadar, sejak seorang lahir sampai ke hang kubur, di dalam lingkungan keluarga, masyarakat

atau dalam lingkungan pekerjaan sehari-hari.Contoh-contoh

Apakah ada pendidikan formal bagi pengemudi becak? Jelas tidak ada. Jika seorang pertama kali mencoba

mengemudi, atau lebih tepat dikatakan mengendalikan becak, ia akan menemui kesulitan. Kalaupun ada temannya

yang baik hati, temannya pun akan mengatakan lebih kurang; cara memegang kemudi begini, kalau akan membelok

harus bersikap begini dan begitu. Seterusnya si calon pengemudi becak itu akan berjalan sendiri. menjalankan becak

di suatu tanah lapang atau di jalan yang lengang. Berdasarkan naluri dan pengalaman yang didapat dan kegiatan

sehari-hari ia merasakan lebih man- tap mengendalikafl becak. Atas dasar itu sebenarnya abang becak tadi telah

mendapat pendidikan informal dalam mengemudikan becak.

Hal yang serupa berlaku pada calon tukang saclo. Tentu tidak ada pula sekolah pengemudi sado, dokar atau delman.

Mereka akan mendapatkan pendidikan informal berkat ketajaman naluri, keberanian bertindak dan ketekunan dalam

kegiatan sehari-hari sebagai tukang sado. Hanya akan terjadi perbedaan antara tukang sado dengan tuang becak.

Kalau tukang sado, dengan menghadapi makhluk yang bernyawa seperti kuda, lebih dahulu ia harus mengadakan

―pendekatan baLm‖ dengan kuda sebagai partnernya. ―Kontak batin‖ dengan kudanya itulah Ia akan mendapatkan

nila-nilai pendidikan informal yang sangat membantu kehidupannya sehari-hari. Mustahil ia akan dapat menjadi

tukang sado yang balk, jika lebih dulu tidak nngetahUi secara pasti sifat-sifat buruk atau baik dan kudanya dengan

cara pendekatan batin, atau lebih tepat kalau disebut pendekatan naluriah aau intuisi. l3agairriana ia harus menarik

tali kendalj ketika akan berangkat atau berhenti, selern but atau sekeras apa? Tidak pasti. Bagaimana kalau ia ingin

mernacu sado dengan muatan penuh pada jalan mendak] atau menu- run? Tentu diperlukan ―pehdekatan batin‖ serta

trik-trik Lertentu agar kudanya tidak tersungkur, atau ía tidak akan menyentak tali keridali agar kudanya tidak terlalu

tegak mendongak ketika jalan naik mendakj. Pendeknya dan pengan.pengalarn dalam aktivitas sehari-hari itulah sang

tukang sado akan mereguk ese.nsi pendidjkan infornal dan sektor persadoan. Apakali anda pernah mendapatkan

pendidikan informal dalam kehidur‘ax seharj-harj? Boleh diingatingat.


d. Lembaga – embaga Pendidihan di Bawah Departemen don Nondeparte

Lembaga.lembaga Pendidikan yang bersifat tekriis dan sangat teknjs di bawah naungan suatu departemen

bertanggung jawab Iangsung kepada Menterj yang mernbawahj departemen tersebut. Lembaga.lembaga pendidikan

yang her. naung di bawah suatu departemen atau nondeparterne lazim disebut Pusat Pendjdjkan dan Latihan (bersifat

teknis).

Lembaga.lembaga pendidikan di bawah naungan departemen yang bersifat teknis, misalnya:

Departeen Keuangan dengan lembaga pendidikan Sekolab Tiziggi Akuntansj Negara (STAN).

Departemen Hankam dengan lembaga pendidikan Akabri,

Departernen Pertanian dengan lembaga pendidikan Akademi Usaha Perikanan (AUP).

Departemeri Pertambangan dengan lembaga pendidikan Akademi Geologi.

Lembaga-lembaga Pendidikan dan Latihan nondepartemen dimiliki oleh LIPI, Batan, Lapan, Pertamjna, PT.

Nurtanjo, Badan Koordjnasj Survey Tanah Nasiona] (Bakosurtanal) dan lain-lain. Semuanya itu bertujuan untuk

meningkatkan skill insan-insan pelaksana pembangunan, agar dalam fungsinya sebagai abdi negara dan abdi

masyarakat memiliki ketrampilan yang memadai sejalan dengan tuntutan pembangunan.

4. PERANAN PEMUDA DALAM MASYARAKAT

Peranan pemuda di dalam masyarakat dapat kita bedakan atas dua hal, yaitu

a. Peranan pemuda yang didasarkan atas usaha pemuda untuk menyesuaikan din dengan tuntutan lingkungan.

Berdasarkan peran yang pertama dibedakan atas:

Peranan pemuda sebagai individu-individu yang meneruskan tradisi mendukung tradisi dan yang oleh sebab itu

dengan sendininya berusaha mentaati tradisi yang berlaku, kebudayaan yang berlaku dalam tingkah laku perbuatan

masing-masing. Dalam hubungannya dengan persoalan mi menjadi kewajiban bagi pemuda untuk melestarikan

kebudayaan bangsa.

Peranan pemuda sebagai individu-individu yang berusaha menyesuaikan din, baik dengan orang-orang atau golongan

yang berusaha mengubah tradisi, dengan demikian akan teijadi perubahan dalam tradisi dalam masyarakat.

Kedua jenis peranan pemuda di atas bisa mengakibatkan sumbangan pada usaha pembangunan maupun merupakan

hambatan terhadap usaha pembangunar. Pemuda yang berusaha untuk menjadi pendukung tradisi, pendukung

kebudayaan bisa merupakan bantuan dalam usaha-usaha pembangunan, tapi juga bisa menjadi
penghambatlpenentang pembangunan. Begitu juga pemuda yang berusaha mengubah tradisi belurn tentu mengur

tungkan pembangunan.

b. Peranan pemuda yang menolak untuk menyesuaikan din dengan lingkungannya.

Berdasarkan peran pemuda yang kedua dibedakan atas

1) Jenis pemuda urakan

Yaitu jenis pemuda yang tidak bermaksud untuk mengadakan-perubahan d.alam masyarakat, tidak ingin untuk

mengadakan-perubahan dalam kebudayaan, akan tetapi ingin kebebasan bagi dirinya sendiri, kebebasan untuk

menentukan kehendak din sendiri.

Kebudayaan seniman dan sastrawan tergolong dalam jenis mi Misalnya Chairil Anwar dan sebagainya.

2) Jenis pemuda nakal

Pemuda-pemuda inipun tidak ingin, tidak berniat dan tidak bermaksud untuk mengadakan perubahan dalam

masyarakat ataupun kebudayaan, melainkan berusaha memperoleh manfaat dan masyarakat dengan melakukan

tindakan yang meeka anggap menguntungkan dirinya tetapi merugikan masyarakat.

3) Jenis pemuda radikal

Pemuda-pemuda radikal berkeinginan untuk mengadakan perubahan revolusioner. Mereka tidak puas, tak bisa

menenima kenyataan-kenyataan yang mereka hadapi dan oleh sebab itu mereka berusaha baik secara lisan maupun

dalam tindakan rencana jangka panjang asal saja keadaan berubah sekarang juga.

a. Asas pembinaan dan pengembangan generasi muda:

Asas edukatip

(a) Pembinaan dan pengembangan oleh unsur di luargenerasi muda, didasarkan pada asas

Ing ngarso sung tulodo

Ing madya mangun karso

Tut wuri handayani

(b) Pembinaan dan pengembangan oleh sesama generasi muda, didasarkan pada asas

Silih asih

Silih asah

Silih asuh

2) Asas persatuan dan kesatuan bangsa


Asas swakrasa

Berdasarkan atas asas mi pembinaan dan pengembangan generasi muda harus dapat menumbuhkan, membantu dan

mengembangkan kemauan dan kemampuan generasi muda untuk membina dan mengembangkan dirinya sendiri dan

lingkungannya.

4) Asas keselarasan dan terpadu

Pembinaan dan pengembangan secara swakarsa itu dilaksanakan selaras dan terpadu dengan berbagai aspek

kmampuan manusia yang seutuhnya dan sekaligus dengan berbagai bidang pembangunafl lainnya.

5) Asas pendayagunaafl dan fungsionalisaSi Mengingat banyaknya dan beranekaragafllnya organisasi pemuda yang

ada dewasa mi, maka perlu diadakan penataan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna bagi pelaksanaan

program-program generasi muda dalam prinsipnya dalam pembangunan nasional.

b. Arah pembinaan dan pengembangan generasi muda Arah pembinaan dan pengembangan generasi muda

ditujukan pada pembangunan yang memiliki kesek‘rasan dan keutuhan antara ketiga sumbu orientasi hidupnya,

yakni

Orientasi ke atas kepada Tuhan Yang Maha Esa, nilai-nilai kerohanian yang luhur dan falsafali hidup

Pancasila.Pembinaan dan pengembangan generasi muda menu- rut sumbu orientasi ke atas ialah pengembangan

insan ber-Ke Tuhanan Yang Maha Esa, yang bertakwa kepada-Nya dalam segala aspek kehidupannya, berbudi

pekerti luhur dan hermoral Pancasila.

2) Orientasi ke dalam terhadap dirinya sendiri

Pembinaan dan pengembangan generasi muda menu- rut sumbu orientasi ke dalam ialah pengembangan sebagai

insan biologis, insan intelek serta insan kerja guna mengembangkan bakat-bakat dan kern ampuan jasmaniah dan

rohaniah agar dapat memberikan prestasi yang semaksimal mungkin dengan rnengembangkan faktorfaktor

kemainpuan dalam dirinya.

Faktor-faktor yang dimaksud ialah

(a) Dorongan untuk mempertahankan dan memelihara dirinya

(b) Dorongan untuk mempertahankan jenis/generasinya

(c) Dorongan untuk menyatakan dirinya


Dalam usaha mi mungkin saja individu akan bertentangan dengan lingkungannya (keadaan maupun dorongan-

dorongan) sehingga diperlukan kekuatanlkem ampuan untuk mempertahankan kepribadian dirinya (agama, adat dan

moral).

3) Orientasi ke luar terhadap lingkungan (budaya, soaial, dan moral) dan masa depannya.Pembinaan dan

pengembangan generasi muda sumbu orientasi ke luar dibagi atas

Pengembangan sebagai insan sosial budaya.

Pengembangan sebagai insan sosial politik dan Sebagai insan patriot.

Pengembangan sebagai insan sosial ekonomi, termasuk di sini adalah sebagai insan keija dan insan profesi yang

memiliki kemampuan untuk menggali,memanfaatkan, dan mendayagunakan sumber alam serta menjaga

kelestanannya.

pengembangan pemuda terhadap masa depannya. Kepekaan terhadap masa depannya akan menumbuhkan

kemampuan untuk mawas diri, kreatif, kritis serta menumbuhkan kesadaran bagi kesinambungan nilai-nilai luhur

bangsa dan negara.

Tujuan nbinaan dan Pengembangan Generasi Muda/ Pemuda.

Tujuan ycmg hendak dicapai dalam Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda/Pemuda adalah

Mernantapkan persatuan dan kesatuan bangsa sesuai dengan jiwa dan semangat Sumpah Pemuda Tahun 1928 dalam

rangka pembangunan hangsa dan kepribadian bangsa.

Mewujudkan kader-kader penerus perjuangan bangsa yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa yang berpegang

teguh kepada Pancasila sebagai satu-satunya idiologi dan pandangan hidup bangsa.

Melahirkan kader-kader pembangunan nasional dengan angkatan kerja yang berbudi luhur, dinamis dan kreatif.

Mewujudkan warga negara Indonesia di masa depan yang memihki kreatifitas kebudayaan nasional yang maju tetap

bercirikan dan bercorak kepribadian Indonesia.

Mewujudkan kader-kader patriot pembela bangsa dan negara yang berkesadaran dan berketahanan nasionai,

pengembangan dan penerus nilai-nilai serta citacita Prokiamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Jalur Pembinaan dan

Pengembangan Generasi Muda


a. Kelompok Jalur Utama

Kelompok Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda lewat jalur utama mi meliputi :

Jalur Keluarga

Dalam jalur keluarga mi pe]aksanaan pembinaan dan pengembmgan adalah orang tua serta anggota keluarga terdekat

yang merupakan lingkungan pertama dalam rangka pelaksanaan konsepsi pendidikan seumur hidup.

Jalur Gezierasj Muda

Pembinaan dan pengembangan melalui jalur mi termasuk di dalam organisasjorganj85j pemuda yang telah ada

selama mi.

Jalur yang dimaksud, adalah

Jalur SLTP dan SLTA melaluj OSIS

Jalur kampus/pergui.uan tinggi/akademj melalui SenatMahasiswa dan sebagainya.

Jalur kepemudaan melaluj KNPI, Pramuka, Karang Taruna, Kelompok Pecinta Alam .... dan sehagainya.

b. Kelompok Jalur Penunjang

Pembinaan dan Pengembangan Generasj Muda melalui jalur mi meliputi

Jalur sekolahlpra sekolah

ini bisa dilakukan melalui organisasi orang tua murid sedangkan untuk jalur pra sekolah bisa dilakukan dengan jalan

peningkatan penataan maupun pembakuan mutu dan para pendidiknya serta sarananya.

Jalur masyarakat

Jalur masyarakat mi dibedakan atas

Jalur masyarakat yang nielembaga : lembaga penbadatan, organisasi sosial kemasyai.alcatan dan sebagainya.

Jalur masyarakat yang tidak melembaga : pergaulan sehari-hari, tempat rekreasj dan sebagainya.

c. Kelompok Jalur Koordinatif

Yang dimaksud denganjalur koordinatif di sini adalah jalur pemerintah.Sesuai dengan ayat 3 tentang generasi muda

dalam GBHN dijelaskan, bahwa

Sistem pengkoordinasian tunggal melalui badan pembina kebijakan yang bernama Badan Koordinasi

Penyelenggaraan Pembinaan Generasi Muda di mana Departmen-departemen Pemerintah yang mempunyai program

kepemudaan/generasi muda duduk bersama dalam badan mi dengan maksud agar secara lintas sektoral kebijakan-

kebijakan pembinaan dan pengembangan dapat terkoordinir dan terpadu.


Badan koordinasi mi dibentuk mulai tingkat pusat sampai ke tingkat kecamatan.

Pelaksanaan organisasi pembinaan dan pengembangan generasi muda melalui satuan pengendali pembinaan generasi

muda yang dipimpin oleh Menteri Urusan Pemuda. 1

Pengisian masa depan seperti yang dicita-citakan oleh Prokiamasi Kemerdekaan itu dengan sendininya menuntut

keterlibatan generasi muda. Sebab, apabila kita ingin membangun han esok yang lebih balk, maka di dalamnya telah

tercermin kepentingan yang sekaligus peranan generasi muda. Pembangunan yang tengah dikerjakan saat mi secara

keseluruhan tetap merupakan tugas, tanggung jawab dan milik kita bersama.

Untuk menjaga dan memelihara kesinambungan dan kelestarian sejarah bangsa kita, perlu menekankan pentingnya

keikutsertaan generasi muda dalam kegiatan pembangunan.Kesinambungan dan keiestarjan sejarah bangsa kita akan

dapat dipelihara, kalau generasi muda tidak duduk sebagai penonton, melajnkan naik ke atas pentas sejarah

bangsanya, ikut aktif mernegang peranan pelaksana pe!nbangunan bangsanya. OIeh karena itu untuk pernberj bentuk

dan isi masa depan sejarah bangsanya, maka pupuklah semangat kepeloporan, keberanjan memikul tanggung jawab

dan resiko. Wujud nyatanya hams dilakukan dalarn perbuatan dan pengabdian dan sekali-kali bukan dalam arigan-

angan dan impian semata.

Dalam hubungannya dengan sosialisa.sj generasi rnuda khu. Susnya mahasiswa telah nielaksanakan proses

sosiajjsasj dengan balk dan dapat dijadikari eontoh untuk generasi muda, mahasjswa pada khususnya pada saat mi.

1) Peran pemuda/mahasjc dalarn menegakkan kernerdekaan.

Prokiamasi Kemcrdekaan 17 Agustus 1945 ternyata perlu ditebus dengan pengorbanan yang tinggi. OIeh karena

segera setelah prokiamasi Pemuda Indonesia niembentuk organisasj, balk yang bersifat politik maupun militer.

2) Peran rnahasiswa/pern uda dala rn rnempelopoy-z Orde’ Barn

Dekrjt Presiden 5 JuJi 1959 rnenetapkan bahwa Republik Indonesia kembali menggunakan UUD 1945 sebagai

landasan konstjtusjonai Kemudian Presiden Soekarrju mencarnkan Idenya yang kemudian terkenal dengan

Demokrasj Terpirnpin, yang bertujuan untuk mengendaijkan kekuatan-kekuatan politik yang saling bertentangan.

Keadaan Yang dernikian dimanfaatkan oleh golongan komunis (PKI) untuk lebib memantapkan peranannya dalam

dunia politik.

Timbulnya ide NASAKOM, yang berdasarkari atas pengkotakan golongan masyarakat dalam 3 goongan, ialah

golongan Nasional, golongan Agama dan goongan Komunis. Kenvataan demikjan juga rnempengaruh i kehi dii pan
peni uda i‘m ahasisWa, yang tidak terlepas adanya pengkotakan-pengkotakan tersehut. Dengan pengkotakan tersebut

yang terjadi bukannya persatuan dan kesatuan, tetapi justru perpecahari yang dialami. Perpecahan inilah yang selalu

dinanti-nantikan oleh golongan Komunis. Sebab golongan Komunis bisa Iebih memantapkan peranannya di bidang

politik, keadaan mi berlangsung sampai pada puncaknya adalah meietusnya 0 30 SIPKI pada tahun 1965.

Aksi-aksi pengganyangari terhadap PM timbul secara spontan dan masing-masing golongan, kemudian

terorganisasikan dalam Front Pancasila.

Front Pancasila mi mengilhami lahirnya kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) yang merupakan unsur penting

dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia.

KAM1 menjadi pelopor pendobrak ke arah kehidupan baru yang kemudian dikenal dengan nama Orde Baru

(ORBA).

3). Peran mahasiswa dalam masyarakat.

Barangsiapa menguasai generasi muda, berarti menguasal masa depan suatu bangsa, demikianlah bunyi suatu

pepatah. Dengan mengkaji lebih dalam arti apa yang tersirat dalam pepatah itu, berarti bahwa rnasa depan suatu

bangsa itu terletak di tangan generasi muda. Generasi mudalah yang harus menggantikan generasi sebelumnya

memimpin bangsanya.

Jumlah pemuda yang dapat mengenyam pendidikan Tinggi tidaklah banyak.

Jumlah yang sedikit tersebut, bagi pemuda yang sempat duduk di perguruan tinggi, mempunyai kewajiban untuk

menyumbangkan tenaganya kepada masyarakat. Kalau tidak Iebih mendalarn, maka mahasiswa pada garis besarnya

mempunyai peranan sebagai:

Agent of change

Agent of development

Agent of modernization.

Sebagai Agent of change mahasiswa bertugas untuk mengadakan. perubahan-perubahan dalam masyarakat, ke arah

perubahan dalam masyarakat, ke arah perubahan yang lebih balk. Perubahan yang bersifat kemanusiaan, di mana

pengetahuan yang diterhna dalam pendidikan dipakai demi pengabdian manusia, agar dapat hidup bermartabat.Hal-

hal yang tidak sesuai dan menghambat kemajuan haruslah diganti dengan hal-hal yang baru yang sesuai dengan

tuntutan zaman. Dalam mengadakan perubahan harus memperlihatkan situasi dan kondisi di mana mereka berada.

Perubahan yang membawa kemajuan di negara lain belum bisa cocok untuk dilaksanakan di Indonesia. Sebagai
agent of development, mahasiswa bertugas untuk melancarkan pembangunan di segala bidang yang bersifat fisik

maupun bersifat non fisik.Demi suksesnya pembangunan, peranan mahasiswa tidak bisa diabaikan, justru

mempunyai peranan yang besar sekali. Mahasiswa diharapkan bertindak sebagai pelopor-pelopor dalam

pembangunan. Pembangunan tidak akan bisa berjalan dengan lancar bila.manusia-manusianya tidak giat bekerja.

Sebagai agent of modernization, mahasiswa dalam fungsi mi bertindak dan bertugas sebagai pelopor dalam

pembaruan. Dengan sendirinya macam pembaruan yang bagaimana yang harus dijalankan tidak terlepas dengan

lingkungan masyarakat selcitarnya. Tidak semua yang telah hidup yang berurat dan berakar di Indonesia dengan

begitu diubah dengan hal-hal yang baru. Belum tentu bahwa hal-hal yang baru itu bisa membawa kebahagiaan

kepada bangsa Indonesia, bahkan tidak jarang hal-hal yang baru itu justru menjerumuskan bangsa Indonesia ke

jurang kesengsaraan. Mahasiswa sebagai manusia yang mengalami pendidilcan cukup tinggi harus dapat memiih

mana yang perlu diubah dan mana yang masih tetap dipertahankan. Untuk suksesnya pembaruan yang hendak

dijalankan, mahasiswa tidak boleh meninggalkan masyarakat yang akan diadakan pembaruan.

RANGKUMAN

1. Bila dibandingkan dengan generasi sebelum dan generasi berikutnya, setiap generasi memiliki ciri-ciri khas

corak atau watak pergerakan/perjuangannya. Sehubungan dengan itu, sejak Kebangkitan Nasional, di

Indonesia pernah turnbuh dan berkembang tiga generasi yaitu Generasi 20-an,

Generasi 45 dan Generasi 66, dengan masing-masingciri khasnya.

2. Ada dua regenerasi, yaitu

Regenerasi yang berlangsung alamiah. Artinya regenerasi berjalan lumrah seperti yang terjadi pada kelorn

pok dunia tumbuhan atau hewan. Proses regenerasi mi berjalan sebagai hiasa-biasa saja, berlangsung secara

alami, tidak diekspos atau dipublikasikan.

Regenerasi Berencana, artinya proses regenerasi mi sungguh-sungguh direncanakan, dipersiapkan. Pada

masyarakat suku-suku primitif, proses regenerasi dibakukan dalarn lembaga adat yang disebut Inisiasi. Oleh

karena itu sislem regenerasi seperti mi lebih tepat disebut sistem Regenerasi Kaderisasi. Pada hakikatnya,

sistem regenerasi-kaderisasi adalah proses tempat pada kader pimpinan para suku atau bangsa digemhieng

serta dipersiapkan sebagai pimpinan suku atau bangsa pada generasi berikutnya, menggantikan generasi tua.

Regenerasi-kaderisasi suatu suku atau bangsa, diperlukan u iltu k mem pertahankan kelangsungan eksistensi
serta keinambungan suatu generasi atau bangsa, di samping diharapkan terjaminnya kelestarian nilainilai

budaya nenek moyang yang dimiliki.

3. Demi kesinambungan generasi dan kepemimpinan bangsa, Pemerintah Singapura telah menetapkan suatu

persyaratan-persyaratan yang ketat dan ―berat‖ untuk memilih calon-calon kader pimpinan bangsanya.

Dengan pola pikir dan tujuan yang hampir sama, Indonesia telah memiliki KNPI dan AMPI sebagai wadah-

wadah forum komunikasi dan tempat menggembleng, menempa dan mencetak kader-kader dan pimpinan

bangsa yang tangguh dan merakyat. Hal semacam mi berlaku tidak Saja berlaku di Singapura dan di

Indonesia saja. Sistem mi telah menjadi milik bangsa-bangsa di dunia.

4. Generasi muda Indonesia mulai turut dalam pencaturan aksi-aksi Tritura, dan turut berperan dalam

mematangkan situasi lahirnya Supersemar. Namun demikian, setelah era Tritura Supersemar berlaku,

sebagian kecil dan mereka cenderung menempatkan din sebagai oposisi ―tidak resmi‖ dan Orde Baru yang

justru mereka juga turut memberi andil dalam rnenegakkan Orde Baru. Sikap oposisi yang diperlihatkan

oleh sebagian kalangan generasi muda itu, nampaknya berlatar belakang pada kurang diberi kesempatan

berperan dalam struktur pemerintahan. Atau ada unsur-unsur lain?

5. Dalam program pengembangan potensi tenaga usia muda di negeri-negeri Barat, antara lain di Amerika

Serikat, telah memberi kesempatan luas kepada generasi muda untuk mengembangkan ketrampilan dan

potensi dirinya, melaIui lembaga-lembaga negara-matipun swasta dengan fasilitas yang tersedia serba

lengkap dan modern.

6. Bangsa Indonesia tidak mau ketinggalan dalam program pembinaan potensi tenaga muda, agar menjadi

intelektual yang cakap, tangguh dan berbudi pekerti luhur di kemudian han. Cara yang ditempuh, mulai dan

generasi muda yang masih duduk di SLTP/SLTA dipancing dan dirang— sang kreativitasnya dalam Lomba

Karya Ilmiah Remaja secara Nasional. Acara itu diasuh dan dikoordinasi lang- sung oleh LIPI. Ternyata

setiap tahun peserta lomba Semakin bertambah jumlahnya, dengan peserta-peserta dan seluruh propins di

Republik Indonesia.

7. Bidang-bidang pendidikan yang dapat menopang pembangunan dengan melahirkan tenaga-ntenaga trampil

dalam bidangnya masing-masing dapat digolongkan dalam tiga bidang, yaitu: Pendidikan Formal,

Pendidikan non-Formal dan Pendidikan Informal.


8. Dalam proses pemberian/penerusan nilai-nilai masyarakat kepada orang muda, adakalanya orang tua

sendini mengalami hambatan, karena mereka sendiri belum pernahmengalaminya, hingga tidak dapat

memecahkan masalah yang dihadapinya tersebut.

9. Dalarn rangka rnenegakkan kemerdekaan, para pemuda Sebagal pelopor, dan berdiri di garis paling depan

dalam melawan penjajah.

10. Dalam perjalanannya, bangsa dan negara Indonesia mengalami bermcam-macam hambatan, gangguan,

ancaman, maupun penyelewengan-penyelewengan. Puncak penyelewengan adalah pecahnya peristiwa

tragedi nasional, yang kemudian terkenal dengan nama G 30 S/PKI.

11. Menyadari akan tugasnya sebagai generasi penerus, maka para pemuda/mahasiswa tampil ke depan untuk

meluruskan kembali cita-cita nasional yang telah diselenggarakan oleh perrierintah Orde Lama serta

menggantinya dengan pemerintah Orde Baru yang sesuai dengan Pancasila danUUD 1945.

12. Setelah tegaknya pemerintah Orde Baru para pemuda berperan serta dalam pembangunan di segala bidang,

demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan IJUD 1945.
BABV

WARGANEGARA DAN NEGARA

1. HUKUM, NEGARA DAN PEMERINTAH

a. Hukurn

Sukar kiranya untuk memberikan suatu definisi tentang hukum. Beberapa perumusan yang ada, masing-masing

menonjolkan segi tertentu dan hukum. Di dalam bukunya ―Pengantar Dalam Hukum Indonesia‖, Utrecht

niembenikan batasan hukum sebagai himpunan peraturan-peraturan (penintah.penintah atau larangan4arangan) yang

mengurus tata tertib dalam masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu.

Selain Utrecht beberapa Sarjana Hukum Indonesia lainnya telah pula merurnuskan definisi hukum. Di antaranya

adalah JCT. Simorangkir SH. dan Woerjono Sastropranoto SH. yang mendefinisikan hukum sebagai peraturan-

peraturan yang memaksa, yang menentukan tingkah Iaku manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh

Badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran mana terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya

tindakan, yaitu dengan hukuman tertentu. — perintah atau larangan itu harus dipatuhi setiap orang.

Agar tata tertib dalarn masyarakat dapat dilaksanakan dan tetap terpelihara dengan balk, perlu ada peraturan yang

mengatur dan memaksa tata tertib itu untuk ditaati yang disebut kaidah hukum. Dan kepada barangsiapa yang

melanggar balk disengaja atau tidak, dapat dikenai sani yang berupa hukuman.

Akan tetapi ternyata tidak setiap orang mau menaati kaidah hukum tersebut, oleh karena itu agar peraturan hidup itu

benar-benar dilaksanakan dan ditaati, maka penlu dilengkapi dengan unsur memaksa. Dengan demikian hukum

mempunyai sifat mengatur dan memaksa. Sehingga hukum menjadi peraturan hidup yang dapat rnemaksa orang

untuk menaati serta dapat memberikan sangsi tegas terhadap setiap orang yang tidak mau mematuhinya.

b) Sumber-surnber Hukum

Ialah segala sesuatu yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan yang memaksa, yang kalau

dilanggar dapat inengakibatkan sangsi yang tegas dan nyata.

Sumber hukum dapat ditinjau dan segi formal dan segi material.

Sumber hukum material dapat kita tinjau lagi dan berbagai sudut, misalnya dad sudut politik, sejarah, ekonomi dan

lain-lain.

Sedangkan sumber hukum formal antara lain ialah:


1) Undang-undang (Statute).

Ialah suatu peraturan negara yang mempunyai kekuasaan hukum yang mengikat, diadakan dan dipelihara oleh

penguasa negara;

2) Kebiasaan (costum)

Ialah perbuatan manusia yang tetap dilakukan berulangulang dalani hal yang sama dan dit.enima oleh masyarakat.

Sehingga tndakan yang benlawanan dianggap sebagai pelanggaran perasaan hukum.

3) Keputusan-keputusan hakim (Yurisprudensi) Ialah keputusan hakim terdahulu yang sering dijadikan dasar

keputusan hakim kemudian mengenai masalah yang sama.

4) Traktat (treaty)

Ialah perjanjian antara dua orang atau lebih mengenai Sesuatu hal, sehingga masing-masing pihak yang bersangkutan

terikat dengan isi perjanjian tersebut.

5) Pendapat Sarjana Hukum

Ialah pendapat para sarjana yang sering dikutip para hakim dalam menyelesaikan suatu masalah.

c) Pembagian Hukum

1) Menurut ―sumbernya‖ hukum dibagi dalam:

Hukum Undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan perundang-undangan.

— Hukum Kebiasaan, yaitu hukum yang terletak pada kebiasaan (adat).

-— Hukum Traktat, ialah hukum yang ditetapkan oleh negara-negara dalarn suatu perjanjian antar negara. Hukum

Yurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan hakim.

2) Menurut ―bentuknya‖ hukum dibagi dalam:

Hukum tertulis, yang terbagi lagi atas:

— hukum tertulis yang dikodifikasikan ialah hukum tertulis yang telah dibukukan jenis-jenisnya dalam kitab

undang-undang secara sistematis dan lengkap.

— hukum tertulis talc dikodifikasikan.

— Hukum talc tertulis.

3) Menurut ―tempat berlakunya‖ hukum dibagi dalani:

Hukum Nasional ialah hukum dalam suatu negara.

Hukum Internasional ialah hukum yang mengatur hubungan internasional.


Hukum Asing ialah hukum dalani negara lain.

Hukum gereja ialah norma gereja yang ditetapkan untuk

anggota-anggotanya.

Menurut ―waktu berlakunya‖ hukum dibagi dalam: lus Constitutum (hukum positif) ialah hukum yang berlaku

sekarang bagi suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.

lus Constituendum ialah hukum yang diharapkan akan berlaku di waktu yang akan datang.

Hukum Asasi (hukum alam) ialah hukum yang berlaku dalam segala bangsa di dunia.

5) Menurut ―cara mempertahankannya‖ dibagi dalam:

Hukum material ialah hukum yang memuat peraturan yang mengatur kepentingan dan hubungan yang ber wujud

perintah-perintah dan larangan-larangan.

Contoh: Hukum Perdata, dan lain-lain. Oleh karena itu, bila kita berbicara Hukum Pidana atau Perdata, maka yang

dimaksud adalah Hukum Pidana atau Perdata material.

Hukum Formal (Hukum ProseS atau Hukum Acara) ialah hukum yang memuat peraturan yang mengatur bagaimana

cara-cara melaksanakan dan mempertahankan hukum material atau peraturan yang mengatur bagai mana cara-

caranya mengajukan sesuatu perkara ke muka pengadilan dan bagaimana caranya hakim memben putusan.

Con toh: Hukum Acara Pidana dan Hukum Acara Perdata.

6) Menurut ―sifatnya‖ hukum dibagi dalam:

Hukum yang memaksa ialah hukum yang dalam keadaan bagaimana harus dan mempunyai paksaan mutlak.

Hukum yang mengatur (pelengkap) ialah hukum yang dapat dikesampingkan, apabila pihak yang bersangkutan telah

membuat peraturan sendiri dalam perjanjian.

7) Menurut ―wujudnya‖ hukum dibagi dalam:

Hukum Obyektif ialah hukum dalam suatu negara yang berlaku umum dan tidak mengenai orang atau golongan

tertentu.

Hukum Subyektif ialah hukum yang timbul dan hubungan obyektif dan berlaku terhadap seseorang tertentu atau

lebih. Kedua jenis hukum mi iarang digunakan.


8) Menurut ―isinya‖ hukum dibagi dalam:

Hukum Privat (Hukum Sipil) ialah hukum yang mengatur hubungan antara orang yang satu dengan yang lainnya,

dan menitikberatkan pada kepentingan perseorangan.

Hukum Publik (Hukum Negara) ialah hukum yang mengatur hubungan antara negara dan alat perlengkapan atau

negara dengan warganegaranya.

Negara sebagai organisasi dalam suatu wilayah dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua

golongan dan warganegaranya, serta menetapkan cara-cara dan batasbatas sampai di mana kekuasaan dapat

digunakan dalam kehidupan bersama, baik oleh warga negara, golongan atau oleh negara sencliri. Oieh karena itu

negara mempunyai dua tugas pokok:

Mengatur dan mengendalikan gejala-gejala kekuasaan asosial, artinya bertentangan satu sama lain supaya tidak

menjadi antagonisme yang membahayakan.

Mengorganisir dan mengintegrasikan kegiatan manusia dan golongan-golongan ke arah tercapainya tujuan-tujuan

dan masyarakat seluruh atau tujuan sosial.

Pengendalian mi dilakukan berdasarkan sistem hukum dan dengan perantaraan pemerintah beserta lembaga-

lembaganya. Kekuasaan negara mempunyai organisasi yang teratur dan paling kuat, oleh karena itu semua golongan

atau asosiasi yang memperjuangkan kekuasaan harus dapat menetapkan din dalam rangka in Pentingnya sistem

hukum mi sebagai perlindungan, bagi kepentingan-kepentingan yang telah melindungi kaidah agama, kaidah

kesusilaan dan kaidah kesopanan. Meskipun kaidah-kaidah tersebut ikut berusaha menyelenggarakan dan

perlindungan kepentingan orang dalam masyarakat, tetapi belum cukup kuat untuk melindunginya mengingat

terdapat kepentingan-kepentingan yang tidak teratur. Bahkan berarti kepentingan warga masyarakat tidak terpenuhi

oleh kaidah agama, kesusilaan dan kesopanan, tetapi tidak cukup terlindungai atau terjamin. Sebab mungkin saja

terlaksana dengan kaidah tersebut, untuk melindungi lebih lanjut kepentingan yang telab dilindungi kaidah-kaidah

tadi perlu sistem hukum. Hukum yang mengatur kehidupan masyarakat dan nyata berlaku dalam masyarakat disebut

hukurn positif. Istilah hukum positif dimaksudkan untuk menandai ―differentie‖ dan hukum terhadap kaidah-kaidah

lain dalam masyarakat, tampil lebih jelas, tegas dan didukung oleh perlengkapan yang cukup agar diikuti anggota

masyarakat. Sebagai atnibut posi. tif mi adalah: Pertama, bukanlah kaidah sosial yang mengambang atau tidak jelas

bentuk dan tujuannya. Sehingga dibutuhkan lembaga khusus yang bertujuan merumuskan dengan jelas tujuan yang
hendak dicapai oleh hukum. Kedua, dihutuhkan staf (personalia) yar‘g menjaga berlakunya hukum, seperti posisi,

kejaksaan dan pengadilan.

Sifat dan peraturan hukum tersebut adalah memaksa dan menghendaki tujuan yang lebih dalam, pengertian memaksa

bukanlah senantiasa dipaksakan apabila tindakan sewenangwenang. Sebab hukum itu sebagai kongkretisasi danipada

sistem nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat, yang perlu mempertimbangkan tiga hal yaitu: Sistem norma,

sebagai sistem kontrol dan sebagai sistem engineering (pemegang kekuasaan mernelopori proses pengkaidahannya).

Sehingga hukum diartikan sebagai serumpunan peraturan yang bersifat memaksa yang diadakan untuk melindungi

kepentingankepentingan orang dalam masyarakat.

Hukum tidak lain hanyalah merupakan sarana bagi pemerintah atas tangan-tangan yang berkuasa untuk mengerahkan

cara berpikir dan bertindak dalam rangka kebijakan tujuan nasional. Dalarn kediniannya secara intern tidak ada

sangkutpaut dengan ―kaidah‖ dan ―kebenaran‖ dalam makna dan hakiki yang sebenarnya, dalam rangka

konseptualisasi hokum selalu berpihak, selalu berwarna dan memang yang terpancang dalam kamus hukum hanya

dirasakan dan dialami, bermakna dan berwujud relatif serta karakter dan sosial, budaya, struktural dan agama

sekalipun.

Agar masyarakat siap memakai hukum positif, perlu mempelajari manajemen hukum dan kultur hukum. Sebab

sistem hukum terural dalam tiga komponen yaitu: (1) Substansi,

(2) Struktur dan (3) Kultur. Manajemen hukum memikirkan bagaimana mendayagunakan sumber daya dalam

masyarakat untuk mengatur masyarakat melalui hukum. Kultur hukum adalah nilai dan sikap dalam masyarakat

mengenai hukum.

Untuk menganalisa lebih tajam apa sebenarnya hukurn, maknanya, peranannya, dampaknya dalam proses interaksi

dalam masyarakat, perlu dipelajari 10 aspek penganalisa yaitu:

1) Jangan mengidentifikasikan ―hukum‖ dengan ―kebeflaran keadilan‖.

2) Tidak dengan sendirinya harus adil dan benar.

3) Hukum tetap mengabdikan din untuk menjamin kegiatan masa sistem dan bentuk pemerintahan.

4) Meskipun mengandung unsur keadilan atau kebaikan tidak selamanya disambut dengan tangan terbuka.

5) Hukum dapat diidentifikasikan dengan kekuatan atas kekuasaan.

6) Macam-macam hukum terlalu dipukuiratakan.

7) Jangan apriori bahwa hukum adat lebih baik dan hukum tertulis.
8) Jangan mencampur-adukkan substansi hukum dengan cara atau proses sampai terbentuk dasar diundangkannya

hukum.

9) Jangan mencampur-adukkan ―law in activis‖ dengan ―law in books‖ dan aparat penegak hukum.

10) Jangan menganggap sama aspek terjang penegak hukum dengan hukum.

Oleh karena itu hukum tidak dapat dipahaini tanpa memperhatikan faktor sosial budaya dan struktur negara, dan

masyarakat tidak mungkin bermakna dan berada tanpa hukum, mulai bayi sampai dewasa, menikah dan meninggal

dunia perlu ketentuan perundang-undangan yang mengaturnya, bahkan ―masuk surga‖ sekalipun.

Bagi masyarakat modern atau masyarakat primitif, hukum akan selalu berfungsi, sebab hukum dapat diartikan

sebagai hukum tertulis dan tidak tertulis. Tidak tertulisnya hukum dalam hentuk peraturan perundang-undangan tidak

mengurangi keheradaan dan kehadiran hukum. Hanya bentuk, perwujudan dan penampilannya yang tidak dapat

dibayangkan seperti pada masyarakat sekarang. Apakah hukum itu dalam embrionya bertumbuh dan cara (usage)

menuju ke kebiasaan (folk-ways), terus ke kelakuan (costum), untuk kemudian ke hukum adat, dan entah dan tahap

mana dan kapan hukum tertulis menampakkan din. Dalam menganalisa adanya pencampur-adukan menganalisir

hukum sampai diungkapkannya hukutn, perlu dirniliki pengetahuan sosial, budaya dan struktur masyarakat Indonesia

serta melepaskan din dan prasangka atau praduga tak bersalah.

Dalam pemahaman sosiologis, hadirnya hukum adalah untuk diikuti atau dilanggar. Tetapi ada penilaku yang tidak

sepenuhnya digolongkan kepada mematuhi liukum atau melanggar hukum yaitu penyimpangan sosial.

Penyimpangan sosial lebih luas daripada pelanggaran hukum, yaitu perbuatan yang tidak sesuai dengan kaidah yang

ada sebagai unsur yang membentuk tatanan sosial. Penyimpangan sosial tidak segera mempunyai arti pelanggaran

hukum, dapat pula mengandung arti suatu penafsiran terhadap kaidah hukum yang formal. Hukum sebagai kerangka

luar, lebih banyak memuat stereotip perbuatan danipada diskripsi mengenai perbuatan itu sendiri; akan berhadapan

dengan tatanan di dalam danipada kehidupan sosial yang lebih substansial sifatnya, sehingga orang (enaerung untuk

memberikan penafsirannya sendiri terhadap hukum, dan yang demikian lalu hanya berfungsi sebagai pe(loman saja.

Penafsiran itu membuat hukum menjadi terang terhadap keadaan kongknit dalam masyarakat. Antara penyimpangan

sosial dan hukum terdapat hubungan yang erat, di mana hukum diminta bantuan untuk mencegah dan menindak

terjadinya penyimpangan. Ancaman pidana terhadap pencurian, pembunuhan, penggelapan dan sehagainya adalah

contoh-contoh dan pengangkatan perilaku sosial yang menyim.. pang ke dalain hukum. Tetapi tidak semua bentuk

penyimpangan sosial dapat diangkat menjadi hukum, sebab ada persyaratan minimum etis, artinya ada ambang batas
bagi pencantumannya ke dalam hukum seperti perilaku kebenaran ada anak-anak muda. Akhirnya, dapatlah

dikatakan mudah untuk menilai hukum, perlu waktu panjang, bertahap dan hukum ingin memanusiakan manusia itu

sendiri.

b. Negara

Negara merupakan alat dan masyarakat yang mempunyai kekuasaan untuk mengatur hubungan manusia dalam

masyarakat.

Oleh karena itu, sehagai organisasi, negara dapat memaksakan kekuasaannya secara sah terhadap semua golongan

kekuasaan serta dapat menetapkan tujuan hidup bersama. Dengan perkataan lain, negara mempunyai 2 tugas utama,

yaitu:

1) Mengatur dan menertibkan gejala-gejala kekuasaan dalam masyarakat yang bertentangan satu dengan lainnya.

2) Mengatur dan menyatukan kegiatan manusia dan golongan untuk menciptakalA tujuan bersama yang disesuaikan

dan diarahkan pada tujuan negara.

Dengan demikian, sebagai organisasi, negara mempunyai kekuasaan yang paling kuat dan teratur.

a) Sifat-sifat Negara.

Sebagai organisasi kekuasaan tertinggi, negara mempunyai sifat khusus yang tidak melekat pada organisasi lain.

Sifat tersebut melekat pada negara karena penjelmaan (manifestasi) dan kedaulatan yang dimiliki. Adapun sifat

tersebut adalah:

1) Sifat memaksa, artinya negara mempunyai kekuasaan untuk menggunakan kekerasan fisik secara legal agar

tercapai ketertiban dalam masyarakat dan mencegah timbulnya anarkhi.

2) Sif at monopoli, artinya negara mempunyai hak kuasa tunggal dalam menetapkan tujuan bersama dan masyarakat.

3) Sifat mencakup semua, artinya semua peraturan perundang-undangan mengenai semua orang tanpa terkecuali.

b) Bentuk Negara

Dan erat tidaknya serta sifat hubungan suatu negara ke dalam maupun ke luar, dapat kita bedakan antara bentuk

negara dan bentuk kenegaraan. Disebut bentuk negana jika hubungan suatu negara ke dalam (dengan daerah-

daerahnya) maupun ke luar (dengan negara lain) ikatannya merupakan suatu negara. Sedang bentuk kenegaraan ialah

jika hubungan ke dalam maupun ke luarnya, ikatannya bukan merupakan suatu negara.

Dalam teori modern sekarang mi, bentuk negara yang terpenting adalah: Negara Kesatuan dan Negara Serikat.

1) Negara Kesatuan (Unitarisme)


Adalah suatu negara yang merdeka dan berdaulat, di mana kekuasaan untuk mengurus seluruh pemerintahan dalam

negara itu berada pada Pusat.

Ada 2 macam bentuk Negara Kesatuan, yaitu

(a) Negara Kesatuan dengan sistem sentralisasi. Di dalam sistern in segala sesuatu dalam negara langsung diatur dan

diurus Pemenintah Pusat. Dengan kata lain, Pemerintah Pusat memegang seluruh kekuasaan dalam negara.

Keuntungannya:

— adanya peraturan yang sama di seluruh negara;

— penghasilan daerah dapat digunakan untuk kepenluan se

luruh negara.

Kerugiannya:

menumpuknya pekerjaan di Pemerintah Pusat;

— terlambatnya putusan-putusan dan Pusat;

— keputusan sering tidak cocok dengan keadaan daerah;

— rakyat kurang mendapat kesempatan untuk turut serta dan bertanggung jawab terhadap daerah.

(b) Negara Kesatuan dengan sistem desentralisasi. Di dalain sistem mi, derah diberi kewenangan untuk mengatur dan

mengurus rumah tangganya sendiri.

2) Negara Serikat (negara Federczsi)

Adalah negara yang terjadi dan penggabungan beberapa negara yang semula berdiri sendiri sebagai negara yang

merdeka, berdaulat, ke dalam suatu ikatan kerjasama yang efektif untuk melaksanakan urusan secara bersama.

Setelah menggabungkan din, masing-masing negara itu melepaskan sebagian kekuasaan dan menyerahkan kepada

Negara Federalnya. Kekuasaan yang diserahkan disebutkan secara satu persatu (iimitatif) dan hanya kekuasaan yang

disebut itulah yang diserahkan. Dengan demikian, kekuasaan asli ada pada Negara Bagian. Dan biasanya yang

diserahkan adalah urusan luar negeni, pertahanan negara dan keuangan. Perbedaan antara Negara Kesatuan yang

didesentralisir dengan Negara Senikat Negara Kesatuan yang dide- Negara Serikat sentralisir Asal usulnya:

Ada 2 pembuat UUD yaitu Pemerintah Federal dan Pcmerintah Negara Bagian. Sehingga ada 2 UUD yang betlaku.

Ada negara kesatuan dahulu banu kemudian dibentuk daerah otonom. Ada negara bagian terlebih dahulu, banu

membentuk negara senikat. Kewenangan membuat UUD Hanya ada satu pembuat UUD yaitu Pemerintah Pusat.

(3) harus ada pemerintahnya


(4) harus ada tujuannya

(5) mempunvai kedaulatan.

Ad. 1. Harus ada uilavahnva

Setiap negara mesti mempunyai suatu wilavah tertentu. Wilayah itu terdiri dan wilavah daratan, wilayah perairari

(yang ditentukan dengan perjanjian) dan wilayah udara (di atas darat dan lautan).

Batas-batas wilayah suatu negara ditentukan dalam perjanjian dengan negara lain. Perjanjian itu disebut Perjanjian

Antar Negara (Intern asional). Apabila dilakukan antara dua negara disehut Perjanjian Bilateral, dan apabila

dilakukan oleh banyak negara disebut Perjanjian Multilateral.

Ad. 2. Harus ada rakyatnya

Yang termasuk suatu negara adalah semua orang yang ada di dalam wilayah negara. Déngan demikian rakyat suatu

negara dapat terdiri dan herbagai macam golongan. Namun demikian, setiap orang yang ada dalarn wilayah negara

itu harus patuh kepada hukum dan Pemerintah negara tersehut. Tentang rakyat mi akan diuraikan tersendiri dalam

uraian warganegara.

Ad. 3. Harus ada pemerintahnya

Sebagai suatu organisasi, maka negara harus mempunyai badan yang berhak mengatur dan berwenang merumuskan

serta melaksanakan peraturan yang mengikat warganya, yang disebut Pemerintah. Tentang Pemerintah mi

selanjutnya akan diuraikan tersendiri.

Ad. 4. Harus ada tujuannya

Bahwasanya negara itu mempunyai tujuan adalah merupakan hal yang jelas, bahkan tujuan negara itu merupakan

suatu hal yang sangat penting, karena segala sesuatu dalam negara itu akan diarahkan untuk mencapai apa yang

menjadi tujuan tersehut. Atau dapat pula dikatakan bahwa negara itu merupakan alat yang digunakan untuk

mencapai tujuan bersama dan anggota-anggotanya.

Adapun tujuan negara itu bermacam-macam di antaranya adalah untuk:

(a) Perluasan kekuasaan semata

Negara yang mempunyai tujuan perluasan kekuasaan Semata disehut Negara Kekuasaan. Ajaran mi memberikan

suatu anggapan hahwa kekuasaan itu berarti kebenaran. Di dalam mencapai tujuan mi, maka negara dan rakyat

dipisahkan dengan tegas. Rakyat hanya merupakan alat dan menjadi korban helaka.

Tokohnya: Machiavelli dan Shang Yang.


(b) Perluasan kekuasaan untuk rnencapai tujuan lain

Tujuan lain dan perluasan kekuasaan adalah untuk mengatur keamanan dan ketertiban negara. Walaupun nanti dalam

prakt3knya keadaan negara tidak berbeda dengan Negara Kekuasaan. Dengan perluasan kekuasaan negara, maka

kehebasan dan kemerdekaan rakyat menjadi terbatas. Hal mi karena semua lapangan kehidupan diawali, dijaga dan

dicampuri oleh alat-alat kekuasaan negara. Sehingga negara dengari tujuan mi disebut juga Negara Kepolisian.

(c) Penyelenggaraan ketertiban hukum

Di sini negara mempunyai tujuan ketertiban hukum dengan berdasarkan dan berpedoman pada hukum. Dalam hal mi

Pemerintah hanya menjaga jangan sampai ketertiban itu terganggu, dan agar segala sesuatunya berjalan sesuai

dengan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu negara mi disebut Negara Hukum.

(d) Pen yelenggaraan Ke sejah teraan Urn urn

Walaupun kalau kita lihat, tujuan negara hukum adalah juga untuk kesejahteraan umum, tetapi negara yang bertujuan

menyelenggarakan kesejahteraan umum yang disehut Negara Kesejahteraan (Welfare State) mi ternyata lebih tegas

merumuskan daripada negara hukum. Dalam negara kesejahteraan, negara hanyalah merupakan alat dan manusia

untuk mencapai tujuan bersania.

Tujuan Negara Republik Indonesia

Walaupun ada beberapa teori tujuan negara, namun yang menjadi tujuan dan Pemerintah Negara Republik Indonesia

adalah sebagaimana tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 ―Kemudian daripada itu untuk membentuk

suatu pe merintahan negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia, dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan hangsa, dan ikut melaksanakan

ketertiban dunia yang berdasarkan ―.

(a) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, berarti hahwa Negara Indonesia tidak

mengadakan pembedaan terhadap suku, agama, ras dan golongan dalam membawa rakyatnya ke arah tujuan yang

dicitacitakan.

(b) Memajukan kesejahteraan umum

mi berarti bahwa negara Republik Indonesia menghendaki agar semua warga dapat mengenyarn kesejahteraan,

bukan hanya dinikmati oleh beherapa orang atau segolongan orang tertentu saja.

(c) Mencerdaskan kehidupan hangsa


Kemajuan dunia dewasa mi menyadarkan usaha Pemerintah Indonesia untuk lebih mempergiat usaha dalam

lapangan pendidikan.

(d) Ikut melaksanakan ketertiban dunia.

Sejak Indonesia mencapai kemerdekaannya, maka tidak henti-hentinya Pemerintah dan bangsa Indonesia membantu

perjuangan bangsa-bangsa yang dijajah. Di samping itu juga turut berusaha dengan aktif meredakan ketegangan

dunia yang mengancam ketertiban dan perdamaian.

Ad. 5. Mempunyai kedaulatan/ kemerdekaan

Kedaulatan merupakan unsur penting dalam suatu negara, karena kedaulatan mi yang akan membedakan organisasi

negara dan organisasi/perkumpulan Iainnya.

Kedaulatan berarti kekuasaan tertinggi. OIeh karena itu negara mempunyai kekuasaan tertinggi untuk memaksa

rakyatnya mentaati dan melaksanakan peraturan-peraturannya (kedaulatan ke dalam).

Di samping itu, negara juga harus mempertahankan kernerdekaaannya yang tetah dimiliki serta mempertahankan

kedaulatan ke luar (external sovereighnity). Untuk itu negara menuntut kesetiaan yang mutlak dan warganya.

(a) Sifat-sifat Kedaulatan

(1) Permanen

Artinya walau badan yang memegang kedaulatan itu berganti, kedaulatan negara masih tetap ada. Kedaulatan hanya

akan lenyap bersama dengan lenyapnya negara.

(2) Absolut

Artinya di dalam negara tidak ada kekuasaan yang lebih tinggi dan kekuasaan negira.

(3) Tidak terbagi-bagi

Walaupun kekuasaan pemenintahan memang dapat dibagi-bagi, tetapi kekuasaan tertinggi dan negara tetap tidak

dapat dibagi-bagi.

(4) Tidak terbatas

Berarti kedaulatan suatu negara itu rneliputi setiap orang dan setiap golongan yang ada dalam suatu negara tanpa

terkecuali.

(b) Sum ber Kedaulatan

(1) Teon Kedaulatan Tuhan


Menurut teori mi segala sesuatu yang ada di dunia mi berasal dan Tuhan, maka terbentuknya negara pun atas

kehendak Tuhan. Oleh karena itu Pemerintah wajib menggunakan kedaulatan tersebut sesuai dengan kehendak

Tuhan.

(2) Teori Kedaulatan Rakyat

Teori mi menyatakan bahwa negara terbentuk karena sekelompok marnisia yang semula hidup sendiri-sendiri dan

mengadakan perjanjian untuk membentuk suatu badan yang diserahi kekuasaan menyelenggarakan ketertiban dalam

masyarakat. Jadi bila masyarakat tunduk kepada Pemerintah, sebenarnya masyarakat tunduk kepada kemauannya

sendiri!kemauan umum. Dengan kata lain, Pemerintah diberi kekuasaan oleh rakyat yang berdaulat itu, dan

Pemerintah melakukan itu atas nama rakyat.

Tokoh : Rousseau, John Locke, Montesquieu.

(3) Teori Kedaulatan Negara

Teori mi mengatakan bahwa negara terjadi karena kodrat alam, demikian pula kekuasaan yang ada. Karena itu

kedaulatan dianggap ada sejak adanya/lahirnya negara. Sehingga, negaralah yang dianggap sumber kedaulatan.

Hukum ada karena dikehendaki negara, oleh karena itu negara tidak dapat dibatasi hukum karena hukum adalah hasil

buatan negara sendiri.

Tokoh : Jellineck, Paul Lahand.

(4) Teori Kedaulatan Hukum

Teori mi merupakan kebalikan teori kedaulatan negara. Teori mi menganggap bahwa kedudukan dan martabat

hukum lebih tinggi dan negara. Dengan demikian hukumlah yang berdaulat. Karena arti hukum tidak hanya terbatas

pada peraturan-peraturan tertulis saja, tetapi juga segala kebiasaan yang ditaati masyarakat.

Sampai sekarang tidak ada kesepakatan di antara para ahli sendiri tentang apa arti sebenarnya daripada hukum. Hal

mi dapat dimengerti, bila disadari betapa luasnya lingkup hukum, yang meliputi semua bidang kehidupan

masyarakat.

Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto mencoba menghimpun berhagai pengertian yang diberikan oleh

masyarakat terhadap hukum, dengan hasil sebagai herikut

1) Hukum sehagai ilmu pengetahuan, yakni pengetahuan yang tersusun secara sistematis atas dasar kekuatan pemik

iran.

2) Hukuni sehagai disiplin, yakni suatu sistem ajaran tentang kenvataan atau gejala-gejala yang dihadapi.
3) flukum sehagai kaidah, akni pedoman atau patokan sikap tindak atau perikelakuan yang pantas atau diharapkan.

4) Hukum sehagai tata hukurn, yakni struktur dan proses perangkat kaidahkaidah hukum yang berlaku pada suatu

waktu dan tempat tertentu serta herbentuk tertulis.

5) Hukum sebagai petugas, yakni pribadi-pribadi yang merupakan kalangan yang berhubungan erat dengan

penegakan hukum (law-enforcement officer).

6) llukum sehagai keputusan penguasa, yakni hasil proses diskresi yang menyangkut ― decision-making not strictly

governd by legal rules, but rather with significant element of personal judgement‖ (Wayne Laa Favre, 1964) oleh

karena itu yang dimaksudkan dengan diskreksi adalah ―authority conferred by law to act in certain conditions

situations in accordance an official‘s or an agency‘s own conside red judgement and conscience. It is an idea of

morals, belong in to the twilight zone between law and morals (Rescoe Pounds, 1960).

7) Hukum sebagai proses pemerintah, yaitu proses sehuhungan timbal balik antara unsur-unsur pokok dan sistem

kenegaraan. Artinya, hukum dianggap sebagai ―a command or prohibition emanating from the authorized agency of

the state and backed up by the authority and the capacity to exercise force which is characteristic of the state (Henry

Pratt, et.al., 1976). Dengan demikian yang dimaksudkan dengan hukum adalah‖

Purnadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto, Sendi-sendi flmu Hukum dan Tata 1-lukurn, Penerbit Alumni,

Bandung, 1979, h. 12 – 14

the normative live of a state and its citizens, such as le.. gislation, litigation, and adjudication (Donald Black,

• 1976).

8) Hukum sebagai sikap — tindak ajeg atau perikelakuan yang teratur, yaitu perikelakuan yang diulang-ulang

dengan cara yang sama, yang bertujuan uhtuk mencapai kedamaian.

9) Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu jalinan dan konsepsi-konsepsi abstrak tentang apa yang dianggap baik dan

buruk (G. Duncan Mitchell : 1977).

Pentingnya mengadakan identifikasi terhadap pelbagai arti hukum adalah untuk mencegah terjadinya

kesimpangsiuran di dalam melakukan studi terhadap hukum, maupun di dalam penerapannya.

Lagi pula anti hukum pada suatu kurun waktu tertentu tidak akan lepas; dan pemikiran-pemikiran lain yang hidup

pada zaman tersebut. Terutama sekali, hukum mempunyai hubungan yang erat dengan negara, sehingga setiap telaah

terhadap negara akan ikut menentukan tentang apa yang dimaksud dengan hukum. Sedangkan pandangan terhadap
hukum dan negara berkaitan erat dengan pemikiran tentang semua gejala yang ada, yaitu suatu sistem filsafat

tertentu.

Pendapat para sarjana rnengenai hubungan antara negara dan hukum pada garis besarnya dapat disederhanakan

dalarn tiga pendapat:

a) bahwa negara lebih tinggi danipada hukum, mi merupakan pandangan yang bersumber pada teori absolutisme

negara;

h) negara, sebenarnya adalah identik atau sama dengan hukum, mi adalah pandangan yang menolak setiap dualisme

antara negara dan hukum, dan

c) negara harus tunduk pada hukum, pendapat mi dikemukakan oleh penganut teoni kedaulatan hukum.

Salah seorang di antara berpendapat bahwa negara mempunyal kedudukan yang lebth tinggi daripada hukum adalah

Puchta, munid seorang pemikir terkenal di bidang hukum yang bernama Friednick Von Savigny. Savigny

berpendapat bahwa hukum tumbuh bersama pertumbuhan bangsa (rakyat), menjadi kuat bersama dengan kekuatan

bangsa dan akhirnya mati (punah) ketika suatu bangsa kehilangan kebangsaan.‘ Puchta menenima pendapat gurunya

bahwa hukum bersumber dan jiwa bangsa (volkgeist). Lebih jauh lagi Puchta berpendapat bahwa hukum timbul dan

jiwa bangsa secara langsung dalam pelaksanaannya (dalam adat-istiadat orang-orang); secara tidak Iangsung hukum

timbul dan jiwa bangsa melalui undangundang (yang dibentuk oleh negara) dan melalui ilmu pengetahuan hukum

(yang merupakan karya ahli-ahli hukurn). Keyakinan hukum yang hidup jiwa bangsa harus disahkan melalui

kehendak umum masyarakat yang terorganisasi dalam negara. Bahkan adat-istiadat bangsa maupun hasil pemikiran

ahli-ahli hukum hanya berlaku sebagai.hukum sesudah disahkan oleh negara. Teoni inilah yang sebenarnya berakar

dan t.eori absolutisme negara dan positivisme yunidis.2 Pandangan Puchta mi senada dengan pendapat Theodor

Geiger, yang menelaah hukum melalui teori-teoni sosiologi. Geiger berpendapat bahkan satu-satunya hukum yang

berlaku adalah hukum yang berasal dan negara.3

Hans Kelsen, yang mencoba untuk menyusun suatu teoni murni tentang hukum, menolak pandangan dualisme

terhadap negara dan hukum. Menurut pendapatnya hukum dan negara adalah identik, karena negara tidak lain

daripada sistem sikap tindak manusia dan ketaatan dan paksaan sosial. Ketaatan pemaksa mi tidak beda dengan tata

hukum, karena dalam masyarakat hanya ada satu, dan bukan dua ketaatan pemaksa yang sah pada satu waktu. Jadi

negara tidak lebih tinggi danpada hukum, karena bila demikian berarti pendewaan terhadap negara dan hukum tidak

lebih tinggi dan negara, seperti penLihat dapat penganut aliran hukum alam yang ditentang ofeh Ke2)sen.
Di atas sudah diuraikan hahwa Krabhe berpendapat. mentaati peraturan negara bukan karena paksaan (oleh

kekuasaan) negara, tetapi karena mereka merniliki kesadarari hukum. Kesadaran hukum rakyatlah yang merupakan

surnher kekuasaan negara. Dengan deriikian negara bukanlah pernegang kedaulatan tertinggi karena negara pun

harusjuga tunduk kepada hukum. Jadi dalam menjalankan kehijaksanaan, negara terikat pada norma-norma keadilan.

Teori kedaulatan hukurn inilah yang menjiwai prinsip negara hukum. Negara hukum dalam arti sempit, yakni negara

hukum liberal, ditandai dengan dua ciri

1) Adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia;

2) Pemisahan kekuasaan, antara kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Negara hukum dalam arti formal, lebih luas daripada

negara hukum liberal, mengandung empat unsur sehagai

berikut:

1) Perlindungan terhadap hak asasi manusia;

2) Pemisahan kekuasaan;

3) Setiap tindakan pemerintahan harus didasarkan pada undang-undang

4) Adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri, untuk aparat pemerintah yang melanggar batas-batas

kewenangannya.

A.V. Dicey juga mengembangkan teori kedaulatan hukum di Inggris yang sedikit berbeda dengan prinsip negara

hukum yang berkembang di Eropa Kontinental. Menurut sistem Anglo Saxon, dikenal the rule of law yang memiliki

tiga unsur:

1) Supremasi dan hukum, artinya bahwa yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam negara hukum (kedaulatan

hukum);

1 Lihat Purnadi Purbacaraka dan Chaidir Mi, Disiplin Hukum, Penerbit Alumni Bandung,1980,hal. Persamaan

kedudukan di depan hukum bagi setiap orang;

3) Konstitusi bukan rnerupakan (satu-satunya) sumber bagi hak-hak asasi manusia. Jika hak-hak asasi manusia

dirumuskan dalam konstitusi, hal mi hanya sebagai penegasan bahkan hak asasi tersebut harus dilindungi.

c. Pemerintah

Pemerintah merupakan salah satu unsur penting daripada negara. Tanpa Pemerintah, maka negara tidak ada yang

rnengatur. Karena Pemerintan merupakan roda negara, maka tidak akan mungkin ada suatu negara tanpa Pemerintah.
Dalam pengertian umum sering dicampuradukkan pengertian Pemerintah dan pernerintahan, seakan-akan keduanya

adalah sama. Padahal jelas keduanya berbeda.

Untuk rnembedakan kedua istilah tersehut, maka istilah tersebut harus kita bedakan dalam anti luas dan dalam arti

sempit.

Pemerintahan dalam cirti luac

Segala kegiatan atau usaha yang terorganisir, hersumber pada kedaulatan dan herlandaskan dasar negara, mengenai

rakyat/penduduk dan wilayah (negara itu) demi tercapainya tujuan negara.

— Segala tugas, kewenangan, kewajiban negara yang harus dilaksanakan menurut dasar-dasar tertentu (suatu negara)

demi tercapainya tujuan negara.

Kalau kita mengikuti pemisahan kekuasaan Montesquieu, maka meliputi bidang legislatif, eksekutif, yudikatif. Kalau

kita mengikuti Vollenhoven maka meliputi bidang wetgeving, rechtspraak, politie, bestuur. Persamaan kedudukan di

depan hukum bagi setiap orang;

3) Konstitusi bukan rnerupakan (satu-satunya) sumber bagi hak-hak asasi manusia. Jika hak-hak asasi manusia

dirumuskan dalam konstitusi, hal mi hanya sebagai penegasan bahkan hak asasi tersebut harus dilindungi.

c. Pemerintah

Pemerintah merupakan salah satu unsur penting daripada negara. Tanpa Pemerintah, maka negara tidak ada yang

rnengatur. Karena Pemerintan merupakan roda negara, maka tidak akan mungkin ada suatu negara tanpa Pemerintah.

Dalam pengertian umum sering dicampuradukkan pengertian Pemerintah dan pernerintahan, seakan-akan keduanya

adalah sama. Padahal jelas keduanya berbeda.

Untuk rnembedakan kedua istilah tersehut, maka istilah tersebut harus kita bedakan dalam anti luas dan dalam arti

sempit.Pemerintahan dalam cirti luas Segala kegiatan atau usaha yang terorganisir, hersumber pada kedaulatan dan

herlandaskan dasar negara, mengenai rakyat/penduduk dan wilayah (negara itu) demi tercapainya tujuan negara.

Segala tugas, kewenangan, kewajiban negara yang harus dilaksanakan menurut dasar-dasar tertentu (suatu negara)

demi tercapainya tujuan negara.

Kalau kita mengikuti pemisahan kekuasaan Montesquieu, maka meliputi bidang legislatif, eksekutif, yudikatif. Kalau

kita mengikuti Vollenhoven maka meliputi bidang wetgeving, rechtspraak, politie, bestuur. dapat penganut aliran

hukum alam yang ditentang ofeh Ke2)sen.


Di atas sudah diuraikan hahwa Krabhe berpendapat. mentaati peraturan negara bukan karena paksaan (oleh

kekuasaan) negara, tetapi karena mereka merniliki kesadarari hukum. Kesadaran hukum rakyatlah yang merupakan

surnher kekuasaan negara. Dengan deriikian negara bukanlah pernegang kedaulatan tertinggi karena negara pun

harusjuga tunduk kepada hukum. Jadi dalam menjalankan kehijaksanaan, negara terikat pada norma-norma keadilan.

Teori kedaulatan hukurn inilah yang menjiwai prinsip negara hukum. Negara hukum dalam arti sempit, yakni negara

hukum liberal, ditandai dengan dua ciri

1) Adanya perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia;

2) Pemisahan kekuasaan, antara kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif.

Negara hukum dalam arti formal, lebih luas daripadanegara hukum liberal, mengandung empat unsur sehagaiberikut:

1) Perlindungan terhadap hak asasi manusia;

2) Pemisahan kekuasaan;

3) Setiap tindakan pemerintahan harus didasarkan pada undang-undang

4) Adanya peradilan administrasi yang berdiri sendiri, untuk aparat pemerintah yang melanggar batas-batas

kewenangannya.

A.V. Dicey juga mengembangkan teori kedaulatan hukum di Inggris yang sedikit berbeda dengan prinsip negara

hukum yang berkembang di Eropa Kontinental. Menurut sistem Anglo Saxon, dikenal the rule of law yang memiliki

tiga unsur:

1) Supremasi dan hukum, artinya bahwa yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam negara hukum (kedaulatan

hukum);

Persamaan kedudukan di depan hukum bagi setiap orang;

3) Konstitusi bukan rnerupakan (satu-satunya) sumber bagi hak-hak asasi manusia. Jika hak-hak asasi manusia

dirumuskan dalam konstitusi, hal mi hanya sebagai penegasan bahkan hak asasi tersebut harus dilindungi.

c. Pemerintah

Pemerintah merupakan salah satu unsur penting daripada negara. Tanpa Pemerintah, maka negara tidak ada yang

rnengatur. Karena Pemerintan merupakan roda negara, maka tidak akan mungkin ada suatu negara tanpa Pemerintah.

Dalam pengertian umum sering dicampuradukkan pengertian Pemerintah dan pernerintahan, seakan-akan keduanya

adalah sama. Padahal jelas keduanya berbeda.


Untuk rnembedakan kedua istilah tersehut, maka istilah tersebut harus kita bedakan dalam anti luas dan dalam arti

sempit.

Pemerintahan dalam cirti luac

Segala kegiatan atau usaha yang terorganisir, hersumber pada kedaulatan dan herlandaskan dasar negara, mengenai

rakyat/penduduk dan wilayah (negara itu) demi tercapainya tujuan negara.

— Segala tugas, kewenangan, kewajiban negara yang harus dilaksanakan menurut dasar-dasar tertentu (suatu negara)

demi tercapainya tujuan negara.

Kalau kita mengikuti pemisahan kekuasaan Montesquieu, maka meliputi bidang legislatif, eksekutif, yudikatif. Kalau

kita mengikuti Vollenhoven maka meliputi bidang wetgeving, rechtspraak, politie, bestuur.Pemerintahan dalam arti

sempit

-- Kalau kita mengikutj Montesquieu, maka hanyalah tugas, kewajiban dan kekuasaan negara di bidang eksekutif.

— Kalau kita mengikutj Vollenhoven, kekuasaan negara di bidang bestuur.

Mengikuti pengertian pemerintahan dalam arti luas dan sempit tersebut, maka:

Pemerintah dalam arti luac

Adalah menunjuk kepada alat perlengkapan negara seluruhnya (aparatur negara) sebagai badan yang melaksanakan

Seluruh tugas! kekuasaan negara atau melaksanakan pemerintahan dalam arti luas.

Pemerintah dalam arti sempit adalah hanya menunjuk kepada alat perlengkapan negara yang melaksanakan

pemerjntahan dalam arti sempit.

Di dalam penjelasan UUD 1945 disebutkan dengan tegas, bahwa Presiden adalah penyelenggara pemerintahan yang

tertinggi di bawah Majelis (MPR adalah pemegang kekuasaan tertinggi). Hal mi berarti bahwa Presiden bertanggung

jawab dan berkuasa menjalankan pemerintahan negara. Untuk itu Presiden menunjuk para Menteri sebagai

pembantunya. Para Menteri mi mempunyai pengaruh yang besar terhadap Presiden dalam menentukan politik negara

mengenai departemennya. Presiden dan para Menterj inilah Pemerintah dalarn arti sempit.

Walaupun demikian, teori Montesquieu mengenai pemisahan kekuasaan mi tidak sepenuhnya dianut di Indonesia.

Karena teori mi mengajarkan bahwa masing-masing bidang kekuasaan mi berdiri sendiri-sendiri dan tidak

mencampuri urusan bidang lainnya. Sedangkan menurut UUD 1945, Indonesia menganut istem pembagian

kekuasaan (bukan pemisahan), sehingga dapat terjadi satu bidang tugas dilakukan oleh lebih dan satu alat

perlengkapan negara. Atau sebaliknya, satu alat perlengkapan negaia melaksanakan lebih dan satu bidang tugas
2. WARGANEGARA DAN NEGARA

Unsur penting suatu negara yang lain adalah rakyat. Tan- pa rakyat, maka negara itu hanya ada dalam angan-angan.

Termasuk rakyat suatu negara adalah meliputi semua orang yang hertempat tinggal di dalam wilayah kekuasaan

negara tensebut dan tunduk pada kekuasaan negara tersebut. Dalam hubungan mi rakyat diartikan sehagai kumpulan

manusia yang dipersatukan oleh suatu rasa persatuan dan yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu.

Menurut Kansil, orang-orang yang berada dalam wilayah suatu negara itu dapat dibedakan menjadi

a. Penduduk ialah mereka yang telah memenuhi syaratsyarat tertentu yang ditetapkan oleh peraturan negara yang

bersangkutan, diperkenankan mempunyai tempat tinggal pokok (domisili) dalam wilayah negara itu.

Penduduk mi dapat dihedakan menjadi 2 lagi, yaitu

1) Penduduk Warga Negara atau Warga Negara adalah penduduk yang sepenuhnya dapat diatur oleh Pemerintah

negara tersebut dan mengakui Pemerintahnya sendini;

2) Penduduk bukan Warga Negara atau Orang Asing adalah penduduk yang bukan warga negara.

b. Bukan Penduduk ialah mereka yang berada dalam wilayah suatu negara untuk sementara waktu dan yang tidak

bermaksud bertempat tinggal di wilayah negara tersehut.

1) Asa.s Kewarganegaraan

Adapun untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi warganegara, digunakan 2 kriteria, yaitu

(1) Kniterium kelahiran. Berdasarkan kniterium mi, masih dibedakan lagi menjadi 2, yaitu

(a) Kniterium kelahiran menurut asas keibuhapaan atau disebut. pula ―lus Sanguinis‖. Di dalam asas mi, Seseorang

mernperoleh kewarganegaraan suatu negara berdasarkan asas kewarganegaraan orang tuanya, dia dilahirkan.

(b) Kriterium kelahiran menurut asas tempat kelahiran atau ―his Soli‖. Di dalam asas mi, seseorang memperoleh

kewarganegaraannya berdasarkan negara tempat di mana dia dilahirkan, meskipun orang tuanya hukan warga negara

dan negara tersebut.

Kedua prinsip kewarganegaraan mi digunakan secara hvsarna dengan mengutamakan salah satu, tetapi tanpa

meniadakan yang satu. Konflik antara lus Soli dan lus Sanguinis akan menyebabkan terjadinya kewarganegaraan

rangkap (bipatride) atau tidak mempunyai kewarganegaraan sama sekali (a-patnide). Berhubung dengan itu, maka

untuk menentukan kewarganegaraan seseorang digunakan 2 stelsel kewarganegaraan (di samping kedua asas di atas)

yaitu stelsel aktif dan stelsel pasif. Pelaksanaan kedua stelsel mi kita bedakan dalam
— hak opsi, yaitu hak untuk memilih kewarganegaraan (pelaksanaan stelsel aktif);

— hak repudiasi, ialah hak untuk menolak kewarganegaraan (pelaksanaan stelsel pasif).

(2) Naturalisasi atau pewarganegaraan, adalah suatu proses hukum yang menyebabkan seseorang dengan syarat-

syarat tertcntu mempunyai kewarganegaraan negara lain.

Di Indonesia, siapa-siapa yang menjadi warganegara telah disebutkan di dalam pasal 26 UUD 1945, yaitu

(1) Yang menjadi warganegara ialah orang-orang angsa Indonedia ash dan orang-orang bangsa lain yang disahkan

dengan undang-undang sebagai warga negara.

(2) Syarat-syarat mengenai kewarganegaraan ditetapkan dengan undang-undang.

Pelaksanaan selanjutnya dan pasal 26 UUD 1945 mi di. atur dalam UTJ Nomor 62 Tahun 1958 tentang

Kewarganegaraan Republik Indonesia, yang pasal 1-nya menyebutkan:

Warga negara Republik Indonesia ialah:

Orang-orang yang berdasarkan perundang-undangan dan! atau perjanjian-perjanjian dan/atau peraturan-peraturan

karena pewarganegaraan

karena atau sebagai akibat dan perkawinan

karena turut ayah/ibunya

karena pernyataan.

Selanjutnya di dalam Penjelasan Pasal I UU Nomor 62 tahun 1958 disebutkan:

b, c, d dan e.:Sudah selayaknya keturunan warga negara RI adalah WNI. Sebagaimana telah diterangkan di atas

dalam Bab I huruf a yang menentukan status anak ialah ayahnya. Apabila tidak ada hubungan hukum kekeluargaan

dengan ayahnya atau apabila ayahnya tidak mempunyai kewarganegaraan ataupun selama tidak diketahui

kewarganegaraannya, maka barulah ibunya yang menentukan status anak itu. Hubungan hukum kekeluargaan antara

ibu dan anak selalu ada; kalau ayahnya mengadakan hukum secara yuridis. Anak baru turut kewarganegaraan

ayahnya, setelah ayah itu mengadakan hubungan hukum kekeluargaan dan apabila hubungan hukum itu baru

diadakan set1ah anak itu menjadi dewasa, maka ia tidak turut kewarganegaraan aya!rya.f,gdanh.

Menjalankan ius soli supaya orang-orang yang lahir di Indonesia tidak ada yang tanpa kewarganegaraan.

2) Hak dan Kewaji ban Warga Negara Indonesia

Apabila kita melihat pasal-pasal dalam UUD 1945, maka akan dapat kita temukan beberapa ketentuan tentang hak-

hak warga negara, misalnya, pendidikan, pertahanan dan kesejahteraan sosial.


Pasal 27 (2)

Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang Iayak bagi kemanusiaan. Tiap-tiap warga

negara berhak . . * . ikut serta dalam usaha pembelaan negara. Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan

pengajaran.

Pasal 30 (1) Pasal 31 (1)

Selain pasal-pasal yang inenyebutkan hak warga negara maka terdapat pula beberapa pasal yang

menyebutkan tentang kemerdekaan warga negara:

Pasal 27 (1) : Segala warga negara bersamaan kedudukannya

di dalam hukum dan pemerintahan. . . . (hakmemilih dan dipilih).

Pasal 29 (2) : Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan

untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu. (hak untuk beragama dan beribadat menurut

kepercayaan masing – masing, selama agama dan kepercayaan itu di akui Pemerintah).Pasal 28 : Kemerdekaan

bersenikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-

undang. (hak bersama dan mengeluarkan pendapat).Di samping itu dua ketentuan dengan tegas menyebutkan tentang

kewajiban warga negara:Pasal 27 (1) : Segala warga negara.. . . wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu

dengan tidak ada kecualinya.Pasal 30 (1) : Tiap-tiap warga negara... . wajib ikut serta dalam usaha pembelaan

negara.Pembedaan penduduk suatu negara menjadi warga negara dan orang asing tersebut, pada hakikatnya adalah

untuk membedakan ―hak dan kewajiban‖nya saja.

Orang asing di Indonesia tidak mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana warga negara Indonesia. Mereka tidak

mempunyai hak untuk memilih dan dipilih, hak dan kewajiban mempertahankan dan membela negara, namun

mereka mempunyai kewajiban untuk tunduk dan patuh pada peraturan, dan berhak mendapatkan perlindungan atas

din dan harta bendanya.Walaupun hak dan kewajiban warga negara di dalam UUD 1945 hanya dirumuskan dalam

beberapa pasal saja, namun Semuanya yang telah disebut di atas hal-hal yang pokok. mi Sesuai dengan sifat UUD

1945 yang hanya mengatur hal-hal yang pokok saja. Karena UUD 1945 hanya mengatur hal-hal yang pokok, maka

untuk pelaksanaan selanjutnya harus ada undangundang yang akan menentukan lebih jauh, bagaimana hak-hak dan

kewajiban tersebut di atas harus dilaksanakan. Tanpa adanya undang-undang semacam in maka ketentuan-ketentuan

yang ada pada pembukaan, batang tubuh maupun penjelasan UUD 1945 akan kehilangan artinya dan hanya tinggal

merupakan rangkaian huruf-huruf mati saja.


Sebagai contoh pasal 28 mengatur tentang kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat dengan

tulisan dan lisan. Ketiga hak mi adalah suatu negara demokrasi. Kebebasan berserikat tidak akan ada artinya hila

tidak ada hak untuk mengeluarkan pendapat. Dalam UUD sendiri telah disebutkan bahwa hal tersebut harus diaturr

lehih lanjut dengan undang-undang. Sebagai pelaksanaan hak atas kebebasan berserikat, pemerintah bersama-sama

dengan Dewan Perwakilan Rakyat telah menyusun Undang-Undang nomor 3 tahun 1975. Sedangkan kebebasan-

kebehasan lain yang juga diatur pada pasal 23 sampai sekarang belum diatur lebih jauh, sehingga sering

menimbulkan berbagai penafsiran. Kebebasan berserikat tersebut terutama adalah kebebasan untuk mendirikan partai

politik. Pengakuan terhadap partai tersebut oleh pemerintah tidak boleh sama sekali dikaitkan dengan program partai

tersebut apakah mendukung program pemerintah atau tidak. Jadi suatu partai politik bebas untuk menentukan

sikapnya, apakah akan menjadi pendukung setia atau akan beroposisi terhadap Pemerintah.

Kebebasan mi berarti pula bahwa pemerintah sama sekali tidak memiliki hak untuk melarang berdirinya suatu partai

politik baru, karena larangan semacam mi jelas bertentangan dengan asas kebebasan berserikat yang dijamin oleh

pasal 28 tersebut. Jadi sesuai dengan tingkatan/hierarki perundangundangan, suatu undang-undang isinya tidak boleh

bertentangan dengan Undang-Undang Dasar yang kedudukannya lebih tinggi, dan menjadi sumber bagi undang-

undang tersebut. Tentu saja ada pembatasan bahwa partai yang didirikan harus tidak bertentangan dengan nilai

demokrasi yang justru terkandung dalam pasal 28 UUD 1945.1

Pasal 27 ayat I menetapkan bahwa segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum. ni berarti bahwa

tidak ada warga negara yang memiliki hak lebih banyak atau lebih sedikit daripada warga negara lainnya. Ayat 2

pasal mi menghendaki bahwa warga negara berhak atas penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Karena itu

pernerintah berkewajiban untuk menyediakan lapangan kerja baru dengan syarat-syarat yang sesuai dengan

kemanusiaan.

Pasal 29 ayat 2 menyebutkan bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama

masing-masing, dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya. ―Penduduk‖ yang dimaksud di sini adalah siapa

saja yang

berdomisili di wilayah Indonesia, baik ia warga negara ataupun orang asing. Tentu saja pasal mi harus dihubungkan

dengan ayat satunya, sehingga kebebasan tersebut adalah dalam hubungannya dengan agama yang mempercayai

keesaan Tuhan.
Begitu pula pasal 31, 32, 33, dan 34 menjamin hak-hak terhadap pengajaran, perlindungan kultural, ekonomi dan

kesejahtera.an sosial.

Jadi meskipun ketentuan yang terdapat dalam UUD 1945 tidak terlalu banyak, tetapi karena hal-hal tersebut meliputi

pokok-pokok saja yang kemudian pelaksanannya diatur lebih lanjut dengan undang-undang, maka pengaturan

tersebut sudah cukup memadai.

Tetapi yang lebih penting lagi adalah apa yang dinyatakan dalam penjelasan UUI) 1945 bahwa:―Yang penting adalah

semangat para penyelenggara negara semangat para pemimpin pernerintahan meskipun UUD itu tidak sempurna,

akan tetapi jikalau semangat para penyelenggara pemerintah baik, UUD itu tentu akan merintangi jalannya negara.‖

Sebaliknya, meskipun dalam UUD dicantumkan perumusan hak-hak dan kewajiban warga negara yang se‗Lihat

banyak-banyaknya, hal tersebut akan menjadi sia-sia bila penyelenggara negaranya, para pemimpin pemerintahannya

memang tidak baik, dalam arti mernang tidak mempunyai itikad untuk memberi kesempatan kepada warga negara

untuk menikmati halc-haknya maupun melaksanakan kewajibannya. rneskipun hakhaknya maupun melaksanakan

kewajibannya, meskipun hak-hak dan kewajiban-kewajiban tersebut jelas sudah disebutkan dengan cukup rnemadai

dalamUUD 1945.

3. INDIVIDU, TINDAKAN POLITIK DAN SISTEM POLITIK

a. Arti sistem

Berbicara soal sistem, maka di dalamnva terlihat adanya bagian-bagian yang ters usun secata teratur dan merupakan

satu kesatuan yang utuh.Meriam Budiardjo lewat ―Dasar-dasar Ilmu Politik‖ menyatakan, di dalam sistem terdiri dan

unsurunsur yang lain dan saling mengadakan interaksi. Dengan pengertian mi dapat dicontohkan, sistem tubuh

manusia, di mana di dalam tubuh manusia terdapat berbagai sel yang dapat dikatakan sebagai unsur atau bagian dan

tubuh manusia sebagai satu sistem.

Apabila salah satu sel tidak bekerja sebagaimana mestinya maka dapat berakibat guricangan tubuh manusia, bahkan

keharicuran tubuh itu. Oleh karena itu demi tegaknya tubuh manusia yang merupakan bagian dan sistem tubuh selalu

bekerja berfungsi dan berdedikasi demi satu tujuan yang besar, yaitu kehidupan. Tidak karena fungsinya yang vital

lalu jantung menuntut rejeki yang istimewa. Tidak karena bekerja keras lalu otot menuntut mayoritas rejeki untuk din

sendiri. Tidak berpikir keras lalu otak menuntut mayoritas rejeki dan seterusnya, melainkan seluruh sela dalam tubuh

bekerja sama secara selaras demi tegaknya tubuh sebagai satu sistem.
Contoh lain sepeda pancal yang sama-sama kita ketahui. Kalau sepeda pancal itu dipandang sebagai satu sistem

maka di dalamnya akan terlihat adanya bagian-bagian atau unsur-unsur sebagai berikut

— Ada ster,

— Ada bayangan,

— Ada roda muka dan belakang,

— Ada pedal kin dan kanan, Ada rantai, dan seterusnya.

Apabila salah satu unsur atau bagian di dalam sepeda pancal itu tidak berfungsi (salah satu pedal tidak ada), maka

sepeda tersebut sulit bahkan tidak daat dijalankan sebagaimana mestinya.

Dengan pengertian di muka dan beberapa contohnya, memberikan kejelasan bahwa sesuatu dikatakan sebagai sistem

apabila

— Sesuatu itu merupakan satu kesatuan yang bulat/ utuh.

— Di dalam kebulatan itu terkandung adanya unsurunsur atau bagian-bagian yang tersusun secara teratur dan tidak

mengandung kontradiksi.

— Unsur-unsur atau bagian-bagian yang tersusun dalam kebulatan itu saling bekerja sama antara yang satu dengan

yang lain secara harmonis, dan

— Kerjasama antar bagian atau unsur dalam kebulatan itu tertuju pada satu tujuan.

b. Pengertian Sistem Politik

Untuk memperoleh kejelasan mengenai pengertian sistem politik, tidak bisa lepas dan sistem yang ada dalam

kehidupan masyarakat. Sistem Politik kalau dikaji secara mendalam hanya merupakan salah satu sub sistem dan

sistem kemasyarakatan yang mencakup antara lain sub sistem ekonomi; sub sistem hukum; sub sistem spiritual; sub

sistem politik dan sebagainya. Sebagai salah satu sub sistem, maka sub sistem politik (baca sistem politik) dengan

sub sistem yang lain yang ada dalam sistem kemasyarakatan terdapat saling ketergantungan dan pengaruh-pengaruh

yang mempengaruhi (baik yang menyangkut jalannya sistem politik maupun pelaku-pelaku politik).

Konsep sistem politik dalam kaitannya dengan situasi yang nyata seperti negara, berusaha melihat dan mempelajari

mengenai gej ala-gejala atau kej adian-kejadian yang bersifat politik dalam konteks tingkah laku di dalam

masyarakat. Tingkah laku politik dianggap merupakan salah satu bagian dan tingkah laku sosial secara keseluruhan.

Dengan pemikiran mi dimaksudkan masyarakat merupakan suatu sistem sosial yang pada hakikatnya terdiri dan
bermacam-macam proses. Salah satu di antara bermacam-macam proses itu dapat dilihat gejalagejala politik sebagai

suatu kumpulan proses tersendiri yang menunjukkan adanya perbedaan dengan proses-proses lainnya. Inilah yang

dimaksud dengan sistem politik. Singkatnya berkaitan dengan kehidupan negara, yang dimaksud sistem politik

adalah suatu pola kehidupan yang menyangkut hal ihwal kenegaraan dalam satu kebulatan yang utuh.

Hal ihwal kenegaraan dilihat dan kaca mata politik di dalamnya terdapat bagian-bagianlunsur-unsur yang saling

pengaruh mempengaruhi dan saling ketergantungan.

Bagian-bagian itu berupa : Lembaga-lembaga negara.

Lembaga-lembaga negara mi selalu berinteraksi satu sama lain dalam rangka:

— menetapkan tujuan nasional,

— menetapkan skala prioritas tujuan dalam rangka mewujudkan tujuan nasional,

— menetapkan kebijaksanaan sebagai landasan pelaksanaan skala prioritas tujuan yang telah ditetapkan, dan

— melaksanalcan skala prioritas tujuan yang telah diambil atas clasar kebijakan-kebijakan yang telah tetapkan.

Di dalam melaksanakan tugasnya/fungsinya lembagalembaga negara di samping berinteraksi antar lembaga juga

mengadakan interaksi dengan setiap warga negara. Mengingat jumlah warga negara di setiap negara modem seperti

mi jutaan manusia dan masing-masing memiliki kepribadian serta kepentingan yang tidak sama, maka hal yang

demikian mi merupakan salah satu pendorong lahimya berbagai golongan dalam kehidupan bernegara, baik yang

berupa golongan atas dasar profesi yang sama, ide politik yang sama, keyakinan yang sama, dan sebagainya.

Golongan-golongan itulah yang pada hakikatnya memiliki fungsi sebagai wadah dan penyalur aspirasi setiap warga

negara dalam keikutsertaan di dalam pemerintah suatu negara.Dengan demikian sistem politik pada dasarnya

mencakup:

Kehidupan lembaga-lembaga negara (Supra struktur politik) balk kehidupan di masing-masing lembaga maupun

hubungan antara lembaga negara yang ada.

Pola kehidupan dan tata hubungan antara lembaga sosio-politik yang nyata dalam kehidupan pemerintari negara

(infra struktur politik atau non legal bodies).Kehidupan mi menurut Goodman meliputi

Partai politik/Organisasi politik

Kelompok kepentingan

Kelompok penekan

Media komunikasi politik


Figur politik.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang memandang negara sebagai satu sistem, maka demi tegak dan

lestarinya kehidupan tersebut secara ideal semua unsur yang ada dalam negara baik para penguasa negara yang

ducluk dalam lembaga-lembaga negara maupun para warga yang hidup dalam berbagai kelompok, apakah kelompok

sosial, kelompok profesi, kelompok keagamaan, kelompok politik, dan seterusnya harus ada hubungan yang serasi,

selaras dan seimbang. Dengan demikian antara kehidupan lembaga-lembaga negara (supra struktur politik) dan

kehidupan warga negara yang terdiri dan berbagai kelompok pada hakikatnya terdapat hubungan timbal balik dan

saling ketergantungan. Untuk itu dalam hubungan timbal balik dan saling ketergantungan mi dapat dilihat pada

fungsi infra struktur politik dan supra struktur politik seperti berikut mi

a) Mengajukan kepentingan

Pengajuan kepentingan mi utamanya menjadi tugas atau dilakukan kelompok-kelompok kepentingan. Salah satu

contoh dalam kehidupan negara Indonesia, HKTI sebagai wadah kaum tani dalam membawakan aspirasi seluruh

anggotanya di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara selalu berusaha untuk menyerap, mengajukan dan

memperjuangkan nasib para petani. Mengingat kelompok kepentingan yang hidup di suatu.

negara termasuk negara kita menunjukkan adanya kebhinnekaan, maka hal mi berakibat lahirnya perbedaan

perjuangan antar kelompok dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

b) Pemaduan kepentingan.

Pemaduan kepentingan mi utamanya menjadi tgas organisasi politik atau partai politik. Untuk itu ketelitian, kejelian

setiap organisasi politik beserta para tokoh-tokohnya dalam melihat, menyerap, memadukan dan merumuskan setiap

aspirasi dan kepentingan dan berbagai golongan dalam masyarakat sangat menentukan bobot program masing-

masing organisasi politik dalam rangka mempertahankan pemerintahan negara, sangat ditentukan oleh program,

masing-masing organisasi politik tersebut. Sebagai contoh dalam kehidupan negara kita di mana baik PDI, P3

maupun Golkar dengan kemampuannya, ketelitiannya drir‘ kecermatan yang dimilikinya, masing-rnasing mencoba

merumuskan apa yang diajukan oleh berbagai macam kelompok kepentingan yang ada untuk dijadikan program

perjuangannya. Program yang telah dirumuskan kemudian ditawarkan kepada masyarakat khusus pada saat

kampanye pemilihan umum. Dengan penawaran mi diharapkan masyarakat melakukan penilaian terhadap program
masing-masing organisasi politik peserta pemilu, sehingga kampanye bukan merupakan arena adu kekuatan,

melainkan merupakan penjabaran program dan masing-masing organisasi politik dalam rangka menarik dukungan

dan masyarakat.

c). Pemasyarakatan dan komunikasi politik

Pemasyarakatan dan komunikasi politik mi berlansung melalui setiap komponen sistem politik.

Sedang supra struktur politik menghasilkan berbagai ketentuan dan kebijakan-kebijakan yang mengikat

seluruh sistem politik dan sekaligus juga sebagai umpan balik kepada infra struktur politik beserta Iingkungannya,

dalam hal mi keseluruhan sistem kemasyarakatan.

Kesimpulan:

Dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:

Sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa, manusia diciptakan sebagai makhluk pribadi dan sekaligus sebagai

makhluk pribadi manusia cenderung untuk bersaing, mempertahankan din dan selalu ingin dihormati dalam

hidupnya. Sebagai makhluk sosial setiap manusia memerlukan rasa kasih sayang antara sesama dan dalam dirinya

ada kecenderungan untuk saling ketergantungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Untuk itu kecenderungan yang tumbuh dan berkembang dalam din manusia adalah hidup berkawan, hidup bersama

antar sesama manusia secara gotong royong, mengadakan hubungan sesama manusia untuk menciptakan rasa aman,

tentram dan sebagainya denganjalan mengorganisir bermacammacam kelompok, sehingga dalam kehidupan manusia

dapat dijumpai keanekaragaman kelompok. Dan yang dapat menampung keanekaragaman kelompok tersebut adalah

masyarakat, yang pada tingkat tertentu lahirlah negara.

Dalam kehidupan negara dapat dijumpai adanya Pemerintahan yang mengemudikan negara dan warga negara yang

mendukung kehidupan negara. Kenyataan mi melahirkan interaksi antara warga negara dan antar warga negara

dengan negara (pemerintah). sesuai yang diharapkan, maka ketentuan hukum sangat diperlukan.

Negara sebagai satu sistem politik di dalamnya terdapat kehidupan lembaga-lembaga negara (Supra struktur politik)

dan kehidupan sosio lembaga-lembaga politik, yang nyata dalam kehidupan pemerintahan negara, dalam hal mi

adalah partai politik, organisasi profesi, media komunikasi, dan organisasi kemasyarakatan lainnya (infra struktur

politik). Sebagai satu sistem, maka secara ideal interaksi antara keduanya hams berjalan harmonis‘.
RANGKUMAN

Negara adalah organisasi tertinggi yang terbentuk atas dasar kehendak bersama dan individu-individu atau

kelompokkelompok yang mempunyai kepentingan untuk suatu tujuan bersama.Syarat yang hams ada bagi

terbentuknya negara adalah, hams ada wilayah tertentu, rakyat yang mendianii wilayah tersebut dan pemerintahan

yang berdaulat. Syarat pelengkap adalah pengakuan dan negara-negara lain.

Negara mempunyai monopoli kekuasaan yang sangat besar. Teori-teori yang mencoba untuk membenikan dasar atau

pembenaran atas kekuasaan yang dimiliki oleh negara tersebut, yaitu:

Teori klasik, meliputi teori mitologis dan teori teokratis;

Teori perjanjian, yang berasal dan Thomas Hobbes, John Locke dan Rousseau; dan

Teori kekuasaan, yang berasal dan pendapat Leon Duguit dan Krabbe.Agar interaksi tersebut dapat berjalan.

Adapun yang dimaksud warga negara Indonesia adalah seperti apa yang teiah ditetapkan Undang-Undang Dasar

1945 pasal 26 ayat 1 dan ayt 2.Ayat 1 dan ayat 2 dan pasal 26 UUD 1945 sangat erat sekali hubungannya. Sebab

kalau ayat 2 sampai tidak ada maka akan timbul penafsiran-penafsiran.

Huhungan antara negara dengan warga negara mi dapat kita temukan di dalam pasal 26 s/d pasal 33 UUD 1945.

Dalam rangka mencapai tujuan negara, maka negara antara lain bertugas niengorganisir dan mengintegrasikan

kegiatan manusia dan golongan-golongan ke arah tercapainya tujuan-tujuan dan masyarakat seluruhnya. Negara

menentukan bagaimana kegiatan asosiasi-asosiasi kemasyarakatan disesuaikan satu sama lain dan diarahkan kepada

tujuan nasional.
BAB VI

PELAPISAN SOSIAL DAN KESAMAAN DERAJAT

1. PELAPISAN SOSIAL

a. Pengertian

Masyarakat terbentuk dan individu-individu. Individuindividu yang terdiri dan berbagai latar belakang tentu akan

membentuk suatu masyarakat heterogen yang terdiri dan kelompok-kelompok sosial. Dengan adanya atau terjadinya

kelompok sosial mi maka terbentuklah suatu pelapisan masyarakat atau terbentuklah masyarakat yang berstrata.

Masyarakat merupakan suatu kesatuan yang didasarkan ikatan-ikatan yang sudah teratur dan boleh dikatakan stabil.

Sehubungan dengan mi, maka dengan sendirin. masvarakat merupakan kesatuan yang dalam pembentukannya

mernpunyai gejala yang sama.

Masyarakat tidak dapat dibayangkan tanpa individu, Seperti juga individu tidak dapat dibayangkan tanpa adanya

masyarakat.

Betapa individu dan masyarakat adalah komplementer dapat kita lihat dan kenyataan, hahwa

a. manusia dipengaruhi oleh masyarakat demi pembentukan pribadinya;

b. individu mempengaruhi masyarakat dan bahkan bisa menyebabkan (berdasarkan pengaruhnya) perubahan besar

masyarakatnya.

Setelah itu kita mengerti bahwa manusia sebagai makhluk sosial yang selalu mengalarni perubahan sosial, marilah

kita pelajari apa yang dimaksucl dengan Stratifikasi Sosia] atau

Pelapisan Masyarakat.

Istilah Stratifikasi atau Stratification berasal dan kataSTRATA atau STRATUM yang berarti LAPISAN. Karena itu

Social Stratification sering diterjemahkan dengan PelapisanMasyarakat. Sejumlah individu yang mempunyai

kedudukan(status) yang sarna menurut ukuran masyarakatnya, dikatakan berada dalam suatu lapisan atau stratum.

Pitirini A. Sorokin memberikan definisi pelapisan masyarakat sebagai berikut : ―Pelapisan masyarakat adalah

perbeda. an penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat (hierarchis).‖

Lebih lengkap lagi hatasan yang dikemukakan oleh Theodorson dkk. di dalam Dictionary of Sociology, oleh mereka

dikatakan sehagai herikut


Pelapisan masyarakat berarti jenjang status dan peranan yang relatif permanen yang terdapat di dalam sistem sosial

(dan kelompok kecil sampai ke masyarakat) di dalam hal pembedaan hak, pengaruh dan kekuasaan.

Masvarakat yang herstratifikasi sering dilukiskan sehagai suatu kerucut atau primida, di mana lapisan bawah adalah

paling lehar dan lapisan mi menyernpit ke atas.

h. PelapIsan 9osiol ciri tetap kelompok sosial

Pembagian dan pemberian kedudukan yang berhuhungan dengan jenis kelamin nampaknya menjadi dasar dan

seluruh sistern sosial masyarakat kuna. Seluruh masyarakat memberikan sikap dan kegiatan yang berbeda kepada

kaum laki-laki dan perempuan. Tetapi hal mi perlu diingat bahwa ketentuan-ketentuan tentang pembagian

kedudukan antara laki-laki dan perempuan yang kemudian menjadi dasar daripada pembagian pekerjaan, semata-

mata adalah ditentukan oleh sistem kebudayaan itu sendiri. Kita lihat saja misalnya kedudukan laki-laki di Jawa

berheda dengan kedudukan laki-laki di Minangkabau. Di Jawa kekuasaan keluarga di tangan ayah sedang di

Minangkahau tidak demikian. Dalam huhungannya dengan pembagian pekerjaan pun setiap suku bangsa memiliki

cara sendiri-sendiri.

Di Irian misalnya atau di Bali, wanita harus lebih bekerja keras daripada laki-laki.

Di dalam organisasi masyarakat primitif pun di mana helum mengenal tulisan, pelapisan masyarakat itu sudah ada.

Hal mi terwujud berbagai bentuk sebagai berikut

1) adanya kelompok berdasarkan jenis kelamin dan umur dengan pembedaan-pembedaan hak dan kewajihan;

2) adanya kelompok-kelompok pemimpin suku yang berpengaruh dan memiiki hak-hak istimewa;

3) adanya pemimpin yang paling berpengaruh;

4) adanya orang-orang yang dikecilkan di luar kasta dan orang yang di luar perlindungan hukum (cutlaw men);

5) adanya pembagian kerja di dalam suku itu sendiri;

6) adanya pernbedaan standar ekonomi dan di dalam ketidak. sarnaan ekonomi itu secara umum.

Pendapat tradisional tentang masyarakat primitif sebagai masyarakat yang komunistis yang tanpa hak milik pribadi

dan perdagangan adalah tidak benar. Ekonomi primitif bukanlah ekonorni dan individu-individu yang terisolir

produktif kolektif. Apa yang sesungguhnya adalah kelompok ekonomi yang tersusun atas dasar ketergantungan yang

timbal balik dan individu-individu yang aktif secara ekonomis, serta bagian-bagian yang lebih kecil daripada suatu

kelompok yang memiliki sistern perdagangan dan barter satu sarna lain.
Bilaniana di dalam beberapa suku perbedaan ekonomi begitu kecil dan kebiasaan tolong-menolong secara timbal

balik mendekati sistem komunisme, hal mi disebabkan hanya terhadap miik umum dan kelompok.

Jika kita tidak dapat menemukan niasyarakat yang tidak berlapis-lapis di antara masyarakat yang primitif, maka lebih

tidak rnungkin lagi untuk menemukannya di dalam masyarakat yang telah lebih maju/berkembang. Bentuk dan

proporsi pelapisan di masyarakat yang telah maju bezvariasi; tetapi pada dasarnya pelapisan masyarakat itu ada di

mana-mana dan di sepanjang waktu. Di dalam masyarakat pertanian dan khususnya di dalam masyarakat industri

pelapisan itu tampak menyokmata dan jelas. Di demokrasi-demokrasi yang modern pun juga tidak dapat

mengecualikan adanya hukum-hukurn pelapisan masyarakat, walaupun di dalam konstitusinya menyatakan bahwa

―Semua manusia adalah sama (all men are created equal). Gradasi itu dapat kita lihat misalnya: multi clan menulih

modal yang kaya sampai kepada buruh yang termiskin; dan presiden kepada lurah; dan jenderal sampai kepada

prajunt dan sebagainya yang semuanya itu rnenunjukkan sebagai jenjang-jenjang dan gradasi sosial yang

menunjukkan walaupun di dalam sistem demokrasi yang paling mutakhir pun ada pelapisan masyarakat.

c. Terjadinya pekzpisan social Terjadi den gan sendirinya

Proses mi berjalan sesuai dengan pertumbuhan masyarakat itu sendiri. Adapun orang-orang yang menduduki lapisan

tertentu dibentuk bukan berdasarkan atas kesengajaan yang disusun sebelumnya oleh masyarakat itu, tetapi berjalan

secara alamiah dengan sendininya. Pengakuan-pengakuan terhadap kuasaan dan wewenang tumbuh dengan

sendirinya.

Oleh karena sifatnya yang tanpa disengaja inilah maka hentuk pelapisan dan dasar dan pada pebapisan itu bervaniasi

menurut tempat, waktu dan kebudayaan masyarakat di mana sistem itu berlaku.

Pada pelapisan yang terjadi dengan sendirinya, maka kedudukan seseorang pada sesuatu strata atau pelapisan adalah

Secara otomatis, misalnya karena usia tua, karena pemilikan kepandaian yang lebih, atau kerabat pembuka tanah,

seseorang yang memiliki bakat seni, atau sakti.

Terjadi dengan disengajaSistem pelapisan yang disusun dengan sengaja ditujukan untuk mengejar tujuan bersama.

Di dalam sistem pelapisan mi ditentukan secara jelas dan tegas adanya wewenang dan kekuasaan yang diberikan

kepada seseorang. Dengan adanya pembagian yang jelas dalam hal wewenang dan kekuasaanmi maka di dalarn

organisasi itu terdapat keteraturan sehingga jelas bagi setiap orang di tempat mana letaknya kekuasaan dan

wewenang yang dimiliki dan dalam suatu organisasi baik secara vertikal maupun secara horisontal.
Sistem pelapisan yang dibentuk dengan sengaja mi dapat kita libat misalnya di dalam organisasi pemerintahan,

organisasi partai politik, perusahaan besar, perkumpulan-perkumpulan resmi, dan lain-lain. Pendek kata di dalam

organisasi formal. Di dalam sistem organisasi yang disusun dengan cara mi mengandung dua sistem, ialah :

Sistem fungsional: merupakan pembagian kerja kepada kedudukan yang tingkatnya berdampingan dan harus bekerja

sarna dalam kedudukan yang sederajat, misalnya saja di dalam organisasi perkantoran ada kerja sama antara kepala-

kepala seksi dan lain-lain.

Sistem skalar: merupakan pembagian kekuasaan menurut tangga atau jenjang dan bawah ke atas (vertikal).

Pembagian kedudukan mi di dalam organisasi formal pada pokoknya diperlukan agar organisasi itu dapat bergerak

secara teratur untuk mencapai tujuan yang diinginkan.Tetapi sebenarnya terdapat pula kelemahan yang disebabkan

sistem yang demikian itu.Pertama karena organisasi itu sudah diatur sedemikian rupa, sehingga sering terjadi

kelemahan di dalam menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Misalnya saja

perubahan-perubahan pula dalam cara-cara perjuangan partai politik, tetapi karena organisasi itu mempunyai tata

cara tersendiri di dalam menentukan kebijaksanaan politik sosial, maka sering terjadi kelambatan di dalam penye9.

laan.

Kedua : karena organisasi itu telah diatur sedemikian rupa Sehingga membatasi kemampuan-kemampuan individual

yang sebenarnya mampu tetapi karena kedudukannya yang mengangkat maka tidak memungkinkan untuk

mengambil inisiatif. Misalnya dapat kita lihat di dalam kehidupan perguruan

tinggi, seorang dosen yang baru golongan III a tetapi cakap, tidak diperkenankan menduduki jabatan-jabatan tertentu

yang hanya boleh diduduki atau dijabat oleh golongan IV a ke atas, maka merupakan harnbatan yang merugikan bagi

dosen yang bersangkutan dan universitas.

Contoh yang lain dapat kita lihat sendiri misalnya di dalam kantor-kantor pemerintah di mana banyak tenaga-tenaga

yang cukup tetapi tidak diberi wewenang karena kedudukannya mengikat.

d. Pembedaun sistem pelapisan menurut sifatnya.

Menurut sifatnya, maka sistem pelapisan dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi:

1) Sistem pelapisan masyarakat yang tertutup.

Di dalam sistem ini perpindahan anggota masyarakat ke lapisan yang lain balk ke atas maupun ke bawah tidak

mungkin terjadi, kecuali ada hal-hal yang istimewa. Di dalam sistem yang demikian itu satu-satunya jalan untuk

dapat masuk menjadi anggota dan suatu lapisan dalam masyarakat adalah karena kelahiran. Sistem pelapisan tertutup
kita temui misalnya di India yang masyarakatnya mengenal sistem kasta. Sebagaimana kita ketahui masyarakat

terbagi ke dalam:

— Kasta Brahmana: yang merupakan kastanya golongangolongan pendeta dan merupakan kasta tertinggi.

— Kasta Ksatria: merupakan kasta dan golongan hangsawan dan tentara yang dipandang sebagai lapisan kedua.

— Kasta Waisya: merupakan kasta dan golongan pedagang yang dipandangsebagai lapisan menengah, ketiga.

— Kasta Sudra : merupakan kasta dan golongan rakyat jelata.

— Pania: adalah golongan dan mereka yang tidak mempunyai kasta. Yang termasuk golongan ini misalnya kaum

gelandangan, peminta dan sebagainya.

Sistem stratifikasi sosial yang tertutup biasanya juga kita temui di dalam masyarakat feodal atau masyarakat yang

berdasarkan realisme. (Seperti pemerintahan d Arika Selatan yang terkenal masih melakukan politik apartheid atau

perbedaan warna kulit yang disahkan oleh undang.undang).

2) Sistern pelapisan rnasyarakat yang terbuha

Di da!am sistem yang demikian mi setiap anggota masyarakat memiliki kesempatan untuk jatuh ke lapisan yang ada

di bawahnya atau naik ke lapisan yang di atasnya.Sistern yang demikian mi dapat kita ternukan misalnya di dalam

masyarakat di Indonesia sekarang mi. Setiap orang dihen kesempatan untuk menduduki segala jabatan bila ada

kesempatan dan kemampuan untuk itu. Tetapi di sarnping itu orang juga dapat turun dan jabatannya hila dia tidak

mampu mempertahankannya.Status (kedudukan) yang diperoleh berdasarkan atas usaha sendiri disebut ―Achieved

status‖.

Dalam hubungannya dengan pembangunan masyarakat, sistem pelapisan masyarakat yang terbuka sangat

menguntungkan. Sebab setiap warga masyarakat diberi kesempatan untuk bersaing dengan yang lain. Dengan

demikian orang berusaha untuk wengembangkan segala kecakapannya agar dapat meraih kedudukan yang dicita-

citakan. Demikian sebaliknya hagi mereka yang tidak bermutu akan semakin didesak oleh mereka yang cakap,

sehingga yang bersangkutan bisa jadi jatuh ke tangga sosial yang Iebih rendah.
e. Beberapa teori tentangpelapisan sosial

Bentuk konkrit daripada Pelapisan Masyarakat ada beberapa macam. Ada sementara sarjana yang menirijau bentuk

pelapisan masyarakat hanya berdasar salah satu aspek saja misalnya aspek ekonomi, atau aspek politik saja, tetapi

sementara itu ada pula yang melihatnya melaluj berbagai ukuran secara kompreh ensif.

Selanjutnya itu ada yang membagi pelapisan masyarakat ke dalam jumlah yang lebih sederhana (rnisalnya membagi

hanya menjadi dua hagian). Sementara itu ada pula yang membagi tiga lapisan atau lebih).

Ada yang membagi pelapisan masyarakat seperti berikut mi:

Masyarakat terdiri dan kelas atas (upper class) dan kelas bawah (lower class).

Masyarakat terdiri dan tiga kelas ialah kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class) dan kelas bawah

(lower class).

Sementara itu ada pula sering kita dengar: kelas atas (upper class), kelas menengah (middle class), kelas menengah

bawah (lower middle class) dan kelas bawah (lower class). Pada umumnya golongan yang menduduki kelas bawah

jumlah orangnya daripada kelas menengah, demikian seterusnya semakin tinggi golongannya semakin sedikit jumlah

orangnya. Dengan demikian sistem pelapisan masyarakat itu mengikuti bentuk piramid.

Orang dapat menduduki lapisan (atau istilah lain ada yang menggunakan dengan kelas) tertentu disebabkan oleh

beherapa faktor, seperti misalnya: keturunan, kecakapan, pengaruh, kekuatan dan lain sebagainya.

Oleh karena itu beberapa sarjana memiliki tekanan yang berbeda-beda di dalam menyampaikan teori-teori tentang

pelapisan masyarakat.

Beberapa dicantumkan di sini:

Aristoteles mengatakan bahwa di dalam tiap-tiap negara terdapat tiga unsur, yaitu mereka yang kaya sekali, mereka

yang melarat sekali, dan mereka yang berada di tengah-tengahnya. Di sini Aristoteles membagi masyarakat

berdasarkan dimensi ekonomi sehingga ada orang yang kaya, menengah dan melarat.

Prof. Dr. Selo Sumardjan dan Soelaiman Soemardi SH. MA. menyatakan sebagai berikut : selama di dalam

masyarakat ada sesuatu yang dihargai olehnya dan setiap masyarakat pasti mempunyai sesuatu yang dihargainya

maka barang itu akan menjadi bibit yang dapat menumbuhkan adanya sistem berlapis-lapis dalam masyarakat.

Vilfredo Pareto, sarjana Italia, menyatakan bahwa ada dua kelas yang senantiasa berbeda setiap waktu yaitu

golongan Elite dan golongan Non Elite. Menurut dia pangkal danpada perbedaan itu karena ada orang-orang yang

memiliki kecakapan, watak, keahlian dan kapasitas yang berbedaheda.


Gaotano Mosoa, sarjana Italia, di dalam ―The Ruling Class‖ menyatakan sebagai herikut Di dalam seluruh

masyarakat dan masyarakat yang sangat kurang berkembang, sampai kepada masyarakat yang paling maju dan

penuh kekuasaan dua kelas selalu muncul ialah kelas yang pemerintah dan kelas yang diperintah. Kelas yang

pertama, jumlahnya selalu sedikit, menjalankan peranan-peranan politik, monopoli kekuasaan dan menikmati

keuntungan-keuntungan yang dihasilkan oleh kekuasaannya itu. Sehaliknya yang kedua, ialah kelas yang diperintah,

jumlahnya lebih bariyak diarahkan dan diatur/diawasi oleh kelas yang pertama.

Karl Marx didalam menjelaskan secara tidak Iangsung ten- tang pelapisan masvarakat menggunakan istilah kelas

menurut dia, pada pokoknya ada dua macam di dalam setiap masyarakat vaitu kelas yang memiliki tanah dan alat-

alat produksi lainnya dan kelas yang tidak mempunyainya dan hanya memiliki tenaga untuk disumbangkan di dalam

proses produksi.

Dari apa yang diuraikan di atas, akhirnya dapat disimpulkan bahwa ukuran atau kriteria yang biasanya dipakai untuk

menggolong-golongkan anggota-anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial adalah sebagai berikut

Ukuran kekayaan : Ukuran kekayaan (kebendaan) dapat dijadikan suatu ukuran: barangsiapa yang mempunyai

kekayaan paling banyak, termasuk ke dalam lapisan sosial teratas. Kenyataan tersehut, misalnya dapat dilihat pada

bentuk rumah yang bersangkutan, berupa mobil pribadinya, cara-cara mempergunakan pakaian serta bahan pakaian

yang dipakainya, kebiasaan untuk berbelanja barangbarang mahal, dan sebagainya.

Ukuran kekuasaan : Barangsiapa yang rnemiliki kekuasaan atau yang mempunya wewenang terbesar, menempati

lapisan sosial teratas,

Ukuran kehormatan: Ukuran kehormatan mungkin terlepas dan ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang yang

paling disegani dan dihormati, mendapatkan atau mendudukj lapisan sosial teratas. Ukuran semacam mi hanyak

dijumpai pada masyarakat-masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah golongan tua atau mereka yang pernah

berjasa besar kepada masyarakat.

Ukuran ilmu pengetahuan : litnu pengetauan dipakai ukuran oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan.

Ukuran mi kadang-lçadang menyebabkan menjadi negatif, karena ternyata bahwa bukan ilmu pengetahuan yang

dijadikan ukuran, akan tetapi gelar kesarjanaannya. Sudah tentu hal itu mengakibatkan segala macam usaha untuk

mendapatkan gelar tersebut walaupun secara tidak halal.

Ukuran-ukuran tersebut di atas, tidaklah bersifat limitatif (terbatas), tetapi masih ada ukuran-ukuran lainnya yang

dapat dipergunakan. Akan tetapi ukuran-ukuran di atas yang menonjol sebagai dasar timbulnya pelapisan sosial
dalam masyarakat. Jadi kriteria pelapisan sosial pada hakikatnya tergantung pada sistem nilai yang dianut oleh

anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan.

2. KESAMAAN DERAJAT

Sifat perhubungan antara manusia dan lingkungan masyarakat pada umumnya adalah timbal balik, artinya orang

seorang itu sebagai anggota masyarakatnya, mempunyai hak dan kewajiban, balk terhadap masyarakat maupun

terhadap pemerintah dan negara. Beberapa hak dan kewajiban penting ditetapkan dalam Undang-undang (Konstitusi)

sebagai hak dan kewajiban asasi. Untuk dapat melaksanakan hak dan kewajiban mi dengan bebas dan rasa takut

perlu adanya jaminan, dan yang mampu memberi jaminan mi adalah pemenintah yang kuat dan berwibawa. Di

dalam susunan negara modern hak-hak dan kebebasankebebasan asasi manusia itu diindungi oleh Undang-undang

dan menjadi hukum positif. Undang-undang tersebut benlaku sama pada setiap orang tanpa kecualinya dalam anti

semua orang mempunyai kesamaan derajat dan mi dijamin oleh undang-undang. Kesamaan derajat dan isi jaminan

oleh undang-undang, Kesamaan derajat mi terwujud dalam jaminan hak yang diberikan dalam berbagai sektor

kehidupan. Hak inilah yang banyak dikenal dengan Hak Asasi Manusia.

1) Persamaan hak

Adanya kekuasaan negara seolah-olah hak individu. lambat-laun dirasakan sebagai suatu yang mengganggu, karena

di mana kekuasaan negara itu berkembang, terpaksalah ia memasuki lingkungan hak manusia pnibadi dan

herkuranglah pula luas batas hak-hak yang dimiliki individu itu. Dan di sinilah timbul persengketaan pokok antara

dua kekuasaan itu secara pninsip, yaitu kekuasaan manusia yang berwujud dalam hakhak dasar beserta kebebasan

asasi yang selama itu dimilikinya dengan leluasa, dan kekuasaan yang melekat pada organisasi baru dalam bentuk

masyarakat yang merupakan negara tadi.

Mengenai persamaan hak mi selanjutnya dicantumkan dalam Pernyataan Sedunia Tentang Hak-hak (Asasi) Manusia

atau Universitas Declaration of Human Right (1948) dalam pasalpasalnya, seperti dalam

Pasal 1 : ―Sekalian orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akal

dan budi dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan.‖
Pasal 2 ayat 1: ―Setiap orang berhak atas semua hak-hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum dalam pernyataan

mi dengan tak ada kecuali apa pun, seperti rni sainya bangsa, warna, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau

pendapat lain, asal mula kebangsaan atau kemasyarakatan, milik, kelahiran ataupun kedudukan.‖

Pasal 7 : ―Sekalian orang adalah sama terhadap undang-undang dan berhak atas perlindungan hukum yang sama

dengan tak ada perbedaan. Sekalian orang berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap perbedaan yang

memperkosa pernyataan mi dan terhadap segala hasutan yang ditujukan kepada perbedaan semacam mi.‖

2) Persamaan Derajat di Indonesia

Dalam Undang-Undang Dasar 1945 mengenai hak dan kebebasan yang berkaitan dengan adanya persamaan derajat

dan hak juga tercantum dalarn pasal-pasalnya secara jelas. Sebagaimana kita ketahui Negara Republik Indonesia

menganut asas bahwa setiap warga negara tanpa kecualinya memiliki kedudukan yang sama dalam hukum dan

pemerintahan, dan mi sebagai konsekuensi prinsip dan kedaulatan rakyat yang bersifat kerakyatan. Hukum dihuat

dimaksudkan untuk melindungi dan mengatur masyarakat secara umum tanpa adanya perbedaan. Kalau kita lihat ada

empat pasal yang memuat ketentuan-ketentuan tentang hak-hak asasi itu yakni pasal 27, 28, 29 dan 31.

Empat pokok hak-hak asasi dalam empat pasal UUD 1945 adalah sebagai berikut

Pertama tentang kesamaan kedudukan dan kewajihan warga negara di dalam hukum dan di muka pemerintahan.

Pasal 27 ayat 1 menetapkan : bahwa : ―Segala Warga Negara hersamaan kedudukannya di dalam Hukum dan

Pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahari itu dengan tidak ada kecualinya.‖

Di dalam perumusan mi dinyatakan adanya suatu kewajiban dasar di samping hak asasi yaag dimiliki oleh warga

negara, yaitu kewajiban untuk meijunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. Dengan

demikian perumusan mi secara prinsipil telah membuka suatu sistem yang berlainan sekali daripada sistem

perumusan ―Human Rights‖ itu secara Barat, hanya menyebutkan hak tanpa ada kewajiban di sam pingnya.

Kemudian yang ditetapkan dalam pasal 27 ayat. 2, ialah hak setiap warga negara atas pekerjaan dan penghidupan

yang layak bagi kemanusiaan.

Pokok kedua, selanjutnya dalam pasal 28 ditetapkan, bahwa ―kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan

pikiran dengan lisan dan tulisan dan sehagainya ditetapkan oleh Undang-undang.‖ Pokok ketiga, dalam pasal 29 ayat

2 dirumuskan kebebasan asasi untuk memeluk agama bagi penduduk yang dijamin oleh negara, yang berbunyi
sebagai berikut: ―Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan

untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.‖

Pokok keempat, adalah pasal 31 yang mengatur hak asasi mengenai pengajaran yang berbunyi (1) ―Tiap-tiap warga

negara berhak mendapat pengajaran‖ dan (2) ―Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem

pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang.‖

3. ELITE DAN MASSA

1) Elite

Dalam masyarakat tertentu ada sebagian penduduk ilcut terlibat dalam kepemimpinan, sebaliknya dalam masyarakt

tertentu penduduk tidak diikutsertakan. Berbicara masalah elite adalah berbicara masalah pimpinan.

a. Pengertian

Dalam pengertian yang umum elite itu menunjuk sekelonipok orang yang dalam masyarakat menempati kedudukari

tinggi. Dalam arti lebih yang khusus dapat diartikan sekeloin pok orang terkemuka di bidang-bidang tertentu dan

khususnya golongan kecil yang memegang kekuasaan.

Dalam cara pemakaiannya yang lebih umum elite dimaksudkan: ―posisi di dalam masyarakat di puncak

strukturstruktur sosial yang terpenting, yaitu posisi tinggi di dalam ekonomi, pemerintahan aparat kemiliteran,

politik, agama, pengajaran, dan pekerjaan-pekerjaan dinas.‖

‗ripe masyarakat dan sifat kebudayaan sangat menentukan watak elite. Dalam masyarakat industri watak elitenya

berbeda sama sekali dengan elite di dalam masyarakat primitif.

Di dalam suatu lapian masyarakat tentu ada sekelompok kecil yang mempunyai posisi kunci atau mereka yang

memiliki pengaruh yang besar dalam mengambil berbagai kebijaksanaan. Mereka itu mungkin para pejabat tugas,

ulama guru, petani kaya, pedagang kaya, pensiunan dan lainnya lagi Para pemuka pendapat (opinion leader) inilah

pada umumnya memegang strategi kunci dan memiliki Status tersendiri yang akhirnya merupakan elite

masyarakatnya.

b. Fun gsi Elite dalam memegang Strategi.

Dalam suatu kehidupan sosial yang teratur, baik dalam konteks luas maupun yang lebih sempit, dalam kelompok

heterogen maupun homogen selalu ada kecenderungan untuk menyisihkan satu golongan tersendiri sebagai satu
golongan yang penting, memiliki kekuasaan dan mendapatkan kedudukan yang terkemuka jika dibandingkan dengan

massa. Penentuan golongan minoritas mi didasarkan pada penghargaan masyarakat terhadap peranan yang

dilancarkan dalam kehidupan masa kini serta andilnya dalani meletakkan dasar-dasar kehidupan pada masa-masa

yang akan datang. Golongan minoritas yang herada pada posisi atas yang secara fungsional dapat berkuasa dan

menentukan dalam studi sosial dikenal dengan elite. Elite adalah suatu minoritas pribadi-pribadi yang diangkat untuk

melayani suatu kolektivitas dengan cara yang bernilai sosial.

Kelompok minoritas yang mempunyai nilai secara sosial mi berkembang sejalan dengan perkembangan fungsional

dalam suatu masyarakat. Pengembangan elite sebagai suatu kelompok minor yang berpengaruh dan menentukan

dalain masyarakat tetap beranjak dan fungsi sosialnya di samping adanya pertimbangan-pertimbangan lain sesuai

dengan latar belakang sosial budaya masyarakat. Ada dua kecenderungan yang digunakan untuk menentukan elite

dalam masyarakat yaitu:

Pertama, menitikberatkan pada fungsi sosial dan yang kedua, pertimbangan-pertimbangan yang bersif at moral.

Kedua kecenderungan penilaian mi menurut Parson melahirkan dua macam elite.‘ , yaitu Elite internal dan Elite

eksternal.

Elite internal menyangkut integrasi moral serta solidaritas sosial yang berhuhungan dengan perasaan tertentu pada

saat tertentu, sopan santun dan keadaan jiwa. Sedangkan Elite eksternal adalah meliputi pencapaian tujuan dan

adaptasi, herhubungan dengan problema-problema yang memperlihatkan sifat yang keras, masyarakat lain atau masa

depan yang talc tentu.

Golongan elite sebagai minoritas sering ditampakkan dengan beberapa bentuk penampilan antara lain:

Elite menduduki posisi yang penting dan cenderung merupakan poros kehidu pan masyarakat secara keseluruhan.

Faktor utama yang menentukan kedudukan mereka adalah keunggulan dan keberhasilan yang dilandasi oleh

kemampuan baik yang bersifat fisik maupun psikhis, material maupun immaterial, merupakan heriditer maupun

pencapaian.

Dalam hal tanggung jawab, mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar jika dibandingkan dengan masyarakat

lain.

Ciri-ciri lain yang merupakan konsekuensi logis dan ketiga hal di atas adalah imbalaii yang lebih besar yang

diperoleh atas pekerjaan dan usahanya.


Sejalan dengan ciri-ciri (yang walau pun tidak selalu tam pak secara eksplisit) mi dan berdasarkan tata nilai dan

norma yang melahirkan stratifikasi sosial maka kita akan mengenal herbagai macam elite. Kelompok inti sosial akan

melahirkan elite sesuai dengan kecenderungan masyarakat menentukan golongan yang memiiki fungsi sosial terhesar

atau kelompok-kelompok terkemuka dalam masyarakat. Kelompok inti sosial itu mungkin para pendeta, atau

pemuka agama lainnya, mungkin para pemegang kekuasaan, militer dan lain-lain yang dapat dijadikan perantara bagi

kesejahteraan masyarakat.

Di dalam masyarakat yang heterogen tentu banyak nilai yang dijadikan anutan karena setiap golongan atau suku

bangsa tentu memiliki kebiasaan, kebudayaan maupun adat-istiadat sendiri-sendini. Di sini para elite harus dapat

menyesuaikan dirinya dalam menguasai masyarakat. Dalam hal mi mereka hams memperhatikan beberapa fungsi

dalam pengambilan kebijaksanaan untuk memimpin masyarakatnya agar terjadi kerjasama yang baik dalam

mencapai tujuan. Apa yang harus diperhatikan yaitu antara lain : tujuan yang hendak dicapai, penyesuaian dir

integrasi, memperhatikan serta memelihara nonna yang berlaku dan memperhatikan kepemimpinan.

Tujuan yang hendak dicapai haruslah terikat dan merupakan tujuan bersama kepandaian dalam menyesuaikan din

terutama bagi elite baru dapat membantunya secara efektif dalam mengarahkan masyarakat untuk mencapai

tujuannya. Sehubungan dengan fungsi yang harus dijalankan oleh elite dalam memegang pimpinan ia harus dapat

mengatur strategi yang tepat. Dalam hal mi kita dapat membedakan elite pemegang strategi secara ganis besar

sebagai berikut

Elite politik (elite yang herkuasa dalam mencapai tujuan. Yang paling berkuasa biasanya disebut elite segala elite).

Elite ekonomi, militer, diplomatik dan cendekiawan, (mereka yang berkuasa atau mempunyai pengaruh dalam

bidang itu).

Elite agarna, filsuf, pendidik dan pemuka masyarakat.

Elite yang dapat memberikan kebutuhan psikologis, Sep ti : antis, penulis, tokoh film, olahragawan dan tokoh

hiburan dan sebagainya.

Elite dan segala elite dapatlah menjalankan fungsinya dengan mengajak para elite pemegang strategi di tiap

bidangnya untuk bekerja sehaik-baiknya. Kecuali itu di manapun juga pana elite pemegang strategi tersehut memiliki

prinsip yang sama dalam menjalankan fungsi pokok maupun fungsinya yang lain, seperti memberikan contoh

tingkah laku yang balk kepada masyarakatnya, mengkoordinir serta menciptakan yang harmonis dalam berbagai
kegiatan, fungsi pertahanan dan keamanan; meredakan konflik sosial maupun fisik dan dapat melindungi

masyarakatnya terhadap sehagai bahaya dan luar.

Adanya perbedaan-perbedaan dalam masyarakat bagaimanapun juga menjadi tanggung jawab mereka untuk dapat

bekerjasama lain di dalam tiap lembaga kehidupan masyarakat. Mungkin di dalam suatu masyarakat biasanya tindak-

tanduk elite merupakan contoh, dan sangat mungkin séorang elite diharapkan dapat melakukan segala fungsi yang

multi dimensi walaupun kadang-kadang hal itu sulit dilaksanakan.

2) Massa

Istilah massa dipergunakan untuk menunjukkan suatu pengelompokan kolektif lain yang elementer dan spontan,

yang dalam beberapa hal menyerupai crowd, tapi yang Secara fundamental berbeda dengannya dalam hal-hal yang

lain. Massa diwakili oleh orang-orang yang berperanserta dalam perilaku massal sepertinya mereka yang

terbangkitkan minatnya oleh heberapa peristiwa nasicnal, mereka yang menyebar di berbagai tempat, mereka yang

tertanik pada suatu peristiwa pembunuhan sebagai diberitakan


BAB VIII

PERTENTANGAN-PERTENTANGAN SOSIAL DAN

INTEGRASI MASYARAKAT

1. PERBEDAAN KEPENTINGAN

Kepentingan merupakan dasar dan timbulnya tingkah laku individu. Individu bertingkah laku karena ada dorongan

untuk memenuhi kepentingannya. Kepentingan mi sifatnya esensial bagi kelangsungan hidup individu itu sendiri.

Jika individu berhasil dalam memenuhi kepentingannya, maka ia akan merasa puas, dan sebaliknya kegagalan dalarn

memenuhi kepentingan mi akan banyak menimbulkan masalah baik bagi dirinya maupun bagi lingkungannya.

Dengan berpegang kepada prinsip bahwa tingkah laku individu merupakan cara atau alat dalam memenuhi

kepentingannya, maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh individu di dalam masyarakat pada hakikatnya

merupakan manifestasi pemenuhan dan kepentingan tersebut.

Pada umumnya secara psikologis dikenal ada dua jenis kepentingan dalam din individu yaitu kepentingan untuk

memenuhi kebutuhan biologis dan kebutuhan sosial/psikologis. OIeh karena individu mengandung arti bahwa tidak

ada dua orang individu yang sama persis di dalam aspek-aspek pribadinya, baik jasmani maupun rohani, maka

dengan sendirinya timbul perbedaan individu dalam hal kepentingannya. Perbedaan-, perbedaan tersebut secara ganis

besar disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor pembawaan dan lingkungan sosial sebagai komponen utama bagi

terbentuknya keunikan indIvidu dalam hal kepentingannya meskipun dengan lingkungan yang sania. Sebaliknya

lingkungan yang berbeda akan memungkinkan timbulnya perbeclaan individu dalam hal kepentingafl meskipun

pembawaannYa sama.

Perbedaan kepentingan itu antara lain berupa:

1) Kepentingan indiviclu untuk memperoleh kasih sayang.

2) Kepentingan individu untuk memperoleh harga din.

3) Kepentingan individu untuk memperoleh penghargaan yang sania.

4) Kepentingan individu untuk memperoleh prestasi dan p0- sisi.

5) Kepentingafl individu untuk dibutuhkan oleh orang lait.

6) Kepentingan Individu untuk memperoleh kedudukan di dalam kelompoknya.

7) Kepentingafl individu untuk memperoleh rasa arnn ‗ perlindungan din.


8) Kepentingan individu untuk memperoleh kemerdekaafl din.

Kenyataan-keflYataan seperti itu menunjukkan ketidakmanipuan suatu ideologi mewujudkan idealisme yang

metupakan konsensus dan berbagai subideologi yang akhiniya akan melahirkan kondisi dis-integrasi atau konflik.

Permasalahan utaxna yang jelas tampak dalam tinjauan konflik mi adalah adanya jarak yang tenlalu besar antara

harapan (tujuan sosial) dengan kenyataan pelaksanaafl dan hasilnya.

Kenyataan seperti itu disebabkan oleh cara pandang yang berbeda antara pemerintah/peflguaSa sebagai pemegang

kendall ideologi dengan berbagai kelompok kepentingan sebagai sub-sub ideologi. Di sinilah tercermiL adanya

perbedaan kepentingan antra berbagai kelompok kepentingan dalam kerangka tinjauan politik. Jika lebih terpeninci

kita melihat pola hubungan antara berbagai kelompok kepentingafl sesuai dengan kelompok sosial yang ada dalam

masyarakat, niaka akan tampak lagi adanya konflik di antara mereka yang disebabkan karena cara panclang mereka

yang berbeda tentang satu masalah. Katakanlah tentang peranan kelompok sosial dalam pembangunafl negara, tentu

saja kelompok agama, kelompok sosial, ahli-ahli ekonomi, para hartawan dan lain-lain a1anmelihatnya dan sudut

kepentingan masing-masing kelompok tersebut. Jika lebih detail lagi kita perhatikan pola hubungan dalam satu

kelompok, masih kita akan menemui adanya konflik intern yang disebabkan karena perbedaan kepentingan masing-

masing individu dalam kelompok itu atau sebagai akibat heterogenitas suatu kelompok.

Perbedaan kepentingan mi tidak secara langsung menyebabkan terjadinya konflik tetapi rnengenal beberapa fase

yaitu1

Pertama, fase disorganisasi yang tenjadi karena kesalahfahaman (akibat pertentangan antara harapan dengan standar

normatif), yang menyehabkan sulitnya atau tidak dapatnya satu kelompok sosial menyesuaikan din dengan norma

(ideologi). Kedua, fase disintegrasi (konflik) yaitu pernyataan tidak Setuju dalam berbagai bentuk seperti timbulnya

emosi massa yang meluap, protes, aksi mogok, pemberontakan dan lainlain. Secara lebih teliti Walter T. Martin dan

kawan-kawannya mengemukakan tahapan pertama disintegrasi sebagai berikut

1) ketidaksefahaman anggota kelompok tentang tujuan sosial yang hendak dicapai yang semula menjadi pegangan

kelonipok;

2) norma-norma sosial tidak membantu anggota masyarakat lagi dalam mencapai tujuan yang telah disepakatinya;

3) norma-norma dalam kelompok dan yang dihayati oleh kelompok bertentangan satu sama lain;

4) sangsi sudah menjadi lemah bahkan sangsi tidak dilaksanakan dengan konsekuen lagi.

5) tindakan anggota masyarakat sudah bertentangan dengan norma kelompok.2


Pandangan sosiologis tentang proses disorganisasi dan disintegrasi tidak saja akan melahirkan konflik sosial,

tetapipada hal-hal tertentu dapat mengarah kepada integrasi kelompok maupun masyarakat. Tetapi masalah integrasi

mi akan diuraikan tersendiri dalam bagian berikut tulisan mi.

2. PRASANGKA, DISKRIMINASI DAN ETHNOSENTRISME

a. Prasangka dan Diskriminasi

Prasangka dan diskriminasi adalah dua hal yang ada relevansinya. Kedua tindakan tersebut dapat merugikan

pertumbuhan perkembangan dan bahkan integrasi masyarakat. Dan peristiwa kecil yang menyangkut dua orang

dapat meluas dan menjalar, melibatkan sepuluh orang, golongan atau wilayah disertai tindakan-tindakan kekerasan

dan destruktif yang merugikan.

Prasangka mempunyai dasar pribadi, di mana setiap orang memilikinya, sejak masih kecil unsur sikap bermusuhan

sudah nampak. Melalui proses belajar dan semakin besarnya manusia, membuat sikap cenderung untuk membeda-

bedakan. Perbedaan yang secara sosial dilaksanakan antar lembaga atau kelompok dapat menimbulkan prasangka.

Kerugiannya prasangka melalui hubungan pribadi akan menjalar, bahkan melembaga (turun-temurun) sehingga tidak

heran kalau prasangka ada pada mereka yang berpikirnya sederhana dan masyarakat yang tergolong cendekiawan,

sarjana, pemimpin atau negarawan. Jadi prasangka dasarnya pribadi dan dimiliki bersama. Oleh karena itu perlu

mendapatkan perhatian dengan seksama, mengingat bangsa Indonesia terdiri dan berbagai suku bangsa atau

masyanakat multi-etnik.

Suatu hal yang saling berkaitan, apabila seorang individu mempunyai prasangka rasial biasanya bertindak

diskriminatif terhadap ras yang diprasangkanya. Tetapi dapat pula yang bertindak diskriminatif tanpa didasani

prasangka, dan sebaliknya seorang yang berprasangka dapat saja bertindak tidak diskriminatif. Perbedaan terpokok

antara prasangka dan diskniminatif adalah bahwa prasangka menunjukkan pada aspek sikap,sedangkan diskriminatif

pada tindakan. Menurut Morgan (1966) sikap adalah kecenderungan untuk berespons baik secara positif atau negatif

terhadap orang, obyek atau situasi. Sikap seseorang banu diketahui bila ia sudah bertindak atau bertingkah-laku.

Oleh karena itu bisa saja bahwa sikap bertentangan dengan tingkah-laku atau tindakan. Jadi prasangka merupakan

kecenderungan yang tidak tampak, dan sebagai tindak lanjutnya timbul tindakan, aksi yang sifatnya realistis. Dengan

demikian diskriminatif merupakan tindakan yang realistis, sedangkan prasangka tidak realistis dan hanya diketahui

oleh din individu masing-masing.


Prasangka mi sebagian besar sifatnya apriori, mendahului pengalaman sendiri (tidak berdasarkan pengalaman

sendiri), karena merupakan hasil peniruan atau pengoperan langsung pola orang lain, atau dioper dan milieu di mana

orang menetap.

Gradasi prasangka menunjukkan aaanya distansi sosial antara ingroup dan outgroup. Dengan kata lain, tingkat

prasangka itu menumhuhkan jarak sosial tertentu di antara anggota kelompok sendiri dengan anggota-anggota

kelompok luar, dengan kata lain adanya diskriminatif antar kelompok.

Prasangka bisa diartikan sebagai suatu sikap yang terlampau tergesa-gesa, berdasankan generalisasi yang terlampau

cepat, sifat berat sebelah, dan dibarengi proses simplifikasi (terlalu menyederhanakan) terhadap suatu realita.

Dalam kehidupan sehari-hari, prasangka mi banyak dimuati emosi-emosi atau unsur efektif yang kuat. Jika

prasangka itu disertai agresivitas dan rasa permusuhan, semuanya tidak bisa disalurkan secara wajar, biasanya orang

yang bersangkutan lalu mencani obyek ―kambing hitam‖, yaitu suatu obyek untuk melampiaskan segenap frustasi,

dan rasa-rasa negatif. Kanibing hitam itu biasanya berwujud individu atau kelompok sosial yang lemah, golongan

minoritas, anggota kelompok luar, ras lain atau suatu bangsa tertentu. Dengan kata lain, mencoba untuk

mendiskriminasikan pihak-pihak lain, yang belum tentu pihak-pihak tersebut bersalah. Pada lazimnya prasangka

sedemikian itu dibarengi dengan rasionalisasi, yaitu membuat rasional segala prasangka dan pikiran yang negatif,

diproyeksikan kepada si ―kambing hitam‖. Pada akhirnya dibarengi justifikasj dir yaitu pembenaran din terhadap

semua tingkah-laku sendiri.

Prasangka sebagai suatu sikap tidaklah merupakan wawasan dasar dan individu melainkan merupakan hasil proses

interaksi antar individu atau golongan. Atau lebih tepat kalau prasangka itu merupakan hasil proses belajar dan

pengenalan individu dalam perkemhangannya. Pada prinsipnya seseorang akan bersikap tertentu terhadap orang lain

atau terhadap suatu kelompok apabila ia telah memiliki pengetahuan itu tidak dapat kita pastikan apakah bersifat

positif atau negatif. Pengetahuan itu akan membuat seseorang atau satu kelompok berpersepsi, berpikir dan merasa

terhadap obyek tertentu. Dan sinilah lahirnya suatu sikap dalam bentuk tingkah laku yang cenderung negatif.

Dengan demikian prasangka dapat dikatakan seperti yang dikemukakan oleh Newcomb sebagai sikap yang tak baik

dan sebagai suatu predisposisj untuk berfikir, merasa dan bertindak dengan cara yang menentang atau menjauhi dan

bukan menyokong atau mendekati orang-orang lain, terutama sebagai anggota kelompok.‘ Pengertian Newcomb

tersebut timbul dan gejala-gejala yang terjadi dalam masyarakat. Pengalaman Seseorang yang bersifat sepintas, yang

bersifat performance semata akan cepat sekali menimbulkan sikap negatif terhadap suatu kelompok atau terhadap
seseorang. Melihat penampilan orang-orang Negro maka sering menimbulkan kesan keras, sadis, tidak hermoral dan

sejenisnya. Pandangan yang demikian akan menimbulkan kesan segan bergaul dengan mereka dan selalu

memandangriya dengan sikap negatif.

b. Perbedaan Prasangka dan Diskriminasi

Tidak sedikit orang-orang yang mudah berprasangka, namun banyak juga orang-orang yang lehih sukar untuk

berprasangka. Mengapa terjadi perbedaan cukup menyolok? Tampaknya kepribadian dan intelegensia, juga faktor

lingkungan cukup berkaitan dengan munculnya prasangka. Namun demikian belum jelas benar ciri-ciri kepribadian

mana yang membuat seseorang mudah berprasangka. Sementara pendapat menyebutkan bahwa orang yang

berintelegensi tinggi, lebih sukar untuk bersikap berprasangka. Mengapa? Karena orang-orang macam mi bersif at

dan bersikap kritis. Tetapi fakta-fakta dalam kehidupan sehani-hari menunjukkan bahwa mereka yang tergolong

dalam jajaran kaum cendekiawan, bahkan juga para pemimpin dan negarawan juga bisa berprasangka. Bukankah

lahirnya senjata-senjata antar benua (Inter Continental Balistic Missile ICBM) adalah suatu prasangka yang

berlebihan dan para pemimpin, negarawan negara-negara adikuasa (superpower). Bukankah pemasangan rudal-rudal

jarak pendek milik Amerika Serikat di daratan Eropa Barat adalah suatu manifestasi dan prasangka Amerika Serikat

terhadap rivalnya yaitu Uni Soviet? Kondisi lingkungan/wilayah yang tidak mapan pun cukup beralasan untuk dapat

menimbulkan prasangka suatu individu atau kelompok sosial tertentu. Dalam kondisi persaingan untuk mencapai

akumulasi material tertentu, atau untuk meraih status sosial bagi suatu individu atau kelompok sosial tertentu, pada

suatu lingkungan/wilayah di mana norma-norma dan tata hukum dalam kondisi goyah, dapat merangsang munculnya

prasangka dan diskriminasi. Antara prasangka dan diskriminasi dapat dibedakan dengan jelas. Prasangka bersumber

dan suatu sikap. Diskriminasi menunjuk kepada suatu tindakan. Dalam pergaulan sehani-hari sikap berprasangka dan

diskriminasi seolah-olah menyatu, tak dapat dipisahkan. Seorang yang mempunyai prasangka rasial, biasanya

bertindak diskiminasi terhadap ras yang diprasangkainya. Walaupun hegitu, hiasa saja seseorang bertin dak

diskriminatif tanpa herlatar- helakangpada suatu prasangka. Demikian Juga sebaliknya, seseorang yang berprasangka

dapat saja berperilaku tidak diskriminatif. Di Indonesia kelompok keturunan Cina sebagai kelompok minoritas,

sering menjadi sasaran prasangka rasial, walaupun secara yuridis telah jadi warga negara Indonesia dan dalani UUD

1945 Bab X Pasal 27 dinyatakan bahwa semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama dalam hukum dan

pemerintahan.
Sikap berprasangka jelas tidak adil, sebab sikap yang diambil hanya berdasarkan pada pengalaman atau apa yang

didengar. Lebih-lebih lagi bila sikap berprasangka itu muncul dan pikiran sepintas, untuk kemudian disimpulkan dan

dibuat pukul rata sebagai sifat dan seluruh anggota kelompok sosial tertentu. Apahila muncul suatu sikap

berprasangka dan diskriminatif terhadap kelompok sosial lain, atau terhadap suatu suku bangsa, kelompok etnis

tertentu, bisa jadi akan menimbulkan pertentangan-pertentangan sosial yang lebih luas. Suatu contoh beberapa

peristiwa yang semula menyangkut beberapa orang saja, sening menjadi luas, melibatkan sejumlah orang. Akan

menjadi lebih riskan lagi apabila peristiwa itu menjalar lebih luas, sehingga melibatkan orangorang di suatu wilayah

tertentu, yang diikuti dengan tindakan-tindakan kekerasan dan destruktif dengan berakibat mendatangkan kerugian

yang tidak kecil.

c. Sebab-sebab timbulnya prasangka dan diskriminasi

a) Bela tar belakang sejarah

Orang-orang kulit putth di Amerika Senikat berprasangka negatif terhadap orang-orang Negro, herlatar belakang

pada sejarah masa Iampau, bahwa orang-orang kulit putih sebagai tuan dan orang-orang Negro berstatus Sebagai

budak. Walaupun reputasi dan prestasi orang-orang Negro dewasa mi cukup dapat dibanggakan, terutama dalam

bidang olahraga, akan tetapi prasangka terhadap orang-orang Negro sebagai biang keladi kerusuhan dan keonara‘n

belum sirna sainpai dengan generasi-generasi sekarang mi.

b) Dilatarbelakaflgi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasioflal

Suatu prasangka muncul dan berkembang dan suatu mdividu terhadap individu lain, atau terhadap kelompok sosial

tertentu manakala terjadi penurunan status atau terjadi Pemutusan Huhungan Kerja (PHK) oleh pimpinan perusahaan

terhadap karyawanflYa.

Pada sisi lain prasangka hisa berkembang lebih auh sebagai akibat adanya jurang pisah antara kelompok orang-orang

kaya dengan golongan orang-orang miskiñ. Harta kekayaan orang-orang kaya baru, diprasangkai bahwa harta-harta

itu didapat dan usaha-usaha yang tidak halal. Antara lain dan usaha korupsi dan penyalahgunaan wewenang sebagai

pejabat dan lain sebagainya.

c) Bercum bar dan faktor keprjbadjan

Keadaan frustasj dan beherapa orang atau kelompok sosial tertentu merupakan kondjsj yang cukup untuk menjmbul..

kan tingkah. laku agresif. Para ahli heranggapan bahwa prasangka lebih dominan disebabkan tipe kepribadjan orang-
orang tertentu. Tipe authoritarian personality adalah sebagai ciri kepribadjan seseorang yang penuh prasangka,

dengan ciri-cjrj bersif at konservatjf dan bersifat tertutup.

d) Belatar belakang dariperbedaan keyakinan, kepercaya an dan agama.

Bisa ditambah lagi dengan perbedaan pandangan politik, ekonomi dan ideologi. Prasangka yang berakar dan hal-hal

tersebut di atas dapat dikatakan sebagai suatu prasangka yang bersifat universal. Beberapa di antaranya : konflik

Irlandia Utara -— Irlandia Selatan; konflik antara golongan keturunan Yunanj — Turkj di Cyprus dan perang Irak —

Iran berakar dan latar belakang adanya prasangka agama/kepercaya agama. Perang Vietnam, pendudukan Afganistan

oleh Uni Soviet, konflik-konfljk di lingkungan negara.negara Amerika Tengah Iebih banyak bermotjfkan ideologi

politik, dan strategi politik global. Munculnya kelompok.kelompok ekononvi, berdirinya fakta-fakta pertahanan

seperti NATO atau SEATO adalah contoh-contoh yang jelas dan gamblang — berkat dan adanya suatu prasangka

dan adanya politik global dan negaranegara adikuasa.

d. Usaha mengurai / menghilangkan prasangka dan diskriminasi

a) Perbajkan kondjcj sosjal ehonomi

Pemerataan pembangunan dan usaha peningkatan pendapatan bagi warga negara Indonesia yang masih tergolong di

bawah ganis kemiskinan akan mengurangi adanya kesenjangan - kesenjangan sosial antara si kaya dan si miskin.

Melalui pelaksanaan-pelaksanaan program-program pembangunan yang man- tap dan didukung oleh lembaga-

lembaga ekonomi pedesaan seperti BUUD dan KUD. Juga melalui program Kredit Candak Kulak (KCK), Kredit

Modal Kerja Permanen (KMKP), dan dalam sektor pertanian dengan program: Intensifikasi Khusus (Insus), proyek

Perkehunan Inti Rakyat (PIR), juga Proyek Tebu Rakyat diperkirakan golongan ekonomi lemah Imbat-laun akan

dapat. menikmati usaha-usaha pemerintah dalam perbaikan sektor perekonomian. Dengan begitu, prasangka-

prasangka ketidakadilan dalam sektor perekonomian antara kelompok ekonomi kuat dan kelompok ekonomi

Icmahsedikit banyak dapat dikurangi dan akhirnya akan sirna.

b) Perluasan kesempa tan belajar

Adanya usaha-usaha pemerintab dalam perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warganegara Indonesia, paling

tidak dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan, tefutama pendidikan tinggi hanya dapat dinikmati
oleh kalangan masyarakat menengah dan kalangan atas. Mengapa? Untuk mencapai jenjang pendidikan tertentu di

perguruan tinggi memang mahal. Untuk mencapai jenjang pendidikan tertentu, selain harus memiliki kemampuan

otak, juga harus punya modal. Bagi mereka yang memiliki keduanya, sungguh sangat beruntung. Sebaliknya,

sungguh malang bagi mereka yang tidak memiliki kemampuan otak dan modal. Mereka akan selalu tercecer dan

tersisih dalam persaingan memprehutkan bangku sekolah. Masih beruntung bagi mereka yang memiliki kemampuan

otak. Jika dapat mencapai prestasi tinggi dan dapat dipertahankan secara konsisten, beasiswa yang ancka-ragam itu

.dapat diraih dan kantong pun tidak akan kering-kerontang.

Dengan memberi kesempatan luas untuk mencapai ting kat pendidikan dan tingkat dasar sampai peruguruan tinggl

bagi seluruh warga negara Indonesia tanpa kecuali, prasangka dan perasaan tidak adil pada sektor pendidikan cepat

alati lambat akan hilang lenyap.

c) Sikap terbuka dan sikap lapang

Harus selaiu kita sadari bahwa berbagai tantangan yang datang dan luar maupun yang datang dan dalam negeri,

semuanya akan dapat merongrong keutuhan negara dan bangsa. Kebhinekaan masyarakat berikut sejumlah nilai yang

melekat, merupakan basis empuk bagi timbulnya prasangka, diskrimjnasi, dan keresahan. Berbagai ideologi secara

historis pernah mendapat tempat dan berkiprah di republik mi, bukan mustahil akan mengarnbil manfaat

kemajemukan kultur, status dan kelas masyarakat Bukan mustahil kalau mereka memanfaatkan situasi berprasangka,

resah, dan kemelut. Apalagi dalam suasana transisj masa satu asas, berbagai pengaruh dan kemungkjnan itu tidak

boleh diremehkan begitu saja. Sesungguhnya idealisme paham kehangsaan yang mencanangkan persatuan dan

kemerdekaan, telah menumbuhkan sikap kesepakatan, solidaritas dan loyalitas yang tinggi. Dengan berbagai sikap

unggul itu, diharapkan akan berkelanjutan dengan sikap saling percaya, saling menghargaj, menghormatj dan

menjauhkan din dan sikap berprasangka. Dilandasj dengan sikap-sikap tersehut di atas, akan muncul sikap terbuka,

sikap lapang untuk menerima knitik, suatu makna dan perbedaan pendapat yang wajar dalam kemajemukan

masyarakat Indonesia. Upaya menjalin komunjkasj dua arah, karena masing-masing berniat membuka din untuk

berdialog antar golongan, antar kelompok sosial yang diduga berprasangka dengan tujuan membina kesatuan dan

persatuan bangsa, adalah suatu cara yang sungguh bijaksana.


e. Ethnosent,-jcme

Setiap suku bangsa atau ras tertentu akan memiliki cmi khas kebudaya yang sekaligus menjadi kebanggaan mereka.

Suku bangsa, ras tersebut dalam kehidupan seharj-hanj bertingkah laku sejalan dengan norma-norma, nilai-nilaj yang

terkandung dan tersifat cfalam kebudayaan tersebut.

Suku bangsa, ras tersebut cenderung menganggap kebudayaan mereka sebagai sesuatu yang prima, nil, logis,sesuai

dengan kodrat alam dan sebagainya. Segala yang berbeda dengan kurang baik, kurang estetis, bertentangan den gan

kodrat alam dan sebagainya. Hal-hal tersebut di atas dikenal sebagai ethnosentrisme, yaitu suatu kecenderungan yang

menganggap nilai-nilai dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai sesuatu yang prima, terbaik, mutlak, dan

dipergunakannya sebagai tolok ukur untuk menilai dan membedakannya dengan kebudayaan lain.

Ethnosentnisrne nampaknya rnerupakan gejala sosial yang universal, dan sikap yang demikian biasanya dilakukan

secara tidak sadar. Dengan demikian ethnosentnisme merupakan kecenderungan tak sadar untuk menginterpretasikan

atau meriilai kelompok lain dengan tolok ukur kebudayaannya sendin. Sikap ethnosentnisme dalam tingkah laku

berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes. Akibatnya ethnosentrisme penampilan yang ethnosentrik, dapat

menjadi penyebab utama kesalahpaham an dalam berkomunikasi. Ethnosentnisme dapat dianggap sebagai sikap

dasar ideologi Chauvinis yang melahirkan Chauvinisme. Chauvinisme pernah dianut oleh orangorang Jerman pada

zaman Nazi Hitler. Mereka merasa din superior, lehih unggul dan bangsa-bangsa lain; dan memandang bangsa-

bangsa lain sebagai inferior, nista, rendah, bloon dan Sebgainya.

3. PERTENTANGAN-PERTENTANGAN GANGAN DALAM MASYARAKAT SOSIAL/KETE

Konflik (pertentangan) mengandung s‘iatu pengertian ting. kab laku yang lebih luas daripada yang biasa

dibayangkan orang dengan mengartikannya sebagai pertentangan yang kasan dan penang. Dasar konflik berheda-

beda. Dalam hal mi terdapat tiga elemen dasan yang merupakan cini-ciri dan situasi konflik, yaitu

Terdapatnya dua atau lebih unit-unit atau bagian-bagian yang terlibat di dalam konflik.

Unitunit tersebut mempunyai perbedaan-perbedaan yang tajam dalam kebutuhan-kehutuhan, tujuan-tujuan, masalah-

masaiah, nilai-nilai, sikap-sikap, maupun gagasangagasan.

Terdapatnya interaksi di antara baglan-bagian yang mempunyai perbedaan-perbedaan tersebut.


Konflik merupakan suatu tlngkah laku yang dibedakan dengan emosi-emosi tertentu yang sering dihuhungkan

dengannya, misalnya kebencian atau permusuhan. Konflik dapat terjadi pada lingkungan yang paling kecil yaitu

individu, sampai kepada lingkup yang luas, yaitu masyarakat.

Pada taraf di dalam din seseorang, konflik menunjuk kepada adanya pertentangan, ketidakpastian, atau emosi-emosi

dan dorongan-dorongan yang antagonistik di dalam din seseorang.

Pada taraf kelompok, konflik-konflik ditimbulkan dan konflik-konflik yang terjadi di dalam din individu, dan

perbedaan-perbedaan pada para anggota kelompok dalam tujuan-tujuan, nilai-nilai, dan norma-norma, motivasi-

motivasi mereka untuk menjadi anggota kelompok, serta minat-minat mereka.

Pada taraf masyarakat, konflik juga bersumber pada perbedaan di antara nilai-nilai dan norma-norma kelompok

dengan nilai-nilai dan norma-norma kelompok yang bersangkutan berada. Perbedaan-perbedaan dalam tujuan, nilai,

dan norma, serta minat, disebabkan oleh adanya perbedaan pengalaman hidup dan sumber-sumber sosio-ekonomis di

dalam suatu kebudayaan tertentu dengan yang ada dalam kebudayaan-kebudayaan lain.

Para penulis seperti Berstein, Coser, Follett, Simmel, Wilson dan Ryland; memandang konflik sebagai sesuatu yang

tidak dapat dicegah timbulnya, yang secara potensial dapat mempunyai kegunaan yang fungsional dan konstruktif;

namun sebaliknya, dapat pula tidak bersifat fungsional dan destruktif (Berstein, 1965). Konflik mempunyai potensi

untuk memberikan pengaruh yang positif maupun negatif dalam berbagai taraf interaksi manusia.

Sanford mengatakan bahwa ―Seseorang yang telah mempelajari cara-cara rnenanggulangi konflik di dalam dirinya

sendir adalah orang yang akan berkembang dengan lebih baik, dihandingkan dengan mereka yang tidak pernah

menghadapi konflik yang serius di dalam dirinya sendiri (Nevitt Sanford, 1966). Kemampuan drang yang biasa

menghadapi konflik dalam melaksanakan atau menggu nakan mekanisme-mekanisme dan tingkah laku penyesuaian

din, akan semakin luas dan semakin fleksibel, dan kemampuan empatinya dapat meningkat dengan cepat.

Sebaliknya, konflik-konflik yang terjadi di dalam din seseonang yang berlangsung terlalu lama, tenlalu gawat, atau

terlalu mendasar terhadap struktur kepribadian seseorang, dapat menuntun kepada desintegrasi kepribadian yang

berat dan kehilangan kemampuan untuk melaksanakan fungsinya.

Pada taraf kelompok, konflik dapat menuntun kepada peningkatan pemahaman dan penguatan huhungan di antara

para anggota kelompok, karena perbedaan-perbedaan yang timbul dapat disalurkan dan tidak dibiarkan terpendam di

dalam hati masing-masing orang. Konflik menimbulkan rangsangan untuk bertingkah laku dan merupakan basis

interaksi. Coser menyatakan bahwa hanyalah dengan melalui pengungkapan perbedaanperbedaan di antara para
anggotanya, yang memungkinkan kelompok untuk dapat menggambarkan nilainilai dan minat-minat bersama. Pada

saat hal-hal yang tidak disepakati diungkapkan, maka hal yang telah disepakati pun menjadi lebih jelas. Kejelasan

mengenai kesepakatan dan ketidaksepakatan tersebut, pada saatnya, secara langsung menunjang kesatupaduan atau

ikatan kelompok. Konflik sosial dapat menlmbulkan konsekuensi-konsekuensi yang meningkatkan kemampuan

orang untuk melibatkan din di dalam kegiatan-kegiatan pemecahan masalah dengan hasil-hasil yang memuaskan.

Selain memperhatikan aspek-aspek dalam konflik yang memberikan manfaat, tidak boleh dilupakan pula bahwa

hanyak konflik yang bersifat destruktif dan dapat menuntun kepada terjadinya desintegrasi kelompok. Dengan

demikian, cara-cara yang digunakan anggota-anggota kelompok untuk mengenali, memecabkan dan menanggulangi

konflik, rnerupakan hal yang sangat penting untuk kelangsungan kehidupan berkelompok.

Konflik mungkin realistis maupun tidak realistis. Konflik yang realistis terkait dengan tujuan yang rasional, dan

konflik terjadi herkenaan atau merupakan kelengkapan untuk pencapaian tujuan. Dalam konflik yang tidak realistis,

konflik tersebut merupakan tujuan itu sendiri. Tips konflik mi timbul dan proses-proses yang tidak rasional dan

ernosional dan pihak-pihak yang terlihat di dalamnya. Sringka1i pihakpihak yang terlibat di dalam konflik, tidak

menyadari akan proses-proses emosional yang telah mernotivasi mereka uniuk memasuki pertentangan itu. Hampir

semua konflik yang herlangsung di dalam kerumitan situasi kehidu pan manusia, mernpunyai elemen rasional

maupun elemen tidak rasional. Lebih jauh lagi konflik-konflik tersehut mungkin fungsional maupun disfungsional

pada saat yang hersamaan.

Upaya untuk memecahkan jonflik selalu timbul selama herlangsungnya kehidupan suatu kelompok, namun terdapat

perbedaan-perbedaan di dalam sifatdan intensitaskonflik pada berbagai tahap perkembangan kelompok. Pemecahan

terhadap konflik-konflik yang hesar tidak akan dapat terjadi sampai suatu kelompok telah berkembang mencapai

suatu titik di mana terdapat kesepakatan yang mendasar di dalain kelompok terjadi dengan pasti. Di dalam proses-

proses pembuatan keputusan, terletak metode-metode pengendalian konflik yang dapat digunakan terhadap semua

atau setiap konflik (Wilson an Ryland, 1969).


Adapun cara-cara pemecahan konflik-konflik tersebut adalah sebagai berikut

Elimination yaitu pengunduran din salah satu pihak yang terlihat di dalam konflik, yang diungkapkan dengan

kami mengalah

kami mendongkol

kami ke luar

kami membentuk kelompok kami sendini.

Subjugation atau Domination, artinya orang atau pihak yang mempunyal kekuatan terbesar dapat memaksa orang

atau pihak lain untuk mentaatinya. Tentu saja cara mi bukan suatu cara pemecahan yang memuaskan bagi pihakpihak

yang terlibat.

Majority Rule, artinya suara terbanyak yang ditentukan dengan voting, akan menentukan keputusan, tanpa

mempertimbangkan argumentasi. Pada hakikatnya majority mi merupakan salah satu bentuk dan subjugation.

Minority Consent, artinya kelompok mayoritas yang menang, namun kelompok minoritas tidak merasa dikalahkan,

dan menerima keputusan serta sepakat untuk melakukan keiatan bersama.

Compromise (kompromi), artinya kedua atau semua sub kelompok yang terlibat di dalam konflik, berusaha mencari

dan mendapatkan jalan tengah (halfway).

Integration (integrasi), artinya pendapat-pendapat yang bertentangan didiskusikan, dipertimbangkafl dan ditelaah

kembali sampai kelompok mencapai suatu keputusan yang memuaskan bagi semua pihak. Integrasi merupakan cara

pemecahan konflik yang paling dewasa (Albert Bandura, 1969).

Setelah Perang Dunia II selesai, sejunilah negara di Asia mendapat peluang, menyatakan kemerdekaanflYa, seperti

India, Burma, Mua,ngthai, Malaya, dan Indonesia. pada umumnya negara-negara tersebut dijajah oleh negara-negara

Barat selama waktu yang lama.

Dalam masa penjajahan rakyat setempat tidak diberikan kesempatan yang luas dalam ikut serta di bidang

pemerintahan. Pengetahuan dan pengalaman yang serba sedikit dalam bidang pemerinlahan menimbulkan mas&ah

setelah mencapai kemerdekaafl. Negara Indonesia sebagai bagian dan negaranegara di Asia Tenggara menghadapi

beberapa masalah atau problema setelah mencapai kemerdekaafl pada tahun 1945.

Pada dasarnya problema yang dihadapi oleh negara Indonesia meliputi:


1) Pro blema Pemerintahan

Seakan-akan merupakan patokan, bahwa negara modern harus mempergunakan sistem pemerintahan model Barat.

Lanibang statusnya ternyata juga mempengaruhi sikap Indonesia di dalam memiih model sistem pemerintahan, agar

dapat diterima sebagai anggota baru yang terbebas dan belenggu penjajahan. Walaupun UUD 1945 memakai sistem

pemerintahan dan Barat sebagai modelnya. Tetapi pernyataan tentang kepribadian bangsa dalain segala aspek

nampak jelas. Semangat UUD 1945 disingkirkan, sementara kelompok yang menginginkan sistem liberalisme

mencapai kemenangan. Tetapi pada Juli 1959 dengan Dekrit Presiden UUD 1945 diberlakukan kembali.

2) Pro blema Ideologi Bangsa

Di Asia Tenggara terdapat pengaruh yang kuat dan pandangan Jefferson dan Marxist. Sebagai alternatif Indonesia

lebih menekankan pencanian ideologi bangsa pada akar budaya bangsa. Pancasila yang digali dan kebudayaan

sendiri dapat diterima segala ideologi bangsa.

3) Pro blema Kedo,erahan dan Minoritas

Indonesia terdiri dan beribu-ribu pulau dan berpuluhpuluh suku bangsa merupakan masalah tersendiri dalam alain

kemerdekaan. Suku-suku bangsa tersebar di seluruh pulaupulau di Indonesia seperti suku Aceh, Batak,

Minangkabau, Padang, Bugis, Makasar dan Minahasa di Sulawesi, Suku Ambon di Maluku, suku Bali dan

seterusnya. Pada zaman penjajahan disatukan oleh kekuatan kolonial Belanda yang mempergunakan kekerasan.

Setelah mencapai kemerdekaan, Undang-Undang Dasar dan peraturan-peraturan lain yang bersifat Nasional

mengatur persatuan dan kegiatan-kegiatan lain yang bersifat Nasional. Peraturan-peraturan yang bersifat nasional

meupakan produk baru dan masih dirasakan sebagaisesuatu yang asing. Setiap suku-suku bangsa lebih merasa terik it

oleh sistem budayanya masing-masing. Oleh karena itu dalam menjalin hubungan antar suku atau yang bersifat

Nasional, sistem budaya sukunya lebih ditonjolkan.

Satu hal lagi yang perlu diperhatikan bahwa pada masa akhir kekuasaan Belanda di Indonesia, rasa kesukuan

memang sengaja ditiup-tiupkan oleh Belanda dalam usaha menyelamatkan kekuasaan-Nya.

Minoritas di Indonesia yaitu suku asing keturunan China, Arab, Eropa ternyata merupakan masalah, terutama dalam

kehidupan ekonomi dan sosial.


4. GOLONGAN-GOLONGAN YANG BERBEDA DAN INTEGRASI SOSLAL

a. Masyarakat majemuk dan nasion Indonesia

Masyanakat Indonesia digolongkan sebagai masyarakat majemuk, yaitu suatu masyarakat negana yang terdini dan

beberapa suku bangsa atau golongan sosial yang dipersatukan oleh kekuatan Nasional, yaitu berwujud Negara

Indonesia.

Masyarakat yang majemuk tersebut dipersatukan oleh sistem Nasional yang mengintegrasikannya melalui

janinganjaningan administrasi pemerintahan, politik, ekonomi dan sosial yang berpusat di kota-kota. Untuk lebih

jelas dikemukakan aspek dan kemasyarakatan tersebut.

1) Suku Bangsa dan Kebudayaannya

Indonesia terdini dan sekitan 13.000 buah pulau besan dan kecil dan sejumlah laut, selat dan samudera mewujudkan

satu daerah atau lingkungan alam yang berbeda-beda antara satu dengan lainnya. Perbedaan lingkungan alam

mempengaruhi ciri-ciri jasmaniah penduduk di masing-masing daerah sehingga penduduk Indonesia mewujudkan

ciri-ciri jasmaniah yang berbeda-beda.

Di daerah-daerah di Indonesia yang terseban luas terdiri dan sejumlah suku bangsa yang dikenal pula dengan

masyarakat daerah. Di Sumatera dikenal beberapa suku bangsa Seperti: Aceh, Batak, Minangkabau, dan sebagainya.

Di Kalimantan dikenal suku bangsa Dayak, Banjar. Di Sulawesi dikenal suku bangsa Makasar, Bugis, Minahasa dan

di kepulauan-kepulauan lainnya dikenal suku bana yang tidak sedikit jumlahnya.

Tiap suku bangsa tersebut memiliki kehudayaan sendiri yang berbeda dengan kebudayaan serta bangsa lain.

Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercaya. an,

kesenian, moral, hukum, adat-Istiadat dan kemampuan lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai

anggota masyarakat.

Oleh karena tiap suku bangsa mempunyai kehudayaan sendiri-sendiri. maka di Indonesia juga terdapat sejumlah

sistem budaya yang dipergunakan oleh masing-masing suku bangsa.

Dalam kehidupan sehari-hari suku bangsa itu mempergunakan sistem budayanya sendiri yang terdiri dan seperangkat

ilmu pengetahuan, kepercayaan, hukum, adat-istiadat, kesenian dan kebiasaan-lcebjasaan lainnya. Sistem

kebudayaan tersebut ditaati oleh warga masyarakatnya. Usaha mengingkari sistem budayanya dianggap oleh warga

masyarakatnya sebagai tindakan yang menye1ewng. Pelaku dan pelanggaran tersebut mendapat sanksi dan
masyarakatnya. Berat-ringannya sanksi didasarkan atas berat-ringannya pelanggaran yang dilakukan. Pelanggaran

yang berat dapat menyebabkan orang tersebut dikeluarkan dan masyarakatnya.

Kalau disistematiskan maka masyarakat merupakan sumber energi yang menghasilkan kebudayaan. Dan kehudayaan

sebagai sistem budaya merupakan alat yang mengatur atau mengontrol masyarakatnya.

2) Agama

Dilihat dan segi historis suku-suku bangsa di Indonesia mempunyai teoleransi yang besar terhadap agama atau

kepercayaan yang lain. Sebelum kedatangan agama Hindu yangberasal dan India, orang-orang Indonesia sudah

mempunyai kepercayaan sendini yang biasa disebut dengan istilab animisme dan dinamisme. Agama Hindu datang

di Indonesia dengan jalan damai. Kontak agama tersebut melalui jalan perdagangan.

Setelah agama Hindu mengalami kemunduran, datanglah agama lain berturut-turut agama Islam dan Kristen. Kedua

agama tersebut juga diterima dengan cara-cara yang damai.

Kepercayaan seperti diwujudkan dalam agama Islam atau agama Kristen dan kepercayaan lain (Hindu Budha)

merupakan sumber nilai yang dianut oleh warganya. Nilai merupakan pedoman umum yang digunakan dalam

memilih antara berbagai kemungkinan pilihan. Nilai digunakan dalam menentukan tujuan tindakan atau usaha. Nilai

digunakan untuk menentukan baik tidaknya sesuatu. Nilai biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi terkait dengan

kepercayaan tertentu membenarkannya. Orang mempergunakan nilai-nilai tertentu, karena orang menganut suatu

kepercayaan tertentu yang membenarkan nilai-nilai dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya bersama mi dinamakan

nilai-nilai budaya. Nilai-nilai budaya mungkin merupakan nilai lama, tetapi juga mungkin merupakan nilainilai barn.

3) Bahasa

Pada suku-suku bangsa yang bermacam-macam itu terikat pula oleh satu persamaan yaitu bahasa. Bahasa yang

merupakan alat komunikasi dalam melaksanakan interaksi sosial di antara kelompoknya. Di Bali warga

masyarakatnya mempergunakan bahasa Bali dalam mengadakan hubungan. Di masyarakat Bugis orang

mempergunakan bahasa Bugis. Di Jawa warga masyarakatnya mempergunakan bahasa Jawa. Di daerah Batak warga

masyarakatnya mempergunakan bahasa Batak. Demikian pula karya-karya sastra masyarakat daerah itu

mempergunakan bahasa daerahnya masing-masing.

4) Nasion Indonesia

Di luar suku bangsa Batak, Minangkabau, Sunda, Jawa, Bugis, Bali, Banjar, Sasak dan sebagainya di Indonesia

masih terdapat satu Nasion baru yaitu Nasion Indonesia.


Nasion merupakan kesatuan solidaritas, yang terbentuk sebagai hasil proses setelah kemerdekaan tahun 1945. Nasion

Indonesia merupakan suatu federasi antara suku-suku bangsa yang masing-masing merupakan kesatuan tersendiri

dan federasi mi tetap mempertahankan kesatuan mereka masing-masing.

Nasion Indonesia juga mempunyai kebudayaan sendiri yang disebut kebudayaan Nasional. Kebudayaan Nasional

terbentuk dan merupakan perpaduan dan kebudayaan daerah yang dapat diterima oleh masyarakat dan suku-suku

bangsa lainnya. Kebudayaan Nasional itu sendiri masth dalam tarap proses pembentukan lebih lanjut. Pada suku

bana Jawa yang mempunyai karya-karya sastra Jawa dan ditulis dalam bahasa Jawa merupakan kebudayaan daerah.

Tetapi karyakarS‘a sastra Jawa yang dalam bahasa Indonesia dan dapat diterima dan dimengerti oleh suku-suku

bangsa yang lain dapat digolongkan dalam kebudayaan Nasional.

Tarian-tarian daerah yang dapat diterima dan dinikmati oleh warga daerah lainnya di seluruh Indonesia dapat juga

disebut sebagai Tazi Nasional. Hal yang menggembirakan ialah bahwa ada beberapa ahli yang mencoba kreasi tarian

baru yang dapat diterima dan dinikmati di seluruh Indonesia, seperti Bagong Kusudiardjo, Sarlito W. Kusumo.

Kesenian wayang mungkin akan tetap sebagai kesenian daerah saja, karena tidak dapat diterima dan dinikmati oleh

warga/ orang dan suku bangsa lain.

Jadi dalam pembentukan kebudayaan Nasional unsurunsurnya berasal dan kebudayaan daerah. Kebudayaan daerah

itu sendiri tidak akan punah, tetapi tetap berkembang terus. Justru mengembangkan kebudayaan daerah berarti pula

memperkaya kebudayaan Nasional.

Nasion Indonesia

Nasion Daerah (kebudayaan daerah)

Kebudayaan Nasional

Kebudayaan Nasional sebagai sistem kebudayaan Nasional mengontrol perilaku para warganya. Penyimpanan dan

sistem kebudayaan Nasional merupakan pelanggaran yang akan dikenakan sanksi.

b. Integrasi

Penduduk Indonesia yang menempati wilayah yang luas

mi bukan hanya terikat oleh satu sistem kebudayaan, tetapi

banyak sistem kebudayaan. Sistem kebudayaan yang berlaku

di Indonesia

1) Sistem kebudayaan daerah


2) Sistem kebudayaan agama, seperti Islam, Kristen, Hindu dan Budha.

3) Sistem kebudayaan Nasional

4) Sistem kebudayaan asing, seperti China, Arab.

Keempat unsur di atas merupakan unsur dan kebudayaan Nasional.

Keempat unsur tersebut sekaligus menjadi landasan dan atau corak masalah dihadapi oleh masyarakat Indonesia

yang majemuk.

Orang Indonesia merupakan pendukung lebih dan satu sistem kebudayaan, sebagai contoh seorang Sunda dalam

berkomunikasi dengan sukunya mempergunakan sistem kebudayaan Sunda. Di samping itu seorang Sunda ada yang

beragama Islam. Oleh karena itu dia juga memakai sistem kebudayaan Islam. Sebagai bagian dan rakyat Indonesia,

orang Sunda itu juga memakai sistem kebudayaan Nasional.

Dalam hal mi masalah besar yang dihadapi oleh bangsa Indonesia setelah merdeka yaitu masalah integrasi di antara

masyarakat yang majemuk itu. Integrasi bukan peleburan, tetapi keserasian persatuan. Masyarakt majemuk itu tetap

pada kemajemukan masing-masing. Mereka dapat hidup serasi, berdampingan, seperti tulisan yang terdapat dalam

Lambang Negara yaitu Bhinneka Tunggal Ika, yang berbeda-beda tetapi merupakan kesatuan.

Karena itu hartis memperjelas dalam hubungan antara:

1) Kebudayaan atau kekuatan Nasional dengan kebudayaan suku-suku bangsa/daerah.

2) Kebudayaan suku-suku bangsa/daerah dengan kebudayaan suku-suku bangsa/daerah yang lain.

Kalau kekuatan Nasional terlalu mendorninasi kehidupan politik, sosial, ekonomi warga sukusuku bangsa/daerah,

akan menimbulkan konflik antara pusat dan daerah. Kiranya timbulnya pemberontakan Dewan Banteng yang

dipimpin oleh Kol. Ahmad Huein dapat dianalisa dan segi itu.

Kuatnya integrasi akan menjadi salah satu ukuran timbul atau tidaknya pemberontakan-pemberontakan di daerah.

Demikian pula dominasi kekuatan di tingkat Nasional cileh salah satu suku bangsa akan menimbulkan konflik

kekuatan antara suku-suku bangsa. Dalam peristiwa pemberontakan Permesta, suku Jawa dimusuhi oleh orang

Minahasa, karena suku Jawa dianggap mendominasi kekuasaan Nasional.

Variabel-variabel lain yang dapat menjadi penghamhat dalam integrasi ialah

1) Klaim!tuntutan penguasaan atas wiiayah-wilayah yang dianggap sebagai miliknya.

2) Isu ash tidak ash

3) Isu agama
4) Prasangka dan ethnosentrisme

Ad.1. Dalam hal mi terdapat Maim pengakuan dan suatu suku bangsa terhadap wihayah tertentu sebagai daerah

sukunya. Hal yang mungkin kurang tepat bahwa banyak pembagian propinsi yang didasarkan pada garis wilayah

suatu suku hangsa. Propinsi Jawa Barat batasnya merupakan batas wilayah yang ditempati suku Sunda. Jawa Tengah

merupakan tempat tinggal suku Jawa. Propinsi Sumatera Utara merupakan tempat tin ggal suku Aceh.

Ad. 2. Sejak zaman penjajahan di Indonesia terdapat orangorang, yaitu orang-orang Tionghoa, Arab. Mereka

walaupun nenek moyangnya berasal dan luar Indonesia, tetapi kebudayaannya sudah sangat berbeda dengan

kebudayaan nenek moyangiiya. Oleh karena itu mereka digolongkan sebagai golongan sosial. Setelah kemerdekaan

nampak jelas bahwa orang Tionghoa lebih baik kedudukan ekonominya dibandingkan dengan orangorang Indonesia

lainnya. Dalam masa penjajahan orangorang Tionghoa digunakaa sebagai pedagang perantara dengan orang-orang

Indonesia oleh Belanda. Mereka mendapatkan fasihitas-fasiltias yang lebih baik dibandingkan dengan orang

Indonesia sendiri. Setelah merdeka adanya perbedaan dalam kehidupan ekonomi antara orang-orang Indonesia

dengan orang-orang Tionghoa menjadi masalah dengan issue ash dan tidak ash. A.simihasi yang dipandang sebagai

jalan ke luar yang paling baik ternyata sulit dilaksanakan karena adanya perbedaan dan atau hambatan kebudayaan.

Ad.3. Agama yang masuk di Indonesia seperti Kristen, Kathohik, Islam telah mengambil oper kedudukan

agamaagama atau sistem kepercayaan yang sebelumnya dianut oleh suku-suku bangsa di Indonesia. Agamaagama

besar itu telah dimasukkan dalam kebudayaan suku bangsa bahkan menjadi inti pendorong dinamika kebudayaan

tersebut. Agama-agama hesar itu dijadikan sumber etika dalam sistem nilai dan ajaran-ajaran moral dan kebudayaan

suku bangsa yang bersangkutan. Hubungan antara agama dengan kebudaynan suku sangat erat, seperti ternyata pada

petugas-petugas atau ungkapan-ungkapan.

Hal yang dapat menimbulkan masalah ialah sentimen agama dapat digerakkan untuk mempertajam perbedaan

keukuan.

Ad.4. Prasangka yang merupakan sikap permusuhan terhadap seseorang anggota golongan tertentu yang

dihubungkan sifat buruk yang berkait pada golongan tertentu tadi. Prasangka biasanya dikaitkan dengan

ethnosentrisme yaitu anggapan bahwa sukunya merupakan suku bangsa yang paling balk dibanding dengan suku

bangsa lainnya. Jelas, bahwa prasangka dan ethnosentrisme menjadi penghalang adanya integrasi. Oleh karena itu

masyarakat yang tingkat kemajemukannya tinggi akan menghadapi banyak kesulitan dalam integrasi dibandmgkan

dengan masyarakat yang tingkat kemajemukannya lebih sederhana.


c. IntegrasiSosial

Integrasi sosial (integrasi masyarakat) dapat diartikan adanya kerjasama dan seluruh anggota masyarakat, mulai dan

individu, keluarga, lembaga, dan masyarakat secara keseluruhan sehmgga menghasilkan persenyawaan-

persenyawaan berupa adanya konsensus nilai-nilai yang sama-sama dijunjung tinggi. Dalam hal mi terjadi

akomodasi, asimilasi dan berkurangnya prasangka-prasangka di antara anggota masyarakat secara keseluruhan.

Integrasi masyarakat akan terwujud apabila mainpu mengendalikan prasangka yang ada di masyarakat sehingga tidak

t.erjadi konflik, dominasi, tidak banyak sistem yang tidak saling melengkapi, dan tumbuh integrasi tanpa paksaan.

Oleh karena itu untuk mewujudkan integrasi masyarakat pada masyarakat majemuk dilakukan dengan mengatasi

atau mengurangi prasangka.

Hal yang penting, menganiati dimensi kemajemukan suatu masyarakat dapat dilakukan dengan melihat jumlah

kelompok yang berbeda kebudayaannya, konsensus anggota-anggota masyarakat terhadap nilai yang mengikat

seluruh warga masyarakat, dan mudah-tidaknya individu pindah dan suatu kelompok ke kelompok lainnya. l

Sejarah telab mencatat bahwa Sumpah Pemuda yang dicetuskan pada tahun 1928 adalah suatu perwujudan

solidaritassosial begitu kental merasuk dalam kalbu antar golongan pemuda. Tidak perlu dipertanyakan dan mana

asal-usul suku bangsa, ras, agama, bahasa dan lain sebagainya. Mereka bergabung, membaur, menyatu dalam kadar

solidanitas yang tinggi, menuju terwujudnya integrasi sosial — integrasi nasional.

Kondisi yang mirip juga pernah terjadi, walaupun dimensi waktu dan jumlah pelaku‘ berbeda. Dalam kurun waktu

tahun lima puluhan sampai enam puluhan, semua golongan begitu larut dalam semangat solidaritas sosial yang

tinggi, larut dalam kesadaran kebersamaan dalarn berbangsa begiu mengendap. Walaupun tidak dapat dipungkiri,

pada kurun waktu itu pun terdapat percikan-percikan konflik sosial dalam bentuk pemberontakan-pemberontakan di

daerah-daerah tertentu di wilayah Republik Indonesia. Narnun begitu, semua pihak tetap menyadari, bahwa Tanah

Air tercinta Negara Kesatuan Indonesia mi didirikan sebagai hasil kerjasama Semua pihak, dan semua golongan.

Bahwa bangsa dan budaya Indonesia pada hakikatnya satu. Kenyataan adanya berbagai suku bangsa, ras dan corak-

ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan Budaya Bangsa yang menjadi modal dan landasan

pengembangan Budaya Bangsa seluruhnya, sehingga menjadi modal dasar bagi terwujudnya Integrasi Sosial —

Integrasi Nasional.
5. INTEGRASI NASIONAL

Integrasi Nasional adalah merupakan masalah yang dialami oleh semua negara atau nation yang ada di dunia, yang

berbeda ad4lah bentuk permasalahan yang dihadapinya. Beberapa negara yang herdiri setelah Perang Dunia II

ternyata banyak yang tidak mampu mengintegrasikan berbagai golongan dalam masyarakatnya. Perang Saudara yang

terjadi di Nigeria terjadi karena Nigeria tidak berhasil mengintegrasikan suku-suku bangsa Hausa, Fulani, Ibo dan

Yoruba, sehingga lahirlah negara baru yang menamakan din Republik Baifara. Ketidakmampuan India

mempersatukan seluruh wilayahnya, melahirkan Negara Pakistan. Ketika wilayah timur memberontak, Pakistan

tidak mampu mempersatukan kedua wilayah itu Sehingga pada tahun 1971 lahirlah Bangladesh. Amerika Serikat,

Canada dan Australia menghadapi masalah integrasi bangsabangsa imigran. Demikianlah bentuk-bentuk

permasalahan yang disebabkan oleh masalah integrasi mi.

Menghadapi masalah integrasi mi sebenarnya tidak memiliki kunci yang pasti karena masalah yang dihadapi berbeda

dan latar belakang sosio kultural nation state yang berbeda pula. Sehingga masalah integrasi mi cenderung

diselesaikan sesuai dengan kondisi negara yang bersangkutan. Ada yang menempuh jalan kekerasan dan ada yang

menempuh strategi politik yang lebih lunak.

1) Beberapa Permasalahan In tegraci Nasional

Permasalahan utama yang dihadapi dalam integrasi nasional mi adalah adanya cara pandang yang berbeda tentang

pola laku duniawi dan cara untuk mencapai tujuan. Dengan kata lain masalah integrasi nasional mi pada prinsipnya

bersumber pada perbedaan ideologi. Perbedaan ideologi mi disebabkan karena perbedaan falsafah hidup yang

banyak berpengaruh dalam proses sosialisasinya, maupun dalam pembentukan konsepsi nalarnya. Termasuk faktor

dominan dalam pembentukan suasana kesenjangan ideologi mi adalah masalah agama. Karena agama dipandang

sebagai nilai hakiki sehingga kontrol sosial masyarakat agama cenderung lebih peka dan sering tajam.

Permasalahan yang kedua, permasalahan yang ditimbulkan oleh kondisi masyarakat majemuk, yang terdiri dan

berbagai kelompok atnis baik di antara penduduk pribumi maupun keturunan asing. Menurut Harsya Bachtiar,1

ke1ompok etnis atau suku-suku bangsa yang ada di daerah merupakan nation- nation pribumi yang telah terbentuk

lama sebelum nation Indonesia diprokiamasikan. Mereka memiliki ciri-ciri sendiri yang merupakan ciri-ciri suatu

nation. Memiliki kebudayaansendiri, bahasa sendiri, daerah teritorial sendiri dan perasaan solidaritas antara

anggotaanggota warga masyarakat yang bersangkutan.


Perasaan solidaritas yang tinggi menyebabkan nation- nation lama tidak bisa hilang walaupun telah tergabung dalam

nation Indonesia yang baru. Hal mi yang menyebabkan bahwa masalah integrasi berbagai kelompok etnis merupakan

masalah pokok bagi integrasi nasional Indonesii. Selain masalah etnis pribumi Indonesia juga menghadapi masalah

integrasi warga negara keturuflan asing. Karena mereka yang tergolong keturunan asing mi secara genitas masih

memiiki hubungan dengan negara asalnya, maka mereka berusaha mengembangkan kebudayaan negara asalnya di

Indonesia. mi merupakan masalah baru bagi negara Indonesia. Dan segi kemungkinafl memberontak untuk

memperjuangkafl satu wilayah sendini, keturunan asing maupun peranakan membuat jarak yang tegas dengan

kelompok pribumi. mi juga masalah yang cukup rumit bagi kelancaran integrasi nasional secara utuh.

Petmasalahan ketiga, adalah masalah teritonial daerah yang seringkali berjarak cukup jauh. Lebih-lebih Indonesia

yang berbentuk negara kepulauan dan merupakan arus lalu lintas dua benua dan dua samudera. Kondisi mi akan

lebih mempererat rasa solidaritas kelompok etnis tertentu.

Masalah keempat, ditinjau dan kehidupan dan pertumbuhan Partai Politik. Permasalahan politik di Indonesia

berpengaruh pula dalam mencapai integrasi nasional. Charles Lewis Tylor dan Michael C. Hudson mencatat

beberapa indikator pertentangan politik di Indonesia yaitu, terjadinya demonstrasi, kerusuhan, serangan bersenjata,

meningkatnya angka kematlan akibat kekerasan politik, pemindahan kekuasaan eksekutif yang bersifat ireguler.‘ Di

samping itu adanya partai-partai politik yang tenikat oleh kepentingankepefltingan primordial yang secara tidak

langsung terikat oleh kepentingan daerah dankelompok elite dan kelompok etnis tertentu. Hal mi sesuai dengan yang

ditulis Prof. R. William Liddle dalam bukunya ―Ethnicity, Party, and national Integration : An Indonesia Case

Study,‖2 bahwa integrasi nasional Indonesia mempunyai dua dimensi yaitu dimensi horisontal dan ditnensi vertikal.

Dimensi horisontal dimaksudkan untuk menunjuk perbedaan suku, agama, aliran dan lain-lain, sedangkan dimensi

vertikal dimaksudkan untuk menunjuk kesenjangan kelompok elite nasional dengan massa. Yang terakhir mi

mengakibatkan partisipasi politik massa yang sangat kecil.

2) Upaya Pendekatan

Di samping perbedaan golongan itu sendiri mempunyai p0- tensi untuk menuju ke arah integrasi dengan sistem

silangmenyilang (Cross cutting Affilation) yang akan melahirkan pelapisan sosial yang saling silang-menyilang, atau

paling tidak akan membuat konflik sosial tidak menjadi terlalu tajam,3 maka diusahakan pula langkah-langkah yang

lebih sistematis dan operasional. Demikianlah dengan sistem silang-menyilang mi konflik antara suku-suku bangsa
daerah akan dapat diredakan dengan adanya perternuan di bidang agama. Upayaupaya yang dilaksanakan untuk

memperkecil dan kalau mungkin menghilangkan kesenjangan-kesenjangan itu antara lain

Pertama : Untuk mempertebal keyakinan seluruh warga negara yang terdiri dan berbagai golongan itu terhadap

ideologi nasional, maka pemerintah berusaha untuk mewujudkan idealisme atau citacita nasional yang diamanatkan

oleh seluruh bangsa kepada ideologi melalui pembangunan di berbagai sektor, dengan titik tekan pada pemerataan

pembangunan dan hasil pembangunan. Termasuk pembangunan politik dan kebudayaan.

Kedua : Berusaha membuka isolasi antar berbagai kelompok etnis dan antar daerah/pulau dengan pembangunan

sarana komunikasi, informasi dan transportasi.

Ketiga Menggali kebudayaan daerah untuk dijadikan kebudayaan nasional dan membina penggunaan bahasa

Indonesia sebagai bahasa nasional.

Keempat Membentuk janingan asimilasi bagi berbagat kelompok etnis baik pribumi maupun keturunan asing. Untuk

langkah mi dapat dicontuhkan dengan transmigrasi, pertukaran/mutasi karyawan dan satu daerah lain, adanya

BAKOM PKB dan lain-lain, di samping asimilasi budaya.

Kelima Melalui jalur-jalur formal seperti pendidikan perundang-undangan yang berlaku bagi seluruh warga negara

dan pendekatan formal lainnya.

3) Integrasi Nasional dalam Perspektif

Seperti yang diasumsikan oleh Harsya W. Bachtiar bahwa masalah integrasi nasional akan tetap merupakan masalah,

tan- pa memandang apakah itu negara baru ataupun negara yang sudah lama, karena pada setiap soal konflik dapat

saja terjadi. Di samping itu berpedoman pada teori Walter T. Martin yang telah dikemukakan terdahulu bahwa

perbedaan golongan mempunyai dua kemungkinan yang sama besar untuk menjadi konflik (disintegrasi) atau

integrasi, maka kemungkinan integrasi iasional menjadi masalah, sama besar dengan tercapainya integrasi.

Namun demikian integrasi nasional sebagai suatu cita-cita nasional maupun cita-cita negara akan dapat terwujud atau

paling tidak menekan kemungkinan permasalahan yang timbul dengan berbagai usaha yang mendukung potensi

masyarakat untuk berintegrasi sendiri secara alamiah dengan sistem Cross cuttiig affiliation. Di samping dukungan

usaha-usaha seperti yang telab dikemukakan di atas, maka masih ada penunjangyang cukup berpengaruh terhadap

usaha-usaha lain yaitu memperkuat kedudukan ideologi nasional.


RANGKUMAN

Prasangka adalah sikap negatif atau juga dapat bersifat p0- sitif terhadap sesuatu. Prasangka dibedakan dengan

diskriminasi, Prasangka bersumber dan suatu sikap. Diskriminasi menunjuk pada suatu tindakan.

Prasangka dan diskriminasi tidak muncul dan segolongan orang-orang kampungan berpendidikan rendah, tetapi juga

di kalangan orang-orangintelek seperti para pemimpin dan negarawan berkaliber nasional maupun internasional,

Opini urnurn berpendapat bahwa lahimya peluru-peluru kendali ICBM (peluru-peluru kendali antar benua) yang

dibuat oleh negara-negara adikuasa (superpower) adalah sebagai akibat adanya akumulasi dan prasangka yang

berlebihan di antara negara-negara Adikuasa.

Sebab-sebab timbulnya prasangka:

berlatar belakang sejarah

dilatar-belakangi oleh perkembangan sosio-kultural dan situasional.

bersumber dan faktor kepribadian, dan

berlatar belakang dan perbedaan keyakinan, kepercayaan agama.

Daya upaya untuk mengurangi!menghilangkan prasangkadan diskriminasi:

perbaikan kondisi sosial ekonomi

perluasan kesempatan belajar, dan

adanya sikap terbuka dan sikap lapang.

Bahwa pertentangan sosial dapat terjadi di masyarakat sebagai akibat dan adanya interaksi sosial. Masalah itu akan

lebih menonjol lagi di masyarakat yang bersifat majemuk seperti Indonesia i. Setiap orang atau kelompok dalam

menghadapi masalah soalal selalu melihat dan sistem nilai yang benlaku pada kelompoknya. Oleh karena

masyarakatIndonesia merupakan masyarakat majemuk, terdini dan bermacam-maCam kebudayaan, seperti

kebudayaan Jawa, Kebudayaan Batak, kebudayaan Aceh, kebudayaan Dayak, kebudayaan Bali, Ambon dan

sebagainya, sedangkan sistem nilai merupakan bagian dan kebudayaan, maka betapa kompleknya masalah-masalah

sosial dan atau pertentangan pertefltaflgafl yang timbul di Indonesia.

Kesadaran akan pengertian adanya perbedaan kebudayaan sistem nilai, perbedaan sistem agama yang ada di

Indonesia adalah penting bagi bangsa Indonesia. Pada zaman penjajahan Belanda persatuan Indonesia diikat oleh
adanya pemerintahan kolonial yang memerintah seluruh Indonesia. Setelah Indonesia merdeka kekuatan formal yang

menyatukan Indonesia adalah pemerintahan nasional, UUD 1945 dan ideologi Pancasila. Satu ikatan lagi dipenlukan

yaitu kebudayaan nasional sehingga nation Indonesia yang lahir pada tahun 1945 itu dapat mempunyai akar yang

kuat.

Oleh karena itu integrasi merupakan alternatif yang baik untuk modal tumbuhnya kebudayaan nasional.

Kemajemukan tetap diberikan peluang untuk hidup di In donesia. Tetapi dalam mengadakan interaksi sosial antara

suku perlu dicarikan dasar yang disetujui bersama. Hal-hal baru yang disetujui atau dapat disetujui bersama itulah

yang akan menjadi modal dan kebudayaan nasional. Unsur-unsur daerah yang dapat disetujui atau diterima oleh suku

bangsa lain atau menjadi hagian dani kebudayaan nasional.

Integrasi sosial bermakna terwujudnya solidanitas sosial, rasa kebersamaan antar hubungan masyanakat secara

harmonis dalam kerjasama kelompok yang mempunyai sifat, sikap dan watak yang berbeda. Sedangkan integrasi

nasional bermakna: solidanitas sosial dan kerjasama antar kelompok sosial yang harmonis tersebut, dianahkan demi

keharmonisan demi persatuan dan kesatuan nasional.

Secara umum terdapat tiga masalah besar yang harus dikaji secara serius untuk mencapai perwujudan integrasi social

integrasi nasional, yaitu:

pembauran hana;

kerukunan antar umat beragama; dan aliran kepercayaan;

perubahan nilai-nilai.
BAR IX

ILMU PENGETAHUAN, TEKNOLOGI DAN

KEMISKINAN

SISTEM EKONOMI : PRODUKSI, DISTRIBUSI DAN KONSUMSI

Sistem Ekonorni

1. Penertian Sistem Ekonomi

Sebelum kita membicarakan pengertian system ekonmi maka terlebih dahulu kita mengetahui artiistil‘h sistem dalam

sistem ekonomi.

Istilah sistem dalam sistem ekonomi adalahSuatu kumpulan elernen-elemen, di mana antara elemen-elemen tersebut

terdapat adanya hubungan, dan yang ditujukan ke arah pencapaian sasaransasaran beama atau tujuan yang diinginkan

bersama.

Menurut John F. Due yang dimaksud dengan sistem ekonomi adalah is the group of economic system, the

organization through the operation of which the various, scarce, relative ti the them are utilized to satisfy the of

man‖.

Berdasarkan rumusan pengertian sistem ekonomi di atas, sistem ekonomi terdiri dan sejumlah elemenelemen, sedang

elemen-elemen yang dimaksud adalah lembaga-lembaga ekonomi.

Di dalam setiap sistem ekonomi dalam bentuk apapunjuga senatiasa menghadapi empat tugas pokok, yang pada

hakikatnya merupakan pemecahan masalah-masalah

a. Apakah yang akan diproduksi ?

Masalah yang pertama mi berhubungan dengan masalah pilihan atas macam-macam alternatif terhadap barang dan

jasa yang akan diproduksikan.

b. Bagaimanakah barang-barang dan jasa-jasa terse- but akan diproduksikan ?

Masalah yang kedua mi berhubungan dengan masalah pilihan teknologi yang akan digunakan dalam menghasilkan

barang-barang dan j asa-jasa.


c. Siapakah yang akan memperoleh barang-barang dan jasa-jasa tersebut apabila selesai dihasilkan?

Masalah yang ketiga mi berhubungan dengan masalah pembagian pendapatan (distribution of income) yang diterima

oleh tiap-tiap individu dalam masyarakat.

d. Bilamanakahlberapa banyak sumber-sumber ekonomi yang bersangkutan akan disalurkan ke arah konsumsi yang

sedang berlangsung dan berapa banyaknya akan disalurkan ke arah investasi ?

Masalah mi berkaitan dengan soal pilihan antara masa kini dan masa yang akan datang.

Bagaimanakah pemecahan masalah terhadap empat permasalahan di atas pada tiap-tiap sistem ekonomi berbeda

sama lain. Macam ekonomi yang dianut oleh suatu negara akan mewarnai pola/cara pemecahan keempat masalah di

atas.

2. Macam-macam Sistem Ekonomj

1) Sistem Ekonomi Kapitaljsme

Sistem ekonomi kapitalisme mempunyai konsep yang jelas tentang hakikat manusia. Pada sistem ekonomi

kapitalisme asumsi dasarnya adalah manusia mengejar kepentingan pribadinya. Kepentingan pribadi dan tiap-tiap

oranglah yang dikelola dalam sistem kapitalis. Kalau semua Orang hanya mengurusi kepentingan dirinya sendiri

saja, bagaimana kehidupan masyarakat dimungkinkan ? Adam Smith tidak merasa khawatir, karena sistem

persaingan bebas akan menertibkannya. Orang yang terlalu serakah menjual barangnya terlalu mahal akan terpaksa

membatasi keinginannya mi dengan munculnya orang lain yang rnau menerima keuntungan yang lebih sedikit

dengan menjual barangnya secara lebih murah.

Keserakahan masing-masing orang akan saling mengatur dirinya sendiri, dan gejala mi oleh Smith dikatakan sebagai

pengaturan yang dilakukan oleh tangan yang tidak kelihatan. Dalam pandangan sistern kapitalis, keserakahan

manusia bukan saja tidak berbahaya, dia bahkan merupakan sumber dinamika dan masyarakat kapitalis. Ada empat

sifat pokok yang penting dalarn sistern kapitalis, keempat sifat pokok tersebut pada dasarnya alat/cara daripada

sistem kapitalis guna mencapai tujuannya.

Keempat sifat pokok tersebut adalah

Hak milik atas barang-barang modal atau alat produksi seperti tanah, mesin-mesin sumber-sumber alam ada di

tangan orang orang.

Prinsip ekonomi pasar.

Menurut prinsip mi, maka harga barang-barang dan jasa-jasa di tentukan oleh permintaan dan penawaran.
c) Persaingan bebas.

Dalam sistem kapitalis persiangan bebds dapat terjamin hal mi berasal dan adanya empat kebebasan kapitalis yang

pokok yaitu

Kebebasan untuk berdagang dan mempunyai pekerjaan.

Kebebasan untuk mengaclakan kontrak.

Kebebasan hak milik.

Kebebasan untuk membuat untung.

d) Prinsip keuntungan.

Dalam mencari keuntungan sistem kapitalis lebih demokratis sifatnya, artinya terbuka kesempatan bagi setiap orang

untuk mengecap keuntungan.

2) Sistem Ekonomi Sos ialisme

Dalam sistem ekonomi sosialis juga xnempunyai konsep jelas tentang hakikat manusia. Berdasarkan pandangan

kaum sosialis hakikat manusia adalah

Hakikat manusia umum (human nature in general) yaitu manusia sosial, menurut pandangan sosialis manusia itu

sebenarnya adalah sosial bukan individu. Manusia sebenarnya hidup secara harmonis dengan alam dan manusia-

manusia lain.

Tapi oleh kaum kapitalisme melalui konsep pemilikan pribadi, maka orang jadi berebutan untuk memiliki alam

sebanyak-baflYakflYa.

Hakikat manusia sebagaimana dia telah diubah oleh sejarah (human nature-asmodifled historical epoch):

Pengertian sejarah yang dimaksud adalah sejarah yang telah ditinggalkan oleh kaum kapitalisme. Akibat dan upaya

pemilikan pnbadi yang diizinkan oleh kaum kapitalis, manusia jadi berkompetisi dengan manusia lainnya. Dengan

demikian lebih banyak, dia jadi makin berkuasa dan bisa memiliki manusia Iainnya. Akibatnya manusia menjadi

terasing, jadi menyendiri terputus dan hubungannYa baik dengan alam maupun dengan manusia lainnya.

Alam dan manusia lain jadi semacam, ―musuh‖ yang bisa digunakan untuk mengancam dirinya, kalau dia tidak

memilikinya.
Akibatnya dari kenyataan di atas manusia yang dahulu sosial menurut pandangan kaum sosialis berubah menjadi

serakah.

Pokok pikiran kaum sosialis

Kaum Sosialis berpandangan bahwa keserakahan manusia perlu untuk diubah. Sistem ekonomi sosialisme pada

dasarnya berupaya mengembalikan hakikat manusia pada proporsi sebenarnya, yaitu manusia sosial. Oleb sebab itu

diperlukan adanya suatu sistem sosial yang bisa mengembalikan hakikatnya manusia itu, sedang sistem sosial yang

dimaksud adalah sistem sosialisme.

Upaya yang perlu dilakukan menurut pandangan kaum sosialis adalah penghapusafl pemilikan pribadi. Seluruh

kegiatan ekonomi dipimpin dan pusat/negara. Produksi, distribusi dan konsumsi diatur dengan peraturan dan tiada

tempat bagi private interprise.

3) Sistem Ekonomi Indonesia

Berbicara tentang sistem ekonomi Indonesia, maka arah pembicaraan kita kepada Undang-Undang Dasar 1945,

khususnya yang mengatur kegiatan ekonomi.

Pasal 33 UUD‘45 adalah pasal utama bertumpunya sistem ekonomi Indonesia, dengan kelengkapan pada pasal 23,

pasal 27 ayat 2 dan pasal 34.Pasal 33 UUD‘45 berbunyi

Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan.

Cabang-cabang yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.

Bumi dan air dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-

besarnya bagi kemakmuran rakyat.

Bertumpu pada pasal 33 UUD 45 terdapat tiga bentuk kegiatan atau bangun usaha dalam perekonomian Indonesia.

Usaha bersama atas dasar asas kekeluargaan adalah ―koperasi‖. Kegiatan usaha koperasi merupakan tulang

punggung kegiatan perekonomian bangsa Indonesia, terlepas dan berbagai kegagalan yang ada di dalam

pertumbuhannya. Dalam pandangan hidup bangsa Indonesia kita temukan adanya semangat kolektivisme (gotong

royong) atau kekeluargaan. Akar pandangan hidup kolektivime inilah yang memperkuat tumbuhnya koperasi di

kalangan masyarakat kita. Pagaimana semangat kebersamaan dapat dijelmakan dalam kegiatan usaha koperasi perlu

diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.


Ayat I pasal 33 UUD‘45 tidak dapat dipisahkan pengaruhnya terhadap ayat 2 dan 3. Ayat 1 pasal 3 tetap melandasi

dan mewarnai bangun-bangun ataubentuk usaha lain yang ada, yang hakikat dan perananannya sesuai dengan

petunjuk-petuniuk ayat 2 dan 3. Artinya di dalam kegiatan usaha swasta, apakah itu herhentuk Perseroan Terhatas

atnu Jainnya, apakah asing, patungan dengan asing, patungan dengan asing, domestik prihumi maupun non pribumi

harus dihidupkan pula semangat keusahabersamaari dan berasaskan kekeluargaan.

Mengenai ayai. 2 dan 3 pasal 33 U[1Y45 kalimat ―mengusai hajat hid up orang banyak‖ (yang tidak lain adalah

―basic needs‖) dan ―digunakari untuk sehesarbesarnya kemakmuran rakyat‖ adalah ekspresi danpada adanya

orientasi ker,akyatan yang kuat.

Untuk yang penting bagi negara dan untuk hajat hidup orang banyak itu, maka cabangcabang produksi penlu benar-

benar ―dikuasai oleh negara‘‖ hal mi memberikan petunjuk langsung bahwa mekanisme harga bebas tdak holeh

berlaku di dalam perekono mian. Yang penting dan menjadi tujuan utarna adalah pengamanan kepentingan negara

dan kepentingan rakyat banyak.

1. Produksi

1) Pengertian Produksi

Kebutuhan hidup manusia dapat dipenuhi dengan barang dan jasa. Cara memperoleh barang dan jasa mi ada yang

memenlukan pengorhanan dan ada juga yang tidak penlu pengorbanan. Benda-benda bebas yang disediakan oleh

alam dan tidak lagi memerlukan pengorbanan seperti udara, sinar matahani, akan tetapi kehutuhan hidup lainnya

harus diciptakan oleh m anti si a.

Kegiatan untuk rnenghasiikan barang dan jasa itu dinamaka produksi. Pada hakekatnya produksi adalah kegiatan

menciptakan kegunaan. Kegunaan artinyadapat memenuhi kebutuhan manusia. Jadi pengertian secara luas produksi,

bukan hanya kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, tetapi mencakup semua kegiatan yang menciptakan dan

menambah kegunaan.

Mengangkut batu dan sungai ke tempat bangunan, mengaduk semen dan dengan pasir, melayani tukang mengatür

irigasi, semuanya itu termasuk kegiatan produksi.


2) Pembagian Bidang Produksi

Produksi dapat digolongkan ke dalam 5 bidang,

yaitu:

Ektraktif

Memungut langsung dan hasil alam seperti perikanan laut pertambangan dinamakan produksi ektraktif. Alam

menciptakan batubara, minyak bumi melalui proses kimia dan alamiah ratusan ribu tahun lamanya tanpa usaha

manusia. Dalam pertambangan manusia hanya sekedar menggalinya dan perut dan lapisan bumi.

Agraris

Mengolah tanah untuk memlihara tumbuhtumbuhan dan hewan dinamakan produksi agraris seperti pertanian dan

perikanan. Perikanan daràt di Indonesia dikelompokkan ke dalam produksi agraris karena pada hakekatnya kegiatan

itu bersifat pengolahan tanah dan air untuk memelihara ikan.

Endustri

Kerajinan, perakitan, perbaikan ada]ah kegiatan industri. Bahan mentah diolah menjadi bahan jadiatau sehgah jadi,

perakitan sepeda motor, usalia perbengkelan, pabrik makanan dan minuman, mi semua merupakan perindustrian.

Parawisata di Indonesia termasuk industri karena kegiatan itti dianggap sebagai pengolahan objek-objek pariwisata

untuk mendapatkan hasil bagi negara.

Perdagangan

Perdagangan ialah semua kegiatan jua 1wIi. Perdagangan itu adakalanya hanya merju‘iI L. 1 produksi sendiri

sepereti Pertamina mnjuJ minyak hasil produksi sendiri kepada agen-a, petarii menjual padi yang dihasilkan sendiri.

Pada umumnya perdagangan itu mencakup kegiatan membeli untuk kemudian dijua1nya. Perdagangan membeli

hasil pertanian dan petani yang umumnya berada di desa desa, kemudian dijualnya ke pasar,

Jasa

Produksi jasa adalah kegiatan penyediaan saratia jasa, seperti tranport, asuransi, perhotelan, pergu dangan, perbankan

dan sebagainya. Sektor jasa tidak menghasilkan barang, tetapi hasilnya berupa sarana Makn maju produksi jasa

menunjukkan makiji majunya bidang produksi lainnya.

Pembagian bidang produksi di atas menunjukkaii jeflis produksi dalam perekonomian. Pengaturni‘ perekonomian

sesuatu negara umumnya men i k i,li bidang-bidang tersebut, misalnya terdapat Depa rte me Perindustrian,

Perdagangan, dan sebagainya.


Jenis Produksi yang diusahakan manusia berkem bang melalui beberapa tahap, yang dalam sejarah perekonomian

disebut tahap primer, sekunder tersier. Ektraktif dan agraris merupakan tahap pri mer industri dan perdagangan

merupakan thap sekunder dan jasa merupakan tahap tersier

Negara yang telah dapat mengernbangkan tahap produksi bidang tersier, umumnya adalah negara yang makmurr dan

sudah relatif kuat perekonomiannya. Produksi bidang jasa mi merupakan produksi sebagai akibat dan kegiatan

produksi lainnya, jadi sebagai produksi turunan.

Misalnya : Jika pertanian masih tahap primitif dan hasilnya pun juga masih rendah. Tujuan produksinya pun hanya

untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Dalam perekonomian seperti itu akan timbul usahausaha perbankan,

pengangkutan asuransi, karena belum diperlukan. Sebaliknya bila pertanian tersebut meningkat dan ditujukan untuk

memenuhi kebutuhan sendiri dan juga untuk diperdangkan, yang ditandai dengan produksi masa, dengan sendirinya

akan diperlukan sektor j asa, seperti pengangkutan, pergudangan, asuransi dan sebagainya.

Tahapan-tahapan perkembangan jenis produksi yang diusahakan di atas seirama dengan kemajuan tehnologi yang

dimiliki suatu bangsa. Negara yang mempunyai perekonomian sudah maju dan yang memiliki keahlian serta

permodalan, yang mampu melakukkan produksi jasa dengan baik.

Kemakmuran suatu bangsa, pad umumnya sejalan dengan tingkat tahapan perkembangan jenis produksinya tetapi mi

tidak mutlak. Misalnya Australia, Swedia, Selandia Baru merupakan negara agraris yang tingkat kemakmurannya

tinggi, karena hasil produksinya besar, akibat teknologi produksi yang modern. Sedangkn negara yang tingkat

negaranya juga sudah baik, antara lain Amerika Serikat, Jepang, Inggris, dan sebagainya.

3) Faktor-faktor Produksi

Suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu barangdiperlukan faktor-faktor produksi. Pada mulanya, manusia berusaha

untuk menghasilkan suatu barang hanya dengan 2 jenis faktor produksi, yaitu faktor alam dan faktor tenaga kerja. mi

terjadi pada masyarakat yang masih primitif. Mereka berburu hanya dengan mempergunakan tenaga kerja saja.

Dalam hal mi proses produksi hanya mempergunakan faktor alam, yaitu alam beserta isinya (tanah, binatang dan

sebagainya) dan faktor tenaga kerja manusia. Itulab sebab mengapa alam dan tenaga kerja disebut faktor produksi

ash. Pada perkembangan selanjutnya, sejalan dengan makin berkembangnya taraf berpikir dan kecerdasan manusia,

diciptakan alat, seperti panah, jaring dan sebagainya.


Alat-alat mi dalam ilmu ekonomi disebut modal. Apabila pada waktu berburu mempergunakan alat-ala tersebut maka

hasil buruannya akan relati lebih banyak. Pada sisi lain jumlah manusia main bertambah banyak, maka perlu

pengaturan dalam mempergunakan ketiga faktor tersebut. Hal inilah yang disebut faktor produksi yang keempat,

yaitu faktor keahlian mengatur atau faktor skill. Selanjutnya faktor modal dan faktor skill mi disebut faktor produksi

turunan.

Dan segi hasilnya, faktor produksi ash hanya dapat memberikan hasil minim dan mi hanya sekedar dapat

dipergunakan untuk mempertahankan hidup. Penambahan hasil produksi secara berlipat ganda dan sampam batas

tertntu setiap penambahan faktor produksi modal akan terus meningkatkan hasil produksi. Faktor skill berfungsi

mengatur faktor-faktor produksi lainnya, agar Jebih berdayaguna dengan memperoleh hasil produksi yang lebih

banyak lagi.

Suatu proses produksi dapat berhasil dengan baik atau tidak, mi sangat tergantung kepada keempat faktor produksi

tersebut. Oleh karena itu perlu diketahui dan dipertimbangkan sifat-sifatnya.

2. Distribusi

1) Pengertian Distribusi, Pasar dan Pemasaran

Yang dimaksud dengan distribusi ialah semua kegiatan yang ditujukan untuk menyalurkan barang dan jasa dan

produsen kepada konsumen (pemakai).

Jumlah barang dan jasa yang ditenma konsumen sangat tergantung pada kebijaksanaan produsen. Sedangkan

pemasaran, seperti halnya distribusi hanya saja jumlah barang dan jasa sangat tergantung pada konsumen sendiri. Hal

mi dipengaruhi oleh kebutuhan dan daya beli konsumen. Adapun pasar merupakan tempat terjadinya jual-beli.

Peristiwa jual beli itu sendiri mungkin terjadi di tepi jalan di kota dan mungkin juga terjadi dengan di rumah sendiri,

yaitu membeli melalui telepon.

Pada kehidupan sehari-hari antara distribusi dan pemasaran diberi pengertian yang sama. Karena pada prinsipnya

kedua berusaha menyampaikan barang dan produsen kepada konsumen. Para konsumen baru bisa memperoleh

barang-barang dan yang diperlukan, apabila telah dibawa oleh lembaga-lembaga pemasan ke tempatnya.

Baik di negara dengan sistem ekonomi leiberal maupun sistem ekonomi sosialis, distirbusilpemasaran mi megang

peranan penting sekali. Walaupun negara atau pengusaha-pengusaha dapat menghasilkan barang-barang sebanyak-

banyaknya, tidaklah memberi jaminan bahwa kebutuhan masyarakat akan mudah dipenuhi. Masyarakat baru merasa
puas kalau mereka dapat memperoleh barang keperluan dengan mudah di daerah di mana mereka bertempat tinggal.

mi semua sangat tergantung pada kegiatan distribusi/ pemasaran. Proses mi dapat digambarkan

Produsen—> Distribusi/Pemasaran—> Konsumen

2) Jenis-jenis Pasar

Menurut fisiknya, pasar dapat dibagi menjadi

(1) Pasar nil (nyata), yaitu pasar tempat menjual dan pembelinya benar-benar bertemu. Barang yang diperdagangkan

juga tersedia di tempat itu. Jika dalam tawar menawar, harga sudah disetujui maka pembeli dapat segera membayar

harga yang telah ditentukan dan langsung menenima barang tersebut.

Contoh

Pasar Antasari di Banjarmasin, Pasar Turi di Surabaya, Pasar Kiewet di Solo.

(2) Pasar Abstrak, yaitu pasar di mana antara penjual dan pembeli belum tentu bertemu. Penjual menawarkan barang

dengan contoh (monster), misalnya menjual tembakau dalam partai besar, yang di bawa kepada calon pembelinya

hanya contohnya umpamanya 1 kg.

Menurut waktu pasar itu diadakan, pasar dapat dibagi menjadi

(1) Pasar dalam negeri, yaitu pasar yang ruang lingkupnya terbatas pada negeri sendiri. Barang yang diperdagangkan

diproduksikan hanya untuk pasar dalam negeri, misalnya tahu. Mata uang yang diperdagangkan adalah mata uang

dalam negeri.

(2) Pasar luar negeri, yakni pasar yang ruang lingkupnya melampaui batas negara. Barang yang diperdagangkan

diproduksikan ujituk diekspor.

Mata uang yang dipergunakan biasanya dolar.

(3) Pasar dunia, yaitu pasar yang ruang lingkupnya meliputi seluruh dunia, contoh pasar temabakau, pasar karet, dan

sebagainya.

3) Permintaan dan Penawaran

Permintaan adalah jumlah barang yang akan dibeli oleh pembeti pada suatu saat dengan harga t.ertentu. Contoh jika

harga sepotong baju Rp 5000 jumlah baju yang dibeli 100 buah. Jika harga naik menjadi Rp 6.000 jumlah baju yang
akan dibeli turun menjadi 80 buah. Apabila harga turun menjadi Rp 4.000 maka jumlah baju yang akan dibeli naik

menjadi 125 buah. Jumlah-jumlah baju yang akan dibeli itulah yang disebut permintaan.

Adam Smith membedakan permintaan menjadi

1) Permintaan mutlak (absolut demand), yaitu permintaan semua orang yang membutuhkan barang yang tidak

mengingat keuangannya.

2) Permintaan efektif (efetive demand), yaitu permintaan semua orang yang memerlukan barang yang dapat

membayar harganya.

Makin rendah harga barang, makin banyak jumlah permintaan terhadap harang itu dan sebaliknya, makin tinggi

harga barang, makin sedikit jumlah permintaan terhadap barang itu. Jadi permintaan itu berbanding terbalik dengan

harga barang.

Hukum disebut : Hukum permintaan.

Hukum permintaan tersebut hanya berlaku dengan asumsi ―ceteris paribus‖, yang berarti ―kalau

kondisi tetap sama‖. kondisi yang dimaksud adalah:

pendapatan tetap sama

selera tidak berubah

harga barang lain tetap sama tidak ada barang substitusi

barang itu dibeli bukan untuk prestise (tahan harga din)

orang tidak percaya, bahwa perubahan harga yang satu itu tidak akan menyebabkan perubahan harga selanjutnya.

Apabila perubahan harga Lla.tkJturuIl relatif Iebih besar daripada perubahan turuii/naik) juinlah barang yang dim

inta, diebu t permi nt aan in elastis Dan dalarn keadaan ang eI>a1iknya diebut perinintaan elastis.

Elastisilas per!flifltaall akaii barang konsunisi tergantung kepada beberapa hal, antara lain

1) Tingkat [,esar kecilnya intensitas kebutuhan akan barang. Makin hesar tingkat intensitasnya, inakiii sedikit

pengaruh kenaikan hirga barang tersebut, mi berarti tingkat elastisitasnya kecil.

2) Tingkat substitusi. Misalnya mentega pengganti margarine. Jika harga mentega naik maka orang akan berpindah

beli margarine, yang hargariya relatif murah. I)engan adanya kenaikan harga sedikit saja, jurniab bararig yang

dirninta turun relatif besar, mi berarti tiugkat elastisitas hesar.


3) Besar kecilnya konsumen. Makin besar jumlah penghasilan konstimen makin sedikit pengaruh perubahan harga

terhadap jumlah perrnintaan, mi berarti tingkat elastisitasnya kecil.

Tetapi jika penghasilan konsumen sedikit maka tingkat elastisitas permintaannya akan barang adaiah besar.

Penawaran adalah jumlah harang yang akan dijual oleh penjual pada suatu saat dengan harga tertentu. Makin rendah

tingkat harga barang, makin sedikit jumlah barang yang ditawarkanJdijuai. Jadi penawaran mi berbanding lurus

dengan tingkat harga ha- rang, dan hal mi disebut hukum penawaran.

Huku penawaran hanya berlaku jika keadaankeadaan lain yang dapat Inempengar uhi penawaran tidak berubah

(ceteris paribus),antara lain

1) Penjual tidak pesimis, Perijual tidak mengharap atau menganggap bahwa harga barang akari terus turn.

Jika penjual pesimis, maka walaupun harga barang turun penawaran tetap banyak.

2) Penjual tidak sangat membutuhkan uang kas.

3) Penjual tidak kekurangan tempat untuk menyimpan barang

4) Tidak diketemukan methode produksi baru.

Tingkat permintaan (konsumsi) seseorang ditentukan oleh tingkat harga dan daya beli (pendapatannya). Sedangkan

tingkat penawaran (Supply) ditentukan oleh tingkat harga, permintaan dan kemampuan berproduksi.

Pertemuan atau kesesuaian permintaan dan penawaran adalah harga keseimbangan (equilibrium price) disebut juga

harga pasar. Pada tingkat harga tersebut penjual bersedia menyerahkan barangnya dengan menerima pembayaran

harga barang tersebut. Demikian juga sebaliknya, pembeli menerima barang dengan membayar harganya.

4) Fungsi-fungsi Pemasaran

Fungsi-fungsi Pemasaran adalah semua hal yang harus dilakukan oleh mata rantai pemasaran, sehingga barang-

barang dapat disalurkan dan produsen kepada konsumen/pembeli.

Fungsi atau tugas yang haru dilakukan antara lain

membeli, yaitu melakukan pembelian barang-barang dan jasa-jasa.

menjual, yaitu melakukan penjualan barang-barang dan jasa-jasa pada tingkat harga yang berlaku.

pengangkutan, yaitu mengangkut barang-barang dan tempat produsen ke tampat konsumen.

menyimpan, yaitu melakukan penyimpanan barang-barang sampai waktu barang-barang itu diperlukan oleh

konsumen atau menunggu tingkat harga yang diinginkan.


mengadakan standardisasi, yaitu membuat ukuran-ukuran dari barang-barang sehingga memudahkan konsumen

untuk merientukan pilihannya. Standardisasi dapat dilakukan berdasarkan kualitas barang, jumlah barang dan

sebagainya.

pembelanjaan, yaitu mengusahakan dan mempergunakan modal yang diperlukan terutama untuk melalukan stock

barang-barang, membayar pegawai, membiayai reklame dan sebagainya.

mengambil resiko, yaitu menanggung kemungkinan rugi atau rusaknya barang-barang, sepertikebakaran, pencurian,

turunnya harga dan sebagainya.

mengadakan advertensi/ikian, yaitu mengadakan kampanye untuk memperkenalkan barang-barang baik mengenai

harga merk, kualitas barang dan sebagainya.

5) Lembaga-lembaga Pemasaran

Lembaga-lembaga pemasaran, ialah perseorangan atau perusahaan yang bekerja antara produsen dan konsumen akhir

(bekerja untuk mendekatkan jarak antara produsen dan konsumen). Dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran,

ada lembaga-lembaga pemasaran yang ikut memiliki barang-barang yang diperjual belikan, ada pula lembaga-

lembaga yang tidak ikut memiliki barang-barang, tetapi hanya membantu mempertemukan penjual dn pembeli saja.

Berdasarkan uraian di atas, maka lembagalembaga pemasaran dapat dibedakan menjadi dua

golongan, yaitu

Pedagang

Agen

Pedagang ialah lembaga pemasaran yang ikut memiliki harang yang diperjualbelikan. Pedagang mi dapat

dikelompokkan menjadi

Pedagang besar

Pedagang lecil/eceran

Pedagang besar ialah pedagang yang menjual dan membeli barangnya dalam jumlah besar. Pedagang besar membeli

barang langsung ke produsen dan menjualnya kepada pedagang kecil/eceran.

Pedagang kecil ialah pedagang yang menjual barangnya dalam jumlah kecil-kecilan langsung kepada konsumen atau

pemakai terakhir untuk keperluan rumah tangga. Pedagang mi membeli barang-barang kepada pedagang besar.
Agen ialah lembaga pemasaran yang pekerjaannya mengadakan perjanjian mengenai pembelian dan atau penjualan

tanpa mengambil/memiliki barang-barang.Di bawah mi merupakan bagan proses pemasaran distribusi

ProdusenDalam Negeri Importir

Distributor

Tunggal (Agen)

Pedagang Besar

Pedagang Kecil

Pedagang Pemakai

3. Konsumsi

1) Pengertian Konsumsi

Kemampuan barang untuk memenuhi kebutuhan disebut kegunaan. Setiap kali digunakan berkurang pula

kegunaannya, hingga akhirnya habis terpakai. Tindakan mengurangi atau menghabiskan kegunaan barang disebut

konsumsi. Minum teh, berarti menghabiskan kegunaan teh.

Setiap tindakan konsumsi harus dilakukan atas dasar prinsip ekonomi dan prioritas kebutuhan. Hal mi disebabkan

oleh kebutuhan itu tidak terbatas, sedangkan pendapatan/penerimaan adalah sangat

terbatas.
2) Penerimaan dan Pengeluaran

Buruh menerima upah, pedagang mendapat laba, orang tua menerima kiriman uang dan anaknya. Semua unsur yang

diterima tadi adalah himpunan penerimaan. Setiap rumah tangga, baik berupa keluarga, perusahaan maupun negara

harus mempunyai ?enerimaan, sebab dengan penerimaan tersebut rumah dapat dibiayai pengeluaran yang harus

dilakukan, dapat mempertahankan kelangsungan hidup.

Pengeluaran pertama-tama ditujukan untuk memenuhi konsumsi, rumah tangga. Setelah kebutuhan konsumsi

terpenuhi, barulah sisanya diperuntukkan investasi (penanaman modal). Selain jumlah penerimaan, yang

mempengaruhi besarnya konsumsi adalah cara mengatur pembelanjaan, agar dana yang dapat dimanfaatkan sebaik-

baiknya. Engel (Ekonomi Jerman) mengemukakan hukum hubungan antara pendapatan dan konsumsi, bahwa makin

kecil pendapatan, makin besar bagian dan pendapatan yang dipergunakan untuk konsumsi atau sebaliknya.

3) Tingkah Laku Konsumen

Prosduksj yang teiah dihasilkan oleh produsen, dipasarkanJdijual kepada konsumen. Dan segi lain juga harus diakui

bahwa beberapa jumlah yang harus diproduksi itu dipengaruhi oleh ada atau tidaknya calon pembeli. Oleh karena itu

perlu ditelaah tingkah laku konsumen/pembejj.

1) Pemuasan maksjmum.

Setiap orang yang berusaha memperoleh kepuasan setinggi mungkin dan barang-barang yang dimiliki.. nya.

Pernuasan itu herbentuk vertikal dan horizontal. Pemuasan itu berbentuk vertikal, pemuasan kebutuhan terhadap

suatu jenis barang tertentu secara terus menerus hingga ia mencapat tingkat kepuasan yang tertinggi. Sedangkan

kepuasan yang berbentuk horizontal, pemuasan kebutuhan terhadap beberapa jenis barang konsumen berusaha untuk

mengkombinasjn.. nya seserasi mungkin.

2) Pendapatan terbatas dan harga barang kebutuhan.

Sebagaimaria telah dikatakan bahwa tingkat konsumsi itu tergantung pada jumlah pendapatan dan juga tingkat harga

barang kebutuhan. Makin besar jumlah pen dapatan secara absolut makin besar jumlah konsumsj. Juga demikian

halnya dengan tingkat harga, makin tinggi tingkat harga makin kecil tingkat konsumsinya demikian juga sebaliknya.

Faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhj tingkah laku konsumen

1) Pengetahuan pembeli tentang seluk beluk kualitas barang terbatas,

2) Pembeli, beli barang karena hanya ingin meniru urang lain.


3) Adat kebiasaan yang berlaku di kalangan konsumen.

4) Pembeli berlaku ceroboh terhadap jenis barang yang dibelinya.

5) Dan sebagainya. (Drs Muhammad Masduki Ms. Halaman 169-195).

2. KEMAKMURAN DAN KEMISKINAN

e. Kemakmuran

Adanya lapisan4apisan sosial atau kedudukan-kedudukan yang berbeda-beda tingkatannya dalam masyarakat, maka

diakui pula adanya anggapan umum bahwa ukuran kemakmuan bagi tiap-tiap golongan atau lapisan di dalam

masyarakat adaIah berbeda.

Sebenarnya pandangan yang dianut orang-orang terhadap pengertian kemakmuran tidak selalu sama, misalnya

persepsi kemakmuran menuut buruh, guru, ulama, pegawai, pengusaha dan sebagainya. Jadi kedudukan-kedudukan

tidak hanya mempunyai perbedaan dalam hak-hak dan kewajiban-kewajiban atau peranan, tetapi pula dapat berbeda

persepsinya. Bagi orang-orang yang biasa berpikir rasional dan eksak, kemakmuran seseorang atau masyarakat

diukur dengan jumlah serta nilai bahan-bahan dan barang-barang yang dimiiki atau yag dikuasal untuk memelihara

dan menikmati hidupnya. Makin banyak jumlahnya dan makin tinggi nilainya maka makin tinggi taraf kemakmuran

hidupnya. Karena itu setiap orang mengejar berbagai fasiitas dan kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk

menunjang kehidupan dan kelangsungan hidup keluarganya. Kebutuhan hidup itu bermacam-macam, akan tetapi

apabila digolongkan hanya ada dua, yaitu: kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer berupa

barang-barang pangan, sandang dan papan yang pertama-tama dituntut untuk menunjang hidup rnanusia. Kebutuhan-

kebutuhan yang tak dapat ditangguhkan penggunaannya disebut kebutuhan sekunder, misalnya berupa barang-barang

kenikmatan, kemewahan dan lain4ain.

Pandangan yang berbeda dan pandangan di atas adalah yang dianut inasyarakat umum, terutama yang hidup di

daerah pedesaan. Bagi mereka pengertian kemakrnuran tidakJ berbe da dan pada pengertian kbahagiaan.

Kebahagiaan ialah suatu keadaan di mana keinginii-keinginan sesemang atau sesuatu rnasyarakat seimbang dengan

keadaan material atau sosial yang dimiliki atau dikuasainya,

Bagi mereka yang tidak membedakai antara kernakrnuran dan kebahagiaan, rnaka seseorang nierasa niakmur apabila

ada keserasian antara keinginankeinginannya dan keadaan material atau sosial yang dinuiiki atau dikuasainya.

Apabila keadaan material atan sosial itu melebihi keinginannya maka keadaan itu dapat mengganggu keseimbangan
rasa pada orang yang me ngalammva sanipai pada suatu waktu rasa keniakmuran orang itu nanungkat lebth tinggi

pula. Sebaliknya apabila keadaan material atau sosial Ladi kurang danpada ang diinginkannya maka perasaan orang

yang rnengalarnii-jya dapat diiputi oleh frustas1 aLan kakecewaan sampai ia berhasil mencapai keseirn. bangan lagi

antara keinginannya dan keadaan yang nyata di sekitarnya, OIeh karena itu setiap orang selalu mencarj keseim..

bangan antara keinginan dan keadaan materi atau sosial. Untuk men capai keseimbangan itu, berbagai cara dapat

dilakukannya, ada yang menggunakan daya dan tipu daya, saling bersaing, saling beitengkar, makan memakan antara

seorang dengan yang lainnya di dalam suatu lirigkungan.

Uniuk rriemulihkan kernbali perasaan maktiiur pada seseorang dapat diatasi melalui dua cara, yaitu pertania keadaar

materi atau sosial ditingkatkan sesuai dengan keinginan..keinginan. Kedua keinginan-keingjiian diturunkan sesuai

dengan keadaan rnateri atau sosial yang dimiliki.

Kalau kita bandingkan kedua pandangan di utas, yang pertama hersifat eksak, kalau tidak dinamakan absolut.

Pandangan kedua lebih bersifat relatif sebab adanya taktorfaktor keingirian yang pada pokoknya berdasarkan pada

perasaan, Pandangan kedua pada akhirnya akan berubah pula sebagai akibat perkembangan masyarakat dan

perkembangan ilmu pengetahu

Pandangan yang berbeda dari pandangan di atas adalari yang dianut masyarakat urnum, terutama yang hidup di

daerah pedesaan. 13agi rnereka pengertian kerndkfrilran tidaldan berbeda dan pada pengertian kbahagiaan.

Kebahagiaan ialah suatu keadaan di inana keinginmkeinginan sesecang atau sesuatu masarakat sdmbang dengan

keadaan material atau sosial yang dimiliki atau dikuasainya.

Bagi mereka yang tidak rnernbedakar1 antara keniakrriuran dan kebahagiaan, maka sese%rang merasa makunir

apabila ,ida keserasian antara keinginan-keinginannya dan keadaar material alan sosial yang dimiiki atau

dikuasainya. Apabila keadaan material atau sosial itu melebihi keinginannya maka keadaan itu dapat mengganggu

keseimbangan rasa pada orang yang mengaiaminya sanipai pada suatu waktu nasa kerriakmurari orang itu nienmgkat

lebih tinggi pula. Sebaliknya apabila keadaan material alan sosial tadi kurang daripada ang diinginkannya rnaka

prasaan orang yang mengalaininya dapat diiputi oleh frustasi atau kekecewaan sampai ia berhasil mencapai

keseimbangan lagi antara keinginannya dan keadaan yang nyat.a di sekitarnya. Oleh karena itu setiap orang selalu

mencari keseim.. bangan antara keinginan dan keadaan mater-i atau sosial. Untuk mencapai keseimbangan itu,

berbagai cara dapat dilakukannya, ada yang menggunakan daya dan tipu daya, saling bersaing, saling bertengkar,

rnakan meinakan antara seorang dengan yang Iainnya di dalam suatu lirigkungan.
Untuk rnemulihkan kernbali perasaan makinur pada sese orang dapat diatasi rnelalui dua cara, yaitu pertama keadaan

materi atau sosial ditingkatkan sesuai dengari keinginan.keinginan. Kedua keinginan-keingjnan dituruukan sesuai

dengan keadaan rnateri atau sosial yang dimiliki,

Ka]au kita band ingkan kedua pandangan di atas, yang pertama hersifat eksak, kalau tidak dinamakan absolut.

Pandangan kedua lebih bersifat relatif sebab adanya faktor-faktor keinginan yang pada pokoknya berdasarkan pada

perasaan. Pandangan kedua padd dkhirnya akan berubah pula se bagai akibat perkembangan masyarakat dan

perkembangan i]mu pengetahuan dan teknologi dalam proses modernisasi yang menuntut berpikir secara eksak dan

rasional.

Seseorang untuk memperoleh kemakmuran hidupnya di dalam keluarga, umumnya setiap orang akan bekerja dengan

sungguh-.sungguh dengan menggunakan kemampuan yang ada padanya. Persaingan-persaingan akan selalu terjadi.

Faktor penyebabnya bukanlah karena persoalan keterbatasan lapangan kerja saja, tetapi masalahnya sangat komplek.

Individu sendiri telah ditakdirkan mempunyai watak bersaing antara sesama manusia untuk menguasai sumber-

sumber daya alam dan kekuasaan yang pada gilirannya untuk memperoleh kemakmuran buat dia sendiri dan

keluarganya. Persaingan antara sesama manusia dalam usaha memperoleh sumber-sumber alam dan dana adalah

suatu yang wajar terjadi di dalam kehidupan masyarakat. Persaingan pada galibnya justru berfungsi sebagai alat

penggerak manusia dan keadaan yang apatis dan tanpa gairah. Namun demikian, persaingan suatu saat bisa berubah

ménjadi konflik, sebab kepentingan mereka bertabrakan. Sebaliknya, justru tanpa persaingan, bekerja dengan

sungguh-sungguh maka kemakmuran tidak akan bisa dicapai. Padahal setiap orang di manapun mengharapkan din

dan keluarganya memperoleh kemakmuran, dapat mencapai jumlah dan nilai barang yang berlebihan untuk dimiiki

dan dinikmati. Minimal adanya keseimbangan antara kebutuhan hidup dengan materi atau sosial yang ia miliki.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan, bahwa kemakmuran ialah suatu suasana umum di

mana setiap orang yang bekerja sungguh-sungguh dengan menggunakan kemampuan yang ada padanya terjamin

akan rumah, sandang dan papannya yang layak buat dia sendiri dan keluarganya. Istilah layak di sini menunjukkan

pada perbedaan-perbedaan taraf yang dinilai pantas buat orang-orang dan berbagai golongan atau lapisan-lapisan

sosial yang berbeda satu sama lain.

Di samping itu, tingkat kemakmuran suatu keluarga atau masyarakat ditentukan oleh standar nilai dan norma-norma

yangberlaku pada suatu masyarakat tertentu. Demikian pula, bahwa tingkat kemakmuran banyak dipengaruhi oleh

keadaan faktor-faktor demografis, seperti fertiitas, mortalitas, perkawin


an, migrasi dan mobiitas sosial.

b. Kemiskinan

Salah satu masalah yang dipunyai oleh manusia, yang sama tuanya dengan usia kemanusiaan itu sendiri dan

implikasi permasalahannya dapat melibatkan ke seluruh aspek kehidupan manusia, tetapi sering tidak disadari

kehadirannya sebagai masalah, ialah kemiskinan. Dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, kemiskinan adalah

sesuatu yang nyata adanya, bagi mereka yang tergolong miskin, mereka sendiri merasakan dan menjalani kehidupan

dalam kemiskinan tersebut. Kemiskinan itu akan lebih terasa lagi apabila mereka telah membandingkannya dengan

kehidupan orang lain yang lebih tinggi tingkat kehidupannya. Selanjutnya, kemiskinan hzimnya dil ukiskan sebagai

kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok, seperti pangan, pakaian, papan sebagai tempat

berteduh, Emil Salim (1982) menyatakan bahwa mereka dikatakan berada di bawah garis kemiskinan apabila

pendapatan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hitlup yang paling pokok, seperti pangan, pakaian, tempat

berteduh dan lain-lain.

Suparlan (1981) menyatakan kemiskiwtn adalah sebagai suatu standar tingkat hidup yang rendah, yaitu adanya suatu

tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang

umum berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Standar kehidupan yang rendah mi secara langsung nampak

pengaruhya terhadap tingkat keadaan kesehatan, kehidupan moral dan rasa harga din dan mereka yang tergolong

sebagai orang miskin.

Kemiskinan bukanlah sesuatu yang terwujud sendiri terlepas dan aspek-aspek lainnya, tetapi kemiskinan itu terwujud

sebagai basil interaksi antara berbagai aspek yang ada dalam kehidupan manusia. Aspek-aspek tersebut, terutama

adalah aspek sosial dan ekonomi. Aspek sosial ialah adanya ketidak

Samaansosial cli antara sesama warga masyarakat yang bersangkutan, seperti perbedaan suku bangsa, ras, kelamin,

usia; yang bersumber dan corak sistem pelapisan sosial yang ada dalam masyarakat. Sedangkan yang dimaksud

dei.gan aspek ekonomi ialah, adanya ketidaksamaan di antara sesama warga masyarakat dalam hak dan kewajiban

yang berkenaan dengan pengalokasian sumber-sumber daya ekonomi.

Kiasifikasi atau penggolongan seseorang atau masyarakat itu dikatakan miskin, ditetapkan dengan menggunakan

tolok ukur. Tolok ukur yang urnumnya dipakai adalah sebagai benkut:

1) tingkat pendapatan

2) kebutuhan relatif.
Di Indonesia, tingkat pendapatan digunakan ukuran waktu kerja sebulan. Dengan adanya tolok ukur in maka jumlah

dan siapa yang tergolong sehagai orang miskin dapat diketahuinya. Tolok ukur yang telah dibuat dan digunakan di

Indonesia untuk menentukan besarnya jumlah orang miskin adalah hatasan tingkat pendapatan per waktu kerja (Rp.

30.000,— per bulan atau lebih rendah) yang dibuat pada tahun 1976/1977; dan di samping itu juga tolok ukur yang

dibuat berdasarkan atas batas minimal jumlah kalori yang dikonsumsi yang diambil persamaannya dalam betas, di

mana dinyatakan batas minimal kemiskinan adalah mereka yang makan kurang dan 320 kg. beras di desa dan 420

kg, di kota pertahunnya (Suparlan, 1981).

Dengan menggunakan ukuran-ukuran di atas, Sayogyo (1978) menyatakan bahwa pada tahun 1976 di Indonesia

terdapat 45 juta orang yang tergolong miskin. Dan jumlah terse- but 38 juta atau 84% berada di pedesaan.

T)iperkrakan sekarang jumlahnya 60 juta.

Tolok ukur yang lain ialah yang dinamakan tolok ukur kebutuhan relatif per keluarga, yang batasan-batasannya

dibuat berdasarkan atas kebutuhan minimal yang harus dipenuhi guna sebuah keluarga dapat melangsungkan

kehidupannya secara se derhana tapi memadai sebagai warga masyarakat yang layak. Tercakupnya tolok ukur mi

adalah kebutuhan-kebutuhan yangberkenaan dengan biaya sewa rumah dan mengisi rumah dengan peralatan rumah

tangga yang sederhana tapi memadai, biaya untuk memelihara kesehatan dan untuk pengobatan, biaya untuk

menyekolahkan anak-anak, biaya untuk sandang dan pangan sederhana tetapi mencukupi dan mernadai.

Para ahli ilmu-ilmu sosial umumnya berpendapat baliwa Sebab utama yang melahirkan kemiskinan ialah sistem

ekonomi yang berlaku dalam masyarakat yang bersangkutan. Sistem ekonomi mi tercermin dalam berbagai pranata

yang ada dalam masyarakat tersebut, yaitu suatu sistem antar hubungan peranan-peranan dan norma-norma yang

terorganisasi untuk usahausaha penentuan kebutuhan-kebutuhan sosial utama yang dirasakan perlunya dalam

masyarakat. Sistem ekonomi yang trjaIin dalam berbagai pranata tersebut memberikan corak pada pola kehidupan

ekonomi, yang menghasilkan adanya ketidakmerataan ekonomi yang dirasakan oleh warga masyarakat sebab tidak

semua warga masyarakat tersebut dapat mencapai pola ideal yang ada dalam pola kehidupan ekonomi, yang

bersumber pada sistem ekonominya.

Kemiskinan menurut pendapat umum dapat dikategorikan dalam tiga unsur, yaitu:

1) Kemiskinan yang disebabkan aspek badaniah atau mental seseorang.

2) Kemiskinan yang disebabkan oleh bencana alam.

3) Kemiskinan buatan.
Kemiskinan disebabkan aspek badaniah biasanya orangorang tersebut tidak bisa berbuat maksimal sebagaimana

manusia lainnya yang sehat jasmaniah. Karena cacat badaniah misalnya, dia lantas berbuat atau bekerja secara tidak

wajar, seperti: menjadi pengemis atau peminta-minta. Menurut ukuran produktivitas kerja, mereka tidak bisa

menghasilkan sesuatu yang maksimal malah Iebih bersifat konsumtif. Sedangkan yang menyangkut aspek mental,

biasanya mereka disifati oleh sifat malas bekerja secara wajar, sebagaimana halnya manusia lainnya. Mereka ada

yang bekerja sebagai peminta-minta, atau sebagai pekerja sambilan bila ada yang memerlukannya.

Tindakan-tindakan seperti itu jelas bisa menyebabkan kemiskinan bagi dirinya dan menimbulkan beban bagi

masyarakat lainnya. Kerniskinan yang disebabkan oleh bencana, apabila tidak dengan segera diatasi sama saja

halnya akan menimbulkan beban bagi masyarakat umum lainnya. Mereka yang kena bencana alarn, umumnya tidak

memiiki tempat tinggal bahkan sumber-sumber daya alarn yang mereka miiki sebelumnya habis oleh pengikisan

bencana alam. Kerniskinan yang disebabkan bencana alam, biasanya pihak pernerintah mengambil, atau menempuh

dua cara, pertama sebagai pertolongan sementara diberikan bantuan secukupnya dan tindakan berikutnya

mentransmigrasikan mereka ke tempat-tempat lain yang lebih aman dan memungkinkan mereka bisa hidup layak.

Kemiskinan buatan disebut juga kemiskinan strukturaI, ialah kemiskinan yang ditimbulkan oleh dan dan

strukturstruktur ekonomi, sosial dan kultur serta politik. Kemiskinan struktur mi selain ditimbulkan oleh struktur

penenangan atau nrimo memandang kemiskinan sebagai nasib, malahan sebagai takdir Tuhan.

Berdasarkan uraian di atas dapatlah disimpulkan, bahwa. kemiskinan itu pada hakikatnya langsung berkait dengan

sistern masyarakat secara rnenycluruh dan bukan hanya ekono. mi atau politik, sosial dan hudaya. Sehingga

penanganannya harus berlangsung secara menyeluruh dengan suatu strategi yang mengandung kaitan-kaitan semua

aspek dan perikehidupan manusia. Bisa dimulai dengan resep ekonorni, kernudian ditunjang oieh tindakari sosial dan

politik yang nyata. Namun demikian, dalam kenyataannya bahwa masalah memerangi kemiskinan sering kali

menjadi suatu masalah perdebatan di antara mereka yang merasa ada kaitannya dengan masalah term sebut, yaitu

berkenaan degan cara dan sasarannya. Adanya yang berpendapat bahwa memberikan bantuan sosial kepada orang-

orang yang tergolong miskin, seperti orang tua, cacat, anak-anak yang orang tuanya miskin, orang yang

pendapatannya di bawah garis kemiskinan.

Pendapat lain ada yang mengatakan, bahwa usaha memerangi kemiskinan hanya dapat berhasil kalau dilakukan

dengancara memberikan pekerjaan yang memberikan pendapatan yang layak kepada orang-orang miskin. Karena

dengan cara mi bukan hanya tingkat pendapatan yang dinaikkan, tetapi harga din sebagai manusia dan sebagai warga
masyarakat dinaikkan, seperti warga masyarakat lainnya. Dengan lapangan kerja dapat memberikan kesempatan

kepada mereka untuk bekerja dan merangsang berbagai kegiatan di sektor-sektor ekonomi lainnya.

Karena keniiskinan di antaranya disebabkan oieh struktur ekonomi, maka terlebih dahulu perlu memahami inti pokok

dan suatu ―struktur‖.

Inti pokok dan struktur adalah realisasi hubungan antara suatu subyek dan obyek, dan antara subyek-6ubyek

komponen-kom. ponen yang merupakan bagian dan suatu sistem. Maka permasalahan struktur yang penting dalam

hal mi adalah pola relasi. mi mencakup masalah kondisi dan posisi komponen (subyeksubyek) dan struktur yang

bersangkutan dalam keseluruhan tata susunan atau sistem dan fungsi dan subyek atau komponen tersebit dalam

keseluruhan fungsi dan sistem.

Pola relasi dan struktur mi, yang urgen adalah struktur dalam soal sosial-ekonomi meskipun struktur lainnya

menentukan. Pola relasi dalam struktur sosial ekonomi mi dapat diuraikan sebagai berikut:

a) Pola relasi antara manusia (subyek) dengan sumber-sumber kemakmuran ekonomi seperti alat-alat produksi,

fasiitasfasilitas negara, perbankan, dan kekayaan sosial. Apakah mi dimiliki, disewa, bagi-hasil, gampang atau sulit

bagi atau oleh subyek tersebut.

b) Pola relasi antara subyek dengan hasil produksi. mi menyangkut masalah distribusi hasil, apakah mernperoleh apa

yang diperlukan sesuai dengan kelayakan derajat hidup manusiawi.

c) Pola relasi antara subyek atau komponen-komponen sosialekonomi dalam keseluruhan mata rantai kegiatan

dengan bangunan sistem produksi. Dalam hal mi adalah mekanisme pasar, bagaimana posisi dan peranan manusia

sebagal subyek dalam berfungsinya mekanisme tersebut.

Secara analog dapat ditentukan pola-pola relasi dalam bidang ekonomi. Kesemuanya merupakan substruktur atau

subsistem dan struktur dan sistem kemasyarakatan yang berlaku yang mendasani masalah-masalah kemiskinan.

Dengan demikian kemiskinan berkaitan langsung dengan sistem kemasyarakatan secara menyeluruh, dan bukan

hanya masalah ekonomi atau politik atau sosial-budaya. Maka penanganannya harus berlangsung secara

komprehensif, dengan suatu strategi yang mengandung kaitan-kaitan dan semua aspek dan penkehidupan manusiawi.

Bisa dimulai dengan resep ekonomi, kemudian ditunjang oleh tindakan sosial dan politis yang nyata, dengan

intervensi pemerintah dan kesadaran manusia miskin itu sendiri, tidak bersikap nrimo dan tidak bersikap neglect atau

tidak mau tahu tentang kemiskinan.


3. ILMU PENGETAHUAN DAN DAYA KEMAMPUAN MASYARAKAT

a. ilmuPengetahuan

Ilmu pengetahuan (science) adalah pengetahuan (knowledge) yang tersusun dengan sistematis dengan menggunakan

kekuatan pemikiran, pengetahaan mana selalu dapat dipeniksa dan ditelaah (dikontrol) dengan kritis oleh setiap

orang lain yang ingin mengetahuinya.

Perumusan tersebut sebetulnya belum sempurna, tetapi yang terpenting adalah perumusan tersebut mencakup

beberapa unsur pokok. Unsur-unsur yang merupakan bagian yang tergabung dalam suatu kebulatan, adalah:

a) pengetahuan (knowledge)

b) tersusun secara sistematis

c) menggunakan pernikiran

d) dapat dikontrol secara kritis oleh orang lain atau umum. (Obyektif).

Yang dimaksud dengan pengetahuan adalah kesan dalam pemikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca

inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan, takhayul, dan peneIr.rangan-penerangan yang kelim. Tidak

semua pengetahuan merupakan suatu ilmu hanyalah pengetahuan yang tersusun secara sistematis saja yang

merupakan ilmu pengetahuan.

Sistematika berarti urut-urutan yang tertentu daripada unsur yang merupakan suatu kebulatan, sehingga dengan

sistematilca tersebut akan jelas tergambar apa yang merupakan garis besar dan ilmu pengetahuan yang bersangkutan.

Sistem tadi adalah suatu konstruksi yang abstrak dan teratut Artinya, setiap bagian dan suatu keselurulian dapat

dihubungkan satu dengan lainnya. Abstrak berarti bahwa konstruksi tersebut hanya ada dalam pikiran dan tidak

dapat dir‖ba ataupun dipegang. Sistem di dalam ilmu pengetahuan hams bersifat terbuka, artinya dapat ditelaah

kebenarannya oleh orang lain, harus pula dinamis, artinya sistem tersebut harus menggunakan cara-cara yang selalu

disesuaikan dengan tarafperkembangan ilmu pengetaliuan pada suatu saat.

Yang dimaksud dengan pemikiran adalah pernikiran dengan menggunakan otak. Dalam hal mi yang dimaksud

adalah : Apabila kembali pada pengetahuan, temyata pengetahuan tersebut didapatkan melalui kenyataan (fakta)

dengan melihat dan mendengar sendiri, serta melalui alat-alat komunikasi, misalnya membaca surat kabar, melihat

televisi dan sebagainya Selanj utnya, ilmu pengetahuan tersebut harus dapat dikemukakan, harus diketahui umum

sehingga dapat diperiksa dan dikontrol oleh umum, yang mungkin berbeda fahamnya, dengan ilmu pengetahuan

orang tidak boleh merahasiakan seg ala sesuatunya. Oleh kanena itu pada umumnya ilmu pengetahuan dapat
dikontrol oleh umum, ilmu pengetahuan selalu berkembang. Kalau ilmu pengetahuan sudah diterima oleh umum,

maka ilmu pengetahuan tersebut liarus ditujukan pada suatu sasaran tertentu, misalnya, masyarakat manusia, gejala-

gejala alam dan sebagainya.

Dan sudut penerapannya, ilmu pengetahuan dibedakan antara ilmu pengetahuan murni (pure science) dan ilmu

pengetahuan yang diterapkan (applied science)

Ilmu pengetahuan murni terutama bertuj uan membentuk, dan mengembaiigkan ilmu pengetahuan secara abstrak,

yaitu untukmempertinggi mutunya. Ilmu pengetahuan yang diterapkan bertujuan untuk mempergunakan dan

menerapkan ilmu pengetahuan tersebut di dalarn masyarakat di dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya.

Adalah sangat bijaksana apabila manusia-manusia di muka bumi mi dapat memanfaatkan ilmunya untuk

mempelajari berbagai gejala atau peristiwa yang menurut anggapannya mempunyai manfaat bagi kehidupan

manusia. Pemanfaatan ilmu pengetahuan hendaknya membatasi din pada hal-hal yang asasi, dan semua orang akan

menyambut gem bira bila ilmu pengetahuan dewasa mi benar-benar dapat dimanfaatkan bagi kemaslahatan manusia.

Ilmu pengetahuan hendaknya dikembangkan manusia untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Ilmu

pengetahuan yang dikendalikan oleh manusia-manusia yang tak bermoral telah membawamaut dan penderitaan yang

begitu dahsyat kepada umat manusia, sehingga manusia di dunia mi tetap mendambakan perdamaian abadi dengan

penemuan-penemuan ilmu yang modern dan canggih mi. Karena itu para ahli filsafat seperti Descartes menyatakan

bahwa ilmu pengetahuan merupakan serba hudi; menurut Immanuel Kant ilmu pengetahuan merupakan persatuan

antara budi dan pengalaman. Dan pandangan di atas dapatlah dikemukakan, bahwa ilmu pengetahuan selain tersusun

secara sistematis dengan menggunakan kekuatan pemikiran juga harus mengandung nilai etis atau moral. Ilmu

pengetahuan dikatakan etis atau bermoral adalah harus mengandung nilai yang bermakna atau berarti, berguna bagi

kehidupan manusia. Ilmu pengetahuan bukan saja mengandung kebenaran-kebenaran tapi juga kebaikan-kebaikan.

Jadi dalam menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, perlu diperhatikan suatu perpaduan dan

pertimbangan antara aspek ilmiah dan moral. Pada umumnya manusia tidak sadar akan perpaduan di atas (aspek

ilmiah dan moral), sehingga manusia hanya menerima informasi mengenai kemungkinan yang dihasilkan oleh para

peneliti sebelumnya. Dalam perkembangan sekarang mi manusia harus sudah mampu membedakan ilmu

pengetahuan (kebenaran) dan etika (kebaikan). Demikian pulamanusia harus mampu mengintegrasikan antara ilmu

pengetahuan dan etika dalam suatu sikap yang dapat dipertanggung jawabkan. Karena perkembangan ilmu-ilmu
modern, tidak ada alasan bahwa ilmu pengetahuan mempunyai tujuan sendiri, yaitu ilmu demi ilmu. Semua ilmu

pengetahuan tidak bisa lepas dan lingkup kehidupan manusia sehari-hari.

Dunia modern saat mi tidak bérsikap netral terhadap penyelidikan ilmiah, sebab manusia hidup dalam satu dunia,

hasil ilmu pengetahuan harus membawa manfaat bagi kehidupan manusja, bukan untuk membawa maut dan

penderitaan kepada umat manusia di dunia mi.

Karena itu etika ilmu pengetahuan tetap merupakan satusatunya senjata yang paling ampuh yang dapat memberikan

jaIan keluar bagi ilmu pengetahuan. Lebih lanjut diakui oleh filsafat modem bahwa manusia dalam pekerjaan

ilmiahnya tidak hanya bekerja dengan akal budi saja, melainkan dengan seluruh eksistensinya dengan seluruh

keadaannya, dengan hatinya dan dengan pancainderanya. Sehingga manusia dalam mengambil keputusannya,

membuat piihannya terlebih dahulu mendapatkan pertimbangan dengan ajaran agama, nilai etika atau norma

kesusilaan. Kontak ilmu dengan ajaran agama, dalam rangka meningkatkan ilmuwan itu sendiri sejajar dengan

orang-orang yang beriman pada derajat yang tinggi, sebagai pemegang amanat dan akan memperoleh pahala.

b. Teknologi dun Sejarah Perkembangannya

Timbulnya rasa lapar mendesak manusia bukan saja untuk mencarj makan, tetapi juga metode untuk mencari makan.

Setiap kali terasa ada kebutuhan sesuatu manusia berusaha menemukan jalan untuk rnemperolehnya. Seluruh

perangkat ide, metode, teknik, benda material yang dipergunakan dalam suatu jangka waktu tertentu, dalam suatu

tempat tertentu maupun kegiatan untuk merombak perangkat tersebut demi memenuhj kebutuhan manusia, disebut

teknologi.

Jadi teknologi lahir dan akal manusia untuk menguasai dan memanfaatkan lingkungan sehingga kebutuhannya

dapatterpenuhi. Penerapan teknologi itu bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas.

Alvin Toffler menganalisis gejala-gejaia perubahan dan pembaruan di dunia mi akibat majunya ilmu pengetahuan

dan teknologi. Sejarah perkembangan teknologi dibagi dalam tiga gelombang, yaitu ―Gelombang Pertama‖ (8.000

SM — 1.700), Gelombang Kedua‖ (1.700 — 1.970), dan ―Gelombang Ketiga‖ (1.970 — 2000).

Gelombang pertama adalah gelombang pembaruan, yaitu manusia menemukan dan menerapkan teknologi pertanian.

Di mana manusia pindah dan teknologi pengumpulan hasil hutan yang mengakibatkan mereka sering berpindah-

pindah, ke penerapan teknologi pertanian, di mana manusia lebih cenderung tetap tinggal di suatu tempat yang

disebut desa.
Salah satu ciri masa Gelombang pertama adalah penggunaan ―bateri hidup‖ atau bateri alamiah, yaitu manusia

memakai energi yang telah disimpan oleh alam untuknya, berupa energienergi yang tersimpan dalam otot-otot

binatang, tumbuhan atau langsung dan matahari, angin, dan air. Dapat dikatakan masyarakat ―Gelombang Pertama‖

memasuki energi yang dapat diperbarui.

Masa ―Gelombang Kedua‖ adalah masa revolusi industri, yaitu kira-kira antara tahun 1700 — 1970 . Benda nyata

dengan masa ―GelombangPertama‖ adalah bahwa manusia menggunakan energi yang didapatnya dan batubara, gas

dan minyak atau pada umumnya dan energi yang tidak dapat diperbarui. Masa ―Gelornbang Kedua‖ mi dimulai

dengan penemuan mesin uap pada tahun 1712 oleh New Conien. Gelombang Kedua tersebut mengembangkan

teknologi pada tingkat yang baru sekaIi. Ia menghasilkan mesin elektro mekanis raksasa ban jalan, mesin-mesin

bergerak cepat. Mesin-mesin tersebut tidak hanya mengganti otot-otot manusia, tetapi peradaban industri juga

memberi mesin -mesin terse but alat-alat pancaindera, sehingga mesin-mesin dapat mendngar dan melihat lebih

tajam, dan dapat mengh asil kan/melah irkan bermacam-macam mesin baru, yang akhirnya dikoordinir dengan iapih

menjadi suatu pabrik.Atas dasar teknologi tersebut, macam-macam industri berkembang dengan pesat dalam masa

atau peradaban ―Gelombang Kedua‖, seperti industri batubara, tekstil, kereta api, besi baja, mobil, aluminium, kimia,

dan macam-macam alat rumah tangga. Cara produksi massa yang menghasilkan jutaan barang-barang identil

menjadi ciri khas peradaban Gelombang Kedua.

Menurut Toffer ciri khas yang sangat menonjol dan peradaban Gelombang Kedua adalah adanya garis pemisah yang

jelas antara produsen dan konsumen. Garis pemisah tersebut tidak ada pada peradaban Gelombang Pertama, karena

di masyarakat pertanian praktis semua makanan, barang dan pelayanan yang dihasilkan oleh produsen, dikonsumsi

sendiri.

Oleh produsen beserta keluarga, yang Toffer namakan Prosumen, singkatan dan produsen dan konsumen. Secara

kasar dapat dikatakan bahwa peradaban industri memisah peranan produsen dan peranan konsumen, yang

selanjutnya lebih mempertajam pembagian pekerjaan, yang membawa masyarakat ke arah sesia1isasi.

Peradaban Gelombang Kedua dapat berkembang cepat atas tiga dasan keyakinan, yaitu:

Kepercayaan bahwa manusia harus menaklukkan alam. Kelompok sosialis dan kapitalis di dunia mi percaya dan

Sependapat sepenuhnya bahwa alam adalah hanya suatu obyek untuk digunakan oleh manusia. Tetapi mereka belum

sependapat bagaimana membagi kekayaan alam antara mereka berdua.


Kepercayaan bahwa manusia tidak hanya menguasai alam, tetapi manusia adalah hasil dan suatu proses evolusi yang

lama sesuai teori Darwin yaitu bahwa selalu akan terjadi suatu ―Piihan alamiah‖, di mana makhluk hidup yang lemah

dan tidak efisien akan punah. Sedangkan makhluk hidup yang tertinggal adalah yang terkuat.Meskipun Darwin

menyusun teori untuk Ilmu Biologi, suasana pada waktu itu mudah sekali menerima bahwa teori tersebut juga

benlaku untuk bidang sosial dan politik. Negara-negara industri yang dihasilkan oleh GelombangKedua merupakan

bangsa-bangsa yang berkebudayaan lebih besar, lebih kuat, dan lebih kaya, dan memang adalah bangsa ―piihan,

sesuai‖ teori Darwin.

Kepercayaan bahwa sejarah perkembangan manusia selalu akan ke arah kemajuan. Kemajuan yang dicapal (tidak

hanya membenarkan perusahaan alam tetapi juga) membenarkan kemusnahan peradaban-peradaban dan bangsa yang

kurang maju. Peradaban Gelombang Kedua menurut Toffler akan menciut dan akan digantikan oleh peradaban

―Gelombang Ketiga‖, terutama disebabkan oleh hal-hal sebagai beiikut:

Perusahaan alam tidak dapat lebih parah lagi daripada apa yang telah terjadi.

Cadangan energi yang tidak dapat diperbarui sudah terlihat batas-batasnya beserta harga energi yang tidak dapat

secara semena-mena ditetapkan hanya oleh negara industri.

Dengan berakhirnya zaman kolonialisme, subsidi tersembunyi dalam harga bahan-bahan baku industrijuga ikut

berakhir.

Gelombang Ketiga terjadi dengan kemajuan teknologi dalam bidang:

Komunikasi dan data prosesing

Penerbangan dan angkasa luar

Energi alternatif dan energi yang dapat diperbarui

Terjadinya de-Urbanisasi, karena kemajuan teknologi komunikasi dan transportasi.

Peradaban Gelombang Ketiga bukan suatu pengulangan ke peradaban Gelombang Pertama, seperti yang sering

disamakan dengan pergerakan-pergerakan teknologi tepat guna, teknologi madya, ataupun dengan pergerakan-

pergerakan yang diidentifisir dengan pepatah ―Small is Beautiful‖.Menurut Toffler peradaban Gelombang Ketiga

adalah suatu sintesa, jadi luas dan menyeluruh dan kedua peradaban Sebelumnya. Hal tersebut terutama disebabkan

karena unsurunsur kemajuan dalam bidang komunikasi dan proses data, yang memungkinkan manusia melihat

semua faktor yang lebih luas, sebagai suatu kesatuan dalam alam keseluruhan. Dapat dikatakan bahwa peradaban
Gelombang Kedua lebih mengutamakan pelipatgandaan kekuatan fisik manusia sedangkan Gelombang Ketiga lebih

mengutamakan pelipatgandaan kekuatan pikir manusia.

c. Masalah Teknologi maju di negara berkern bang

Pada era pembangunan sekarang mi, masyarakat Indonesia sudah terlibat dalam sentuhan teknologi maju, dan

bahkan telah sampai ke desa-desa. Teknologi maju membawa juga sema. cam gaya hidup yang senang dan mewah.

Makin maju teknologi tersebut makin melahirkan sifat yang menyenangkan dan rnewah, dan juga seringkali makin

mahal. Karena memang sudah mendorong lahirnya pola. hidup mewah di kalangan masyarkat berada, terutama di

kota-kota besar.

Persentuhan masyarakat Indonesia dengan kemajuan teknologi nampaknya menciptakan hasil yang bersegi dua. Di

satu pihak membawa gaya hidup yang serba menyenangkan. Tetapi di lain pihak membawa juga problema sosial

yang gawat yaitu mempertajam jurang antara lapisan kaya dan lapisan miskin di kalangan masyarakat, serta

seringkali juga mempermudah terjadinya bencana-bencana bagi kehidupan manusia itu sendiri.

Penggunaan teknologi maju di sektor modern di negara berkembang, seperti Indonesia kadang-kadang tidak dapat

dihindarkan jika memang Iebih efisien dan pada teknologi lain. Namun dalam menentukan teknologi yang akan

digunakan sangat diperlukan pendekatan selektif yang menghindarkan penggunaan teknologi maju secara luas tanpa

pertimbangan mengenai keuntungan atau manfaat bagi masyarakat.

Perlu diketahui bahwa teknologi maju dikembangkan Sesuai dengan keadaan dan lingkungan khas di negara-negara

maju, yang dalam hal tersebut amat berbeda dengan keadaan dan lingkungan negara berkembang, namun kurang

diketahuiperbedaan apa menyebabkan kesulitan dalam pengalihan teknologi maju di negara-negara berkembang.

Dalarn bidang organisasi, perbedaan utania antara negaranegara maju dan negara berkernbang adalah skala produksi

dan unit produksi di negara berkembang. Skala produksi yang besar sering diperlukan dalam penggunaan teknologi

maju dan menghasilkan ―Economic of Scal‖, yaitu penurunan dalam biaya satuan (per unit cost) makin besar skala

produksi. Lagi pula, unit produksi yang besar itu mernerlukan teknik pengelolaan yang maju pada umumnya langka

sekali di negara berkembang.

Dalam bidang teknik penggunaan teknologi maju oleh ne• gara berkembang mernerlukan masukan (input)

barangbarang dan jasa-jasa yang perlu diimport dan negara maju, karena tidak tersedia atau belum dapat dihasilkan

oleh negara berkembang.


Dalam bidang ekonomi penggunaan teknologi maju di negara berkembang terutama mempengaruhi kesempatan

kerja yang tersedia. Hal tersebut disebabkan oleh perbedaan pokok antara negara maju dan negara berkembang, yaitu

tingkat pendapatan perkapita yang rendah di negara berkembang yang menyebabkan pula tingkat tabungan perkapita

yang rendah di negara berkembang.

Karena sumber pembiayaan investasi adalah tabungan, maka dengan sendirinya tabungan perkapita yang rendah

akan berarti tingkat biaya perkapita yang rendah yang tersedia bagi investasi.

Kesulitan yang timbul dalam pengalihan teknologi maju ke negara berkembang disebabkan oleh karena teknologi

maju tersebut dikembangkan di negara maju yang mampu untuk menunjang investasi perkapita yang tinggi.

Teknologi mi pada umurnnya dicirikan oleh perbandingan modal tenaga kerja yang tinggi, Oleh karena itu jika

teknologi maju digunakan juga di negara berkembang, maka hal tersebut akan berarti persediaan tabungan yang

relatif terbatas jumlahnya akan terpaksa dipusatkan pada kelompok tenaga kerja yang menggunakan teknologi maju.

Tetapi dengan demikian tidak akan tersedia cukup dana tabungan lagi untuk mempekerjakan seluruh tenaga kerja di

sektor-sektor lain yang tidak memerlukan teknologi maju. Dengan demikian maka penggunaan teknologi maju yang

kurang selektif dapat mempersulit penanggulangan masalah pengãngguran dan setengah pengangguran yang umum

terdapat di negara berkembang, termasuk Indonesia.

Suatu konsekuensi lain dan pengalihan teknologi maju ke negara berkembang yang belum mempunyai kemampuan

sendin untuk mengembangkan teknologi yang tepat guna dengan lingkungan, dan kebutuhan negara tersebut adalah

ketergantungan teknologi pada negara maju. Hal tersebut disebabkan oleh karena negara maju memang dapat

menjual teknologi ma-. ju kepada negara berkembang, namun bukan pengetahuannya atau kemampuan untuk

mengembangkan teknologi tersebut. Tetapi karena teknologi maju di negara berkembang terus, maka ketergantungan

teknologi negara berkembang menjadi makin besar, oleh karena negara berkembang memang dapat membeli

teknologi maju dan negara maju, tetapi tidak dapat membeli pengetahuan yang diperlukan untuk menghasilkan

teknologi maju tersebut.

d. Perkernbangn lirnu Pengetahuan dan Teknologi dalarn Kaitannya dengan Kern iskinan

Dan hasil perencanaan satu demi satu, ketiga hal (ilmu pengetahuan, teknologi, dan kemiskinan) itu kaitan

strukturnya lehih jelas. Dan ketiga hal, ternyata ilmu pengetaliuan dan teknologi rnerupakan saudara kembar yang

sulit dipisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kehidupan insani. Ilmu pengetahuan digunakan untuk
mengetahui ―apa‖, dan teknologi untuk mengetahui ―bagairnana‖. Ilmu pengetahuan sebagai suatu ha-. dan

penetahuan (body knowledge). dan teknologi sehagai ―seni‖‗ang berhubungan dengan proses produksi, berkaitan

dalarn suatu sistem saling berinteraksi. Teknologi adalah penerapanilmu pengetahuan, sementara teknologi sendiri

mengandung ilm.u pengetahuan di dalamnya.

Bila ditelaah ilmu pengetahuan dan teknologi dalam penerapannya, keduanya menghasilkan suatu kehidupan di

duniâ (satu dunia), yang di antaranya membawa malapetaka yang belum pernah dibayangkan. Padahal manusia

dalarn pekerjaan ilmiahnya tidak hanya bekerja dengan akal budinya, tetapi dengan seluruh eksistensinya,

keadaannya, hatinya, akal budinya dan pancainderanya. Oleh karena itu tidak dapat netral lagi dan bersikap netral

tenhadap penyelidikan ilmiah, ketika manusia sudah mampu membedakan ilmu pengetahuan (kebenaran) dengan

etika (kebaikan), sehingga dalam penerapan atau mengambil keputusan terhadap sikap ilmiah dan teknolo— gi,

terlebih dahulu mendapat pertimbangan moral atau ajaran agama.

Ilmuwan atau seorang ahli teknologi hartis bersikap mempunyai tanggung jawab sosial, yakni tanggung jawab

terhadap masyarakat yang menyangkut asas moral mengenai penelitian etis terhadap obyek penelaahan keilmuan dan

penggunaan pengetahuan ilmiah (teknologi) dengan segala akibat sosialnya. Dibuktikan dan analisis sejarah,

interaksi antara ilmu dan teknologi dengan masyarakat — rnisalnya pengalaman dua kali Perang Dunia — ternyata

bahwa ilmu tujuannya destruktif. Demikian pula hasil analisis situasi oleh akselerasi, dan dan transcience, teknologi

mengakibatkan kodrat manusia tidak harmonis. Dalarn hal kemiskinan mungkin akan berhadapan dengan sistem

ekonomi kapitalisme, feodalisme, atau sosialisme, yang di Indonesia sekarang masih dicani-cari bentuk sistem

ekonomi mana yang tidak mengubah kodrat manusia. Atas dasar inilah maka ilmuwan atau ahli teknologi terpanggil

untuk mengembangkan sikap tanggung jawab sosial secara formal.

Dalam hal kemiskinan .struktunal, ternyata adalah buatan manusia tenhadap manusia Iainnya yang timbul akibat dan

dan struktun politik, ekonomi, teknologi, dan sosial buatan manusia pula. Perubahan teknologi yang cepat

mengakibatkan kemiskinan karena mengakibatkan terjadinya perubahan social yang fundamental. Sebab kemiskinan

di antarnya disebabkan oleh struktur ekonomi, dalam hal mi pola relasi antara manusia dengan sumber kemakmuran,

hasil produksi dan mekanisme pasar. Untuk mengatasi hal mi perlu dihargai dan diterima adanya gagasan ekonomika

etik atau ekonomi Pancasila.


Kemiskinan sebagai akibat pola relasi segala bidang sosial, politik, kultur dan bersama-sama bidang ekonomi,

kesemuanya merupakan subsistem atau substruktur dan struktur dan sistem kemasyarakatan. Termasuk di dalamnya

ilmu pengetahuan dan teknologi.

4. TEKNOLOGI DAN KEMISKINAN

1) Pengertian Teknologi

Para saijana telah banyak memberikan pengertian tentang teknologi, di mana masing-masing berbeda dalam sudut

pandangannya. Menurut Walter Buckingham yang dimaksud dengan teknologi adalah ilmu pengetahuan yang

diterapkan ke dalam seni industri serta oleh karenanya mencakup alat-alat yang memungkinkan terlaksananya

efisiensi tenaga kerja menurut keragaman kemampuan.

Dan pengertian teknologi di atas dapat kecenderungan bahwa teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu

pengetahuan, dalam pengertian bahwa penerapan itu menuju keperbuatan atau perwujudan sesuatu. Kecenderungan

mi pun mempunyai suatu akibat di mana kalau teknologi dianggap sebagai penerapan ilmu per.getahuan, dalam

perwujud maka dengan sendininya setiap jenis teknologi atau bagian ilmu pengetahuan dapat diteko1ogilcan.

Dengan demikian teknologi tidak dapat ada tanpa berpasangan dengan ilmu pengetahuan, dan pengetahuan tentang

teknologi perlu disertai oleh pengetahuan akan ilmu pengetahuan yang menjadi pasangannya.

Macam-macam Teknologi

Ada tiga macam teknologi yang sering dikemukakan para ahli, yaitu

a. Teknologi modern

Jenis teknologi modern mi mempunyai ciri-cini sebagai

berikut

— padat modal

— mekanis elektris

— menggunakan bahan import

— berdasarkan penelitian mutakhir dan lain-lain.

b. Teknologi madya

Jenis teknologi madya mi mempunyai ciri-ciri sebagai

benikut:
— padat karya

— dapat dikeijakan oleh ketrampilan setempat

— menggunakan alat setempat

— berdasarkan suatu penelitian

c. Teknologi tradisional

— Teknologi mi mempunyai cini-ciri sebagai berikut

— bersifat padat karya (banyak menyerap tenaga kezja)

— menggunakan ketrampilan setempat

— menggunakan alat setempat

— menggunakan bahan setempat

— berdasarkan kebiasaan atau pengamatan.

2) Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan pada dasarnya merupakan salah satu bentuk problem yang muncul dalam kehidupan masyarakat,

khususnya masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang. Masalah kemiskinan mi menuntut adanya suatu

upaya pemecahan masalah secara berencana, terintegrasi dan menyelunth c1dirni waktu yang singkat. Upaya

pemecahanmasalah kemiskinan tersebut sebagai upaya untuk mempercepat proses pembangunan yang selama mi

sedang dilaksanakan.

Istilah kemiskinan sebenarnya bukan merupakan suatu hal yang asing dalam kehidupan kita. Kemiskinan yang

dimaksud di sini adalah kemiskinan ditinjau dan segi material (ekonomi).

Menurut Prof. Dr. Emil Salim yang dimaksud dengan kemiskinan adalah merupakan suatu keadaan yang dilukiskan

sebagai kurangnya pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup yang pokok.

Atau dengan istilah lain kemiskinan itu merupakan ketidak mampuan dalam memenuhi kebutuhan pokok, sehirigga

mengalami keresahan, kesengsaraan atau kemelarutan dalam setiap langkah hidupnya.

Faktor-faktor Timbulnya Kemiskinan

Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya kemiskinan, yaitu

a. Pendidikan yang terlampau rendah

Dengan adanya tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu

yang diperlukan dalam kehidupannya Ketethatasan pendidikan/keterampilan yang dimiliki menyebabkan


keterbatasan kemampuan untuk masuk dalam dunia kerja. Atas dasar kenyataan di atas dia miskin karena tidak bisa

berbuat apa-apa untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.

b. Malas bekerja

Sikap malas merupakan suatu masalah yang cukup memprihatinkan, karena masalah mi menyangkut mentalitas dan

kepribadian seseorang. Adanya sikap malas mi seseorang bersikap acuh tak acuh dan tidak bergairah untuk bekerja.

Atau bersikap pasif dalam hidupnya (sikap bersandar pada nasib). Sikap malas mi cenderung uniuk menggantungkan

hidupnya pada orang lain, baik dan keluarga,saudara atau farnili yang dipandang mempunyai kemarnpuan untuk

menanggung kebutuhan hidup mereka.

c. Keterbatasan sumber alam

Kemiskinan akan melanda suatu masyarakat apabila sumber alamnya tidak lagi memberikan keuntungan bagi

kehidupan mereka. Sering dikatakan oleh para ahli, bahwa masyarakat itu miskin karena memang dasarnya ―alamiah

miskin‖.

Alamiah miskin yang dimaksud di sini adalah kekayaan alamnya, misalnya tanahnya berbatu-batu, tidak menyimpan

kekayaan mineral.. .dan sebagainya. Dengan demikian layaklah kaiau miskin sumber daya alam miskin juga

masyarakatnya.

d. Terbatasnya lapangan keija

Keterbatasan lapangan kerja akan membawa konsekuensi kemiskinan bagi masyarakat. Secara ideal banyak orang

mengatakan bahwa seseorang/masyarakat harus mampu menciptakan lapangan kerja baru. Tetapi secara faktual hal

tersebut kecil kemungkinannya, karena adanya keterhatasan kemampuan seseorang balk yang berupa ―skill‖ maupun

modal.

e. Keterbatasan modal

Keterbatasan modal adalah sebuah kenyataan yang ada di negara-negara yang sedang berkembang, kenyataan

tersebut membawa kemiskinan pada sebagian besar masyarakat di negara tersebut. Seorang miskin sebab mereka

tidak mempunyal modal untuk melengkapi alat ataupun bahan dalam rangka menerapkan keterampilan yang mereka

miiki dengan suatu tujuan untuk memperoleh penghasilan. Keterbatasan modal bagi negaranegara yang sedang

berkembang dapat diibaratkan sebagai suatu lingkaran yang tak berujung pangkal balk dan segi permintaan akan

modal maupun dan segi penawaran akan modal.


f. Beban Keluarga

Semakin banyak anggota keluarga akan semakin banyak/ meningkat pula tuntutanJbeban untuk hidup yang harus

dipenuhi. Seseorang yang mempunyai anggota keluarga banyak apabila tidak diimbangi dengan usaha peningkatan

pendapatan udah pasti akan meninibulkan kemiskinan karena mereka memang berangkat dan kemiskinan. Kenaikan

pendapatan yang dibarengi dengan pertambahan jumlah keluarga, berakibat kemiskinan akan tetap melanda clirinya

dan bersifat latent1.

Dalam kenyataannya, sistem perekonomian, sistem tata nilai dan sikap manusia dalam mengelola kekayaan alam

yang dikuasai sangat berlainan. Di satu pihak orang ingin selalu (terus menerus) meningkatkan kekayaan dan taraf

hidupnya setinggi mungkin. Di pihak lain ada penduduk dunia yang cukup santai dalam menggunakan kekayaan

sumber-sumber daya tanpa memperdulikan upaya-upaya pelestariannya.

Peperangan, konflik politik dan adanya pengungsian penduduk yang masih dan terus berlangsung di dunia hingga

saat mi menunjukkan adanya sikap tamak manusia dan sukarnya dicapai kesamaan pandangan dalam hal

memanfaatkan sumber-sumber yang ada. Kalau secara teori dan teknis, dengan ilmu dan teknologinya orang telah

dapat meningkatkan daya dukung sumber-sumber dan kehidupan umat manusia .yang lebih baik, dalam

kenyataannya negara-negara maju yang kaya dengan penduduk yang lebih sedikit telah menguasai sebagian terbesar

sumber-sumber daya yang ada di bumi, baik lewat pengaruh kekuasaan politik maupun lewat sistem ekonomi liberal

yang menjadikan negara-negara berkembang makin bergantung dan makin tertinggal dalam perkembangan

perekonomian dan taraf hidupnya.

Kesenjangan yang ada antara negara-negara industn maju dengan negara berkembang makin melebar. Maka

muncullah akhir-akhir mi upaya-upaya menyelaraskan perkembangan dengan dialog Utara Selatan, dan seruan yang

cukup vokal untuk mewujudkan tata perekonomian dunia baru.

Lepas dan upaya banyak bangsa untuk mewujudkan tata kehidupan yang lebih benimbang, faktor jumlah dan

pengendalian penduduk serta peningkatan pengetahuan merupakan hal-hal yang sangat esensial, agar kehidupan

penduduk negara-negara berkembang dapat cepat meningkat secara layak.

Dalam sejarah perkembangan perekonomian dunia kemajuan telah dicapai lewat perjuangan dan kerja keras. Pada

saat mi banyak orang berpendapat bahwa alih teknologi tidaklah begitu saja dapaat diperoleh dan juga tidak selalu

menjadikan obat mujarab bagi upaya peningkatan perekonomian negara-negara berkembang.


Dengan munculnya korporasi-korporasi multi nasional, teknologi sekarang merupakan juga komoditi atau barang

dagangan, yang cenderung terkena juga praktek monopoli. Kalau teknik dapat diartikan antara lain sebagai lapangan

pengetahuan yang memusatkan perhatiannya pada cara membuat atau membentuk benda-benda mateniil, yaitu

dengan menciptakan atau mewujudkan benda-benda nyata berdasarkan usaha manusia, maka teknologi dapat

diartikan sebagai ilmu yang menyelidiki cara-cara kerja dalam teknik. Memang, teknologi sekarang dapat dibeli.

Tetapi dengan teknologi maju yang diimpor suatu masyarakat yang sedang membangun belum tentu memperoleh

manfaar yang sepadan; kalaupun tidak lalu menjadi demikian tergantung pada penyedia/pembeni teknologi maju.

Karena itu banyak negara berkembang yang ilmu dan teknologinya belum begitu maju ada kalanya lebih memilih

pengembangan teknologi madya terlebih dahulu, yaitu teknologi yang tidak memerlukan dasar pengetahuanyang

demikian canggihnya dan umumnya dalam penggunaannya masih menyerap cukup banyak tenaga kerja. Di sam ping

mencoba membuat terobosan-terobosan me1 aiui pengembangan teknologi maju untuk mengajar ketertinggalannya,

Indonesia juga menggalakkan pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna, yaitu bentuk teknologi yang lebih

banyak mendayagunakan bahan-bahan setempat dan bersifat memberi manfaat langsung kepada sebagian besar

masyarakat yang berpenghasilan kurang. Dengan menerapkan teknologi maju yang hanya memerlukan sedikit tenaga

(yang hali) dampak negatif yang mungkin timbul adalah (1) diberhentikannya sebagian tenaga keija, yang berarti

menambah jumlah pengangguran, (2) karena efisiensi kerja pemakaian teknologi maju yang tinggi, usaha-usaha

industri kecil yang masih memakai teknologi yang lebih bersahaya tak mampu bersiang dan terancam bangkrut, (3)

bila teknologi maju diperoleh lewat membeli,tanpa disertai usaha menyiapkan pengetahuan yang diperlukan untuk

melayani dan mengembangkannya, akan cenderung teijadi ketergantungan yang berkelanjutan kepada pihak

pemberi/penyedia teknologi maju tersebut.

Dalam kenyataanya sekarang, banvak negara berkembang menjadi demikian bergantung kcpada negaranegara

industri maju oleh sebab keinginan Ruat segera menerapkanb teknolpgi maju seperti yang banyak terdapat di negara

industri, dan dengan begitu saja menerapkan teori pengembangan sebagaimana yang telah berlakua atau dipakai oleh

negara Eropa dan Amerika. Ketergantungan tidak saja terbatas pada bidang ilmu dan teknologi (lewat bantuan saran-

saran para konsultan dan program pendidikar1 dan latihan yang dihadiahkan oleh negara-negara indu.stri maju),

tetapijuga di bidang perekonomian dan keuangan negara yang bersangkutan. mi ternyata dan banyaknya negara

berkembang yang mengalami kesulitan dalam pengembalian pinjaman (hutang) daii negara industri sementara tents

menemui kesulitan dalam pembiayaanpembangunannya, yang berakibat adanya upaya untuk menangguhkan atau
penjadwalan kembali pembayaran hutang negara-negara berkembang yang angka debt-serviceratio-nya (DRS angka

rasio nilai ekspor dun jumlah hutang luar negeri yang harus dibayar setahun) sudah demikian tinggi.

Upaya peningkatan taraf kehidupan tidak lepas dan masalah kependudukan. Masalah penduduk menyangkut

persoalan jumlah dan persoalan mutu. Keberhasilan peningkatan taraf hidup tidaklah bergantung sematamata pada

kemampuan fisik yang lebih baik. Kualitas non fisik c penduduk yang serupa sikap hemat, disiplin, kerja keras,

semangat mengembangkan din dan sebagainya merupakan faktor-faktor yang tidak kalah pentingnya bagi usaha

meningkatkan tarafhidup. Jepang merupakan satu contoh bangsa yang telah demikian berhasil dengan cepat

meningkatkan taraf hidup dan perekonomiannya (baik sejak masa restorasi maupun dalam kebangkitannya kembali

dan kehancuran o]eh kalah perang) dengan modal kualitas non fasik penduduknya.

Secara umum peningkatan perekonomian akan bergantung pada tersediannya modal dan juga tingginya produktivitas

usaha. Modal akan terbentuk lewat investasi dan hasil tabungan. Orang akan lebih bisa menabung kalau hidupnya

hemat. Sedang produktivitas usaha akan berkaitan dengan pengetahuan, efisiensi keija dan faktor-faktor iain yang

berkaitan dengan kualitas non phisik penduduk. 1

c. Teknoiogi dan Keiniskinan

Salah satu penyebab kesengsaraan atau penderitaan manusia adalah kemiskinan. Kemiskinan biasanya sejalan

dengan kelaparan dan wabah penyakit, yang sering kali terjadi di Negara Drs.negara yang sedang berkembang.

Lapisan masyarakat banyak yang hidup dalam kemiskinan berusaha mati-matian untuk dapat mencapai kehidupan

yang menyenangkan. Tetapi kebanyakan tetap tinggal terhambat pada garis kemiskinan dan bahkan di bawah garis

kemiskinan.

Perlu diketahui salah satu Unsur terpenting dalam pertumbuhan ekonomi adalah kemajuan teknologi.

Kernajuan teknologi mengakibatkan dalam struktur produksi maupun dalam komposisi tenaga kerja yang diperlukan

dalam proses produksi mengalami perubahan. Bagi tenaga kerja yang mempunyai ketrampilan teknis yang tinggi,

akan terbuka Iebih banyak kesempatan-kesempatan kerja yang baik. Tetapi tenaga kerja yang tidak berketrampilan

atau yang hanya mempunyai ketrampilan rendah akan tergeser atau kadang-kadang kehilangan sama sekali pekerjaan

mereka.

Selama dua dasawara (1960 - 1980) yang baru lalu beberapa negara berkembang dan hasil pembangunan telah

mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat malahan lebih pesat dan yang pernah dialami oleh negara-negara

industri Barat Selama tahap-tahap permulaan dan proses industrialisasj mereka, namun pertumbuhan ekonomi yang
pesat tersebut pada umumnya ternyata tidak terlalu berhasil dalam penyediaan kesempatan kerja yang produktif bagi

penduduk.

Bahkan di negara-negara yang telah mengalami penurunaii dalain prosentase penduduk yang hidup di bawah garis

kemiskinan, penurunan relatif sering ditidakan oleh pertambahan penduduk yang pesat, sehingga hampir tidak

mengurangi jumlah absoltit penduduk yang miskin. Salah satu kasus yang dapat disebut dalam hubungan tersebut

adalah pulau Jawa, yang selama masa 1967 - 1976 telah mengalami penurunan yang cukup besar dalam persentase

penduduk yang hidup dalam kemiskinan, namun gagal dalam mengurangi secara berarti jumlah absolut penduduk

yang miskin, karena pertumbuhan penduduk pesat.

Di samping tidak tercapainya pengurangan secara berarti dan kemiskinan, pengangguran serta setengah

pengangguran, maka pertumbuhan ekononii yang pesat di banyak negara betkembang juga disertai oleh ketimpangan

yang semakin meningkat dalarn pembagian pendapatan (ketimpangan relatif). Hal tersebut memang tidak

rnengherankan bagi alili lain ekonomi. Misalnya Kuznets mengernukakan bahwa dalam masa pertumbuhan ekonorni

selalu ada ketirnpangan redistribusi pendapatan, di mana dalam pertumbuhan ekonorni yang cepat, golongan

berpenghasilan rendah selalu ketinggalan kemajuan, tidak mampu mengikuti berpartisipasi. Karenanya mereka tidak

mampu memanfaatkan proses redistribusi pendapatannya.

Di Indonesia pola perkembangan pembangunan juga mengikuti pendapatan yang dikemukakan Kuznets, artinya

golongan miskin kurang terjamah oleh hasil-hasil pertumbuhan ekonomi. Mengapa mereka tidak terangkat, padahal

pemerintah telah mengambil kebijaksanaan penyebaran proyek-proyek ke daerah-daerah, desa-desa, misalnya

adanya kredit Bimas, KIK, KMKP, KCK, padat karya dan sebagainya.

Bila diteliti golongan-golongan miskin yang tidak terjamah oleh hasil-hasil pembangunan, karena:

Ketimpangan dalarn peningkatan pendidikan.Selama belum ada kewajiban belajar golongan miskin tidak akan

mampu berpartisipasi mengenyam peningkatan anggaran pendidikan.

Ketidakmerataan kemampuan untuk berpartisipasi. Untuk berpartisipasi diperlukan tingkat pendidikan, ketrampilan,

relasi, dan sebagainya. Golongan miskin tidak memiikinya.

Ketidakmerataan pemiikan alat-alat produksi, Golongan miskin tidak memiiki alat-alat produksi, penghasilannya

untuk makan saja sudah susah, sehingga tidak mungkin membentuk modal.

Ketidakmerataan kesempatan terhadap modal dan kredit yang ada. Modal dan kredit pemberiannya menghendaki

syarat-syarat tertentu dan golongan miskin tidak mungkin memenuh i persyaratannya.


Ketidakmerataan menduduki jabatan-jabatan. Untuk mendapat pekerjaan yang dapat memberi makan pada

keluargasaja sudah susah, apalagi menduduki jabatan-jabatan yang sering memerlukan relasi tertentu dan persyaratan

tertentu.

Ketidakmerataan mempengaruhi pasaran, Karena miskin dan pendidikannya-rendah, maka tidak mungkin golongan

miskin dapat mempengaruhi pasaran.

Ketidakmerataan kemampuan menghindari musibah misalnya peny akit, kecelakaan, dan ketidakberuntun gan

lainnya. Bagi golongan miskin dibutuhkan bantuan untuk dapat mengatasi musibah tersebut. Mengharapkan dan

mereka sendiri untuk dapat mengangkat dirinya tanpa pertolongan, sukar dipastikan.

Laju pertambahan penduduk lebih memberatkan golongan miskin. Dengan jumlah keluarga besar, mereka sulit dapat

menyekolahkan, memberi makan, dan pakaian secukupnya. Hanya keluarga yang kaya atau berpenghasilan besar

sajalah yang mampu.

Dapatlah dipastikan bahwa golongan berpenghasilan rendah,karenakurangterjamah pendidikan, tidak memiiki

saranasarana, misalnya kredit, modal, alat-alat produksi, relasi dan sebagainya, tidak akan mampu berpartisipasi

dalam pertumbuhan ekonomi dan menikmati pembagian hasil-hasilnya tanpa adanya kebijaksanaan khusus yang

ditujukan untuk mengangkat mereka.

Penelitian yang diadakan di daerah perkotaan di Jawa, Sun- drum telah menemukan bahwa selama tahun 1970

sampai tahun 1976 ternyata pembagian pendapaan memburuk, terutama di ibukota Jakarta. Dan hasil survei Sosial

Ekonomi Nasional (SUSENAS) menunjukkan bahwa selama kurun waktu 1970 sampai 1976 persentase penduduk

Indonesia yang mis- kin yaltu hidup di bawah tingkat kemiskinan telah berkurang. Hal tersebut berlaku balk bagi

Indonesia sebagai keseluruhan, maupun jika diadakan perincian menurut daerah pedesaan dan daerah perkotaan, balk

di Jawa maupun di luar Jawa. Tingkat hidup absolut semua golongan masyarakat telah meningkat, sehingga

kemiskinan absolut di Indonesia selama Repelita I dan tahun-tahun pertama Repelita II telah berkurang. Perhitungan

berbagai peneliti dapat disimpulkan bahwa persentasependuduk Indonesia yang miskin telah menurun dan hamper

60% dalam tahun 1970 sampai kurang lebih 45% dalam tahun1976.

Di lain pihak hasil-hasil SUSENAS telah memperlihatkan, bahwa pembagian pendapatan selama kurun waktu yang

sama telah memburuk. Hal tersebut disebabkan karena laju kenaikan pendapatan golongan yang berpendapatan

tinggi telah meningkat jauh lebih pesat daripada penaikan golongan yang berpendapatan rendah.
Di samping perkembangan tersebut, maka pembagian pendapatan antara penduduk çlaerah perkotaan dan daerah

pedesaan juga telah memburuk. Hal tersebut disebabkan karena laju kenaikan pendapatan penduduk perkotaan

selama kurun waktu 1970 sampai 1976 rata-rata bertambah dua setengah kali lebih cepat daripada penduduk

pedesaan.

Jika dirinci menurut daerah maka ketimpangan antara pendapatan penduduk perkotaan dan pedesaan di Jawa lebih

besar daripada di luar Jawa.

Usaha mengatasi Kemiskinan

Dan kegagalan kebijaksanaan konvensional mengenai pertumbuhan ekonomi di banyak negara berkembang dalam

mengurangi kemiskinan, pengangguran dan disparitas (ketimpangan) pendapatan secara berarti telah memaksa balk

para perencana ekonomi dan teknokrat maupun para peneliti ekonomi untuk kembali mempelajari secara sungguh-

sungguh kebijaksanaan tersebut, serta mendorong mereka untuk mempelajani alternatif-alternatif yang realistis bagi

kebijaksanaan pertumbuhan ekonomi yang konvensional. Dalam hal mi; pendekatan kebutuhan dasar dalam

perencanaan pembangun an merupakan hasil yang logis dan sesuatu proses reorientasi yang panjang dalam

pemikiran tentang pembangunan.

Dan hasil-hasil penelitian kemudian pusat perhatian para ahli lambat laun mulai bergeser dan tekanan pada

penciptaan lapangan kerja yang rnemadai ke penghapusan kemiskinan, dan akhirnya ke penyediaan barang-barang

dan jasa-jasa kebutuhan

dasar bagi seluruh penduduk, yang berupa dua perangkat, yaitu:

Perangkat kebutuhan konsumsi perorangan akan pangan. sandang dan pemukiman.

Perangkat yang mencakup penyediaan jasa umum dasar, seperti fasiitas kesehatan, pendidikan, saluran air minum,

pengangkutan, dan kebudayaan;

samping kedua perangkat tersebut, kebutuhan dasar atau kebutuhan dasar manusiawi kadang-kadang juga digunakan

untuk mencakup tiga sasaran lain, yaitu

Hak atas pekerjaan produktif dan yang memberikan inibalan yang layak, sehingga cukup untuk memenuhi kebutuhan

dasar setiap rumah tangga atau perorangan.

Prasarana yang mampu menghasilkan barang-barang dan jasa-jasa dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar

penduduk.
Partisipasj seluruh penduduk, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam pelaksanaan proyek-proyek yang

berhubungan dengan penyediaan barang-barang dan jasajasa kebutuhan dasar.

Pengalaman dan negara-negara Asia Timur, yaitu Korea, Taiwan, Jepang menunjukkan bahwa pertumbuhan

ekonomi yang pesat dengan disertai pemerataan hasil-hasil pembangunan dapat tercapai karena di negara-negara

tersebut program pembangunan pedesaan (rural development program) sangat diutamakan.

RANGKUMAN

Salah satu unsur terpenting dalam pertumbuhan ekonomi adalah kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi

mengakibatkan perubahan dalam struktur produksi maupun dalam komposisi tenaga kerja yang digunakan. Bagi

yang memiliki ketrampilan teknis tinggi dengan majunya teknologi akan selalu terbuka kesempatan kerja. Tetapi

bagi yang tidak memiikinya dapat tergeser atau kehilangan pekerjaan.Selama 1960-1980 dan beberapa negara

berkembang yang membangun, nampak mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Namun ternyata kapasitas

pertumbuhan ekonomi tersebut tidak selalu berhasil menyediakan kesempatan kerja yang produktif, sehingga hampir

tidak dapat mengurangi secara berarti dan kemiskinan dan pengangguran. Di Indonesia juga dan hasil pembangunan

menunjukkan bahwa golongan miskin kurang terjamin oleh hasil-hasil pertumbuhan ekonomi. Padahal pemerintah

telah mengam bil kebijaksanaan penyebaran proyek-proyek ke daerah, ke desa-desa.

Dan kegagalan dalam mengurangi kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan pendapatan secara berarti, maka

para ahli kernudian bergeser dan penciptaan lapangan kerja yang memadai, penghapusan kemiskinan, dan akhirnya

ke penyediaan barang-barang dan jasa kebutuhan dasar bagi seluruh penduduk.

LATIHAN

Apakah yang disebut ilmu pengetahuan ? Unsur-unsur apakah yang merupakan bagian yang tergabung dalam suatu

kebulatan ilmu tersebut? Coba jelaskan!

Coba jelaskan hubungan antara teknologi dan kemiskinan!

Sebutkan golongan-golongan miskin yang kurang terjamah oleh hasil-hasil pembangunan!

Sebutkan beberapa usaha yang dapat mengatasi adanya kemiskinan!

Coba jelaskan beberapa akibat yang disebabkan adanya kemajuan teknologi!


DAFTAR KEPUSTAKAAN

Abdullah, Taufik. Pemuda dan Perubahan Sosial. Jakarta:

LP3ES, 1974.

Alfian. Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia. Jakarta:

Gramedia, 1978.

Au, Mukti. Agama, KB dan Kependudukan. Jakarta: BKKBN, 28 Agustus 1974.

Amsari, Amo dan Djaka Ardiwinangun. Ilmu Sosial Dasar, Bahan Perkuliahan Program D3. Bandung Fakultas

MIPA Universitas Padjajaran.

Bachtiar, Harsya W: Masalah Integrasi Nasional di Indonesia.Jakarta: Prisma LP3ES, No. 8. Agustus 1976.

Bachtiar, Harsya W., Hasan Walinono, H.A. Sallatang, dan MaxH., Waney. Pedoman Penyelenggaran Perkuliahan

IlmuSosial Dasar. Konsorsium antar-bidang DepartemenPendidikan dan Kebudayaan pada Penataran Dosendosen

ISD se-Indonesia Timur di Solo, 1-13 Agustus1981.

______ .Problema Sosial. Dalam penataran dosen-dosen se-Indonesia Timur, Solo, 1-13 Agustus 1982.

Berger, Peter L. Humanisme Sosiologi. Jakarta: Inti Sarana Aksara, 1985.

Bertrand, Alvin K. Sosiologi. (Terj. Drs. Sanapiab S. Faisal).

Surabaya: Bina ilmu, 1980.

Budiardjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia, 1981.

Budiman, Arif. Pemuda dan Sosialisasi. Lokakarya PenyusunanKumpulan Minimal Bahan Peragaan Mata Kuliah

IlmuSosial Dasar Universitas Brawijaya, Malang, Tanggal21-27 Januari 1985.

Daidjoeni, N dan A. Suyitno. Pedesaan, Lingkungan dan Pembangunan. Bandung: Alumni, 1982.

Dawson dan Prawjt. Political Socialization, An Analytic Study.

Boston: Little Brown and Company, 1977.Djojohadikusumo, Sumitro. Indonesia Menuju Tahun 2000. Jakarta:

Prisma LP3ES, April, 1975.

Fabrengat, Claudio Esteva dan S. Giponathan. Masalah Penduduk.Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1981.

Gerungan, W.A., Psikologi Sosial. Jakarta: VT Eresco. 1977.

Hadisoeprapto, Hartono. Pen gantar Tata Hukum Indonesia.Yogyakarta: Liberty, 1981.


Hadjisarosa, Poemomosidi. ―Suatu Pendekatan Terhadap Regional Planning di Indonesia‖, Bulletin BPA UGM, No.

2- 1975.

Heeren, HJ. Transmigrasi di Indonesia. Jakarta: Gramedia. 1979.

Hasan, Fuad. Kitt.i dan Kami, An Analysis of the Basic Modes of Togetherness, Jakarta: Bhratara, 1975.Hidayat.

Pengembangan Sektor Informal dalam Pembangunan Nasional, Masalah dan Prospek. Bandung: Fak. Ekonomi

Universitas Padjadjaran, 1978.

Kansil, CST: Pen gantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka, 1977.

Kayam, Umar, dkk. Perubahan Nilai-Nilai di Indonesia, Bandung:

Alumni, 1983.

Koentjaraningrat. Masyarakat Desa di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI, 1984.

- . Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta:

Djambatan, 1979.

______ Pen gantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Barn, 1980.

Migrasi, Transmigrasi dan Urbanisasi dalam MasalahMasalah Pembangunan, Jakarta: LP3ES, 1982.

Liysen, A. Individu dan Masyarakat, Bandung: Surnur, 1981.

Lubis, Firman. Masalah Kependudukan dan Kesehatan Ma5yarakar. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI, 1982.

Mantra, Ida Bagus. ―Beberapa Masalah Penduduk di Indonesia dan Akibatnya di Bidang Sosial Ekonomi.‖ Prisma

No. 6, Juni 1980.

Mariun. Asas-Asas Ilmu Pemerintahan, Yogyakarta: Sie Penerbitan BPA Fakultas SOSPOL UGM, 1979.

McNicol, G. ―Internal Migration in Indonesia: Descriptive Notes.‖. Indonesia V, 1968.

Mubyarto. ―Politik Pertanian dan Pembangunan Pedesaan‖. Jakarta: Sinar Harapan, 1983.

Munandar, S. ―Pencemaran Lingkungan,‖ Makalah dalam Lokakarya Ilmu Sosial Dasar Universitas Padjadjaran,

Bandung, 1980.

Mustopo, Habib. Ilmu Budaya Dasar. Surabaya: Usaha Nasional, 1983.

Nasikun. ―Urbanisasi Berlebih, Involusi Perkotaan ,dan Radikalisme Politik di Negara-Negara Berkembang‖. Prisma

No. 6, Juni 1980.

Newcomb, dkk. Psikologi Sosial. Bandung: Diponegoro, 1981.

Polak, J.B.A.F, Mayor. Sosiologi Suatu Pengantar RingkasJakarta: Ikhtiar Baru, 1979.
Prawiro, H. Ruslan. Kependudukan Teori, Fakta dan Masalah,Bandung: Alumni, 1979.

Probopranoto, Kuntjoro, Hak-Hak Asasi Manusia dan Pancasila.Jakarta: Pradnya Paramit.a, 1979.

Rush, Said. Pengantar ilmu Kependudukan. Jakarta: LP3ES,1982.

Salladien. Konsep Dasar Demografi. Surabaya: FT Bina Ilmu.1980.

Saiful, Hadi. Materi Penataran MKDU ilmu Sosial Dasar Unpad,Bandung: Unpad, 1980.

Sank, Arbi. Perbandingan Sistem Politik, Mahasiswa dan AngkatanMuda Indonesia Kekuatan Pollilk Anomie,

Yogyakarta:

Gajah Mada Universitas Press, 1982.Simorangki r. Undang-Undang Dasar 1945. 1966.

Sigit, Hananto. ―Perkembangan Sektoral dan Ciri Informal

K.esempatan Kerja di Indonesia.‖ Forum Statistik No.2, Desember 1982.

Transmigrarion Pro gramm and it‘s Information Base A

Case Study of Indonesia. Kertas kerja yang tidak

diterbitkan, Desember, 1979.

Singarimbun, Masri dan Chris Manning. ―Keluarga Berencana,

Motivasi dan Pola Sosial Ekonomi, Kasus Mojolama‖.Prisma No. 2, April 1974.

Soekanto Soerjono. Sosiologi Suatu Pen gantar. Jakarta: YayasanPenerbit Universitas Indonesia. 1975.

Soedjito, Bambang Bintoro. ―Sistem Kota-Kota: Suatu Pendekatan

Pengembangan Wilayah Pulau Jawa‖. Prisma, Juni1975.

Soehino, I/mu Negara. Yogyakarta. Liberty, 1980

―oekarno, Tata Negara Republik Indonesia. Jakarta : NV. Nusantara, Bukit Tinggi, 1958.

Sudharto, Frieda NRH. I/mu Sosial Dasar, Il,nu Budaya Dasar. Sernarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro,

1984.

Sujarto, Djoko. Pendekalan Penthangunan Perkotaan Ditinjau dan Segi Perencanaan Lokal. Yogyakarta: BPA-AAN.

1981.

Suiwan dan Moh. Djuana. Tata Negara Indonesia, Jakarta: JB. Woltres, 1958.

Suparjaman, Jaja. Pemuda dan Masyarakat. Makalah pada Penataran Dosen MKDU Ilmu Sosial Dasar Universitas

Padjajaran, Bandung, 1980.

Suparlan, Parsudi. (Penyunting). Kerniskinan di Perkotaan‖ Jakarta:


Sinar Harapan, 1984.

Manusia. Kebudayaan dan Lingkungannya, Jakarta; Rajawali, 1984.

Masalah-Masa/ah Sos ial dan I/mu Sosial Dasar. Makalah Penataran Dosen-Dosen se-Indonesia Timur, Solo, 1-13

Agustus 1983.

Suryadi, Dakwah Islam dengan Pembangunan Masyarakat I)e,su. Bandung; Alumni, 1983.

Susanto, Astrid S, Dr. Phil. Pengantar Sos/al dan Perubahan Sos/al, Bandung; Bina Cipta, 1977.

Komunikasi Sosial di Indonesia. Bandung: B ma Cipta, 1980

Tjokronidjojo, H Bintoro dan Mustopadidjaja AR. Teori Sirategi Pembanggunan Nasional. Jakarta: Gunung Agung,

1980.

Tjondronegoro, Sediono MP, dkk (Penyunting). I/mu Kependudukan. Jakarta, 1981

Departernen Pendidikan dan Kebudayaan. Analisis Kebudayaan. Nomor2 Tahun II, 1981/1982.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan

Tinggi, Himpunan Hasil Pengkajian Bahan Pen vusunan

Repelita IV 1984/1985 - 1988/1989: Sekior Generasi Muda.

1983

Undang- Undang Dasar, Pedoinan Pen ghayatan dan Pen gamalan Pancas i/a, Garis- Garis Besar Haluan Negara.

Hiinpunan Feral ziran Perundang- undangan Men genai Warga A1e gara dan Penduduk Negara Republik indonesia.

Majelis Permusyawaratan Rakyat RI. Garis-Garis Besar I-Ia! uan Negara. Ketetapan MPRNo. IV/MPR11978.

Anda mungkin juga menyukai