Anda di halaman 1dari 45

STRATEGI PELAKSANAAN

HARGA DIRI RENDAH


Diajukan sebagai tugas mata kuliah

KOMUNIKASI TERAPEUTIK

Dosen Pembimbing: Rahma Elliya,S.Kep.,M.Kes.

Disusun oleh:

NURHAYATI :15320068

HERIZON :15320064

FAKULTAS KEDOKTERAN

JURUSAN SI KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MALAHAYATI

BANDAR LAMPUNG

2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan
rahmatnya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul”YOGA BAGI
KESEHATAN”.

Makalah ini disusun berdasarkan hasil data-data dari media elektronik berupa internet
dan media cetak.Ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk kita semua dalam menambah
pengetahuan atau wawasan mengenai keperawatan.Penulis sadar makalah ini belumlah
sempurna,maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca
agar makalah ini menjadi sempurna.

Bandar Lampung, April 2017

PENULIS
I. PENGANTAR ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR
II. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA
III. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU DAN SOSIAL
IV. MANUSIA DAN PERADABAN
V. MANUSIA, KERAGAMAN, DAN KESETARAAN
VI. MANUSIA, NILAI, MORAL, DAN HUKUM
VII. MANUSIA, SAINS,TEKNOLOGI, DAN SENI
VIII. MANUSIA, DAN LINGKUNGAN

RINGKASAN 1 ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (ISBD )

aktualpost.info
PEMBELAJARAN ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR ISBD

A. DASAR PEMIKIRAN

1. Latar Belakang Paedagogis

Dorongan yang logis bagi dosen tatkala memerankan dirinya sebagai

pengajar. Fungsi dan peran dengan menempatkan dosen pada otoritas yang

berlebihan, sebagai sumber informasi tunggal dan sebagai sentral aktivitas

pembelajaran.

UNESCO (1988) mendeklarasikan empat pilar pembelajaran yaitu:


(1) learning to know (pembelajalan untuk tahu) ;

(2) learning to do (pembelajaran untuk berbuat) ;

(3) learning to be (pembelajaran untuk membangun jati diri) ;

(4) learning to live together (pem-belajaran untuk hidup bersama harmonis).

Misi-misi ini, khususnya learning to live together dalam bidang ilmu-ilmu

sosial dan humaniora. Ilmu yang tidak dikehendaki oleh filsafat ilmu-ilmu

social dan humaniora mengembangkan pendidikan secara sistematis

melainkan bagaimana bidang-bidang ilmu yang ada menjadi alat untuk

mengkaji fenomena dan problema sosial serta budaya yang terjadi sehingga

seseorang mampu memecahkan masalah sosial dan budaya tersebut.

2. Dasar Yuridis

Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat (MBB) di perguruan tinggi,

seperti tercantum dalam Keputusan Dirjen Dikti Depdiknas RI No. 38 Tahun

2002 Pasal 1 yang menyatakan bhwa: “Mahasiswa memiliki landasan

pengetahuan, wawasan, dan keyakinan sebagai bekal hidup masyarakat selaku

individu dan makhluk sosila yang beradap serta bertanggung jawab terhadap

sumber daya alam dan lingkungannya”. Metode pembelajaran yang digunakan

oleh dosen dalam pasal 5, harus menempatkan mahasiswa sebagai subjek

didik, mitra dalam proses pembelajaran, anggota masyarakat, dan warga

negara. Pendidikan tinggi diharapkan mampu menghasilkan mahasiswa yang

unggul secara intelektual, angyn secara moral, kompeten menguasai iptek,

serta memiliki komitmen tinggi untuk berbagai peran sosial (Hamdan

Mansoer, 2001, hlm. 3).


Harapan DIKTI di atas, sejalan dengan Deklarasi UNESCO Oktober 1998

tentang kesepakatan Perguruan Tinggi, yang intinya sebagai berikut:

1. Pendidikan Tinggi abad XXI harus memainkan peran sebagai suatu komponen

vital dari pembangunan budaya, sosial, ekonomi dan pilitik sebagai suatu

tiang penyangga dalam pembentukan kemampuan masyarakat untuk

demokrasi dan perdamaian.

2. DIKTI harus merancang fungsi prospektifnya melalui analisis berkelanjutan

tentang kegawatan sosial, ekonomi, budaya dan kecenderungan politik, serta

bertindak sebagai pemandu dalam mengatasi bencana, mampu melihat ke

masa depan, mengantisipasi dan menyiapka peringatan perdana.

3. DIKTI harus sadar akan perannya sebagai pelayan masyarakat, dan harus

berusaha agar tyerjamin keseimbangan antara misi pendidikan dan sosial.

B. VISI, MISI, TUJUAN, DAN BAHAN ISBD

Visi Ilmu Sosial Budaya Dasar sebagai berikut: ”Mahasiswa selaku individu

dan makhluk sosial yang beradap memiliki landasan pengetahuan, wawasan,

serta keyakinan untuk bersikap kritis, peka, dan arif dalam menghadapi

persoalan sosial dan budaya yang berkembang di masyarakat”. Sedangkan

Misi Ilmu Sosial Budaya Dasar adalah:

a) Memberikan pengetahuan dan wawasan tentang keragaman, kesetaraan dan

martabat manusia sebagai individu dan makhluk sosial dalam kehidupan

masyarakat.

b) Memberikan dasar-dasar nilai estetika, etika, moral, hukum dan budaya

sosial sebagai landasan untuk menghormati dan menghargai antara sesama


manusia sehingga akan terwujud masyarakat yang tertib, teratur dan

sejahtera.

c) Memberika dasar-dasar untuk memahami masalah sosial dan budaya serta

mampu bersikap kritis, analisis dan responsif untuk memecahkan masalah

tersebut secara arif di masyarakat.

Atas dasar visi dan misi Ilmu Sosial Budaya Dasar di kembangkan tujuan

Ilmu Sosial Budaya Dasar sebagai berikut:

a) Mengembangkan kesadaran mahasiswa untuk menguasai pengetahuan tentang

keragaman dan kesetaraan manusia sebagai individu dan makhluk sosial

dalam masyarakat.

b) Menumbuhkan sikap kritis, peka, dan arif pada mahasiswa dalam memahami

dan memecahkan masalah sosial-budaya dengan landasan nilai estetika,

etika, moral dan hukum dalam kehidupan masyarakat.

c) Memberika landasan pengetahuan dan wawasan yang luas serta keyakinan

kepada mahasiswa sebagai bekal hidup bermasyarakat, selaku individu dan

makhluk sosial yang beradap dalam mempraktikan pengetahuan akademis dan

keahliannya.

Berdasarkan visi, misi, tujuan Mata Kuliah Berkehidupan Bermasyarakat

(MBB) dan Ilmu Sosial Budaya Dasar tersebut, maka Ilmu Sosial Budaya

Dasar termasuk pada kategori General Education (pendidikan umum) yang

bertujuan untuk membina individu (mahasiswa) untuk menjadi warga

masyarakat dan warga negara yang baik, yaitu pendidikan yang berkenaan

dengan pengembangan keseluruhan kepribadian seseorang dalam kaitannya

dengan masyarakat dan lingkungan hidup.


Manusia dalam kehidupan mengalami pengalaman hidup yang penuh makna,

bahkan aktivitas sosial dan budayanya pun di pengaruhi oleh pola-pola makna

yang memberdayakan hidupnya. ”Pendidikan umum merupakan proses

pembangkitan makna-makna yang esensial yang membimbing pelaksanaan

hidup manusia melaluiperluasan dan pendalaman makna-makna tadi”. Makna-

makana esensial yang melekatdalam kehidupan masyarakat dan budaya

manusia meliputi enam pola, yaitu simbolik, empirik, estetik, sinoetik, etik,

dan sinoptik. Makna simbolik meliputi bahasa , matematik, termasuk juga

isyarat-isyarat, upacara-upacara, tanda-tanda kebesaran, dan sebangsanya.

Makna simbolik ini sangat berarti dalam kehidupan bermasyarakat-

berbudaya manusia. Makna empirik mencakup ilmu kealaman, hayati,

kemanusiaan. Makna empirik ini mengembangkan kemampuan teoritis,

konseptual, analitis, generalisasi berdasarkan fakta-fakta, dan kenyataan

yang bisa diamati. Makna estetik meliputi sebagai seni seperti musik, karya

seni, kesenian, satra, dan lain-lain. ke dalam kawasan makna estetik ini,

termasuk hal-hal yang berkenaan dengan keindahan dan kehalusan, keunikan

menurut persepsisubjektif berjiwa seni. Makna sinoetik berkenaan dengan

perasaan, kesan, penghayatan, dan kesadaran yang mendalam. Kedalam

makna ini termasuk empati, simpati, dan sebangsanya. Makan etik berkenaan

dengan aspek-aspek moral, akhlak, perilaku yang luhur, tanggung jawab, dan

sebangsanya. Makna sinoptik berkenaan dengan pengertian-pengertian yang

terpadu dan mendalam seperti agama, filsafat, pengetahuan sejarah yang

menuntut nalar masa lampau, dan hal-hal yang bernuansa spiritual.

Secara histori, studi sosial, dan studi kebudayaanmemiliki tujuan yang

beragam, yaitu:
1. Mendidik mahasiswa menjadi ahli di bidang ilmu. Oleh karena itu, kurikulum

disusun secara terpisah sesuai dengan body of knowledge masing-masing

disiplin ilmu sosial dan budaya. Organisasi bahan harus di susun menurut

struktur dsiplin ilmunya baik penyusunan konsep maupun sintaksisnya.

Mereka tidak mengaitkan suatu mata pelajaran dengan mata pelajaran lain

dan tidak memikirkan bagaiman seseorang menjadi warga negara yang baik

(seseorang menjadi warga negara yang baik hanya sebagai hasil sampingan

saja). Pendekatan ini lebih menekankan pada content continuum, oleh karena

itu mereka tidak setuju bahwa ilmu sosial/ilmu budaya dipandang sebagai

studi sosial dan studi kebudayaan, tetapi lebih senang menyebutnya ”Social

Sciences dan Cultural Sciences”.

2. Tujuannya menumbuhkan warga negara yang baik. Oleh karena itu Ilmu Sosial

Budaya Dasar harus merupakan ”a unified coordinated holistic study of men

living in societes” (Hanna, 63). Warga Negara yang baik akan mudah

ditumbuhakan bila pendidik menempatkan mahasiswa dalam konteks

kebudayaan, dibanding dengan memusatkan perhatian pada disiplin sosial dan

budaya secara terpisah. Karena itu, program pengajaran harus dikorelasikan

bahkan mengintegrasikan beberapa disiplin ilmu sosial-budaya dalam unit

program studi. Paham ini lebih menekankan pada process continuum dalam

mencapai tujuan pendidikan.

3. Kompromi antara pendapat pertama dan kedua. Oleh karena itu, tujuan

pelajaran harus mampu mengembangkan dasar-dasar untuk menjadi ahli

dalam bidang ilmu tertentu serta mampu memecahkan masalah sosial-budaya


ketika mahasiswa terjun dimasyarakat. Oleh karena itu, Ilmu Sosial Budaya

Dasar harus merupakan:

a. Simplifikasi dan distalasi dari berbagai disiplin ilmu sosial dan budaya untuk

kepentingan pendidikan (Wesley, 64. hlm. 3)

b. Tujuan merupakan ”...a body of predigested and organized

knowledge,....,storehouse of knowledge, skills, specific virtues, the

presumed product of research in the social science, to be transmitted to

the student.”

c. Bahan pelajaran harus merupakan sebagian dari hasil penelitian ilmu-ilmu

sosial dan budaya yang dipilih dan diramu sehingga cocok untuk program

pendidikan.

4. Ilmu Sosial Budaya Dasar dimaksudkan mempelajari bahan-bahan yang

sifatnya tabu, tertutup (closed areas) atau controversial issues yang timbul

dalam bidang ekonomi, polotik, sejarah, hukum, moral, dan lain-lain. Dengan

bahan seperti di harapkan mahasiswa:

a. Dapat mempelajari masalah sosial dan budaya yang dipecahkan.

b. Iklim kelas yang mencerminkan kehidupan demokratis.

c. Melatih berbeda pendapat

d. Bahan tabu dekat kegunaannya dengan kebutuhan pribadi masyarkata.

(Numan Somantri, 2000, hlm. 260-261)

C. PENTINGNYA PENDEKATAN INTERDISIPLINER DALAM ILMU

SOSIAL BUDAYA DASAR

Penggunaan pendekatan multisiplin dalam proses pembelajaran Ilmu Sosial

Budaya Dasar bisa menggunakan pendekatan struktural, yaitu beberapa


disiplin ilmu sosial atau disiplin ilmu budaya digunakan untuk mengkaji

masalah, tetapi sistematika salah satu struktur disiplin tertentu masih

terlihat dominan sebagai pisau analisisnya, karena masalah yang dikaji

senagat erat dan banyak kaitannya dengan disiplin tertentu (misalnya

masalah korupsi erta kaitannya dengan ilmu hukum, kemiskinan dengan ilmu

ekonomi, banjir dengan ilmu geografi, dan sebagainya) sedangkan ilmu-ilmu

yang lain sebagai penunjang analisisnya.

Selain itu, dengan menggunakan pendekatan fungsional, yaitu pembelajaran

yang bertitik tolak dari masalah yang terdapat dalam masyarkat atau

lingkungan mahasiswa atau masalah sosial-budaya dimana mahasiswa terlibat

secara langsung. Oleh karena itu, pendekatan fungsional tidak berangkat

dari satu disiplin ilmu, bahkan karena luasnya pembahasan, identitas disiplin

ilmu hampir tidak kelihatan karena banyaknya konsep yang berhimpitan dan

bersintesis. Misalnya saja ketika membahas pergaulan bebas di luar nikah,

atau anarki pascareformasi dikaji faktor historis, faktor politis, faktor

yuridis, faktor sosiologis, faktor kultural, serta faktor sosial-ekonomi.

Bisa juga digunakan pendekatan interfield, yaitu bertitik tolak dari ruang

lingkup yang luas, misalnya saja masalah humanitis dengan tema reformasi,

pembangunan, pemilu, demokrasi, multikultur dsn lsin-lsin ysng dikaji dari

berbagai ilmu yang cukup luas seperti bahasa, IPA, pendidikan, agama,

teknologi dan sebagainya. Dalam pendekatan interfield ini dapat juga

digunakan the area approach yang berusaha menyusun bahan kuliah

berdasarkan kebudayaan suatu daerah, misalnya saja kebudayaan Bali,

kebudayaan Jawa Barat, kebudayaan Betawi, dan lain-lain, atas dasar daerah

tersebut maka aspek politik, sejarah, antropologi, ekonomi, pendidikan,

teknologi, agama dan lain sebagainya ikut melengkapinya.


D. BEBERAPA ALTERNATIF MODEL PEMBELAJARAN ILMU SOSIAL

BUDAYA DASAR

Model pembelajaran problem solving, inqury, klasifikasi nilai, science

technologi and society, social action model, serta portopolio based learning

sangat diperlukan untuk mengembangkan empat pilar pendidikan yang

dikemukakan oleh UNESCO. Model pembelajaran yang disebut ini

membutuhkan keterampilan mahasiswa untuk menguasai teknik pemecahan

masalah. Masalah sendiri dapat diartikan setiap kesulitan yang merintangi

atau belum ada jawaban secara pasti dan membutuhkan pemecahan apabila

manusia ingin maju dan berkembang terus.

John Dewey dalam bukunya, How The Think (1910). Mengemukakan langkah

pemecahan masalah sebagai berikut:

(a) A feeling of perplexy;

(b) The definition of the problem;

(c) Sugesting and testing hypotheses;

(d) Development of the best solution by reasoning; and

(e) Testing of conclution followed by reconsideration of necessary. Kalau

disederhanakan sama dengan langkah-langkah kegiatan ilmiah, yaitu mulai:

(a) Merasakan adanya masalah; (b) Merumuskan masalah; (c) Membuat hipotesisi

atau membuat pertanyaan-pertanyaan penelitian untuk memecahkan

masalah; (d) Menetapkan sumber data yang akan dijadikan objek penelitian;

(e) Membuat intsrumen untuk melakukan penelitian; (f) melakukan

pengumpulan data; (g) Melakukan klasifikasi atau analisis data; (h) Menguji

hipotesis atau Pembahasan hasil penelitian; (i) Rekomendasi.


E. PROSES PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO

1. Pengertian

Dalam konteks pendidikan, pengertian portofolio menurut D. Budimansyah

(2002, h. 1-2) bisa diartikan sebagai ”Wujud benda fisik” yaitu bundel, yaitu

sekumpulan atau dokumentasi hasil pekerjaan peserta didik, seperti hasil

bundelan pre-test, tugas, post-test, dan lain-lain. Bisa juga diarrtikan

sebagai “kegiatan social paedagogis”, yaitu collection of learning experience

yang terdapat dalam pikiran peserta didik baik yang berwujud pengetahuan,

sikap, maupun keterampilan. Sedangkan sebagai model pembelajaran

Boediono (2001) mengataka bahwa portofolio merupakan bentuk dari praktik

belajar kewarganegaraan, yaitu inovasi pembelajaran yang dirancang untuk

membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui

pengalaman belajar praktik-empirik.

U. Syarifudin (2002, hlm. 31) mengatakan bahwa portofolioadalah tampilan

visual dan audio yang disusun secara sistematis melukiskan proses berpikir

yang didukung oleh seluruh data yang relevan, sehingga secara utuh

melukiskan “Integrated learning experiences” atau pengalaman belajar

terpadu yang dialami oleh mahasiswa dalam kelas sebagai suatu kesatuan.

Dengan demikian, model pembelajar berbasis portofolio merupakan

pembelajaran yang melibatkan mahaiswa secara aktif dan kooperatif mulai

dari menentukan masalah secara demokratis, mengumpulksn data,

mengoleksi data, menampilkan data, menentukan solusi permasalahan


sehingga dia mampu menilai, dan memengaruhi kebijakan umum dari hasil

temuannya.

2. Langkah-langkah Pemelajaran

a. Mengidentifikasi Masalah

Dalam kegiatan ini mahasiswa dipinta untuk menjawabhal-hal sebagai

berikut:

(a) Apakah masalah ini merupakan masalah penting bagi saudara atau

masyarakat (mengapa) ?;

(b) Lembaga manakah yang ebrtanggung untuk mengatasi masalah tersebut

?;

(c) Kebijakan apakah yang telah diambil oleh lembaga tersebut untuk

mengatasi masalah tersebut ?;

(d) Apakah keuntungan dan kerugian dari kebijakan tersebut ?; (e) Apakah

kebijakan tersebut dapat diperbaiki ?;

(f) Adakah silang pendapat terhadap kebijakan tersebut di masyarakat ?;

(g) Dimanakah kalian akan mendapat informasi tentang masalah tersebut ?;

(h) Adakah masalah lain di masyarakat yang berguna untuk dikaji oleh

kelompok lain ? (Pertanyaan-pertanyaan tersebutdapat pula dipakai untuk

menelusuri sumber dari media cetak atu elektronik,

untuk pertanyaan butir (a) menjadi “Bagaimana pandangan artikel (berita

TV/radio) terhadap masalah yang dianalisis?” Demikian juga untuk

pertanyaan selanjutnya.

b. Memilih Masalah untuk Kajian Kelas


Dalam kegiatan ini ada dua kegiatan: pertama, menyususn daftar masalah

ditulis di papan tulis; kedua, melakukan pemungutan suara untuk memilih

salah satu masalah untuk menjadi kajian kelas dengan cara:

(a) salah satu pembicaraan dari setiap kelompok kecil mengemukakan alasan

mengapa masalah itu dipilih dilihat dari kepentingannya bagi mahasiswa dan

masyarakat, serta sejauh mana ketersediaan sumber informasi untuk

menganalisis masalah tersebut;

(b) melakukan pemungutan suara untuk memilih salah satu masalah tersebut bisa

secara terbuka maupun tertutup. Hal ini bisa langsung dilakukan satu tahap

artinya dipilih yang terbanyak atau dilakukan dua tahap dengan dua kali

pemilihan, tahap pertama setiap orang memilih 3 masalah, dan masalah yang

menempati peringkat 1, 2, dan 3 dipilih ulang untuk menetapkan hanya satu

masalah saja dengan setiap pemilih menetapkan satu pilihan.

c. Mengumpulkan Informasi tentang Masalah yang akan Dikaji oleh Kelas

Langkah untuk mengumpulkan informasi bisa dilakukan dengan cara:

(a) mengunjungi langsung sumber informasi (misalnya, keperpustakaan, biro

kliping, Biro Pusat statistik, dan lain-lain) ; (b) menghubungi sumber

informasi melalui telephone (bisa dilakukan langsung untuk mendapatkan

data yang telah disipakan dengan daftar wawancara atau hanya sekedar

membuat perjanjian untuk bertemu) ; (c) membuat janji untuk mengadakan

wawancara melalui kunjungan langsung, lewat telepon atau pertmohonan

melalui surat (kegiatan ini diperluakan untuk menetapkan waktu wawancara

untuk mendapatakan informasi dari individu atau kelompok, seperti

wawancara dengan anggota legislatif, pejabat PEMDA, kelompok


LSM/ORMAS/ORPOL atau tokoh masyarakat, dan lain-lain) ; (d) memohon

informasi melalui surat.

Informasi yang telah dikumpulkan disusun secara sistematis berdasarkan

sub-subkajian mulai dari latar belakang masalah (faktor-faktor penyebab),

pandangan individu atau masyarakat terhadap masalah tersebut, dasar

yuridis, historis, sosiologis, ekonomis, dan kultural masalah tersebut.

Kebijakan publik yang berhubungan dengan masalah tersebut, serta faktor-

faktor yang mendukung dan menghambat penyelesaian masalah, pada suatu

bundel dokumentasi yang disebut bundel portofolio.

d. Mengembangkan Portofolio Kelas

Pada sesi ini, mahasiswa menjelaskan masalah, mengkaji berbagai kebijakan

alternatif untuk memecahkan masalah, mengusulkan kebijakan publik untuk

mengatasi masalah, mengusulkan rencana tindakan.

e. Penyajian portofolio (Show-Case)

Show-Case atau gelar kasus pada dasarnya memberikan pengalaman

berharga kepada mahasiswa untuk mampu menyajikan gagasan dan

meyakinkannya kepada orang lain agar menerima gagasan tersebut.

f. Kriteria Penilaian Portofolio

(1) Kelengkapan, meliputi kesesuain tugas dengan kelompok masing-masing;

(2) Kejelasan, meliputi sistematika, penggunaan bahasa yang tepat dan

dimengerti, argumen yang ditampilkan;

(3) Informasi, meliputi keakuratan informasi, dukungan fakta, dan hubungan

informasi dengan masalah yang dikaji;


(4) Dukungan, meliputi contoh aktual yang mendukung masalah atau pemecahan

masalah, serta penjelasan yang mendalam secara interdisipliner;

(5) Data grafis, meliputi hubungan data grafis dengan masalah atau bagiannya,

apakah lebig mnejelaskan informasi sehingga orang lain lebih memahami

masalah yang dikaji;

(6) Dokumentasi, meliputi keragaman dan keakuratan sumber dokumenter,

teknis pendokumtasian, teknis pengutipan, hubungan dokumentasi dengan

masalah;

(7) Argumentasi, meliputi argumentasi rasional, argumentasi ilmiah ilmu-ilmu

sosial dan budaya, argumentasi nilai-moral dan hukum.

Implementasi pendidikan karakter bangsa di perguruan tinggi dapat

menggunakan tiga jalur strategi, yaitu melalui :

1. jalur pembelajaran

2. jalur pengembangan budaya kampus

3. pemberdayaan pemangku kepentingan pendidikan atau komunitas pendidikan.

Pertama, implementasi pendidikan karakter bangsa melalui jalur

pembelajaran berarti mengintegrasikan atau memadukan komponen-

komponen atau anasir karakter bangsa ke dalam pembelajaran (perencanaan,

pelaksanaan dan penilaian). Standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator

ketercapaian kompetensi, dan proses atau skenario pembelajaran dapat

dimuati komponen karakter bangsa sehingga silabus dan RPP serta proses

pembelajaran bermuatan karakter bangsa.

Kedua, implementasi pendidikan karakter bangsa melalui jalur pengembangan

budaya perguruan tinggi berarti memadukan atau mengintegrasikan


komponen atau anasir karakter bangsa sebagai muatan program

pengembangan budaya sekolah. Di sini komponen karakter bangsa bisa

dipadukan dengan berbagai program dan kegiatan dalam rangka

pengembangan budaya sekolah, misalnya penciptaan lingkungan hidup sehat,

lingkungan bersih, dan lingkungan saling menghormati sesama warga sekolah.

Dengan kata lain, penciptaan lingkungan budaya yang kondusif atau nyaman

bagi pembentukan karakter bangsa.

Ketiga, implementasi pendidikan karakter bangsa melalui jalur

pemberdayaan pemangku kepentingan pendidikan atau komunitas perguruan

tinggi berarti mengintegrasikan atau memasukan komponen atau anasir

karakter bangsa dengan program dan atau aktivitas di masyarakat dan atau

keluarga siswa. Misalnya, mengadakan karyawisata ke suatu tempat,

kunjungan ke tempat bersejarah, bergotong royong dengan masyarakat, dan

lomba seni-sains-olahraga dengan unsur masyarakat. Di sini berbagai

program dan atau aktivitas komunitas masyarakat atau pemangku

kepentingan pendidikan menjadi bermuatan karakter bangsa sehingga

pemangku kepentingan pendidikan atau komunitas masyarakat menjadi ajang

pembentukan karakter bangsa yang fungsional.

Dalam rangka mencapai keberhasilan atau ketercapaian tujuan pendidikan

karakter bangsa melalui ketiga jalur tersebut diperlukan rencana tindakan

(action plan) implementasi pendidikan karakter bangsa di sekolah. Rencana

tindakan itu meliputi

(i) integrasi komponen karakter bangsa ke dalam pembelajaran,

(ii) pembudayaan komponen karakter bangsa ke dalam budaya sekolah, dan


(iii) pemberdayaan komunitas perguruan tinggi atau pemangku kepentingan

pendidikan untuk pembentukan karakter bangsa. Rencana tindakan tindakan

pertama mewujud atau mengejawantah dalam silabus dan RPP serta proses

pembelajaran.

Rencana tindakan kedua dan ketiga bisa menggunakan format sebagai

berikut :

Struktur atau organisasi rencana tindakan implementasi pendidikan

karakter bangsa di perguruan tinggi adalah sebagai berikut.

Rencana Tindakan Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah

Visi, Misi dan Tujuan Sekolah

a. Strategi Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah

b. Permasalahan Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah

c. Tantangan Pendidikan Karakter di Sekolah

Strategi Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah

a. Faktor Penghambat dan Pendukung Pendidikan Karakter Bangsa

b. Penghambat Pendidikan Karakter Bangsa

c. Faktor Pendukung Pendidikan Karakter Bangsa

Program Kegiatan Pendidikan Karakter di Sekolah :

 Program Pembelajaran Terintegrasi Karakter Bangsa

 Program Karakter Bangsa melalui Pengembangan Budaya Sekolah

 Program Karakter Bangsa melalui Pemberdayaan Pemangku Kepentingan

Pendidikan atau Komunitas Sekolah


MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK BUDAYA

A. Hakikat Manusia Sebagai Makhluk Budaya

Manusia adalah salah satu makhluk Tuhan di dunia. Makhluk Tuhan dialam

fana ini ada empat macam, yaitu alam, tumbuhan, binatang, dan manusia.

Sifat–sifat yang dimiliki keempat makhluk Tuhan tersebut sebagai berikut.

1. Alam memiliki sifat wujud

2. Tumbuhan memiliki sifat hidup dan wujud

3. Binatang memiliki sifat wujud, hidup dan dibekali nafsu

4. Manusia memiliki sifat wujud, hidup dibekali nafsu serta akal budi

Akal budi merupakan pemberian sekaligus potensi dalam diri manusia yang

tidak dimiliki makhluk lain. Kelebihan manusia dibandingkan makhluk lain

terletak pada akal budi. Anugerah Tuhan akan akal budilah yang

membedakan manusia dari makhluk lain. Akal adalah kemampuan berpikir

manusia sebagai kodrat alami yang dimiliki. Berpikir merupakan perbuatan

operasional dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat demi kepentingan

dan peningkatan hidup manusia. Jadi, fungsi dari akal adalah berpikir.

Karena manusia yang dianugerahi akal maka manusia dapat berpikir.

kemampuan berpikir manusia juga digunakan untuk memecahkan maslaah–

masalah hidup yang dihadapi.

Budi berarti juga akal. Budi berasal dari bahasa Sansekerta budha yang

artinya akal. Budi menurut kamus lengkap Bahasa Indonesia adalah bagian

dari kata hati yang berupa panduan akal dan perasaan dan yang dapat

membedakan baik–buruk sesuatu. Budi dapat pula berarti tabiat, perangai

dan akhlak. Sutan Takdir Alisyahbana mengungkapkan bahwa budilah yang

menyebabkan manusia mengembangkan suatu hubungan yang bermakna


dengan alam sekitarnya dengan jalan memberikan penilaian objektif

terhadap objek dan kejadian.

Dengan akal budinya, manusia mampu menciptakan, mengkreasi,

memperlakukan, memperbarui, memperbaiki, mengembangkan dan

meningkatkan sesuatu yang ada untuk kepentingan hidup manusia. Contohnya

manusia bisa membangun rumah, membuat aneka masakan, menciptakan

beragam jenis pakaian, membuat alat transportasi, sarana komunikasi dan

lain–lain. Binatang pun bisa membuat rumah dan mencari makan. Akan tetapi,

rumah dan makanan suatu jenis makanan tidak pernah berubah dan

berkembang. Rumah burung (sarang) dari dulu sampai sekarang tetap saja

wujudnya, tidak ada pembaharuan dan peningkatan. Manusia dengan

kemampuan akal budinya bisa memperbaharui dan mengembangkan sesuatu

untuk kepentingan hidup.

Kepentingan hidup manusia adalah dalam rangka untuk memenuhi

kebutuhan hidup. Secara umum, kebutuhan manusia dalam kehidupan dapat

dibedakan menjadi dua. Pertama, kebutuhan yang bersifat kebendaan

(sarana–prasarana) atau badani atau ragawi atau jasmani/biologis.

Contohnya adalah makan, minum, bernafas, istirahat dan seterusnya. Kedua,

kebutuhan yang bersifat rohani atau mental atau psikologi. Contohnya

adalah kasih sayang, pujian perasaan aman, kebebasan, dan sebagainya.

Abram Maslow seorang ahli psikologi, berpendapat bahwa kebutuhan

manusia dalam hidup dibagi menjadi lima tingkatan. Kelima tingkatan

tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kebutuhan psikologis (physiological needs). Kebutuhan ini merupakan

kebutuhan dasar, primer dan vita. Kebutuhan ini menyangkut fungsi–fungsi


biologis dasar dari organisme manusia, seperti kebutuhan akan makanan,

pakaian tempat tinggal, sembuh dari sakit, kebutuhan seks dan sebagainya.

2. Kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan (safety and security needs).

Kebutuhan ini menyangkut perasaan, seperti bebas dari rasa takut,

terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang, kemiskinan, kelaparan,

perlakuan tidak adil dan sebagaimya.

3. Kebutuhan sosial (sosial needs). Kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan

dicintai, diperhitungkan sebagai pribadi, diakui sebagai anggota kelompok,

rasa setia kawan, kerja sama, persahabatan, interaki, dan seterusnya.

4. Kebutuhan akan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan ini meliputi

kebutuhan dihargainya kemampuan, kedudukan jabatan, status, pangkat, dan

sebagainya.

5. Kebutuhan akan aktualisasi diri (self actualization). Kebutuhan ini meliputi

kebutuhan untuk memaksimalkan penggunaan potensi–potensi, kemampuan,

bakat, kreativitas, ekspresi diri, prestasi dan sebagainya.

Menurut Maslow, kebutuhan manusia pertama–tama diawali dari kebutuhan

psiklogis atau paling mendesak kemudian secara bertahap beralih ke

kebutuhan tingkat di atasnya sampai tingkatan tertinggi, yaitu kebutuhan

aktualisasi diri. Beliau menjelaskan bahwa kita tidak dapat memenuhi

kebutuhan kita yang lebih tinggi kalau kebutuhan yang lebih rendah belum

terpenuhi. Itu berarti kebutuhan nomor lima akan diupayakan pemenuhannya

kalau kita sudah memenuhi kebutuhan–kebutuhan sebelumnya. Jadi,

kebutuhan manusia bertingkat dan membentuk hirarki.

Dengan akal budi, manusia tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup,

tetapi juga mampu mempertahankan serta meningkatkan derajatnya sebagi


makhluk yang tinggi bila dibandingkan dengan makhluk lainnya. Manusia tidak

sekedar homo, tetapi human (manusia yang manusiawi). Dengan demikian,

manusia memiliki dan mampu mengembangkan sisi kemanusiaannya.

Dengan akal budi manusia mampu menciptakan kebudayaan. Kebudayaan

pada dasarnya adalah hasil akal budi manusia dalam interaksinya, baik

dengan alam maupun manusia lainnya. Manusia merupakan makhluk yang

berbudaya. Manusia adalah pencipta kebudayaan.

B. Apresiasi Terhadap Kemanusiaan dan Kebudayaan

1. Manusia dan Kemanusiaan

Istilah kemanusiaan berasal dari kata manusia mendapat tambahan awalan

ke–dan akhiran–an sehingga menjadikan kata benda abstrak. Manusia

menunjuk pada benda konkret, sedangkan kemanusiaan merupakan kata beda

abstrak. Dengan demikian kemanusiaan disebut dengan human.

Kemanusiaan berarti hakikat dan sifat–sifat khas manusia sebagai makhluk

yang tinggi harkat matabatnya. Kemanusiaan menggambarkan ungkapan akan

hakikat dan sifat yang seharusya dimiliki oleh makhluk yang bernama

manusia. Kemanusiaan merupakan prinsip atau nilai yang berisi

keharusan/tutunan untuk berkesuaian dengan hakikat dari manusia.

Hakikat manusia bisa dipandang secara segmental atau dalam arti parsial.

Misalkan manusia dikatakan sebagai homo economicus, homo faber, homo

socius, homo homini lupus, zoon politicon, dan sebagainya. Namun pandangan

demikian tidak bisa menjelaskan hakikat manusia secara utuh.

Hakikat manusia Indonesia berdasarkan Pancasila sering dikenal sebagai

sebutan hakikat kodrat monopluralis.


Hakikat manusia terdiri atas :

Ø Monodualis susunan kodrat manusia yang terdiri dari aspek keragaan,

meliputi wujud materi argonasis benda mati, vegetatif, dan animalis, serta

aspek kejiwaan meliputi cipta, rasa dan karsa.

Ø Monodualis sifat kodrat manusa terdiri atas segi individu dan segi sosial.

Ø Monodualis kedudukan kodrat meliputi segi keberadaan manusia sebagai

makhluk yang berkepribadian merdeka (berdiri sendiri) sekaligus juga

menunjukkan keterbatasannya sebagai makhluk Tuhan.

Karena manusia memiliki harkat dan derajat yang tinggi maka manusia

hendaknya mempertahankan hal tersebut. Dalam upaya mempertahankan dan

meningkatkan harkat dan martabatnya tersebut, maka prinsip kemanusiaan

berbicara. Prinsip kemanusiaan mengandung arti adanya penghargaan dan

penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia yang luhur itu. Semua

manusia adalah luhur, karena itu manusia tidak harus dibedakan

perlakuannya karena perbedaan suku, ras, keyakinan status sosial ekonomi,

asal–usul dan sebagainya.

Ada ungkapan bahwa the mankind is one ( Kemanusiaan adalah satu ). Dengan

demikian, sudah sewajarnya antar sesama manusia tidak saling menindas,

tetapi saling menghargai dan saling menghormati dengan pijakan prinsip

kemanusiaan.

Prinsip kemanusiaan yang ada dalam diri manusia menjadi penggerak manusia

untuk berperilaku yang seharusnya sebagai manusia.

Dalam pancasila sila kedua terdapat konsep kemanusiaan yang adil dan

beradab. Kemanusiaan yang adil dan beradab berarti sikap dan perbuatan

manusia yang sesuai dengan kodrat hakikat manusia yang sopan dan susila
yang berdasarkan atas nilai dan norma moral. Kemanusiaan yang adil dan

beradab adalah kesadaran akan sikap dan perbuatan yang didasarkan pada

budi nurani manusia yang dihubungkan dengan norma–norma baik terhadap

diri-sendiri, sesama manusia, maupun terhadap lingkungannya.

2. Manusia dan Kebudayaan

Kebudayaan berasal dari Bahasa Sansekerta, yaitu buddhayah yang

merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal ) diartikan sebagai

hal–hal yang berkaitan dengan budi dan akal. Ada pendapat lain mengatakan

budaya berasal dari kata budi dan daya. Budi merupakan unsur rohani,

sedangkan daya adalah unsur jasmani manusia. Dengan demikian, budaya

merupakan hasil budi dan daya dari manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata

latin colere, yaitu mengolah dan mengerjakan. Dalam Bahsa Belanda, cultuur

berarti sama dengan culture. Culture atau cultuur bisa diartikan juga sebagi

mengolah tanah dan bertani. Dengan demikian, kata budaya ada hubungannya

dengan kemampuan manusia dalam mengelola sumber–sumber kehidupan,

dalam hal ini pertanian. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai

kultur dalam bahasa Indonesia.

Definisi kebudayaan telah banyak dikemukakan oleh para ahli. Beberapa

contoh sebagai berikut :

1. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari

suatu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai super

organik.

2. Andreas eppink menyatakan bahwa kebudayaan mengandung keseruhan

pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan, serta keseluruhan struktur–


struktur sosial, religius, dan lain–lain, ditambah lagi dengan segala

intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.

3. Eward B, Taylor mengemukakan bahwa kebudayaan merupakan keseluruhan

yang kompleks, yang didalamnya mengandung pengetahuan, kepercayaan,

kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan–kemampuan lain yang

didapat seseorang sebagai anggota suatu masyarakat.

4. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi mengatakan kebudayaan adalah

sarana hasil karya, rasa dan cipta masyarakat.

5. Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan adalah keseluruhan

gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakan dengan belajar besirat

dari hasil budi pekerti

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai

kebudayaan sebagai sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau

gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan

sehari–hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan

kebudayaan adalah benda- benda yang diciptakan oleh manusia sebagai

makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan berupa benda- benda yang

bersifat nyata, misalnya pola–pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,

organisasi sosial, religi, seni, dan lain–lain, yang kesemuanyan ditujukan

untuk membantu Manusia dalam melangsungkan kehidupan

bermasyarakatnya.

J.J Hoeningman membagi wujud kebudayaan menjadi tiga, yaitu gagasan,

aktivitas, dan artefak.

a. Gagasan (wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide,

gagasan, nilai, norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak;


tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam

kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut

menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari

kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku–buku hasil karya

para penulis warga masyarakat tersebut.

b. Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari

manusia dalam bermasyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan

sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas–aktivitas manusia yang

saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia

lainnya menurut pola–pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan.

sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari–hari, dan dapat diamati

dan didokumentasikan.

c. Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas,

perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda benda

atau hal–hal yang dapat diraba, dilihat dan didokumentasikan. Sifatnya

paling kongkret diantara ketiga wujud kebudayaan,

Koentjaraningrat membagi wujud kebudayaan menjadi tiga pula, yaitu

1. Suatu kompleks ide, gagasan, nilai norma dan sebagainya

2. Suatu kompleks aktivitas atau tindakan berpola dari manusia dalam

bermasyarakat

3. Suatu benda-benda hasil karya manusia

Sedangkan mengenai unsur kebudayaan, dikenal adanya tiga usur kebudayaan

yang bersifat universal. Ketujuh unsur tersebut dikatakan universal karena

dapat dijumpai dalam setiap kebudayaan dimanapun dan kapan pun berada.
Tujuh unsur kebudayaan tersebut yaitu :

1. Sistem peralatan dan perlengkapan hidup

2. Sistem mata pencaharian hidup

3. Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial

4. Bahasa

5. Kesenian

6. Sistem pengetahuan

7. Sistem religi

Manusia merupakan pencipta kebudayaan karena manusia dianugerahi akal

dan budi daya. Dengan akal dan budi daya itulah manusia menciptakan dan

mengembangkan kebudayaan. Terciptanya kebudayaan adalah hasil

interaksi manusia dengan segala isi alam raya ini. Hasil interaksi

binatang dengan alam sekitar tidak membentuk kebudayaan, tetapi

hanya menghasilkan pembiasaan saja. Hal ini karena binatang tidak dibekali

akal budi, tetapi hanya nafsu dan naluri tingkat rendah.

Karena manusia adalah pencipta kebudayaan maka manusia adalah makhluk

berbudaya. Kebudayaan adalah ekspresi eksistesi manusia di dunia. Dengan

kebudayaannya manusia mampu menampakkan jejak–jejaknya dalam panggung

sejarah dunia.

C. Etika dan Estetika Kebudayaan

1. Etika Manusia dalam Berbudaya

Kata etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu ethos. Secara etimologis, etika

adalah ajaran tentang baik–buruk, yang diterima umum atau tentang sikap,

perbuatan, kewajiban, dan sebagainya. Etika bisa disamakan artinya dengan

moral (mores dalam bahasa latin), akhlak, atau kesusilaan. Etika berkaitan
dengan masalah nilai, karena etika pada pokoknya membicarakan masalah–

masaah yang berkaitan dengan predikat nilai susila, atau tidak susila, baik

dan buruk. Dalam hal ini, etika termasuk dalam kawasan nilai, sedangkan nilai

etika itu sendiri berkaitan dengan baik–buruk perbuatan manusia.

Namun, etika memiliki makna yang bervariasi. Bertens menyebutkan ada tiga

jenis makna etika sebagai berikut :

a. Etika dalam arti nilai–nilai atau norma yang menjadi pegangan bagi seseorang

atau kelompok orang dalam mengatur tingkah laku.

b. Etika dalam arti kumpulan asas atau nilai moral (yang dimaksud disini adalah

kode etik)

c. Etika dalam arti ilmu atau ajaran tentang yang baik dan yang buruk . Disini

etika sama artinya dengan filsafat moral.

Etika sebagai nilai dan norma etik atau moral berhubungan dengan makna

etika yang pertama. Nilai–nilai etik adalah nilai tentang baik buruk kelakuan

manusia. Nilai etik diwujudkan kedalam norma etik, norma moral, norma

kesusilaan.

Norma etik berhubungan dengan manusia sebagai individu karena

menyangkut kehidupan pribadi. Pendukung norma etik adalah nurani individu

dan bukan manusia sebagai makhluk sosial atau sebagai anggota masyarakat

yang terorganisir. Norma ini dapat melengkapi ketidakseimbangan hidup

pribadi dan mencegah kegelisahan diri sendiri.

Norma etik ditujukan kepada umat manusia agar tebetuk kebaikan akhlak

pribadi guna penyempurnaan manusia dan melarang manusia melakukan

perbuatan jahat. Membunuh, berzina, mencuri, dan sebagaiya. Tidak hanya

dilarang oleh norma kepercayaan atau keagamaan saja, tetapi dirasaan juga

sebagai bertentangan dengan (norma) kesusilaan dalam setia hati nurani


manusia. Norma etik hanya membebani manusia dengan kewajiban–kewajiban

saja.

Asal atau sumber norma etik adalah dari manusia sendiri yang bersifat

otonom dan tidak ditujukan kepada sikap lahir, tetapi ditujukan kepada

sikap batin manusia. Batinnya sendirilah yang mengancam perbuatan yang

melanggar norma kesusilaan dengan sanksi. Tidak ada kekuasaaan diluar

dirinya yang memaksakan sanksi itu. Kalau terjadi pelanggaran norma etik,

misalnya pencurian atau penipuan, maka akan timbullah dalam hati nurani si

pelanggar itu rasa penyesalan, rasa malu, takut, dan merasa bersalah.

Daerah berlakunya norma etik relatif universal, meskipun tetap dipengaruhi

oleh ideologi masyarakat pendukungya. Perilaku membunuh adalah perilaku

yang amoral, asusila atau tidak etis. Pandangan itu bisa diterima oleh orang

dimana saja atau universal. Namun, dalam hal tertentu, perilaku seks bebas

bagi masyarakat penganut kebebasan kemungkinan bukan perilaku yang

amoral. Etika masyarakat Timur mungkin berbeda dengan etika masyarakat

barat.

Norma etik atau norma moral menjadi acuan manusia dalam berperilaku.

Dengan norma etik, manusia bisa membedakan mana perilaku yang baik dan

juga mana perilaku yang buruk. Norma etik menjadi semacam das sollen

untuk berperilaku baik. Manusia yang beretika berarti perilaku manusia itu

baik sesuai dengan norma–norma etik.

Budaya atau kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa manusia. Manusia

yang beretika akan menghasilkan budaya yang memiliki nilai–nilai etik pula.

Etika berbudaya mengandung tuntutan atau keharusan bahwa budaya yang

diciptakan manusia mengandung nilai–nilai etik yang kurang lebih bersifat

universal atau
diterima sebagian besar orang. Budaya yang memiliki nilai–nilai etik adalah

budaya yang mampu menjaga, mempertahankan, bahakan mampu meningktkan

harkat dan martabat manusia itu sendiri. Sebaliknya, budaya yang beretika

adalah kebudayaan yang akan merendahkan atau bahkan menghancurkan

martabat kemanusiaan.

Namun demikian, menentukan apakah suatu budaya yang dihasilkan manusia

itu memenuhi nilai–nilai etik ataukah menyimpang dari nilai etika adalah

bergantung dari paham atau ideologi yang diyakini masyarakat pendukung

kebudayaan . Hal ini dikarenakan berlakunya nilai–nilai etik bersifat

universal, namun amat dipengaruhi oleh ideologi masyarakatnya.

Contohnya, budaya perilaku berduaan dijalan antara sepasang muda mudi,

bahkan bermesraan di hadapan umum. Masyarakat individual menyatakan

hal demikian bukanlah perilaku yang etis, tetapi akan ada sebagian orang

atau masyarakat yang berpandangan hal tersebut merupakan

suatu penyimpangan etik.

2. Estetika Manusia dalam Berbudaya

Estetika dapat dikatakan sebagai teori tentang keindahan atau seni.

Estetika berkaitan dengan nilai indah–jelek (tidak indah). Nilai estetika

berari nilai tentang keindahan. Keindahan dapat diberi makna secara luas,

secara sempit, dan estetik murni.

a. Secara luas keindahan mengandung ide kebaikan, bahwa segala

sesuatunya yang baik termasuk yang abstrak maupun nyata yang mengandung

ide kebaikan adalah indah. Keindahan dalam arti luas meliputi banyak hal,

seperti watak yang indah, hukum yang indah, ilmu yang indah, dan kebajikan
yang indah. Indah dalam arti luas mencakup hampir seluruh yang ada apakah

merupakan hasil seni, alam, moral, dan intelektual.

b. Secara sempit, yaitu indah yang terbatas pada lingkup persepsi penglihatan

(bentuk dan warna).

c. Secara estetik murni, menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam

hubungannya dengan segala sesuatu yang diresapinya melalui penglihatan,

pendengaran perabaan dan perasaan, yang semuanya dapat menimbulkan

persepsi (anggapan) indah.

Jika estetika dibandingkan dengan etika, maka etika berkaitan dengan nilai

tentang baik–buruk, sedangkan estetika berkaitan dengan hal yang indah–

jelak. Sesuatu yang estetik berarti memenuhi unsur keindahan (secara

estetik murni maupun secara sempit, baik dala bentuk, warna, garis, kata,

ataupun nada). Budaya yang estetik berarti budaya tersebut memiliki unsur

keindahan.

Apabila nilai etik bersifat relatif universal, dalam arti bisa diterima banyak

orang, namun nilai estetik amat subjektif dan partikular. Sesuatu yang indah

bagi seseorang belum tentu indah bagi orang lain. Misalkan dua orang

memandang sebuah lukisan. Orang yang pertama akan mengakui keindahan

yang terkandung dalam lukisan tersebut, namun bisa jadi orang kedua sama

sekali tidak menemukan keindahan di lukisan tersebut.

Oleh karena subjektif, nilai estetik tidak bisa dipaksakan pada orang lain.

Kita tidak bisa memaksa seseorang untuk mengakui keindahan sebuah lukisan

sebagaimana pandangan kita. Nilai–nilai estetik lebih bersifat perasaan,

bukan pernyataan.
Budaya sebagai hasil karya manusia sesungguhnya diupayakan untuk

memenuhi unsur keindahan. Manusia sendiri memang suka akan keindahan. Di

sinilah manusia berusaha berestetika dalam berbudaya. Semua kebudayaan

pastilah dipandang memiliki nilai–nilai estetik bagi masyarakat pendukung

budaya tersebut. Hal–hal yang indah dan kesukaannya pada keindahan

diwujudkan dengan menciptakan aneka ragam budaya.

Namun sekali lagi, bahwa suatu produk budaya yang dipandang indah oleh

masyarakat pemiliknya belum tentu indah bagi masyarakat budaya lain.

Contohnya, budaya suku–suku bangsa Indonesia. Tarian suatu suku berikut

penari dan pakaiannya mungkin dilihat tidak ada nilai estetikanya, bahkan

dipandang aneh oleh warga dari suku lain, demikian pula sebaliknya.

Oleh karena itu, estetika berbudaya tidak semata–mata dalam berbudaya

harus memenuhi nilai–nilai keindahan. Lebih dari itu, estetika berbudaya

menyiratkan perlunya manusia (individu atau masyarakat) untuk menghargai

keindahan budaya yang dihasilkan manusia lainya. Keindahan adalah

subjektif, tetapi kita dapat melepas subjektivitas kita untuk melihat adanya

estetika dari budaya lain. Estetika berbudaya yang demikian akan mampu

memecah sekat–sekat kebekuan, ketidak percayaan, kecurigaan, dan

rasa inferioritas antar budaya.

D. MEMANUSIAKAN MANUSIA

Manusia tidak hanya sebatas menjadi homo, tetapi harus meningkatkan diri

menjadi human. Manusia harus memiliki prinsip, nilai, dan rasa kemanusiaan

yang melekat dalam dirinya. Manusia memiliki perikemanusiaan, tetapi

binatang tidak bisa dikatakan memiliki perbintangan. Hal ini karena binatang

tidak memiliki akal budi, sedangkan manusia memiliki akal budi yang bisa
memunculkan rasa atau perikemanusiaan. Perikemanusiaan inilah yang

mendorong perilaku baik sebagai manusia.

Memanusiakan manusia berarti perilaku manusia untuk seantiasa menghargai

dan menghormati harkat dan derajat manusia lainnya. Memanusiakan

manusia memberi keuntungan bagi diri sendiri maupun orang lan. Bagi diri

sendiri akan menunjukan harga diri dan nilai luhur pribadinya sebagai

manuia. Sedangkan bagi orang lain akan memberikan rasa percaya, rasa

hormat, kedamaian, dan kesejahteraan hidup.

Sebaliknya, sikap tidak manusiawi terhadap manusia lain hanya akan

merendahkan harga diri dan martabatnya sebagai manusia yang

sesungguhnya makhluk mulia. Sedangkan bagi orang lain sebagai korban

tindakan yang tidak manusiawi akan menciptakan penderitaan, kesusahan,

ketakutan, perasaan dendam, dan sebagainya. Sejarah membuktikan bahwa

perseteruan, pertentangan, dan peperangan terjadi diberbagai belahan

dunia adalah karena manusia belum mampu memanusiakan manusia lain, dan

sekelompok bangsa menindas bangsa lain. Penjajahan atau kolonialisme

adalah contoh prilaku satu bangsa menindas bangsa lain. Penjajahan tidak

sesuai dengan peri kemanusiaan.

Dewasa ini, perilaku tidak manusiawi dicontohkan dengan adanya kasus

kekerasaan terhadap para pembantu rumah tangga. Misalkan seorang

pembantu disiksa, tidak diberi upah, dikurung dalam rumah,dan sebagainya.

Para majikan telah melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip-

prinsip kemanusiaan.

Sikap dan perilaku memanusiakan manusia didasarkan atas prinsip

kemanusiaan yang disebut the mankind is one. Prinsip kemanusiaan tidak

membeda-bedakan kita memperlakukan orang lain atas dasar warna


kulit,suku,agama,ras,asal,dan status sosial ekonomi. Kita tetap harus

manusiawi terhadap orang lain, apa pun latar belakangnya, karena semua

manusia adalah makhluk Tuhan yang sama harkat dan martabatnya. Perilaku

yang manusiawi atau memanusiakan manusia adalah sesuai dengan kodrat

manusia. Sebaliknya, perilaku yang tidak manusiawi bertentangan dengan

hakikat kodrat manusia. Perilaku yang tidak manusiawi akan mendatangkan

kerusakan hidup manusia.

Tugas

1. Ada kasus wanita yang rela menjajakan diri demi memenuhi kepentingan

hidupnya. Mereka bekerja di klub-klub malam, menjadi wanita panggilan,

bahkan bertebaran dipinggir-pinggir jalan pada malam hari. Menurut

pandapat anda, apakah perilaku mereka dikategorikan telah merendahkan

harkat dan martabatnya sendiri sebagai manusia ? Kemukakan argument

anda di muka kelas !!

2. Tunjukkan perilaku yang manusiawi dengan perilaku yang tidak manusiawi !

Lakukan dengan cara mengkliping pemberitaan dan media mengenai dua hal

tersebut !!

3. Globalisasi, termasuk globalisasi budaya saat ini tengah melanda diri bangsa

Indonesia. Apakah menurut anda globalisasi budaya itu berdampak positif

atau negatif bagi manusia Indonesia ? Kemukakan di muka kelas !!

Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial

( juga sebagai makhluk polekbudpsikol)

1. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU


Individu berasal dari kata in devided. Dalam bahasa inggris in salah

satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan devided artinya terbagi.

Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu kesatua. Dalam bahasa latin

individu berasal dari kata individium yang berarti tak terbagi, jadi

merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu

kesatuan yang paling kecil dan tak terbatas.

Manusia lahir sebagai makhluk individu yang bermakna tidak terbagi atau

tidak terpisahkan antara jiwa dan raga. Secara biologis, manusia lahir

dengan kelengkapan fisik tidak berbeda dengan makhluk hewani. Namun

secara rohani ia sangat berbeda dengan makhluk hewani apapun. Jiwa

manusia merupakn satu kesatuan dengan raganya untuk selanjutnya

melakukan aktivitas atau kegiatan.

Dalam Perkembangannya, manusia sebagai makhluk individu tidak hanya

bermakna kesatuan jiwa dan raga, tetapi akan menjadi pribadi yang khas

dengan corak kepribadiannya termasuk kemampuan kecakapannya. Setiap

manusia memiliki perbedaan. Hal itu dikarenakan manusia memiliki

karakteristik sendiri. Ia memiliki sifat, watak, keinginan dan cita-cita

berbeda satu sama lain.

WHAT IS PERSONALITY ????

Personality adalah susunan perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-

tiap individu. atau ciri-ciri watak seorang individu yang meberikan kepadanya

suatu identitas sebagai individu yang khas.

Unsur-Unsur Personlity :

1. Pengetahuan (segala sesuatu yang kita ketahui sebagai hasil penggunaan

panca indra)

-Persepsi (seluruh proses akal manusia yang sadar)


-Apersepsi (penggambaran oleh manusia yang terfocus pada bagian-bagian

khusus,diolah oleh akal fikiran digabungkan dengan penggamaran lama lalu

diproyeksikan sebagai penggambaran baru dengan pengertian baru)

-Pengamatan (pemusatan akal yang lebih intensif)

-Konsep (penggambaran abstrak)

-Fantasi

2. Perasaan

(suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengaruh

pengetahuanya dinilainya sebagai keadaan positif atau negatif)

3. Drive (dorongan) :

- Doronan untuk mempertahankan hidup

- Sex

- Mencari makan

- Berinteraksi

- Meniru

- Berbakti

- Keindahan

2. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL

Manusia sebagai individu ternyata tidak mampu hidup sendiri. Ia dalam

menjalani kehidupannya akan senantiasa bersama dan bergabung pada

manusia lainnya. Manusia saling membutuhkan dan harus bersosialisasi

dengan manusia lainnya. Menurut kodratnya manusia adalah makhluk sosial

atau makhluk bermasyarakat.

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena beberapa alasan, yaitu :

a. Manusia tunduk kepada aturan, norma sosial.


b. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.

c. Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.

d. Potensi manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.

e. Perilaku manusia mengharapkan suatu penilaian dari orang lain.

Keberadaannya sebagai makhluk sosial, menjadikan manusia melakukan

peran-peran sebagai berikut :

1. Melakukan interaksi dengan manusia lain atau kelompok.

2. Membentuk kelompok sosial.

3. Menciptakan norma-norma sosial sebagai pengaturan tertib kehidupan

kelompok.

Manusia sebagai makhluk sosial memiliki implikasi-implikasi :

a. Kesadaran akan ketidakberdayaan manusia bila seorang diri.

b. Kesadaran untuk senantiasa dan harus berinteraksi dengan orang lain.

c. Penghargaan akan hak-hak orang lain.

d. Ketaatan terhadap norma-norma yang berlaku.

3. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK POLITIK

Manusia sebagai makhluk politik manusia selalu membutuhkan orang lain dan

memiliki strategi dalam mempertahankan kehidupannya, sehingga

kehidupannya dengan masyarakat dan organisasi sosial merupakan sebuah

keharusan. Allah telah memberikan watak agresif yang alami bagi setiap

makhluk. Manusia diberikan kemampuan berpikir. Dengan akal nya manusia

bisa mempertahankan hidupnya. Maka dari itu, timbulah suatu cara agar

manusia dapat memeuhi keinginannya dan bisa bersaing mengalahkan orang

lain yang dinamakan dengan politik. Dengan politik manusia bisa


merencanakan dan menyusun strategi dalam bertindak. karena manusia tidak

lepas dari yang namanya politik, maka dari itu manusia dinamakan sebagai

makhluk politik. ciri manusia sebagai makhluk politik dapat kita lihat bahwa

dalam kehidupan manusia selalu ditandai dengan adanya penentuan atas

pilihan-pilihan dalam menjalani hidupnya. Dalam kehidupan tak jarang

manusia memiliki suatu keinginan yang sama. Untuk mewujudkan keinginan

tersebut, maka manusia memeinkan peranannya sebagai makhluk yang

memilih untuk menentukan bagaiman caranya untuk merealisasikan keinginan

tersebut.

4. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK EKONOMI

Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas

manusia yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran dan

konsumsibarang dan jasa. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia

melakukan berbagai kegiatan. Kegiatan manusia dalam memenuhi atau

memuaskan kebutuhannya harus sesuai dengan kemampuannya. Kegiatan

inilah yang menunjukan kedudukan manusia sebagai makhluk ekonomi (homo

economicus). Inti dari masalah ekonomi yang dihadapi manusia adalah

kenyataan bahwa kebutuhan manusia jumlahnya tidak terbatas, sedangkan

alat pemuas kebutuhan manusia jumlahnya terbatas. Kita harus bijaksana

dalam memenuhi kebutuhan. Setiap kebutuhan menuntut pemenuhan namun

dalam memenuhi kebutuhan itu, kita harus memperhatikan kemampuan kita,

kita harus mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhannya. Sebagai

makhluk ekonomi yang bermoral, manusia berusaha memilih dan menggunakan

sumber daya yang ada untuk memenuhi kebutuhan dengan memperhatikan

nilai-nilai agama, norma sosial, tidak merugikan orang lain, menggunakan


sumber daya alam secara selektif, serta memperhatikan kelestarian

lingkungan.

5. MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK PSIKOLOGI

Manusia adalah makhluk psikologi yang memiliki bawaan universal , unik dan

terus dikaji oleh para ahli humaniora. Kita mengakui sebagai manusia tapi

terkadang kita sering lupa bahwa kita adalah manusia. Siapakah kita dan

bagaimana kita memfungsikan kemanusiaan kita agar kita layak disebut

manusia. Manusia adalah insan bila dilihat dari sudut pandang psikologinya.

Kenapa manusia disebut insan ??? insan dalam bahasa arab menunjukan

manusia sebagai makhluk psikologi, kata insan sendiri berasal dari tiga kata :

unsur bermakna mesra, harmoni, jinak, tampak. Nasa Yanus bermakna

terguncang, stres. Nasiya Yansa bermakna lupa. Bila kita menyatukan tiga

asal kata tadi menjadi sebuah definisi maka manusia bila ditinjau dari sisi

psikologisnya adalah makhluk yang memiliki harmoni jiwa, cinta, benci, jinak,

terkadang stres dan sering lupa.

Kita mungkin sering mendapati manusia dalam 2 bentuk yaitu :

1. Manusia Baik

2. Manusia Jahat

Kita pun pernah mengalami keterkaitan atau bahkan sesekali kita

menginginkan sesuatu yang berunsur karakter hewan. Kenapa itu bisa terjadi

dan bagaimana cara menyikapi gejolak-gejolak yang tidak manusiawi dalam

diri kita.

Diambil dari Sumber :


1. http://coretanseadanya.blogspot.com/2011/11/implementasi-pendidikan-karakter-2.html
2. http://bumchuy.blogspot.com/2011/03/ilmu-sosial-budaya-dasar-1.html
3. http://materikuliahfirman.blogspot.com/p/isbd.html
4. http://isbdbymarti1cmatematika.blogspot.com/p/manusia-sebagai-makhluk-individu-dan.html

Diposkan oleh Juli Dwi Susanti di 15.34


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest
Label: Materi Kuliah

1 komentar:

1.

natasya indriyani9 Juni 2015 05.27

natasya indriyani
x.tkj3

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Translate
Powered by Translate
 KAUM ‘FEMINIS’
BILANG SUSAH JADI WANITA…
...


TUGAS III Pengantar Ilmu Pendidikan ( Untuk PGSD )
...
 Budaya dan Karakter bangsa , Bukan hanya Sekedar Wacana tapi
Jadikan Gerakan !! . . .
...

 Allah Bekerja Untuk Takdirku , Tugasku Hanya Berusaha . . .


...

 Mendidik Siswa Berfikir Secara Komputer ( Komputional Thinking )


dengan STEM CS
...

Daftar Blog Saya


PORTAL MATEMATIKA

Pengumuman Pendaftaran Diklat Online Guru Melek IT (DOGMIT) Indonesia


Angkatan 19-21

6 bulan yang lalu

PESONA MATEMATIKA

Nasib Guru TIK Pada Implementasi Kurikulum 2013

1 tahun yang lalu

Juli Dwi Susanti - Kompasiana

Entri Populer
 MACAM MACAM STRATEGI PEMBELAJARAN DAN MODEL
PEMBELAJARAN
https://sidorejo4.files.wordpress.com/2013/02/clip_image0014_thumb.gif
STRATEGI PEMBELAJARAN INKUIRI DAN AFEKTIF Disusun...

GELOMBANG RINGKASAN MATERI “GELOMBANG


ELEKTROMAGNETIK” BAB V-VI MATA KULIAH FISIKA DASAR II

www.anneahira.com Gelombang dalam Bidang Fisika. Ilustrasi gelombang


A. Penemuan Gelombang Elektromagnetik 1. Teori Newt...

 UNTUK KELAS X TKR-TKJ , MATERI BARISAN DAN DERET

Minggu pertama 6- 10 Januari 2014 Barisan bilangan adalah : Urutan bilangan –


bilangan dengan aturan tertentu yang membentuk suatu bar...

 Makalah : Dinamika Masyarakat dan budaya Melalui Pendidikan MIPA

DINAMIKA MASYARAKAT DAN BUDAYA MELALUI PENDIDIKAN


MIPA MAKALAH Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori, Proses
dan Konteks Sosi...

Pendidikan Karakter Menjaga Kebersihan ( Toilet Umum )

Diambil dari : stupidreamers.blogspot.com Diambil dari : kaskus.co.id


Pendidikan Karakter Menjaga Kebersihan ( Toilet Umum )...

 SELAYANG PANDANG DARI PELATIHAN UNTUK GURU SASARAN


KURIKULUM 2013 (HARI PERTAMA)

http://www.jeparahariini.com/wp-content/uploads/2014/10/Kurikulum2013.jpg
Saat secara mendadak aku mendapat pemberitahuan dari Wakasek...

 MAKALAH KONSEP SAINS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam rangka


meningkatkan pengembangan “ Sumber Daya Manusia “ , dunia pendidkan
memiliki reorien...

MATERI AJAR BARIS DAN DERET GEOMETRI KURTILAS

http://image.slidesharecdn.com/deretgeometri-120312220649-
phpapp01/95/deret-geometri-1-728.jpg%3Fcb%3D1331591420 ...

Asyiknya Mengajar Matematika di SMK

Pagi hari ini yang sudah saya rasakan panasnya lumayan dan saya
menikmatinya karena bukannya panas pagi bagus untuk vitamin kulit saya ya...

 Tugas Untuk Remedial Siswa SMK Yadika 13

Untuk Remedial nilai UAS adalah sbb Tuliskan pendapat kalian 1. Menurut
kalian matematika itu bagaimana sih ? 2. Menurut kalian mis ...

Arsip Blog
 ▼ 2015 (197)
o ► Oktober (6)
o ► September (9)
o ► Agustus (12)
o ► Juli (14)
o ► Juni (15)
o ► Mei (16)
o ▼ April (23)
 Guru , Apakah Buruh Juga? . .
 RINGKASAN MATERI ISBD Setelah UTS
 Atas Nama Keinginan . . .
 SOAL UTS ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR ( ISBD )
 Yang Terbaik . . .
 RINGKASAN 1 ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (ISBD )
 Akhir Perjalanan Hidup . . .
 Berani Jujur Itu Hebat . . .
 Harapan Itu Takkan Usai . . .
 Ijinkan Aku Pergi . . .
 Wahai Para Pencari Nafkah Keluarga . . .
 APA KABARNYA KURTILAS . . .MAS MENTRI ?
Kuserahkan Doa ini. . .
SOAL UTS MATA KULIAH PEMBELAJARAN TEMATIK
PGSD
 CANTIK ITU . . .
 PILIH AKU , ATAU IBUMU ? . . .
 ISTIGHOTSAH DAN DOA BERSAMA JELANG UN , MASIH
PERL...
 Ujian Nasional dengan online atau ICT sudah siapk...
 SOAL UTS MATA KULIAH TEORI BELAJAR PGSD
 MATERI AJAR TEORI BELAJAR PGSD
 Gerhana Bulan Semalam di Bandung Subhanallah . . ....
 Jadi Guru Matematika Itu . .
 SAAT INI JAKARTA SEDANG MENIKMATI CABE
PEDASNYA AH...
o ► Maret (37)
o ► Februari (25)
o ► Januari (40)

 ► 2014 (16)

 ► 2013 (18)

 ► 2012 (22)

Google+ Followers
Visitor
Pesan Anda :
Mengenai Saya Nama

Email *

Pengikut Pesan *
Juli Dwi Susanti
Ingin bmanfaat dan bmakna utk diri,
keluarga dan umat , amiin
Lihat profil lengkapku

Template Simple. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai