Anda di halaman 1dari 10

Vol: 2 No.

2 September 2013 ISSN: 2302-2949

ANTENA KUPU - KUPU SEBAGAI SENSOR ULTRA HIGH


FREQUENCY (UHF) UNTUK MENDETEKSI PARTIAL
DISCHARGE PADA GAS INSULATION SUBSTATION

Hanalde Andre[1], Umar Khayam[2]


Program double degree kerjasama UNAND – ITB[1]
Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, ITB[2]

Abstract-The use of antennas as receiving electromagnetic waves can be used as a tool for the detection
of partial discharge (PD) that occurs in high voltage equipment. Especially in the insulation gas
substation (GIS), the characteristics of the electromagnetic waves generated lies in the range of ultra
high frequency (UHF) in the range of 300 MHz - 3 GHz. Characteristics of the antenna ultra wide band
(UWB) is required to detect PD in a wide range. Antenna design is done using a simulation with finite
element method or finite element method (FEM). Characteristics of return loss (RL) to be considered in
the design of the antenna to get better sensitivity yan. Antenna testing is done with vector network
analyzer (VNA). Measurement and simulation results of the modified antennas showed a decrease in the
value of RL.

Abstrak - Penggunaan antena sebagai penerima gelombang elektromagnetik dapat digunakan sebagai
alat untuk mendeteksi kegiatan partial discharge (PD) yang terjadi pada paralatan tegangan tinggi.
Khususnya pada gas insulation substation (GIS), karakteristik gelombang elektromagnetik yang
dihasilkan terletak pada rentang ultra high frequency (UHF) dalam rentang 300 MHz – 3 GHz.
Karakteristik antena ultra wide band (UWB) diperlukan untuk mendeteksi PD pada rentang yang lebar.
Perancangan antena dilakukan menggunakan simulasi dengan metoda elemen hingga atau finite element
method (FEM). Karakteristik return loss (RL) antena dipertimbangkan dalam perancangan untuk
mendapatkan sensitivitas yan lebih baik. Pengujian antena dilakukan dengan vector network analyzer
(VNA). Hasil pengukuran dan simulasi antena yang dimodifikasi menunjukkan penurunan nilai RL.

Keywords : Partial Discharge (PD), Antena, Ulltra High Frequency (UHF),Gas Insulation Substation
(GIS)

dalam orde nano hingga piko detik. Hal ini


I. PENDAHULUAN
menyebabkan gelombang elektromagnetik yang
Perkembangan penggunaan antena tidak dihasilkan dalam rentang ultra high frekuensi
lagi terbatas sebagai pemancar atau penerima (UHF) yaitu 300 MHz – 3 GHz[3].
pada komunikasi nirkabel. Antena telah dapat Karakteristik antena ultrawideband
digunakan sebagai bagian dari transduser untuk (UWB) yang memiliki respon frekuensi dalam
mendeteksi besaran fisis. Salah satu rentang lebar diharapkan dapat mendeteksi PD
pemanfaatan antena sebagai transduser adalah yang terjadi pada peralatan tegangan tinggi,
untuk mendeteksi gelombang elektromagnetik khususnya GIS. Sensitifitas antena juga perlu
yang dihasilkan oleh partial discharge (PD). diperhatikan dengan mempertimbangkan nilai
metoda ini telah dilakukan dan terbukti efektif return loss (RL) antena[4]. Tujuan dari penelitian
untuk mendeteksi PD[1-2]. ini untuk merancang antena dengan
PD merupakan lokal breakdown yang karakteristik UWB dalam rentang UHF dengan
terjadi pada isolasi tegangan tinggi. Isolasi nilai return loss minimum untuk dapat
sulfur hexaflouride (SF6) yang digunakan pada mendeteksi gelombang elektromagnetik dari PD.
gas insulation substastion (GIS) memiliki
karakteristik pulsa dengan waktu naik (rise time)

Jurnal Nasional Teknik Elektro 8


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

II. TINJAUAN PUSTAKA pelepasan (η > α) maka kemungkinan tidak ada


peluahan. Jika pelepasan lebih besar (α > η)
2.1. Karakteristik PD pada GIS maka ionisasi terjadi.
Sistem deteksi PD sangat bergantung SF6 memiliki medan listrik kritis sekitar
pada media isolasi dan bentuk geometri dari 89 KV/ cm bar dibandingkan dengan udara
peralatan tegangan tinggi, khusus dalam hanya ~ 27 KV/cm bar seperti yang terlihat
gelombang elektromagnetik yang dihasilkan. pada gambar 1. Koefisien ionisasi dalam SF6
a. Isolasi SF6 dapat dituliskan dalam persamaan 4[5].
𝛼− 𝜂 𝐸
Isolasi SF6 yang digunakan pada GIS =𝐴∙ ( )−𝐵 (4)
memiliki kekuatan dielektrik 2 sampai 3 kali 𝑝 𝑝
dari kekuatan dielektrik udara pada tekanan Dimana A = 27.7 KV-1 dan B = 2460 bar-
atmosfer. Molekul SF6 terbentuk dari atom 1
.cm-1. Sehingga kuat medan listrik berkurang
belerang yang terdapat pada pusat dari struktur menjadi 88.8 KV / cm.bar. Hubungan
kimia molekul. Keuntungan dari material ini sederhana ini sangat berguna untuk menghitung
adalah karakteristik tranfer panas yang baik tegangan yang digunakan pada isolasi SF6.
karena molekulnya yang lebih berat dengan Koefisien efektif udara dan SF6 dapat dilihat
kekentalan yang rendah dan sangat baik untuk pada gambar 1
meredam busur api karena sifat ikatan
molekulnya yang menangkap elektron bebas.
Beberapa gas seperti nitrogen, hidrogen
dan argon tidak membentuk ion negatif. Gas
lain seperti oksigen dan karbondioksida cukup
lemah untuk membentuk ion negatif.
Kandungan flour pada SF6 memiliki sifat
elektronegatif (sifat mengikat elektron). Sifat
tersebut sangat mempengaruhi karakteristik gas
terhadap tegangan tinggi yang diterapkan.
Pada persamaan 1 dapat dilihat
terbentuknya ion negatif hasil dari tabrakan
elektron dengan molekul netral SF6. Pada Gambar 1. Koefisien ionisasi efektif udara dan SF6
ionisasi seperti persamaan 2 tabrakan yang
terjadi menghasilkan semakin menigkatnya b. Transmisi Sinyal elektomagnetik
jumlah elektron[5]. pada GIS
𝑆𝐹6 + 𝑒 → (𝑆𝐹6 )− (1) PD menghasilkan pulsa arus dalam orde
+
𝑆𝐹6 + 𝑒 → (𝑆𝐹6 ) + 2𝑒 (2) nanodetik. Terbentuknya pulsa arus diikuti
dengan perubahan medan listrik. Jika perubahan
Tingkat ionisasi bergantung pada laju dari ini terjadi secara kontinu maka akan terbentuk
pengikatan elektron dengan menggunakan gelombang elektromagnetik yang merambat ke
parameter (α) dan laju dari pelepasan elektron segala arah. Perambatan (propagasi) gelombang
(ionisasi) yang diketahui dengan menggunakan elektromagnetik sangat dipengaruhi oleh media
parameter (η). Dalam temperatur konstan rambat dan bentuk geometri lingkungan sekitar.
frekuensi (f) dari tumbukan sebanding medan Pada GIS propagasi gelombang elektromag-
listrik (E) dibagi dengan tekanan gas (p). netik dapat dimodelkan seperti kabel koaksial.
Hubungannya dapat dilihat pada persamaan 3. Pada gambar 2 dapat dilihat skema gelombang
𝛼 𝐸 𝜂 𝐸 elektromagnetik pada GIS.
= 𝑓1 ∙ ( ) ; = 𝑓1 ∙ ( ) (3)
𝑝 𝑝 𝑝 𝑝
Hasil akhir ionisasi bergantung pada
keseimbangan antara pelepasan dan pengikatan
elektron. Jika pengikatan lebih besar dari

Jurnal Nasional Teknik Elektro 9


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

dari GIS. Pada gambar 3 dapat dilihat bentuk


er PD
GIS.
Sumb

konduktor Komponen frekuensi tinggi merambat


sepanjang jalur koaksial dengan kecepatan
mendekati kecepatan cahaya (c) dengan media
la
Jende na udara. Propagasi gelombang pada media lain
i ante
Sinya
l Lokas memiliki kecepatan yang berbeda tergantung
gasi
Propa
pada nilai permitifitas relatif (εr), hubungan
Tank GIS
kecepatan propagsai (v) dapat dilihat pada
Gambar 2. Gelombang elektromagnetik pada GIS persamaan 5.
Gelombang elektromagnetik yang 𝑐
𝑣= (5)
dihasilkan PD pada GIS normalnya terjadi pada √𝜀𝑟
pecahan kecil dari jarak antara dua konduktor Waktu relatif kemunculan sinyal PD
[6]
. Pada eksperimen yang telah banyak dapat digunakan untuk mengetahui letak dari
dilakukan menggunakan jarum yang diletakan kerusakan terjadi. Berbagai bentuk komponen
pada konduktor GIS. Pulsa PD yang dihasilkan dalam GIS mempengaruhi karakteristik
dapat menyebabkan timbulnya gelombang propagasi dari pulsa PD. Model umum
elektromagnetik. propagasi yang digunakan pada jalur koaksial
Bentuk pulsa arus i(t) pada sumber PD adalah transverse electromagnetic (TEM).
sangat penting untuk menentukan karakteristik Model ini dapat menggambarkan propagasi
dari sinyal UHF. Cacat yang terjadi pada isolasi semua komponen frekuensi yang terjadi pada
atau konduktor pada GIS mempengaruhi bentuk GIS. Pulsa dalam TEM merambat lebih cepat
dari pulsa arus tersebut. Energi yang dari model transverse electric (TE) dan
diradiasikan dalam rentang UHF sangat transverse magnetic (TM). Dalam model ini
bergantung pada laju dari perubahan arus PD. kecepatan tidak bergantung pada frekuensi [3].
dapat disimpulkan untuk bentuk pulsa yang 2.2. Karakteristik Antena
didapatkan amplitudo sinyal UHF memiliki
hubungan linear terhadap arus yang mengalir Antena didefinisikan sebagai bagian
pada sumber PD. dalam sistem transmisi atau penerima yang
dirancang untuk meradiasikan atau menerima
gelombang elektromagnetik. Definisi ini sesuai
dengan standar definisi untuk antena yang
dikeluarkan oleh IEEE[8]. Berdasarkan
fungsinya antena dibedakan menjadi antena
pemancar dan antena penerima. Hubungan
antena dengan panjang gelombang
elektromagnetik (λ) yang dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan hasil bagi kecepatan
(asumsi kecepatan cahaya) dengan frekuensi (f)
dari gelombang elektromagnetik.
𝑐
λ= (6)
Gambar 3. Bentuk GIS 𝑓

Untuk kerusakan kecil, ampiltudo sinyal Rentang frekuensi gelombang


proposional dengan hasil dari perkalian muatan elektromagnetik dibagi kedalam beberapa
yang terkandung pada sumber PD dengan jarak kelompok. Standar amerika yang dikeluarkan
muatan tersebut mengalir ketika bentuk pulsa IEEE membagi rentang frekuensi gelombang
tetap[7]. Posisi dari sumber PD juga elektromagnetik seperti yang dapat dilihat pada
mempengaruhi sinyal UHF yang dihasilkan. tabel 1[9].
Hal ini disebabkan koefisien kopling dari jalur
gelombang yang berbeda untuk setiap bagian

Jurnal Nasional Teknik Elektro 10


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

Tabel 1. Pembagian rentang frekuensi (IEEE) dipantulkan (Pr) dan daya yang datang (Pi)
Subdivisi Frekuensi Rentang Frekuensi dapat dilihat pada persamaan 7.
𝑃𝑟
𝑅𝐿 (𝑑𝐵) = 10 𝑙𝑜𝑔10 (7)
ELF (extremely low) 30 Hz–300 Hz 𝑃𝑖
Return loss memiliki hubungan dengan
VF (voice) 300 Hz–3 kHz standing wave ratio (SWR) dan koefisien
refleksi. Peningkatan return loss menyebabkan
VLF (very low) 3 kHz–30 kHz
menurunnya nilai SWR. Dalam aplikasi
LF (low) 30 kHz– 300kHz modern, return loss digunakan sebagai acuan
untuk SWR karena mempunyai resolusi yang
MF (medium) 300 kHz – 3MHz lebih baik untuk nilai kecil dari sinyal yang
dipantulkan [54]. Return loss dapat dinyatakan
HF (high) 3 MHz–30MHz sebagai negatif dari magnitude koefisien
VHF (very high) 30 MHz–300MHz
refleksi (Г). Daya yang dinyatakan dalam return
loss dapat dinyatakan sebagai kuadrat dari
UHF (ultra high) 300 MHz – 3 GHz tegangan yang dinyatakan koefisien refleksi.
Hubungan koefisien refleksi dengan return loss
SHF (super high) 3 GHz – 30 GHz dapat dilihat pada persamaan 8 dan 9.
𝑉𝑟
EHF (extremely high) 30 GHz – 300 GHz Г = (8)
𝑉𝑖
(Undesignated) 300 GHz – 3 THz 𝑅𝐿 (𝑑𝐵) = −20 𝑙𝑜𝑔10 |Г| (9)

2.4. Standing Wave Ratio (SWR)


Dalam rentang UHF panjang gelombang SWR dapat dinyatakan dalam voltage
elektromagnetik memiliki rentang dari 100 cm standing wave ratio (VSWR) atau power
(frekuensi 300 MHz) hingga 10 cm (3 GHz). satnding wave ratio (PSWR). Tegangan
Maka dalam perancangan dimensi suatu antena memiliki hubungan dengan daya, dimana daya
akan mengacu pada besaran tersebut. merupakan kuadrat tegangan. Umumnya yang
Ketika suatu antena terhubung dalam banyak digunakan dalam aplikasi adalah
suatu sistem, maka antena tersebut memiliki VSWR.
impedansi sendiri. Dalam sistem gelombang Tegangan yang timbul akibat adanya
elektromagnetik gelombang pantul menjadi ketidaksesuaian impedansi disebabkan
masalah yang harus diperhitungkan. pengaruh dari tegangan yang datang dan
Ketidaksesuaian impedansi antena dengan jalur tegangan yang dipantulkan. Di beberapa bagian
transmisi menyebabkan meningkatnya sinyal kedua gelombang tersebut saling mengganggu.
yang dipantulkan. Hal tersebut akan VSWR merupakan perbanding dari nilai
meningkatkan rugi-rugi yang menyebabkan maksimum (Vmax) dengan nilai minimum (Vmin)
sistem tidak berjalan dengan baik. yang terbentuk dari kedua gelombang tersebut.
Parameter antena yang perlu Dalam persamaan matematisnya dapat dilihat
diperhatikan dalam merancang antena yang pada persamaan 10.
digunakan sebagai sensor UHF dalam 𝑉𝑚𝑎𝑥 1 + |Г|
pengukuran PD adalah : 𝑉𝑆𝑊𝑅 = = (10)
𝑉𝑚𝑖𝑛 1 − |Г|
2.3. Return Loss Rentang nilai koefisien refleksi adalah -1
Parameter ini memiliki hubungan dengan hingga 1. Dalam hubungannya dengan VSWR
daya sinyal yang dipantulkan pada sambungan rentangnya menjadi 0 hingga 1, sehingga
sistem transmisi. Sambungan dapat rentang nilai VSWR lebih besar sama dengan 1.
menyebabkan ketidaksesuaian anatara sistem VSWR juga dapat dinyatakan sebagai
dengan perangkat yang dihubungkan. Parameter perbandingan dari amplitudo maksimum
ini umumnya dinyatakan sebagai perbandingan terhadap amplitudo minimum dari kuat medan
dalam satuan desibel (dB) dalam tanda negatif. elektrik (Emax / Emin).
Hubungan return loss (RL) dengan daya yang

Jurnal Nasional Teknik Elektro 11


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

2.5. Impedansi Input


Input impedansi didefinisikan sebagai
impedansi yang dihasilkan antena pada terminal
atau perbandingan antara tegangan dan arus
pada pasangan terminal atau ratio yang sesuai
dari komponen medan listrik dan komponen
medan magnetik pada suatu titik. Impedansi
antena (ZA) terdiri dari komponen real (RA) dan
kompenen imajiner (XA) seperti pada
persamaan 11 [b10].
𝑍𝐴 = 𝑅𝐴 + 𝑋𝐴 (11)
Komponen real dari impedansi antena
merupakan komponen resistif sedangkan
komponen imajiner merupakan komponen
reaktif. Impedansi antena merupakan fungsi Gambar 4. Bentuk tampilan smith chart
dari komponen frekuensi. Nilainya bergantung
pada frekuensi kerja antena. Frekuensi Bandwith
resonansi terjadi ketika komponen reaktif saling Suatu antena didefenisikan sebagai selisih
meniadakan [s1]. Nilai impedansi batas frekuensi dalam kinerja suatu pernagkat,
mempengaruhi kesesuaian impedansi antara berhubungan dengan karakteristiknya dalam
antena dengan saluran yang digunakan. batas tertentu[9]. Umumnya yang digunakan
Komponen reaktif terdiri dari komponen adalah karakteristik nilai RL dari antena.
induktansi yang bernilai positif dan komponen Perhitungan bandwith dapat dilihat seperti
kapasitansi yang bernilai negatif. persamaan 13.

Smith chart 𝑓𝑢 + 𝑓𝑙
𝐵𝑎𝑛𝑑𝑤𝑖𝑡ℎ = 𝑥 100% (13)
Diagram ini deperkenalkan oleh Philip H. 𝑓𝑐
smith (1905-1987). Diagram ini dapat Dimana fu merupakan frekuensi
digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam tertinggi, fl adalah frekuensi terendah dan fc
jalur transmisi dan kesesuaian rangkaian dalam merupakan frekuensi tengah. Standar bandwith
frekuensi radio. Bentuk tampilan smith chart yang banyak digunakan adalah nilai RL
dapat dilihat pada gambar 4. Dalam diagram ini dibawah -10 dB. hal tersebut menunjukan daya
dapat ditampilkan berbagai parameter seperti sinyal yang diterima atau dipancarkan antena
impedansi, admintansi, koefisien refleksi. mencapai 90% dari daya yang datang.
Smith chart menggunakan skala
normalisasi dari karakteristik impedansi. Nilai III. METODOLOGI ATAU TEORI
karakteristik impedansi (Z0) yang umum
dipakai adalah 50 ohm. Komponen reaktansi Perancangan antena dilakukan dengan
dan resistansi disesuaikan dengan hasil dari menggunakan software simulasi gelombang
koefisien refleksinya. Impedansi normalisasi elektromagnetik dengan menggunakan metoda
suatu perangkat (zt) terhadap impedansi elemen hingga atau finite element method
sebenarnya (ZT) dapat dihitung dengan (FEM). Jenis antena yang dirancang merupakan
menggunakan persamaan 12. antena kupu – kupu biasa disebut bowtie atau
butterfly.
𝑍𝑇
𝑧𝑡 = (12) 1. Antena Kupu - kupu
𝑍0
Antena bowtie atau disebut juga antena
butterfly merupakan antena yang dirancang
untuk rentang frekuensi lebar. Bentuk ini
merupakan pendekatan antena kawat dipole
dalam dua dimensi. Pada gambar 5 dapat dilihat

Jurnal Nasional Teknik Elektro 12


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

bentuk antena bowtie dan antena kawat umumnya menyelesaikan masalah dari
dipole[10]. komputasi medan elektirk (E) dan medan
magnetik (H) dalam domain tertentu. Inti dari
CEM adalah mengenai diskritisasi, yaitu
membagi permasalahan menjadi bagian –
bagian kecil kemudian menggabungkan untuk
mendapatkan hasil keseluruhan. Beberapa
permasalahan yang ingin diselesaikan adalah
[11]
:
 Medan listrik menggunakan FEM
 Medan listrik dan medan magnetik
menggunakan FDTD
 Arus permukaan menggunakan MoM
Gambar 5. Bentuk Antena kupu - kupu dan Tabel 2. Perbandingan metoda komputasi
kawat dipole elektromagnetik
(a) Antena kupu - kupu, (b) Antena kawat Metoda Kelebihan Kekurangan
dipole Komputasi lebih Tidak sesuai dengan
Antena kawat dipole dirancang dengan FEM cepat, sesuai untuk struktur geometri besar
menggunakan ukuran sesuai dengan setengah struktur geometri kecil
panjang gelombang frekuensi yang diinginkan. Sesuai untuk struktur Membutuhkan memori
Karakteristik antena ini memiliki rentang FDTD geometri besar dan dan waktu lama untuk
frekuensi kecil. Keterbatasan respon frekuensi kecil komputasi
yang dimiliki oleh antena dipole kawat
Tidak sesuai untuk
ditambahkan pada antena bowtie. Bidang
Sesuai dengan struktur struktur geometri kecil
antena yang memiliki sudut menyebabkan MoM
geometri besar dan komputasi lebih lama
respon frekeunsi yang lebih lebar dibandingkan
antena kawat dipole. dibandingkan FEM

Antena bowtie yang memiliki respon


frekensi dalam rentang lebar atau yang disebut Setiap metoda memiliki kelenihan dan
ultrawideband (UWB) telah banyak digunakan kekurangan yang harus diketahui untuk
dalam berbagai aplikasi. Antena ini mendapatka hasil yang terbaik. Pada tabel 2
ditempatkan pada suatu material yang disebut dapat dilihat kelebihan dan kekurangan dari
substrat. Material PCB banyak digunakan untuk masing – masing metoda.
aplikasi antena ini
2. Finite Element Method (FEM)
Permasalahan elektromagnetik seperti
radiasi, propagasi gelombang dan lainnya tidak
mungkin diselesaikan secara analaitis.
Komputasi dengan menggunakan metoda
numerik dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah yang kompleks mengenai gelombang
elektromagnetik. Cara ini sangat penting dalam
perancangan dan pemodelan antena. Bebrapa
metoda yang digunakan dalam perancangan dan
pemodelan antena adalah MoM (moment of Gambar 6. Elemen hingga 3D [12]
method), FDTD (finite difference time domain) (a) Tetrahedral, (b) Prisma triangular,
dan FEM (finite element method). (c) Hexahedral trilinear,(d) Tetrahedral melengkung,
(e) Prisma terdistorsi, (f) Triquadratic
Komputasi elektromagnetik atau dengan
istilah computational electromagnetics (CEM)

Jurnal Nasional Teknik Elektro 13


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

Pada gambar 6 dapat dilihat bentuk dari memperhatikan distribusi kerapatan arus
elemen hingga yang digunakan dalam pada permukaan antena.
komputasi elektromagnetik. Salah satu program
yang menggunakan metoda FEM dalam Modifikasi antena dilakukan terhadap
menyelesaikan masalah elektromagnetik adalah antena kupu – kupu normal seperti yang dapat
ansoft high frquency system simulator (HFSS). dilihat pada gambar 8. Bentuk antena normal
Program tersebut yang akan digunakan dalam memiliki radius lengan 36 mm dengan sudut 60
perancangan antena pada penelitian ini. derajat. Jarak antara dua lengan adalah 4 mm.
Kelebihan program ini mengintegrasikan
simulasi, visualisasi, pemodelan, dan
otomatisasi yang mudah digunakan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Perancangan Antena
Antena kupu – kupu yang dirancang
merupakan modifikasi dari bentuk antena
normal. Simulasi menggunakan metode elemen
hingga dengan betuk elemen tetrahedron.
Antena dirancang dengan menggunakan bahan
substrat FR4 epoxy. Bahan ini banyak
digunakan pada PCB sehingga mudah
diimplementasikan dan dengan biaya yang
relatif murah. Pada gambar 7 dapat dilihat Gambar 8. Model antena kupu – kupu
bentuk dari model antena kupu – kupu yang
dirancang. Antena modifikasi memiliki nilai RL
minimum sebesar -40.27 dB pada frekuensi
1.48 GHz, nilai ini lebih baik dari RL minimum
antena kupu – kupu normal sebesar -26.24 dB
pada frekuensi 1.28 GHz. Terjadi pergeseran
frekuensi resonansi sebesar 200 MHz antara
antena normal dengan antena yang telah
dimodifikasi. Grafik perbandingan hasil
simulasi antena kupu – kupu dengan antena
yang telah dimodifikasi dapat dilihat pada
gambar 9.

Gambar 7. Model antena kupu – kupu yang


dirancang
Model antena dicetak diatas substrat
bebentuk slinder dengan tebal 1.4 mm. bahan
FR4 epoxy memiliki konstanta dielektrik relatif
4.4. Substrat memiliki diameter 80 mm. Luas
Gambar 9. Perbandingan hasil simulasi antena
permukaan antena menjadi 638 mm2 kupu – kupu normal dan modifikasi
berkurang dari bentuk awal dengan luas
1102 mm2. Bentuk optimum geometri 2. Pengukuran Antena dengan VNA
antena bowtie didapatkan dengan Antena kupu - kupu yang telah
dimodifikasi diukur dengan menggunakan

Jurnal Nasional Teknik Elektro 14


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

vector network analyzer (VNA). Alat ukur yang Hasil pengukuran dengan menggunakan
digunkan adalah Agilent E5062 A dengan VNA memiliki hasil yang sedikit berbeda
rentang frekuensi 300 KHz – 3 GHz. dengan hasil simulasi. Frekuensi resonansi hasil
Pengukuran dilakukan dalam rentang frekuensi pengukuran terjadi pada 1.55 GHz dengan nilai
UHF ( 300 MHz – 3 GHz) dengan RL sebesar -43.48 dB sedangkan hasil
menggunakan satu port.. Konektor antena disimulasi terjadi pada frekuensi 1.48 GHz
menggunakan BNC sedangkan konektor VNA dengan nilai RL sebesar -40.27 dB.
menggunakan SMA, sehingga dibutuhkan
sambungan untuk menghubungkan kedua
konektor. Pada rentang tersebut terdapat 271
titik pengukuran dengan interval 10 MHz. Pada
gambar 10 dapat dilihat rangkaian pengukuran
antena dengan menggunakan VNA.

Gambar 12. Perbandingan RL hasil pengukuran


dengan simulasi antena kupu – kupu
Dari hasil pengukuran didapatkan
bandwith antena untuk nilai RL dibawah -10 dB
adalah 454 MHz, berada pada rentang frekuensi
1.328 – 1.782 GHz sedangkan hasil simulasi
Gambar 10. Pengukuran Antena kupu – kupu didapatkan bandwith 282 MHz, berada pada
modifikasi dengan VNA frekuensi 1.354 – 1.637 GHz. Untuk bandwith
dengan nilia RL dibawah -6 dB didapatkan
bandwith sebesar 793 MHz pada frekuensi
1.236 – 2.029 GHz dari hasil pengukuran
sedangkan dari hasil simulasi didapatkan
bandwith 504 MHz pada frekuensi 1.271 –
1.775 GHz. Pada gambar 12 dapat dilihat
perbandingan RL antena bowtie hasil simulasi
dengan pengukuran.

Gambar 11. Tampilan pengukuran RL antena


kupu – kupu modifikasi dengan VNA

Pada VNA memiliki tampilan untuk


dapat melihat karakteristik respon frekuensi
dari antena. bentuk tampilan pengukuran RL
antena kupu – kupu yang telah dimodifikasi Gambar 13. Perbandingan VSWR hasil pengukuran
dapat dilihat pada gambar 11. Sebelum dengan simulasi antena kupu – kupu
pengukuran dilakukan kalibrasi terhadap kabel
dengan impedansi karakteritik 50 ohm yang Hasil pengukuran VSWR yang
digunakan untuk mendapatkan hasil didapatkan dengan menggunakan VNA
pengukuran yang akurat. memiliki persamaan dengan hasil simulasi yang
telah dilakukan. Pada gambar 13 dapat dilihat

Jurnal Nasional Teknik Elektro 15


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

perbandingan hasil simulasi dengan kupu – kupu normal. Dari hasil simulasi
pengukuran. Secara umum turunnya VSWR didapatkan nilai RL minimum untuk antena
antara hasil simulasi dengan pengukuran yang telah dimodifikasi sebesar -40.27 dB pada
terlihat sangat dekat. VSWR terendah yang frekuensi 1.48 GHz lebih baik dari nilai RL
didapatkan hasil simulasi adalah 1.07 pada minimum yang didapatkan antena normal
frekuensi 1.44 GHz sedangkan dari hasil sebesar -26.24 dB pada frekuensi 1.28 GHz.
pengukuran adalah 1.01 pada frekuensi 1.56.
Hasil pengukuran mendapatkan nilai RL
minimum sebesar -43.48 dB pada frekuensi
1.55 GHz. Untuk bandwith antena dengan nilai
RL dibawah -6 dB didapatkan sebesar 793 MHz
pada frekuensi 1.236 – 2.029 GHz sedangkan
bandwith untuk nilai RL dibawah -10 dB adalah
454 MHz, berada pada rentang frekuensi 1.328
– 1.782 GHz.

DAFTAR PUSTAKA

[1] S. Kaneko, S. Okabe, M. Yoshimura, H.


Muto, C. Nishida, M. Kamei, Detecting
Characteristics of Various Type
Gambar 14. Tampilan smith chart antena Antenas on Partial Discharge
kupu – kupu modifikasi pada VNA Electromagnetic Wave Radiating through
Smith chart yang ditampilkan pada Insulating Spacer in Gas Insulated
pengukuran dengan menggunakan VNA adalah Switchgear, IEEE Transactions on
impedansi input dari antena. Komponen Dielectrics and Electrical Insulation vol.
impedansi terdiri dari komponen real dan 16, issue. 5, pp.1462-1472, IEEE (2009)
imajiner seperti yang dapat dilihat pada gambar [2] T. Hoshino, S. Maruyama, S. Ohtsuka,
14. Hasil dari smith chart dapat dibuat dalam M. Hikita, J. Wada, S. Okabe, Sensitivity
grafik impedansi yang terdiri dari komponen Comparison of Disc- and Loop-type
real dan imajiner seperti yang dapat dilihat pada Sensors using the UHF Method to Detect
gambar 15. Perubahan impedansi antena Partial Discharges in GIS, IEEE
ditentukan oleh karakteristik kerja antena Transactions on Dielectrics and Electrical
dengan saluran yang digunakan. Insulation vol. 19, issue. 3, pp.1544-
1552, IEEE (2012)
[3] Yoshikazu Shibuya, Satoshi Matsumoto,
Masayoshi Tanaka, Hirotaka Muto and
Yoshiharu Kaneda, Electromagnetic
waves from partial discharges and their
detection using patch antena, IEEE
Transactions on Dielectrics and Electrical
Insulation vol. 17, issue. 3, pp.862-871,
IEEE (2010)
[4] G. Robles, M. Sánchez-Fernández, R.
Albarracín Sánchez, M.V Rojas-Moreno,
Gambar 15. Hasil pengukuran impedansi input E. Rajo-Iglesias, J.M Martínez-Tarifa,
antena kupu – kupu modifikasi pada VNA Antena parametrization for the detection
of partial discharges, IEEE Transactions
V. KESIMPULAN on instrumentation and measurement,
vol. 62, no. 5, pp. 932-940, may 2013
Perancangan antena yang telah dilakukan [5] O. Farish, M. D. JUDD, B. F. Hampton
memiliki nilai RL yang lebih baik dari antena and J. S. Pearson, SF6 insulation system
and their monitoring, Advanced in High

Jurnal Nasional Teknik Elektro 16


Vol: 2 No.2 September 2013 ISSN: 2302-2949

Voltage Engineering, chap. 2, IET Power [10] Constantine A. Balanis, Antenna Theory
and Energy Series 40, IET (2004) Analysis and Design, A John Wiley &
[6] M.D. Judd, O. Farish, B.F. Hampton, The Sons, Inc., Publication, 3rd edition,
excitation of UHF signals by partial (2005)
discharges in GIS, IEEE Transactions on [11] S. Fahad, A. Muhammad, Simulation
Dielectrics and Electrical Insulation, Vol. comparison between HFSS, CST and
3, Issue 2, pp.213-228, IEEE (1996) WIPL-D for design of dipole, horn and
[7] M.D. Judd, O. Farish, Transfer functions parabolic reflector antenna, Advances in
for UHF partial discharge signals in Computational Mathematics and its
GIS, Eleventh International Symposium Applications (ACMA), Vol. 1, No. 4, pp.
on High Voltage Engineering, Vol. 5, 203-207, 2012
No. 467, IEEE (1999) [12] Frank Gross, Frontiers in Antennas: Next
[8] IEEE Standard Definitions of Terms for Generation Design & Engineering, New
Antennas, IEEE (1993) Technical, (2011)
[9] American National Standard Dictionary
of Electromagnetic Compatibility (EMC)
includ Electromagnetic Environmental
Effects (E3), IEEE (2009)

Biodata Penulis
Hanalde Andre, menamatkan S1 di jurusan Umar Khayam, menamatkan S1 dan S2 di
teknik elektro universitas andalas jurusan teknik elektro ITB pada tahun 1998
(UNAND) tahun 2011, saat ini sedang dan 2000, serta menyelesaikan pendidikan
melanjutkan studi S2 sebagai mahasiswa S3 di Kyushu Institute of Technology
double degree kerjasama UNAND – ITB Jepang pada tahun 2008. Ia adalah dosen
dengan bidang teknik tenaga elektrik sekolah teknik elektro dan informatika ITB.
peminatan teknik tegangan tinggi Saat ini ia adalah Kepala Laboratorium
Teknik Tegangan dan Arus Tinggi ITB. Ia
dapat dikontak melalui email:
umar@hv.ee.itb.ac.id.

Jurnal Nasional Teknik Elektro 17

Anda mungkin juga menyukai