ANGGOTA KELOMPOK :
1. MUHAMMAD AFIF BAIHAQI
2. MUHAMMAD FAJAR FADHILLAH
3. DIVA ERLANGGA
GELOMBANG
ELEKTROMAGNETIK
Pengertian Gelombang Elektromagnetik
Gelomabng radio
Gelombang mikro (micro wave)
Sinar inframerah
Sinar x
Sinar gamma
Cahaya tampak
Ultra violet
Sejarah Elektromagnetik
Era informasi dimana kita hidup saat ini hampir seluruhnya didasarkan pada fisika gelombang elekromagnetik. Suka
atau tidak, kini kita saling terhubung secara global dengan adanya TV, telepon dan internet. Suka atau tidak suka pula
bahwa kita selalu berinteraksi dengan sinyal-sinyal dari gelombang TV, radio maupun telepon.
Banyaknya interkoneksi informasi global ini tidak terbayangkan oleh para insinyur visioner 20 tahun yang lalu.
Tantangan bagi para insinyur masa kini adalah mencoba untuk membuat visi mengenai akan seperti apakah
interkoneksi global dalam kurun waktu 20 tahun mendatang. Untuk memulai visi tersebut, maka sebelumnya harus
dipahami prinsip dasar fisika mengenai gelombang elektromagnetik yang mana jenisnya sangat beragam sehingga
secara puitis dikatakan membentuk sebuah Maxwell’s rainbow (Pelangi Maxwell).
Pencapaian tertinggi James Clerk Maxwell adalah ia berhasil menunjukan bahwa sorotan cahaya itu merupakan
gelombang berjalan medan magnet dan medan listrik gelombang elektromagnetik sehingga Optik yang merupakan
ilmu mengenai cahaya tampak, merupakan cabang dari elektromagnetisme.
Pada zaman Maxwell (pertengahan 1880-an), cahaya yang diketahui hanyalah cahaya tampak, infra merah dan ultra
violet. Terdorong dengan kerja Maxwell ini, Heinrich Hertz menemukan gelombang radio dan memberikan verifikasi
bahwa gelombang tersebut berjalan dilaboratorium dengan kecepatan yang setara dengan kecepatan cahaya.
Pelangi Maxwell
Suatu susunan untuk menghasilkan gelombang elektromagnetik berjalan dalam area radio
gelombang pendek suatu spektrum. Osilator LC menghasilkan suatu arus sinusoidal
dalam antena sehingga menghasilkan gelombang. P adalah titik jarak dimana suatu
detektor dapat memonitor arus yang berjalan melaluinya.
Bagaimana menghasilkan Gelombang
Elektromagnetik yang Merambat, secara
Kualitatif ?
osilator
LC sebagai pusat yang mengeluarkan suatu frekuensi sudut
Osilator LC di rangkaikan dengan sbuah trafo dan sebuah jalur tranmisi ke sebuah antena yang terdiri dari dua
batang konduktor tipis dan pejal. Melalui rangkaian ini, arus sinusoidal dalam osilator menyebabkan muatan
berosilasi secara sinusoidal disepanjang batang antena pada frekuensi sudut dari osilator LC. Arus dalam antena
yang berasosiasi dengan gerak muatan ini juga bervariasi secara sinusoidal dalam arah dan magnitudo dengan
frekuensi sudut
Pada antena timbul efek dua kutub (dipol) listrik yang magnitudo dan arah momen dipol listriknya bervariasi
secara sinusoidal antena. Namun perubahan medan medan lisrtik dan medan magnet tidak terjadi dimana saja
secara seketika, tetapi perubahan itu berjalan keluar dari antena dengan kecepatan cahaya c.
Bagaimana gelombang elektromagnetik dibuat
?
Medan listrik dan medan magnet selalu tegak terhadap arah dimana gelombang
merambat. Maka dari itu gelombangnya merupakan gelombang transversal.
Medan listrik selalu tegak lurus terhadap medan magnet.
Hasil perkalian selalu memberikan arah dimana gelombang berjalan.
Kedua medan selalu bervariasi secara sinusoidal seperti halnya gelombang
transversal. Selain itu, kedua medan juga bervariasi dalam frekuensi yang sama
dan sefase satu sama lain.
Rumus-rumus gelombang elektromagnetik
Komponen
gelombang listrik
Keterangan :
Aplitudo
K = Nomor gelombang angular
= Frekuensi sudut
X = fungsi sinusoidal posisi
T = waktu
Kecepatan
Didalam gelombang elektromagnetik, kecepatannya (dalam ruang vakum) diberikan simbol c bukan v. Pada bagian
berikutnya dapat dilihat bahwa c mempunyai nilai sekitar .
(kecepatan gelombang elektromagnetik). (33-3)
Semua gelombang elektromagnetik termasuk cahaya tampak memiliki kecepatan c yang sama di dalam ruangan vakum.
Kita juga akan melihat bahwa kecepatan gelombang c dan amplitudo medan listrik serta medan magnet memiliki hubugan
seperti berikut:
Jika kita membagi Pers. 33-1 dengan 33-2 dan mensubtitusikannya dengan Pers. 33-4, maka kita menemukan bahwa
magnitudo pada waktu dan pada titik tertentu berhubungan seperti berikut ini:
Suatu
gelombang elektromagnetik yang diwakili suatu sinar dan dua muka gelombang; muka gelombang dipisahkan oleh panjang
gelombang .
Gelombang yang sama yang diwakili dalam snapshot medan listrik dan medan magnetnya pada titik sumbu x dimana gelombangnya
bergerak pada kecepatan cahaya c. Karena bergerak melewati titik P, medan-medan tersebut beragam. Komponen listrik gelombang
hanya terdiri dari medan listrik; komponen-komponen medan magnet hanya terdiri dari medan magnet. Persegipanjang yang
digambarkan garis putus-putus pada titik P.
Kedua muka gelombang yang di tunjukan pada dipisahkan oleh satu panjang gelombang tersebut λ (=2/k)
Adapaun ukuran kecepatan pada masa kini telah ditetapkan sehingga kecepatan cahaya diruang hampa adalah: c = 299 729 458 m/s
Gelombang Elektromagnetik yang
Merambat, secara Kuantitatif
Gbr. 33-6 ketika gelombang elektromagnetik berjalan ke
arah kanan melalui titik P dalam Gbr. 33-5b, variasi
sinusoidal dari medan magnet B yang melalui
persegipanjang yang terpusat di P menginduksikan medan
listrik sepanjang persegipanjnag. Pada waktu yang
ditampilkan di atas, magnitudo B menurun sehingga
magnitudo medan listrik yang diinduksikan lebih besar di
sebelah kanan peersegipanjang dari pada di sebeleh
kirinya.
Pers. 33-4 dan Medan Listrik yang
Terinduksi
aplikasikan hukum induksi Faraday ini berlawanan arah jarum jamdi sekeliling persegi
panjang di Gbr. 33-6.
, (33-6)
Tidak ada kontribusi pada integral dari atas atau bawah persegi panjang karena dan
saling tegak lurus satu sama lain. Nilai integral tersebut adalah :
(33-7)
Fluks yang melalui persegipanjang ini adalah :
, (33-8)
Dimana B adalah magnitudo rata-rata di dalam persegipanjnag dan h dx adalah luas dari
persegipanjang. Mendiferensiasikan Pers. 33-8 terhadap t memberikan :
. (33-9)
Jika kita mensubstitusikan Pers. 33-9 ke Pers. 33-6 maka diperoleh :
atau . (33-10)
Turunan dalam keadaan ini adalah turunan parsial dan Pers. 33-10 harus ditulis :
. (33-11)
Tanda negatif dalam persamaan tersebut cocok dan penting karena walaupun E
bertambah bersama x pada sisi persegipanjang di Gbr. 33-6, B berkurang bersama t.
Dari Pers. 33-1 kita memperoleh: =
Dari pers. 33-2: =
Lalu Pers. 33-11 dikurangi menjadi : . (33-12)
Rasio ω/ untuk gelombang yang merambat adalah kecepatannya yang kita sebut dengan .
Persamaan 33-12 kemudian menjadi:
(rasio amplitudo) (33-13) Yang mana sama dengan pers. 33-4.
Pers. 33-3 dan Medan Magnet yang
Terinduksi
Atau dengan menuliskannya sebagai turunan parsial seperti pada Pers. 33-11 maka kita memperoleh:
. (33-17)
Tanda negatif pada persamaan tersebut penting karena, walau pun B meningkat bersama x pada titik P di persegipanjang Gbr. 33-7,
E menurun bersama dengan t. Dengan mengitung Pers. 33-17 dengan menggunakan Pers. 33-1 dan Pers. 33-2 maka kita dapatkan :
,
Yang mana dapat ditulis menjadi :
.
Dengan mengkombinasikan persamaan ini dengan Pers. 33-13 maka didapatkan :
(kecepatan gelombang elektromagnetik). (33-18)
Persamaan tersebut persisi sama dengan Pers. 33-3.
Transpor Energi Dan Vektor Poynting
Tingkat energi per unit luas dalam gelombang tersebut digambarkan oleh vektor S yang
disebut vektor Poynting menurut nama seorang fisikawan yaitu John Henry Poynting
(1852-1914) yang pertama membahas hal ini
Vektor ini didefinisikan sebagai berikut :
(vektor Poynting). (33-19)
Magnitudo S dihubungkan dengan tingkat energi yang dibawa oleh gelombang di
sepanjang unit luas pada waktu (inst) tertentu :
(33-20)
Dari sini kita tahu bahwa unit SI untuk vektor adalah watt/meter persegi ().
Arah vektor Poynting suatu gelombang elektromagnetik pada titik tertentu memberikan
arah gerak gelombang dan arah transportasi energi di titik tersebut.
Arah vektor Poynting suatu gelombang elektromagnetik pada titik tertentu memberikan
arah gerak gelombang dan arah transportasi energi di titik tersebut.
Karena vektor dan saling tegak lurus dalam suatu gelombang elektromagnetik,
magnitudo dari vektor adalah EB. Maka magnitudo vektor adalah :
,
Keterangan :
Dimana S, E dan B adalah nilai pada saat tertentu (instan). Magnitudo E dan B sangat rapat
satu sama lain sehingga kita hanya perlu menggunakan salah satunya. Kita lebih memilih E
karena kebanyakan instrumen untuk mendeteksi gelombang elektromagnetik lebih
berhubungan dengan komponen listrik gelombang dari pada dengan komponen magnetiknya.
Dengan
menggunakan B = E/c dari Pers. 33-5 maka kita dapat menulis Pers. 33-21 sebagimana berikut ini :
(tingkat aliran energi pada saat tertentu). (33-22)
, intensitas I adalah :
(33-23)
Dari Pers. 33-22 kita menemukan
(33-24)
Sepanjang satu siklus, nilai rata-rata sin kuadrat untuk variabel angular tertentu adalah (lihat Gbr. 31-14). Selain itu,
kita mendefinisikan suatu kuantitas baru, yaitu nilai root-mean-square dari medan listrik, yang didefinisikan sebagai :
. (33-25)
Kemudian kita dapat menulis Pers. 33-24 menjadi :
(33-26)
Karena E = cB dan c adalah jumlah yang sangat besar, kita biasanya menyimpulkan bahwa energi
yang terkait dengan medan listrik jauh lebih besar dari energi yang terkait dengan medan
magnetnya. Namun kesimpulan tersebut tidak benar, kedua energi tersebut setara. Untuk
membuktikannya kita bisa mulai dengan Pers. 25-25 yang menunjutkan densitas energi di dalam
suatu medan magnet, dan dengan mensubstitusikan cB untuk E maka diperoleh :
.
Jika kita sekarang mensubstitusikan c dengan Pers. 33-3 makan kita dapatkan :
,
Namun, Pers. 30-54 memberitahu kita bahwa adalah densitas energi dari medan magnet ; sehingga
kita bisa melihat bahwa di manapun di sepanjang gelombang elektromagnetik.
Variasi Intensitas dengan Jarak
Gbr. 33-8 Satu sumber titik S mengeluarkan gelombang
elektromagnetik secara seragam ke segala arah. Maka gelombang
yang berbentuk bola melewati suatu bola imajiner berjari-jari r
yang berpusat di S.
Intensitas I pada bola harus dari Pers. 33-23,
, (33-27)
Dimana adalah luas bola. Pers. 33-27 memberitahu kita bahwa
intensitas radiasi elektromagnetik dari sumber titik isotropis
berkurang sebanding dengan kuadrat jarak r dari sumbernya.
Contoh Soal 33-1
Seseorang
berada pada jarak 1,8 m dari suatu sumber cahaya titik isotropis berdaya . Hitunglah nilai rms medan listrik dan mendan magnet karena sumber cahaya pada posisi
orang tersebut.
Penyelesaian : Dua Ide Kunci pertama dari masalah tersebut adalah:
Nilai rms dari medan listrik cahaya berhubungan dengan intensitas I dari cahaya melalui Pers. 33-26 ().
Karena sumber adalah suatu titik yang mengeluarkan cahaya dengan intensitas yang sama pada semua arah, intensitas I pada jarak r dari sumber berhubungan dengan sumber
daya melalui Pers. 33-27 ().
Dengan menggunakan dua ide kunci ini maka kita dapatkan:
Sehingga
(Jawaban)
Tekanan Radiasi
Magnitudo
dari perubahan momentum objek dihubungkan dengan energi dengan
(penyerapan total). (33-28)
Dimana c adalah kecepatan cahaya. Arah perubahan momentum objek adalah arah dari sinar datang (insiden)
yang diserap objek.
Selain diserap, radiasi dapat dipantulkan oleh objek; dengan demikian radiasi dapat dikirimkan denga arah baru
seperti halnya memantul terhadap objek. Jika radiasi seluruhnya dipantulkan kembali sepanjang lintasan asalnya,
magnitudo perubahan momentum objek dua kali dari yang disebutkan di atas, atau:
(pemantulan total kembali pada lintasan semula) (33-29)
Dengan cara yang sama, sebuah objek bisa mengalami dua kali perubahan momentum ketika misalnya bola tenis elastis
sempurna dipantulkan dari objek tersebut dari pada ketika objek tersebut di kenai oleh bola yang tidak elastis (misalnya
gumpalan kompon yang basah) dengan massa dan percepatan yang sama. Jika radiasi sinar datang sebagiannya diserap
dan sebagiannya dipantulkan, maka perubahan momentum objek tersebut adalah antara dan .
Dari
hukum Newton kedua dalam bentuk momentum linier, diketahui bahwa perubahan momentum dihubungkan kepada suatu gaya dengan
. (33-30)
Untuk menemukan persamaan bagi gaya yang dikerahkan oleh radiasi dlaam kaitannya dengan intensitas radiasi I, maka kita pertama-tama
harus memperhatikan bahwa:
Berikutnya, kita misalkan bahwa sebuah permukaan seluas A tegak lurus terhadap lintasan radiasi dan memotong radiasinya. Pada waktu
interval , energi yang ditangkap oleh luas A adalah:
. (33-31)
Jika energi itu seluruhya doserap, maka Pers. 33-28 memberitahukan kita bahwa dan dari Pers. 33-30 kita memperoleh magnitudo gaya pada
luas A adalah:
(penyerapan total). (33-32)
Sama halnya jika energi seluruhnya dipantulkan kembali sepanjang lintasannya, maka Pers. 33-29 menyatakan bahwa dan dari Pers. 33-30 kita
dapatkan:
(pemantulan total). (33-33)
Jika radiasi sebagian diserap dan sebagian dipantulkan, maka magnitudo gaya pada lua A ini berada di antara nilai IA/c dan 2IA/c.
Gaya per unit luas pada objek yang diakibatkan oleh radiasi adalah tekanan radiasi . Kita
dapat menemukan ini pada keadaan Pers. 33-32 dan Pers. 33-33 dengan membagi kedua
sisi masing-masing persamaan tersebut dengan A. Dengan demikian kita dapatkan:
(penyerapan total) (33-34) dan (pemantulan total) (33-35)
Contoh Soal 33-2
Sebuah
kometberputa di sekitar Matahari sehingga lapisan es pada
permukaan komet tersebut mencair mengeluarkan ion dan partikel
debu uang tertangkap. Karena memiliki daya listrik, ion-ion ini
dipengaruhi angin Matahari bermuatan listrik menjadi ekor ion yang
berbentuk melingkar menjahui Matahari (lihat Gbr.33-9). Partikel-
partikel debu bersifat netral terhadap muatan listrik ini sehingga tidak
terpengaruh oleh angin Matahari dan tampaknya ikut bergerak
bersama komet di sepanjang garis edarnya. Namun partikel-partikel
debu ditekan secara melingkar ke arah luar Matahari oleh daya
radiasi sinar Matahari. Untuk melihat bagaimana daya ini
membentuk suatu kurva ekor debu, pertama-tama asumsikan bahwa
suatu partikel debu berbentuk bola dengan jari-jari R, memiliki
densitas dan benar-benar menyerap sinar Matahari yang
memotongnya. Lalu tentukanlah nilai R dimana gaya gravitasi pada
partikel debu karena Matahari menyetimbangkan gaya radiasi dari
sinar matahari.
Penyelesaian
kita dapat mengasumsikan bahwa Matahari cukup jauh dari partikel ntuk bertindak
sebagai sumber isotropis cahaya. Lalu karena telah dijelaskan bahwa tekanan radiasi
menekan partikel secara melingkar ke arah lua Matahari, maka kita tahu bahwa gaya
radiasi pada partikel diarahkan secara radial ke arah luar dari pusat Matahari. Pada
waktu yang sama, gaya gravitasi pada partikel mengarah secara radial ke arah dalam
menujupusat Matahari. Dengan demikian kita dapat menulis kesetimbangan dua gaya ini
sebagai berikut:
(33-36)
Mari kita pertimbangkan dua gaya ini sevara terpisah.
Gaya Radiasi: untuk menghitung sisi kiri Pers. 33-36 kita gunakan tiga Ide Kunci
berikut ini:
1)Karena partikel benar-benar diserap, gaya magnitudo F dapat ditemukan dari intensitas
I sinar Matahari pada lokasi partikel dan pada penampang melintang partikel luas A, ini
melalui Pers. 33-32 (F-IA/c).
2)Karena kita mengasumsikan bahwa Matahari adalah sumber titik isotropis cahaya, kita
dapat menggunakan Pers. 33-27 () untuk menghubungkan gaya Matahari dengan
intensitas I cahaya Matahari pada jarak partikel r dari Matahari.
3)Karena partikel berbentuk bola, maka luas penampang melintang A-nya adalah (bukan
setengah luas permukaannya).
Dengan
memperhatikan tiga ide ini secara bersama-sama, maka kita dapatkan:
. (33-37)
Gaya Gravitasi: Ide Kunci disini adalah hukum gravitasi Newton (Pers. 13-1) yang memberitahu kita mengenai magnitudo gaya gravitasi pada partikel, seperti berikut ini:
, (33-38)
Dimana adalah massa Matahari dan m adalah massa partikel.
Berikutnya, massa partikel dihubungkan pada densitasnya dan volumenya V( untuk satu bulatan) oleh
Dengan mengerjakan persamaan tersebut untuk m dan mensubstitusikan hasilnya ke dalam Pers. 33-36 maka diperoleh:
. (33-39)
Kemudian mensubstitusikan Pers. 33-37 dan 33-39 ke dalam Pers 33-36 untuk memperoleh R menghasilkan:
.
Dengan menggunakan nilai dan nilai G yang telah diketahui (lampiran B) dan (lampiran C), maka kita dapat menghitung denominator:
(Jawaban)
Polarisasi
Gambar 33-16a yang digambar dalam perspektif yang menunjukkan suatu system dari 3
bidang polarisasi didalam lintasan cahaya yang pada awalnya tidak berpolarisasi. Arah
polarisasi dari bidang pertama sejajar pada sumbu y, yang mana bidang keduanya pada
sudut 60° berlawanan arah jarum jam dari sumbu y, dan bidang ketiganya sejajar
terhadap sumbu x. Berapa intensitas awal cahaya tampak dari system 3 bidang ini, dan
pada arah mana cahaya tampak ini berpolarisasi?
Penyelesaian
Karena arah polarisasi dari bidang pertama sejajar terhadap sumbu y, maka polarisasi cahaya yang ditransmisikan olehnya juga demikian, seperti digambarkan pada Gbr.33-16c.
Bidang kedua; Karena cahaya yang mencapai bidang kedua itu berpolarisasi, maka intensitas dari cahaya yang ditranmisikan oleh bidang tersebut diberlakukan hokum kosinus kuadrat
(Pers. 33-42). Sudut θ di dalam hukum ini adalah sudut antara arah polarisasi cahaya yang masuk (sejajar dengan sumbu y) dan arah polarisasi bidang kedua (60° berlawanan arah jarum
jam dari sumbu y), dan sehingga θ adalah 60° maka dari itu:
.
Polarisasi cahaya yang ditransmisikan ini sejajar dengan arah polarisasi bidang yang memancarkannya yaitu 60° berlawanan arah jarum jam dari y, sebagaimana digambarkan Gbr. 33-16d.
Bidang ketiga: karena cahaya yang mencapai bidang ketiga berpolarisasi, maka intensitas dari cahaya yang ditransmisikan oleh bidang tersebut diberlakukan hokum kosinus kuadrat.
Sudut θ saat ini adalah sudut antara arah polarisasi cahaya yang masuk (Gbr. 33-16d) dana rah polarisasi bidang ketiga (sejajar terhadap sumbu x), dan sehingga θ adalah 30°. Maka dari
itu:
Cahaya terakhir yang ditransmisikan in berpolarisasi sejajar terhadap sumbu x (Gbr. 33-16e). Kita menemukan intensitasnya dengan cara pertama-tama mensubstitusikannya untuk dan
kemudian untuk di dalam persamaan di atas:
Maka, (jawaban)
Hal ini berarti 9,4% intensitas awalnya keluar dari sistem 3 bidang ini.
Pemantulan dan Pembiasan (Refraksi)
Gbr. 33-17 (a) Foto hitam putih menunjukkan suatu
sinar datang yang dipantulkan dan terefraksi oleh
permukaan kaca. (Sebagian sinar yang terefraksi di
dalam kaca tidak terfoto dengan baik). Di permukaan
bawah yang melengkung ini, sinar tefak lurus
terhadap permukaan sehingga refraksi disana tidak
membelokkan cahaya. (b) Suatu representasi cahaya
(a). Sudut datang (), pemantulan () dan refraksi
Hukum
Hukum refleksi (pemantulan): suatu sinar yang terpantul terletak didalam bidang
datang dan memiliki sudut pantul sama dengan sudut datang. Didalam Gbr.33-17b hal ini
berarti bahwa :
= (pemantulan) (33-43)
Hukum refraksi (pembiasan): seberkas sinar yang terefraksi terletak di dalam bidang
datang dan memiliki sudut bias yang berhubungan dengan sudut datang seperti berikut
ini:
(refraksi) (33-44)
Kita dapat menyusun Pers. 33-44 sebagai
Sin sin s(33-45)
Untuk membandingkan sudut bias dengan sudut datang . Kemudian kita dapat melihat bahwa nilai relatif dari
tergantung pada nilai relatif Bahkan kita dapat memperoleh tiga hasil dasil dasar berikut ini:
1)Jika sama dengandan refraksi tiidak membelokan sianr, ini berlanjut didalam arah sinar yang terbelokan
seperti Gbr. 33-18a.
2)Jika lebih besar dari , maka lebih kecil dari . Dalam hal ini, refraksi membelokan sinar menjauhi arah sinar
yang tidak terbelokan dan menuju ke garis normal seperti di Gbr. 33-18b.
3)Jika lebih kecil dari , maka lebih besar dari . Dalam hal ini, refraksi membelokan sinar menjauhi arah sinar
yang tidaak terbelokan dan menjauhi garis normal seperti di Gbr. 33-18c.
Refraksi tidak dapat membelokan suatu sinar sedemikan tajam sehingga sinar yang terefreksi menjadi di sisi yang
sama terhadap garis normal seperti sinar datang.
Dispersi Kromatik
Gbr. 33-18 Refraksi cahaya bergerak dari
suatu medium dengan suatu indeks bias
ke dalam suatu medium dengan suatu
indeks bias (a) Sinar tidak berbelok keitka
; cahaya yang terefraksi kemudian
bergerak dengan arah yang tidak
terbelokkan (garis titik-titik), yang mana
sama dengan arah sinar datang. Sinar
berbelok (b) menuju garis normal lebih
besar dari dan (c) menjauhi garis normal
ketika lebih kecil dari .
Medium Indeks Medium Indeks
Vakum 1(tepat) Kaca akrona (crown glass) 1,52
Udara 1,00029 Sodium Klorida 1,54
Air 1,33 Karet sinetis 1,55
Aseton 1,36 Karbon disulfid 1,63
Etil Alkohol 1,36 Kaca flinta (flint glass) berat 1,65
Larutan Gula 1,38 Batu nilam 1,77
Leburan Kwarsa 1,46 Kaca flinta (flint glass) paling berat 1,89
Pada Gbr. 33-23a, seberkas sinar monokromatik memantul dan merefreksi pada titik
(a)
A antarmuka material 1 dengan indeks bias = 1,33 dan material 2 dengan indeks bias =
1,77. Sinar datang sudutnya terhaddap permukaan. Berapa sudut pantul pada titik A?
Berapa sudut biasnya ?
Penyelesaian : ide kunci
kunci
setiap pemantulan adalah bahwa sudut pantul sama dengan sudut sinar datang ( masuk ). Selain itu, kedua sudut diukur sinar
bersesuaian dan garis normal terhadap permukaan titik pemantulan. Pada Gbr. 33-23a, garis normal pada titik A digambar dengan
suatu garis putus-putus yang melalui titiknya. Perhatikan bahwa sudut sinar datang tidak tapi . Maka dari itu sudt pantul adalah:
(jawabannya)
Cahaya yang lewat dari material 1 ke material 2 mengalami refraksi pada titik A pada antarmuka dua material tersebut. Ide kuci
setiap refraksi adalah kita dapat menghubugkan sudut sinar datang, sudut biias, dan indeks bias dua material malalui hukum snell,
pers. 33-44:
(33-46)
Sekali lagi kita mengukur sudut-sudut anatar cahaya suatu garis normal yang dalam kasus ini pada titik refraksi. Maka dari itu
dalam pers. 33-23a, sudut biasnya adalah sudut yang ditandai dengan . Dengan menyelesaikan pers. 33-46 untuk kita akan
memperoleh :
= (jawaban)
Hasil (jawaban) diatas berarti bahwa sinar berpindah menuju garis normal (semula ). Alasannnya karena ketika sinar bergerak
melintasi permukaan, sinar tersebut bergerak ke dalam material dengan indeks bias yang lebih besar.
(b) sinar yang masuk ke dalam material 2 pada titik A kemudiian mencapai titik B antara
permukaan 2 dan 3 yaitu udara ( seperti di Gbr. 33-22b). Permukaan yyang melalui B
sejajar dengan yang melalui A. Pada B, beberapa sinar memantul dan sisanya masuk ke
udara. Berapakah sudut pantuulnya ? berapa sudut bias ke udara ?
Penyelesaian
pertama-tama
kitaperlu menghubungkan satu sudut dengan titik B dengan sudut yang telah diketahui
pada titik A. Karena permukaan yang melalui titik B sejajar dengan yang melalui titik A, sudut sinar
datang B harus sama dengan sudut bias seperti pada Gbr. 33-22b. Kemudian untuk pemantulan, kita
sekali lagi menggunkan hukum pemantulan. Dengan demikian sudut pantul B adalah:
(jawaban)
Berikutnya, sinar yang melewati material 2 menuju udara mengalami refraksi pada titik B dengan sudut
bias . Maka dari itu kita menggunakan hukum refraksi snell lagi, namun saat ini kita menulis pers. 33-40
seperti :
(jawaban)
Hasil ini berarti bahwa sinar berbelok menjauhi ggaris normal (semula terhadap garis normal menjadi ).
Alasannya karena bahwa ketika sinar bergerak melintasi permukaan, sinar bergerak ke dalam material
(udara) yang indeks biasnya lebih rendah.
Pemantulan Internal Total
Gbr.
33-24 Pemantulan internal total cahaya dari suatu titik sumber S
di dalam kaca terjadi untuk semua sudut datang yang lebih besar dari
surut kritis . Pada sudut kritis, sinar yang terefraksi menuju ke
permukaan kaca.
Gambar 33-24 menunjukkan berkas sinar monokromatik dari suatu
sumber titik S di dalam kaca dating antarmuka antara kaca dan udara.
Untuk sinar a yang tegak lurus terhadap permukaan, sebagian sinar
memantul pada permukaan dan sisanya bergerak melaluinya dengan
tanpa perubahan arah.
Untuk sinar b yang melalui e, yang memiliki sudut dating lebih besar
pada permukaan, ada juga pemantulan dan refraksi pada permukaan.
Karena sudut datang bertambah, maka sudut biasnya bertambah: untuk
sinar e yaitu 90° yang berarti bahwa sinar yang berefraksi langsung
menuju permukaan. Sudut datang menjadikan situasi ini sebagaimana
yang disebut sudut kritis . Untuk sudut-sudut datang yang semua
cahaya dipantulkan; efek ini disebut pemantulan internal total.
Untuk menemukan, kita menggunakan Pers. 33-44; kita dengan bebas menghubungkan
subskrip 1 dengan kaca dan subskrip 2 dengan udara, dan kemudian kita mensubtitusikan untuk
dan 90° untuk . Maka:
,
Dengan demikian maka:
(sudut kritis). (33-47)
Karena sinus suatu sudut tidak melebihi gabungannya, maka tidak bisa melebihi pada
persamaan ini. Pembatasan ini memberitahu kita bahwa pemantulan internal total todak bisa
terjadi ketika sinar datang berada didalam medium dengan indeks bias yang lebih kecil. Jika
sumber S berada di udara pada gambar 33-24, semua sinar tang masuk ke udara-permukaan kaca
(termasuk f dan g) akan dipantulkan dan direfraksikan pada permukaan.
Gbr. 33-25 Sebuah endoskop digunakan untuk
melakukan biopsi di dalam lapisan perut.
Contoh Soal 33-5
Gbr. 33-26 Sinar datang i benar-benar dipantulkan secara internal
pada permukaan kaca-udara, sehingga menjadi sinar memantul r.
Gambar 33-26 menunjukkan sebuah prisma segitiga kaca di udara;
seberkas sinar datang memasuki kaca tegak lurus pada salah satu
arah dan seluruhnya dipantulkan pada permukaan gelas-kaca sisi
lainnya. Jika adalah 45° , apa yang dapat anda katakan mengenai
indeks bias n kaca ?
Penyelesaian
Satu ide kunci di sini adalah karena sinar seluruhnya dipantul pada permukaan, maka
sudut kritis untuk permukaan harus kurang dari sudut sinar datang 45°. Ide kunci kedua
adalah kita dapat menghubungkan indeks bias n kaca dengan melalui hokum refraksi,
yang mana akan membawa kita ke dalam Pers. 33-47. Dengan mensubtitusikan (untuk
udara) dan (untuk kaca) ke dalam persamaan tersebut maka:
.
Karena harus lebih kecil dari sudut sinar datang 45° maka:
Gbr. 33-27 Seberkas sinar yang tidak berpolarisasi di udara masuk ke
permukaan kaca pada sudut Brewster . Medan-medan listrik sepanjang
sinar itu telah dipecah menjadi komponen-komponen yang tegak lurus
pada bagian depan (bidang datar, pemantulan dan refraksi) dan
komponen-komponen sejajar pada bagian depan. Sinar yang berefraksi
terdiri dari komponen-komponen asli yang sejajar terhadap bagian
depan dan komponen-komponen yang lebih lemah tegak lurus terhadap
bagian depan; ini yang disebut berpolarisasi sebagian.
Hukum Brewster
Untuk sinar yang datang pada sudut Brewster, kita menemukan eksperiman bahwa sinar-sinar yang memantul dan berefraksi itu Tegak lurus satu sama
lain. Karena sinar yang memantul itu memantul pada sudut di Gbr. 33-27 dan sinar yang berefraksi itu pada sudut , maka:
= 90°. (33-48)
Kedua sudut ini juga dapat dihubungkan dengan Pers. 33-44. Dengan secara sembarang menempatkan subskrip 1 di dalam Pers. 33-44 pada material di
mana sinar datang dan sinar memantul itu bergerak maka kita memperoleh:
Menghasilkan
(Sudut Brewster)
(Perhatikan bahwa subskrip di Pers. 33-49 tidak sembarang karena keputusan kita mengenai maknannya). Jika sudut datang dan sinar yang memantul
bergerak di udara, kita dapat memperkirakan sebagai satu dan n mewakili untuk menulis Pers. 33-49 menjadi:
(Hukum Brewster) (33-50)
Persamaan ini adalah peyederhanaan Pers. 33-49 dan disebut Hukum Brewster. Seperti , hokum ini juga dinamai menurut Sir Davir Brewster yang
menemukan keduanya melalui eksperimen pada tahun 1812.
Thanks :*