Anda di halaman 1dari 33

MAKALAH MEDAN ELEKTROMAGNETIK

“KERAPATAN FLUKS LISTRIK, HUKUM GAUSS, DAN DIVERGENSI”

Disusun oleh :

Kelompok 3

1. Niken Amanda Shifa Alifia – 1513618030


2. Syaid Musthofa – 1513618052

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2019
Kerapatan Fluks Listrik, Hukum Gauss, dan
Divergensi

3.1 KERAPATAN FLUKS LISTRIK

Di sekitar tahun 1837, Direktur Royal Society di London, Michael Faraday, merasa
sangat tertarik untuk mengkaji fenomena medan listrik statis dan efek yang ditimbulkan oleh
berbagai bahan isolator (penyekat listrik) pada medan ini. Permasalahn tersebut telah
mengganggunya sejak sepuluh tahun silam, saat ia melakukan eksperimen yang melahirkan
teorinya yang terkenal mengenai gaya gerak listrik (electromotive force) induksi –akan kita
pelajari di dalam Bab 10 nanti. Untuk tujuan penelitian medan statis ini, ia membuat sebuah alat
yang terdiri dari sepasang bola logam konsentris, di mana bola bagian luar dibentuk dari dua
buah lempeng setengah-bola yang dapat disatukan. Ia juga menyiapkan sejumlah kulit pelapis
dari berbagai jenis bahan penyekat (disebut bahan dielektrikum, atau sekedar dielektrikum saja),
yang akan digunakan untuk mengisi ruang setebal beberapa centimeter di antara kedua bola
konsentris tersebut. Kita tidak akan membicarakan dulu penemuannya mengenai bahan
dielektrikum ini, karena saat ini kita masih membatasi perhatian kita hanya pada medan listrik di
dalam ruang hampa. Pembicaraan mengenai dielektrikum akan kita lanjutkan di dalam Bab 6,
dan kita akan melihat bahwa bahan – bahan isolator yang digunakannya itu kini dikenal sebagai
dielektrikum ideal.

Singkat kata, percobaan yang dilakukan Faraday secara garis besar terdiri dari langkah –
langkah berikut ini :

1. Sebelum bola bagian luar dipasang, bola-dalam diberikan muatan positif dengan nilai
yang diketahui.
2. Kedua lempeng setengah-bola kemudian disatukan membentuk bola bagian luar,
melingkupi bola bagian dalam yang telah bermuatan, dengan ruang-antara setebal
sekitar 2 cm memisahkan kedua bola.
3. Bola bagian luar kemudian „dibersihkan‟ dulu dari muatan awal yang mungkin ada di
permukaannya dengan cara menghubungkannya ke tanah sesaat.
4. Setelah beberapa waktu, bola bagian luar dilepaskan dari kedudukannya, dengan
memisahkan secara hati-hati kedua lempeng setengah-bola menggunakan alat-alat
yang terbuat dari isolator, agar tidak mengganggu muatan-muatan induksi yang kini
ada di permukaannya. Selanjutnya, muatan induksi negatif pada permukaan masing-
masing lempeng setengah-bola diukur.
Faraday mendapatkan bahwa muatan total yang ada di permukaan bola bagian luar
(muatan dua lempeng setengah-bola dijumlahkan) ternyata persis sama magnitudonya dengan
muatan awal yang diberikan ke permukaan bola bagian dalam, dan hal ini berlaku terlepas dari
apapun bahan dielektrikum yang memisahkan kedua bola. Ia menyimpulkan terjadinya suatu
“perpindahan” (displacement) muatan dari bola-dalam ke bola-luar, dan perpindahan ini tidak
dipengaruhi oleh jenis medium yang harus dilewati; seolah-olah muatan-muatan tersebut
„melompat‟ dari permukaan bola-dalam ke permukaan bola-luar. Kita menyebut aliran semacam
ini sebagai fluks perpindahan muatan listrik, atau singkatnya fluks listrik.

Percobaan Faraday mengungkapkan pula bahwa jika kita memperbesar muatan pada bola
bagian dalam, maka muatan negatif yang diinduksikan ke bola bagian luar akan bertambah
besarnya secara sebanding; hal ini membimbing Faraday pada kesimpulan bahwa fluks listrik
sebanding dengan nilai muatan pada bola bagian dalam. Konstanta kesebandingan ini bergantung
pada sistem metrik yang digunakan, dan di sini kita beruntung telah memilih satuan-satuan SI
sebagai acuan kita, karena konstanta untuk sistem SI adalah satu. Jika fluks listrik
dilambangkan oleh (psi) dan muatan total pada bola bagian dalam adalah , maka berdasarkan
eksperimen Faraday

Ψ=𝑄

Dan fluks listrik dinyatakan dalam satuan coulomb.

Kita dapat memperoleh informasi kuantitatif yang lebih banyak dengan mengasumsikan
bahwa bola-dalam memiliki jari-jari a dan bola-luar memiliki jari-jari b, di mana muatan masing-
masing bola secara berturut-turut adalah Q dan –Q (Gambar 3.1). Jalur-jalur fluks listrik atau
jalur-jalur perpindahan muatan dari bola-dalam menuju ke bola-luar digambarkan sebagai garis-
garis gaya radial yang simetris dari bola-dalam ke bola-luar.

Di permukaan bola bagian dalam, coulomb fluks listrik dihasilkan oleh muatan sebesar
Q (= ) coulomb yang terdistribusi secara merata atau seragam di seluruh permukaan yang
luasnya . Kerapatan fluks di permukaan ini oleh karenanya adalah , atau
, dan nilai ini merupakan sebuah kuantitas baru yang dianggap penting.

Kerapatan fluks listrik, yang dinyatakan dalam satuan coulomb per meter persegi (kadang
dikatakan juga sebagai “garis fluks per meter persegi”, karena setiap garis fluks dihasilkan oleh
satu muatan coulomb), dinotasikan dengan huruf D; lambang ini dipilih karena sebutan yang
biasa dipakai adalah displacement fluks density (kerapatan fluks perpindahan) atau displacement
density (kerapatan perpindahan). Namun, kerapatan fluks listrik (electric flux density) dianggap
lebih memberi gambaran, dan kita akan menggunakan istilah ini secara konsisten.

2
Kerapatan fluks listrik D adalah sebuah medan vektor yang diklasifikasikan sebagai
medan vektor “kerapatan fluks”, atau “kerapatan aliran”, berbeda dengan intensitas medan listrik
E yang merupakan salah satu dari medan vektor kelas “medan gaya”. Arah medan D pada
sebuah titik di dalam ruang sama dengan arah garis fluks yang melewati titik tersebut, dan
magnitudonya adalah jumlah garis fluks yang menembus pada sebuah permukaan normal
terhadap garis fluks, dibagi dengan luas permukaan itu.

Memperhatikan sekali lagi Gambar 3.1, kita dapat mengetahui bahwa kerapatan fluks
listrik memiliki arah radial (searah jari-jari) dan memiliki nilai sebesar

3
Jika sekarang kita menjadikan bola-dalam semakin kecil dan semakin kecil, sementara tetap
mempertahankan muatan sebesar Q padanya, maka pada batas penciutannya –atau secara
matematika, mengambil limit volume mendekati nol- bola ini akan menyerupai sebuah muatan
titik. Namun, kerapatan fluks listrik di sebuah titik yang berjarak r meter dari muatan titik ini
akan tetap mengikuti hubungan

(1)

karena sejumlah Q garis fluks akan tetap dihasilkan oleh muatan tersebut (meskipun dalam
bentuknya yang baru), dimana garis-garis ini dapat divisualisasikan mengarah radial keluar dari
muatan titik secara simetris, dan menembus permukaan bola khayal seluas di titik berjarak
r tadi.

Bandingkanlah hasil ini dengan persamaan (10) pada Subbab 2.2, yaitu persamaan untuk
intensitas medan listrik di sebuah titik berjarak r di dalam ruang-hampa,

Dari perbandingan ini, kita dapat menyimpulkan bahwa di dalam ruang-hampa,

(hanya untuk (ruang hampa) (2)

Meskipun (2) berlaku hanya untuk vakum, atau ruang-hampa, hubungan ini tidak terbatas pada
muatan titik saja. Untuk distribusi muatan volume secara umum di dalam ruang-hampa,

(hanya untuk ruang hampa) (3)

4
di mana hubungan ini diturunkan dari persamaaan medan listrik di sekitar sebuah muatan titik.
Dengan cara yang sama, persamaan (1) memberikan kita hubungan

(4)

dan (2) oleh karenanya berlaku untuk semua bentuk distribusi –titik, volume, garis, dan
permukaan– di dalam ruang hampa; kita akan menetapkan persamaan (2) sebagai persamaan
definisi untuk D di dalam ruang-hampa.

Sebagai sedikit persiapan untuk membahas dielektrikum nanti, patut kita ketahui bahwa
untuk sebuah muatan titik yang berada di dalam suatu medium dielektrik ideal, eksperimen
Faraday memperlihatkan persamaan (1) tetap berlaku dan demikian pula persamaan (4). Namun
persamaan (3) tidak berlaku, sehingga hubungan D dan E akan menjadi sedikit lebih rumit dari
persamaan (2).

Karena di dalam ruang-hampa D sebanding dengan E, pendefinisian besaran baru D ini


tampak tidak terlalu diperlukan. Bagaimanapun kita menganggapnya perlu untuk beberapa
alasan berikut ini. Pertama, besaran D terkait dengan konsep fluks, di mana konsep ini sendiri
adalah sesuatu yang baru dan penting. Kedua, D sebagai medan vektor lebih sederhana
dibandingkan dengan medan E, karena konstanta permitivitas tidak mucul di dalamnya.
Terakhir, konsep yang dibawa oleh besaran D akan memainkan peranan penting ketika kita
mempelajari dielektrikum nanti di dalam Bab 6.

Marilah kita perhatikan sebuah contoh sederhana untuk mengilustrasikan besaran-besaran


dan satuan-satuan baru yang kita pelajari di dalam subbab ini.

CONTOH 3.1__________________________________________________________________

Kita ingin mengetahui D pada daerah di sekitar sebuah muatan garis seragam yang
memiliki kerapatan 8 nC/m, dan terletak berhimpitan dengan sumbu z di dalam-hampa.

Pemecahan : Medan E untuk muatan ini adalah

Pada jarak = 3 m dari muatan garis, E = 47,9 V / m.

5
Terkait dengan medan listrik E, kita dapat menentukan adanya

Kerapatan fluks pada = 3 m adalah D = 0,424 nC/m.

Banyaknya fluks listrik yang meninggalkan sebuah muatan garis sepanjang 5 m, dengan
demikian, sama dengan muatan total yang terdapat pada segmen garis tersebut, yaitu = .

_____________________________________________________________________________

3.2 HUKUM GAUSS

Hasil-hasil yang diperoleh Faraday di dalam percobaannya dapat dirangkumkan menjadi sebuah
kesimpulan eksperimental yang menyatakan bahwa jumlah fluks listrik yang melewati atau
menembus sebuah permukaan bola khayal yang berada di dalam ruang-antara dua bola
penghantar konsentris, sama dengan muatan total yang terkurung di dalam permukaan khayal
tersebut. Muatan terkurung ini boleh jadi terdistribusi sebagai muatan permukaan pada bola
bagian dalam, atau bisa saja terkonsentrasi sebagai sebuah muatan titik di pusat bola khayal tadi.
Akan tetapi, karena satu coulomb fluks listrik dihasilkan oleh satu coulomb muatan listrik, maka
konduktor pembawa muatan yang berada di dalam permukaan bola khayal bisa saja berbentuk
sebuah kubus, atau bahkan sebuah kunci pintu dari logam kuningan; terlepas dari apapun bentuk
distribusi muatan bagian dalam ini, fluks listrik yang dihasilkan –dan dengan sendirinya muatan
induksi pada permukaan bola bagian luar– akan tetap sama. Tentu saja, dalam kasus ini
kerapatan fluks akan berubah dari susunan simetris sebelumnya menjadi suatu konfigurasi yang
belum jelas bentuknya, namun sekali lagi, +Q coulomb pada suatu konduktor dalam berwujud
apapun akan menginduksikan muatan –Q coulomb pada permukaan bola yang melingkupi
konduktor. Melangkah lebih jauh lagi, kita dapat menggantikan dua lempeng setengah-bola
Faraday dengan sebuah kaleng ikan sardin, yang kosong namun sepenuhnya tertutup. Muatan Q
coulomb pada kunci kuningan tersebut akan menghasilkan fluks listrik = garis, dan
1
menginduksikan –Q coulomb pada permukaan kaleng sardin.

Penarikan kesimpulan umum dari kesimpulan eksperimental Faraday ini membawa kita
pada pernyataan berikut ini, yang dikenal sebagai hukum Gauss :

Jumlah fluks listrik yang menembus keluar dari sembarang permukaan tertutup sama
dengan muatan total yang terkurung di dalam –atau dilingkupi oleh– permukaan tersebut.
1
Sup ikan sardin di dalam kaleng sebenarnya dapat berfungsi sebagai dielektrikum jika dibutuhkan. Hasil yang
diperoleh akan tetap sama.

6
Kontribusi Gauss, salah seorang matematikawan paling cemerlang yang pernah lahir ke
dunia, sebenarnya bukanlah menyatakan hukum ini dalam bentuk kalimat yang baru saja kita
baca. Namun, ia memberikannya dalam bentuk sebuah persamaan matematika yang sebentar lagi
akan segera kita pelajari.

Marilah kita bayangkan suatu bentuk distribusi muatan (ditampilkan sebagai sebuah awan
muatan di dalam Gambar 3.2) yang dilingkupi oleh sembarang permukaan tertutup. Permukaan
tertutup ini bisa saja diumpamakan berupa sebuah lempengan yang terbuat dari suatu bahan
tertentu di dunia nyata ini, namun secara umum kita dapat membayangkan permukaan tertutup
apapun. Apabila aman muatan di dalam permukaan tertutup mengandung muatan total Q, maka
sebanyak Q coulomb fluks listrik akan menembus keluar dari permukaan. Di setiap titik pada
permukaan tertutup, vektor kerapatan fluks listrik D akan memiliki suatu nilai DS, di mana
subskrip S sekedar mengingatkan kita bahwa D di sini terkait dengan sebuah permukaan
(surface), dan bahwa magnitude dan arahnya akan berubah-ubah dari satu titik ke titik lainnya
pada permukaan.

Berikutnya, kita harus mencari tahu lebih jauh tentang sifat permukaan tertutup tersebut.
Elemen-elemen parsial dari permukaan tertutup adalah vektor permukaan yang memiliki luas
(magnitudo) , dan berbentuk sangat mendekati bidang datar. Namun, untuk mendapatkan
gambaran lengkap mengenai vektor ini, kita masih harus menentukan arahnya di dalam ruang.
Satu-satunya arah unik untuk vektor elemen permukaan ini adalah arah normal terhadap
permukaan, yang merupakan garis tangen untuk permukaan di titik lokasi vektor. Tentu saja,
selalu terdapat dua buah garis normal terhadap suatu permukaan, dan kita menghilangkan
kerancuan ini dengan memilih garis normal “keluar” dari permukaan tertutup.

Ambillah sebuah elemen permukaan parsial di sembarang titik P, dan asumsikan bahwa di
titik itu DS membentuk suatu sudut terhadap , sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar 3.2.
Fluks yang menembus keluar dari dengan demikian adalah hasil kali antara komponen
normal DS dan komponen normal , yaitu

= fluks yang menembus = DS, norm = DS = DS .

di mana definisi hasil kali titik yang kita pelajari di dalam Bab 1 dapat digunakan pada
persamaan ini.

7
Fluks total yang menembus seluruh permukaan tertutup dapat dihitung dengan
menjumlahkan fluks-fluks dari semua elemen permukaan parsial , atau dengan mengambil
limit diferensial untuk fluks-fluks parsial ini dan kemudian mengintegrasikannya,

Integral di dalam persamaan ini adalah integral permukaan tertutup, dank arena elemen
permukaan diferensial dS selalu melibatkan diferensial dari dua buah koordinat, seperti misalnya
dx dy, , atau , maka integral tersebut sebenarnya merepresentasikan
sebuah integral lipat dua. Biasanya, hanya satu tanda integral saja yang digunakan, demi tujuan
keringkasan, dan sebuah huruf S selalu dituliskan di bawah tanda integral untuk menegaskannya
sebagai integral permukaan; meski sebenarnya tidak perlu, mengingat keberadaan dS sudah
cukup untuk mengindikasikan hal ini. Konvensi terakhir yang perlu diperhatikan untuk
persamaan ini adalah penulisan sebuah lingkaran kecil pada tanda integralnya sendiri, yang
mengindikasikan bahwa integral harus dilakukan terhadap sebuah permukaan tertutup.
Permukaan semacam ini dikenal dengan sebutan permukaan Gauss.

Dengan demikian, sekarang kita telah memperoleh rumusan matematis dari hokum
Gauss,

Muatan terkurung ini dapat berupa sekumpulan titik bermuatan, sehingga dalam kasus ini

atau sebuah muatan garis

= ∫

atau sebuah muatan permukaan

= ∫ (tidak harus permukaan tertutup)

atau sebuah bentuk distribusi muatan volume,

8
Bentuk terakhir ini adalah yang paling biasa digunakan, dan kini seharusnya kita telah
mengetahui bahwa distribusi muatan volume dapat dipakai untuk merepresentasikan segala
bentuk distribusi muatan. Dengan memahami hal ini, hukum Gauss dapat dituliskan dalam
konteks distribusi muatan sebagai,

sebuah pernyataan matematis yang secara sederhana mengatakan bahwa jumlah fluks yang
melewati sebuah permukaan tertutup adalah sama dengan muatan di dalam permukaan itu.

Sebagai contoh penerapan hukum Gauss, marilah kita periksa lagi kebenaran hasil-hasil
eksperimen Faraday, dengan menempatkan sebuah muatan titik Q di pusat sebuah sistem
koordinat bola (Gambar 3.3), dan memilih permukaan tertutup berupa sebuah selubung bola
berjari-jari a. Intensitas medan listrik yang dihasilkan oleh muatan titik ini adalah,

9
Elemen luas diferensial untuk sebuah permukaaan bola, di dalam sistem koordinat bola, adalah

atau

Kedua integran dengan demikian dapat diketahui adalah

di mana batas-batas integral ini ditetapkan sedemikian rupa sehingga integrasi dilakukan untuk
seluruh permukaan bola sebanyak sekali saja.2 Penyelesaian integrasi di atas memberikan kita

dan kita mendapatkan sebuah hasil yang memperlihatkan ada Q coulomb fluks listrik yang
menembus keluar dari permukaan bola, yang membuktikan kebenaran hasil-hasil eksperimen
Faraday, berhubung muatan yang terkurung memang sebesar Q coulomb.

Subbab selanjutnya akan menyajikan contoh-contoh penerapan hukum Gauss untuk


memecahkan beberapa soal yang melibatkan simetri-simetri geometris sederhana, dengan
sasaran menentukan intensitas medan listrik untuk distribusi-distribusi muatan dasar.

2
Perhatikan bahwa jika kedua sudut dan memiliki batas dari 0 hingga , maka integrasi ini dilakukan terhadap
seluruh permukaan bola sebanyak dua kali.

10
3.3 APLIKASI HUKUM GAUSS : BEBERAPA DISTRIBUSI MUATAS SIMETRIS

Sekarang marilah kita perhatikan bagaimana kita dapat memanfaatkan hukum Gauss,

untuk menentukan DS jika distribusi muatan di dalam permukaan tertutup dapat diketahui.
Permasalahan ini akan membawa kita pada sebuah contoh persamaan integral, di mana besaran
tak-diketahui yang hendak ditentukan nilainya berada di bawah tanda integral.

Pemecahan persamaan integral ini, dan dengan demikian juga penentuan nilai untuk
besaran tak-diketahui, akan menjadi mudah jika kita dapat menemukan sebuah permukaan
tertutup yang memenuhi dua kriteria sebagai berikut :

1. DS memliki nilai arah normal atau merupakan garis tangen di setiap titik pada
permukaan tertutup, sehingga secara berturut-turut DS . dS akan memiliki nilai DSdS
atau nol.
2. Pada bagian permukaan dimana DS . dS tidak bernilai nol, DS bernilai konstan.

Permukaan semacam ini akan memungkinkan kita untuk mereduksi hasil kali titik kedua
vektor menjadi perkalian dua skalar DS dan dS, dan untuk kemudian mengeluarkan DS dari
bawah tanda integral. Dengan demikian, integrasi yang harus diselesaikan hanyalah ∫ untuk
seluruh bagian permukaan tertutup yang ditembus oleh DS kea rah normal, dan pada dasarnya
integral ini hanyalah mencari luas permukaan tertutup itu.

Satu-satunya hal yang dapat membantu kita menemukan permukaan tertutup yang tepat
adalah pemahaman mengenai simetri yang berlaku di dalam soal, dan pemahaman ini dapat
diperoleh dengan mengingat bahwa intensitas medan listrik dari sebuah muatan titik positif akan
mengarah secara radial keluar dari muatan titik itu.

Marilah sekali lagi kita memperhatikan sebuah muatan titik Q di pusat sistem koordinat
bola, lalu mencoba menentukan sebuah permukaan tertutup yang dapat memenuhi dua kriteria
tersebut diatas. Permukaan yang kita inginkan ini jelas-jelas adalah sebuah selubung bola,
dengan pusat yang berhimpit dengan pusat koordinat bola dan memiliki sembarang jari-jari r. DS
akan normal di setiap titik permukaan ini; DS memiliki nilai yang sama untuk semua titik pada
permukaan.

11
Sehingga, kita dapat menurunkan,

dan karenanya,

Karena r dapat memiliki sembarang nilai dan karena DS mengarah radial keluar,

yang bersesuaian dengan hasil yang diperoleh di dalam Bab 2. Contoh ini memang terasa terlalu
mengambang, dan seseorang boleh jadi membantah bahwa kita harus mengetahui begitu banyak
bentuk medan simetris untuk menentukan permukaan yang tepat, dan bahkan mungkin
permukaan yang kita pilih bukanlah satu-satunya yang memenuhi kriteria. Hal ini memang
benar, dan tak ada cara lain bagi kita untuk mengetahui kebenaran pilihan kita kecuali dengan
membandingkan jawabannya dengan hasil dari hukum kuadtar-terbalik Coulomb. Namun,
contoh ini tetap memberikan sebuah metode alternatif yang dapat digunakan pada soal-soal yang
spesifik, termasuk di antaranya beberapa yang praktis tak terpecahkan oleh hukum Coulomb.

Apakah untuk contoh pertama ini masih ada permukaan lain yang dapat memenuhi kedua
persyaratan di atas? Para mahasiswa seharusnya dapat mengetahui bahwa permukaan-permukaan
semisal kubus dan silinder bukanlah permukaan yang memenuhi kriteria.

Sebagai contoh kedua, marilah kita meninjau sebuah muatan garis yang terdistribusi
secara merata (seragam) pada sumbu z dan membentang dari hingga . Pertama-tama, kita
harus mengetahui benar simetri dari medan yang dihasilkan muatan, dan kita dapat memperoleh
pengetahuan ini dengan menjawab kedua pertanyaan di bawah ini :

1. Terhadap koordinat-koordinat mana medan ini akan berubah, atau dengan kata lain
merupakan fungsi dari variabel-variabel apakah medan D?
2. Komponen-komponen mana saja dari D yang akan muncul di dalam persamaan?
12
Pertanyaan-pertanyaan ini telah dijumpai sebelumnya pada subbab 2.5, saat kita mencoba
memecahkan soal yang sama dengan hukum Coulomb. Ketika itu kita mendapatkan bahwa
dengan mengetahui jawaban-jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini, kita dapat menyusun
sebuah persamaan integral yang jauh lebuh sederhana. Soal ini dapat diselesaikan dengan hukum
Coulomb tanpa memperhatikan simetri, namun pekerjaannya akan jauh lebih sulit.

Tetapi dalam menggunakan hukum Gauss, masalahnya bukan lagi menggunakan simetri
untuk menyederhanakn solusi, karena penerapan hukum Gauss bergantung pada simetri itu
sendiri; jika kita tidak dapat memperlihatkan bahwa suatu bentuk simetri ada di dalam soal,
maka kita tidak dapat menggunakan hukum Gauss untuk memcahkannya. Kedua pertanyaan di
atas kini menjadi “wajib” dijawab.

Dari diskusi sebelumnya mengenai muatan garis seragam, kita telah mengetahui bahwa
medan D hanya memiliki komponen radial, yaitu

dan komponen ini hanya merupakan fungsi dari koordinat ,

Pemilihan permukaan tertutuop kini menjadi lebih mudah, karena satu-satunya permukaan yang
di setiap titiknya akan normal adalah sebuah selubung silinder-lingkaran, dan kita dapat
menjadikan selubung ini permukaan tertutup dengan menambahkan dua buah bidang datar
normal terhadap sumbu z di bagian atas dan bawahnya –layaknya kita menambahkan dua buah
„tutup kaleng‟. Sebuah silinder-lingkaran tertutup berorientasi tangan-kiri, dengan jari-jari dan
dibatasi oleh bidang-bidang datar z = 0 dan z = L, ditampilkan dalam Gambar 3.4.

13
Kita menerapkan hukum Gauss,

dan memperoleh

Dalam konteks kerapatan muatan , muatan total yang terkurung di dalam permukaan
ini adalah

sehingga

atau

Perbandingan dengan hasil dari Subbab 2.4, yaitu persamaan (20), memperlihatkan
bahwa jawaban yang kita peroleh adalah benar, dengan usaha yang jauh lebih sedikit. Setelah
permukaan yang tepat dapat ditentukan, maka integrasi hanya perlu dilakukan untuk menghitung
luas bagian dari permukaan ini yang merupakan normal terhadap D.

14
Permasalahan medan di sekitar sebuah kabel koaksial sangat mirip dengan yang baru saja
kita selesaikan untuk muatan garis, dan merupakan contoh sebuah permasalahan yang sangat
sulit untuk diselesaikan dengan hukum Coulomb. Umpamakan bahwa kita memiliki dua buah
konduktor silindris yang koaksial (sama sumbunya), dengan jari-jari konduktor-dalam sebesar a
dan jari-jari konduktor-luar sebesar b, dan panjang kedua konduktor adalah tak-berhingga
(Gambar 3.5). Kita akan mengasumsikan bahwa muatan terdistribusi secara merata dengan
kerapatan pada permukaan bagian luar dari konduktor-dalam.

Analisis simetri menunjukkan kepada kita bahwa medan dari muatan pada permukaan
silinder-dalam hanya memiliki komponen , dan bahwa komponen ini hanya merupakan fungsi
dari . Sebuah silinder-lingkaran dengan panjang L dan jari-jari , di mana , adalah
pilihan permukaan Gauss yang tepat untuk masalah ini, dan dengan pilihan ini kita segera saja
dapat menuliskan

Muatan total pada bagian sepanjang L dari konduktor-dalam adalah

di mana dari kedua persamaan ini kita memperoleh

Hasil ini dapat dinyatakan dalam konteks muatan per satuan panjang (yaitu, kerapatan muatan
garis), karena konduktor-dalam memiliki coulomb muatan permukaan untuk setiap meter
panjangnya, sehingga bila = , maka

dan solusi ini memiliki bentuk yang sama dengan hasil untuk muatan garis tak-hingga.

Karena setiap garis fluks bermula dari sebuah muatan pada permukaan konduktor-dalam
dan berujung di sebuah muatan negatif pada permukaan bagian dalam dari konduktor-luar,
muatan total pada permukaan bagian dalam konduktor-luar adalah

15
dan kerapatan muatan permukaan untuk konduktor-luar dapat dihitung dengan

yang menghasilkan

Apa yang terjadi jika kita menggunakan silinder dengan jari-jari sebagai permukaan Gauss
kita? Muatan total yang diselubungi oleh permukaan ini akan sama dengan nol, karena terdapat
muatan-muatan yang saling berlawanan tanda dan sama besarnya pada masing-masing
konduktor. Oleh karenanya,

Hasil yang serupa akan diperoleh untuk . Sehingga, sebuah kabel koaksial tidak memiliki
medan pada daerah di luar konduktor bagian luarnya (dengan ini kita membuktikan bahwa
konduktor-luar memang berfungsi sebagai "pelindung" atau "perisai"), dan tidak pula terdapat
medan di bagian dalam konduktor pusat (konduktor-dalam).

Hasil yang kita peroleh di sini dapat pula digunakan untuk sebuah segmen kabel koaksial dengan
panjang berhingga dan kedua ujung yang dibiarkan terbuka, asalkan panjang kabel L jauh lebih
besar dari jari-jari kabel b, sehingga kondisi asimetris yang terjadi di daerah sekitar kedua ujung
kabel tidak akan terlalu mempengaruhi jawaban soal. Segmen kabel semacam ini disebut juga
sebagai kapasitor koaksial. Baik kabel koaksial maupun kapasitor koaksial akan sering kita
jumpai di dalam pembahasan-pembahasan mendatang.

Contoh numerik berikut ini mungkin dapat membantu menguatkan pemahaman Anda.

16
CONTOH 3.2__________________________________________________________________

Asumsikan kita memiliki kabel koaksial sepanjang 50 cm dengan jari-jari konduktor dalam
sebesar 1 mm dan jari-jari konduktor luar sebesar 4 mm. Ruang di antara kedua konduktor
silindris ini diasumsikan berisi udara. Muatan total yang terdapat pada permukaan konduktor-
dalam adalah 30 nC. Kita hendak mengetahui kerapatan muatan pada masing-masing konduktor,
berikut medan-medan E dan D-nya.

Pemecahan. Kita mulai dengan menghitung kerapatan muatan permukaan untuk silinder dalam,

Kerapatan muatan negatif pada permukaan bagian dalam dari konduktor-luar adalah

Medan-medan internal di dalam kabel dapat dihitung dengan:

dan

Kedua persamaan medan ini berlaku pula untuk daerah di mana 1 < < 4 mm, yaitu ruang di
antara kedua konduktor. Untuk daerah-daerah di mana < 1 mm atau > 4 mm, E dan D
bernilai nol.

17
3.4 APLIKASI HUKUM GAUSS: ELEMEN VOLUME DIFERENSIAL

Sekarang kita akan mencoba menerapkan metode berbasis-hukum Gauss ini pada jenis soal yang
berbeda dari sebelumnya –soal-soal yang tidak mengandung bentuk simetri apapun. Secara
sepintas, usaha kita ini nampaknya akan sia-sia belaka, karena tanpa simetri maka sebuah
permukaan Gauss yang sesuai –yaitu permukaan yang di setiap titiknya komponen normal D
akan bernilai konstan atau nol- tidak akan dapat ditentukan. Dan tanpa adanya permukaan Gauss,
persamaan integral untuk medan tidak dapat diselesaikan. Hanya ada satu cara untuk keluar dari
kesulitan ini, yaitu dengan memilih permukaan-permukaan tertutup yang sangat kecil,
sedemikian rupa sehingga D akan mendekati konstan di seluruh permukaan tersebut. Dengan ini,
variasi-variasi kecil dalam nilai D dapat direpreseprentasikan secara cukup baik oleh ekspansi
deret Taylor untuk D. Hasil yang diperoleh akan semakin mendekati kebenaran jika volume yang
dilingkupi oleh permukaan Gauss dibuat semakin kecil, dan pada akhirnya mendekati nol.

Contoh ini juga berbeda dari soal-soal terdahulu, karena di sini kita tidak akan mencoba
menentukan nilai D sebagai jawaban akhir, melainkan mencoba mengetahui bagaimana D
berubah-ubah dari satu titik ke titik lainnya pada permukaan Gauss. Contoh ini akan membawa
kita langsung pada salah satu dari keempat persamaan Maxwell –yang merupakan persamaan-
persamaan fundamental bagi seluruh teori elektromagnetika.

Marilah kita bayangkan sembarang titik P di dalam sistem koordinat persegi, sebagaimana
diperlihatkan dalam Gambar 3.6. Nilai D di titik P dapat dinyatakan dalam komponen-komponen
koordinat persegi sebagai = . Kita memilih sebuah balok persegi
kecil sebagai permukaan tertutup kita, dengan pusat di P dan memiliki panjang x, y, z untuk
ketiga pasang rusuknya. Menerapkan hukum Gauss pada permukaan ini,

18
Untuk dapat menyelesaikan persamaan integral di atas untuk seluruh permukaan balok,
maka integrasi harus dipecah menjadi enam bagian, satu bagian untuk masing-masing sisi balok,

Marilah kita perhatikan bagian pertama dari keenam integrasi di atas dari dekat. Karena
elemen permukaan yang bersangkutan sangat kecil, D praktis tidak akan berubah nilainya
(magnitudo dan arahnya) di seluruh permukaan tersebut, dan

di mana kita haya perlu memperkirakan nilai pada sisi muka balok ini. Sisi muka balok
berjarak dari P, dan oleh karenanya

di mana adalah nilai di titik P, dan di mana sebuah turunan parsial harus dipakai untuk
menyatakan laja perubuhan terhadap variabel x, karena D secara umum juga merupakan fungsi
dari y dan z. Persamaan ini dapat diperoleh dengan cara yang lebih formal, menggunakan suku
konstanta dan suka derivatif pertama dari ekspansi deret Taylor untuk pada titik-titik di
sekitar P.

Dengan demikian kita memperoleh

19
Perhatikan sekarang integrasi untuk sisi belakang balok,

dan

sehingga

Jika kita menggabungkan kedua integral ini, maka kita mendapatkan

Dengan cara yang persis sama kita memperoleh

dan

20
dan hasil-hasil ini disatukan untuk mendapatkan

atau

(7)

Persamaan ini adalah sebuah persamaan pendekatan, atau aproksimasi, yang akan
bertambah akurat jika kita menjadikan semakin kecil, dan pada subbab selanjutnya kita akan
menjadikan mendekati nol. Untuk sementara ini, kita telah menerapkan hukum Gauss pada
permukaan yang melingkupi elemen volume , dan hasilnya adalah persamaan aproksimasi (7)
yang menyatakan

(8)

CONTOH 3.3_________________________________________________________________

Hitunglah nilai perkiraan untuk muatan total yang ada di dalam sebuah volume parsial sebesar
yang berada di pusat koordinat, Jika D = .

Pemecahan. Pertama-tama kita mengerjakan tiga turunan parsial yang ada di dalam
persamaan (8):

21
Di titik pusat, dua persamaan parsial pertama bernilai nol dan persamaan terakhir bernilai 2.
Sehingga, kita dapat memperkirakan bahwa muatan yang ada di dalam elemen volume kecil ini
adalah mendekati (lebh atau kurang) 2 . Jika besarmya , maka muatan di dalam
volume elementer ini adalah sekitar 2 nC.

______________________________________________________________________________

3.5 DIVERGENSI

Sekarang kita akan menurunkan hubungan sebenarnya dari persamaan (7), dengan cara
menciutkan elemen volume hingga mendekati nol. Kita menuliskan persamaan (7) sebagai

atau sebagai nilai limit

di mana tanda mendekati (perkiraan) pada persamaan sebelumnya telah digantikan dengan
sebuah tanda sama dengan. Kita dapat mengetahui dengan cukup jelas bahwa besaran terakhir
dalam persamaan di atas adalah kerapatan muatan volume , dan oleh karenanya

(9)

Ada terlalu banyak informasi di dalam persamaan ini untuk dibicarakan secara sekaligus,
sehingga kita akan menuliskannya menjadi dua buah persamaan yang terpisah,

(10)

(11)

di mana persamaan (11) akan kita simpan dulu untuk dibahas di dalam subbab berikutnya.

22
Persamaan (10) tidak melibatkan besaran kerapatan muatan, dan metode yang kita pakai
pada subbab sebelumnya dapat digunakan pada sembarang vektor A untuk menghitung
∮ untuk sebuah permukaan tertutup kecil. Maka,

(12)

di mana A dapat merepresentasikan kecepatan, gradien suhu, gaya, atau medan vektor apapun.

Operasi matematika ini digunakan dalam begitu banyak pengkajian di berbagai bidang
fisika dalam seratus tahun terakhir. Begitu populemya hingga mendapat sebuah nama sendiri
yang cukup deskriptif: divergensi. Divergensi A didefinisikan sebagai

(13)

dan biasanya disebut dengan nama pendeknya div A. Pengejawantahan fisik dari divergensi
sebuah vektor dapat diketahui dengan memahami makna yang disiratkan oleh operasi di bagian
kanan persamaan (13), di mana kita akan mengasumsikan bahwa A adalah sebuah vektor dari
keluarga vektor kerapatan fluks demi memudahkan pemahaman ini.

Divergensi vektor kerapatan fluks A adalah aliran keluar per satuan volume garis-garis fluks
meninggalkan sebuah permukaan tertutup yang berukuran sangat kecil, di mana volume yang
dilingkupi permukaan ini dijadikan mendekati nol (mendekati besarnya titik).

Interpretasi fisik yang diberikan oleh pernyataan di atas seringkali sangat membantu kita
dalam mendapatkan informasi kualitatif tentang divergensi sebuah medan vektor, tanpa
membutuhkan kalkulasi matematis. Sebagai contoh, marilah kita perhatikan divergensi vektor
kecepatan air di dalam sebuah bak mandi setelah sumbat di bagian dasarnya dibuka. Untuk
sebuah permukaan tertutup yang sepenuhnya berada di dalam air, aliran air yang menembus
keluar dari permukaan ini secara netto akan sama dengan nol, karena air pada dasarnya tidak
dapat dimampatkan dan tidak dapat mengembang. Sehingga, aliran air keluar dari permukaan ini
akan dibarengi oleh aliran air masuk yang sama jumlahnya. Karena itu, divergensi dari vektor
kecepatan air adalah nol.

Akan tetapi, jika kita memperhatikan kecepatan udara di dalam sebuah ban yang baru
saja bocor tertusuk paku, kita dapat mengetahui bahwa udara mengembang seiring dengan
jatuhnya tekanan di dalam ban, dan sebagai akibatnya, untuk sembarang permukaan tertutup di
dalam ban, udara secara netto mengalir keluar. Divergensi vektor kecepatan oleh karenanya lebih
besar dari nol.

23
Untuk sembarang titik di dalam ruang, sebuah nilai positif untuk divergensi suatu vektor
mengindikasikan bahwa titik itu adalah sebuah sumber fluks (source) bagi vektor tersebut.
Sebaliknya, divergensi negatif mengindikasikan titik yang terkait sebagai sebuah pembuangan
fluks (sink). Karena divergensi vektor kecepatan air di dalam bak mandi adalah nol, maka tidak
didapatkan adanya sumber atau pembuangan bagi besaran vektor ini di dalam air.3 Namun, udara
yang mengembang di dalam ban menghasilkan divergensi positif, sehingga setiap titik di dalam
ban dapat dianggap scoagai sebuah sumber.

Dengan konsep baru ini, kita dapat menuliskan kembali persamaan (10) menjadi

(14)

Sekali lagi kita mendapatkan sebuah persamaan yang tidak melibatkan kerapatan muatan.
Persamaan ini dihasilkan dari penerapan definisi divergensi (13) terhadap sebuah elemen volume
diferensial di dalam sistem koordinat persegi.

Apabila definisi divergensi diterapkan pada elemen volume diferensial dari


sistem koordinat silinder, atau pada dari sistem koordinat bola, maka
persamaan divergensi untuk masing-masing sistem koordinat ini dapat diperoleh. Penurunan
persamaan divergensi untuk ketiga sistem koordinat dijabarkan di dalam Lampiran A, dan kita
hanya akan menyajikan hasil-hasilnya di sini:

(15)

(16)

(17)

Persamaan-persamaan ini dapat ditemukan pula di muka dalam sampul belakang buku ini
sebagai rujukan cepat.
3
Penurunan ketinggian air secara perlahan (karena dibukanya sumbat) pada akhimya akan menjadikan elemen
volume kita berada di atas permukaan air. Namun, pada saat permukaan air berpotongan dengan volume kecil ini,
maka divergensi tidak lagi nol dan memiliki nilai positif. Hal ini bertentangan dengan kesimpulan di atas, dan
membuat masalahnya menjadi rumit. Kesulitan ini diatasi dengan menjadikan elemen volume mendekati ukuran
titik.

24
Patut diperhatikan bahwa divergensi adalah sebuah operasi matematika yang dilakukan
pada sebuah vektor, namun hasil yang diberikannya adalah sebuah skalar. Operasi ini
mengingatkan kita pada operasi hasil kali titik, yang merupakan perkalian dua buah vektor yang
menghasilkan sebuah skalar.

Karena satu hal dan lainnya, orang yang baru mengenal divergensi sering sekali
menyalahartikannya sebagai suatu bentuk vektor, dengan membubuhkan vektor-vektor satuan di
antara kuantitas-kuantitas turunan parsial di dalam persamaannya. Divergensi hanya
memberitahukan banyaknya fluks yang menembus keluar dari sebuah permukaan tertutup untuk
setiap satuan volume yang dilingkupi oleh permukaan tersebut; divergensi sama sekali tidak
berhubungan dengan arah.

Kita dapat memahami lebih jelas konsep divergensi ini dengan memperhatikan soal
berikut, yang merupakan kelanjutan dari contoh yang diberikan di akhir Subbab 3.4.

CONTOH 3.4_________________________________________________________________

Carilah div D di pusat koordinat jika D = .

Pemecahan. Kita menggunakan persamaan (14) atau (15) untuk mendapatkan

Nilai divergensi ini adalah konstan, yaitu 2, terlepas dari di mana pun lokasinya. Apabila
satuan untuk medan D adalah , maka satuan div D adalah . Dengan demikian, div D
adalah sebuah kerapatan muatan volume dan gagasan ini akan kita bahas lebih dalam pada
subbab selanjutnya.

3.6 PERSAMAAN PERTAMA MAXWELL (MEDAN ELEKTROSTATIK)

Sekarang kita telah siap untuk menggabungkan semua yang telah kita pelajari dari dua subbab
sebelumnya untuk mengetahui interpretasi dari konsep divergensi dalam kaitannya dengan
kerapatan fluks listrik. Persamaan-persamaan yang diperoleh pada kedua subbab tersebut dapat
dituliskan sebagai

(18)

(19)
dan

(20) 25
Persamaan pertama adalah definisi dari divergensi, dan yang kedua adalah hasil dari
penerapan definisi ini pada sebuah elemen volume diferensial di dalam koordinat persegi;
persamaan kedua adalah persamaan yang dapat kita gunakan untuk menghitung divergensi
sebuah vektor yang dinyatakan dalam koordinat persegi. Persamaan ketiga sebenarnya hanyalah
persamaan (11) yang dituliskan sebagai div D. Persamaan (20) secara otomatis akan kita pahami
jika kita telah mengenal dengan baik konsep divergensi yang didefinisikan oleh persamaan (18),
karena jika hukum Gauss

dijadikan per satuan volume sebagai,

Maka, bila volume dijadikan mendekati nol,

kita dapat melihat bahwa sisi kiri persamaan adalah div D dan sisi kanannya adalah kerapatan
muatan volume,

(20)

Persamaan ini adalah persamaan pertama dari empat persamaan Maxwell yang berlaku
untuk medan elektrostatik, yaitu medan listrik statis dan medan magnet diam, dan menyatakan
bahwa jumlah fluks listrik per satuan volume yang meninggalkan sebuah elemen volume
berukuran sangat kecil adalah sama dengan kerapatan muatan di dalam volume tersebut.
Persamaan ini disebut juga sebagai bentuk titik dari hukum Gauss. Hukum Gauss
menghubungkan jumlah fluks yang meninggalkan sebuah permukaan tertutup dengan muatan
total di dalam permukaan tersebut, dan persamaan pertama Maxwell memberikan pernyataan
yang serupa, namun dalam konteks per satuan volume dan untuk sebuah volume yang begitu
kecil hingga mendekati nol -atau dengan kata lain, muatan pada sebuah titik. Karena divergensi
dinyatakan sebagai jumlah dari tiga buah besaran turunan, makn persamaan pertama Maxwel
dapat pula dikatakan sebagai bentuk diferensial dari hukum Gauss, dan sebaliknya hukum Gauss
dipandang sebagai bentuk integral dari persamaan pertama Maxwell.

26
Sebagai sebuah contoh ilustratif, marilah kita coba untuk menentukan divergensi D pada
daerah di sekitar sebuah titik Q yang berada di pusat koordinat. Kita mengetahui bahwa medan
ini adalah

dan kemudian menggunakan persamaan (17) dari Subbab 3.5, yang merupakan rumus divergensi
untuk sistem koordinat bola:

Karena dan adalah nol, kita mendapatkan

Sehingga, = pada setiap titik di sekitar pusat koordinat, kecuali di titik pusat
koordinat itu sendiri di mana adalah tak-berhingga.

Operasi divergensi tidak hanya dapat diterapkan pada vektor kerapatan fluks listrik saja;
operasi ini dapat digunakan pada setiap medan vektor. Kita akan menerapkan divergensi pada
beberapa medan elektromagnetik lainnya di dalam bab-bab mendatang.

3.7 OPERATOR VEKTOR DAN TEOREMA DIVERGENSI

Jika kita memperhatikan kembali bahwa divergensi adalah operasi matematika pada sebuah
vektor yang memberikan sebuah hasil skalar, sebagaimana halnya perkalian titik dua buah vektor
juga menghasilkan sebuah skalar, maka nampaknya divergensi

dapat pula dikonsepsikan sebagai sebuah operasi titik antara vektor D dengan suatu bentuk
"besaran vektor" lainnya. Perhatikan bahwa kita di sini menggunakan istilah operasi titik –atau
operasi dot– dan bukan perkalian titik, karena hasil yang muncul bukanlah sebuah hasil
perkalian.

27
Untuk tujuan ini, maka kita mendefinisikan operator del sebagai sebuah operator
vektor, yaitu

(21)

Operator-operator skalar yang menyerupai operator ini dapat dijumpai di dalam sejumlah metode
untuk memecahkan persamaan-persamaan diferensial, di mana kita seringkali menggunakan D
untuk menggantikan , untuk dan seterusnya.4 Kita akan menggariskan bahwa,
sesuai dengan definisinya, (dibaca "del") akan diperlakukan sebagaimana layaknya sebuah
vektor biasa, namun bahwa operasi dot sebuah vektor dengannya akan menghasilkan turunan
parsial ketimbang hasil perkalian skalar-skalar.

Dengan demikian, mengindikasikan

Pertama-tama kita mengerjakan perkalian titik antara vektor-vektor satuan seperti biasa, dengan
menghilangkan enam hasil kali titik yang bernilai nol dan menuliskan hanya

di mana ketiga pasang tanda kurung kemudian dibuka dengan menerapkan operasi diferensial:

Hasil akhir ini kita kenal sebagai divergensi vektor D, sehingga kita mendapatkan

4
Jangan sampai Anda merancukan antara operator skalar D ini dengan besaran kerapatan fluks listrik. Anda tak
perlu khawatir, operator tersebut tidak akan kita gunakan lagi di dalam buku ini.

28
Penggunaan notasi jauh lebih umum dijumpai ketimbang penggunaan div D,
meskipun masing-masingnya memberikan keuntungan tersendiri. Menuliskan divergensi sebagai
memungkinkan kita menurunkan dengan mudah dan cepat (bila kita lupa atau tidak hafal
caranya) persamaan diferensial parsial dari divergensi D, namun hal ini hanya bisa dilakukan
untuk sistem koordinat persegi, seperti akan segera kita lihat. Di sisi lain, div D mengingatkan
kita dengan baik akan interpretasi fisik dari operasi divergensi. Di sini, hingga seterusnya nanti
kita akan menggunakan notasi untuk mengindikasikan operasi divergensi.

Operator vektor tidak hanya digunakan untuk operasi divergensi, namun juga untuk beberapa
operasi matematika lainnya yang sangat penting, yang akan kita jumpai di dalam pembahasan-
pembahasan lebih lanjut. Salah satu dari operasi semacam ini adalah , di mana u adalah
sembarang medan skalar, dan operasi ini didefinisikan sebagai

Operator tidak memiliki bentuk yang spesifik di dalam sistem-sistem koordinat, selain
koordinat persegi. Apabila kita membahas D di dalam sistem koordinat silinder misalnya, maka
tetap mengindikasikan divergensi D untuk koordinat silinder, yang bentuk persamaan
diferensial parsialnya adalah

yang kita ambil dari Subbab 3.5. Operator itu sendiri tidak memiliki suatu bentuk tertentu yang
dapat membantu kita menurunkan persamaan di atas. Hal ini berarti bahwa –sebuah besaran
yang belum kita ketahui namanya namun mudah untuk diingat di dalam koordinat persegi -
sementara ini belum dapat kita tuliskan di dalam sistem koordinat silinder. Persamaan yang
dimaksud akan diperoleh saat kita mendefinisikan di dalam Bab 4.

Kita menutup diskusi kita mengenai divergensi dengan menyajikan sebuah teorema yang
akan dibutuhkan untuk beberapa pembahasan di dalam bab-bab mendatang, yaitu teorema
divergensi. Teorema ini berlaku untuk sembarang medan vektor yang bentuk fungsionalnya
dapat memenuhi persamaan diferensial parsial divergensi –yaitu memiliki turunan parsial untuk
ketiga variabel koordinat– meskipun penerapannya paling mudah dilakukan pada vektor
kerapatan fluks listrik. Kita sebenarmya telah menurunkan teorema ini, meskipun belum secara
formal, dan yang kini harus kita lakukan hanyalah menyajikannya dalam bentuk yang lebih jelas
dan terstruktur. Dimulai dari hukum Gauss,

29
dan bila

dan kemudian menggantikan , dengan besaran yang setara

kita mendapatkan bahwa

Persamaan pertama dan terakhir memberikan kita teorema divergensi,

(22)

yang dapat dinyatakan sebagai berikut,

Integrasi dari komponen-komponen normal sembarang medan vektor pada sebuah permukaan tertutup
sama dengan integrasi dari divergensi kerapatan fluks untuk seluruh volume di dalam permukaan tertutup
tersebut.

Sekali lagi, kita akan menegaskan bahwa teorema divergensi berlaku untuk setiap medan
vektor, meskipun di sini kita hanya menurunkannya untuk kerapatan fluks listrik D. Di dalam
pembahasan-pembahasan selanjutnya, kita akan mendapat kesempatan untuk melihat beberapa
penerapannya pada medan-medan vektor lain. Kemudahan utama yang ditawarkan oleh teorema
ini adalah bahwa teorema ini menghubungkan sebuah integrasi lipat-tiga untuk suatu volume,
dengan sebuah integrasi lipat-dua untuk permukaan tertutup yang melingkupi volume tersebut.
Sebagai contoh, lebih mudah bagi kita untuk menemukan kebocoran pada sebuah botol yang
berisi penuh cairan dengan memeriksa aliran keluar cairan dari permukaannya, ketimbang
menghitung kecepatan pergerakan cairan tersebut di dalam botol.

Konseptualisasi fisik dari teorema divergensi menjadi lebih mudah dibayangkan bila kita
memperhatikan sebuah volume v, diperlihatkan dalam Gambar 3.7, yang dibungkus oleh sebuah
permukaan tertutup S. Membagi volume ini menjadi sel-sel kecil berukuran diferensial, dan
kemudian mengamatinya dari dekat akan menperlihatkan kepada kita bahwa fluks-fluks yang
terpencar (diverging) dari sebuah sel akan masuk ke sel-sel yang bersebelahan dengannya,
kecuali jika sel itu berbatasan langsung dengan permukaan S.

30
Sehingga, jumlah netto aliran fluks yang keluar dan memasuki tiap-tiap sel di dalam volume ini
akan sama dengan nol, terkecuali untuk sel-sel yang berbatasan dengan permukaan tertutup, di
mana aliran nettonya adalah sama dengan aliran keluar menembus permukaan tersebut. Singkat
kata, menghitung divergensi fluks untuk seluruh volume akan memberikan hasil yang dengan
menghitung jumlah fluks yang keluar dari permukaan pembungkus volume tersebut.

Marilah kita perhatikan sebuah contoh yang mengilustrasikan teorema divergensi baru
saja kita pelajari.

CONTOH 3.5_________________________________________________________________

Gunakan kedua sisi persamaan teorema divergensi untuk medan = dan


sebuah volume paralelepipedum-persegi yang dibatasi oleh bidang-bidang datar x = 0 dan x = 1,
y = 0 dan y = 2, serta z = 0 dan z = 3.

Pemecahan. Pertama-tama kita akan mengevaluasi ruas integral permukaan (ruas kiri) dari
teorema divergensi. Kita dapat melihat bahwa D sejajar dengan bidang-bidang z = 0 dan z = 3,
sehingga pada kedua permukaan ini = . Untuk keempat bidang lainnya, kita
mendapatkan

31
Akan tetapi, = , dan = , sehingga menyisakan hanya

Karena

ruas integral volume dari teorema divergensi akan menghasilkan

dan kita dapat melihat bahwa kedua sisi teorema divergensi memberikan hasil yang sama.
Mengingat kembali hukum Gauss, kita dapat mengetahui pula bahwa secara sekaligus hasil ini
memberikan muatan total yang ada di bagian dalam bangun, atau terkurung di dalam permukaan
tertutup paralelepipedum tersebut, yaitu 12 C.

32

Anda mungkin juga menyukai