Anda di halaman 1dari 97

BUKU AJAR

MESIN LISTRIK I

(Matakuliah : Jurusan Taknik Elektro)

Disusun oleh:

AIDIL DANAS

Dosen : Teknik Elektro

FAKULTAS TEKNIK & PERENCANAAN


UNIVERSITAS EKASAKTI
PADANG
SILABI : MESIN LISTRIK I

BAB I : PENDAHULUAN

1.1. Dasar kelistrikan


1.2. Listrik Arus Searah

BAB II : PRINSIP DASAR MESIN ARUS SEARAH

2.1. Pengertian dan kegunaan mesin arus searah


2.2. Konsep dasar mesin arus searah
2.3. Konstruksi Mesin Arus Searah
2.4. Prinsip Kerja Mesin Arus Searah
2.5. Rangkaian Ekivalen dan Jenis Mesin Arus Searah
2.6. Aliran Daya dan Efisiensi Mesin Arus Searah

BAB III : KARAKTERISTIK KERJA MESIN ARUS SEARAH


3.1. Karakteristik Beban Nol
3.2. Karakteristik Berbeban
3.3. Karakteristik Luar
3.4. Karakteristik Torsi

BAB IV : KERJA MESIN ARUS SEARAH


4.1. KERJA GENERATOR ARUS SEARAH
4.1.1. Pembebanan Generator Arus Searah
4.1.2. Pemeralelan Generator Arus Searah
4.2. KERJA MOTOR ARUS SEARAH
4.2.1. Pengasutan Motor Arus Searah
4.2.2. Pengaturan Kcepatan Motor Arus Searah
4.2.3. Pengereman Motor Arus Searah

BAB V : PENGUJIAN MESIN ARUS SEARAH


5.1. Pengujian Rotor ditahan ( Brake Test )
5.2. Pengujian Beban Nol ( Swinburne’s Test )
5.3. Hopkipson’s Test ( Back to Back Test )
BAB I
Pendahuluan

1.1. Dasar Kelistrikan


1.1.1. Muatan Listrik
Muatan listrik adalah suatu partikel yang bermuatan negative dan muatan positif
Suatu benda dika takan :
1. Netral, jika jumlah muatan listrik positifnya ( proton ) sama dengan jumlah muatan listrik negatifnya
( electron ).
2. Bermuatan negative, jika kelebihan electron
3. Bermuatan positif, jika kelebihan proton.

Besarnya muatan : 1 elektron = - 1,6 x 10-19 Coulomb


1 Proton = + 1,6 x 10-19 Coulomb
1 netron = 0 Coulomb.

1.1.2. Hukum Coulomb


Gaya Listrik ( F ) antara dua muatan :
a. Berbanding lurus dengan besar muatan-muatan
b. Berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya
c. Tergantung pada mediumnya

Persamaan Gaya listrik untuk dua muatan listrik diudara ( Vakuum) :

k. q1. q2
F = ------------ ……………………………………………………… ( 1 -1 )
r2
dimana :
F = Gaya Listrik ( 1 Newton = 105 dyne )
q1. q2 = muatan listrik ( 1 coulomb = 3 x 109 stat coulomb )
r = jarak antara kedua muatan listrik
k = konstanta perbandingan = 1 / 4πЄ0 = 9x109 N.m2 / Coulomb2
Є0 = konstanta dielektrik antara medium ( Vakuum). Farad/m
8,85 x 10-12 Coulomb2/N.m2

 Jika muatan q1. q2 sejenis, maka gaya listrik berupa gaya tolak.

--------------------------- F
q1 r q2

Gambar. 1.1. dua muatan listrik yang sejenis


 Jika muatan q1. q2 tidak sejenis, maka gaya listrik berupa gaya tarik
F
------------------
q1 r q2

Gambar. 1.2. dua muatan listrik yang tidak sejenis

Contoh soal :
Dua buah muatan listrik masing-masing besarnya 12x10-6 dan 9x10-6 Coulomb, bila kedua
muatan tersebut terletak pada jarak 30 cm. Berapa Gaya yang dialami masing-masing muatan ?
Solusi :
k. q1. q2
F = ------------
r2

12x10-6. 9x10-6
9
F = 9x10 x --------------------- = 10,8 Newton
(0,3)2

1.1.3. Medan listrik


Muatan listrik menimbulkan medan listrik disekitarnya.
Kuat medan listrik di titik P:

𝑭
E = 𝒒 ……………………………………………………………………………..(1-2)
Satuan E=newton/columb(mks);E=dyne/stat coulomb (cgs)

P
+ ------------------ x E
Q F
Gambar `1.3

Dimana:
Q= muatan yang menimbulkan medan listrik.
q = muatan percobaan (+) di titik P.
F = gaya listrik pada muatan dititik P (muatan q)

 Jika q bermuatan listrik positif,E dan F searah.


 Jika q bermuatan listrik negative,E dan F berlawanan arah.
P
+ ------------------ x E
Q F

P
+ -------------------------------- x E
Q F

Gambar.1. 4a dan 1.4b

 Suatu medan listrik dikatakan terdapat pada suatu titik,jika suatu gaya yang bersifat listrik
dialami oleh suatu benda yang ditempatkan dititk itu.

Medan listrik yang disebabkan oleh muatan Q pada titik yang berjarak r (meter) di udara (vakum):

Q
E = k. ……………………………………………………………………………..(1-3)
r2

P
+ ------------------------- x E
Q r

Gambar. 1.5.

1.1.4. Muatan listrik dalam medan magnet


Suatu muatan listrik yang bergerak dal;am muatan magnet akan mendapat gaya magnet (gaya Lorenz) :
Fm = B.v.q.sinα …………………………………………………………………(1-4)
Dimana:
B = kerapatan fluks [weber/m²]
V = kecepatan gerak muatan [m/detik].
q =muatan listrik [coulomb]
α= sudut vantara v (aarah gerak ) dan B

 Dengan aturan tangan kiri dimana :


Arah ibu jari = gaya Lorenz (Fm).
Arah jari telunjuk = arah kerapatan fluks (B).
Arah jari tengah = arah gerak (v) ataupun arah arus (I) yang mengalir.

Jika kawat dialiri dalam medan magnet ,kawat tersebut akan mendapat gaya magnet (gaya
Lorenz).

Fm = B.i.l.sinα …………………………………………………………………(1-5)
Dimana:
l = panjang kawat (m)
i = arus yang mengalir (ampere)
α= sudut vantara i dan B

Contoh soal
Suatu medan magnet dengan rapat fluks 8. 10−4 wb/ m² melintasi kawat panjang 30 cm,yang
dialiri arus sebesar 25 ampere. Tentukan besar dan arah gaya mangnet ,apabila beda sudut
antara arus listrik dan rapat fluksnya sebesar 300

Solusi : i
α Fm = B.i.l.sinα
B Fm = 8.10-4. 25. 0,3 . Sin 300
Fm = 3. 10 -3 Newton
Besarnya Gaya magnet yang timbul sebesar 3. 10 -3 Newton dengan
Arah Fm tegak lurus ke dalam bidang gambar

1.1.5. Induksi elektro magnetic


Jika kawat penghantar a – b digerakan turun naik memotong arah rapat fluks B, secara tegak lurus,
maka terjadi beda potensial Va – Vb yang disebut gaya gerak listrik ( GGL)

Ea-b = Va –Vb = B.l.v (volt) …………………………………………………………………(1-6)

Dimana,
L = panjang kawat ( m )
V = kecepatan gerak naik turun kawat ( m/dtk)
B, l, v harus saling tegak lurus

Adapun persamaan umumnya :


e = (B x v).l (volt) …………………………………………………………………(1-7)

Contoh soal
Kawat lurus panjangnya 2 m, digerakan memotong tegak lurus pada medan magnet dengan
kecepatan 12 m/dtk, sehingga terjdi beda potensial antara ujung-ujung kawat sebesar 1,8 volt.
Berapa rapat fluks medan magnet tsb ?
Solusi :

Ea-b = B.l.v
B = Ea-b / l . v = 1,8 / 12 x 2 = 7,5. 10-2 Weber/m2
1.1.6. Fluks magnet
Fluks magnet adalah banyaknya garis gaya magnet yang melalui suatu kumparan maka :
 Jika B tegak lurus bidang kumparan,
Ф = B.A …………………………………………………………………(1-8)

Dimana,
Ф = fluks magnet ( weber )
A = Luas kumparan ( m2)

 Jika B tidak tegak lurus bidang kumparan, maka :


Ф = B . A. Cosα …………………………………………………………………(1-9)

Dimana,
α adalah sudut apit antara sumbu tegak lurus bidang dan arah ggm B

 Garis-garis gaya listrik adalah :


1. Garis khayal yang dapat menggambarkan arah dan besar medan listrik
2. Berasal dari muatan listrik positif dan berakhir pada muatan listrik negative
3. Merupakan lintasan positif “ bebas “ dimedan listrik
4. Dua garis gaya tersebut tidak pernah saling berpotongan

+ - + -

Gambar. 1.6. garis gaya listrik

1.2. LISTRIK ARUS SEARAH


1.2.1. Elemen Listrik
Rangkaian listrik adalah merupakan hubungan dari suatu elemen-elemen listrik, dimana terdapat paling
sedikit sebuah jalan tertutup yang dapat dialiri arus listrik.
Elemen listrik dibagi atas dua jenis :
1. Elemen aktif, yang berupa sumber energy
2. Elemen Pasif, yang berupa beban listrik.

Rangkaian listrik menurut sumber energy yang melaluinya, dibagi atas :


1. Rangkaian listrik arus searah ( Direct Current )
2. Rangkaian Listrik arus bolak balik ( Alternating Current )
1.2.1.1. Elemen Aktif
Sumber energy yang dapat berbentuk arus maupun sumber tegangan
Contoh : Generator, Akumulator ( accu ), Baterai.

± ±

(a) (b) (c) (d)


Gambar. 1.10. Simbol Sumber Arus dan Sumber tegangan listrik

 Gambar a dan b adalah sumber arus


 Gambar c dan d adalah sumber tegangan
 Gambar a dan c adalah merupakan elemen aktif yang bebas ( Independent ), yaitu sumber
tegangan atau arus yang telah ditentukan tidak akan berubah nilainya, oleh karena adanya
perubahan hubungan jaringan.
 Gambar b dan d adalah elemen aktif yang tergantung pada jaringan, dimana sumber tegangan
atau arus yang akan berubah sesuai dengan perubahan hubungan jaringan.

 Sumber Arus Ideal mempunyai tahanan dalam yang besarnya tak berhingga ( r a = ∞ )
 Sumber tegangan ideal mempunyai tahanan dalam yang besarnya sama dengan nol (r v =0 )
 Gelombang Listrik Arus searah, frekuensi gelombangnya = 0 Hz
 Pada listrik arus searah dikenal dua buah polaritas yang selalu tetap, yaitu ;
+ kutub positif
- Kutub negative

1.2.1.1.1. Arah Arus Listrik


Arus listrik didefenisikan sebagai muatan netto yang mengalir melalui suatu daerah persatuan
waktu ;
dQ
I = ------- ……………………………………………………………………………………………. ( 1 – 12 )
dt

Arus merupakan besaran scalar, tidak tepat kalau arus memiliki arah, yang memiliki arah justru
Rapat Arus ;
I
J = ------ = ∑ n. q. V …………………………………………………………. ( 1 – 13 )
A
Dimana,
J = Rapat arus dalam besaran Vektor ( Amp/m2)
A = Luas daerah yang dialiri arus listrik ( m2 )
n = Jumlah muatan listrik
V = Beda potensial ( volt )
Yang dimaksud dengan muatan netto, diasumsikan dalam dua hal ;
1. Sebagai muatan negative ( electron ),
2. Atau sebagai muatan positif ( Proton)
Ini tergantung dari sudut pandang, dimana untuk kemudahan dalam penerapan teori rangkaian.

1.2.1.1.2. Arus Elektron


Secara fisika, menurut ahli fisika Kebangsaan Denmark “ Niels Bohr “ tahun 1913, menjelaskan
bahwa arus electron adalah hanya muatan yang berupa electron-elektron bebaslah yang dapat
mengalir.
Contoh : sebuah rangkaian listrik, dengan sumber tegangan berupa baterai dan beban tahanan,
yang memperlihatkan arah rapat arus muatan electron ( yang dikenal arus electron )

-------------
3V 1,5 mA 2 kΩ

Gambar 1.11. Arah arus elektron

1.2.1.1.3. Arus Konvensional


Arus konvensional yaitu arus yang arahnya berlawanan dengan arus electron, disini yang dianggap
muatan bebas adalah proton. Hal ini dimaksudkan guna memudahkan asumsi untuk menyelesaikan
masalah rangkaian listrik, sebagai dasar matematis.

------------- >
3V 1,5 mA 2 kΩ

Gambar 1.12. Arah arus Konvensional

1.2.1.2. Elemen Pasif


Elemen pasif pada rangkaian listrik arus searah terdiri :
1. Resistor ( Ohm )
2. Kapasitor ( Farad )
3. Induktor ( Henry )
4. Semikonduktor.
BAB II
PRINSIP DASAR MESIN ARUS SEARAH

2.1. Pengertian dan kegunaan Mesin Arus Searah


Mesin Arus Searah adalah suatu mesin dinamis yang menghasilkan listrik arus searah, atau pun
sumber listriknya didapatkan dari sumber arus searah.
Mesin ini. Dilakukan dengan proses perubahan energy mekanik menjadi energy listrik arus searah
yang disebut “Generator Arus Searah”, dan juga proses perubahan energy listrik menjadi energy mekanik
dimana tenaga gerak tersebut berupa puataran disebut “ Motor Arus Searah “
Generator arus searah, sebagai pembangkit listrik arus searah, banyak digunakan dibengkel-
bengkel, pabrik-pabrik. Kegunaan lainya :
- Untuk member arus pada lampu
- Untuk menggerakan control
- Untuk penggerak
- Untuk dipusat tenaga listrik, sebagai sumber penguat magnet ( exciter) pada generator utama.
Generator DC, bukanlah generator yang penyearahnya dengan system elektronik, melainkan
dengan penyearah mekanik yaitu dengan system komutator. Generator DC yang berdasarkan prinsip
generator AC yang dilengkapi rangkaian penyearah elektronik tidak dapat dioperasikan sebagai motor DC.
Motor Arus Searah, banyak digunakan pada pabrik-pabrik seperti : elevator, conveyer, traksi,
sedangkan untuk kehidupan sehari-hari, untuk peralatan elektronik, mainan anak-anak, dll.
Antara generator DC dan motor DC tidak ada perbedaan kontruksi. Pada prinsipnya motor DC bi
sa dipakai sebagai generator DC, ataupun sebaliknya.

2.2. Konsep Dasar Mesin Arus Searah


2.2.1. Dasar- Dasar Generator Arus Searah
Dalam mempelajari Generator DC, perlu dipelajari dasar-dasar teorinya antara lain :
1. Percobaan FARADAY, yang erat hubunganya dengan prinsip generator. Dan mengandung
pengertian bahwa ; Apabila sepotong kawat penghantar listrik berada dalam medan magnit
berubah-rubah, maka didalam kawat tersebut akan terbentuk GGL Induksi. Demikian sebaliknya bila
sepotong kawat penghantar digerak-gerakan dalam medan magnit, maka kawat penghantar
tersebut juga terbentuk GGL Induksi
Ilustrasi dari prinsip percobaan Faraday;

Gambar. 2.1. ilustrasi pembangkitan GGL Induksi

 Ujung-ujung kumparan dihubungkan dengan galvanometer. Apabila batang magnet


didorong, jarum Galvanometer bergerak, dan kembali diam bila batang magnet dihentikan
mendorongnya.
 Apabila batang magnet diubah arah geraknya ( ditarik) jarum galvanometer, juga bergerak
sesaat dan kembali diam, bila batang magnet dihantikan menariknya.
 Arah penunjukan berlawanan dengan arah penunjukan jarum galvanometer.
 Bergeraknya jarum tersebut disebabkan oleh timbulnya gaya gerak listrik induksi ( GGL ) pada
kumparan. Besarnya GGL Induksi rata-rata :

e = - N . (dФ/dt) volt ………………………………………………… ( 2 – 1 )

dimana,
N = banyak lilitan dari kumparan
dФ= perubahan fluks magnit ( weber )
dt = perubahan waktu dalam satuan detik
( - ) = Arah dari arus induksi, sedemikian rupa sehingga melawan sebab yang
menimbulkanya

Jadi Percobaan Faraday membuktikan bahwa pada sebuah kumparan akan dibangkitkan GGL apabila
jumlah garis gaya yang diliputi oleh kumparan berubah-ubah.
Hal ini dapat dilaksanakan dengan 2 cara yaitu :

1. Kawat penghantar bergerak, jumlah garis gaya yang diliputi tetap.


2. Kawat penghantar diam, jumlah garis gaya yang diliputi berubah.
Dari karena itu pada prinsip kerja dari generator terdapat 3 hal pokok yaitu :
1. Adanya fluks magnet, yang dihasilkan oleh kutub-kutub magnet.
2. Adanya kawat penghantar listrik yang merupakan tempat terbentuknya GGL.
3. Adanya gerakan relative antara fluks magnet dengan kawat penghantar listrik.

3. Hukum lenz
Arah arus induksi di definisikan oleh seorang fisikawan dan ahli geologi rusia, heinrich friedrich
(1808-1865). Pada tahun 1835 ,hokum ini menyatakan “ arah arus induksi (garis gaya ) adalah
sedemikian rupa sehingga melawan penyebab yang menimbulkannya.

Contoh soal

Fluks magnet melalui satu lilitan kumparan berubah dari 5. 10-6 weber menjadi 0 dalam
waktu 3 detik.
Berapakah besarnya ggl yang timbul?
Solusi:
Diketahui:
N = 1 lilitan dФ=5. 10-6 weber t = 3 dtik
Ditaya = E ?

E = - N . dФ/dt
E = - 1. 5. 10-6 / 3 = 1,67.10-6 volt
Gaya gerak listrik yang timbul pada kumparan tersebut sebesar 1,67.10-6 volt.

2. Kaidah Tangan kanan


Kaidah tangan kanan ini, menentukan arah-arah GGL Induks, Garis gaya medan magnit, dan
Gerakan. Ini diilustrasikan pada gambar 2.2. kaidah tangan kanan ( Flamming )

Gambar. 2.2. Kaidah tangan kanan.


3. Percobaan Oerstedt
Percobaan oerstedt merupakan prinsip dasar dari pembuatan kutub magnet buatan, yang
mengatakan bahwa jarum kompas akan menyimpang apabila berada didekat kawat yang ber arus,
atau disekitarnya terdapat medan magnet.
Kesimpulan dari percobaan ini adalah ;
Bahwa disekitar kawat ber arus listrik terdapat medan – medan magnet , maka arah medan magnet
yang terbentuk disekitar kawat.

4. Percobaan Maxwell
Berdasarkan percobaan Maxwell : Bila arus listrik mengalir dalam kawat yang arahnya menjauhi kita
( maju), maka medan-medan magnet yang terbentuk disekitar kawat arahnya searah dengan
putaran jarum jam, sebaliknya bila arus yang mengalir dalam kawat yang arahnya mendekati, maka
medan magnet yang terbentuk disekitar kawat arahnya berlawanan dengan arah jarum jam.

Gambar. 2.3. ilustrasi percobaan maxwelll


5. Hukum biot-savart

Adapun nama dari hukum ini adalah sesuai dengan nama sang penemunya yaitu seorang ahli
matematika dan fisika bangsa prancis. Jean baptiste biot (1774 – 1862),dan rekannya yang juga ahli
fisika ternama bangsa prancis,felix savart (1791 – 1841).

Besarnya induksi magnetic yang timbul pada jarak (r) dari suatu kawat yang berarus yang
panjangnya dl adalah dB (lihat pada gambar (2.4)

μ˳ i.dl.sinɵ
dB = . ………………………………….. (2-2)
4𝜋 𝑟2

weber
dimana: μ˳=12,57x10-7
ampere−meter

weber
K = μ˳= 10-7
ampere−meter
dB

I α
dl

Gambar 2.4. Medan magnet pada kawat ber arus listrik

2.2.2. Dasar- Dasar Motor Arus Searah


1. Percobaan Oerstedt : Sama dengan dasar-dasar Generator DC, yaitu bahwa disekitar kawat ber arus
listrik terdapat medan-medan magnit
2. Percobaan Maxwell ; Sama dengan dasar-dasar Generator DC, yaitu bahwa prinsip dasar dari motor
DC adalah kalau sebuah kawat ber arus diletakan antara kutub magnit ( U – S ), maka pada kawat itu
akan bekerja suatu gaya yang menggerakan kawat itu.
Besarnya Gaya adalah :

F = B . i . l. 10-1 Dyne ………………………………….. (2-3)


Dimana,
B = kerapatan fluks magnit ( Gauss )
i = arus listrik yang mengalir dalam kawat ( Amper )
l = panjang kawat (Cm )

dalam satuan mks,


F = B.i.l Newton ………………………………….. (2-4)
Dimana,
B = kerapatan fluks magnit ( Weber )
i = arus listrik yang mengalir dalam kawat ( Amper )
l = panjang kawat ( m )

Jika sebuah belitan terletak dalam medan magnit yang homogen, maka karena kedua sisi belitan,
mempunyai arus yang arahnya berlawanan, sehingga arah gerakan seperti ditunjukan pada gambar.
3. Kaidah Tangan Kiri ; Menentukan arah gerak belitan

2.3. Konstruksi Mesin Arus Searah


1. Frame 2. Kutub medan Stator 3. Sikat 4. Komutator 5. Rotor 6. Belitan Jangkar

Gambar. 2.5. Bentuk konstruksi Mesin Arus Searah

2.3.1. Frame ( rangka )


Rangka mesin arus searah , seperti juga mesi-mesin listrik lainya, yang secara umum mempunyai tiga
fungsi yaitu :
1. Sebagai sarana pendukung mekanis untuk mesin secara keseluruhan.
2. Tempat meletakan Belitan Stator.
3. Membawa fluks magnetic yang dihasilkan oleh kutub-kutub mesin.

Untuk mesin kecil, biasanya rangkanya terbuat dari besi tuang, tetapi untuk mesin besar, umumnya
rangka terbuat dari baja tuang atau baja lembaran.
Bagian dalam Rangka di laminasi supaya untuk mengurangi rugi-rugi inti. Selain itu rangka juga memiliki
permeabilitas yang tinggi, disamping kuat secara mekanis.
Pada frame mesin DC terdapat papan nama ( name plate) yang bertuliskan spesifikasi umum atau data-
data teknik generator maupun motor. Juga Terdapat Terminal BOX yang merupakan tempat ujung-ujung
belitan jangkar dan penguat yang berfungsi sebagai mempermudah dalam penggantian susunan belitan
penguat magnit, dan memudahkan untuk memeriksa kerusakan yang mungkin terjadi pada belitan
jangkar, maupun belitan penguat tanpa membongkar mesin.
Tanda-tanda dari ujung belitan dari setiap pabrik atau Negara mempunyai normalisasi huruf tertentu.
Seperti :
Huruf-huruf pada terminal menurut system VEMET & VDE
Bagian mesin/Belitan VEMET VDE
Belitan jangkar B - b A - B
Belitan Shunt F - f C - D
Belitan seri S -s E - F
Belitan Penguat terpisah E -e I - K

2.3.2. Kutub Medan Stator


Fluks magnet medan penguat atau fluks magnit medan utama dihasilkan oleh kutub-kutub magnit
buatan yang dibuat dengan prinsip elektromagnetis.
Kutub magnet terdisi dari :
- Inti kutub
- Dan sepatu kutub.
Adapun funsi dari sepatu kutub adalah :
1. Menyebarkan fluks pada celah udara.
2. Mengurangi Reluktansi jalur magnit, karena merupakan bidang lebar.
3. Pendukung secara mekanis untuk belitan medan utama atau belitan medan penguat.
2.3.3. Sikat-sikat
Sikat terbuat dari karbon, grafit, atau campuran karbon-grafit yang dilengkapi dengan pegas
penekan dan kontak sikatnya. Besarnya tekanan pegas dapat diatur sesuai dengan keinginan.
Sikat berfungsi untuk jembatan bagi aliran arus dari belitan jangkar dengan beban. Disamping itu
untuk terjadinya komutasi.
2.3.4. Komutator
Komutator terbuat dari batangan tembaga yang dikeraskan, yang diisolasi dengan bahan sejenis
mika. Adapun fungsinya adalah untuk mengumpulkan arus listrik dari konduktor jangkar, dan
mengkonversikanya menjadi arus searah melalui sikat.
Komutator terdiri dari :
- Komutator Bar, yang merupakan tempat terjadinya pergesekan antara komutator dengan sikat.
- Riser, bagian yang menjadi tempat hubungan komutator dengan ujung dari juluran belitan
jangkar.

Isolator yang digunakan yang terletak antara segment-segment komutator dengan poros
jangkar, menentukan kelas dari generator berdasarkan kemampuan terhadap suhu yang timbul
dalam mesin. Jadi disamping sebagai isolator terhadap listrik, juga harus mampu terhadap
panas tertentu.
Berdasarkan jenis isolator yang digunakan, dari kemampuan panas dikenal kelas-kelas sebagai
berikut :
a. Kelas A : katun, sutera alam, sutera buatan, kertas
b. Kelas B : Serat Asbes, Serat Gelas
c. Kelas C : mika, gelas, kwarsa, porselin, keramik.

2.3.5. Jangkar.
Rotor yang umumnya digunakan dalam generator DC adalah yang berbentuk silinder yang diberi
alur-alur pada permukaanya untuk tempat melilitkan belitan jangkar yang tempat terbentuknya GGL
induksi.
Jangkar dibuat dari bahan ferromagnetic, dengan maksud agar belitan-belitan terletak dalam daerah
yang induksinya besar, supaya GGL induksi yang terbentuk dapat bertambah besar. umumnya alur
atau slot tidak hanya diisi satu sisi belitan, tetapi diisi lebih dari satu sisi belitan yang disusun secara
berlapis.

2.3.6. Belitan Jangkar.


Belitan jangkar merupakan bagian yang penting pada mesin arus searah. Pada generator DC belitan
jangkar merupakan tempat terjadinya GGL, sedangkan pada motor DC berfungsi untuk tempat
timbulnya torsi.
Pada prinsipnya belitan jangkar terdiri dari :
a. Sisi belitan aktif, yaitu bagian sisi belitan yang terdapat dalam alur jangkar yang merupakan
bagian yang aktif ( terjadi GGL Induksi sewaktu generator bekerja ).
b. Kepala belitan, yaitu bagian dari belitan yang terletak diluar alur yang berfungsi sebagai
penghubung satu sisi belitan aktif dengan sisi belitan aktif lainya.
c. Juluran, yaitu bagian ujung belitan yang menghubungkan sisi aktip dengan komutator.
2.3.6.1. Perhitungan besar-besar listrik belitan jangkar

Adapun jumlah konduktor dalam belitan jangkar adalah :

Z = 2CN ………………………………….. (2-5)


Dimana,
C = jumlah segment komutator atau jumlah belitan pada rotor
N = jumlah lilitan setiap belitan

Normalnya bentangan belitan adalah 1800 listrik ( sisi belitan yang satu berada ditengah suatu kutub,
dan sisilainya berada ditengah kutub yang berbeda polaritasnya ). Sedangkan secara fisik kutub yang
ada tidak saling terletak 1800 mekanis.
Adapun untuk menentukan hubungan sudut dalam derajat mekanis dan derajat listrik dapat dipakai
persamaan berikut :
ϴ listrik = (p/2) ϴ mekanis ………………………………….. (2-6)

 Belitan yang membentang 1800listrik memiliki tegangan yang sama antar sisi-sisinya dan
berlawanan arah setiap waktu. Belitan ini disebut belitan kisar penuh ( full-pitch coil).
 Belitan yang bentanganya kurang dari kisar kutubnya (1800listrik) disebut belitan kisar fraksi (
fraction – pitch coil) atau belitan tali busur ( Chorded winding)
Adapun hubungan antara belitan rotor dengan segmen komutatornya terbagi atas 2 macam :
1. Belitan Progresif ( progresif winding), yaitu yang sisi belakang belitan dihubungkan ke sebuah
segment komutator mendahului belitan sebelumnya.
2. Belitan Retrogresif ( Retrigressive winding), yaitu belitan yang sisi belakangnya dihubungkan ke
sebuah segment komutator membelakangi belitan sebelumnya.

C -1 C C +1 Segment C -1 C C +1

Belitan progresif Belitan Retrigresif


Gambar. Belitan Progresif dan retrogresif.
Kontruksi belitan jangkar rotor ada 3 macam yaitu :
1. Belitan Jerat/ Gelung ( Lap Winding)
Konstruksi kumparat jerat/gelung diilustrasikan sebagai berikut :
YD
YB
YJ YJ

YK

Gambar. Belitan jerat.

YK = ± m ………………………………….. (2-7)

Dimana,

YK = Kisar komutator ( Comutator pitch )


( + ) = hubungan belitan progresif
( - ) = hubungan belitan Retrogresif
m = kelipatan belitannya ; m = 1 simpleks ; m = 2 dupleks ; m = 3 trpleks, dst.

YJ = YD - YB ………………………………….. (2-8)

Dimana,

Y = kisar belitan ( pitchs of winding)


YJ = Kisar resultan/kisar jumlah ( resultant pitch )
YD = kisar depan
YB = kisar belakang

Jadi pada belitan jerat/gelung, banyaknya jalur arus parallel :


a =m.p ………………………………….. (2-9)
Dengan banyaknya jalur arus pada belitan jerat, maka tepat diaplikasikan pada sisitem tegangan
rendah, dan arus tinggi, karena arusnya dapat dibagikan oleh banyak jalur arus parallel tersebut.
Kelemahan :
 Timbul pemanasan yang berlebih ( over heating ), karena pemakaian yang cukup lama,
mengakibatkan permukaan bearing aus akibat gesekan, dan akan menyebabkan belitan bagian
bawah akan lebih dekat kekutubnya. Akibat ini terjadi tegangan yang lebih besar pada jalur arus
belitan bagian bawah dibandingkan dengan belitan bagian atas.
 Karena semua jalur terhubung parallel, ini menyebabkan timbulnya arus sirkulasi melalui sikat-
sikatnya.
 Karena resistansi belitan sangat kecil, perbedaan tegangan yang kecil saja dapat menyebabkan
arus sirkulasi yang besar, hingga memberikan efek pemanasan berlebih.
2. Belitan Gelombang ( Wave Winding)
Belitan gelombang disebut juga belitan seri, dan konstruksinya dapat digambarkan sebagai berikut
:

YB
YJ YD

YK

Gambar. Belitan Gelombang.

Pada belitan jenis ini, karena jalur arusnya lebih sedikit dari pada belitan gelung, maka sikatnya
pun lebih sedikit, namun untuk mengurangi besarnya arus yang mengalir pada sikat-sikat yang
ada, ditambahkan sikat ektra.

Belitan gelombang cocok untuk mesin DC bertegangan tinggi, karena jumlah belitan yang
terhubung seri antar segment komutator memungkinkan tegangan tinggi lebih mudah
dibangkitkan.

Pada belitan gelombang, kisar komutator ( YK ) relative lebih besar, sebab ujung-ujung belitan
harus dihubungkan dengan segment-segment komutator yang berjarak hamper 3600 listrik.

Dimana persamaan sebagai berikut :

YJ = YD + YB ………………………………….. (2-9)

YK = ( C ± 1 ) / (p/2) ………………………………….. (2-10)

Banyak jalur arus parallel adalah sebanyak :

a=2.m ………………………………….. (2-11)


yang mana,
YK = kisar komutator
C = jumlah komutator
P = jumlah kutub

3. Belitan Kaki Katak


Belitan kaki katak merupakan gabungan dari jenis belitan gelung dengan belitan gelombang,
dimana belitan gelombang berfungsi sebagai penyama ( equalizers ) dari belitan gelung.

Belitan gelung

Belitan gelombang

Gambar. Belitan kaki katak ( belitan penyama mandiri )

Adapun Banyaknya alur arus adalah :


a = 2p. mlap ………………………………….. (2-12)

dimana;

mlap = kelipatan belitan gelungnya

Contoh soal :

Tuliskan table uaraian gulungan belitan jerat simpleks 2 lapis dari generator DC kutub 4
yang memiliki 20 slot. Berapa besar kisar Depan, dan Kisar belakang?.

Solusi :

Generator DC jenis belitan Gelung simpleks 2 lapis

P=4 C = 20 N = 1

Z = 2.C. N = 2 x 20 x 1 = 40 konduktor

Hubungan antara segment komutator dengan belitan rotor adalah belitan progresif.

Jadi,

YD = Z/p -1 = 40/4 -1 = 9 YB = Z/p + 1 = 40/4 + 1 = 11


Tabel uraian :

Hubungan Depan Hubungan belakang

12 ke ( 12 – 9 ) = 3 1 ke ( 1 + 11 ) = 12
14 ke ( 14 – 9 ) = 5 3 ke ( 3 + 11 ) = 14
16 ke ( 16 – 9 ) = 7 5 ke ( 5 + 11 ) = 16
18 ke ( 18 – 9 ) = 9 7 ke ( 7 + 11 ) = 18
20 ke ( 20 – 9 ) = 11 9 ke ( 9 + 11 ) = 20
22 ke ( 22 – 9 ) = 13 11 ke (11 + 11 ) = 22
24 ke ( 24 – 9 ) = 15 13 ke ( 13 + 11 ) = 24
26 ke ( 26– 9 ) = 17 15 ke (15 + 11 ) = 26
28 ke ( 28 – 9 ) = 19 17 ke (17 + 11 ) = 28
30 ke ( 30 – 9 ) = 21 19 ke ( 19 + 11 ) = 30
32 ke ( 32 – 9 ) = 23 21 ke ( 21 + 11 ) = 32
34 ke ( 34 – 9 ) = 25 23 ke ( 23 + 11 ) = 34
36 ke ( 36 – 9 ) = 27 25 ke ( 25 + 11 ) = 36
38 ke ( 38 – 9 ) = 29 27 ke ( 27 + 11 ) = 38
40ke ( 40 – 9 ) = 31 29 ke ( 29 + 11 ) = 40
2 ke ( 42 – 9 ) = 33, karena 42 >Z, maka 42-40= 2 31 ke ( 31 + 11 ) = 42
4 ke ( 44 – 9 ) = 35, karena 44 >Z, maka 44-40= 2 33 ke (33 + 11 ) = 44
6 ke ( 46 – 9 ) = 37, karena 46 >Z, maka 46-40= 6 35 ke ( 35 + 11 ) = 46
8 ke ( 48 – 9 ) = 39, karena 48 >Z, maka 48-40=8 37 ke (37 + 11 ) = 48
10ke ( 50 – 9 ) = 41, karena 50 >Z, maka 50-40=10 39 ke (39 + 11 ) = 50

Karena 41 > Z, maka 41 – 40 = 1


Jadi 10 ke 1

Ilustrasi sket hubungan belitan :


Bagian belakang
12 14 16 18 20 22 24 26 28 30 32 34 36 38 40 2 4 6 8 10

1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 1
Bagian depan

2.4. Prinsip Kerja Mesin Arus Searah


Berdasarkan fungsinya mesin arus searah dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu Generator DC dan Motor
DC. Generator DC berfungsi untuk mengkonversikan energy mekanik menjadi energy listrik arus searah.
Motor DC berfungsi untuk mengkonversikan energy listrik arus searah menjadi energy mekanik.

2.4.1. Prinsip Kerja mesin arus searah sebagai Generator


Prinsip dasar pembangkitan tegangan induksi pada generator DC :
Suatu konduktor yang panjang l berada dalam medan magnet yang homogen dengan kerapatan B
weber/m2, dan dengan arah masuk kedalam kertas ( x ), digerakan oleh suatu penggerak mula dengan
kecepatan v m/det, maka pada konduktor akan dibangkitkan tegangan induksi sebesar :

e = B. l. v volt ………………………………………………… (2. 13 )


Dimana,
e = tegangan induksi (Volt)
B = kerapatan fluks (weber/m2)
l = panjang konduktor ( m )
v = kecepatan gerak konduktor ( m/det)

x x x x x x
B e
x x x l x x x v

x x x x x x

Gambar. 2.6. Ilustrasi pembangkitan tegangan induksi, sebagai


Akibat pergerakan konduktor didalam medan magnet.

Konsep diatas dianalogikan untuk pembangkitan tegangan induksi pada generator DC, dimana medan
magnet dibangkitkan oleh kumparan medan/penguat, penggerak konduktor adalah rotasi, dan
konduktor membangun belitan jangkar.
Maka pada generator DC, akan didapat persamaan :
e = B(ɵ). l. v
dimana, v = 2 ω m. r

jadi, e = 2B(ɵ).l. ωm. r ………………………………………………… (2. 6 )

dimana;
e = tegangan induksi rata-rata

2B(ɵ) = Ф / A = kerapatan fluks rata-rata


Ф = fluks magnetic per kutub
A = 2πrl / p = luas area per kutub
l = panjang jangkar

Penyederhanaan persamaan (2.6 ) dengan mensubtitusikan komponen diatas, maka menjadi


persamaan berikut :
e = 2. Ф / A .l. ωm. r
= 2. {Ф /(2πrl / p)} .l. ωm. r
e = [(Ф. P)/ π]. ωm ………………………………………………… (2. 7)

Jika , jumlah total lilitan pada belitan jangkar adalah N, dan jumlah rangkaian parallel adalah a, maka
tegangan induksi pada jangkar :
E = N/a. e
E = (Np/ πa). Ф. ωm ………………………………………………… (2. 8)

Karena Generator DC memiliki 2 jenis model Belitan yaitu belitan Gelombang, dan belitan Gelung.
Jadi penyesuaian persamaan GGL :
 Untuk Belitan Gelombang : memiliki jalur Paralel 2, dan jumlah konduktor yang terhubung seri
pada satu jalur , N = Z / 2.
Z = jumlah koduktor jangkar ( Jumlah slot x jumlah konduktor/slot )
GGL yang dibangkitkan setiap jangkar adalah :
EA = (Np/ πa). Ф. ωm
EA = [( Ф. p. ωm )/ πa]. Z/2
EA = (Z.p. Ф. ωm )/ 2πa ………………………………………………… (2. 9)
Dimana,
Z.p/ 2πa = C ( konstanta belitan jangkar )

Sehingga didapat persamaan GGL yang dibangkitkan belitan jangkar yaitu ;


E = C. Ф. ωm Volt ………………………………………………… (2. 10)

 Untuk belitan Gelung ( Jerat ) : memiliki jalur parallel yang sama dengan jumlah kutub ( p ) dan
jumlah konduktor yang terhubung seri pada satu jalur sebanyak = Z/p, maka :
Persamaan GGL yang dibangkitkan setiap jalur;
EA = (Np/ πa). Ф. ωm
E = [(Ф. ωm .p)/ πa.] . Z/p
E = [(p/πa). Ф. ωm ]. Z/p
E = (Ф. ωm. Z) / πa ………………………………………………… (2. 11)
Secara umum GGL yang dibangkitkan Generator :
EA = [(p/πa). Ф. ωm ]. N ………………………………………………… (2. 12)
Dimana,
Np/ πa = C ( konstanta belitan jangkar )

Contoh soal :
Suatu mesin arus searah 4 kutub mempunyai jangkar dengan 51 slot, setiap slot terdiri dari 20
konduktor. Fluks per kutub 7 mWb. Mesin diputar pada putaran 1500 rpm, dan jumlah lintasan
parallel adalah 4. Berapa tegangan induksi yang dibangkitkan pada jangkar yang hubungan belitan
jangkarnya bentuk gelombang?

Solusi :

Tegangan induksi yang dibangkitkan pada jangkar

EA = (Z.p. Ф. ωm )/ 2πa
Ф = 7 x 10-3 Wb ; Z = 51 x 20 = 1020 ; a = 4 ; p = 4 ; n = 1500 rpm

ωm = 2π. n/60

EA = (1020 x 4 x (7 x 10-3) x 2π. 1500/60 )/ 2πx 4

EA = 178,5 volt

2.4.2. Prinsip Kerja mesin arus searah sebagai Motor


Prinsip dasar pembangkitan gaya elektromagnetik
Pada motor DC adalah sebatang konduktor panjang l
meter dialiri dengan arus listrik sebesar i amper.
Konduktoe berada dalam medan magnet
x x x x x x homogen dengan kerapatan B Weber/m2 dan
B dengan arah kedalam kertas. Keadaan ini menurut
F x x x l x x x Lorentz akan dihasilkan gaya elektromagnetik pada
Konduktor sebesar :

x x x x x x F = B. i. l Newton ……………………..…… (2. 13)

Gambar. 2.6. Ilustrasi pembangkitan Gaya Elektromagnetik

Dimana,
F = Gaya Elektromagnetik ( Newton )
i = Arus listrik ( Amper )

Analogi untuk motor arus searah, gaya elektromagnetik yang terjadi pada konduktor motor adalah :
f c = B(ɵ). l. ic …………………………………………..…………………..…… (2. 14)
dimana,
ic = ia / a = arus mengalir pada setiap konduktor
ia = arus jangkar.

Torsi elektromagnetik yang dihasilkan adalah :


Te = f c . r …………………………………………..…………………..…… (2. 15)
Analogi untuk motor DC
Te = B(ɵ). l. ia / a . r …………………………………………..…………………..…… (2. 16)

Torsi elektromagnetik rata-rata adalah :


Te = B(ɵ). l. ia / a . r = [( Ф. P ) /2πa] . ia …………………..…………………..…… (2. 17)
Total Torsi Elektromagnetik pada motor :
Te = [( N. Ф. P )/ πa]. ia = [( Z. Ф. P )/2πa]. ia ……………..…………………..…… (2. 18)
Dimana,
(N. P )/ πa = Z. P )/2πa = Ca konstanta belitan jangkar motor.
Sehingga didapat ;
Te = Ca. Ф. ia ……………..…………………..…… (2. 19)

Contoh soal :
Suatu jangkar motor shunt 4 kutub, jumlah alur 60, tiap alur terdapat 20 penghantar, lilitan
gelombang tunggal, fluks efektif tiap kutub 23 mWb, hitung Torsi keseluruhan yang
terbangkit dalam Newton-meter untuk arus jangkar sebesar 50 A.

Solusi :
Te = [( Z. Ф. P )/2πa]. ia

Te = [( 60x20 . 23x10-3. 4 )/2π4]. 50

Te = 22 N-m

Tugas 1 :

1. Sebuah Belitan dengan panjang 8 inch terdiri dari 20 lilitan, berada didalam medan magnet,

yang kerapatan garis gaya magnit 3000 gauss. Apabila belitan dialiri arus listrik 30 Amper,

hitunglah gaya yang bekerja pada tiap-tiap sisi belitan ( dalam satuan N – m )

Cat : 1 Weber = 104 gauss ; 1 inch = 2,54.10-2 meter

2. Suatu Generator DC, 4 kutub dengan 782 konduktor jangkar yang membangkitkan tegangan

400 volt, berputar dengan kecepatan 1200 rps. Hitunglah Fluks yang terdapat pada generator,

jika jangkar :

a. Dengan belitan hubungan gelombang

b. Dengan belitan hubungan gelung ( jerat )


2.4.3. Prinsip Penyearahan tegangan listrik Mesin Arus Searah
Pada generator DC, ,penyearahan dilakukan secara mekanis dengan menggunakan alat yang disebut
komutator, yang mempunyai bentuk yang sama dengan cincin seret yang dibelah dua dengan pemisahnya
bahan isolator.

Masing-masing belahan komutator dihubungkan dengan sisi belitan tempat terbentuknya GGL.
Komutator I dihubungkan dengan sisi AB, dan komutator II dihubungkan dengan sisi CD. Belitan ABCD
berputar, maka sikat-sikat bergesekan dengan komutator-komutator secara bergantian. Peristiwa ini
disebut dengan Komutasi.

Proses komutasi menyebabkan terjadinya penyearahan yang prinsipnya sebagai berikut :


Pertama-tama sisi AB berada pada kedudukan 0, dan sisi CD pada kedudukan berlawanan yaitu
6. Saat ini sikat-sikat berhubungan dengan isolator kedua komutator, berarti sikat-sikat
berpotensial nol. Jadi sisi AB dan CD tidak terbentuk GGL.
Belitan berputar terus, sisi AB bergerak ke 3, dan sisi CD berada di 9. Pada sisi AB terbentuk
GGL yang arahnya menjauhi, sedangkan sisi CD arahnya mendekati, maka pada saat tsb
komutator I dan sikat E berpotensial negative, sedangkan komutator II dan sikat F berpotensial
positif.
Saat berikutnya sisi belitan AB berada di posisi 6 dan CD di posisi 0, maka sikat-sikat
berpotensial nol, karena GGL yang terbentuk masing-masing belitan adalah nol, dan sikat-sikat
berhubungan dengan isolator.
Dari keterangan diatas didapat kesimpulan bahwa ; Walaupun GGL yang terbentuk pada sisi-sisi
belitan merupakan listrik arus bolak balik, namun potensial sikat-sikat selalu tetap.
Karakteristik Interval (waktu ) proses penyearahan tegangan pada mesin arus searah.
Interval proses penyearahan tegangan diilustrasikan dalam bentuk karakteristik hubungan arus sebagai
fungsi waktunya.

IA Δt

1/2

1/4

0 t0 t1 t2 t3 t4 t5 t
-1/4

-1/2

Gambar. 2.7. Kurva proses penyearahan tegangan mesin DC

Langkah-langkah penyearahan arus listrik oleh komutator


Pada waktu t1 : Segment komutator tepat berimpit pada sikat, saat ini arus listrik dari dua jalur
parallel seluruhnya sebesar ½ IA + ½ IA = IA, yang mengalir melalui segment komutator sebelah
kanan ke sikat. Arus yang mengalir pada kumparan k adalah sebesar ½ IA kearah kanan.
Pada waktu t2 : Segment komutator berhimpit pada sikat dengan perbandingan 1 : 3 antara
segment komutator sebelah kiri dan kanan, sehingga arus listrik yang mengalir pada dua jalur
parallel juga proposional dengan perbandingan bagian komutator yang berhimpit dengan sikat,
distribusi arusnya : segment komutator sebelah kiri sebesar 1/4IA, dan segment komutator sebelah
kanan sebesar 3/4 IA. Arus yang mengalir pada kumparan k adalah sebesar 1/4IA kearah kanan.
Waktu t3 : Sikat tepat berada ditengah-tengah segmen komutator, sehingga harus yang mengalir
terdistribusi menjadi 2 bagian yang sama besar, sehingga kumparan k tidak ada arus yang mengalir
( nol ).
Waktu t4 : Sikat berhimpit dengan segmen komutator sebelah kiri dan kanan dengan
perbandingan 3 : 1, sehingga arus listrik yang mengalir pada dua jalur parallel juga proposional
dengan perbandingan bagian komutator yang berhimpit dengan sikat, distribusi arusnya : segmen
komutator sebelah kiri sebesar ¾ IA dan segmen komutator sebelah kanan sebesar ¼ IA . Arus yang
mengalir pada belitan k adalah sebesar ¼ IA kearah kiri.
Pada wktu t5 : Segment komutator tepat berhimpit dengan sikat, arus listrik dari dua jalur parallel
seluruhnya sebesar ½ IA + ½ IA = IA, mengalir melalui segment komutator sebelah kiri ke sikat.
Besarnya arus yang mengalir pada belitan k adalah sebesar ½ IA kearah kiri.
Perpindahan arah arus yang terjadi pada belitan k (belitan jangkar) yang berputar pada medan magnet,
menyebabkan GGL membentuk gelombang searah, seperti pada gambar dibawah ini :

2.4.4. Masalah Komutasi pada Mesin Arus Searah


Komutasi adalah saat dimana terjadinya pergantian arah arus pada harga positif ke negative pada suatu
belitan yang menghasilkanya. Peristiwa ini akan terjadi bila belitan melewati garis netral, pada waktu
belitan-belitan tersebut bergerak dari daerah antara permukaan kutub U ke kutub S atau sebaliknya.
Gambar dibawah me ilustrasikan pergantian arah arus dari suatu kumparan.
Pada mesin DC, peristiwa komutasi menyangkut kerja dari komutator dan sikat yang berperan dalam
proses pengambilan arus oleh beban dari jangkar yang berputar. Proses terjadi adalah proses pengubahan
arus bolak balik yang dibangkitkan oleh belitan jangkar menjadi arus searah yang dipakai oleh rangkaian
luar ( beban).
Pemindahan arus berlangsung dari jangkar yang berputar melalui sikat-sikat yang diam. Dengan adanya
gesekan dan bunga api akibat pemindahan arus, bahan sikat perlu dipilih yang cocok dan diperhitungkan
agar kerugian tegangan pada sikat sekecil mungkin.
Ada 3 keadaan dalam proses komutasi yaitu :
1. Sebelum hubung singkat, arus mengalir dalam satu jurusan
2. Waktu hubung singkat, terjadi hanya beberapa saat saja.
3. Sesudah hubung singkat, arus mengalir dalam jurusan yang berlawanan dengan keadaan.

Dari gambar diatas dapat dijelaskan :

a. Sebelum hubung singkat


 Komutator dan satu kumparan jangkar, bergerak searah dengan arah putaran jarum jam.
 Karena kumparan bergerak dari kedudukan 1 ke kedudukan 2,arah arus pada kumparan adalah
kekiri menuju sikat positif.
b. Selama hubung singkat
 Kemudian belitan terhubung singkat oleh sikat negative
 Pada kedudukan tsb Apabila sisi belitan memotong fluks magnit, akan timbul tegangan yang
mengakibatkan timbulnya arus hubung singkat.
c. Sesudah hubung singkat
 Untuk itu, daerah tersebut perlu dibuat daerah bebas fluks ( garis netral) misal dengan
memasang kutub bantu
 Akhirnya belitan tersebut melewati garis netral, lalu memotong garis gaya, sehingga arus itu
membalik mengalir kekanan.

Hal-hal yang menyebabkan komutasi Jelek adalah :


1. Kemungkinan adanya arus hubung singkat yang besar
2. Sifat induktansi dari kumparan yang melawan saat terjadi pembalikan arus.
Dalam proses komutasi mesin arus searah terdapat 2 masalah utama yang mempengaruhi kinerja mesin
tersebut, yaitu :
1. Reaksi jangkar
2. Tegangan = L . di/dt

2.4.5. Reaksi Jangkar


Apabila belitan medan stator ( medan Utama )dihubungkan ke sumber dan rotor diputar oleh daya
mekanik, maka tegangan yang diinduksikan pada konduktor rotor. Tegangan ini akan disearahkan oleh
komutator.
Pada saat beban dihubungkan ke terminal mesin, arus listrik akan mengalir pada belitan jangkarnya.
Aliran arus ini akan menghasilkan medan magnet sendiri disebut medan jangkar ( medan lintang).
Bila generator berbeban, arus pada belitan jangkar membangkitkan suatu gaya gerak magnit ( ggm )
yang disebut medan jangkar atau medan lintang, dan terletak tegak lurus medan utama.

Medan utama disebelah kiri kutub U dilemahkan oleh sebagian medan lintang ( medan jangkar) dan
disebelah kanan diperkuat ( lihat gambar dibawah ini ). Pada kutub S medan utama disebelah kanan
dilemahkan dan disebelah kiri diperkuat oleh sebagian medan lintang.

Pengaruh medan jangkar terhadap medan utama disebut Reaksi Jangkar.


Karena medan utama dan medan jangkar timbul bersama-sama, sehingga akan menyebabkan
perubahan arah medan utama ( lihat Gambar diatas). Garis netral A’B’ tegak lurus dengan medan
paduan, yang berkisar sebesar sudut α dari garis netral teoritis. Pada Generator pergeseran ini
mengikuti arah putaran.
Kawat-kawat yang terletak pada garis netral AB, diwaktu jangkar berputar, maka kawata-kawat ini tidak
memotong suatu garis gaya. Tapi bila terjadi reaksi jangkar garis netral bergeser letaknya, kawat-kawat
yang melampaui garis netral AB akan memotong garis gaya.
Untuk sikat generator yang dipasang pada komutator yang terletak pada garis netral AB harus
dipindahkan letaknya agar tidak timbul bunga api. Kalau sikat tidak digeser komutasi akan jelek, karena
sikat terhubung dengan kawat yang mengandung tegangan. Jadi pergeseran sikat sesuai dengan
pergeseran garis netral.
Lengkung medan generator DC
Andaikata jalan garis gaya hanya pada daerah didalam kutub maka gambar grafik agan segi empat.

Penghamparan garis-garis gaya menyebabkan pula medan yang lemah dalam ruangan antara kedua
kutub itu sehingga mengakibatkan jalan medan uatama yang landai.
Jalan medan jangkar tidak dengan medan utama. Medan utama dan medan jangkar bersama-sama
menghasilkan medan paduan. Dan Garis netral bergeser meliputi sudut α.
Masalah serius yang ditimbulkan Reaksi Jangkar ada 2 yaitu :
1. Pergeseran Bidang Netral.; Dimana Bidang netral magnetis adalah sebagai bidang didalam mesin,
dimana kecepatan gerak belitan rotor benar-benar parallel dengan garis fluks magnetis, sehingga
GGL induksinya pada konduktor dari bidang tersebut benar-benar nol.
2. Pelemahan Fluks ; Kebanyakan mesin bekerja pada kerapatan fluks yang dekat titik jenuhnya,
karena pada lokasi di permukaan kutub, dimana ggm rotor menambahkan ggm kutub, sehingga
terjadi peningkatan kerapatan fluks ( ΔФu ). Tetapi jika pada lokasi permukaan kutub dimana ggm
rotor mengeliminir ggm kutub, terdapat penurunan kerapatan fluks (ΔФ d ) yang lebih besar : ΔФu
< ΔФd , sehingga penjumlahan rata-rata kerapatan fluks yang terjadi adalah kerapatan fluks kutub
yang semakin berkurang.
Pada Generator : Akibat pelemahan fluks, adalah pengurangan nilai pasokan tegangan ke beban.
Pada Motor : Akibat pelemahan fluks, akan menyebabkan, khususnya motor DC parallel akan
berputar demikian cepatnya hingga tak terkendali.
Mengatasi Pengaruh Reaksi Jangkar
Pengaruh reaksi jangkar yaitu berpindahnya garis netral yang mengakibatkan timbulnya bunga api
pada saat komutasi. Untuk itu generator DC dirancang sedemikian, dimana penyebab reaksi jangkar
dilawan denga suatu medan, dengan besar dan arahnya yang tepat.
Mengatasi pengaruh reaksi jangkar dapat diatasi dengan 2 cara yaitu :
1.Penambahan kutub Bantu.
Kutub bantu adalah kutub kecil yang terletak antara pertengahan kutub Utara dan Selatan,
ditengah-tengah garis netral teoritis. Belitan penguat kutub bantu dihubungkan seri dengan
belitan jangkar. Hal ini disebabkan medan lintang tergantung pada arus jangkar.

Pada gambar distribusi medan generator DC yang dilengkapi dengan kutub bantu, sikat-sikat
tidak perlu di geser-geser lagi meskipun terjadi reaksi jangkar, proses komutasi tidak akan
timbul bunga api.
Bila pergantian arus selama komutasi, waktu hubung singkat, tidak uniform dikatakan komutasi
lebih atau komutasi kurang.

2.Belitan kompensasi.
Belitan kompensasi adalah belitan yang trdisi dari sekumpulan penghantar yang diletakan
didalam alur ( slot) pada permukaan kutub utama, sehingga dengan demikian akan
menimbulkan medan lintang yang langsung melawan medan jangkar.
Belitan kompensasi dihubungkan seri dengan belitan jangkar.

2.4.6. Tegangan L. di/dt


Tegangan L. di/dt yang terjadi pada segment komutator yang terhubung singkat oleh sikat-sikat (
inductive kick ).
Sebagai contoh, dimisalkan arus pada sikat ( IA ) sebesar 400 A, arus tiap jalur ½ IA sebesar 200 A. Saat
segment komutator terhub singkat, arus yang melalui segment komutator terbalik arahnya. Jika mesin
berputar dengan kecepatan 800 rpm, dan mesin memiliki 50 segment komutator, maka tiap segmen
komutator berpindah pada sikat selama t = 0,0015 detik. Sedangkan rentang/kisar perubahan arus
terhadap waktu pada rangkaian terhubung singkat rata-rata sebesar di/dt = 400/0,0015 = 266,667
amper/detik.
Dengan induksi yang kecil pada rangkaian, Tegangan V = L. di/dt yang signifikan akan diinduksikan pada
segment komutator.
Tegangan tinggi ini secara alami menyebabkan adanya percikan bunga api pada sikat-sikat mesin.

2.4.7. Mengatasi Masalah Komutasi pada Mesin Arus Searah


Dalam mengatasi permasalahan yang timbul akibat proses komutasi ada 3 cara yaitu :
1. Pergeseran sikat ( brush shifting)
2. Kutub-kutub komutasi ( Comutating interpoles)
3. Belitan Kompensasi ( Compensating Windings)
2.4.7.1. Pergeseran sikat
Ide dasarnya adalah memindahkan sikat seirama dengan perpindahan bidang netral untuk menghindari
percikan bunga api yang mungkin timbul.
2.4.7.2. Penambahan kutub-kutub komutasi
Ide dasr jika nilai tegangan pada kawat-kawat yang sedang melakukan proses komutasi dibuat menjadi
nol, maka tidak akan terdapat percikan bunga api pada sikat. Untuk itu dipasang kutub-kutub kecil (
kutub komutasi) ditengah-tengah antara kutub-kutub utama. Belitan kutub komutasi dipasang seri
dengan belitan jangkar.
Perlu dicatat : Bahwa dengan metode ini mesin dapat beker pada daerah operasi motor maupun
generator, karena ketika mesin berubah fungsi dari motor menjadi generator, arus dirotor maupun
antar kutub akan berubah polaritasnya, karena efek tegangan yang mungkin timbul dapat tetap
ditiadakan.
2.4.7.3.Pemberian Belitan Kompensasi
Penambahan belitan kompensasi, bertujuan untuk mengeliminir distorsi yang timbul akibat reaksi
jangkar. Fluks yang timbul akibat reaksi jangkar diimbangi oleh fluks yang ditimbulkan oleh belitan
kompensasi yang besarnya sama dan berlawanan. Ketika beban berubah, maka reaksi jangkar yang
berubah akan selalu diimbangi oleh fluks belitan kompensasi, sehingga bidang netral tidak akan
bergeser.
2.5. Rangkaian Ekivalen dan Jenis Mesin Arus Searah
Berasarkan hubungan belitan penguat ( belitan medan ) dengan belitan jangkar, maka jenis mesin arus
searah tediri dari :
1. Mesin arus searah berpenguatan terpisah.
2. Mesin arus searah berpenguatan sendiri.
2.5.1. Mesin arus searah berpenguatan terpisah ( Separately excited )
Pada jenis ini fluks medanya dipasok dari sumber daya yang terpisah dari mesin itu sendiri ( penguatan
medan berasal dari sumber arus searah luar ).
A. Mesin DC sebagai Generator berpenguatan terpisah ( Separately excited Generator ).
Fluks medanya dipasok dari sumber yang terpisah dari generator itu sendiri, sebagaimana
diilustrasikan pada rangkaian ekivalen generator DC berpenguatan terpisah dibawah ini.

Gambar. rangkaian ekivalen generator penguatan terpisah

Dari gambar rangkaian ekivalen diatas terlihat :


E = GGL yang dibangkitkan oleh jangkar ( Volt )
Ra = tahanan jangkar ( Ohm )
Ia = arus yang mengalir pada jangakar ( Amper )
IL = arus beban ( Amper )
Em = tegangan sumber arus searah untuk penguatan medan ( Volt )
Rm = tahanan medan penguat ( Ohm )
Im = arus medan penguat ( Amper )
Analisis :

Ia = IL
Vt = E - Ia . Ra - Δvsi ……………..…………………..…… (2. 20)
E = Ca . Ф . ωm = IL. RL ……………..…………………..…… (2. 21)
Ф = Cm . Im ……………..…………………..…… (2. 22)
Im = Em / Rm ……………..…………………..…… (2. 23)

Poutput = Vt . IL ……………..…………………..…… (2. 24)

Dimana,
Poutput = daya keluaran jangkar

B. Mesin DC sebagai Motor berpenguatan terpisah ( Separately excited Motor ).


Jenis motor DC sama dengan jenis generator DC. Sebenarnya suatu mesin DC dapat dipakai sebagai
generator dan dapat pula dipakai sebagai motor.
If
Ia Ra I
+
Vf -
Rf M Eb Vt

RRheo
Gambar. Rangkaian ekivalen motor DC berpenguatan terpisah

Dari gambar ekivalen diatas, maka persamaan yang menyatakan hubungan besaran tegangan, arus,
daya dan tahanan dapat ditulis sebagai berikut :
Analisis :
Ia = I
Vt = Eb + Ia . Ra + Δvsi ……………..…………………..…… (2. 25)
E = Ca . Ф . n ……………..…………………..…… (2. 26)
Ф = C f . If ……………..…………………..…… (2. 27)
If = Vf / Rf ……………..…………………..…… (2. 28)
Pinput = Vt . I ……………..…………………..…… (2. 29)
Dimana,
Pinput = daya masukan motor ( Watt )
Eb = GGL lawan ( Volt )
Ra = tahanan jangkar ( Ohm )
Ia = arus yang mengalir pada jangakar ( Amper )
I = arus dari Jala-jala ( Amper )
Vf = tegangan sumber arus searah untuk penguatan medan ( Volt )
Rf = tahanan medan penguat ( Ohm )
If = arus medan penguat ( Amper )

Contoh soal :

1. Suatu motor DC berpenguatan terpisah, jangkarnya terdiri dari 192 penghantar, 70%
dari penghantarnya langsung dibawah permukaan kutub pada setiap saat. Kerapat fluks
dibawah kutub sebesar 52000 garis gaya per-inch2, dan diameter jangkar serta
panjangnya 12 inch, dan 4,5 inch.
Hitung :
a. Besar arus tiap penghantar jangkar untuk torsi 120 lb-ft
b. Arus jangkar bila garis edarnya 2
c. GGL lawan jika tegangan terminal 220 volt, tahanan jangkar 0,05 Ohm dan rugi
tegangan sikat total 2 volt.
Solusi :

a). T = F x r

120 = F x (12/2 x 1/12)

F = 120 / 0,5 = 240 lb = ( B.l.i ) / 11.300.000.

i = (11.300.000 x F) / B. l

i = (11.300.000 x 240) / (192 x 0,7 x52000) . 4,5 = 86,23 Amper

b). Ia = 2 x 86,23 Amper = 172,46 Amper

c). Vt = Eb + Ia . Ra + Δvsi

220 = Eb + ( 172,46 x 0,05 ) + 2

Eb = 209,38 volt

2.Suatu Generator arus searah berpenguatan bebas, melayani beban 450 Amper, pada
tegangan terminal 230 v. Tahanan jangkar 0,03 ohm, rugi tegangan pada sikat total 2 volt.
Hitung:
1. tegangan yang dibangkitkan, jika arus medan untuk membangkitkan fluks
dipertahankan sebesar 4 Amper, tegangan sumber DC penguatan 220 volt, tahanan
belitan medan 50 ohm
2. Besarnya tahanan pengatur arus masuk belitan medan ?
Solusi.

1. Vt = E - Ia . Ra - Δvsi

230 = E - ( 450 x 0.03) - 2

E = 245,5 volt

2. Im = Em / Rm

pada rangkaian medan penguat dipasang tahanan atur seri dengan tahanan belitan

penguat.sehingga persamaan :

Im = Em / (Rm + RRheostat)

4 = 220 / ( 50 + RRheostat)

RRheostat = (220 – 200) / 4 = 5 ohm

2.5.2. Mesin arus searah berpenguatan Sendiri.


Pada mesin arus searah, Penguatan untuk medan magnetnya diambil dari terminal mesin itu sendiri.
Atau memperoleh arus pmagnetan dari dalam mesin itu sendiri. Oleh karena itu arus kemagnetanya
terpengaruh oleh nilai-nilai tegangan dan arus. Dalam hal ini medan magnet yang dapat menimbulkan
GGL, ditimbulkan oleh adanya “ Remanensi magnit “ ( magnet sisa ) pada kutub-kutubnya. Ada 3 jenis
mesin DC berdasarkan penguatan sendiri yaitu :
1. Mesin DC berpenguatan Shunt ( Paralel )
2. Mesin DC berpenguatan Seri
3. Mesin DC berpenguatan Kompon.
2.5.2.1.Mesin arus searah berpenguatan Shunt
A. Mesin DC sebagai Generator berpenguatan Shunt
Pada Generator ini , fluks medanya diperoleh dari rangkaian medan yang dihubungkan parallel
dengan belitan jangkarnya.
Gambar. rangkaian ekivalen generator penguatan Shunt

Dari rangkaian ekivalen diatas dapat dianalisa, besaran tegangan, arus, dan daya sebagai berikut :
Ia = Ish + IL ……………..…………………..…… (2. 30)
Ish = Vt / Rsh ……………..…………………..…… (2. 31)
Vt = E - Ia . Ra - Δvsi ……………..…………………..…… (2. 32)
Poutput = Vt . IL ……………..…………………..…… (2. 33)

B. Mesin DC sebagai Motor berpenguatan Shunt

Ia ISh

Ra

Vt
M
Eb RSh

Gambar. Rangkaian ekivalen motor DC berpenguatan Shunt

Dari gambar ekivalen diatas, maka persamaan yang menyatakan hubungan besaran tegangan,
arus, daya dan tahanan dapat ditulis sebagai berikut :
Analisis :
Ia = I - Ish ……………..…………………..…… (2. 34)
If = Ish = Vt / Rsh ……………..…………………..…… (2. 35)

Vt = Ea + Ia . Ra + Δvsi ……………..…………………..…… (2. 36)


Pinput = Vt . I ……………..…………………..…… (2. 37)

2.5.2.2.Mesin arus searah berpenguatan Seri


A. Mesin DC sebagai Generator berpenguatan Seri
Pada Generator ini , fluks medanya diperoleh dari rangkaian medan yang dihubungkan Seri dengan
belitan jangkarnya, sehingga medanya mendapat penguatan jika arus bebanya ada.
Itu sebabnya generator seri selalu terkopel dengan bebanya, kalau tidak, maka tegangan terminal
tidak akan muncul.

Gambar. rangkaian ekivalen generator penguatan Seri


Dari rangkaian ekivalen diatas dapat dianalisa, besaran tegangan, arus, dan daya sebagai berikut :
Ia = Ise = IL ( Amper) ……………..…………………..…… (2. 38)
Vt = E - Ia . Ra – ISe . RSe - Δvsi
Vt = E - Ia ( Ra + RSe ) + Δvsi (volt) ……………..…………………..…… (2. 39)
Poutput = Vt . IL
Atau,
Poutput = Vt . Ia (watt) ……………..…………………..…… (2. 40)

B. Mesin DC sebagai Motor berpenguatan Seri

Ia ISe

Ra

Vt
M
Eb

Gambar. Rangkaian ekivalen motor DC berpenguatan Seri

Dari gambar ekivalen diatas, maka persamaan yang menyatakan hubungan besaran tegangan, arus,
daya dan tahanan dapat ditulis sebagai berikut :
Analisis :
Ia = I = Ise ……………..…………………..…… (2. 41)
Vt = Ea + I ( Ra +Rse ) + Δvsi ……………..…………………..…… (2. 42)
Pinput = Vt . I ……………..…………………..…… (2. 43)

2.5.2.3.Mesin arus searah berpenguatan Kompon


A. Mesin DC sebagai Generator berpenguatan Kompon
Generator ini, mempunyai 2 belitan medan yakni yang satu diparalel dengan belitan jangkar, yang
lainya diseri dengan belitan jangkar.
Generator DC Kompon terbagi atas :
1. Menurut susunan rangkaian belitan medan :
a. Kompon Pendek
b. Kompon panjang

2. Menurut arah arus yang mengalir pada belitan medan :


a. Kompon komulatif ; karena arah arus yang mengalir pada belitan medan seri searah dengan
arus yang mengalir di belitan medan shunt, terbagi atas :
- Kompon lebih ( over compound)
- Kompon kurang (under compound)
- Kompon rata (flat Compound)

b. Kompon Diferensial ; karena arah arus yang mengalir di medan seri berlawanan arah
dengan arus yang mengalir pada medan shunt.
Untuk generator DC kompon, arus yang mengalir pada medan seri ada kalau dibebani, kadang-
kadang arus beban terlalu besar sehingga medan seri perlu ditambahkan tahanan pembagi
(diverter resistance).

Add.1. Menurut susunan rangkaian belitan medan


a. Generator kompon Pendek
Generator DC, yang mana belitan medan serinya dihubungkan dekat ke beban.

Gambar. rangkaian ekivalen generator penguatan kompon pendek

Dari gambar rangkaian ekivalen generator dc kompon pendek, dapat dituliskan persamaan yang
menyatakan hubungan besaran tegangan, arus, dan daya, tahanan sebagai berikut :
Ise = IL ( Amper)
Ia = ISh + ISe ……………..…………………..…… (2. 37)
ISh = (Vt + ISe . RSe) / RSh ……………..…………………..…… (2. 38)
Vt = E - Ia . Ra – ISe . RSe - Δvsi ……………..…………………..…… (2. 39)
Poutput = Vt . IL
Atau,
Poutput = Vt . IL (watt) ……………..…………………..…… (2. 40)

b. Generator kompon Panjang


Generator DC, yang mana belitan medan serinya dihubungkan dekat ke belitan jangkar.

Gambar. rangkaian ekivalen generator penguatan kompon panjang

Dari gambar rangkaian ekivalen generator dc kompon panjang, dapat dituliskan persamaan
yang menyatakan hubungan besaran tegangan, arus, dan daya, tahanan sebagai berikut :

Ise = Ia ( Amper)
Ia = ISh + IL ……………..…………………..…… (2. 41)
ISh = Vt / RSh ……………..…………………..…… (2. 42)
Vt = E - Ia . Ra – ISe . RSe - Δvsi
Vt = E - Ia .( Ra + RSe) - Δvsi ……………..…………………..…… (2. 43)
Poutput = Vt . IL
Atau,
Poutput = Vt . IL (watt) ……………..…………………..…… (2. 44)
Add.1. Menurut arah arus yang mengalir pada belitan medan
a. Kompon Komulatif
Rangkaian ekivalen generator dc jenis ini, terdiri dari 2 macam rangkaian ekivalen, yaitu
terhubung kompon panjang dan yang terhubung kompon pendek.
Total GGM pada mesin dc ini :

F = Fsh + Fse – Fa ……………..…………………..…… (2. 45)

dimana,
Fsh = ggm yang dihasilkan oleh medan shunt = Nsh . ISh
Fse = ggm yang dihasilkan oleh medan seri = Nse . ISe
Fa = ggm yang dihasilkan olehbelitan jangkar
Ia = Ise
Dan,
F = Nsh . IShj ……………..…………………..…… (2. 46)

IShj = arus medan akibat reaksi jangkar


Sehingga didapat :
IShj = ISh + (Nse / Nsh). Ia - Fa/ Nsh ……………..…………………..…… (2. 47)

ISe IL

Ia Rse ISh

Fa Ra Fse

Fsh RSh Vt
G
Ea

Gambar. rangkaian ekivalen generator dc komulatif kompon panjang


IL

Ia ISh ISe

Ra

RSh Vt
G
Ea

Gambar. rangkaian ekivalen generator dckomulatif kompon pendek

Analisis :

Ia = Ish + IL ……………..…………………..…… (2. 48)

Vt = Ea – Ia ( Ra + Rse) ……………..…………………..…… (2. 49)

Ish = Vsh / Rsh ……………..…………………..…… (2. 50)

b. Kompon Differensial
Sama halnya dengan generator dc jenis kompon kumulatif, kompon differensial memiliki dua
rangkaian ekivalen yaitu kompon panjang dan kompon pendek. Dimana ggm saling
mengurangi.

ISe IL

Ia Rse ISh

Fa Ra Fse

Fsh RSh Vt
G
Ea

Gambar. rangkaian ekivalen generator dc differensial kompon panjang


Total GGM pada mesin dc ini :

F = Fsh - Fse – Fa ……………..…………………..…… (2. 51)

Sehingga didapat :
IShj = ISh - (Nse / Nsh). Ia - Fa/ Nsh ……………..…………………..…… (2. 52)

Ia = Ish + IL ……………..…………………..…… (2. 53)

Vt = Ea – Ia ( Ra + Rse) ……………..…………………..…… (2. 54)

Ish = Vsh / Rsh ……………..…………………..…… (2. 55)

B. Mesin DC sebagai Motor berpenguatan Kompon


1a. Motor kompon Pendek
Motor DC, yang mana belitan medan serinya dihubungkan dekat ke Sumber tegangan.

Ia ISh ISe

Ra

RSh Vt
M
Eb

Gambar. rangkaian ekivalen motor penguatan kompon pendek

Dari gambar rangkaian ekivalen motor dc kompon pendek, dapat dituliskan persamaan yang
menyatakan hubungan besaran tegangan, arus, dan daya, tahanan sebagai berikut :

Ise = IL ( Amper)
Ia = I - ISh ……………..…………………..…… (2. 56)
ISh = (Vt - ISe . RSe) / RSh ……………..…………………..…… (2. 57)
Vt = E + Ia . Ra + ISe . RSe + Δvsi ……………..…………………..…… (2. 58)
Poutput = Vt . I (watt) ……………..…………………..…… (2. 59)

1b. Motor kompon Panjang


Motor DC, yang mana belitan medan serinya dihubungkan dekat ke belitan jangkar.

Ia ISe ISe

Ra

RSh Vt
M
Eb

Gambar. rangkaian ekivalen generator penguatan kompon panjang

Dari gambar rangkaian ekivalen motor dc kompon panjang, dapat dituliskan persamaan yang
menyatakan hubungan besaran tegangan, arus, dan daya, tahanan sebagai berikut :

Ise = Ia ( Amper)
Ia = I - Ish ……………..…………………..…… (2. 60)
ISh = Vt / RSh ……………..…………………..…… (2. 61)
Vt = E + Ia . Ra + ISe . RSe + Δvsi ……………..…………………..…… (2. 62)
Pinput = Vt . I (watt) ……………..…………………..…… (2. 63)

Contoh soal :

1. Generator DC penguatan terpisah mempunyai data sbb:


Vt = 234 volt ; RL = 117 ohm ; Ra = 1 ohm
Hitung :
a. Arus Jangkar
b. GGL. Induksi jika kerugian sikat diabaikan.
Solusi :

Ia = IL

IL = Vt / RL = 234 / 117 = 2 Amp


Ia = IL = 2 Amp

E = Vt + Ia . Ra + ΔVsi

E = 234 + 2x1 + 0

E = 236 vplt

2. Generator DC penguatan Shunt 30 kW , 250 volt. keadaan berbeban tegangan


jangkar 265 volt dan arus pada belitan penguatan magnet 1,5
Hitung :
a. Tahanan penguatan medan magnit.
b. Tahanan belitan jangkar (Penurunan tegangan pada sikat-sikat diabaikan)
Solusi :

a. RSh= V / ISh = 250 / 1,5 = 166,7 ohm


b. IL = P / Vt = 30000 / 250 = 120 Amp
Ia = IL + IL = 120 + 1,5 = 121,5 Amp
E = Vt + Ia . Ra + ΔVsi
Ra = (E – Vt) / Ra)
= ( 265 – 250 ) / 121,5 = 0,1235 ohm

3. Generator kompon panjang 100 kW, 500 volt, tahanan jangkar 0,03 ohm, tahanan
medan shunt 125 ohm, tahanan medan seri 0,01 ohm, dipasang tahanan diverter
parallel dengan tahanan seri.
Tentukan ;
a. Tahanan diverter untuk beban penuh
b. GGL induksi pada beban penuh.
Solusi :

a. IL = 100000 / 500 = 200 Amp


ISh = 500 / 125 = 4 Amp
Ia = IL + ISh = 200 + 4 = 204 Amp
ISe = Ia – Id = 204 – 54 = 150 Amp
Rd = (ISexRSe) / Id = (150x0,01) / 54 = 0,0274 ohm
b. E = Vt + Ia . Ra + ISexRSe + ΔVsi
E = 500 + (204x0,03) + (150x0,01) + 0
E = 507, 52 volt

4. Sebuah motor Shunt 115 volt mempunyai tahanan jangkar 0,22 ohm. Jumlah kerugian
tegangan pada sikat total 2 volt.
Hitung :
a. Arus hangkar bila GGL lawan 108 volt
b. Arus jangkar bila GGL lawan 106 volt.
Solusi :

a. Ia = ( Vt - E – Δvsi ) / Ra
Ia = ( 115 – 108 – 2 ) / 0,22 = 22,7 ohm
b. Ia = ( 115 – 106 – 2 ) / 0,22 = 31,8 ohm
2.6. Aliran Daya dan Efisiensi
Pada mesin DC, mengubah daya mekanik menjadi daya listrik, atau sebaliknya mengubah daya listrik
menjadi daya mekanik mengalami proses sebagai berikut :
Sebagai Generator :
1. Daya mekanik yang digunakan memutar generator ( Pmk), akan berubah menjadi daya listrik dalam (
Pd = E . Ia ). Proses perubahan ini mengalami kerugian daya akibat gesekan as dengan bantalan,
jangkar dengan udara, dan sikat dengan komutator, kerugian ini disebut rugi daya angin dan
gesekan ( Pa&g ), sehingga :
Dari proses Pmk Pd diperoleh persamaan :

Pmk = Pd + Pa&g …………………………………………………….. ( 2-64 )

2. Daya listrik dalam ( Pd ) berubah menjadi daya listrik luar ( Pout = Vt . IL ) Proses perubahan ini
mengalami kerugian daya akibat adanya rugi-rugi tembaga pada lilitan jangkar dan lilitan medan ( Ptb
= I2a.Ra + I2se.Rse + I2sh.Rsh ) , serta rugi-rugi akibat adanya rugi inti besi ( Pb ), sehingga :
Dari proses Pd Pout diperoleh persamaan :

Pd = Pout + Ptb + Pb …………………………………………………….. ( 2-65)

Rugi-rugi inti besi dan rugi-rugi tembaga, keduanya menimbulkan panas, seingga disebut juga
kerugian Joulle ( Pj = Ptb + Pb ) diperoleh persamaan :
Pd = Pout + Pj
atau,
Pout = Pd - Pj ………………………………………………….. ( 2-66)

Pmk Pd Pout

Pa&g Pj
Gambar. Diagram proses pengubahan Pmk Pout
Oleh karena dalam proses pengubahan daya mekanik menjadi daya listrik menimbulkan bermacam-
macam kerugian, sehingga didapat bermacam daya guna atau effisiensi (rendamen) yaitu :

a. Effisiensi bruto ( ηb ) ; Yaitu perbandingan dalam prosen antara daya listrik dalam dengan daya

mekanik. Dengan persamaan :


Pd
ηb = x 100% …………………………………………………….. ( 2-67)
Pmk

b. Effisiensi Elektric ( ηe ) ; Yaitu perbandingan dalam prosen antara daya keluaran generator

dengan daya listrik dalam. Dengan persamaan :


Pout
ηb = x 100% …………………………………………………….. ( 2-68)
Pd

c. Effisiensi Total ( η ) ; Yaitu perbandingan dalam prosen antara daya keluaran generator dengan
daya mekanik. Dengan persamaan :

Pout
ηb = x 100% …………………………………………………….. ( 2-69)
Pmk

Sebagai Motor :
1. Daya Listrik atau Daya masukan Motor ( PL = VT . I), akan berubah menjadi daya listrik dalam ( Pd ).
Proses perubahan ini mengalami kerugian daya yang disebabkan oleh kerugian tembaga dan kerugian
besi ( Pj = Ptb + Pb ), sehingga :
Dari proses PL Pd diperoleh persamaan :

PL = Pd + Pj …………………………………………………….. ( 2-70 )

2. Daya listrik dalam ( Pd ) berubah menjadi daya mekanik ( Pmk ) Proses perubahan ini mengalami
kerugian daya akibat gesekan as dengan bantalan, jangkar dengan udara, sehingga :
Dari proses Pd Pmk diperoleh persamaan :

Pd = Pmk + Pa&g …………………………………………………….. ( 2-71)


PL Pd Pmk

Pj Pa&g

Gambar. Diagram proses pengubahan PL Pmk

Oleh karena dalam proses pengubahan daya listrik menjadi daya mekanik menimbulkan bermacam-
macam kerugian, sehingga didapat daya guna atau effisiensi (rendamen) dari suato Motor DC yaitu :
Pmk
η = x 100% …………………………………………………….. ( 2-72)
PL

HP out put x 746


η = x 100%
watts input

HP out put x 746


η = x 100%
( HP out put x 746) + watts rugi

watts rugi
η = 1- x 100% ………………………….. ( 2-73)
( HP out put x 746) + watts rugi

Contoh soal :
1. Suatu motor Shunt,daya keluaran 11,19 Kw, 240 volt, 4 kutub, lilitan gelombang, mempunyai

540 penghantar dengan tahanan 0,1 ohm. Motor berputar dengan kecepatan 1000 rpm,

menarik arus jangkar dan arus penguat medan masing-masing 50 A dan 1 A. Apabila penurunan

tegangan pada sikat-sikat keseluruhan 2 volt tentukan :


a. Torsi jangkar

b. Torsi poros

c. Fluks efektif perkutub

d. Rugi-rugi Gesek

e. Efisiensi

2. Sebuah Generator Shunt dengan data :

- Tegangan jepit = 240 volt

- Tahanan jangkar = 1 ohm

- Tahanan medan penguatan = 240 ohm

- Beban maksimum yang dapat dilayani = 5000 watt

- Rugi gesekan = 476 watt

- Rugi sikat diabaikan

Hitunglah besarnya .

a. Effisiensi listrik

b. Effisiensi Bruto

c. Effisiensi Generator

.
BAB III

KARAKTERISTIK KERJA MESIN ARUS SEARAH

Karakteristik kerja merupaka hubungan kerja antara besaran-besaran listrik dan mekanik yang ada
pada mesin arus searah. Karakteristik ini diperlukan untuk mengetahui perilaku mesin selama beroperasi.
Jenis-jenis karakteristik mesin arus searah yang sering diperlukan adalah sebagai berikut :
 Sebagai Generator DC
1. Karakteristik beban nol : Vt = f ( If ), untuk Ia = 0 dan n = konstan
2. Karakteristik berbeban : Vt = f ( If ), untuk Ia = konstan dan n = konstan
3. Karakteristik luar : Vt = f ( Ia), untuk If = konstan dan n = konstan

 Sebagai Motor DC
4. Karakteristik Torsi : T= f ( ωm ), untuk If = konstan dan Vt = konstan

3.1. Karakteristik Beban Nol


Karakteristik beban nol menunjukan hubungan kerja antara besaran tegangan terminal ( Vt ) dengan
arus medan ( If ) generator dc pada keadaan arus jangkar nol, putaran konstan dan letak sikat tertentu.
Dari persamaan :
E = Ca. Ф. ωm dan,
E = Vt + Ia.Ra
Dengan penggabungan dua persamaan diatas didapat persamaan :

Vt + Ia.Ra = Ca. Ф. ωm

Untuk keadaan Ia = 0 persamaan dapat ditulis :

Vt = Ca. Ф. ωm = E ……………………………………………………….. ( 3 – 1 )

Jika persamaan, Ф = Cf. If disubsitusikan kedalam persamaan ( 3-1 ), akan diperoleh persamaan :
Vt = Ca. Cf. If. ωm ……………………………………………………….. ( 3 – 2 )

Karena Ca, Cf adalah konstanta ( K ) dan untuk suatu kecepatan rotor tertentu ( ωm = konstan ), maka
persamaan ( 3-2 ) menjadi :
E = Vt = K. If ……………………………………………………….. ( 3 – 3 )
Pada persamaan ( 3-3 ) menunjukan hubungan antara Vt dan If adalah linier, akan tetapi akibat adanya
efek saturasi selama pemagnetan, maka timbul pengoreksian terhadap nilai tegangan generator pada
daerah arus medan yang besar. EA, Vt Vt . If
EA, Vt Vtbn kurva pemagnetan

Ra . If
Efek saturasi

Rf = Vt/If
EA sisa
If If
If bn
Gambar. Karakteristik Generator dc penguatan terpisah Gambar. Karakteristik Generator dc penguatan Shunt

Pada generator dc penguatan shunt, tergantung dari keberadaan fluks sisa ( residual fluks) dikutub-kutubnya.
Ketika start pertama tegangan internal akan dibangkitkan sebesar :
EA = Vt = Ca. Фsisa. ωm

Tegangan ini muncul pada terminal generator ( kira-kira 1 atau 2 volt). Tetapi ketika tegangan timbul
diterminal tsb, hal ini menyebabkan arus mengalir pada belitan medan :
If = Vt / Rf

Dari persamaan, jika Vt naik, akan menyebabkan If naik. Arus medan ini menghasilkan ggm pada kutub-
kutubnya, yang akan meningkatkan fluksnya, peningkatan fluks juga akan meningkatkan ggl nya E A naik,
yang juga meningkatkan besarnya tegangan terminal Vt. Proses ini terjadi berulang-ulang hingga
keadaan mantap ( steady state ) terpenuhi.

3.2. Karakteristik Berbeban


Karakteristik berbeban menunjukan hubungan kerja antara besaran tegangan terminal dengan arus
medan generator dc. Pada keadaan berbeban, putaran konstan dan letak sikat tertentu.
Karakteristik berbeban dapat diturunkan dari karakteristik beban nol dengan memperhitungkan hal
berikut :

1. Tegangan jatuh pada belitan jangkar ( Ia . Ra )


2. Reaksi jangkar ( ∆If )
Vt, E, E0

E0

S m p E

Ia.Ra

m1 p1 q Vt

q1

0 a1 b1 a b c If
Gambar. Karakteristik beban Generator dc penguatan terpisah

Berdasarkan persamaan : E = Vt + Ia.Ra, rugi tegangan pada saat pembebanan adalah, Ia.Ra sama dengan
p q, maka q merupakan titik karakteristik beban, artinya pada arus penguat magnit Oc harus ada teg
jepit Vt sebesar c q.
Diluar daerah jenuh ( dalam bagian garis lurus karakteristik), pengaruh amper lintang diabaikan.
Pada E0 = Or, maka (If = Oa1), maka arus penguat magnit untuk menghilangkan reaksi
jangkar sama dengan a1b1 = a b = m1p1.

Pada beban yang telah diketahui, rugi tegangan konstan. Kalau dibuat p1q1 = pq, maka q1 merupakan
titik kedua dari pada karakteristik beban.
Jadi garis yang melalui q dan q1 melukiskan karakteris tik beban. Dan garis yang melalui p dan p1
melukiskan GGL sebagai fungsi arus penguat magnit pada mesin yang dibebani.( beban penuh ).

3.3. Karakteristik Luar


Karakteristik luar menunjukan hubungan antara tegangan terminal generator ( Vt) dengan arus jangkar (
Ia ) pada putaran konstan.
Karakteritik ini sangat diperlukan untuk mengetahui efek pembebanan generator terhadap tegangan
terminalnya.
E0, E, Vt E, Vt

E0 E
r1 Vt
a1
E
Vt

r Ia.Ra Ia (Ra + Rse)


a
IL1 IL Ia
Gambar. Karakteristik Luar Generator dc penguatan terpisah Gambar. Karakteristik Luar Generator dc penguatan Seri

Dari gambar karakteristik, Apabila beban bertambah, reaksi jangkar juga bertambah yang
mengakibatkan GGL turun sampai E. Kerugian tagangan pada beban Ia.Ra dianggap bertambah
memanjang. Kerugian tegangan pada beban untuk arus beban sebesar I1 = ar , dimana ar = a1r1, maka a1
merupakan titik pada karakteristik luar
Dengan Kesimpulan : Pada gambar terlihat penurunan tegangan terminal generator shunt lebih tajam
dibandingkan generator penguatan lainya selama pembebanan. Hal ini disebabkan karena fluksi magnit
pada generator shunt dipengaruhi tegangan terminal sendiri.

3.4. Karakteristik Torsi


Karakteristik torsi menunjukan hubungan antara torsi elektromagnetik dengan kecepatan motor. Dari
karakteristik ini ditentukan titik operasi motor.
Untuk menentukan karakteristik-karakteristik, dengan mengingat 2 persamaan pokok yaitu :
1. Persamaan Kecepatan : n = ( Vt – Ia . Ra ) / C.Ф
2. Persamaan Torsi : T = C.Ф. Ia
Dengan berdasarkan persamaan diatas, akan membantu dalam menduga sifat-sifat motor dc dengan
hubungan berbeda ( seri, shunt, kompon )
Ada 3 macam karakteristik pada masing-masing jenis motor yaitu :
1. Karakteristik putaran
Putaran sebagai fungsi arus jangkar : n = f ( Ia). Vt = konstan.
Pada Motor Shunt :
Mempunyai karakteristik putaran yang kaku, artinya jika ada perubahan beban yang
besar hanya terjadi penurunan putaran yang kecil sekitar 2 – 8%.
Dari persamaan kecepatan n = (Vt – Ia . Ra)/ C.Ф , terlihat bahwa perubahan harga Ia akan
memberikan pengaruh yang kecil terhadap n. Hal ini disebabkan nilai Ra biasanya kecil,
dan Vt konstan, maka fluks juga konstan.
Pada motor Seri :
Arus jangkar sama dengan arus medan penguat seri sehingga ;
Ф = f( Ia ) = f ( If )
Oleh karena itu pers kecepatan :
n = (Vt – Ia . Ra)/ K ( Ia )

n = [ Vt/ K ( Ia )] – ( Ra / K )

Jadi bentuk karakteristik adalah Hiperbolic.

Pada Motor Kompon


Motor kompon mempunyai sifat diantara motor seri dan shunt. Menurut arah lilitan penguat
magnit, motor kompon ada 2 jenis :
1. Kompon komulatif; Bila medan shunt dan seri saling memperkuat,

Ф = Фsh + Фse

2. Kompon Differensial ; Jika medan seri memperlemah medan shunt,

n differensial Ф = Фsh - Фse

Shunt

komulatif

seri

Ia
Gambar. Karakteristik putaran = f (Ia)

2. Karakteristik Torsi
Torsi sebagai fungsi arus jangkar : T = f ( Ia). Vt = konstan.
Pada Motor Shunt :
Jika Vt konstan maka If juga konstan, sehingga Ф juga konstan
Untuk Vt yang konstan, torsi motor shunt hanya tergantung pada Ia
T = k Ia Grafik garis Lurus ( linear )
Pada beban berat, meskipun If tetap fluks magnie berubah akibat adanya reaksi jangkar

Pada Motor Seri :


If = Ia sehingga fluks magnit sebanding dengan Ia
Jika beban ringan, dimana magnit tidak berada pada daerah jenuh, maka fluks magnit akan
sebanding dengan arus jangkar ( Ia). Kondisi ini grafik cendrung akan lurus.
Jika beban berat, magnit berada pada daerah jenuh, maka fluks tidak sebanding dengan Ia.
Dengan penambahan harga Ia tidak diikuti kenaikan fluks sehingga torsi akan turun.

Pada Motor Kompon


Фsh dan Фse saling mempengaruhi. Karakteristik torsinya merupakan kombinasi dari motor seri
dan motor Shunt.
Jika beban motor besar, arus pada belitan seri besar sehingga fluks bertambah, sedangkan
arus pada belitan shunt tetap. Oleh karena itu resultan fluks magnitnya akan memberika torsi
agak cekung diatas antara motor seri dan motor shunt.
Pada beban ringan dan pada daerah jenuh grafiknya lurus antara grafik motor seri dan motor
shunt.
T Overload
range

Shunt kompon

seri

rated arus jangkar Ia


Gambar. Karakteristik T = f ( Ia )
Kesimpulan dari gambar diatas :
 Terlihat bahwa pada beban biasa dengan pertambahan Ia yang sama :
Pada motor shunt pertambahan torsinya lebih besar disbanding motor seri.
Motor kompon torsinya diantara motor seri dan motor shunt.
 Pada Over load range ; dengan bertambahnya beban, pertambahan torsi’
pada motor seri lebih besar dibanding motor shunt,
sedangkan motor kompon terletak diantara keduanya.

3. Karakteristik Mekanis
Putaran sebagai fungsi Torsi ; n = f (T ), Vt = konstan
Dari persamaan :
n = (Vt – Ia . Ra)/ C.Ф
T = C.Ф. Ia

Pada motor Shunt dimana kalau Torsi bertambah, Ia bertambah, sedangkan Ф tetap, didapatkan
kecepatan ( n ) menurun.
Pada motor Seri, dengan bertambahnya Torsi, akan menyebabkan bertambahnya Ia dan fluks
magnit (Ф ), karena fluks magnit merupakan fungsi arus jangkar.
Dari rangkaian listrik motor seri, untuk harga Ia = 0, If =0, sehingga dari persamaan;
n = (Vt – Ia . Ra)/ C.Ф diperoleh harga n menuju tak terhingga.
Untuk harga arus jangkar yang cukup besar, n akan mendekati nol.
Pada motor kompon, karakteristiknya terletak antara karakteristik motor seri dan motor shunt.
n
Seri
Comulative rated speed

Shunt

rated HP T ( HP output)
Gambar. Karakteristik mekanis motor dc
Dari Karakteristik diatas dapat diambil kesimpulan :
1. Kecepatan motor Shunt cenderung konstan pada beban yang berubah-rubah.
2. Kecepatan motor seri cendrung untuk berputar sangat cepat ( swing ) pada keadaan beban
ringan
3. Motor kompon mempunyai karakteristik mekanis yang terletak diantara motor seri dan shunt.
Kecpatan cendrung agak konstan pada pembebanan yang berubah-ubah.

Karakteristik generator dc Kumulatif


Untuk generator dc jenis ini, terdapat dua fenomena yang dapat menjadi acuan bagi karakteritik
tegangan terminalnya.
Peningkatan beban pada generator akan berakibat meningkatnya arus beban ( I L ), yang secara
langsung akan menyebabkan meningkatnya arus jangkar ( Ia ), berdasarkan persamaan :
Ia = Ish + IL
Arus jangkar inilah menimbulkan 2 fenomena tersebut yaitu :
1. Peningkatan arus jangkar, akan berakibat meningkatnya jatuh tegangan [ Ia. ( Ra + Rse )]
Dan dari persamaan :
Vt = Ea – Ia ( Ra + Rse) terlihat akan menyebabkan menurunya nilai tegangan terminal ( Vt )
2. Peningkatan arus jangkar, juga akan berakibat meningkatnya ggm belitan serinya, dimana
Fse = Nse . Ia, yang juga membawa konsekuansi meningkatnya ggm total sesuai persamaan;

F = Fsh + Fse - Fa
Selanjutnya membuat fluks semakin diperkuat, yang tentunya akan juga memperkuat
tegangan ( ggl) jangkarnya ( Ea ), sehingga sesuai persamaan Vt = Ea – Ia ( Ra + Rse), harga
tegangan terminalnya akan meningkat .
Kedua fenomena tersebut saling bertentangan satu sama lain, untuk itu diperlukan pendekatan
lain untuk menentukan karakteristik generator dc jenis ini, yaitu dengan meninjau parameter
atau belitan medan serinya terhadap belitan medan paralelnya secara kuantitatif.
Adapun karakteristik generator jenis ini dibagi atas 3 kelas, yaitu :
1. Under Compounded : Apabila gulungan belitan serinya sedikit. Memiliki karakteristik
tegangan terminal yang mirip dengan karakteristik generator Shunt, namun jatuh kurva lebih
landai.

2. Flat Compounded : Apabila gulungan belitan serinya lebih banyak, akan mengakibtkan fluks
menguat, sehingga tegangan terminal bebanya akan meningkat pula. Apbila beban dinaikan
lagi secara terus menerus sampai keadaan saturasi dan jatuh tegangan resistifnya akan lebih
besar dari pada pengaruh penguatan fluks, maka tegangan terminal akan jatuh seirama
dengan kenaikan bebanya.
3. Over Compounded : Keadaan ini tercapai bila belitan serinya cukup banyak. Dengan
penambahan belitan seri, akan memberikan efek peningkatan fluks yang lebih dominan untuk
jangka waktu yang lebih lama darai pada karakteristik flat compounded.

Vt

Over-Compounded

Flat-Compounded
Under-Compounded
Shunt
IFL IL
Gambar. Karakteristik tegangan terminal generator dc kumulatif
Untuk satu generator arus searah jenis kompon komulatif dimungkinkan memiliki ketiga
karakteristik tersebut diatas dengan melengkapi generator dengan instrument pembantu berupa
Diverter.
RDiv

ISe IL

Ia Rse ISh

Fa Ra Fse

Fsh RSh Vt
G
Ea

Gambar. rangkaian ekivalen generator dc Kumulatif kompon panjang dengan Diverter

Diverter yang ada berfungsi mengatur besarnya arus medan serinya, yang akhirnya menentukan
krakteristik yang terbentuk berdasarkan besarnya arus yang mengalir tersebut.
BAB IV

KERJA MESIN ARUS SEARAH

4.1. KERJA GENERATOR ARUS SEARAH


Kerja dari Generator arus searah meliputi ;
1. Pembebanan Generator
2. Pemeralelan Generator.
4.1.1. Pembebanan Generator
Beban generator arus searah dapat berupa :
a. Beban murni ( Resistansi )
b. Beban Bateray ( Accu )
Karakteristik beban adalah sebagai berikut :

V Vb

V = IR Vb = Eb + IbRb

ΔVb
I Ib
a. Beban Resistansi b. Beban bateray
Gambar. Karakteristik beban Generator dc

Dimana;
Eb = tegangan dalam bateray
Vb = tegangan terminal bateray
Ib = arus bateray
Rb = resistansi dalam bateray
ΔVb = tegangan sisa bateray
a. Generator di bebani Tahanan

I Vt

Ia ISh titik operasi generator

Ra karakt generator

RSh Vt R V1
G
Eb karakt beban Resistansi

I1 I
a. Rangkaian ekivalen b. Karakteristik kerja
Gambar. Pembebanan generator dc dengan Resistansi
Pada saat pembebanan generator bekerja pada tegangan V1 dan Arus I1

b. Generator di bebani Bateray

I Vt

Ia ISh titik operasi generator

Ra Rb karakt generator

RSh Vt V1
G
Eb Eb karakt beban bateray

I1 I
a. Rangkaian ekivalen b. Karakteristik kerja
Gambar. Pembebanan generator dc dengan Bateray

Contoh soal :

Suatu generator dc shunt 1 Kw, 100 volt dibebani dengan 10 buah lampu incandencent 75

watt. Tahanan jangkar dan tahanan medan shunt masing-masing 0,75 ohm dan 50 ohm,

tentukan :
a. Arus saluran

b. Arus jangkar

c. Tegangan induksi yang dibangkitkan

d. Arus pada beban jenuh.

Solusi :

IL

Ia ISh IL1 IL2 IL9 IL10

Ra

RSh Vt L1 L2 L9 L10
G
Eb

a. Arus yang mengalir pada masing-masing lampu :

IL1 = IL2 = ……………… IL9 = IL10 = 75 / 100 = 0,75 A

Jadi arus yang mengalir pada saluran ;

IL = IL1+ IL2 + ……………… IL10

= 0,75 A + 0,75 A+ …………+ 0,75 A

IL = 7,5 Amp

b. Arus jangkar

Ia = ISh + IL, dimana ISh = Vt / RSh = 100 / 50 = 2 A

Ia = 2 A + 7,5 Amp

Ia = 9,5 A

c. Tegangan Induksi

Eb = Vt + Ia. Ra

Eb = 100 + (9,5 A x 0,75 ) = 107,125 volt

d. Daya pada keadaan beban penuh = 1000 watt

Pfl = Vt . Ifl
Ifl = 1000 / 100 = 10 A

Arus jangkar keadaan beban penuh

Iafl = Ifl + ISh

= 10 + 2

Iafl = 12 A

Contoh soal :

Suatu generator dc shunt 1 Kw, 100 volt dibebani dengan 8 buah bateray yang tegangan dalam

masing-masing bateray 8 volt. Kapasitas masing-masing bateray adalah 40 AH dan tahanan

dalam dari masing-masing bateray 2 ohm. Jika Tahanan jangkar dan tahanan medan shunt

masing-masing 0,5 ohm dan 100 ohm, tentukan :

a. Jika bateray diisi dengan arus yang tetap dan bateray pada keadaan belum diisi, masing-

masing menyimpan energy 20 AH. Berapa lama bateray tersebut harus diisi ?

b. Gambarkan grafik karakteristik beban generatos dc, dan tentukan titik kerja nya ?

Solusi :

IL

Ia ISh Rb 8

Ra Eb 8

RSh Vt Rb 1
G
Eb Eb 1

a. Asumsi reaksi jangkar diabaikan, maka berlaku persamaan berikut :

Arus saluran ;

IL = ( 100 – 8 x 8 ) / ( 2 x 8 ) = 2,25 A

Arus medan shunt ;

ISh = 100 / 100 = 1 A


Arus jangkar generator ;

Ia = IL + ISh

= 2,25 + 1

= 3,25 A

Tegangan Induksi Generator ;

Eb = Vt + Ia. Ra

Eb = 100 + (3,25 x 0,5 )

Eb = 101,625 volt

Untuk mendapatkan arus tetap waktu pengisian bateray, maka perlu dijaga agar selisih

tegangan antara terminal generator dan tegangan dalam bateray selalu konstan. Hal ini dapat

dilakukan dengan cara mengatur tegangan generator.

Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi bateray adalah :

40 AH - 20 AH = 20 AH

20 AH x 8 = 160 AH

Lama pengisian = 160 AH / 2,25 A = 71,1 jam

b. Gambar grafik karakteristik beban generatos dc, dan titik kerja nya

Vt

titik operasi generator

101,625 v karakt generator

100 V

karakt beban bateray

64 V

2,25 A I

4.1.2. Pemeralelan Generator


Kerja parallel suatu generator dc yang fungsinya menjaga kontinuitas pasokan daya listrik, dan memasok
beban yang cukup besar melebihi kapasitas yang mungkin dipasok oleh satu generator saja.
Adapun syarat parallel generator dc yang harus dipenuhi adalah :
a. Terminal-terminal generator dc harus dihubungkan dengan kutub-kutub yang sama polaritasnya
antara satu dengan yang lainya.
b. Tegangan kerja generatornya sama yaitu : E1 = E2
Karena karakteristik penurunan tegangan yang lebih halus pada generator shunt, maka generator dc
jenis inilah yang paling cocok untuk menjamin kestabilan kerja parallel.
Vt Vt

V’t

Iag1 Iag2 I’ag1 Iag1 I’ag2 Iag2


Ib I’b Ib
Gambar. Pembagian arus beban pada operasi parallel generator dc shunt yang memiliki kemiringan karakteristik yang sama

Dari Kurva generator dc diatas dapat berbagi beban secara wajar ( equity), jika karakteristik tegangan-
arusnya memiliki kemiringan ( slope) yang sama dalam hubungan dengan kisar dayanya (power rating).
Kemudian kecepatan atau arus medan generator 1 dinaikan, secara keseluruhan bergerak naik, sehingga
pembagian bebanya menjadi :
I’b = I’g1 + I’g2 ……………………………………………………… (4 – 1 )

Ig1 Ig2 Ib = Ig1 + Ig2

Ia Ra ISh Ia Ra ISh

RSh R

G1Eb Eg1 G2 Eg2

Gambar. Rangkaian ekivalen Pemeralelan generator


Dua unit generator dc diparalel, maka arus-arus yang mengalir, akan memenuhi persamaan :
Ib = Ig1 + Ig2 ( Amper) ……………………………………………………… (4 – 2 )
dimana :
Ig1 = arus beban yang dipasok oleh generator1
Ig2 = arus beban yang dipasok oleh generator2
Ib = arus beban total yang diperlukan/dipasok ke beban listrik.

Daya masing-maing Generator diperoleh ;


Pout-g1 = Ig1 . Vt
Pout-g2= Ig2. Vt ( watt ) ……………………………………………………… (4 – 3 )
Daya total keluaran system ;
P sys = Pout-g1 + Pout-g2 ……………………………………………………… (4 – 4 )

Contoh soal :

Suatu generator dc penguatan terpisah dihubungkan parallel dan memasok beban sebesar 200

A. Kedua generator tsb masing-masing memiliki tahanan jangkar 0,05 ohm dan 0,1 ohm dan ggl

induksi masing-masing sebesar 425 volt dan 440 volt. Tentukan :

a. Tegangan terminal
b. Arus beban yang dipasok oleh generator 1 dan 2
c. Daya keluaran generator 1 dan 2.
Efek reaksi jangkar diabaikan.

Solusi :
Ig1 Ig2 Ib = Ig1 + Ig2

Ia Ra1 Ia Ra2

R Vt

G1Eb Eg1 G2 Eg2

a). Tegangan terminal

Ib = Ig1 + Ig2
Ig1 = ( Eg1 - Vt ) / Ra1 dan Ig2 = ( Eg2 - Vt ) / Ra2

Sehingga,

( Eg1 - Vt ) / Ra1 + ( Eg2 - Vt ) / Ra2 = Ib

( 425 - Vt ) / 0,05 + ( 440 - Vt ) / 0,1 = 200

850 – 2 Vt + 440 – Vt = 200

Vt = 423,33 volt

b).Arus beban yang dipasok oleh generator 1 dan 2

Ig1 = ( Eg1 - Vt ) / Ra1 Ig1 = ( 425 – 423,33) / 0,05 = 33,4 A

Ig2 = ( Eg2 - Vt ) / Ra2 Ig2 = ( 440 - 423,33 ) / 0,1 = 166,7 A

c.Daya keluaran generator 1 dan 2.

Pout-g1 = Ig1 . Vt Pout-g1 = 33,4 . 423,33 = 14,14 kW

Pout-g2= Ig2. Vt Pout-g2= 166,7 - 423,33 = 70,57 kW

Tugas :

1. Dua generator shunt dioperasikan sacara parallel untuk memasok beban sebesar 800 A

secara bersama-sama. Gen 1 memberi tegangan 240 volt pada keadaan tanpa beban, dan 225

volt pada arus 500 amp, Gen 2 memberi tegangan 245 volt pada keadaan tanpa beban, dan

225 volt pada arus 400 A. dengan asumsi karakteristik beban linear. Tentukan :

a. Tegangan berbeban.

b. Daya yang dikeluarkan oleh setiap generator.

2. Dua buah generator dc shunt dihubungkan secara parallel untuk mensuplai beban 1500

watt. Gen 1 mempunyai tahanan jangkar dan tahan belitan medan masing 0,5 ohm dan 100

ohm, Serta tegangan induksi sebesar 400 volt, sedangkan Gen 2 mempunyai tahanan jangkar

dan tahanan belitan medan masing-masing 0,4 ohm dan 80 ohm, serta tegangan induksi

sebesar 440 volt. Hitung :

a. Arus saluran generator

b. Tegangan keluaran masing-masing generator.


4.2. KERJA MOTOR ARUS SEARAH
Kerja dari motor arus searah meliputi ; pengasutan ( starting ), pembebanan ( loading), pengontrolan
kecepatan ( speed controlling ), dan pengereman ( breaking ).

4.2.1. Pengasutan motor dc


Pengasutan motor dc merupakan suatu proses yang dimulai dari motor diberi tegangan sampai dengan
saat motor berputar normal.
Selama proses pengasutan persamaan tegangan :
Vt = Ea + Ia . Ra ……………………………………………………… (4 – 5 )
Dan juga persamaan GGL Induksi :
Ea = Ca . Ф. n ……………………………………………………… (4 – 6 )
Saat dimulai pengasutan, dimana n =0, sehingga menyebabkan Ea = 0 ; didapatkan Arus jangkar dari
penyederhanaan persamaan ( 4 – 5 ) sebagai berikut :
Ia = Vt / Ra ……………………………………………………… (4 – 7 )
Karena secara normal nilai tahanan jangkar, adalah kecil, maka akan menyebabkan arus jangkar selama
starting menjadi besar. Agar proses starting dapat berlangsung dengan cepat maka diperlukan Torsi
awal juga besar.
 Untuk mangatasi arus jangkar yang selama starting dapat dilakukan 2 cara yaitu :
1. Dilakukan dengan cara mengasut motor dengan menaikan tegangan secara bertahap, guna
mengatasi lonjakan arus jangkar selama starting.
2. Dilakukan dengan menggunakan tahanan depan, yang dipasang seri dengan jangkar.
 Untuk mendapatkan torsi awal yang besar pada saat starting, dilakukan dengan cara men-setup arus
medan ( fluks magnetic ) dalam kondisi maksimal. Karena Torsi sebanding dengan arus medan (Ф)
 Analisis penggunaan tahanan depan secara bertahap.
R1
R2
R3

Rn
Rn + 1
r1 r2 r3 rn-1 rn a.Gambar. Rangkaian Pengasut
S ra M
Ia
Rsh
Ia
Step-1 Step-2 Step- (n-1) Step-(n)
Ia1

Ia2

t
b.Karakteristik arus jangkar selama pengasutan
Gambar. Pengasutan motor dc menggunakan tahanan depan secara bertahap

Analisis :
R1 = ( r1 + r2 + r3 + …… + rn-1 + rn ) + ra
R2 = (r2 + r3 + …… + rn-1 + rn ) + ra
R3 = (r3 + …… + rn-1 + rn ) + ra
………………………………………………….

Rn = rn + ra
Rn+1 = ra ………………………………………………………………………………………………… (4 – 8)

Konstanta Pengasutan = K, adalah sebagai perbandingan antara Ia1 dan Ia2 yang dapat dinyatakan oleh persamaan
berikut :
Ia1 R1 R3 Rn
K= = = ………….. =
Ia2 R2 R4 Rn+1

Dari persamaan diatas dapat pula diturunkan hubungan berikut :

R1 R3 Rn R1
Kn = x x ………….. =
R2 R4 Rn+1 Rn+1

Atau,
R1 R1
K =n =n ……………………………………………………………………………… (4 – 9 )
√ Rn+1 √ Ra
Contoh soal :

1. Suatu motor dc shunt 220 v mempunyai resistan jangkar 0,5 ohm, arus jangkar pada saat
pengasutan tidak boleh lebih 40 A. Jika jumlah bagian tahanan pengasutan adalah 6, maka
hitunglah besarnya resistansi untuk setiap bagian tahanan pengasut yang digunakan oleh
alat pengasut ( starter)

Solusi :
R1 R1
K =n =n
√ Rn+1 √ Ra

R1 = V / Ia1 = 220 / 40 = 5,5 ohm ; ra = 0,5 0hm ; n = 6

5,5
K =6 = 1,35
√ 0,5

Dapat ditentukan tahan depan total untuk setiap tahap :


R1 = 5,5 ohm
R2 = R1 / K = 5,5 / 1,35 = 4,1 ohm
R3 = R2 / K = 4,1 / 1,35 = 3,0 ohm
R4 = R3 / K = 3,0 / 1,35 = 2,2 ohm
R5 = R4 / K = 2,2 / 1,35 = 1,6 ohm
R6 = R5 / K = 1,6 / 1,35 = 1,2 ohm
Jadi Tahanan depan pertahap ( step) adalah :
r1 = R1 – R2 = 5,5 - 4,1 = 1,4 ohm
r2 = R2 – R3 = 4,1 - 3,0 = 1,1 ohm
r3 = R3 – R4 = 3,0 – 2,2 = 0,8 ohm
r4= R4 – R5 = 2,2 – 1,6 = 0,6 ohm
r5 = R5 – R6 = 1,6 – 1,2 = 0,4 ohm
r6 = R6 – ra = 1,2 – 0,5 = 0,7 ohm

Tugas :

1. Suatu motor dc shunt 200 volt mengambil arus sebesar 12 A dalam keadaan beban penuh.
Resistansi jangkar dan tahanan medan masing-masing 0,3 ohm dan 100 ohm. Motor distart
dengan 5 step tahanan depan. Jika arus pengasutan tidak boleh melebihi 1,5 kali arus beban
penuh. Hitung :
a. Tahanan depan total untuk setiap Step
b.Tahanan depan per Step

2. Suatu motor dc shunt 440 V, 25 Hp, mempunyai resistansi jangkar dan medan masing-masing
1,2 ohm dan 100 ohm. Effisiensi beban penuh dari motor 85%. Hitung :
a. Jumlah step
b. Harga tahanan depan per step, jika arus jangkar maksimum yang dibolehkan selama
pengasutan adalah 1,5 kali arus beban penuh.

4.2.2. Pengaturan Kecepatan motor dc

If
Ia Ra I
+
Vf -
Rf Rf M Eb Vt

RRheo Beban mekanik

Gambar. Rangkaian ekivalen motor DC berpenguatan terpisah

Menunjuk motor dc berpenguatan terpisah yang dibebani dengan beban mekanik. Untuk keadaan ini
berlaku persamaan tegangan ( 4 – 5 ), dan persamaan tegangan Induksi ( 4 – 6 )
Sehingga didapat Kecepatan motor dapat dinyatakan sebagai berikut :

n = ( 60 / 2π).( Vt – Ia.Ra /C.Ф) …………………………………… (4 – 10 )

Dari persamaan (4 – 10 ) dapat diperlihatkan bahwa putaran motor dc dapat diatur melalui 3 cara yaitu :

1. Pengaturan kecepatan motor dengan cara pengaturan tegangan terminal ( Vt )


Berdasarkan persamaan :
Ia = ( Vt – EB ) / Ra
Jika Vt , maka Ia
Dari persamaan Tind = K. Ф. Ia, Jika Ia , maka Tind , karena Ia lebih dominan dari pada Ф, dengan
peningkatan Tind yang menjadikan Tind > Tbeban, maka ωn , peningkatan ωn menjadikan EB
Kesimpulan :
Bila tegangan terminal dinaikan maka putaran motor juga ikut naik.
T
Vt1 < Vt2 < Vt3

Vt1 Vt2 Vt3 karakteristik cecan

n1 n2 n3 n
Gambar karakteristik motor dc. Efek perubahan tegangan terhadap putaran

Contoh soal :

Suatu motor dc penguatan terpisah 110 v, daya keluaran 15 kW, 1500 rpm, mempunyai tahanan
jangkar 0,05 ohm dan efisiensi 80% pada keadaan beban penuh. Hitunglah :
a. putaran motor bila dioperasikan pada keadaan beban penuh dan Tegangan terminal 80
volt, sedangkan torsi beban dan fluks dipertahankan konstan.
Solusi :
Untuk kondisi tegangan terminal 110 volt ( kondisi 1 )
Pinput = Pout / η = 15000 / 0,80 = 18750 watt
Vt1 . Ia1 = Pinput
Ia1 = Pinput / Vt1 = 18750 / 110 = 170,45 A
Jadi ; Ea1 = vt1 – Ia1.Ra = 110 – (170,45 x 0,05) = 101,3 volt
Dengan torsi konstan berlaku persamaan berikut :
T1 =T2
Ca.Ф1.Ia1 = Ca.Ф2.Ia2
Karena fluks konstan : Ф1 = Ф2 maka berlaku ;p
Ia1 = Ia2 = 170,45 A

Untuk kondisi tegangan terminal 80 volt ( kondisi 2)


Ea2 = vt2 – Ia2.Ra = 80 – (170,45 x 0,05) = 71,13 volt

Perbandingkan tegangan induksi untuk kedua kondisi :


Ea1 / Ea2 = n1. Ф1 / n2. Ф2 karena Ф1 = Ф2 maka
Ea1 / Ea2 = n1 / n2
101,3 / 71,13 = 1500 / n2
n2 = (71,13 x 1500) / 101,3 = 1055 rpm
2. Pengaturan kecepatan motor dengan cara pengaturan Tahanan Jangkar ( Ra )
Penyisipan resistor secara seri dengan rangkaian jangkar, sangat jarang digunakan karena
menyebabkan rugi-rugi yang cukup besar dan sangat mempengaruhi karakteristik torsi-
kecepatanya, sehingga membuatnya sangat tidak efisien.
If
Ia Ra RS I
+
Vf -
Rf M Eb Vt

RRheo Beban mekanik

Gambar rangkaian motor dc dengan penambahan tahan seri bervariasi pada jangkar.

n = ( 60 / 2π).( Vt – Ia.(Ra+Rs /C.Ф) …………………………………… (4 – 11 )

Dengan pengaturan tahanan seri (Rs), maka putaran motor dapat diatur.
 Metode pengaturan kecepatan yang diterapkan pada motor dc shunt adalah sama dengan yang
diterapkan pada motor dc kompon kumulatif, bila ditinjau dari prinsip, urutan operasi maupun
alas an-alasan lainya.
 Sedangkan pada motor dc penguatan Seri hanya digunakan 1 metode untuk pengaturan
kecepatanya: Yaitu meningkatkan tegangan terminalnya yang akan menghasilkan kecepatan
yang lebih tinggi untuk setiap Torsi yang diberikan.

Contoh soal :

Suatu motor dc Shunt 500 v, mempunyai tahanan jangkar dan tahanan medan shunt masing-
masing 1,2 ohm dan 500 ohm. Jika motor beroperasi dalam keadaan tanpa beban, maka motor
mengambil arus 4 A dari sumber dan berputar pada 1000 rpm. Hitunglah :
a. Kecepatan putaran motor bila beroperasi pada keadaan beban penuh dan mengambil
arus sebesar 26 amper dari sumber daya.
b. Kecepatan putaran motor jika tahanan sebesar 2,3 ohm dihubungkan secara seri dengan
jangkar.
Solusi :
a. Besar arus medan shunt :
Ish = Vt / Rsh = 500 / 500 = 1 A
Besar arus jangkar pada keadaan beban nol :
IaNL = IL - Ish = 4 – 1 = 3 A
Tegangan induksi pada keadaan beban nol :
EaNL = Vt – IaNL. Ra = 500 – ( 3 x 1,2 ) = 496,4 volt

Besar arus jangkar pada keadaan beban penuh :


IaFL = ILFL - Ish = 26 – 1 = 25 A
Tegangan induksi pada keadaan beban Penuh:
EaFL = Vt – IaFL. Ra = 500 – ( 25 x 1,2 ) = 470 volt

Perbandingan tegangan induksi beban penuh dan beban nol :


EaNL / EaFL = nFL / nNL nFL = (EaFL x nNL) / EaNL = (470x1000) / 496,4 = 947 rpm

b. Pemasangan tahanan seri pada jangkar, maka tegangan induksi :

Ea2 = Vt – IaFL. ( Ra + Rse ) = 500 – 25( 1,2 + 1,3 ) = 412,5 volt


Sehingga kecepatan putar dalam keadaan ini :
Ea2 / EaFL = n2 / nNL n2 = (Ea2 x nNL) / EaNL = (412,5x1000) / 496,4 = 831 rpm

3. Pengaturan kecepatan motor dengan cara pengaturan Fluksi ( Ф )


Mengatur kecepatan motor dc dengan pengaturan fluksi, dilakukan dengan menyetel ristansi medan
berdasarkan hubungan persamaanya : If = Vt / Rf
Jika Rf , maka If , karena If sebanding dengan Ф, maka juga akan berlaku Ф dan dari
persamaan : EB = k.Ф. ωn, didapat EB
Dari persamaan : Ia = ( Vt – EB ) / Ra, jika EB , maka Ia
Dari persamaan : Tind = K. Ф. Ia Jika Ia , maka Tind , karena Ia lebih dominan dari pada Ф,
dengan peningkatan Tind yang menjadikan Tind > Tbeban, maka ωn , peningkatan ωn menjadikan
EB , sesuai pers EB = k.Ф. ωn.
Peningkatan EB akan berakibat pengurangan Ia, yang juga membuat Tind sehingga Tind = Tbeban
Pada kecepatan yang lebih tinggi.
T
Ф1 < Ф 2 < Ф3

karakteristik beban mekanik

Ф3 Ф2 Ф1
n1 n2 n3 n
Gambar karakteristik motor dc. Efek perubahan Fluksi terhadap putaran
4. Pengaturan kecepatan putaran motor dengan metoda Ward Leonard
Metode ini dilakukan penggabungan antara metoda pengaturan tegangan dan metoda pengaturan
fluksi. Metoda ini direalisasikan dengan menggunakan rangkaian seperti dibawah ini.
Pengaturan Fluksi motor dilakukan dengan cara mengatur resistansi belitan medan motor.
Pengaturan tegangan terminal dapat dilakukan dengan cara pengaturan tegangan keluaran
generator yang digerakan motori induksi.
VfG VfM
IaG IaM
raG IfG IfM raM
RfG RfM
Vt Beban mekanik

M G M
ØG ØM
EG EM

Gambar. Rangkaian Pengaturan putaran motor dc menggunakan Metoda Ward-Leonard

Dari gambar karakteristik pengaturan motor dc dengan metoda ward-leonard, bahwa pengaturan
dibagi atas dua daerah pengaturan yaitu ;
Daerah pengaturan tegangan terminal, dilakukan pada putaran motor lebih kecil dari
putaran dasar ( nS ). Pada daerah pengaturan ini torsi motor adalah konstan, sedangkan
daya motor berubah sesuai perubahan putaran.

Daerah pengaturan Fluksi dilakukan pada putaran motor lebih besar dari putaran dasar.
Pada daerah pengaturan ini daya motor adalah konstan, sedangkan torsi motor berubah
sesuai perubahan putaran

P, T Vt Control If Control

P T

nS nmax ωn

Gambar. Karakteristik Pengaturan putaran motor dc menggunakan Metoda Ward-Leonard


4.2.3. Pengereman motor dc
Pengereman motor, merupakan proses pemberhentian motor secara cepat. Secara umum jenis
pengereman terdiri dari pengereman secara mekanik dan secara listrik, akan tetapi dalam bahasan ini
dibatasi hanya pada pengereman secara listrik. Pengereman secara listrik dibedakan atas :
1. Pengereman secara dinamik ( Rheostatic or Dynamic Breaking )
2. Pengereman secara Plugging ( Plugging or Reverse Current Breaking )
3. Pengereman secara Regeneratif ( Regenerative Breaking )

4.2.3.1. Pengereman secara dinamik ( Rheostatic or Dynamic Breaking )


Tegangan listrik yang dihasilkan motor sebagai generator diubah menjadi panas. Metode ini, pada
motor Shunt, rangkaian jangkar dilepas hubunganya dari sumber, kemudian dihubungkan dengan suatu
tahanan sebagai beban ( resistansi variable Rb). Kemudian tegangan listrik yang dihasilkan diubah
menjadi panas, sehingga dalam hal ini motor shunt bekerja sebagai generator dengan penguat terpisah.
Tahanannya diubah-ubah sampai menjadi kecil dan saat tahanan habis motor berhenti.
Ish I I

Ia Ish ra Ia

Vt Rb Vt
Rsh M Eb Rsh M Eb
M
M

Ib
a. Rangkaian sebelum pengereman b. Rangkaian setelah pengereman
Gambar. Rangkaian Pengereman Dinamik

Selama proses pengereman, motor dc berubah fungsi menjadi generator, seperti terlihat pada gambar
diatas, dan Arus pengereman diberikan oleh persamaan berikut :
Ib = ( Eb / (Rb + ra) = Ca.Ø.n ) / ( Rs + ra ) …………………………………… (4 – 12 )

Torsi Pengereman dapat di selesaikan :


TB = Ca.Ø. Ib …………………………………… (4 – 13 )
4.2.3.2. Pengereman secara Plugging ( Plugging or Reverse Current Breaking )
Pengereman secara plugging dilaksanakan dengan 2 cara yaitu :
1. Beban menyebabkan motor berputar kearah yang berlawanan.
2. Putaran motor berubah, karena arus pada jangkar berubah arah.
Metoda plugging ini banyak digunakan pada pengontrolan elevator, rolling mills dan printing proses.

Ish I I

Ia Ish Ia ra

Vt Rb Vt
Rsh M Eb Rsh M Eb
M
M

Ib
a. Rangkaian sebelum pengereman b. Rangkaian setelah pengereman
Gambar. Rangkaian Pengereman Plugging

Dari gambar diatas menunjukan besarnya arus pengereman adalah sebagai berikut :

Vt + Eb Vt Eb Vt Ca. Ø.ωm
Ib = --------- = -------- + ----------- = --------- + ------------ …………………………………… (4 – 14)
Rb + ra Rb + ra Rb + ra Rb + ra Rb + ra

Torsi Pengereman dapat di selesaikan :


Vt Ca. Ø.ωm
TB = Ca.Ø. Ib = Ca.Ø. --------- + ------------ ……………………..………………… (4 – 15 )
Rb + ra Rb + ra

Contoh soal :

Suatu motor dc Shunt 400 v, 25 hP ( 18,65 kW ), 450 rpm direm dengan metoda plugging ketika
berputar pada kondisi beban penuh. Effisiensi motor 74,6% dan tahanan jangkar 0,2
ohm.Tentukan :
a. Tahanan pengereman yang diperlukan jika maksimum arus pengereman tidak boleh
melebihi 2 kali arus beban penuh.
b. Torsi pengereman maksimum
c. Torsi pengereman ketika motor mencapai kecepatan nol.

Solusi :
a. Arus keadaan beban penuh :
I = Pin / Vt.0,746 = 18.650 / 0,746x400 = 62,5 A

Jika arus medan diabaikan, maka arus jangkar : Ia = 62,5 A

Tagangan induksi : Eb = Vt – ( Ia . ra ) = 400 – ( 62,5x0,2) = 387,5 volt

Total tegangan saat pengereman : Eb + Vt = 387,5 + 400 = 787,5 volt

Maksimum arus pengereman : 2 x 62,5 = 125 A

Total tahan yang diperlukan pada rangkaian : R = V / I = 787,5 / 125 = 6,3 ohm

Jadi tahanan Pengereman : 6,3 – 0,2 = 6,1 ohm

b. Tegangan induksi diberikan oleh persamaan :

E = Ca. Ø.ωm = Ca. Ø. n. 2π/60

Ca. Ø = (Ex60) / (n. 2π) = (387,5x60) / (450x2x3,14) = 8,227

Torsi pengereman maksimum :


Vt Ca. Ø.ωm
TB maks = Ca.Ø. Ib = Ca.Ø. --------- + ------------
Rb + ra Rb + ra

400 (8,227x6,28x450)/60
= 8,227 ( ----- + ------------------------------ )
6,3 6,3

= 522,35 + 1,124x450 = 1027,8 N-m

c. Torsi pengereman pada saat putaran nol :

TB nol = 522,35 N-m

4.2.3.3. Pengereman secara Regeneratif (Regenerative Breaking)


Pengereman secara regenerative, ialah dengan mengembalikan energy ke jala-jala.
Kalau sebuah mesin Shunt berputar sebagai motor dan disebabkan karena bebanya menyebabkan
motor berputar melebihi putaran tanpa beban, maka dalam hal seperti itu GGL dari motor akan lebih
besar dari tegangan jala-jala ( Vt )
Vt = E + Ia. Ra
Ia. Ra = Vt – E
Ia = (Vt – E) / Ra harganya negative
E > Vt sehingga Ia negative ( mengalir ke jala-jala). jadi bekerjanya sebagai generator yang bekerja
parallel terhadap jala-jala.
Untuk pengereman regenerative motor seri, rangkaian serinya harus diubah menjadi rangkaian shunt
dulu dan bekerjanya sebagai motor shunt. Pengereman regenerative dari motor seri ini banyak
dilakukan pada traksi ( mis; rem listrik).
Contoh Metoda pengereman ini digunakan pada motor traksi pada kereta api listrik saat penanjakan
mesin dc akan merubah energy listrik menjadi energy gerak roda.
Dalam kondisi ini, mesin dc berfungsi sebagai motor. Pada saat penurunan, sebagian energy potensial
digunakan oleh mesin untuk dirubah menjadi energy listrik. Dalam keadaan ini, mesin dc berfungsi
sebagai generator.
BAB V

PENGUJIAN MESIN ARUS SEARAH

Pngujian mesin dc dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui rugi-rugi daya dan efisiensi dari mesin.
Bentuk-bentuk pengujian terdiri dari :
1. Pengujian rotor ditahan ( Brake Test ).
2. Pengujian beban nol ( Nol Load Test, Swin burne’s test )
3. Pengujian Hapkipson ( Hapkipson Test )

5.1. Pengujian Rotor ditahan (Brake Test )


Pengujian ini dapat ditentukan efisiensi motor dc. Pengujian ini hanya cocok untuk motor ukuran kecil.
Bentuk pengujian dapat dilihat pada gambar rangkaian dibawah ini :

A R r
+ Catu
V
Daya
M W1
M

Pegas W2
Belitan
Penguatan

Gambar. Rangkaian uji Rotor ditahan

Dalam pengujian ini, motor dc diberi catudaya arus dc dan tegangan nominal, kemudian poros motor
dengan diberi pulley dibebani sampai ampermeter menunjukan arus beban penuhnya. Kemudia pada sisi
kanan dan kiri pulley dihubungi dengan beban pemberat dan pegas penyeimbang. Jika berat beban
pemberat W1 dan pembacaan pegas penyeimbang adalah W2, maka didapat gaya gesekan pulley adalah :
F = (W1 – W2 ). g Newton ……………………..………………… (5 – 1 )
Jika jari-jari pulley R, maka Torsi pada poros motor ( Tsh ) dapat ditentukan oleh persamaan berikut ini :
Tsh = (W1 – W2 ). g . r Newton-m ……………………..………………… (5 – 2 )
Daya keluaran motor dapat diselesaika sebagai berikut :
Pout = Tsh.ωm ……………………..………………… (5 – 3)

Dimana, ωm = 2πn/60, maka daya keluaran didapat pada persamaan :


Pout = Tsh. 2πf = Tsh. 2πn/60 ……………………..………………… (5 – 4)

Atau, dengan mensubsitusikan pers (5 – 2 ) kedalam persamaan (5 – 4) didapat :


Pout = (W1 – W2 ). g . r. 2πn/60 ……………………..………………… (5 – 5 )
Dimana,
G = gravitasi bumi 9,8
Jadi didapat,
Pout = 9,8(W1 – W2 ). r. 2πn/60 ……………………..………………… (5 – 6 )

Dari pengukuran Daya masukan motor diperoleh :


Pin = Vt. I ……………………..………………… (5 – 7 )

Dari persamaan (5 – 6 ) dan (5 – 7 ) diperoleh Efisiensi motor sebagai berikut :


Pout 9,8(W1 – W2 ). r. 2πn/60
η= x 100% = x 100% ……………………………… (5 – 8 )
Pin Vt. I

5.2. Pengujian Beban Nol (Swinburne’s test)


Dari pengujian ini dapat ditentukan rugi-rugi rotasi ( rugi-rugi daya konstan) dari mesin dc. Uji ini
dilakukan hanya pada mesin dc yang memiliki fluks kontan, yaitu motor dc parallel dan motor dc kompon.
I
I0
Ia
Ish
Ra
Vt

M
Eb RSh

Gambar. Rangkaian pengujian beban nol


Dari percobaan ini menggunakan rangkaian uji seperti gambar diatas ; motor dc dipasok cat daya arus dc
tegangan nominalnya, kemudian disetel belitan medanya, sehingga didapat kecepatan nominalnya.
Setelah itu, maka I0 akan menunjukan nilai arus tanpa beban dan Ish menunjukan nilai arus medannya.
Adapun nilai arus jangkar beban nolnya ( Iabn ) sebesar :

Iabn = ( I0 - Ish ) ……………………………… (5 – 9 )

dimana,

Ish bn = arus medan parallel tanpa beban


Ish bp = arus medan parallel beban penuh
Ish bn = Ish bp

Pada pengujian, diketahui rugi-rugi beban nol pada belitan jangkar terdiri atas :
 Rugi-rugi inti besi ( Pc )
 Rugi-rugi gesekan & angin ( Pa&g )
 Rugi-rugi Tembaga Jangkar Pcu = ( I0 - Ish )2. ra ……………………………… (5 – 10 )
Rugi-rugi konstan, yang merupakan penjumlahan dari rugi-rugi, dengan persamaan sbb :

Pk = Vt. I0 – Vt. Ish - ( I0 - Ish )2. ra ……………………………… (5 – 11 )


Maka juga ditentukan :
Efisiensi motor dc pada beban penuh.
Pin = Vt. Ibp ; Pcu = ( Ibp - Ish )2. ra = Ia2. ra
Pk = Vt. I0 – Vt. Ish - ( I0 - Ish )2. ra
Σlosses = ( Ibp - Ish )2. ra + Pk ……………………………… (5 – 12 )

Pout Vt. Ibp - [( Ibp - Ish )2. ra + Pk ]


η= x 100% = x 100% …….………………… (5 – 13 )
Pin Vt. Ibp

Efisiensi Generator dc pada beban penuh.


Pout = Vt. Ibp ; Pcu = ( Ibp + Ish )2. ra = Ia2. ra
Pk = Vt. I0 – Vt. Ish - ( I0 + Ish )2. ra
Σlosses = ( Ibp + Ish )2. ra + Pk …….………………… (5 – 14 )

Pout Vt. Ibp


η= x 100% = x 100% …….………………… (5 – 15 )
Pin 2
Vt. Ibp +[( Ibp + Ish ) . ra + Pk ]
Keuntungan dan kerugian dari pengujian beban nol

Keuntungan pengujian :
1. Sangat ekonomis, karena daya yang dibutuhkan untuk pengujian mesin besar cukup kecil, yaitu
hanya daya masukan tanpa beban.
2. Efisiensi dapat ditentukan pada beban berapa pun, karena rugi-rugi tetapnya telah diketahui.

Kerugian pengujian :
1. Tidak memperhitungkan perubahan rugi besi dari keadaan beban nol hingga beban penuh (
pada beban penuh, akibat reaksi jangkar, fluks terdistorsi yang mengakibatkan peningkatan
rugi-rugi besi, pada beberapa kasus, rugi besi bahkan dapat meningkat hingga 50% ).
2. Pada uji tanpa beban, tidaklah mungkin mengetahui apabila komutasi pada beban penuh
cukup memuaskan dan apakah kenaikan suhu berada dalam batas yang ditetapkan.

5.3. Pengujian Regeneratif atau Hopkipson Test (Back to back test)


Tujuan pengujian ini, adalah untuk menentukan efisiensi mesin dc.
Dalam pengujian ini, diasumsikan bahwa motor dc dan Generator dc digunakan mempunyai spesifikasi
yang sama, sehingga efisiensinya dapat dianggap sama, dan dikopel secara mekanis. Pada uji ini energy
yang dihasilkan generator tidak dibuang percuma, melain diumpankan ke penguat medan kedua mesin
tersebut.
Adapun prosedur pengetesan adalah sebagai berikut :
1. Motor dijalankan sampai mencapai putaran yang sama dengan putaran nominal generator
2. Arus medan Generator ( Ifg ) diatur agar diperoleh tegangan terminalnya sama dengan tegangan
terminal motor.
3. Bila volt meter V menunjukan nol maka saklar S ditutup
4. Catat Ifg, Ifm, I1, dan I2

Daya keluaran Generator :


Pout g = Vt. I1 ……………………………….………………… (5 – 16 )

Daya keluaran Motor :


Pout m = Pinput g = Vt( I1 + I2 ) ……………………………….………………… (5 – 17)

Asumsi Generator dan motor mempunyai efisiensi yang sama, yaitu ;


Pout g = Pinput g. η%
Atau,
Pout g = Vt( I1 + I2 ). η% ……………………………….………………… (5 – 18)
Dari persamaan (5 – 16 ) dan persamaan (5 – 18) diperoleh Efisiensi sebagai berikut :

η% = I1 / ( I1 + I2 ) ……………………………….………………… (5 – 19)

A2 I2 S I1

Af m (I1+ I2) Ifg Afg


Ifm Iam ram V Iag rag
Rfg
Vt Rfm
Фfm M G Ф fg

I2 I1
Gambar pengujian Hopkipson

Bila Generator dan motor mempunyai efisiensi yang tidak sama, maka perhitungan efisiensi masing-
masingnya dapat dilakukan sebagai berikut :
Rugi tembaga jangkar generator ; Pcug = (Iag)2. rag = (I1 + Ifg)2. rag
Rugi tembaga jangkar motor ; Pcum = (I1 + I2 - Ifm )2. ram
Rugi belitan medan generator ; Pfg = Vt . Ifg
Rugi belitan medan motor ; Pfm = Vt . Ifm
Total rugi-rugi ( motor + generator ) ; ΣPlosses Motor & Generator = P catu daya = Vt . I2
Maka :
Rugi-rugi konstan = Stray losses ( rugi buta) = ( rugi gesekan + angin + inti ) dari motor dan generator
adalah :
ΣPb Motor & Generator = W = Vt . I2 - (I1 + I2 - Ifm )2. ram - (I1 + Ifg)2. rag - Vt . Ifm - Vt . Ifg ……… ( 5-20)

Dengan asumsi rugi buta ( rugi konstan) motor dan generator sama, maka rugi buta permesin ; = 1/2 W
Sehingga :
Total rugi-rugi motor = Wm = 1/2W +(I1 + I2 - Ifm )2. ram + Vt . Ifm
Total rugi-rugi generator = Wg = 1/2W + (I1 + Ifg)2. rag + Vt . Ifg
Maka , Efisiensi motor :
Pout Pin - ΣPlosses Motor
ηm% = = x 100%
Pin Pin

Vt (I1 + I2 ) - Wm
ηm% = x 100% …………………………………….……… ( 5-21)
Vt (I1 + I2 )

Efisiensi generator:
Pout Vt . I1
ηm% = = x 100% …………………………………………….. ( 5 – 22 )
Pin Vt . I1 + Wg

Contoh soal 1 :
Pada pengujian brake test, beban efektif pada pulley pengereman adalah 38,1 kg. Diameter
efektif pulley adalah 63,5 cm dan kecepatan rotor adalah 12 rps. Dari pengujian ini motor
mengambil arus sebesar 49 A pada tegangan 220 volt. Hitung :
a. Daya keluaran
b. Efesiensi motor pada beban ini.

Solusi :
( W1 –W2 ) 38,1 kg
D = 63,5 cm = 0,635 m
R = 0,635 / 2 = 0,3175 m
N = 12 rps = 12x60 = 720 rpm
I1 = 49 A ; Vt = 220 volt
a. Pout = 9,8(W1 – W2 ). r. 2πn/60
Pout = 9,8(38,1). 0,3175. 2π720/60

Pout = 8945 watt

Pin = Vt . I1

Pin = 228 . 49 = 10780 watt

Pout
b. η= x 100% = (8945 / 10780) x 100% = 83 %
Pin

Contoh soal 2 :
Dari sebuah test tanpa beban dari motor dc shunt 44,76 kW, 220 V, diperoleh arus input
13,25 A, arus medan 2,55 A, tahanan jangkar pada suhu 75 0 C adalah 0,33 ohm dan drop
tegangan sikat = 2 volt. Tentukan :
a. Arus beban penuh
b. Efesiensi
Solusi :
Daya masukan beban nol : PiNL = 220 x 13,25 = 2915 watt
Arus jangkar beban nol : IaNL = 13,25 – 2,55 = 10,7 A

Rugi-rugi tembaga jangkar : Pcu = (10,7)2x0,33 = 37,8 watt

Rugi daya pada sikat : Psi = 2x10,7 = 21,4 watt

Rugi-rugi variable : Σlosses = 21,4 + 37,8 = 59,2 watt

Rugi-rugi konstan : ΣPb = 2915 - 59,2 = 2855,8 watt

a). Kondisi beban penuh :

 arus jangkar pada keadaan beban penuh : I 1 = (Ia + 2,55 ) A

 Daya masukan motor keadaan beban penuh : Pin = 220x(I a+2,55 ) watt

Ekivalen dengan :

Pin = Pout + Σlosses ( rugi sikat + rugi jangkar )

220x(Ia+2,55 ) = 44760 +2855,8 + 2xIa + 0,33 Ia2

0,33 Ia2 – 218 Ia + 47554,822 = 0

2182 – 4x0,33x 47554,822


Ia = 218 ± √ = 223,5 A
2x0,33

b). Arus masukan motor :

I1 = (Ia + 2,55 ) A

= ( 223,5 + 2,55 ) A = 266 A

Daya masukan motor keadaan beban penuh :

Pin = 220x(Ia+2,55 ) watt

= 220x266 = 49720 watt

Jadi efesiensi beban penuh :

Pout
η= x 100% = (44760 / 49720) x 100% = 90 %
Pin

Contoh soal 3 :
Dari Hapkpson test untuk dua buah mesin arus searah diperoleh data sebagai berikut :
- Tegangan saluran 110 volt
- Arus saluran 48 A
- Arus jangkar motor 230 A
- Arus medan motor dan generator masing-masing 3 A dan 3,5 A
- Resistansi jangkar motor 0,035 ohm
Hitunglah Efisiensisi dari setiap mesin ??

Solusi :

I2 = 48 A S I1 = 185 A

(I1+ I2) 3,5 A


3A Iam ram V Iag rag
Rfg
110 v Rfm
Фfm M G Ф fg

I2 I1
Gambar pengujian Hopkipson

ΣPb Motor & Generator = W = Vt . I2 - (I1 + I2 - Ifm )2. ram - (I1 + Ifg)2. rag - Vt . Ifm - Vt . Ifg

= (110)(48) – (230)2. 0,035 – (185 + 3,5)2. 0,035 – (110)(3) – (110)(3,5)

= 1469,87 watt

Total rugi-rugi motor = Wm = 1/2W +(I1 + I2 - Ifm )2. ram + Vt . Ifm

= 1469,87 / 2 + (230)2. 0,035 + (110)(3)

= 2916,435 watt

Vt (I1 + I2 ) - Wm
ηm% = x 100%
Vt (I1 + I2 )

110 (233 ) - 2916,435


ηm% = x 100% = 88,62 %
110 (233 )
Total rugi-rugi generator = Wg = 1/2W + (I1 + Ifg)2. rag + Vt . Ifg
= 1469,87 + (188,5) 2. 0,035 + (3,5 . 110)

= 2363,565 watt

Pout Vt . I1
ηm% = = x 100%
Pin Vt . I1 + Wg

Pout (185)(110)
ηm% = = x 100% = 89,6 %
Pin (185)(110) + 2363,565

Tugas :

1. Suatu motor dc shunt 220 volt, mengambil arus 2,5 A pada keadaan beban nol. Resistansi

belitan jangkar dan belitan medan masing-masing adalah 0,8 ohm dan 200 ohm. Hitunglah

Efisiensi motor bila arus input motor 20 A.

2. Dari pembacaan pengujian rotor ditahan dari suatu mesin dc diperoleh hasil beban dan

pegas yang dipasang pada pulley adalah 10 kg dan 35 kg, diameter pulley 40 cm, kecepatan

motor 950 rpm, tegangan terminal 200 volt dan arus saluran 30 A. Hitunglah :

a. Daya keluarah motor

b. Efisiensi motor.

3. Dari sebuah test Hopkipson untuk generator shunt 500 volt, 100 kW didapatkan data-data

sbb :

- Arus penghubung ke supplay adalah 30 A pada 500 volt

- Arus Generator 200 A

- Arus medan motor dan generator masing-masing 3,5 A dan 1,8 A.

- Tahanan jangkar masing-masing mesin 0,075 ohm.

- Drop tegangan sikat pada masing-masing mesin 2 volt. Hitung Efisiensi dari mesin yang

berfungsi sebagai generator.


4. Bila suatu motor dc shunt 400 volt bekerja tanpa beban akan mengambil arus 5 A resistansi

jangkar dan medan masing-masing adalah 2,5 ohm dan 200 ohm. Tentukan :

a. Daya keluaran motor

b. Efisiensi motor bila berputar pada beban penuh mengambil arus 50 A.

5. Pada pengujian Hopkipson untuk dua buah generator 220 volt, 100 kW arus out put

generator sama arus beban penuh dan arus yang diambil dari supplay adalah 90 A. Tentukan

Efisiensi Generator.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brahim Hamzah, Teknik Tenaga Listrik


2. Zuhal, Teknik Tenaga Listrik
3. Refdinal,” Diktat Ajar Mesin Listrik I”, UNAND
4. Sumanto, Mesin Arus Searah
5. Mukhtar Wijaya Dasar-dasar mesin Listrik
6. P.C. Sen, “Principle of Electric Mashines and Power Elektronik”, Johnn Wiley 1987
7. T.M. Soelaiman, “ Diktat mesin Arus searah”, ITB
8. B. L.Theraja, “ Electrical Technology”, Nirja Construction & Development, 1991
9. Fitzegerald, “ Electrical Machinery “, McGraw Hill, 1971

Anda mungkin juga menyukai