Anda di halaman 1dari 85

PEMERIKSAAN ULTRASONOGRAFI

(USG) ABDOMINAL
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama

PENGERTIAN Pemakaian Ultrasonografi sebagai alat bantu menegakkan diagnosis

Sebagai alat bantu bidang obstetri dan ginekologi


TUJUAN

KEBIJAKAN 1. Dikerjakan oleh dokter ahli atau dokter dibawah pengawasan dokter
ahli

2. Setiap pemeriksaan USG dilakukan di instalasi rawat jalan obgin


atau di unit maternal perinatal

Cara kerja :
PROSEDUR 1. Dokter melakukan penegakkan diagnosis dan indikasi untuk
pemeriksaan USG
2. Dokter memberikan penjelasan kepada pasien tentang tujuan dan
manfaat pemeriksaan USG
3. Dokter meminta persetujuan konsulen Obgyn
4. Dokter dibantu perawat/bidan mempersiapkan pasien untuk
pemeriksaan, pasien diminta untuk tidak mengosongkan
kandung kemih sebelum pemeriksaan dilakukan
5. Perawat/bidan mencatat identitas pasien dibuku register USG
6. Perawat/bidan membaringkan pasien di tempat tidur
7. Dokter melakukan pemeriksaan USG abdominal
8. Dokter menulis hasil pemeriksaan di rekam medik pasien,
perawat/bidan menuliskan hasil pemeriksaan USG pada buku
register USG
9. Dokter menjelaskan hasil pemeriksaan dan memberikan saran
kepada pasien yang boleh pulang
10. Dokter memberikan pengantar rawat inap bagi pasien yang
selanjutnya akan mondok/di rawat

UNIT TERKAIT 1. SMF ObsGyn


2. Instalasi Rawat Jalan
3. Instalasi Maternal Perinatal
ADMINISTRASI DAN MANAJEMEN
INFORMED CONSENT
( PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK)
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama

PENGERTIAN Informed consent atau persetujuan tindakan medik adalah persetujuan


yang diberikan oleh pasien atau keluarganya atas dasar informasi dan
penjelasan mengenai tindakan medik yang dilakukan terhadap pasien
tersebut

Untuk mengatur keserasian, keharmonisan, dan ketatatertiban dalam


TUJUAN melaksanakan informed consent

KEBIJAKAN 1. Informed consent tertulis diperlukan untuk semua jenis tindakan


medik yang mengandung resiko tinggi

2. Informed consent secara lisan diperlukan untuk tindakan medik


yang tidak mengandung resiko tinggi

Cara kerja :
PROSEDUR 1. Pasien datang sebelum dilakukan tindakan medik, diberikan
penjelasan oleh dokter/petugas bahwa : sebelum dilakukan
tindakan medik perlu persetujuan atau informed consent
2. Pasien atau keluarga pasien diberi penjelasan mengenai diagnosa
dan tata cara tindakan medik, tujuan tindakan medik , alternatif,
tindakan lain dan resikonya, resiko dan komplikasi yang
mungkin terjadi serta prognosis terhadap tindakan yang akan
dilakukan
3. Setelah pasien/keluarga memahami penjelasan dari
dokter/petugas pasien/keluarga diberi formulir informed consent
untuk diisi dan ditandatangani
4. Setelah pasien/keluarga menandatangi informed consent
kemudian dokter dan saksi-saksi menandatangani informed
consent
5. Apabila pasien atau keluarga menolak untuk dilakukan tindakan
medik yang diperlukan, maka pasien atau keluarga
menandatangani formulir penolakan tindakan medik
6. Dokumen informed consent harus disimpan dalam berkas rekam
medik pasien

UNIT TERKAIT IRDA, IRNA, IRJA,IBS,PRK & RM, KOMED, KOMKEP


PELAYANAN ANTE NATAL
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama

PENGERTIAN Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan ibu hamil secara


paripurna dalam mengupayakan kesehatan ibu yang optimal sehingga
ibu hamil tersebut menjalani persalinan dan nifas normal

1. Mendeteksi secara dini dan memberikan terapi kelainan yang


TUJUAN mungkin menyertai kehamilan ibu
2. Mempersiapkan ibu menghadapi persalinan nifas
3. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan bayi
Sasaran :
KEBIJAKAN 1. Ibu hamil
2. Keluarga ibu hamil
Pelaksanaan :
1. Dokter
2. Bidan / perawat
3. Tenaga kesehatan lain yang terkait (Gizi, Dll)
PERSIAPAN :
PROSEDUR a. Waktu pemeriksaan antenatal
b. Penyuluhan kesehatan ibu hamil
 Alat
- Poster kesehatan ibu hamil / melahirkan/nifas
- Audivovisual
 Tenaga penyuluhan
- Dokter / Bidan / Perawat
- Petugas Kesehatan lain yang terkait (Gizi, Dll)
 Bahan Penyuluhan Kesehatan ibu hamil
c. Catatan medik
d. Sarana pemeriksaan Fisik
- Timbangan Berat Badan
- Tensi Meter
- Termometer
- Stetoskop Laenen/ Doppler/ Kardiotokograf
e. Formula laboraturium / Konsultasi
LANGKAH-LANGKAH :
 Ruang Tunggu Pasien
Peragaan Audivisual tentang kehamilan yang sehat, tanda-tanda
persalinan normal dan nifas yang sehat
 Ruang pemeriksaan pasien :
 Identifikasi status pasien dengan cara :
- Pengukuran berat badan, tinggi badan, dan tekanan
darah
PELAYANAN ANTE NATAL

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 2/2

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
- Anamnesa terarah tentang :
PROSEDUR  Faktor demograf pasien
 Riwayat obstetri pasien
 Riwayat kelainan medis
 Kehamilan sekarang
 Kebiasaan pasien (perokok dsb)
 Pemeriksaan kehamilan
- Pemeriksaan fisik secara umum
- Pemeriksaan kehamilan
- Pemeriksaan dalam pada kehamilan muda
- Pemeriksaan leopald I-IV pada semester II & III
- Penilaian keadaan janin
- Penilaian panggul pada tri semester III
- Pemeriksaan USG pro skrining / atas indikasi
 Melakukan konsultasi dengan bagian lain bila dijumpai
kelainan
 Penjelasan / informasi tentang :
- Makanan sehat untuk ibu hamil
- Pengaruh penyakit sebelum hamil terhadap
kehamilan sekarang (bila ada)
- Meninggalkan kebiasaan buruk (merokok, Dll)
- Usia untuk hamil yang dianjurkan (2 atau 3)
- Jarak antar kehamilan yang di anjurkan (minimal 2
tahun) kelainan yng menyertai kehamilan dan
penanganannya, antara lain :
- Perdarahan pada kehamilan muda
- Hipertensi dll
- Penjelasan tentang persalinan nifas
- Jadwal pemeriksaan kehamilan
1. Instalasi Rawat Jalan (Poliklinik Kebidanan)
UNIT TERKAIT 2. SMF kebidanan
3. Instalasi PKM
4. Instalasi Gizi, Laboraturium
5. SMF lain yang terkait
PELAYANAN MEDIS INDUKSI
DENGAN MISOPROSTOL
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama

PENGERTIAN Induksi persalinan adalah suatu usaha agar persalinan mulai berlangsung
dengan jalan merangsang timbulnya his

Mengakhiri suatu kehamilan dan menimbulkan persalinan


TUJUAN
1. Induksi persalinan dilakukan atas persetujuan konsulen obgyn
KEBIJAKAN 2. Tindakan dilakukan oleh dokter ahli atau dokter dibawah
pengawasan dokter ahli
3. Tindakan dilakukan sesuai indikasi dan persyaratan
4. Tindakan dilakukan di unit maternal Instalasi Maternal Perinatal
1. Dokter menjelaskan kepada pasien atau keluarga pasien
PROSEDUR mengenai prosedur dan resiko tindakan
2. Pasien dan atau keluarga pasien menandatangani formulir
persetujuan tindakan medik
3. Perawat/ bidan melakukan pemeriksaan tanda vital
4. Dokter menentukan nilai bishop score
5. Dokter melakukan pemeriksaan obstetri dan monitoring
kesejahteraan janin
6. Dokter dan atau dibantu perawat/ bidan mempersiapkan tablet
misoprostol di persiapkan : 1 tablet 200 mg
7. Dokter memberikan tablet misoprostol untuk induksi yang dapa
dilakukan secara oral atau pervaginam
8. Pemberian tablet misoprostol untuk induksi sebanyak 50 mg
(1/4 tablet), tiap kali pemberian
9. Dokter melakukan evaluasi setelah 5-6 jam pemberian tablet,
apabila belum masuk dalam persalinan pemberian ¼ tablet dapat
diulang kembali, sampai total 1 tablet ( 1 seri) dan evaluasi tetap
5-6 jam setelah pemberian tablet dan mencatat hasil
pemeriksaan di catatan medik pasien
10. Dokter memeriksa ulang serviks dan mengkonsultasikan ulang
ke konsulen apabila dalam 1 seri (1 tablet) belum terjadi proses
persalinan, untuk melanjutkan induksi seri ke – 2.
11. Dokter melakukan pemeriksaan ulang serviks, menentukan
tindakan dan mengkonsultasikan ulang ke konsulen jika dalam 2
seri belum terjadi proses persalinan. Pasien dengan ketuban utuh
dapat diistirahatkan dan di induksi lagi esok harinya dengan
persiapan yang sama, kecuali terdapat konraindikasi elanjutkan
induksi atau kasus kasus tertentu (misal : Preeklamsia
berat/Eklamsia atau ketuban sudah tidak utuh)
1. SMF ObsGyn
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Maternal Perinatal
PELAYANAN MEDIS
MIOMA UTERI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
Suatu tumor jinak lapisan miometrium rahim dengan sifat :
PENGERTIAN o Konsistensi padat kenyal
o Berbatas tegas dan mempunyai pseudokapsul
o Tidak nyeri
o Bisa soliter atau multiple dengan ukuran mulai dari mikroskop
sampai lebih dari 50 kg
o Submukosa
LOKASI TUMOR o Intramural
o Subserosa
o Intraligamenter
o Bertangkai (Pedunculated)
o Parasitic (wandering myoma)

PATOFISIOLOGI Berasal dari “ totipotensial primitive cells” atau “immature muscle cell
nest” dalam miometrium yang berproliferasi akibat rangsangan terus
menerus oleh hormon estrogen sehingga terbentuk tumor yang berdiri
dari jaringan otot, jaringan ikat fibrous dan banyak pembuluh darah.
Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi terutama usia 40 – 50
tahun. Tumor jarang ditemukan sebelum menarche dan akan mengalami
regresi setelah menopause. Tumor bertambah besar pada kehamilan dan
pada pemberian hormon enstrogen.

KRITERIA Pembesaran Uterus


DIAGNOSIS
o Mungkin tanpa gejala atau timbul gejala berupa rasa penuh berat
GEJALA KLINIS pada perut bagian bawah sampai teraba benjolan yang padat
kenyal
o Gangguan haid atau perdarahan abnormal uterus berupa :
menoragia; metroragia
o Gangguan akibat penekanan tumor
o Disuria/ polakisuria
o Retensi urin
o Overflow incontinens
o Konstipasi
o Edema tungkai
o Varises
o Palpasi abdomen didapatkan tumor di daerah atas pubis atau
PEMERIKSAAN abdomen bagian bawah dengan konsistensi padat kenyal,
berbenjol-benjol, tidak nyeri, berbatas jelas, mudah digerakkan
bila tidak ada perlengkapan.
o Pemeriksaan bimanual didapatkan tumor tersebut menyatu atau
berhubungan dengan rahim
PELAYANAN MEDIS
MYOMA UTERI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
o Kehamilan
DIAGNOSIS o Neoplasma ovarium
BANDING o Endometriosis
o Kanker Uterus
o Kelainan bawaan uterus
o Tumor Solid Rongga Pelvis non Ginekologi
o Dilatasi dan kuretase bertingkat pada penderita yang disertai
PEMERIKSAAN dengan perdarahan untuk menyingkirkan patologi lain pada
PENUNJANG endometrium (Hyperplasia endometrium atau adenokarsinoma
endometrium)
o Ultrasonografi
o Pemeriksaan patologi anatomi bahan operasi

KONSULTASI Tidak Ada

o Observasi saja : bila besarnya uterus sama atau kurang dari


TERAPI ukuran uterus pada kehamilan 12 minggu tanpa disertai penyulit
lain, pengawasan dilakukan tiap 3 bulan sekali, apabila terjadi
pembesaran atau timbul komplikasi di pertimbangkan tindakan
operatif
Bila disertai keluhan atau komplikasi perdarahan :
o Koreksi anemia dengan transfusi sampai Hb>10 gr%
o Kuretase dikerjakan bila Hb > 10 gr% kecuali pada perdarahan
yang profuse. Tujuan kuretase untuk menghentikan perdarahan
dan untuk pemeriksaan patologi anatomi guna menyingkirkan
kemungkinan keganasan atau penyakit lain. Setelah kuretase jika
tidak didapatkan keganasan , tindakan selanjutnya tergantung
umur dan paritas penderita umur <35 tahun dan masih
menginginkan anak, dilakukan terapi konservatif, bila gagal
dipertimbangkan operatif, bila lebih dari 35 tahun dan jumlah
anak lebih dari 2 dilakukan tindakan operatif.
o Miomektomi : dikerjakan bila fungsi reproduksi diperlukan dan
secara teknis memungkinkan
o Histerektomi ; jika :
- Fungsi reproduksi tidak diperlukan
- Pertumbuhan tumor sangat cepat
- Bila terdapat perdarahan yang membahayakan
penderita (tindakan hemostasis)
Keadaan khusus :
o Mioma pedunkulata atau wandering mioma selalu dilakukan
tindakan operatif
o Mioma dengan infertilitas penanganannya tergantung hasil
evakuasi factor penyebab infertile yang lain
PELAYANAN MEDIS

RUMAH SAKIT
MYOMA UTERI
IBU DAN ANAK
MAWAR
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 3/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
o Mioma dengan hamil penanganannya tergantung hasil observasi
TERAPI setelah persalinan. Dilakukan operasi pada masa kehamilan bila
terjadi komplikasi akut
o Mioma pada wanita menopause akan mengalami regresi tetapi
bila terjadi pembesaran perlu tindakan segera oleh karena
meningkatnya resiko degenerasi sarkomatus atau mungkin
kesalahan diagnosis tumor ovarium.
Perawatan rumah sakit
Dirawat bila terjadi perdarahan hebat/anemia gravis atau bila
direncanakan pembedahan
o Perdarahan
PENYULIT o Anemia
o Infeksi
o Perlengketan pasca miomektomi
o Torsi pada yang bertangkai
o Degenerasi merah sampai nekrotik
o Degenerasi ganas (miosarcoma)
o Degenerasi hialin dan degenerasi kistik
o Infertilitas

INFORMED Sebelum pembedahan dalam bentuk pernyataan tertulis (lisan) khusus


CONSENT pada tindakan miomektomi perlu dijelaskan kemungkinan berulangnya
penyakit atau pengangkatan uterus pada saat pembedahan.

LAMA 1 hari pasca dilatasi dan kuretase


PERAWATAN 7 hari pasca miomektomi / histerektomi
MASA 2 Minggu pasca dilatasi dan kuretase
PEMULIHAN 5 Minggu pasca miomektomi
OUTCOME/ Sembuh total tanpa komplikasi
LENGKAP Penyakit berulang kembali pasca miomektomi
PATOLOGI o Pemeriksaan hispatologi dari spesimen pembedahan
ANATOMI o Otopsi/ risalah rapat
o Mencari sebab kematian
UNIT TERKAIT SMF ObsGyn
PERTOLONGAN PERSALINAN
SECARA MANUAL AID
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
Manual aid adalah tindakan pertolongan persalinan pada presentasi
PENGERTIAN bokong untuk melahirkan bahu atau kepala bayi
Melahirkan bahu, lengan, dan kepala pada persalinan dengan presentasi
TUJUAN bokong yang mengalami kesulitan dalam melahirkan bahu, lengan atau
kepala.
1. Pertolongan persalinan secara manual aid dipilih bila
KEBIJAKAN pertolongan persalinan secara Bracht dinyatakan gagal atau atas
indikasi waktu
2. Tindakan manual aid yang akan dilakukan dilaporkan ke
konsulen
3. Tindakan dilakukan oleh dokter ahli atau dokter dibawah
pengawasan dokter ahli
4. Tindakan manual aid dilakukan di unit maternal, Instalasi
maternal Perinatal
1. Dokter menjelaskan secara lisan kepada pasien dan atau
PROSEDUR keluarga pasien mengenai prosedur dan resiko tindakan
PELAKSANAAN 2. Dokter melakukan pertolongan persalinan secara manual aid
sebagai berikut :
A. Melahirkan bahu
Cara Klasik
1. Kaki janin dibawa ke arah depan lateral, kedua kaki janin
dipegang tangan penolong diantara jari penunjuk dan jari
tengah dan jari manis.
2. Lengan belakang dikeluarkan dengan tangan penolong yang
sesuai dengan tangan janin dengan menyusuri punggung
janin menuju ke lengan belakang sampai fossa cubiti.
Mengusap mukanya sendiri.
3. Untuk melahirkan lengan depan kaki janin ditarik ke arah
belakang lateral
4. Lengan depan dikeluarkan dengan tangan-tangan penolong
yang sesuai
Cara Muller
1. Melahirkan bahu lengan depan dulu (bila bahu depan
dianggap lebih mudah dikeluarkan lebih dahulu). Badan
janin di bawa kearah belakang lateral
2. Melahirkan bahu lengan belakang, badan janin dibawa ke
arah depan lateral. Kemudian bahu dilahirkan dengan badan
janin kearah depan lateral.
Cara Lovset
Dilakukan pada lengan menjungkit dan nunchal arm
1. Badan janin diputar 180 derajat, mengarah kepunggung janin
PERTOLONGAN PERSALINAN
SECARA MANUAL AID
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/2

STANDAR Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


PROSEDUR
OPERASIONAL
Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR dengan kedua ibu jari sejajar memegang fossa sakralis
PELAKSANAAN mediana, empat jari yang lain kedua tangan memegang
pangkal paha depan.
2. Dilakukan tarikan sedikit kebelakang, sehingga bahu
belakang akan terletak dibawah simpisis dan mudah
dikeluarkan. Kemudian janin diputar kembali kearah posisi
semula dan bahu yang lain akan lahir.
B. Melahirkan Kepala
Cara Mauriceau (Veit – Smellie) :
1. Tangan kiri penolong (bila tidak kidal) dimasukkan kedalam
jalan lahir sedemikian rupa sehingga badan janin
menunggangi lengan.
2. Jari tengah lengan tersebut dimasukkan kedalam mulut janin
dan jari telunjuk, jari manis diletakkan pada fossa canina.
3. Tangan lain memegang kuduk janin dan jari tengah menekan
oksiput untuk mempertahankan flaksi, jari-jari yang lain
pada punggung janin
4. Tarikan dilakukan kearah belakang sampai oksiput dibawah
simpisis
5. Kemudian dilakukan tarikan ke depan atas ( lordosis) untuk
melahirkan dagu, mulut, dahi dan kepala
6. Tangan kiri penolong (bila tidak kidal) dimasukkan ke dalam
jalan lahir sedemikian rupa sehingga badan janin
menunggangi lengan
7. Jari tengah lengan tersebut dimasukkan kedalam mulut janin
dan jari telunjuk, jari manis diletakkan pada fossa karina
8. Tangan lain memegang kuduk janin dan jari tengah menekan
oksiput untuk mempertahankan fleksi, jari-jari yang lain
pada panggung janin
9. Tarikan dilakukan kearah belakang sampai oksiput di bawah
simpisis. Kemudian dilakukan tarikan ke depan atas
(lordosis) untuk melahirkan dagu, mulut, dahi dan kepala
10. Letakkan bayi di perut ibu, bersihkan jalan napas, tali pusat
di potong, dan bungkus bayi dengan handuk hangat.
11. Dokter menulis laporan tindakan dan identifikasi bayi di
catatan medik pasien.

UNIT TERKAIT 1. SMF ObsGyn


2. SMF Anak
3. Instalasi Rawat Darurat
4. Instalasi maternal Perinatal
PEMBERIAN OKSITOSIN UNTUK
INDUKSI DAN STIMULASI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
Oksitosin alami adalah hormon peptid yang diproduksi oleh hipotalamus
PENGERTIAN dan dilepaskan hipofisis posterior yang mempunyai efek merangsang
kontraksi uterus
Memasukkan preparat oksitosin ke dalam tubuh sampai mencapai kadar
TUJUAN
tertentu sehingga menimbulkan kontraksi uterus yang adekuat
1. Setiap pasien yang akan diberikan preparat oksitosin harus
KEBIJAKAN memenuhi indikasi dan persyaratan induksi dan stimulasi serta
dilaporkan kepada konsulen obgyn .
2. Setiap pasien yang akan diberikan preparat oksitosin harus
dirawat inap di Unit Maternal Instalasi maternal Perinatal atau di
unit lain (ICU,ICCU) apabila dipandang perlu oleh konsulen.
1. Dokter memberikan penjelasan kepada pasien dan atau keluarga
PROSEDUR secara lisan mengenai tujuan dan resiko pemberian preparat
PELAKSANAAN oksitosin, dan selanjutnya menandatangani formulir persetujuan
tindakan medis (informed consent)
2. Dokter dibantu perawat/bidan melakukan pemeriksaan obstetri,
tanda vital dan kesejahteraan janin (kardiotokografi)
3. Perawat/bidan melakukan pemasangan infus dengan cairan
kristaloid (500 ml) yang telah diisi dengan oksitosin 5 IU.
4. Dokter menentukan dosis awal dengan kecepatan rendah, yaitu 4
mlU/menit ( 8 tetes/menit), dan menaikkan dosis secara bertahap
2 mlU/menit (4 tetes/menit) tiap 15 menit sampai mencapai his
yang elektif yaitu kontraksi dengan interval 2-3 menit dan durasi
50-55 detik. Tetesan dapat dinaikkan sampai dosis maksimal
yaitu 30 mlU/menit ( 60 tetes/menit)
5. Dokter melakukan observasi terhadap pasien dan denyut jantung
janin (DJJ) setiap 15 menit, dan bila dianggap perlu dilakukan
monitoring DJJ secara kontinu dengan kardiotografi
6. Dokter mengurangi atau menghentikan pemberian preparat
oksitosin jika kontraksi menjadi terlalu kuat, berkepanjangan
atau frekuensinya berlebihan, tonus uterus meningkat atau
terjadi perubahan DJJ (Fetal distress)
7. Dokter melakukan pemeriksaan bimanual ulang bila infus habis,
atau ada indikasi (ketuban pecah, atau pasien tampak ingin
mengejan)
8. Dokter menilai respon pemberian preparat oksitosin dengan
melakukan pemeriksaan his dan bimanual, selanjutnya
dilaporkan ke konsulen obgyn
9. Dokter menyatakan pemberian preparat oksitosin gagal bila
setelah dosis total 5 IU Oksitosin ( 1 botol) habis tetapi tidak
memberikan respon yang di harapkan.
PEMBERIAN OKSITOSIN UNTUK
INDUKSI DAN STIMULASI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/2

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
10. Dokter mengawasi komplikasi maternal maupun janin yang
PROSEDUR mungkin terjadi, antara lain : sindrom hiperstimulasi, ruptura
PELAKSANAAN uteri, intoksikasi air, fetal distress, dll. Penanganan sindrom
hipertimulasi berupa pemberian antidotum yaitu selain
menghentikan pemberian preparat oksitosin dan memberikan
suntikan terbutarin intravena dengan dosis 0,25 mg ( 1 ampul)
1. SMF ObsGyn
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Maternal Perinatal
HISTEREKTOMI ABDOMINAL
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
Histerektomi abdominal adalah tindakan yang dilakukan untuk
PENGERTIAN mengangkat rahim sebagian atau seluruhnya yang dilakukan melalui
abdomen

TUJUAN Pengangkatan rahim melalui operasi abdominal untuk tujuan terapi

1. Dilakukan penegakkan diagnosis dan dikonsulkan ke konsulen


KEBIJAKAN obgyn
2. Tindakan dilakukan atas persetujuan konsulen obgyn
3. Tindakan dilakukan oleh dokter ahli atau dokter dibawah
pengawasan
4. Dokter ahli
5. Pasien yang akan dilakukan tindakan dapat dikonsultasikan ke
bagian lain bila dianggap perlu oleh konsulen obgyn
6. Persiapan tindakan dapat dilakukan diinstalasi rawat jalan dan
atau bangsal obgyn
7. Tindakan dilakukan di kamar operasi gedung bedah sentral
terpadu atau instalasi rawat darurat
1. Dokter menjelaskan kepada pasien dan atau keluarga mengenai
PROSEDUR prosedur dan resiko tindakan, dan selanjutnya menandatangani
PELAKSANAAN formulir persetujuan tindakan operasi (informed consent)
2. Dokter memeriksa ulang kelengkapan rekam medis
3. Pasien dipuasakan minimal 8 jam sebelum operasi
4. Dokter bersama perawat / bidan melakukan preparasi vulva/
vagina dengan antiseptika, dilanjutkan memasang kateter dan
tampon vagina
5. Dokter anastesi melakukan pembiusan
6. Dokter melakukan desinfeksi medan operasi dengan alkohol 70
% dilanjutkan dengan larutan povidon iodine
7. Dokter bersama asisten memasang duk steril
8. Dokter melakukan irisan pada kulit dinding abdomen lapis demi
lapis sampai dengan peritoneum perietale
9. Dokter melakukan eksplorasi rongga abdomen, menilai organ
genitalia interna dan mendiagnosis dan menentukan tindakan
10. Lindungi kandung kemih, masukkan kasa lebar dan pasang
retractor sehingga uterus dan organ sekitar dapat dipresentasikan
dengan jelas
11. Uterus dikeluarkan dari rongga abdomen dan dilakukan jahitan
taegel ligamentum rotundum diklem dengan 2 klem Oschner
(Kocher bengkok) dekat dengan kornu uteri, selanjutnya
dipotong diantara dengan pisau atau gunting, kemudian diikat
rangkap dengan benang kromik ukuran 0 atau 2-0
HISTEREKTOMI ABDOMINAL
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
12. Ligamentum rotundum diklem dengan 2 klem Oschner (Kocher
PROSEDUR bengkok) dekat dengan kornu uteri selanjutnya dipotong
PELAKSANAAN diantara dengan pisau atau gunting, kemudian diikat rangkap
dengan benang kromik ukuran 0 atau 2-0
13. Lamina anterior ligamentum latum yang terbuka di insisi dengan
gunting dari tempat pemotongan menuju kebawah dan medial ke
arah segmen bawah rahim
14. Lamina posterior ligamentum latum tepat dibawah tuba falopi,
ligamentum ovari proprium serta pembuluh darah ovarium
didorong secara tumpul dengan 2 jari ke depan kemudian
digunting sehingga membentuk lubang
15. Melalui lubang tersebut tuba falopi, ligamentum ovari proprium
serta pembuluh darah ovarium diklem dengan 2 kocher
(Oschner) dan dipotong diantara kedua klem dengan pisau
16. Longgarkan jepitan dan ikat pungtum lateral dengan benang
kromik 2-0
17. Pungtum medial diikat dengan benang sutera dan jepit ujung
benang dengan klem untuk mengangkat uterus
18. Lamina posterior ligamentum latum dipotong kebawah dengan
gunting dekat dengan uterus menuju kearah ligamentum
kardinale. Jepit dan ikat setiap perdarahan yang terjadi
19. Menyisihkan kandung kemih dengan cara membuka plika
vesikouterina (diantara kedua ujung sayatan ligamentum latum)
dan disisihkan secara tumpul ( menggunakan jari yang
dibungkus dengan kasa) atau secara tajam dengan gunting
( kalau ada perlengketan)
20. Amputasi korpus uteri
Histerektomi subtotal korpus uteri dipotong berbentuk corong
setinggi diatas ostium internum
Histerektomi totalis : sebelumnya dilakukan identifikasi serviks
uteri dilanjutkan amputasi setinggi puncak vagina
21. Pungtum vagina dijahit dengan benang absorbable secara jelujur
terkunci, selanjutnya pungtum ligamentum rotundum dan
ligamentum infundibulopelvikum dijahitkan pada pungtum
vagina
22. Lakukan kontrol perdarahan
23. Dilakukan reperitonealisasi viscerale dan parietale
24. Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis. Otot didekatkan
dengan cat gut plain satu satu fascia dijahit dengan benang
vicryl jelujur terkunci, subkutis dijahit dengan cat gut plain satu-
satu, kulit dijahit secara subkutikuler atau jahitan terputus
HISTEREKTOMI ABDOMINAL
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 3/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
25. Membersihkan luka operasi dan kulit dengan kasa yang dibasahi
PROSEDUR larutan antiseptik (povidon iodin) dan menutup jahitan dengan
PELAKSANAAN kasa diatasnya lalu rekatkan dengan plaster
26. Dokter menulis laporan operasi di catatan medik dan mengisi
lembaran patologi anatomi untuk mengirim jaringan hasil
operasi

1. SMF Obsgyn
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Darurat
3. Instalasi Bedah Sentral Terpadu (GBST)
STERILISASI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
Suatu tindakan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen beserta
PENGERTIAN sporanya pada peralatan perawatan dan kedokteran dengan cara
merebus, stoom panas tinggi, atau menggunakan bahan kimia
1. Mencegah terjadinya infeksi silang
TUJUAN
2. Memelihara peralatan dalam keadaan siap pakai
Peralatan yang dibungkus harus diberi label yang jelas dengan
KEBIJAKAN mencantumkan : nama, jenis peralatan, tanggal dan jam disterilkan. Jika
peralatan yang baru disterilkan terbuka, maka harus disterilkan kembali
Jenis peralatan yang dapat disterilkan :
PROSEDUR 1. Peralatan yang terbuat dari logam ( pinset, gunting, dll)
PELAKSANAAN 2. Peralatan yang terbuat dari kaca (tabung kimia, dll)
3. Peralatan yang terbuat dari karet (kateter, sarung tangan , dll)
4. Peralatan yang terbuat dari ebonit (kanule rectum, canule
trachea, dll)
5. Peralatan yang terbuat dari email ( waskom, dll)
6. Peralatan yang terbuat dari porselen (cangkir, piring, dll)
Pelaksanaan :
1. Sterilisasi dengan cara rebus :
Mensterilkan peralatan dengan merebusnya didalam air sampai
mendidih (100o C) dan ditunggu antara 15 sampai 30 menit.
Misalnya alat dari logam, kaca, dan karet.
Langkah-langkah :
a. Yakinkan sterilisator dalam keadaan siap pakai
b. Masukkan alat yang sudah di cuci bersih kedalam sterilisator
c. Isi air hingga alat terendam
d. Tutup sterilisator dengan rapat
e. Atur waktu selama 30 menit
f. Tekan tombol on pada sterilisator
g. Setelah 30 menit, alat dapat diangkat
h. Matikan dengan menekan tombol off dan lepaskan stop
kontak
2. Sterilisasi dengan cara stoom (Uap)
Mensterilisasi peralatan dengan uap panas dengan autoclave
dengan waktu, suhu dan tekanan tertntu. Misalnya alat tenun,
obat-obatan, dll
3. Sterilisasi dengan cara panas kering
Mensterilisasi dalam oven dengan panas tinggi. Misalnya
peralatan logam yang tajam, peralatan dari kaca dan obat
tertentu
4. Sterilisasi dengan cara bahan kimia (alcohol, sublimat, uap
formalin untuk peralatan yang cepat rusak bila terkena panas :
sarung tangan, kateter)
STERILISASI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/2

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
Unit keperawatan gawat darurat, Bedah, Rawat jalan, Rawat Inap,
UNIT TERKAIT NICU, ICU
LAPARATOMI PADA KEHAMILAN
EKTOPIK TERGANGGU (KET) AKUT
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Tindakan pembedahan melalui dinding perut untuk menangani KET
TUJUAN Untuk diagnosis dan terapi
KEBIJAKAN 1. Dilakukan penegakkan diagnosis dan telah dikonsulkan dengan
konsulen obgyn
2. Tindakan kuretase dilakukan atas persetujuan konsulen obgyn
3. Tindakan kuretase dilakukan oleh dokter ahli atau dokter di
bawah pengawasan dokter ahli dan dibantu oleh asisten
4. Pasien yang akan dilakukan kuretase dapat dikonsulkan ke
bagian lain bila dianggap perlu oleh konsulen obgyn
5. Persiapan pasien untuk tindakan kuretase dapat dilakukan di
instalasi rawat jalan dan atau di bangsal
6. Tindakan kuretase dilakukan diruang tindakan onstretic minor
atau di tempat lain disesuaikan kondisi pasien saat itu ( ICU,
ICCU, kamar Operasi, IRD, IMP)
7. Tindakan pembiusan dapat dilakukan oleh dokter ahli atau
dokter di bawah pengawasan dokter ahli obgyn atau dokter ahli
anestasi bila diperlukan.
8. Memenuhi persyaratan kuretase
Cara kerja :
PROSEDUR 1. Dokter menjelaskan kepada pasien dan atau keluarga mengenai
PELAKSANAAN prosedur dan resiko tindakan dan selanjutnya menandatangani
formulir persetujuan tindakan medis (informed consent)
2. Dokter memeriksa ulang kelengkapan rekam medis
3. Dokter memastikan ulang persiapan darah sesuai golongan jika
diperlukan transfusi
4. Memasang infuse larutan elektrolit 500 ml yang diisi 10 unit
oksitosin dengan abbocath no 18
5. Dokter dibantu asisten memeriksa ulang kelengkapan alat dan
bahan : lampu sorot, kelengkapan alat operasi, bahan habis paka.
6. Operator dan asisten memakai baju operasi, topi, masker,
kemudian mencuci tangan dengan antiseptic, kemudian
memakai sarung tangan secara aseptic
7. Mempersilahkan dokter anastesi untuk mulai membius pasien
8. Peparasi medan operasi dengan antiseptika (alkohol 70% tiga
kali dan betadine tiga kali)
9. Menutup pasien dengan kain penutup steril kecuali medan
operasi
10. Men cek kesiapan asisten dan instrumentalis
11. Menanyakan kepada anestesiologist apakah operasi dapat
dimulai
12. Men cek apakah pasien sudah dalam keadaan anastesia dengan
mencubit kulit dengan pinset
LAPARATOMI PADA KEHAMILAN
EKTOPIK TERGANGGU (KET) AKUT
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
13. Memegang gagang pisau dengan tiga jari : jempol, telunjuk dan
PROSEDUR jari tengah. Jari manis dan kelingking menempel di perut pasien
PELAKSANAAN 14. Membuat marka pada kulit (satu atau dua)
15. Mengiris kulit dan subkutis sampai fascia
16. Menghentikan perdarahan dengan klem dan kauter
17. Mengiris fascia dengan pisau dan melebarkannya dengan
gunting
18. Membelah otot secara tumpul dan memisahkannya dari
peritoneum
19. Mengidentifikasikan peritoneum, lalu membuka dengan gunting
sampai jari bisa masuk
20. Mengidentifikasi kandung kencing
21. Melebarkan irisan peritoneum dengan gunting secukupnya
22. Melakukan eksplorasi rongga abdomen
23. Mengidentifikasi uterus, tuba dan ovarium
24. Menentukan dimana letak KET nya
25. Mennetukan jenis KET
26. Mengeksplarasikan tempat terjadinya hematokel
27. Mengeluarkan semaksimal mungkin jendalan darah dan produk
kehamilan yang ada
28. Menentukan apakah tuba bisa dikonservasi atau harus diangkat
29. Bila memungkinkan tuba dengan jahitan terputus menggunakan
plain cutgut no 000
30. Bila kondisi tuba jelek, mengangkat tuba dengan klem gunting
jahit pada pangkat tuba dan mesosalpinx
31. Menanam ujung tuba pada mesosalpinx
32. Mengontrol perdarahan dan menyakinkan tidak ada perdarahan
lagi
33. Menjahit kembali peritoneum paritale dengan benang plain
catgut no 0 secara jelujur terkunci
34. Menjahit kembali otot dengan plain catgut no 0 secara terputus
35. Menjahit kembali fascia dengan benang vicryl no 1 secara
jelujur terkunci
36. Menjahit kembali subkutis dengan plain catgut no 0 secara
terputus
37. Menjahit kembali kulit dengan benang sutra no 0 secara terputus
atau jahitan intakutan kontinu dengan plain catgut no 00 atau
000
38. Mengoles luka dengan betadine
39. Menutup luka dengan pembalut kasa dan hipafiks
40. Mengumpulkan semua peralatan yang telah dipergunakan dan
direndam dalam satu wadah dengan klorin
41. Memasukkan sampah bahan habis pakai pada tempat yang telah
disediakan
LAPARATOMI PADA KEHAMILAN
EKTOPIK TERGANGGU (KET) AKUT
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 3/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
42. Melepas baju operasi dan master
PROSEDUR 43. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
PELAKSANAAN 44. Mengeringkan dengan handuk yang bersih
45. Mencatat semua tindakan dalam medical report
1. SMF ObsGyn
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Darurat
3. Instalasi Bedah Sentral Terpadu (GBST)
SOLUSIO PLACENTA

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Terlepasnya plasenta dari implantasinya sebelum waktunya (bayi masih
dalam uterus)
TUJUAN Menetapkan pedoman penatalaksanaan pasien solusio Placenta agar
berhasil sembuh
KEBIJAKAN Pasien rawat inap, untuk mencapai keselamatan ibu dan bayi
A. Diagnosis
PROSEDUR 1. Anamnesa
PELAKSANAAN - Usia kehamilan ≥ 28 minggu
- Perdarahan pervagina
- Nyeri perut
- Anemis
2. Pemeriksaan
- Hamil ≥ 28 minggu
- Perdarahan pervagina warna kehitaman, encer
- Ada kontraksi / nyeri perut
- Anemis
- +/-
3. Laboraturium
- HB,HT, Trombo,CT,BT, Golongan Darah
- KTG : Laenek, Doppler
- USG : menilai letak plasenta, usia gestasi keadaan
janin
B. Penatalaksanaan
1. Mondok segera, informed concent
2. Konservatif
- Transfusi Fresh Whole Blood
- Apabila ketuban pecah dipacu oksitosin 10 IU
dalam 500 ml RL. Ditunggu lahir apabila belum
lahir di pacu ulang
3. Operatif
Dilakukan dalam 6 jam setelah dipacu bayi belum lahir bayi
masih hidup - → SC
C. Tindak Lanjut
Pasien rawat jalan post OP hari V, apabila tanpa penyulit

UNIT TERKAIT Obsgyn, laboraturium, IRDA/PONEK,IBS


IUFD

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN IUFD : janin mati dalam kandungan
TUJUAN Menetapkan pedoman penatalaksanaan pasien IUFD agar berhasil
sembuh
KEBIJAKAN Dilakukan pasien rawat inap untuk mengakhiri kehamilan
A. Diagnosis
PROSEDUR 1. Anamnesa
PELAKSANAAN - Tak ada gerak bayi, TFU makin mengecil ( tidak
sesuai dengan usia kehamilan)
- Amenorhe, kadang-kadang perdarahan
- Nyeri perut
2. Pemeriksaan
- Amenorhe
- TFU tak sesuai dengan umur kehamilan
- KTG : Doppler djj (-)
3. Laboraturium
- HB,HT, Trombo,CT,BT, Golongan Darah
B. Penatalaksanaan
1. Rawat Inap
- Setelah diagnosis ditegakkan :
- Laboraturium normal - → induksi oksitosin 5 IU
perdrip dalam 500 ml gastrul tablet
- Bila tak normal beri pengobatan sesuai penyebabnya
2. Bila Hipofribinogen kurang 120 mg%
- Beri heparin 30.000 IV atau per infus
- Beri fibrinogen 2 gr dalam larutan Dcx 5%
UNIT TERKAIT Obsgyn, laboraturium, IRDA/PONEK,IBS

RUMAH SAKIT IBU


DAN ANAK MAWAR

ABORTUS
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Keluarnya produk kehamilan pada usia kehamilan ≤ 20 mgg
TUJUAN Menetapkan pedoman penatalaksanaan abortus agar berhasil sembuh
KEBIJAKAN Dilakukan tindakan sesuai dengan jenis abortus
A. Diagnosis
PROSEDUR 1. Anamnesa
PELAKSANAAN - Amenorhe (terlambat haid) ≤ 2 minggu
- Perdarahan pervagina
- Konsepsi
- Rasa sakit didaerah simpisis
a. Abortus imminens
- Perdarahan melalui OUE disertai mules/ tidak
- Uterus membesar sesuai kehamilan
- Serviks belum membuka
- Tes kehamilan positif
b. Abortus Incipiens
- Perdarahan pervagina, usia kehamilan ˂ 20 minggu
- Konsepsi di dalam uterus
- Mules sering dan kuat
- Serviks membuka
c. Abortus Inkompletus
- Keluarnya hasil konsepsi pada kehamilan ≤ 20
minggu
- Kanalis servikalis membuka
- Jaringan dapat diraba dalam kavum uteri
- Perdarahan dapat banyak sekali sehingga dapat
menyebabkan syok
- Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil
konsepsi dikeluarkan
d. Abortus Kompletus
- Keluarnya hasil konsepsi keseluruhan lengkap
e. Abortus Infeksius
- Perdarahan per vagina
- Nyeri dan panas sering disertai dengan syok nyeri
adnesa
- Flour berbau
- Laboraturium : AL ˃ 15.000
f. Missed Abortion
Hilangnya hasil konsepsi setelah 8 minggu. Biasanya
didahului dengan adanya tanda-tanda abortus imminens
yang kemudian menghilang secara SPt atau setelah
pengobatan.
ABORTUS

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 2/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
2. Pemeriksaan
PROSEDUR Laboraturium : HB,HT,AT,Trombosit,CT,BT, Golongan Darah,
PELAKSANAAN Urine PP Test
B. Pengelolaan
1. Abortus Imminens
- Istirahat total sampai 2-3 hari bebas perdarahan
- Medikamentosa
- Papaverin Inj 40 mg (bisa diulang 3 x hari sehari
sampai bebas mules)
- Diazepam tablet 3 x 5 mg
- Bicasma (tokolitik)
- Ruborantia
- Penguat Kandungan
Bila dalam 3 – 5 hari perawatan perdarahan tidak
berkurang bahkan bertambah, tentukan kembali
diagnosanya.
2. Abortus Incipens
- Stimulasi tetesan oksitosin 10 IU dalam 500 ml RL
20 tetes/ 1
- Bila tak lengkap dilanjutkan kuretase
- Antibiotik setelah kuretase
3. Abortus kompletus
- Tidak ada terapi spesifik
- Kontrol 1 minggu kemudian
4. Abortus Inkompletus
- Bila KU baik, tanpa perdarahan, kuret terencana
- Bila perdarahan banyak segera kuret sambil
perbaikan KU
- Antibiotik setelah kuret
5. Abortus Infeksius
- Terapi suportif tergantung KU penderita
- Tes sensitifitas sebelum antibiotik diberikan
- Antibiotik
- Antipiretik
- Kuretase dilakukan bila temperatur tubuh normal ˂
37oC selama 3 hari
- Bila dalam 7 hari temperatur tidak turun, kuretase
tetap dilakukan untuk menghilangkan sumber
infeksi
6. Abortus Septik
- Abortus infeksiosa dengan tanda-tanda sepsis :
- Ampisilin injeksi 4x2 gr/6 jam
- Gentamisin 2x80 mg
ABORTUS

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 3/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
- Metronidasol supp 1 gr 2x sehari selama 5 hari
PROSEDUR - Dilakukan kuretase dalam waktu 12 jam setelah
PELAKSANAAN pemberian antibiotik
7. Missed Abortion
Pemberian laboraturium HB,AL,Trombosit,CT, BT, fibrinogen.
- Apabila hasil normal kuretase
- Apabila tidak normal :
 ˂ 12 minggu dilakukan kuretase
 ˃ 12 minggu diberikan estradio benzoat 1x20
mg/24 jam setelah 3 hari dipacu selama 24 jam
dengan oksi 2 ampul
 Dilakukan dilatasi kuretase
 Siap darah fresh whole blood
 Beri antibiotik
UNIT TERKAIT Obsgyn, laboraturium, IRDA/PONEK
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Hiperemesis gravidarum adalah keadaan dimana penderita muntah-
muntah yang berlebihan ˃ 10x / 24 jam atau setiap saat sehingga
mengganggu kesehatan penderita
TUJUAN Menetapkan pedoman penatalaksanaan pasien Hiperemesis Gravidarum
agar berhasil sembuh
KEBIJAKAN Dilakukan rawat inap untuk menimbulkan derajat muntah
A. Diagnosis
PROSEDUR 1. Anamnesa :
PELAKSANAAN - Amenorhe, muntah-muntah terus ˃ 10x/ 24 jam
- Perasaan tenggorokan kering dan rasa haus
2. Pemeriksaan
- Hamil muda
- Muntah-muntah ˃ 10x/ 24 jam
- KU lemas
3. Laboraturium
- Urine lengkap
- Darah lengkap
B. Pengelolaan
- Informed consent
- Infus RL : D10%; pan Amin
- Anti emetik
- Ruborantia
- Puasa sampai muntah berkurang
- Catat balance cairan
- Konsul UPD bila perlu
- Amenorhea, muntah-muntah terus ˃ 10x/ 24 jam
- Perasaan tenggorokan kering dan rasa haus
C. Tindak lanjut
Masa pemulihan sampai kehamilan sudah 4 bulan
D. Prognosis
Pada umumnya baik
UNIT TERKAIT Obsgyn, laboraturium, IRDA/PONEK
PLACENTA PREVIA

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Perdarahan per vagina pada usia kehamilan 28 minggu atau lebih tanpa
rasa nyeri
TUJUAN Menetapkan pedoman penatalaksanaan pasien plasenta previa agar
berhasil sembuh
KEBIJAKAN Dilakukan rawat inap untuk tindakan perawatan yang perdarahannya
sedikit dan dilakukan operasi cito kalau perdarahan banyak
A. Diagnosis
PROSEDUR 1. Anamnesa :
PELAKSANAAN - Perdarahan pervagina usia kehamilan 28 minggu
atau lebih
- Tanpa nyeri ( tidak ada kontraksi uterus)
- Darah merah segar
2. Pemeriksaan
- Perdarahan, merah segar, tanpa his
- Umur kehamilan 28 minggu atau lebih
3. Laboraturium
- HB, HT, Trombosit, CT,BT
- KTG : Laenek, Dopller
- USG : menilai letak plasenta, usia gestasi, keadaan
janin
B. Pengelolaan
- Rawat inap segera
- Bedrust, informed concent
- Usia kehamilan ˃ 36 minggu, beri dexamet 2
amp/hari apabila perdarahan berulang dilakukan
tindakan operatif
- Istirahat total
- Beri tokolitik (bricasma)
- Spasmolitik
- Mobilitas bertahap
- Perdarahan ˃ 100 ml; lakukan tindakan operatif
C. Tindak lanjut
- Usia kehamilan ˂ 36, bebas perdarahan 3 hari →
rawat jalan
- Post operasi hari ke V tanpa penyulit → pulang
D. Prognosis : Baik

UNIT TERKAIT Obsgyn, laboraturium, IRDA/PONEK, IBS, Peristi,BDRS


PENGGOLONGAN PERSALINAN DI
RUANG PONEK
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Tindakan pertolongan persalinan yang dilakukan di ruang ponek
TUJUAN Memberikan pertolongan persalinan dimana tidak memungkinkan untuk
merujuk pasien ke kamar bersalin dikarenakan kondisi ibu dalam
keadaan gawat dan darurat
KEBIJAKAN Dilakukan ibu dalam persalinan kala II
1. Pasien masuk ruang ponek
PROSEDUR
2. Dilakukan pemeriksaan oleh dokter jaga/ bidan jaga ruang
PELAKSANAAN
ponek
3. Bila pada pemeriksaan didapat pasien masuk persalinan kala II
fisiologis, pertolongan persalinan dilakukan di ruang ponek oleh
bidan jaga
4. Bila dari hasil pemeriksaan terdapat tanda-tanda persalinan
patologis, observasi dilakukan di ruang ponek
5. Pasien yang bersalin di ruang ponek dilakukan observasi sampai
2 jam post partum
6. Bila kondisi baik/ stabil, pasien di pindah ke ruang perawatan
nifas
7. Bila terdapat tanda-tanda patologis, dilakukan observasi dan
penanganan lebih lanjut di ruang ICU
8. Bayi yang lahir di ruang ponek dengan apgar score ≥ 7
dilakukan rawat gabung
9. Sedangkan bila apgar score ≤ 7, perawatan di ruang bayi baru
lahir resiko tinggi
UNIT TERKAIT UGD, Kamar Bersalin
PENGELOLAAN BAYI DI RUANG
PONEK
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Melakukan pengelolaan kegawat darurat bayi dan anak secara
prosedural/ sesuai dengan protokal tetap
TUJUAN 1. Untuk mengatasi kegawat daruratan bayi dan anak
2. Untuk mengatasi Hipotermi, Hipoglikemia, Hipoksia, Dehidrasi
KEBIJAKAN 1. Menyediakan Heater/pemancar panas atau Courvis bayi yang
selalu dihidupkan lampunya
2. Menyiapkan tenaga yang terampil
3. Menyiapkan sarana kegawatdaruratan perinatal/pediatrik
1. Semua bayi yang masuk di IGD dikelola dengan di jaga
PROSEDUR
kehangatan
PELAKSANAAN
2. Dilakukan pengelolaan / pembersihan airway
3. Dilakukan pengelolaan Brething dengan resusitasi jantung paru
4. Dilakukan pengelolaan Cyrculation / pemasangan infus dengan
cairan yang sesuai dengan kondisi penyakit pasien
5. Dilakukan pengelolaan Drug/ pengobatan terutama berupa
pengorbanan live saving dan pengobatan sesuai dengan Drug of
choice / obat pilihan sesuai dengan kondisi penyakit pasien
6. Pengiriman pasien ke ruangan setelah kondisi pasien stabil/
tanda vital membaik
7. Untuk pasien dengan kondisi tidak stabil/ tanda vital jelek ,
dilakukan pengamatan 1-2 jam di IGD
8. Sebelum mengirimkan pasien ke ruangan, terlebih dahulu
memberitahukan kepada perawat ruangan tentang kondisi
pasien; umur, berat badan, diagnosis sementara menggunakan/
memerlukan O2.
UNIT TERKAIT 1. IGD,
2. Semua ruangan di lingkungan RSIA MAWAR
PENANGANAN PASIEN DI RUANG
PONEK
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Melakukan manajamen terpadu antara bidan dan dokter untuk
penanganan pasien bersalin
TUJUAN 1. Menapis persalinan fisiologis atau patologis
2. Memberikan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
3. Melakukan penyusunan diri
KEBIJAKAN 1. Semua pemantauan pada proses persalinan normal harus
menggunakan partograf
2. Semua Persalinan normal harus didampingi oleh suami/keluarga
terdekat
3. Semua bayi baru lahir dengan apgar score ˃ 7 dilakukan
bondling attachmen
1. Pasien yang dikirim ke kamar bersalin adalah ibu yang datang
PROSEDUR
dengan tanda-tanda persalinan
PELAKSANAAN
2. Ditegakkan diagnosa dari riwayat kehamilan, umur kehamilan,
pariritas, hasil pemeriksaan palpasi, dan auskultasi, sehingga
sudah dapat dibedakan akan berhadapan dengan persalinan
fisiologis dan patologis
3. Bila patologis persalinan disesuaikan dengan masing-masing
protab pertolongan patalogis
4. Untuk persalinan fisiologis, pasien disiapkan mulai dengan
melakukan perdampingan persalinan dan pemenuhan kebutuhan
nutrisi
5. His dicatat setiap ½ jam selama 6-8 jam pada fase laten dan 1-4
jam pada fase aktif
6. Pemeriksaan DJJ; setiap ½ jam pada fase laten, setiap 15 menit
pada fase aktif, dan setiap 5 menit pada kala II
7. Pemeriksaan dalam dilakukan tiap 4 jam pada fase laten sampai
dengan pembukaan 6 cm, tiap 3 jam pada pembukaan 7 cm, dan
tiap 2 jam pada pembukaan 8 cm
8. Bila telah masuk dalam kala II yang ditandai dengan adanya
dorongan mengejan, perineum menonjol, vulva terbuka, anus
mulai membuka, maka untuk memastikan diagnosa dilakukan
PENANGANAN PASIEN DI RUANG
PONEK
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/2

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
Periksa dalam dimana akan teraba pembukaan lengkap
PROSEDUR
9. Kemudian dilakukan pimpinan pasien mengejan, pada setiap
PELAKSANAAN
puncak his, episiotomi dilakukan bila ada indikasi
10. Setelah anak lahir dilakukan manajemen aktif kala III ( inj.
Oxytocin 1 amp max. 2 menit setelah bayi lahir, peregangan tali
pusat terkendali, lahirkan plasenta dengan dorongan ke dorso
karnial, lakukan mesase fundus dalam 15 menit)
11. Pada ibu dilakukan penjahitan luka episiotomi dan pemeriksaan
fundus uteri
12. Pada bayi, 30 menit setelah lahir dibersihkan dan diberi pakaian
lengkap dan langsung diserahkan ke ibunya untuk disusukan
walau ibu masih dalam masa observasi kala IV
UNIT TERKAIT Kamar Bayi
EKSTRAKSI VAKUM

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Tindakan Ekstraksi Vakum adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan dengan ekstraksi tenaga negatif (vacum) pada kepala
TUJUAN 1. Untuk memperpendek kala II pada ibu dengan penyakit jantung
kompensata akibat penyakit paru-paru fibrotik
2. Untuk membantu persalinan pada kala II yang memanjang
3. Untuk memperpendek kala II pada kasus gawat janin
PROSEDUR Syarat-syarat
PELAKSANAAN 1. Pembukaan lengkap atau hampir lengkap
2. Kepala sudah cakap ( masuk hodge III+)
3. Tidak ada DKP
4. Anak hidup ( dapat dilakukan pada bayi mati yang belum
mengalami meserasi)
5. Ketuban negatif
Teknik pemasangan :
1. Pasien pada posisi litotomi
2. Kosongkan kandung kencing dan rektum
3. Aseptik dan antiseptik genital eksterna dan sekitarnya
4. Pasang alas/ duk steril
5. Pada kasus yang akan dilakukan episiotomi ( primipara, jalan
lahir kaku), lakukan anastesi infiltrasi daerah perineum
6. Pasang cup vakum ( biasanya cup no. 5) menjauhi ubun-ubun
besar, tonjolkan cup sesuai letak denominator, yakinkan tidak
ada jaringan ibu yang terjepit
7. Berikan tekanan negatif secara bertahap mulai 0,2 kg/cm 2
interval 2 menit sampai tekanan mencapai 0,5 kg/cm 2
8. Pemeriksaan dalam ulang untuk menyakinkan tidak ada jaringan
ibu yang terjepit
9. Dengan tangan kiri memegang cup vakum dalam posisi “driving
drip” bersamaan dengan datangnya his dan ibu disuruh
mengejan dilakukan tarikan vakum dengan tangan kanan searah
sumbu jalan lahir.
10. Epesiotomi disaat kepala membuka vulva ( perineum meregang)
11. Setelah kepala lahir, ventil tekanan dibuka, cup dilepasdan bayi
dilahirkan seperti biasa.
Kriteria Ekstraksi :
1. Cup terlepas sebanyak 3 kali saat dilakukan ekstraksi dalam
waktu setengah jam

UNIT TERKAIT Kamar Bersalin


SECTIO CAESARIA

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Sectio Cesarea / Cesarean Section (Bedah Cesar) adalah tindakan
mengiris dinding perut dan rahim untuk mengeluarkan janin pada
ibu hamil dengan umur kehamilan lebih dari 28 minggu.
TUJUAN a. Melahirkan janin secepatnya.
b. Mencegah komplikasi yang mengancam keselamatan ibu dan
janin
c. Kebijakan Standar Operasional Prosedur RSIA MAWAR
KEBIJAKAN Dikerjakan oleh dokter ahli atau dokter dibawah pengawasan
dokter ahli.
PROSEDUR 1. Indikasi
PELAKSANAAN a. Panggul Sempit Absolute
b. Disproporsi Kepala Panggul
c. Plesenta Previa / Plasenta Letak Rendah Di Belakang
d. Inkoordinasi Uteri
e. Pre Eklampsia Berat / Eklampsia
f. Ada Riwayat Seksio Sesarea
g. Induksi / Stimulasi Gagal
h. Tumor Jalan Lahir Yang Mengganggu Penurunan Janin
i. Fetal Distress
j. Presentasi Bokong Dengan Tali Pusat Ditunggangi
k. Presentasi Muka Dagu Di Belakang
l. Janin Tumbuh Lambat (Kurang Dari 70%)
m. Rupture Uteri Iminens
n. Atas Permintaan Pasien
2. Kontra Indikasi
Tidak ada
3. Persiapkan alat
1. Persiapan Personalia
Satu orang Dokter Obsgin sebagai operator dan dua orang
selaku Asisten I dan Asisten II, satu orang selaku
Instrumen.
2. Persiapan Pasien
SECTIO CAESARIA

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 2/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR a. Stop makan/minum minimal 6 jam sebelum operasi
PELAKSANAAN (kecuali emergensi).
b. Pasang IVFD.
c. Pasang dauwer kateter
d. Bersihkan dinding perut daerah operasi
e. Persiapan Operasi
f. Konsultasi Anestesi.
g. Pemeriksaan Laboratorium (minimal: Hb, AL, AT, CT,
BT, HbsAg, Golongan darah).
h. Persediaan darah.
i. Persiapan alat operasi (oleh petugas IBS).
j. Informed consent dari Suami atau Keluarga.
3. Cara kerja
a. Pasien ditidurkan diatas meja operasi dengan sebelumnya
diberikan premedikasi di Ruang Persiapan oleh bagian
anestesi.
b. Dilakukan anestesi oleh Dokter Anestesi.
c. Dilakukan toilet pada daerah operasi dengan Alkohol 70%,
kemudian dengan Betadine.
d. Pasien ditutup dengan duk steril kecuali daerah operasi.
e. Dilakukan irisan pada daerah perut 1 cm diatas SOP ke
arah pusat sepanjang 10 cm atau irisan melintang (pfanen
style), kemudian irisan diperdalam lapis demi lapis
(subkutis, fasia, otot, peritoneum parietale).
f. Setelah peritoneum dibuka, pasang tampon usus,
dilakukan pembukaan pada plika vesikouterina, kemudian
kandung kencing disisihkan sejauh mungkin ke kaudal.
g. Dilakukan irisan pada segmen bawah rahim kemudian
dilebarkan secara tumpul.

RUMAH SAKIT IBU


DAN ANAK MAWAR

SECTIO CAESARIA
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 3/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR h. Tangan kiri operator memegang kepala janin (presentasi
PELAKSANAAN kepala), mencari kaki janin, kemudian melakukan
ekstraksi (pada presentasi bokong dan letak lintang),
setelah janin lahir dilakukan pemotongan tali pusat
(diantara dua klem), muka bayi diusap untuk
membersihkan lender, kemudian janin diserahkan kepada
perawat / dokter perinatologi untuk Resusitasi.
i. Plasenta secara manual, kemudian disuntikkan 10 unit
Oksitosin intra mural.
j. Sudut perdarahan kanan dan kiri diklem, kemudian diikat
dengan benang kromik.
k. Segmen bawah rahim dijahit dua lapis secara satu-satu
atau kros, kemudian plika vesikouterina dijahit secara
jelujur.
l. Tampon usus diangkat, kavum abdominal dibersihkan,
control perdarahan.
4. Perawatan
a. Awasi tanda vital setiap 5 menit sampai stabil.
b. Stop makan / minum sampai flatus/peristaltic positif.
c. IVFD dengan mengontrol balance cairan sampai stabil
d. Bila ada infeksi, dilakukan perawatan peritonitis. Pada pre
eklampsia berat dan eklampsia dirawat di ICU sampai
hemodinamika stabil.
e. Medikamentosa : antibiotic / roboransia / analgetik.
f. Hari ke 2 dilakukan mobilisasi.
g. Hari ke 3 penutup luka operasi dibuka dan diganti,
perhatikan tanda infeksi. Jika tidak ada tanda infeksi,
pasien boleh pulang.

UNIT TERKAIT 1. Ruang Bersalin


2. Ruang Nifas / Rawat gabung
3. ICU
4. IBS
5. Instalasi Maternal Perinatal

TATA LAKSANA KEHAMILAN


EKTOPIK
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1
Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,
STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Kehamilan Ektopik adalah suatu kehamilan dimana hasil konsepsi
berimplantasi dan tubuh diluar endomentrium kavum uteri
TUJUAN 1. Agar kasus kehamilan ektopik terdeteksi secara dini
2. Agar tidak melanjut menjadi kehamilan ektopik yang terganggu
3. Mencegah terjadinya penyulit
PROSEDUR 1. Temukan adanya tanda-tanda kehamilan muda seperti
PELAKSANAAN mual/muntah, terlambat hadi atau spoting, disertai rasa nyeri
unileteral, dan massa pada adnexa bahkan mungkin menjadi
syok.
2. Adanya faktor predisposisi yang mendukung terjadinya
kehamilan ektopik, misal riwayat radang panggul kronik,
riwayat operasi, pemakaian IUD, KET sebelumnya, resiko tinggi
PMS, dan infertilitas
3. Nilai kondisi klinik, sistem kardiovaskuler hasil serial
hematokrit dan tensi
4. Bila kondisi stabil dilakukan observasi serial hematokrit dan
USG
5. Bila gejala-gejala berkurang atau terbukti adanya kehamilan
intra uterin lanjutkan kehamilan dan lakukan ANC rutin
6. Bila tanda-tanda semakin progresif kondisi ibu tidak stabil,
terjadi peningkatan nadi dan penurunan tensi, tanda-tanda
postural hematokrit menurun, lakukan kuldosintesis
7. Bila dari hasil pemeriksaan kuldosintesis negatif, lakukan
pemeriksaan laparoskopi untuk menegakkan diagnosa
8. Bila hasil pemeriksaan kuldosintetis positif lakukan laparotomi
untuk selanjutnya dilakukan salpingostomi atau salpingektomi

UNIT TERKAIT Kamar Bersalin


TATA LAKSANA RETENSIO
PLASENTA
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Retensio plasenta adalah tertahannya atau belum lahirnya plasenta
hingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir
TUJUAN 1. Agar plasenta dapat segera dikeluarkan
2. Agar proses persalinan dapat berjalan lancar
3. Agar tidak jadi penyulit
PROSEDUR 1. Tentukan jenis retensio yang terjadi karena berkaitan dengan
PELAKSANAAN tindakan yang akan di ambil
2. Pada retensio plasenta dengan separasi parsial
a. Regangkan tali pusat dan minta pasien mengejan, bila
ekspulsi plasenta tidak terjadi, cobakan traksi terkontrol tali
pusat
b. Pasang infus oksitosin 20 IU dalam 500 ml RL/NS dengan
40 tpm, bila perlu kombinasikan dengan misoprostol 400 mg
perectal, sebaiknya jangan menggunakan ergometrin dahulu
c. Bila traksi terkontrol gagal untuk melahirkan plasenta,
lakukan manual plasenta, secara berhati-hati dan halus
d. Rehidrasi cairan untuk mengatasi hipovolemia
e. Lakukan transfusi darah apabila diperlukan
f. Beri antibiotika profilaksis ( ampisilin 2 gr IV/ oral +
metronidazol 1 gr supp/ oral)
g. Segera atasi bila terjadi komplikasi perdarahan hebat,
infeksi, syok
3. Plasenta Inkarserata
a. Tentukan diagnosa kerja melalui anamnesa, gejala klinis,
dan pemeriksaan
b. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk
menghilangkan kontriksi serviks dan melahirkan plasenta
c. Pilih Fluothane atau eter untuk konstriksi serviks yang kuat
tetapi siapkan infus oksitosin 20 IU dalam 500 ml NS/RL
dengan 40 tpm untuk mengantisipasi gangguan kontraksi
yang disebabkan bahan anastesi tersebut
d. Bila prosedur anastesi tidak tersedia tetapi serviks dapat
dilalui oleh cunamovum, lakukan manuver sekrup untuk
melahirkan plasenta. Untuk prosedur tersebut, berikan
analgetik ( tramagol 100 mg IV atau petidin 50 mg IV dan
Diazepam 5 mg IV) pada tabung suntik yang terpisah. Cara
manuver sekrup :
- Pasang spekulum slim sehingga ostium dan
sebagian plasenta tampak dengan jelas
TATA LAKSANA RETENSIO
PLASENTA
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR - Jepit porsio dengan klem ovum pada jam 12, 4, dan
PELAKSANAAN 8 dan lepaskan spekulum
- Tarik ketiga klem ovum agar ostium, tali pusat, dan
plasenta tampak lebih jelas
- Tarik tali pusat ke lateral sehingga menampakkan
plasenta dan meminta asisten untuk memegang klem
- Lakukan hal yang sama untuk plasenta pada sisi
berlawanan
- Satukan kedua klem tersebut kemudian sambil
diputar searah jarum jam, tarik plasenta keluar
perlahan-lahan melalui pembukaan ostium
e. Pengamatan dan perawatan lanjutan meliputi pemantauan
tanda-tanda vital, kontraksi uterus, tinggi fundus uteri, dan
perdarahan paska tindakan. Tambahan pemantauan yang
diperlukan adalah efek samping atau komplikasi dari bahan
– bahan sedative
4. Plasenta Akreta
a. Tanda penting dari plasenta akreta pada pemeriksaan luar
adalah ikutnya korpus/ fundus apabila tali pusat ditarik
b. Pada pemeriksaan dalam sulit ditentukan tepi plasenta
karena implantasi yang dalam
c. Tidak disertai perdarahan
d. Lakukan histerektomi
Solusio plasenta
1. Temukan adanya faktor resiko yang relevan, misal hipertensi,
trauma abdomen, riwayat solusio plasenta sebelumnya,
peregangan uterus yang berlebihan misal pada gemeli,
polihidramion, dll
2. Nilai keadaan janin, masih hidup atau sudah mati
3. Pada janin hidup, nilai tingkat keparahan lepasnya plasenta. Bila
lepasnya plasenta masih ringan, keadaan ibu dan janin stabil,
perdarahan sedikit, nilai usia gestasi, apakah sudah aterm atau ˂
36 minggu
4. Pada kehamilan aterm, lakukan PDMO, bila dari hasil
pemeriksaan tidak ditemukan adanya plasenta previa lakukan
amniotomi dan induksi, persalinan dapat dilakukan pervaginam
5. Pada kehamilan ˂ 36 minggu, dengan perdarahan yang sedikit,
anjurkan kepada pasien untuk tirah baring, monitor ketat
perdarahan dan DJJ, bila dalam perkembangan membahayakan
ibu dan anak, lakukan PDMO seperti no 4
6. Bila dari pemeriksaan ditemukan pelepasan plasenta dengan
kualifikasi sedang-berat, perdarahan banyak dan terjadi
kegawatan janin, lakukan stabilisasi kardiovaskuler, berikan
TATA LAKSANA RETENSIO
PLASENTA
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR Transfuse dan monitor ketat DJJ
PELAKSANAAN 7. Bila dalam perkembangan janin mati atau tidak terjadi
kegawatan janin, lakukan PDMO seperti no. 4 tapi bila janin
hidup dan timbul kegawatan janin, persalinan dilakukan per
abdominal/ sectio caesarea.
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin, kamar Operasi
TATA LAKSANA FETAL DISTRESS

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Fetal distress atau asfiksia intra uterin adalah keadaan kekurangan
oksigen dan penimbunan karbondioksida yang menyebabkan asidosis
intra uterine sebagai akibat gangguan pertukaran gas melalui plasenta
TUJUAN 1. Menyelamatkan janin dan mencegah timbulnya komplikasi
paska kehamilan
2. Segera mengakhiri persalinan
PROSEDUR 1. Kenali faktor resiko fetal distress antara lain kehamilan post
PELAKSANAAN term, IUGR, KPD, cairan ketuban keruh (mekonium stained),
keadaan penyakit ibu, misal pada ibu dengan hipertensi, riwayat
penyakit jantung, atau ibu dengan anemia. Fetal distress dapat
juga terjadi pada ibu dengan induksi/ stimulasi.
2. Lakukan pemeriksaan CTG untuk menilai pola DJJ, Baseline
Deselerasi, hubungan DJJ terhadap kontraksi uterus dan
variabilitas DJJ
3. Bila pola DJJ normal teruskan pemantauan janin
4. Bila ditemukan pola DJJ yang mengkhawatirkan, berikan
resusitasi janin intra uterin dengan :
a. Anjurkan ibu untuk miring ke kiri untuk mengurangi
kompresi pada vena kafa interior
b. Beri obat tokolitik misal sabutamol 0,5 mg IV atau
terbutalin sulfat 0,5 ,gIV
c. Rehidrasi cairan glukosa 5% RI dengan tetesan cepat
d. Hentikan induksi/ stimulasi oksitosin bila ibu dalam keadaan
di induksi / stimulasi
5. Segera akhiri kehamilan bila keadaan janin tidak membaik
a. Pervaginam bila syarat-syarat telah terpenuhi dan telah
tercapai kala II
b. Perabdominal/ bedah besar sesar bila syarat-syarat
persalinan pervaginam belum terpenuhi atau membutuhkan
waktu lebih dari 30 menit
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin, kamar operasi
PELAKSANAAN KOMPRESI
BIMANUAL
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Kompresi bimanual adalah serangkaian proses tindakan yang dilakukan
untuk mmenghentikan perdarahan secara mekanis, yaitu dengan aplikasi
penekanan pada korpus uterus sebagai upaya pengganti kontraksi
miometrium yang dapat dilakukan dari luar (kompresi Bimanual
Eksterna) atau dari dalam (Kompresi Bimanual Interna)
TUJUAN 1. Untuk memancing timbulnya kontraksi uterus sehingga dapat
berkontraksi spontan setelah plasenta lahir
2. Menghentikan timbulnya perdarahan post partum yang
disebabkan oleh atonia uteri
PROSEDUR Kompresi Bimanual Eksterna
PELAKSANAAN 1. Penolong berdiri menghadap pada sisi kanan ibu bersalin
2. Tekankan ujung ajri telunjuk, tengah dan jari manis dari satu
tangan di antara simfisis dan umbilicus pada korpus depan
bawah sehingga fundus uteri naik ke arah dinding abdomen
3. Letakkan sejauh mungkin telapak tangan lain di korpus uteri
bagian belakang dan dorong uterus ke arah kortus depan
(ventral)
4. Geser secara perlahan ujung ketiga jari tangan pertama arah
fundus sehingga telapak tangan dapat menekan korpus uteri
bagian depan
5. Lakukan kompresi korpus uteri dengan jalan menekan dinding
belakang dan dinding depan uterus dengan telapak tangan kiri
dan kanan (mendekatkan tangan depan dan belakang)
6. Perhatikan perdarahan pervaginam, bila perdarahan berhenti,
pertahankan posisi tersebut hingga uterus dapat berkontraksi
dengan baik. Bila perdarahan belum berhenti, lanjutkan dengan
kompresi Bimanual Interna
Kompresi Bimanual Interna
1. Penolong berdiri di depan vulva penderita, basahi tangan kanan
dengan larutan antiseptik, dengan ibu jari dan telunjuk sisikan
kedua labium mayus ke arah lateral
2. Masukkan tangan lainnya secara obstetrik melalui introitus ke
dalam lumen vagina
3. Ubah posisi tangan obstetrik menjadi kepalan dan letakkan
dataran punggung jari telunjuk hingga kelingking pada forniks
anterior dan dorong segmen bahwa uterus ke kranio anterior
4. Letakkan telapak tangan luar pada dinding perut dan upayakan
untuk mencakup bagian belakang korpus uteri seluas mungkin
5. Lakukan kompresi uterus dengan jalan mendekatkan telapak
tangan luar dengan kepalan tangan dalam forniks inteior
PELAKSANAAN KOMPRESI
BIMANUAL
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/2

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR 6. Bila perdarahan berhenti, pertahankan posisi sedemikian hingga
PELAKSANAAN kontraksi uterus membaik, bila perdarahan belum berhenti,
lanjutkan tindakan kompresi Aorta Abdominalis
7. Keluarkan perlahan tangan kanan dengan mengubah kepalan
menjadi posisi tangan obstetrik
8. Masukkan kedua tangan ke dalam wadah yang berisi klorin 0,5
% bersihkan sarung tangan dari darah atau cairan tubuh pasien
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin, Kamar Operasi, IGD
TATA LAKSANA PERDARAHAN
POST PARTUM DINI
(ATONIA UTERI)
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Perdarahan post partum dini adalah perdarahan yang terjadi selama 24
jam pertama setelah kala II
TUJUAN 1. Menghentikan perdarahan
2. Mencegah terjadinya kasus fetal
PROSEDUR 1. Pastikan plasenta lahir lengkap (bila ada indikasi sebagian
PELAKSANAAN plasenta masih tertinggal, dilakukan evakuasi sisa plasenta) dan
tidak ada laserasi jalan lahir, dilakukan mesase fundus uteri
2. Lakukan pemasangan infuse drip oxitosin 20 IU dalam 500 ml
NS/RL, 40 tetes/mnt atau guyur dan oksitosin 10 IU IM
3. Lakukan kompresi Bimanual Eksterna
4. Bila perdarahan berhenti, pantau ketat KU dan perdarahan,
berikan transfusi darah
5. Bila perdarahan terus berlanjut dan uterus tidak berkontraksi,
lakukan kompresi bimanual interna, lanjutkan dengan kompresi
aorta abdominal bila perdarahan tidak kunjung berhenti
6. Mencapai kolumna vetebralis. Penekanan yang tepat, akan
menghentikan atau sangat mengurangi denyut arteri formalis.
Berikan misoprostol 400 mg per rektal
7. Bila tidak berhasil, ligasi arteri uterine dan ovarika
8. Bila perdarahan tidak dapat berhenti, lakukan transfuse dan
dilanjutkan dengan histerektomi.
Kompresi Bimanual Eksterna
Uterus ditekan melalui dinding abdomen jalan saling mendekatkan
kedua belah telapak tangan yang meliputi uterus. Pantau aliran darah
yang keluar, bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan dan
dipertahankan sampai uterus dapat berkontraksi kembali. Bila belum
berhasil dilanjutkan dengan kompresi bimanual internal.

Kompresi Bimanual Interna


Uterus ditekan diantara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju
tangan ada di dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam
miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Pastikan
perdarahan yang terjadi, pertahankan kondisi bila perdarahan berkurang
atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali, bila
perdarahan tetap terjadi dilanjutkan dengan kompresi aorta abdominal.

Kompresi Aorta Abdominal


Raba arteri formalis dengan ujung jari tangan kiri, pertahankan posisi
tersebut, genggam tangan kanan, kemudian tekan pada daerah umbilicus,
tegak lurus dengan sumbu badan hingga mencapai kolumna vetebralis.
Penekanan yang tepat, akan menghentikan atau sangat mengurangi
TATA LAKSANA PERDARAHAN
POST PARTUM DINI
(ATONIA UTERI)
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/2

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR Denyut arteri formalis.
PELAKSANAAN
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin, Kamar Operasi, IGD
TATA LAKSANA HIPEREMESIS
GRAVIDARUM

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Hiperemesis Gravidarum adalah keadaan dimana ibu hamil muntah-
muntah berlebihan ˃ 10 x dalam 24 jam atau setiap saat sehingga
mengganggu kesehatan penderita
TUJUAN 1. Tidak terjadi kasus dehidrasi
2. Kehamilan dapat berlangsung aman
3. Kecukupan gizi untuk janin tercukupi
KEBIJAKAN Semua petugas terlatih mempunyai kemampuan untuk memberikan
konseling
PROSEDUR 1. Tentukan umur kehamilan, singkirkan kehamilan ganda,
PELAKSANAAN molahidatidosa
2. Lakukan pemeriksaan laborat ; darah lengkap, elektrolit darah,
kimia darah, urinalisa, USG
3. Segera penderita dirawat, diberi cairan infus (glukosa 5 – 10%
dan NaCl fisiologis)
4. Berikan obat anti emetic perinfus
5. Penderita dipuasakan sampai muntah berkurang 24 jam
6. Diukur jumlah muntah (cairan yang dimuntahkan) cairan yang
diberikan dan dieresis dalam 24 jam, ukur balans cairan setiap
hari
7. Bila keadaan penderita membaik, berikan diet oral, dilakukan
konseling, berikan vitamin, perawatan prenatal yang baik
8. Bila kondisi memburuk, kaji riwayat penyulit dan pemeriksaan
fisik penilaian latar belakang sosial, evaluasi stress, periksa
adanya ketonuria, tanda-tanda dehidrasi (keadaan memburuk,
penurunan berat badan), pertimbangan untuk terminasi
kehamilan.

UNIT TERKAIT Kamar Bersalin, IGD


TATA LAKSANA ABORTUS

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat
tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau
buah kehamilan belum mampu untuk hidup diluar kandungan
TUJUAN 1. Perdarahan dapat diatasi
2. Bila memungkinkan hasil konsepsi diperatahankan
3. Mencegah terjadinya infeksi
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Penilaian awal
PELAKSANAAN - Keadaan umum pasien
- Tanda-tanda syok (pucat, berkeringat banyak,
pingsan, tekanan sistolik ˂90 mHg, nadi ˃ 112x/mnt
- Bila syok disertai adanya massa lunak diadneksa,
nyeri perut bawah, adanya cairan bebas dalam
cavum pelvis, pikirkan kemungkinan kehamilan
- Tanda-tanda infeksi atau sepsis (demam tinggi,
secret berbau pervaginam, nyeri perut bawah,
dinding perut tegang, nyeri goyang portio, dehidrasi,
gelisah atau pingsan)
2. Penanganan spesifik
a. Abortus iminens
- Anjurkan untuk tidak melakukan aktivitas fisik
secara berlebihan atau melakukan hubungan seksual
- Tirah baring total
- Bila terjadi perdarahan :
 Berhenti lakukan asuhan antenatal terjadwal
dan penilaian ulang bila terjadi perdarahan
lagi
 Terus berlangsung : nilai kondisi janin (uji
kehamilan/ USG) dilakukan konfirmasi
kemungkinan adanya penyebab lain (hamil
ertopik/mola)
b. Abortus Insipiens
- Lakukan prosedur evaluasi hasil konsepsi, bila hasil
gestasi ˂ 16 minggu, evaluasi dilakukan dengan
peralatan Aspirasi Vakum Manual (AVM) setelah
bagian-bagian janin dikeluarkan, bila usia gestasi ˃
16 minggu , evaluasi diadakan dengan prosedur
dilatasi dan kuretase (D &K).
TATA LAKSANA ABORTUS

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 2/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR - Bila prosedur evaluasi tidak dapat segera dilakukan
PELAKSANAAN atau usia gestasi ˃ 16 minggu, lakukan tindakan
pendahuluan dengan :
 Infus oksitosin 20 IU dalam 500 ml NS/RL mulai
dengan 8 tpm yang dapat dinaikkan dengan 40
tpm, sesuai dengan kondisi kontraksi uterus
hingga terjadi pengeluaran hasil konsepsi
 Ergomentrin 0,2 mg yang diulang 15 mnt
kemudian
 Misoprostol 400 mg peroral dan apabila masih
diperlukan dapat diulangi dengan dosis yang
sama 4 jam kemudian dengan dosis yang sama.
c. Abortus inkomplitus
- Tentukan dasar uterus (takir usia kehamilan) kenali
dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok,
infeksi/sepsis)
- Hasil konsepsi yang terperangkap di serviks dan
disertai perdarahan hingga ukuran sedang, dapat
dikeluarkan secara digital atau cunamovum, setelah
itu evaluasi perdarahan :
 Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin
0,2 mg IM atau misoprostol 400 mg per oral
 Bila perdarahan terus berlangsung, evaluasi
sisa hasil konsepsi dengan AVM/D&K
- Bila ada tanda-tanda infeksi, beri antibiotika
profilaksi (ampisilin 500 mg oral atau doksisilin
100mg)
- Bila terjadi infeksi, beri ampisilin 1 gr dan
membendazol 500 mg setiap 8 jam
- Bila terjadi perdarahan hebat dan usia gestasi
dibawah 16 minggu, segera lakukan evaluasi dengan
AVM
- Bila pasien tampak anemis, berikan sulfas ferosus
600 mg/hari selama 2 minggu (anemia sedang) atau
transfusi darah (anemia berat)
d. Abortus Komplitus
- Apabila kondisi pasien baik, cukup beri tablet
ergometrin 3x1 tab/hari selama 3 hari
- Apabila pasien mengalami anemia sedang, berikan
tablet sulfat ferosus 600 mg/hr selama 2 minggu
disertai dengan anjuran mengkonsumsi makanan
bergizi. Untuk anemia berat berikan tranfusi darah
- Bila tidak terdapat tanda-tanda infeksi tidak
diperlukan antibiotika

TATA LAKSANA ABORTUS

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 3/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR e. Abortus infeksiosa
PELAKSANAAN - Lakukan rehidrasi cairan yang hilang dengan
NS/RL, beri antibiotika (misal ampisilin 1 gr dan
metronidzole 500 mg)
- Jika ada riwayat abortus tidak aman, beri ATS dan
TT
- Setelah kondisi stabil dapat dilakukan pengosongan
uterus sesegera mungkin (lakukan secara hati-hati
karena tingginya kejadian perforasi pada kondisi ini)
f. Mised Abortus
- Plasenta dapat melekat sangat erat di dinding rahim,
sehingga prosedur evakuasi (kuretase) akan lebih
sulit dan risiko perforasi lebih tinggi
- Pada umumnya kanalis servikalis dalam keadaan
tertutup sehingga perlu tindakan dilatasi dengan
batang laminaria selama 12 jam
- Periksa kadar fibrinogen untuk mengetahui
terjadinya komplikasi Hipofibrinogenemia yang
berlanjut dengan gangguan pembekuan darah
- Kuretase dilakukan dengan hati-hati dalam
perlindungan infuse RL/NS
- Untuk mencegah terjadinya komplikasi perdarahan
diberikan oksitosin drip, dan disediakan darah
UNIT TERKAIT Kamar Bersalin
TATA LAKSANA MOLA HIDATIDOSA

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Mola hidatidosa adalah suatu neoplasma jinak dari trofoblas, dimana
terjadi kegagalan pembentukan plasenta atau fetus dengan terjadinya fili
yang menggelembung sehingga menyerupai bentukan seperti buah
anggur
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya anemia oleh karena perdarahan yang terus
menerus
2. Menghindari terjadinya perkembangan jaringan mola kearah
keganasan
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Gambaran klinis ditandai dengan adanya perdarahan
PELAKSANAAN pervaginam, kadang disertai riwayat ekspulsi mola, hiperemis
gravidarum dan yang berlebihan, pembesaran uterus tidak sesuai
dengan umur kehamilan (cenderung lebih besar) tidak
ditemukan DJJ, pada pemeriksaan palpasi ballotermen (-)
2. Pada pemeriksaan HCG urine, terdapat peningkatan kadar HCG
dan pada pemeriksaan USG ditemukan adanya gambaran seperti
buah anggur atau seperti gambaran sarang tawon tanpa adanya
gambaran janin
3. Segera lakukan evaluasi jaringan mola dan sementara proses
evakuasi berlangsung beri infuse oksitosin 10 IU dalam 500 ml
NS/RL dengan kecepatan 40-60 tpm sebagai tindakan preventif
terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontrajsi terhadap
pengosongan uterus secara tepat
4. Pengosongan dengan aspirasi vakum lebih aman dari
penggunaan kuret tajam, bila sumber vakum adalah tabung
manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat
digunakan secara bergantian pengosongan cavum uteri selesai
5. Kenali dan tangani komplikasi penyerta seperti tritoksikosis atau
krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi
6. Kalau HCG di atas 100.000 iu/l Pra evakuasi dianggap sebagai
resiko tinggi untuk berubah ke arah ganas, pertimbangkan untuk
memberikan metroteksat (MTX) 3-5 mg/kbBB atau 25 mh IM
dosis tunggal
7. Lakukan pemantauan kadar HCG hingga minimal 1 tahun paska
evakuasi menunjukkan masih terdapat trofobles aktif (di luar
uterus/invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta HCG
serta besar uterus secara klinis dan USG setiap 2 minggu
8. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin punya anak)
TATA LAKSANA MOLA HIDATIDOSA

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR Atau tubektomi bila ingin menghentikan fertilitas
PELAKSANAAN 9. Pada pasien dengan anemia sedang cukup diberikan SF 600
mg/hari sedangkan untuk anemia berat berikan transfusi

UNIT TERKAIT Kamar bersalin, kamar operasi


TATA LAKSANA PRE OPERASI

RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman


DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Tindakan pre-OP yaitu melakukan langkah-langkah persiapan operasi
emergensi dalam lingkup kebidanan di kamar bersalin
TUJUAN 1. Agar ibu yang memerlukan tindakan operasi emergensi
kebidanan siap secara fisik dan mental
2. Agar tindakan operasi bisa dilakukan sesudah prosedur operasi
3. Untuk mencegah terjadinya infeksi
KEBIJAKAN
PROSEDUR 1. Menjelaskan kondisi pasien kepada yang bersangkutan dan atau
PELAKSANAAN keluarganya
2. Terangkan proses dan tindakan yang akan dilakukan
3. Dapatkan persetujuan, setelah itu hubungi petugas kamar operasi
4. Cek kemungkinan alergi dan riwayat medis yang diperlukan
5. Siapkan contoh darah untuk pemeriksaan laborat dan permintaan
darah
6. Cuci dan bersihkan lapangan insisi dengan sabun dan air
7. Jangan mencukur rambut pubis karena akan menambah resiko
infeksi luka, rambut hanya dipotong atau dipendekkan kalau
diperlukan
8. Pasang dauwer kateter untuk pengeluaran urine
9. Pantau dan catat tanda vital (tensi , nadi, respirasi dan suhu)
10. Berikan antasid untuk mengurangi produksi asam lambung
(sodium sutrat 0.3% atau mg trisikat 300 mg)
11. Melepas perhiasan, gigi palsu, atau make up
12. Pasang infuse, cek aliran infuse yang terpasang
13. Siapkan obat-obatan dan rekam medik pasien
14. Siapkan pakaian ganti pasien yang diperlukan
15. Ganti baju pasien dengan baju khusus operasi
16. Pindahkan pasien pada brankar atau kursi roda

UNIT TERKAIT Kamar Bersalin


PENGGUNAAN SUCTION
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Suction adalah alat yang digunakan untuk menghisap lendir pada pasien
TUJUAN 1. Membantu memperlancar pernafasan dan membebaskan jalan
darah
2. Membantu mengurangi sekret pada pasien yang tidak bisa
melakukan sendiri
KEBIJAKAN Dilakukan ibu dalam persalinan kala II
PROSEDUR 1. Sebelum digunakan pastikan bahwa stop kontak sudah terpasang
PELAKSANAAN dengan benar
2. Ketika dinyalakan pastikan bahwa lampu menyala
3. Sebelum digunakan periksa tutp botol dan selang terpasang
dengan kencang
4. Selang yang putih dimasukkan ke botol dan yang hijau kepasien
5. Terdapat saringan antara botol dan penutup jika kotor harus
segera dibersihkan/diganti
6. Tekanana diatur sesuai dengan keadaan pasien
7. Hindari pemakaian bahan kimia pada botol, gunakanlah hanya
air bersih
8. Untuk menghindari kerusakan, air harus dibuang jika mencapai
½ botol

UNIT TERKAIT Kamar Bersalin, IGD, Ruang Oerinatal, ICU, kamar Operasi
PERTOLONGAN PERSALINAN
PADA IBU BERSALIN DENGAN
RUMAH SAKIT IBU
INFEKSI
DAN ANAK MAWAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Pertolongan persalinan yang diberikan pada ibu yang menderita penyakit
infeksi menular
TUJUAN 1. Mencegah penularan penyakit dari pasien ke petugas kesehatan
2. Mencegah penularan penyakit dari pasien ke pasien lain
KEBIJAKAN Dilakukan pada ibu yang bersalin yang mengidap penyakit infeksi yang
menular (misal : hepatitis, HIV, PMS)
PROSEDUR 1. Penolong persalinan memakai sarung tangan panjang sampai
PELAKSANAAN siku, skort (penutup dada) sampai dengan lutut, sepatu karet
sampai lutut dan pelindung mata dan masker
2. Alat yang baru saja digunakan untuk menolong persalinan ibu
penderita penyakit infeksi menular, didekontaminasi dengan
cara meredam pada larutan clorin 0,5% selama ± 10 menit
3. Setelah diredam alat dicuci pada air mengalir dengan
menggunakan deterjen dan disikat untuk menghilangkan kotoran
yang menempel pada alat
4. Setelah dicuci alat dikeringkan, kemudian di DTT / sterilkan
dengan cara merebus atau dipanasi menggunakan autoclave
5. Setelah disterilkan alat disimpan dalam lemari tertutup dan siap
digunakan kembali

UNIT TERKAIT Kamar Bersalin


PENATALAKSANAAN BAYI
DENGAN ASFIKSIA
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 ½

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Asfiksia neonatorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan
keadaan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis
Penyebab asfiksia :
1. Faktor ibu
a. Hipoksia pada ibu
b. Gangguan aliran darah uterus
- Akibat kontraksi uterus (hipertoni, hipotoni, tetani
uterus
- Hipotensi mendadak karena perdarahan
- Hipertensi pada eklamsia
2. Faktor plasenta
3. Faktor janin
a. Tali pusat menumbung
b. Lilitan tali pusat
c. Kompresi tali pusat antara janin dan jalan lahir
4. Faktor neonatus
a. Obat anastesi/analgetik pada ibu
b. Trauma persalinan pada perdarahan intrakranial
c. Kelainan kogenital : hernia diafragmatika, atresia/stenosis
saluran pernafasan dan hipoplasia paru
TUJUAN 1. Mempertahankan kelangsungan hidup bayi
2. Membatasi efek samping yang mungkin timbul
3. Menurunkan angka kematian bayi baru lahir
KEBIJAKAN 1. Membuat koordinasi yang baik antara petugas ruang kamar
bersalin, ruang operasi dan ruang perinatologi
2. Menyiapkan tugas yang terampil
3. Mengadakan sarana resusitasi yang lengkap
PENATALAKSANAAN BAYI
DENGAN ASFIKSIA
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/2

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR 1. Membuat persetujuan tindakan medis
PELAKSANAAN 2. Menyiapkan alat resusitasi yang adekuat
3. Menyiapkan couvis yang telah dihangatkan
4. Mempelajari riwayat intra/ante partum
5. Mengikuti alur resusitasi neonatal
Catatan :
- Jika bayi tidak segera bernafas setelah dirangsang,
bayi kemungkinan mengalami apneu sekunder dan
perlu ventililasi tekanan positif sehingga
melanjutkan rangsangan tidak akan menolong.
- Penilaian bayi di tentukan dari pernafasan , denyut
jantung dan wana kulit
- Bila bayi bernafas tetapi terdapat sianosis sentral
diberikan :
a. O2 yang dialirkan melalui pipa O2 yang ditutupi
dengan tangan
b. Sungkup diletakkan sedekat mungkin ke hidung
bayi untuk mendapatkan O2 100%
6. Menjelaskan kondisi bayi baru lahir kepada orang tua/keluarga
7. Merawat bayi di ruang perawatan suportif (perinatologi) dan
ruang perwatan lanjut (NICU)

UNIT TERKAIT Kamar Bersalin, Kamar Operasi, Ruang Perinatologi dan Ruang ICU
RESUSITASI BAYI BARU
LAHIR
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN 1. Resusitasi bayi baru lahir adalah pemberian ventilasi pada paru-
paru bayi baru lahir dengan menggunakan oksigen
2. Upaya membuka jalan nafas agar O 2 masuk kedalam paru-paru
bayi dengan cara memberikan O 2 melalui mulut dan hidung
bayi (resusitasi pernafasan) dan menggerakkan jantung hati-hati
(resusitasi jantung sampai bayi bernafas spontan dan jantung
berdenyut spontan).
TUJUAN 1. Mencegah / mengurangi bayi baru lahir dengan asfiksia
neonatorum
2. Mempertahankan kelangsungan hidup bayi
3. Membatasi gejala sisa yang mungkin timbul
4. Menurunkan angka kematian bayi baru lahir
5. Penularan penyakit dari pasien ke petugas kesehatan
KEBIJAKAN 1. Membuat koordinasi yang baik antar petugas ruang kamar
bersalin, ruang operasi dan ruang perinatologi
2. Menyiapkan petugas yang terampil
PROSEDUR 1. Dokter/Perawat menerima informasi mengenai adanya
PELAKSANAAN persalinan risiko tinggi yang sedang terjadi.
2. Perawat menyiapkan peralatan yang diperlukan :
- Infant Warmer dinyalakan dan handuk hangat tersedia.
- Memeriksa alat suction, oksigen, sungkup wajah dengan
ukuran yang sesuai serta ambu bag.
- Perawat menyediakan ETT dengan ukuran yang sesuai,
potong hingga 13 – 15 cm.
- Perawat menyiapkan obat-obatan, kateter umbilikal.
3. Perawat segera menempatkan bayi baru lahir di bawah infant
warmer dengan posisi bayi terlentang pada posisi setengah
tengadah untuk membuka jalan nafas.
4. Dokter/perawat meletakkan sebuah gulungan handuk di
bawah bahu untuk mencegah fleksi leher dan penyumbatan
jalan nafas.
RESUSITASI BAYI BARU
LAHIR
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR 5. Dokter/perawat membersihkan jalan nafas dengan
PELAKSANAAN mengisap mulut terlebih dahulu kemudian hidung, dengan
menggunakan alat Suction.
6. Perawat melakukan pengisapan dan pengeringan tubuh
secara bersamaan, bila airketuban bersih dari mekonium
7. Dokter /perawat mengeringkan, melakukan stimulasi dan
mereposisi kepala.
8. Seluruh langkah di atas dilakukan tidak lebih dari 30 detik.
9. Dokter/perawat menilai pernafasan bayi
10. Jika bayi mulai bernafas secara teratur dan memadai,
periksa denyut jantung. Jika denyut jantung > 100
kali/menit dan bayi tidak mengalami sianosis, hentikan
resusitasi. Tetapi jika sianosis ditemui, segera berikan
oksigen aliran bebas.
11. Jika tidak terdapat pernafasan atau bayi megap-megap,
vetilasi tekanan positif diawali dengan menggunakan ambu
bag dan sungkup, dengan frekuensi 40 – 60 kali/menit.
12. Jika denyut jantung < 100 kali/menit, bahkan dengan
pernafasan memadai, Ventilasi Tekanan Positif harus
dimulai kembali pada kecepatan 40 – 60 kali/menit
13. Dokter melakukan intubasi endotrakea bila bayi tidak
berespon terhadap ventilasi tekanan positif dengan
menggunakan ambu bag dan sungkup.
14. Perawat melakukan persiapan untuk memindahkan bayi ke
NICU.
15. Jika denyut jantung masih < 60 kali/menit setelah 30 detik
ventilasi tekanan positif memadai, maka dokter segera
memulai kompresi dada.
RESUSITASI BAYI BARU
LAHIR
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 3/3

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR 16. Penolong melakukan kompresi dada pada sternum di
PELAKSANAAN proksimal dari xifoid. Jangan menekan di atas xifoid.
17. Kedua ibu jari penolong menekan sternum sementara jari-
jari lain mengelilingi dada; atau jari tengah dan telkunjuk
dari jari tangan dapat digunakan untuk kompresi sementara
tangan lain menahan punggung bayi. Sternum dikompresi
sedalam 1/3 tebal antero-posterior dada.
18. Kompresi dada diselingi ventilasi secara sinkron
terkoordinasi dengan rasio 3 : 1. Kecepatan kombinasi
kegiatan tersebut harus 120 kali/menit (yaitu 90 kompresi
dan 30 ventilasi).
19. Penolong mengevaluasi respon bayi setelah 30 detik.
20. Jika denyut jantung > 60 kali/menit, kompresi dada
dihentikan danventilasi tekanan positif dilanjutkan hingga
denyut jantung mencapai 100 kali/menit dan bayi bernafas
efektif.
21. Penolong memberikan epinefrin jika denyut jantung tetap
< 60 kali/menit setelah 30 detik ventilasi tekanan positif
dan 30 detik lagi ventilasi tekanan positif dan kompresi
dada.

UNIT TERKAIT Kamar bersalin, Ruang Operasi, Ruang Perinatologi, Ruang Rawat
Gabung, IGD
PEMBERIAN VITAMIN K
PADA BAYI BARU LAHIR
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN 1. Adalah pemberian vitamin K pada bayi baru lahir
TUJUAN 1. Untuk mengatasi perdarahan pada baru lahir, baik yang
dilahirkan di RSIA MAWAR maupun kiriman dari luar Rumah
sakit, yang di rawat di RSIA MAWAR
2. Bayi atau anak dengan penyakit perdarahan tertentu
KEBIJAKAN 1. Dilakukan pada setiap bayi baru lahir
2. Bayi dengan kasus perdarahan faktor ekstrinsik atau kasus
spesifikasi
PROSEDUR 1. Pada setiap bayi baru lahir
PELAKSANAAN 2. Pemberian injeksi vitamin K1 secara intramuskuler
3. Dosis pemberian vitamin k1 adalah 1 mg sekali pemberian
sesuai dengan SPM IDAI 2004
4. Kalau diberikan peroral :
- 2 minggu sekali pemberian atau
- 1 minggu 3 kali pemberian (saat lahir, usia 3-10 hari dan
usia 4-6 minggu)

UNIT TERKAIT Ruang Rawat Gabung, Perinatologi Rawat Inap pediatri, NICU
PENATALAKSANAAN
ASPIRASI MEKONIUM
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Mekonium adalah cairan ketuban merupakan indikasi adanya gangguan
pada bayi yang berkaitan dengan masalah intra uterin berupa hipoksia
ataupun gangguan pernafasan karena aspirasi mekonium setelah bayi
lahir
TUJUAN 1. Menurunkan angka kematian karena aspirasi mekonium
2. Mengurangi komplikasi aspirasi mekonium
3. Meningkatkan tumbuh kembang bayi dengan aspirasi mekonium
KEBIJAKAN 1. Mencegah persalinan post matur
2. Mencegah IUGR / janin tumbuh lambat
3. Mencegah asfiksia neonatorum
4. Melakukan pertolongan persalinan yang bersih dan aman
5. Melakukan resusitasi dengan aman
PROSEDUR 1. Bayi lahir pervaginam : begitu bayi lahir segera dilakukan
PELAKSANAAN pengisapan mulut dan hidung sebelum melahirkan bahu
seluruh badan bayi. Setelah bayi lahir dinilai kebugaran
bayi
2. Bayi lahir operasi bedah sesar : begitu bayi lahir segera
dilakukan penghisapan mulut dan hidung, kemudian segera
dinilai kebugaran
3. Bayi bugar : menangis keras, kulit merah, tonus otot baik,
frekuensi jantung ˃ 100x/menit → pengeringan, jaga
kehangatan, perawatan bayi baru lahir normal.
4. Bayi tidak bugar : hisap mekonium, keringkan bayi,
rangsang takil → tetap tidak bernafas dilakukan langkah
resusitasi.
5. Suportif
a. Infus cairan sesuai dosis rumahan
b. Jaga kehangatan
c. Terapi oksigen sesuai dengan kondisi
6. Medikamentosa
Injeksi ampisilin
Injeksi gentamisin
7. Pemberian ASI jika kondisi memungkinkan
UNIT TERKAIT Ruang kamar bersalin, ruang Operasi, Perinatologi
PERSALINAN RESIKO TINGGI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/4

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Adalah pertolongan persalinan yang harus dilakukan di rumah sakit
karena kemungkinan terjadi resiko pada ibu dan bayinya
TUJUAN 1. Mengurangi terjadi resiko pada ibu dan bayi
2. Menurunkan angka kematian ibu dan bayi
3. Mencegah terjadinya komplikasi pada ibu dan bayi
KEBIJAKAN Pada persalinan sungsang (terutama primigravida) ; gemeli ; letak
lintang pada ibu dengan kelainan jantung; fetal distress, distoksia bahu
(terutama pada janin besar).
PROSEDUR PERSALINAN SUNGSANG
PELAKSANAAN 1. Tidak dilakukan partus percobaan dalam penanganan
persalinan sunsang
2. Pengawasan persalinan kala I tetap menggunakan partogra,
3. Pada presentasi kaki atau bokong kaki tak sempurna harus
waspada terhadap prolapsus tali pusat bila ketuban pecah
dan bahaya ibu meneran sebelum pembukaan lengkap
4. Kandung kencing dan rectum harus dikosongkan
5. Ibu baru dipimpin meneran apabila bokong sudah tampak
di vulva
6. Pada prinsipnya atau multipara atau multipara dengan jalan
lahir yang kaku dilakukan episiotomy lebar, cunam piper/
naegle harus selalu disiapkan
7. Bayi harus sudah lahir dalam waktu kurang dari 10 menit
setelah tali pusat lahir
8. Usahakan bayi spontan (secara Bratch)
9. Bila perasat Bracht tidak berhasil segera lakukan manual
aid secara klasik, mueller atau loevset, kepala dilahirkan
secara maurinceau bila sulit segera dilahirkan dengan
cunam piper
10. Dilakukan SC pada kasus :
a. Curiga disproporsi kepala panggul (DKP)
b. Partus mulai menunjukkan tanda-tanda tak lancar
c. Kelainan HIS
d. Primitua atau riwayat infertilitas
e. Taksiran berat janin ˃ 3500 gr
PERSALINAN LETAK LINTANG
1. Hamil aterm, janin hidup atau taksiran berat janin ˃ 2000
gr dilakukan SC apabila ada kontra indikasi versi luar tidak
dapat dilakukan versi luar karena persyaratan tidak
terpenuhi atau versi luar gagal.
PERSALINAN RESIKO TINGGI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/4

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL J anuari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR 2. Bila tidak ada kontra indikasi versi luar dapat dilakukan
PELAKSANAAN untuk merubah menjadi letak lintang memanjang
(kepala/bokong)
3. Taksiran berat janin ˂ 2000 gr atau janin mati usahakan
lahir per vaginam
4. Letak lintang kasep/hampir kasep
a. Janin hidup : segera SC
b. Janin mati : embriotomi (dekapitasi/spondilotomi
dengan eviserasi/eksenterasi)
PERSALINAN KEMBAR
1. Persalinan peralatan resusitasi dan perawatan bayi
premature, diusahakan ibu mempunyai persediaan darah.
2. Bila bayi pertama letak memanjang, pengawasan kala I
memakai partograf
3. Pasang infuse dengan abocath 18 G dan blood set pada saat
persalinan kala 1 akhir untuk persiapan apabila terjadi
perdarahan postpartum
4. Bila janin lahir kaku dilakukan episiotomy untuk
memperpendek kala pengeluaran dan mengurangi tekanan
pada kepala bayi
5. Setelah bayi lahir pertama serta tali pusat dijepit dan
dipotong segera lakukan pemeriksaan Leopold dan
pemeriksaan dalam untuk mengetahui letak dan keadaan
janin. Bila janin dalam letak memanjang selaput ketuban
dipecahkan dan air ketuban dialirkan perlahan untuk
menghindari prolapsus tali pusat.
6. Penderita disuruh meneran disertai tekanan terkendali pada
fundus uteri agar bagian terendah janin masuk ke dalam
panggul dan lahir spontan
7. Bila janin kedua letak lintang, terjadi fetal distress prolaps
tali pusat atau dalam 15 menit bayi kedua belum lahir,
persalinan harus diakhiri dengan tindakan obstetrik
8. Tindakan obstetrik yang dapat digunakan
9. Setelah bayi kedua lahir beri oksitosin 0,5 U/IM dan
plasenta dilahirkan seperti biasa, setelah plasenta lahir
berikan metergin 0,2 mg IV
10. Kala IV diawasi secara cermat dan agak lama agar
perdarahan postpartum dapat diketahui secara dini dan
cepat ditanggungi
PERSALINAN RESIKO TINGGI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 3/4

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR PERSALINAN PADA IBU DENGAN KELAINAN JANTUNG
PELAKSANAAN 1. Pengawasan ketat terhadap frekuensi nadi dan pernafasan
menggunakan daftar kontrol istimewa dicatat setiap 15
menit
2. Pasang infus dan DC, hati-hati dalam pemberian infus,
dilakukan balance cairan tiap 6 jam
3. Frekuensi nadi ˃ 115 x/menit dan atau pernafasan ˃
28x/menit menandakan adanya ancaman bahkan mungkin
sudah terjadi dekompensasio kordis, segera konsulkan
penyakit dalam untuk tata laksana lanjut. Bila konsultasi
tidak memungkinkan dilakukan dalam waktu singkat,
sementara berikan cendilanid 0,8 mg IV pelan.
4. Bila sudah ada dekompensasio cordis, posisikan penderita
dalam ½ duduk, berika O2 4 lt/mnt, furosemide (lasix) 40
mg/IM/IV dan morfin 10 mg IM/SK
5. Penderita dekomp cordis derajat 1 (tanpa gelaja) boleh
melahirkan spontan dengan syarat kala II harus diakhiri
dengan ekstraksi foreps/vakum
6. Setelah lahir bayi segera pasang bantal pasir di atas perut
agar tekanan intra abdominal tidak berubah mendadak
7. Jangan memberikan preparat ergot (metergin) bila
memerlukan uterotomika dapat diberikan oksitosin M
8. Hati-hati jangan sampai memberikan cairan yang
berlebihan, jangan memberikan transfuse darah pada partus
kala II, III, IV bila tidak benar-benar diperlukan
9. Bila terpaksa memberikan transfusi dapat diberikan dalam
bentuk darah kental (packed cells)
10. Sebaiknya dirawat sedikitnya sampai 2 minggu paska
persalinan
11. Mobilisasi harus dilakukan secara bertahap
12. Berikan antibiotika profilaksi, analgetika dan bila perlu
sedative
13. Pada penderita dekomp kordis deraja II atau lebih, motivasi
untuk melakukan kontrasepsi mantap lebih anjurkan
melakukan hemodinamika jantung stabil atau jauh setelah
involusi selesai.
PERSALINAN RESIKO TINGGI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 4/4

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR PERSALINAN RESIKO TINGGI
PELAKSANAAN 1. Distokia Bahu
a. Lakukan episiotomy lebar
b. Lahirkan bahu dengan cara : tekan suprapubik dan
lakukan dorongan yang terkendali pada fundus uteri,
bila bahu masih sulit lahir lakukan mekanisme sekrup,
kait ketiak belakang bayi dan putar 180o ke anterior
sehingga lengan belakang lahir di anterior, selanjutnya
lahirkan badan bayi seperti biasa
2. Gawat Janin
a. Air ketuban bercampur mekonium pada presentasi
kepala, denyut jantung tidak teratur dan diluar batas
normal (N:120-160 dpm)
b. Lakukan resusitasi janin intrauterine : berikan oksigen
4lt/mnt, ibu posisi miring ke kiri berikan tokolitik
c. Persalinan harus segera diakhiri dalam waktu 10 menit
setelah diagnosis gawat janin ditetapkan, cara
pengakhiran persalinan sesuai dengan syarat yang
terpenuhi saat itu.

UNIT TERKAIT Kamar bersalin, kamar Operasi, IGD


TATA LAKSANA PRE
EKLAMSIA/ EKLAMSIA
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/4

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Pre eklamsia adalah keadaan patologi kehamilan yang ditandai dengan
Trias Hipertensi, edema dan proteinuria yang terjadi setelah usia
kehamilan 20 minggu sampai segera setelah persalinan.
Eklamsia adalah kondisi kejang atau edema yang menyertai keadaan pre
eklamsia
TUJUAN 1. Meminimalkan risiko CVA pada ibu
2. Memaksimalkan kondisi ibu untuk persalinan aman
3. Mendapatkan waktu untuk penilaian lebih lanjut, dalam hal :
memfasilitasi persalinan per vaginam bila mungkin dan
memperpanjang usia kehamilan bila mungkin
KEBIJAKAN 1. Ditujukan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi serta petugas
agar waspada dan memberikan edukasi
2. Ditujukan kepada ibu hamil dengan resiko tinggi serta petugas
agar waspada dan memberikan solusi
PROSEDUR PENANGANAN PRE EKLAMSIA RINGAN DALAM
PELAKSANAAN KEHAMILAN
1. Rawat jalan
- Banyak istirahat (berbaring/tidur miring)
- Diet cukup protein dan vitamin, rendah karbohidrat dan
lemak serta garam
- Sedatif ringan : diazepam 3x2 mg atau luminal 3x30 mg
selama 7 hari
- Periksa laborat : darah rutin: jumlah trombosit; uji faal
hati; uji faal ginjal; estriol dan HPL
- Kontrol tiap minggu
2. Rawat inap
1. Penderita di rawat di ruang yang tenang, tidur miring
ke kiri
2. Diet cukup protein 100 mg/hari dan rendah garam
sampai 0,5 gr/hari
3. Infus D5% yang tiap liternya diselingi infus RL 60-125
ml/jam sebanyak 500 ml, jumlah cairan maksimal
1500/hari, kalau tekanan osmotik plasma menurun
diberikan larutan koloid
4. Magnesium sulfat :
a. Dosis awal : 4 gr larutan 40 % intravena dengan
kecepatan maksimal 1 gr/menit
b. Dosis pemeliharaan : 6 gr drip dalam RL, kecepatan
TATA LAKSANA PRE
EKLAMSIA/ EKLAMSIA
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/4

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR Tpm
PELAKSANAAN c. Syarat pemberian magnesium sulfat adalah :
- Refleks patella (+)
- Respirasi ˃ 16x/mnt
- Produksi urin paling tidak 100 ml/4 jam terakhir
- Tersedia antidotum : kalsium gluconas 10%
5. Antihipertensi : diberikan bila tekanan sistolik ˃ 180
mmHG
 Hidralazin
- 10 mg, 4-6 jam sesuai respon
- 5 mg IV, tunggu 5 menit bila tidak ada respon
ulangi 5 mg IV sampai dosis tunggal 25 mg
 Klonidin
- 1 ampul (0,15mg) dilarutkan dalam 9 ml
aqua atau NaCL fisiologis disuntikkan IV
sebanyak 5 ml, tunggu 5 menit
- Bila tekanan darah belum turun diulang
sampai 4x dalam waktu 30 menit
- Bila tekanan darah sudah turun klonidin
diberikan secara IM 3-4 jam sebanyak 0,15
mg
6. Diuretika : indikasi → edema paru, kegagalan jantung
7. Tindakan Obstretik
 Konservatif : kehamilan dipertahankan dan
ditunggu sampai persalinan spontan
 Aktif
- Indikasi : bila terdapat 1 atau lebih keadaan
dibawah ini
a. Usia kehamilan ≥ 37 minggu
b. Terdapat gelaja impending eklamsia
c. Kegagalan terapi konservatif
medikamentosa → 6 jam sejak
pengobatan medisinal terjadi peningkatan
tekanan darah ; tidak terdapat perbaikan
setelah 48 jam perawatan dengan kriteria
tekanan diaslotik ≥ 100 mmHG dan
indeks gestosis ≥ 6
d. Terdapat tanda-tanda gawat janin
TATA LAKSANA PRE
EKLAMSIA/ EKLAMSIA
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/4

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR e. Terdapat tanda-tanda IUGR yang ˂ 10
PELAKSANAAN persentil dari kurva normal
f. Terdapat HELLP syndroma
8. Cara terminasi kehamilan
a. Belum dalam persalinan
- Induksi (sesuai protocol) setelah 30 menit, terapi
medical
- SC bila terdapat kontra indikasi terhadap
oksitosin ; setelah 12 jam dalam induksi tidak
masuk fase aktif; primigravida lebih cenderung ke
arah bedah SC
b. Sudah dalam persalinan
- Kala I laten : SC
- Kala I aktif : amnitomi bila 6 jam setelah
amniotomi tidak tercapai pembukaan lengkap :
SC
- Kala II : ekstraksi vakum atau ekstraksi forceps
PENANGANAN EKLAMSIA
1. Prinsip pengobatan sama dengan pre eklamsia berta
termasuk pemberian magnesium sulfat
2. Bila masih terjadi kejang berikan tambahan magnesium
sulfat 2 gr dalam waktu 2 menit, bila masih kejang berikan
pentobarbital sampai 250 mg IV pelan
3. Sebagai alternative bisa diberikan diazepam 10 mg IV
sebelum terapi magnesium sulfat
4. Pemberian magnesium sulfat diberhentikan setelah 24 jam
persalinan atau bila eklamsia timbul setelah persalinan
magnesium sulfat
5. Persalinan diusahakan pervaginam 4-8 jam setelah
serangan kejang terakhir dan penderita sudah sadar
6. Bila diperlukan tindakan bedah SC, ini dikerjakan
sekurang-kurangnya 12 jam setelah bebas kejang
7. Tindakan lain disesuaikan keadaan
Pada penderita dengan gangguan kesadaran maka pengakhiran
persalinan adalah didasarkan pada kondisi ibu sebagai berikut :
a. Tensi darah : berat (S 200-300, D 110-150); sedang (S 140-
200, D90-110); ringan (S 100-140,D 50-90)
b. Nadi
c. Suhu rectal
TATA LAKSANA PRE
EKLAMSIA/ EKLAMSIA
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 4/4

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR d. Pernafasan
PELAKSANAAN e. Kesadaran (GCS) : E4 V5 M6
Dari parameter vital sign tersebut maka bla didapatkan skor total :
- 10/˃ saat yang optimal untuk mengakhiri
persalinan/tindakan persalinan
- Skor 9/˂, pengakhiran ditunda bila 6 jam tak ada
perbaikan dipertimbangkan untuk mengakhiri persalinan
dengan catatan bahwa penderita dalam keadaan darurat

UNIT TERKAIT Kamar bersalin, kamar operasi, IGD


ANASTESI REGIONAL
(ANASTESI SPINAL)
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Pengelolaan anastesi regional anastesi (spinal, epidutal anastesi)
TUJUAN Menetapkan prosedur kerja pengelolaan anastesi regional yang
dikerjakan di rumah sakit ibu dan anak mawar
KEBIJAKAN Dilakukan oleh dokter anastesi kecuali ASA IV bisa didelegasikan pada
penata anastesi di bawah pengawasan dokter anastesi
PROSEDUR 1. Kunjungan pra bedah oleh dokter anastesi sebelum
PELAKSANAAN dilakukan operasi
2. Konsultasi dengan bagian terkait jika kelainan
3. Penderita umur ˃ 40 tahun. Periksa ECG
4. Dipasang infuse line di ruangan
5. Rehidrasi (ganti cairan panas) lewat infuse 15-20 ml/kg BB
sebelum dilakukan anatesi
6. Petugas yang akan melakukan spinal anatesi cuci tangan,
pakai sarung steril
7. Penderita duduk/ miring kiri dimedikasi dengan betadin
pada tempat tusukan
8. Tusukan pada spatium intervertebale LI- LII, LII-LIII,LIII-
LIV sampai cairan LCS keluar menetes kemudian
penderita ditelentangkan
9. Dimonitor : tensi, nadi, respirasi
10. Operasi selesai penderita bisa pindah ruangan, jika tensi
nadi dan respirasi normal

UNIT TERKAIT Bagian bedah, THT, Interna, Anak, Syaraf, Obsgyn


PENOLAKAN TINDAKAN
MEDIS
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Penolakan tindakan medis adalah penolakan yang diberikan oleh pasien
atau keluarganya aras dasar informasi dan penjelasan mengenai tindakan
medis yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut
TUJUAN Sebagai acuan bagi rumah sakit dalam melaksanakan ketentuan tentang
informed consent (penolakan tindakan medis)
KEBIJAKAN Penolakan tindakan medis harus sudah ditanda tangani oleh operator,
petugas IBS, petugas bangsal, keluarga pasien yang menolak tindakan
medis sebelum pasien pulang
PROSEDUR 1. Petugas IBS menjelaskan hal-hal yang berhubungan
PELAKSANAAN dengan tindakan pembedahan
2. Setelah pasien/keluarga menerima penjelasan kemudian
menolak maka pasien/ keluarga menandatangani formulir
penolakan tindakan medis
3. Dokter operator menandatangani formulir penolakan
tindakan medis
4. Saksi-saksi menandatangani formulir penolakan tindaka
medis

UNIT TERKAIT Pasien, keluarga pasien, curator, wali


MENYETERIL RUANGAN
OPERASI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Menyeteril ruangan kamar operasi adalah membersihkan dan
mensucihamakan ruangan kamar operasi
TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
KEBIJAKAN Sterilisasikan ruangan kamar operasi dilakukan tiap hari
PROSEDUR 1. Setelah kamar operasi digunakan untuk operasi segera
PELAKSANAAN dibersihkan dan dipel dengan disinfektan
2. Alat-alat dirapikan sesuai dengan tempat dan fungsinya
3. Kamar operasi diseterilkan dengan sinar ultaviolet selama
12 jam

UNIT TERKAIT IBS


TINDAKAN ASEPTIK DAN
ANTISEPTIK DAERAH
RUMAH SAKIT IBU
PEMBEDAHAN
DAN ANAK MAWAR No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Aseptik dan antiseptik adalah suatu tindakan untuk mensucihamakan
kuman
TUJUAN Untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial
KEBIJAKAN Pengendalian infeksi nosokomial
PROSEDUR a. Ambil bengkok yang berisi mangkok kecil yang sudah diisi
PELAKSANAAN antiseptic (betadin 7,5% dan alkohol 96%) diatas meja
instrumen
b. Ambil pemegang kain kasa
c. Celupkan kassa pada antiseptic betadin 7,5%
d. Cuci / gosok daerah operasi dengan cara :
- Luka bersih
 Cuci area mulai dari tengah baru keluar
 Cara/ teknis pencucian dengan cara melingkar
 Khusus untuk daerah abdomen setelah melingkar
keluar terakhir daerah umbilical
 Luas daerah pencucian tergantung kebijakan ahli
bedah masing-masing
- Luka kotor
 Pencucian dilakukan dari area bersih ke area kotor
 Teknik pencucian tetap sama dengan cara
melingkar
e. Bila pencucian dengan alkohol 96%
f. Drapping (alokasi daerah pembedahan)
- Pasang duk lubang besar, lubang tepat diarea kotor
- Pasang 2 buah doek klem kiri dan kanan
- Untuk daerah ekstrimis dibuat dengan posisi melingkar
dahulu dengan satu buah doek klem
- Pasang laken rapat besar dibawah area operasi
- Pasang laken kecil pada tungkai bawah
- Khusus operasi ekstrimitas bawah (lengan bawah dan
tungkai bawah) makan tangan dan kaki dibungkus dengan
doek kecil dan sarung tangan
g. Drapping daerah rectal (posisi litotomi)
- Pasang duk kecil di bawah rectal
- Psang duk lubang di atas area
- Pasang dua buah doek klem pada kiri dan kanan kaki
- Pasang sarung kaki pada kedua tungkai
UNIT TERKAIT Tim bedah, Anastesi, Petugas Keliling (drop)
MEMBALUT LUKA OPERASI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Cara pembalutan luka operasi dengan teknis aseptic akan mencegah
terjadinya infeksi luka operasi
TUJUAN Menjaga terjadinya infeksi nosokomial
Semua luka operasi harus dibalut
KEBIJAKAN
PROSEDUR a. Siapkan :
PELAKSANAAN - Kassa
- Antiseptic (betadin 10%)
- Sufratul
- Plater (hapavic)
b. Bersihkan luka operasi dengan NaCL 0,9%
c. Oleskan betadin 10% pada luka atau beri sufratul
d. Tutup luka dengan kassa secukupnya
e. Pasang plaster/ hepavic secara merata, khusus pinggir luka
harus dipasang plaster
f. Bersihkan sekitar luka dengan kassa basah dan keringkan
g. Tutup kembali pasien dengan selimut pasien
UNIT TERKAIT IBS, IRNA, IRJA
MENCUCI TANGAN BEDAH
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Cuci tangan adalah cara untuk mencegah infeksi yang paling penting
cuci tangan bedah dilakukan sebelum pembedahan
TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi nosokomial
KEBIJAKAN Semua anggota tim operasi harus cuci tangan
PROSEDUR a. Nyalakan kran
PELAKSANAAN b. Basahi tangan dan lengan lewat bawah dengan air
c. Tangan yang sudah dibasahi berikan desinfektan
secukupnya
d. Sikat bagian bawah kuku
e. Sikat tangan dan lengan satu persatu secara bergantian
dengan gerakan melingkar
f. Selama cuci tangan jaga agar letak tangan lebih tinggi dari
siku agar air mengalir dari tangan ke westafel
g. Cuci tangan dilakukan selama 10-15 menit
h. Jangan menyentuh westafel, kran atau jubah
i. Keringkan tangan dengan handuk yang steril atau tissue
UNIT TERKAIT 1. SMF
2. IRJA
3. IRNA
4. IRDA
5. IRI
6. Instalasi Laborat
7. Instalasi Farmasi
MELEPAS JAS OPERASI DAN
SARUNG TANGAN
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Dengan membukakas operasi dan sarung tangan secara baik dan benar,
maka infeksi tidak akan tertular pada personil yang ikut operasi
TUJUAN Mencegah terjadinya infeksi
KEBIJAKAN Semua anggota tim operasi harus memakai jas operasi dan sarung tangan
PROSEDUR a. Lepaskan tali-tali jas operasi dan masker dari arah
PELAKSANAAN belakang tubuh anggota tim bedah oleh petugas keliling
b. Tarik jas operasi dari arah depan oleh petugas keliling atau
dilepaskan sendiri
c. Cuci telebih dahulu sarung tangan sebelum dilepas pada
kran cuci tangan
d. Pegang sarung tangan pada permukaan telapak tangan
dengan baik dan lepaskan sarung tangan dengan menarik
keluar/ke atas
e. Lepaskan sarung tangan yang sebelah lagi dengan cara
masukkan jari telunjuk jari tengah di bawah sarung tangan
bagian atas dan segera tarik keluar
UNIT TERKAIT TIM BEDAH
MEMAKAI JAS OPERASI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Memakai jas operasi yang steril akan menyebabkan terjadinya infeksi
nosokomial
TUJUAN Tim bedah mengetahui cara memakai jas baik dan benar
KEBIJAKAN Semua anggota tim operasi harus memakai jas operasi
PROSEDUR a. Keringkan kedua telapak tangan dengan waslap atau kasa
PELAKSANAAN steril
b. Ambil jas di atas meja linen, tetap dalam posisi lipatan dan
pegang bagian dalam jas
c. Pegang bagian atas jas (leher) dan lepaskan bagian bawah.
Jauhi tempat yang tidak steril
d. Cari kedua lubang lengan baju dan masukkan kedua lengan
secara bersama-sama
e. Ikat kedua tali bagian atas dan bawah dari belakang tubuh
oleh petugas keliling
UNIT TERKAIT 1. Dokter Bedah
2. Perawat asisten operator
3. Perawat instrumen
4. Petugas keliling
PEMBUATAN LAPORAN
OPERASI
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Pembuatan laporan operasi adalah bukti otentik yang dibuat oleh
operator yang bermanfaat bagi perjalanan penyakit pasien
TUJUAN Sebagai informasi medis untuk tim medis lain dan tim keperawatan
KEBIJAKAN Dibuat oleh operator setelah melakukan tindakan pembedahan
PROSEDUR 1. Ahli bedah membuat laporan operasi pada formulir laporan
PELAKSANAAN operasi yang berisi :
- Nama, umur, ruang, no. Reg
- Nama tim operasi
- Diagnosa pre operasi
- Diagnosa post operasi
- Jaringan yang dikirim (PA)
- Macam operasi
2. Ahli bedah membuat laporan operasi meliputi :
- Tahapan operasi
- Sistem drainage
- Teknik operasi
- Temuan rinci selama operasi
3. Tanda tangani laporan operasi dan cantumkan nama jelas
operasi
4. Untuk instruksi pasca bedah ditulis pada CM
UNIT TERKAIT 1. Dokter Bedah
PENGATURAN APABILA ADA
KETIDAKSAMAAN
RUMAH SAKIT IBU
PENGHITUNGAN KASSA/
DAN ANAK MAWAR
ALAT
No. Dokumen No. Revisi Halaman
00 1/1

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Pengaturan apabila ada ketidaksamaan perhitungan kasa/ alat adalah
suatu cara atau sistem yang digunakan apabila ada perbedaan dalam
perhitungan alat dan kassa setelah operasi sebelum luka ditutup
TUJUAN Menghindari tertinggalnya alat atau kassa di dalam tubuh atau organ
setelah dilakukan operasi
KEBIJAKAN Perhitungan kassa dan alat / instrumen harus dilakukan sebelum dan
sesudah operasi (waktu luka akan ditutup) dengan melibatkan selurruh
tim bedah
PROSEDUR 1. Perawat instrumentator dan perawat sirkuler mencatat
PELAKSANAAN mekanisme perhitungan kassa dan alat pada formulir
catatan keperawatan bedah sentral secara jelas dan rinci
serta menandatanganinya
2. Hitung kassa dan alat sebelum operasi dimulai dan saat
akan menutup luka operasi
3. Lakukan tindakan apabila terjadi ketidaksamaan dalam
perhitungan
4. Hitung ulang berkali-kali sampai yakin
5. Dengan anggota tim lain untuk mencari sampai ditemukan
6. Lapor kepada operator untuk tidak menutup luka operasi
7. Foto rotgen, apabila tidak ada kassa atau alat, maka luka
operasi boleh ditutup
UNIT TERKAIT IBS
ASFIKSIA NEONATORUM
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Asfiksia neonafrorum adalah kegagalan nafas secara spontan dan teratur
pada bayi baru lahir.
Prinsip dasar :
 Asfiksia merupakan penyebab kematian neonatal dan kecacatan
 Asfiksia perinatal dapat terjadi selama antepartum, intra partum
maupun post partum
 Ditandai dengan :
- Bayi tidak bernafas atau bernafas megap-megap
- Denyut jantung ˂ 100 x/menit
- Kulit sianosis, pucat
- Tonus otot menurun
 Untuk diagnosis asfiksia tidak perlu menunggu nila APGAR
TUJUAN 1. Menangani asfiksia neonatorum
2. Mengurangi angka kematian dan kecacatan pada neonatus
KEBIJAKAN Ditetapkan pada semua bayi baru lahir dengan asfiksia neonatorum
PROSEDUR 1. Lakukan langkah resusitasi (lihat bagan resusitasi)
PELAKSANAAN 2. Kolaborasi dokter dalam pemberian terapi medikamentosa
3. Beri oksigen bila perlu atau bayi masih sianosis saturasi
oksigen yang ditunjukkan oleh oksimetri belum mencapai
target sesuai usia bayi. Kurangi sampai batas terendah
secara bertahap.
4. Perawatan dan pemantauan pasca resusitasi :
- Bayi dirawat diruang perinatologi bukan dirawat gabung,
untuk pemantauan keadaan pasca asfiksia
- Pantau keadaan umum bayi, frekuensi jantung, frekuensi
dan irama nafas, saturasi oksigen dengan alat oksimetri,
tangis bayi, kesadaran, produksi urin dan suhu bayi
- Jaga kehangatan bayi, masukkan bayi pasca resusitasi di
incubator atau cuvis sesuai berat badan dan masa gestasi
bayi.
- Periksa kadar gula 4 jam pasca resusitasi
- Perhatian khusus diberikan pada waktu malam hari
5. Mencatat tindakan resusitasi
- Kondisi bayi saat lahir
- Tahapan resusitasi yang telah dilakukan
- Waktu antara lahir dengan memulai pernafasan
- Pengamatan klinis selama dan sesudah tindakan resusitasi
- Hasil tindakan resusitasi
- Bila resusitasi gagal, apa kemungkinan penyebab
kegagalan
- Nama-nama tenaga kesehatan yang melakukan tindakan
resusitasi
ASFIKSIA NEONATORUM
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/2

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR 6. Yakinkan bayi mampu minum dan mempunyai refleks
PELAKSANAAN hisap dan telan setelah keadaan bayi stabil tanpa oksigen
dengan pemberian ASI dan menetek pada ibu
7. Bila bayi tidak dapat langsung menetek dan masih
memakai oksigen berikan ASI perah dengan pipa lambung
8. Bila bayi tidak dapat menerima asupan dengan pipa
lambung sekaligus, pasang jalur infus dan beri cairan infus
D10% sesuai dosis rumatan
9. Konseling pada keluarga
- Bila resusitasi berhasil : beritahu ibu dan keluarga tentang
keadaan bayi, serta ditundanya untuk dilakukan IMD dan
rawat gabung
- Bila resusitasi gagal : beri dukungan emosional pada
keluarga terutama orang tua bayi
UNIT TERKAIT R. VK, Perinatologi, IGD, OK
MANAJEMEN BBLR
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 1/4

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PENGERTIAN Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
kurang dari 2500 gram, tanpa memandang masa gestasi
 Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 24 jam setelah
lahir pemeriksaan fisik
 Berat lahir kurang dari 2500 gram
- Untuk BBLR kurang bulan
Tanda prematurus :
- Tulang rawan telinga belum terbentuk
- Masih terdapat lanugo
- Reflek-reflek masih lemah
- Alat kelamin pada perempuan lalium mayus belum menutup
labium minus, pada laki-laki belum terjadi penurunan testis dan
kulit testis rata (rugae testis belum terbentuk)
- Untuk BBLR kecil untuk masa kehamilan
Tanda janin tumbuh lambat :
- Tidak dijumpai tanda prematurus
- Kulit keriput
- Kuku lebih panjang
TUJUAN 1. Mengurangi kematian pada BBLR
2. Mencegah komplikasi atau efek lanjutan pada BBLR
3. Penanganan secara tepat pada BBLR
KEBIJAKAN 1. Semua bayi lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram
2. Semua perawat, bidan, Sp.A maupun Sp.OG untuk melakukan
manajemen BBLR
PROSEDUR 1. Medikamentosa :
PELAKSANAAN Pemberian vitamin K1 : injeksi 1 mg/IM sekali pemberian
2. Mempertahankan suhu ketat
- Keringkan badan bayi setelah lahir
- Kain yang basah secepatnya diganti dengan yang kering
dan hangat suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit dengan
kulit, KMC, Infant warmer, incubator atau ruangan hangat
(sesuai tabel 1 yang terlampir)
- Tabel 1. Cara menghangatkan bayi
Cara Petunjuk Penggunaan
Kontak Kulit - Untuk semua bayi
- Untuk menghangatkan bayi
dalam waktu singkat, atau
menghangatkan bayi
hipotermi (32-36,4oC)
apabila cara lain tidak
mungkin dilakukan
MANAJEMEN BBLR
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 2/4

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR Cara Petunjuk Penggunaan
PELAKSANAAN KMC - Untuk menstabilkan bayi
dengan berat badan ˂ 2500
gram, terutama
direkomendasikan untuk
perawatan berkelanjutan
bayi dengan berat badan ˂
1800 gram.
- Tidak untuk bayi sakit berat
(sepsis, gangguan nafas
berat)
- Tidak untuk ibu yang
menderita penyakit berat
yang tidak dapat merawat
bayinya.
Infant warmer - Untuk bayi sakit atau bayi
dengan berat 1500 gram atau
lebih
- Untuk pemeriksaan awal
bayi, selama dilakukan
tindakan, atau
menghangatkan kembali
bayi hipotermi
incubator - Penghangatan berkelanjutan
bayi dengan berat ˂ 1500
gram yang tidak dapat
dilakukan KMC
Heat shield - Plastic yang digunakan
untuk menyelimuti tubuh
bayi premature dengan berat
˂1.000 gram, selama
dilakukan tindakan untuk
mengurangi evaporasi
Head - Digunakan pada mayoritas
coverings bayi karena kepala bayi
(topi) merupakan permukaan tubuh
yang paling luas kehilangan
panas)
Ruangan - Untuk merawat bayi dengan
hangat berat ˃ 2500 gram yang
tidak memerlukan tindakan
diagnositic atau prosedur
pengobatan
MANAJEMEN BBLR
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 ¾

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR Cara Petunjuk Penggunaan
PELAKSANAAN - Tidak untuk bayi sakit berat
(sepsis, gangguan nafas
berat)
- Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan
dingin
- Ukur suhu tubuh sesuai dengan jadwal pada tabel 2
- Tabel. 2 pengukuran suhu tubuh
Bayi Bayi
Keadaan
bayi
Bayi sakit Bayi kecil sangat keadaan
kecil baik
Frekuensi Tiap 2 jam Tiap 12 Tiap 6 jam Sehari
pengukuran
jam sekali
3. Jaga potensi jalan nafas
- Bebaskan jalan napas dengan menjaga kebersihan jalan
nafas
- Beri oksigen dengan nasal/binasal kanul 0,5 -1 ltr/mnt
4. Nilai segera kondisi bayi tentang tanda vital bayi seperti
pernapasan, denyut jantung, wana kulit dam aktifitas, serta
saturasi oksigen
5. Mencegah infeksi dengan ketat
- Prinsip pencegahan infeksi nosokomial dengan mencuci
tangan sebelum dan sesudah memegang bayi
- Pemberian antibiotika
6. Pengawasan nutrisi/ ASI (lihat PROTAP PEMBERIAN
NUTRISI PADA BBLR)
6.1 Bayi sehat
 Reflek hisap dan telan baik, baiknya menyusu
ke ibunya setiap 2 jam karena mudah letih dan
malas minum pantau pemberian minum
 Reflek hisap dan telan kurang, tambahkan ASI
dengan pipet atau sonde
6.2 Bayi Sakit
 Bayi dengan gangguan nafas, kejang dan
gangguan minum pasang IV line :
- Hanya berikan cairan IV (D10%) selama 24
jam
 Mulai berikan minum peroral pada hari ke 2 atau
segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian
ASI apabila ibu ada dan bayi menuju tanda-tanda
siap menyusu
 Apabila masih sakit (gangguan nafas, kejang)
berikan ASI peras melalui pipa lambung
 Berikan 8 kali dalam 24 jam, bila masih tampak
lapar berikan tambahan ASI

MANAJEMEN BBLR
RUMAH SAKIT IBU No. Dokumen No. Revisi Halaman
DAN ANAK MAWAR 00 4/4

Tanggal Terbit Ditetapkan oleh,


STANDAR
PROSEDUR
OPERASIONAL Januari 2018
dr. SRI
ROSLYANA,Sp.OG
Direktur Utama
PROSEDUR  Biarkan bayi menyusu tanpa batuk atau tersedak
PELAKSANAAN 7. Pantau perkembangan kondisi bayi dan tanda – tanda
bahaya selama menyusu seperti malas menghisap/tidak
dapat menelan langsung/sesak/biru/hipotermia berat
hentikan pemberian minum , oksigensi, motivasi keluarga
8. Pemantauan
8.1 kenaikkan berat badan dan pemberian minum setelah 7
hari (dengan kenaikan berat badan 20-30 gram/hari)
8.2 tanda kecukupan pemberian ASI
 kencing minimal 6 kali dalam 24 jam
 bayi tidur terlelap
 peningkatan BB setelah 7 hari pertama sebanyak 20
gram setiap hari
9. periksa pengeluaran ASI
10. beri dukungan emosional kepada ibu dan anggota keluarga
lainnya
11. anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak
memungkinkan, biarkan ia berkunjung setiap jam kunjung
atau jam meneteki

UNIT TERKAIT INSTALASI MATERNAL-PERINATAL

Anda mungkin juga menyukai