Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

BENGKEL ELEKTRONIKA 2
”ALARM UNIVERSAL”

Disusun Oleh :
Kinara Jongga Varga
3.32.16.0.11

Jurusan Teknik Elektro


Program Studi Teknik Elektronika
Politeknik Negeri Semarang
April 2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Alarm secara umum dapat didefinisikan sebagai bunyi peringatan atau pemberitahuan.
Dalam istilah jaringan, alarm dapat juga didefinisikan sebagai pesan berisi pemberitahuan
ketika terjadi penurunan atau kegagalan dalam penyampaian sinyal komunikasi data
ataupun ada peralatan yang mengalami kerusakan (penurunan kinerja). Pesan ini
digunakan untuk memperingatkan operator atau administrator mengenai adanya masalah
(bahaya) pada jaringan. Alarm memberikan tanda bahaya berupa sinyal, bunyi, ataupun
sinar. Alarm memberitahukan apabila terjadi bahaya dan kerusakan ataupun kejadian yang
tidak diharapkan pada jaringan melalui sinyal sehingga memberikan peringatan secara
jelas agar dapat diantisipasi.
Awal mula perkembangan teknologi alarm yaitu berawal dari inovasi industri
keamanan elektronik dan peringatan kebakaran pada tahun 1850 oleh John Gamewell dan
Edwin Holmes .
Lalu pada tahun 1841 seiring dengan ditemukannya telegram, seorang dokter muda
yang kaya bernama William Channing membuat sebuah sistem dari yang dapat
mengirimkan sinyal alarm kebakaran kepada stasiun pemadam kebakaran yang ada di
Boston, Amerika Serikat. Sistem ini menggunakan sandi morse yang ditemukan oleh
Samuel Morse dalam sistem telegram yang memadukan kode dengan teknologi, untuk
menyalurkan sinyal dari pusat sistem pemerintah menuju stasiun pemadam kebakaran
untuk memberitahu titik lokasi terjadinya kebakaran.
Sejak saat itu penemuan-penemuan alarm untuk berbagai macam kegunaan mulai
ditemukan.

Dengan semakin banyaknya kegunaan dari alarm, maka rangkaian dalam alarm juga
semakin beragam. Namun rangkaian dalam alarm ini dapat dibuat dengan menggunakan
satu macam rangkaian, yaitu rangkaian alarm universal. Mengingat prinsip kerja semua
alarm yang hampir sama, maka rangkaian alarm universal ini sangat cocok digunakan
untuk membuat bermacam jenis alarm.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengimplementasikan mata kuliah yang berupa teori ke dalam
bentuk praktek nyata
2. Mahasiswa dapat mengetahui rangkaian yang digunakan pada Alarm Universal
3. Mahasiswa dapat mengetahui komponen dalam elektronika
4. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja Alarm Universal dan dapat
menganalisanya
5. Mahasiswa dapat terampil dalam membuat Alarm Universal
6. Mahasiswa dapat mengoperasikan software pembuat skematik dan desain PCB
BAB II

LANDASAN TEORI

Rangkaian Alarm Universal merupakan sebuah rangkaian yang dapat


digunakan untuk mengamankan sesuatu dari segala macam hal yang buruk. Caranya
yaitu dengan memberikan tanda bahaya atau peringatan akan terjadinya pencurian atau
bencana. Keberadaan alarm ini menjadi semkain penting setiap harinya. Apalagi
sekarang semuanya serba tidak aman. Orang berlomba-lomba untuk memperoleh uang
dengan berbagai macam cara. Sehingga penggunaan alarm untuk mengamankan
berbagai macam hal ini sangatlah diperlukan. Tidak sampai disitu saja. Rangkaian
alarm juga berguna untuk memperingatkan masyarakat yang tinggal di daerah rawan
bencana. Sehingga dapat meminimalisir adanya korban jiwa. Rangakaian alarm
universal ini dibuat dengan menggunakan gabungan antara komponen pasif, komponen
aktif, dan rangkaian terintegrasi IC. Komponen tersebut adalah :

6.1 Komponen Pasif


1. Resistor

Resistor merupakan komponen elektronik yang memiliki dua pin dan didesain
untuk mengatur tegangan listrik dan arus listrik, dengan resistansi tertentu
(tahanan) dapat memproduksi tegangan listrik di antara kedua pin, nilai tegangan
terhadap resistansi berbanding lurus dengan arus yang mengalir,
berdasarkan hukum Ohm:

V = I.R

Resistor digunakan sebagai bagian dari rangkaian elektronik dan sirkuit


elektronik, dan merupakan salah satu komponen yang paling sering digunakan.
Resistor dapat dibuat dari bermacam-macam komponen dan film, bahkan kawat
resistansi (kawat yang dibuat dari paduan resistivitas tinggi seperti nikel-
kromium).

Karakteristik utama dari resistor adalah resistansinya dan daya listrik yang
dapat dihantarkan. Karakteristik lain termasuk koefisien suhu, derau listrik (noise),
dan induktansi.

Resistor dapat diintegrasikan kedalam sirkuit hibrida dan papan sirkuit cetak,
bahkan sirkuit terpadu. Ukuran dan letak kaki bergantung pada desain sirkuit,
kebutuhan daya resistor harus cukup dan disesuaikan dengan kebutuhan arus
rangkaian agar tidak terbakar.

Satuan resistor adalah Ohm (simbol: Ω) yang merupakan satuan SI untuk


resistansi listrik, diambil dari nama Georg Ohm.

Satuan yang digunakan prefix :

Ohm = Ω
Kilo Ohm = KΩ
Mega Ohm = MΩ
KΩ = 1 000Ω
MΩ = 1 000 000Ω
Konstruksi Resistor

a. Komposisi karbon
Resistor komposisi karbon terdiri dari sebuah unsur resistif berbentuk
tabung dengan kawat atau tutup logam pada kedua ujungnya. Badan resistor
dilindungi dengan cat atau plastik. Resistor komposisi karbon lawas
mempunyai badan yang tidak terisolasi, kawat penghubung dililitkan disekitar
ujung unsur resistif dan kemudian disolder. Resistor yang sudah jadi dicat
dengan kode warna sesuai dengan nilai resistansinya.
Unsur resistif dibuat dari campuran serbuk karbon dan bahan isolator
(biasanya keramik). Resin digunakan untuk melekatkan campuran.
Resistansinya ditentukan oleh perbandingan dari serbuk karbon dengan bahan
isolator. Resistor komposisi karbon sering digunakan sebelum tahun 1970-an,
tetapi sekarang tidak terlalu populer karena resistor jenis lain mempunyai
karakteristik yang lebih baik, seperti toleransi, kemandirian terhadap tegangan
(resistor komposisi karbon berubah resistansinya jika dikenai tegangan lebih),
dan kemandirian terhadap tekanan/regangan. Selain itu, jika resistor menjadi
lembab, panas solder dapat mengakibatkan perubahan resistansi dan resistor
jadi rusak.
Walaupun begitu, resistor ini sangat reliabel jika tidak pernah
diberikan tegangan lebih ataupun panas lebih.
Resistor ini masih diproduksi, tetapi relatif cukup mahal. Resistansinya
berkisar antara beberapa miliohm hingga 22 MOhm.

b. Film karbon. Selapis film karbon diendapkan pada selapis substrat isolator, dan
potongan memilin dibuat untuk membentuk jalur resistif panjang dan sempit.
Dengan mengubah lebar potongan jalur, ditambah dengan resistivitas karbon
(antara 9 hingga 40 µΩ-cm) dapat memberikan resistansi yang
lebar.[1] Resistor film karbon memberikan rating daya antara 1/6 W hingga 5
W pada 70 °C. Resistansi tersedia antara 1 ohm hingga 10 MOhm. Resistor
film karbon dapat bekerja pada suhu di antara -55 °C hingga 155 °C. Ini
mempunyai tegangan kerja maksimum 200 hingga 600 v.

c. Film logam

Unsur resistif utama dari resistor foil adalah sebuah foil logam paduan khusus
setebal beberapa mikrometer.
Resistor foil merupakan resistor dengan presisi dan stabilitas terbaik. Salah
satu parameter penting yang memengaruhi stabilitas adalah koefisien
temperatur dari resistansi (TCR). TCR dari resistor foil sangat rendah.
Resistor foil ultra presisi mempunyai TCR sebesar 0.14ppm/°C, toleransi
±0.005%, stabilitas jangka panjang 25ppm/tahun, 50ppm/3 tahun, stabilitas
beban 0.03%/2000 jam, EMF kalor 0.1μvolt/°C, desah -42 dB, koefisien
tegangan 0.1ppm/V, induktansi 0.08μH, kapasitansi 0.5pF[3].

Identifikasi empat pita

Identifikasi empat pita adalah skema kode warna yang paling sering digunakan.
Ini terdiri dari empat pita warna yang dicetak mengelilingi badan resistor. Dua pita
pertama merupakan informasi dua digit harga resistansi, pita ketiga merupakan
faktor pengali (jumlah nol yang ditambahkan setelah dua digit resistansi) dan pita
keempat merupakan toleransi harga resistansi. Kadang-kadang terdapat pita kelima
yang menunjukkan koefisien suhu, tetapi ini harus dibedakan dengan sistem lima
warna sejati yang menggunakan tiga digit resistansi.

Sebagai contoh, hijau-biru-kuning-merah adalah 56 x 104Ω = 560 kΩ ± 2%.


Deskripsi yang lebih mudah adalah pita pertama berwarna hijau yang mempunyai
harga 5, dan pita kedua berwarna biru yang mempunyai harga 6, sehingga
keduanya dihitung sebagai 56. Pita ketiga brwarna kuning yang mempunyai harga
104 yang menambahkan empat nol di belakang 56, sedangkan pita keempat
berwarna merah yang merupakan kode untuk toleransi ± 2% memberikan nilai
560.000Ω pada keakuratan ± 2%.

Identifikasi lima pita

Identifikasi lima pita digunakan pada resistor presisi (toleransi 1%, 0.5%,
0.25%, 0.1%), untuk memberikan harga resistansi ketiga. Tiga pita pertama
menunjukkan harga resistansi, pita keempat adalah pengali, dan yang kelima
adalah toleransi. Resistor lima pita dengan pita keempat berwarna emas atau perak
kadang-kadang diabaikan, biasanya pada resistor lawas atau penggunaan khusus.
Pita keempat adalah toleransi dan yang kelima adalah koefisien suhu.
2. Kapasitor

Kondensator atau sering disebut sebagai kapasitor adalah suatu alat yang
dapat menyimpan energi di dalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan
ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan yang
disebut Farad dari nama Michael Faraday. Kondensator juga dikenal sebagai
"kapasitor", namun kata "kondensator" masih dipakai hingga saat ini.

Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub


yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk
tabung.

Lambang kondensator (mempunyai kutub) pada skema elektronika.

Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah,
tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk
bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing
baju.

Lambang kapasitor (tidak mempunyai kutub) pada skema elektronika.

Namun kebiasaan dan kondisi serta artikulasi bahasa setiap negara tergantung pada
masyarakat yang lebih sering menyebutkannya. Kini kebiasaan orang tersebut
hanya menyebutkan salah satu nama yang paling dominan digunakan atau lebih
sering didengar. Pada masa kini, kondensator sering disebut kapasitor (capacitor)
ataupun sebaliknya yang pada ilmu elektronika disingkat dengan huruf (C).

Pada Peralatan Elektronika, Kapasitor merupakan salah satu jenis Komponen


Elektronika yang paling sering digunakan. Hal ini dikarenakan Kapasitor memiliki
banyak fungsi sehingga hampir setiap Rangkaian Elektronika memerlukannya.
Dibawah ini adalah beberapa fungsi daripada Kapasitor dalam Rangkaian
Elektronika :

 Sebagai Penyimpan arus atau tegangan listrik


 Sebagai Konduktor yang dapat melewatkan arus AC (Alternating Current)
 Sebagai Isolator yang menghambat arus DC (Direct Current)
 Sebagai Filter dalam Rangkaian Power Supply (Catu Daya)
 Sebagai Kopling
 Sebagai Pembangkit Frekuensi dalam Rangkaian Osilator
 Sebagai Penggeser Fasa
 Sebagai Pemilih Gelombang Frekuensi (Kapasitor Variabel yang
digabungkan dengan Spul Antena dan Osilator)

6.2 Komponen Aktif


1. Transistor

Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai


sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal
atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, di
mana berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET),
memungkinkan pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Pada umumnya, transistor memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan
Kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai
untuk mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu
pada keluaran tegangan dan arus output Kolektor.
Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia elektronik
modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier (penguat).
Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil (stabilisator) dan
penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor digunakan
sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai
sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi
rangkaian-rangkaian lainnya.

Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar
transistor, bipolar junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan field-effect
transistor (FET), yang masing-masing bekerja secara berbeda.
Disebut Transistor bipolar karena kanal konduksi utamanya menggunakan dua
polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang, untuk membawa arus listrik.
Dalam BJT, arus listrik utama harus melewati satu daerah/lapisan pembatas
dinamakan depletion zone, dan ketebalan lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan
tinggi dengan tujuan untuk mengatur aliran arus utama tersebut.
FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu jenis
pembawa muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam FET, arus
listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan depletion zone di
kedua sisinya (dibandingkan dengan transistor bipolar di mana daerah Basis
memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari daerah perbatasan ini dapat
diubah dengan perubahan tegangan yang diberikan, untuk mengubah ketebalan
kanal konduksi tersebut. Lihat artikel untuk masing-masing tipe untuk penjelasan
yang lebih lanjut.

6.3 Rangkaian Terintegrasi IC


1. IC 4093

IC yang digunakan pada rangkaian ini adalah IC 4093, IC tersebut berjenis


CMOS. IC CMOS banyak digunakan pada instrument-instrumen elektronik karena
dilihat dari keunggulan teknologinya dibandingkan dengan jenis IC lainnya. IC
CMOS 4093 ini merupakan penyulut Schmitt gerbang NAND yang mempunyai 2
input jalan masukkan. IC ini terdiri dari 4 buah penyulut Schmitt. Pada prinsipnya
IC CMOS 4093 dan IC TTL mempunyai dasar pengertian yang sama, kedua IC ini
mempunyai gerbang yang sama yaitu terdiri dari 4 gerbang NAND 2 masukkan.
Gerbang NAND merupakan gerbang AND yang di NOT kan, sehingga output
NAND menjadi kebalikan dari output AND. Salah satu kelebihan IC CMOS adalah
konsumsi dayanya rendah sehingga cocok dipakai pada peralatan elektronik yang
menggunakan battere. Sedangkan kekurangannya IC CMOS tidak tahan muatan-
muatan statis sehingga IC jenis ini memerlukan penanganan yang lebih hati-hati
dari IC jenis lain.

Kelebihan IC TTL ialah lebih tahan terhadap gangguan luar seperti muatan
statis, hanya saja IC TTL ini membutuhkan daya yang relative besar sehingga
kurang cocok dipakai pada peralatan yang memakai battere sebagai catu dayanya.
Level penyaklar IC CMOS merupakan fungsi dari tegangan catuan.

Makin tinggi catuan tegangan makin besar tegangan yang memisahkan antara
keadaan 1 dan 0, ini merupakan keuntungan tersendiri karena rangkaian menjadi
tahan terhadap desah level tinggi.

Dalam rangkaian, semua masukkan CMOS harus dibumikan atau dihubungkan


ketegangan catuan, tidak seperti rangkaian TTL yang dapat beroperasi walaupun
ada beberapa masukkan yang diambangkan. IC CMOS ini akan beroperasi secara
salah jika ada masukkan yang tidak dihubungkan.

Notasi Sirkuit gerbang Nand Schmitt Trigger dan Tabel Kebenaran.

Bentuk Fisik dan socket 14 pin IC CMOS 4093


Susunan gerbang Nand Schmitt Trigger dalam IC 4093:

BAB III

PEMBAHASAN RANGKAIAN

3.1 Rangkaian Lengkap

Daftar Komponen
No Nama Komponen Jumlah
1. Resistor 10 kΩ 1
2. Resistor 3k3 Ω 1
3. Resistor 4k7 Ω 1
4. Kapasitor 0,1µF 1
5. Transistor BC107 1
6. IC 4093 1
9. Socket 14 pin 1

3.2 Layout PCB dan Komponen


Gambar Layout PCB (pengawatan)

Gambar Layout Komponen (tata letak)

3.3 Tabel Pengukuran


No Kaki Pin S = Open (V) S = Close (V) Ket
1 5 70 mV 61 mV Vin 1A
2 6 70 mV 61 mV Vin 1B
3 4 9,2 V 9,2 V Vout 1
4 3 4,5 mV 9,2 V Vout 2
5 1 9,2 V 9,2 V Vin 2A
6 2 9,2 V 0V Vin 2B
7 7 0V 0V Gnd
8 8 8 mV 9,2 V Vin 3A
9 9 9,1 V 9,2 V Vin 3B
10 10 9,2 V 2,8 mV Vout 3
11 11 1,3 mV 8,8 V Vout 4
12 12 9,2 V 3,1 mV Vin 4A
13 13 9,2 V 2,8 mV Vin 4B
14 14 9,2 V 9,2 V +Vcc

3.4 Analisa Pengukuran dan Cara Kerja Rangkaian


Yang dimaksud cara kerja dalam laporan ini adalah penjelasan bagaimana rangkaian
alarm universal bekerja, mulai dari sinyal input logika, sinyal proses logika dan sinyal
output logika. Cara kerja dapat dibuat blok diagram dan rangkaian. Setelah tahu cara
kerjanya maka dapat diuji coba rangkaian alarm yang telah dibuat. Setelah sukses menguji
coba lalu mengukur tegangan pada titik-titik yang telah ditentukan. Kemudian menganalisa
rangkaian berdasarkan sinyal logika dan level tegangan.

Blok diagram:
Secara umum, cara kerja rangkaian alarm jendela dapat dibuat blok diagram.

Keterangan blok diagram:


1. Blok diagram “INPUT” terdiri dari tegangan sumber (VCC) sebesar +12 Volt DC yang
dihubungkan ke rangkaian alarm jendela dan pintu dengan kabel. Saklar A-B adalah
saklar sebagai simulator input alarm jendela dan pintu. Saklar X-Y adalah adalah saklar
untuk mereset rangkaian alarm.
2. Blok diagram “PROSES” terdiri dari rangkaian sinyal logika yang disusun oleh
gerbang Nand Schmitt Trigger dikemas dalam IC 4093. Resistor sebagai penghambat
arus dan tegangan. Kapasitor sebagai pewaktu, penyimpan muatan dan pereset kondisi
logika. Transistor BC107sebagai saklar elektronik, dimana basis mendapat sinyal logik
“1” sehingga kaki emitor-kolektor terhubung maka terdapat aliran ground dari emitor
ke kolektor.
3. Blok diagram “OUTPUT” terdiri dari lampu filamen DC sebanyak 1 buah atau buzzer
dan indikator output lainnya yang membutuhkan tegangan +12 volt DC.
.

Blok Rangkaian:
Blok Rangkaian Alarm Jendela dan Pintu

Keterangan:

1. Mula-mula dari blok sinyal input dimana sinyal input logika berasal dari saklar A-B
yang sebagai simulator input dari jendela dan pintu. Sinyal input ada dua keadaan, yaitu
“0” dan “1”. Saat saklar A-B tertutup (close) memberikan sinyal input “0”. Saat saklar
A-B terbuka (open) memberikan sinyal input “1”. Output gerbang Nand ditandai huruf
“U”, dimana terdapat dua keadaan, yaitu “0 dan 1”.
2. Jika sinyal input “0” maka output (U) berlogik “1”. Dan sinyal input “1” maka output
(U) berlogik “0”. Sinyal dari output (U) diberikan pada kaki input (8) gate 3. Dan ini
termasuk dalam blok sinyal proses dimana terdapat rangkaian RS Flip-Flop Nand.
3. Pada rangkaian RS flip-flop nand terdapat 2 gate nand yang ouputnya saling
diumpankan ke input nand. Kondisi awal output V berlogik 1 ketika kaki input 8 dan 2
berlogik 1. Kondisi kerja saat output V berlogik 0 ketika kaki input 8 berlogik 0 dan
kaki input 2 berlogik 1. Kondisi reset atau kembali awal saat kaki input 8 berlogik 0
dan kaki input 2 berlogik 0 maka output V berlogik 1.
4. Pada blok sinyal output terdapat sinyal input V yang berasal dari sinyal output V.
Kondisi awal sinyal input V berlogik 1 dan rangkaian belum bekerja. Kondisi kerja saat
sinyal input V berlogik 0 maka output gate 2 berlogik 1, terdapat arus yang mengalir
dan dihambat oleh resistor, kemudian arus masuk pada basis sehingga Ib ≠0 dan Vbe
terpenuhi sebesar 0.7 volt maka transistor BD139 bekerja sebagai saklar elektronik.
5. Kaki emitor dan kolektor terhubung, sehingga ada aliran ground yan mengalir dari
emitor-kolektor-indikator output. Titik C-D adalah titik output, jika dihubungkan
dengan lampu maka menyala dan jika dihubungkan buzzer maka berbunyi

BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Setelah membuat dan menguji rangkaian alarm universal terdapat kesesuaian
antara teori dan praktek (pengukuran).
2. Rangkaian bekerja sesuai fungsinya, yaitu dapat memberikan peringatan sesuai
aktivitas jendela dan pintu.
3. Berdasarkan analisa rangkaian terdapat level tegangan untuk masing-masing
kondisi (0 dan 1)..
4. Transistor BC 107 digunakan sebagai saklar elektronik berdasarkan sinyal logika
dari gerbang Nand Schmitt trigger.
5. IC CMOS 4093 memerlukan perawatan dan perilaku khusus agar tidak mudah
rusak saat digunakan.
6. IC CMOS 4093 dapat dikembangkan pada rangkaian yang lebih kompleks.

4.2 Saran
1. Sebelum melakukan pengujian rangkaian, sebaiknya cek dulu rangkaian baik dari
input tegangan maupun tata letak komponen pada rangkaian.
2. Sebelum melakukan pengukuran dipersiapkan alat ukur dengan baik dan benar.
3. Pada pengukuran voltase, sebaiknya mengecek kondisi alat ukur dan range yang
akan dikur serta cara pengukuran sehingga tidak terjadi kerusakan pada alat ukur.
4. Dalam pengoperasian yang menggunakan IC CMOS sebaiknya dipasang pada saat
kondisi rangkaian tidak ada tegangan (catu daya OFF).
5. Setelah melakukan pengukuran, sebaiknya alat ukur dirapikan dan di set OFF.
6. Sebelum melakukan praktik, sebaiknya sesuaikan dengan prosedur dan K3

DAFTAR PUSTAKA
Prihono,dkk.2009.Jago Elektronika secara Otodidak.Jakarta:Kawan Pustaka.

Sarjono,Herman Dwi.2007.Elektronika Teori dan Penerapan.Jember:Cerdas Ulet Kreatif.

Muhadi,Bambang.2005.Membaca dan Mengidentifikasi Komponen


Elektronika.Jakarta:Dikti.

http://Fungsi-dan-cara-kerja-transistor-Dunia-Elektronika-dan-hobbi.html

www.electronical-instrument.blogspot.com/2010/06/macam-macam-resistor.html

https://www.gme.cz/cmos-4093-dip14-texas-instruments-p427-082

http://www.aliexpress.com/item/1pcs-lot-TI-CD4093-CD4093BD-DIP14-IC-brand-new-and-
original-in-stock/616601151.html

www.elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/meningkatkan-kemampuan-transistor/

www.elektronika-dasar.web.id/komponen/pemicu-schmit-schmitt-trigger-sn74ls14/

http://www.alldatasheet.com
LAMPIRAN
1. Datasheet IC CMOS 4093

Anda mungkin juga menyukai