Program Kerja Ruang Ruby
Program Kerja Ruang Ruby
Page | 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keperawatan adalah seluruh rangkaian proses asuhan keperawatan dan kebidanan
yang diberikan kepada pasien yang berkesinambungan yang dimulai dari pengkajian sampai
dengan evaluasi dalam usaha memperbaiki ataupun memelihara derajat kesehatan yang
optimal.
Kebidanan adalah satu bidang ilmu yang mempelajari keilmuan dan seni yang
mempersiapkan kehamilan,menolong persalinan, nifas dan menyusui masa interval dan
pengaturan kesuburan klimakterium dan menopause bayi baru lahir fungsi-fungsi reproduksi
manusia serta memberikan bantuan atau dukungan pada perempuan keluarga dan
komunitasnya.
Asuhan kebidanan adalah prosedur tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai dengan
wewenang dalam lingkup prakteknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan dengan
memperhatikan pengaruh pengaruh sosial ,budaya, psikologis, emosional, spiritual, fisik,
etika dan kode etik serta hubungan interpersonal dan hak dalam mengambil keputusan
dengan prinsip kemitraan dengan perempuan dan mengutamakan keamanan ibu,janin/bayi
dan penolong serta kepuasan perempuan dan keluarganya. Asuhan kebidanan diberikan
dengan mempraktikkan prinsip-prinsip bela rasa, kompetensi, suara hati, saling percaya dan
komitmen untuk memelihara serta meningkatkan kesejahtaraan ibu dan janin/bayi.
Asuhan yang berkualitas dapat dicapai dengan adanya profesionalisme
keperawatan.Pelayanan keperawatan profesional di RS diberikan oleh kelompok keperawatan
yang bertanggung jawab untuk terlaksananya peran dan kegiatan perawat.
Dalam memberikan asuhan keperawatan dibutuhkan seorang Case Manager yaitu
perawat yang bertanggung jawab terhadap asuhan keperawatan atas setiap pasien. Tujuannya
untuk menjamin mutu asuhan keperawatan dari pasien tersebut.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan yang
optimal. Tenaga keperawatan bertanggung jawab dalam meningkatkan dan mempertahankan
mutu pelayanan keperawatan yang diberikan selama 24 jam, secara berkesinambungan
dibawah tanggung jawab seorang Pimpinan Keperawatan.
Pelayanan keperawatan merupakan salah satu pelayanan yang dapat memberikan konstribusi
terhadap upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Upaya tersebut dilaksanakan
Page | 2
dengan fungsi perawat secara mandiri maupun kolaborasi untuk mencapai tujuan bersama
yaitu pencegahan penyakit dan kecacatan.
Pelayanan keperawatan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan di rumah
sakit yang memberikan pelayanan langsung kepada pelanggan/costumer secara terus –
menerus dan berkesinambungan.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi serta tuntutan dan
harapan masyarakat yang semakin tinggi terhadap kualitas pelayanan, maka pelayanan
keperawatan harus senantiasa dinamis dan selalu memperbaiki diri dari waktu ke waktu untuk
memberikan kualitas pelayanan bagi pengguna jasa.
Sebagai organisasi struktural profesi keperawatan RS Vita insani berusaha
menyediakan dan meningkatkan sistem yang kondusif bagi terlaksananya pelayanan
keperawatan yang berkualitas.
Hal tersebut membutuhkan pengelolaan yang profesional dengan dukungan data dan
pengetahuan keperawatan yang up to date.
Oleh karena itu sebagai pengelola profesi keperawatan bertanggung jawab terhadap
terciptanya pelayanan yang berkualitas dengan terus-menerus meningkatkan SDM
keperawatan yang profesional.
Asuhan keperawatan yang berkualitasmempunyai beberapa elemen (ICN) :
1. Meningkatnya asuhan keperawatan dalam waktu sesingkat mungkin.
2. Menekankan pada pencegahan, penemuan dini, dan treatment.
3. Diberikan pada waktu yang tidak tertunda.
4. Dengan landasan pemahaman terjadi kerja sama dan partisipasi klien dalam membuat
keputusan tentang proses asuhan.
5. Berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah dan cakap dalam penggunaan teknologi dan
sumber-sumber keprofesian.
6. Menunjukkan kesadaran akan stres dan kecemasan klien serta keluarga dengan
concern akan kesejahteraan klien secara menyeluruh.
7. Memanfaatkan dengan efisien teknologi yang tepat juga sumber-sumber asuhan
kesehatan yang lain.
8. Secara memadai didokumentasikan untuk memungkinkan kontinuitas asuhan dan
telaah sejawat.
Page | 3
B. Visi, Misi, Tujuan , Fungsi, dan Motto Rumah Sakit Vita Insani
1. Visi Rumah Sakit Vita Insani adalah :
“Visi Rumah Sakit Vita Insani adalah “Menjadi Rumah Sakit Rujukan Terbaik Kelas
B Non Pendidikan di Pematangsiantar Tahun 2020”
2. Misi Rumah Sakit Vita Insani adalah :
a. Memberikan pelayanan dengan ramah kepada pelanggan.
b. Melengkapi srana prasarana,peralatan diagnostik dan terapi sesuai dengan kelas B
Non Pendidikan.
c. Menyediakan pelayanan dan manajemen Rumah Sakit sesuai dengan Akreditasi
KARS 2012.
d. Menciptakan Rumah Sakit yang ramah lingkungan.
3. Tujuan umum pendirian Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar adalah :
a. Membantu program pemerintah dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) dan
pembangunan bidang sosial serta kemanusiaan.
b. Menyelenggarakan upaya pelayanan pemeliharaan kesehatan paripurna yang
meliputi peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),
penyembuhan penyakit (kuratif), serta pemulihan penyakit (rehabilitatif), secara
komprehensif dengan pendekatan menyeluruh (holistic) yang dilaksanakan
terstruktur, berkesinambungan dan berjenjang.
4. Tujuan khusus pendirian Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar adalah :
a. Untuk memajukan kesehatan masyarakat melalui pelayanan medis yang dapat
terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.
b. Untuk melanjutkan semua daya dan upaya yang memadai dalam pencegahan
penyakit serta menyampaikan pengetahuan akan hukum - hukum kesehatan.
c. Untuk mengurangi penderitaan dan menyembuhkan penyakit.
d. Untuk mendidik dan melatih tenaga perawat, tenaga bidan, tenaga penunjang
medis dan tenaga non medis dalam pelayanan kesehatan.
5. Rumah Sakit Vita Insani mempunyai fungsi :
a. Menyelenggarakan pelayanan penunjang medik dan non medik.
b. Menyelenggarakan pelayanan rujukan.
c. Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
6. Motto RS Vita Insani: “ Kami peduli anda”
Page | 4
C. Falsafah, Misi, Tujuan Keperawatan Rumah Sakit Vita Insani Pematangsiantar
1. Falsafah : Memberikan pelayanan keperawatan yang berperikemanusiaan dan
bermutu secara komperehensif, holistik dan berkesinambungan.
2. Misi Keperawatan :
a. Memberikan pelayanan asuhan keperawatan dengan ramah dan senyum kepada
pengguna.
b. Memberikan Pelayanan Asuhan Keperawatan yang Profesional.
c. Meningkatkan mutu SDM Keperawatan berbasis kompetensi.
d. Melaksanakan rumah sakit yang ramah lingkungan
3. Tujuan Keperawatan :
a. Terlaksananya asuhan keperawatan sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
b. Terselenggaranya program peningkatan SDM melalui pembinaan dan pendidikan.
c. Terwujudnya pelayanan keperawatan yang komunikatif, informatif, aman, peduli
dan bermutu.
4. Tujuan Keperawatan Tiap Unit :
a. Tujuan Keperawatan Rawat Inap :
Meningkatkan Mutu Pelayanan Asuhan Keperawatan rawat inap yang optimal
dan berfokus pada pasien.
b. Tujuan Keperawatan Kebidanan :
Terselenggaranya pelayanan keperawatan dan kebidanan yang berkualitas dan
berkesinambungan sesuai SAK dan SPO yang berlaku dengan mengutamakan
keselamatan pasien.
Terlaksananya Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan dengan kegawat
daruratan maternal, neonatal secara cepat, tepat dan aman untuk menurunkan
angka kesakitan, angka kematian dan kecacatan pada ibu dan bayi.
Terlaksananya Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan secara komprehensif
sesuai dengan SAK dan SPO dengan mengutamakan keselamatan pasienpre,
intra dan post partum dan pasien obstetri gynekologi.
Page | 5
D. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
a. Terselenggaranya pelayanan keperawatan dan kebidanan yang berkualitas dan
berkesinambungan sesuai SAK dan SPO yang berlaku dengan mengutamakan
keselamatan pasien.
b. Terlaksananya pelayanan keperawatan dan kebidanan dengan kegawat daruratan
maternal, neonatal secara cepat,tepat dan aman untuk menurunkan angka
kesakitan,angka kematian dan kecacatan pada ibu dan bayi.
c. Terlaksananya pelayanan keperawatan/kebidanan secara komprehensif sesuai
dengan SAK dan SPO dengan mengutamakan keselamatan pasien pre,intra dan
post partum dan pasien obstetri gynekologi.
2. Tujuan Khusus
a. Menjadikan Ruang Ruby dan Ruang Neonatal sebagai ruang rawat yang aman dan
nyaman berlandaskan pada pemberian asuhan keperawatan yang holistik.
b. Meningkatkan komunikasi therapeutik dalam pemberian asuhan keperawatan.
c. Menyediakan pelayanan dan asuhan keperawatan yang berkualitas dan Profesinal
dengan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif.
d. Memberikan pelayanan dalam bentuk TIM dan SAFETY bagi pasien dan Petugas
dengan berlandaskan MPKP.
e. Melindungi klien, pengunjung, dan tenaga medis dari infeksi nosokomial.
f. Memberdayakan pengenalan dan pelaksanaan Inisiasi Menyusui Dini.
g. Menjadi tempat belajar dalam memberikan pelayanan yang profesional bagi
mahasiswa kebidanan.
h. Berkolaborasi dengan petugas kesehatan lain untuk memberikan pelayanan yang
berkualitas.
F. Batasan Operasional
Instalasi Rawat Inap Ruang Ruby dan Ruang Neonatal buka selama 24 jam non stop
yang menerima pasien melalui IGD dengan rujukan dari praktek dokter spesialis, rujukan dari
rumah sakit lain,rujukan dari pelayanan kesehatan lain misalnya bidan praktek mandiri, klinik
praktak swasta juga pasien yang datang sendiri ke rumah sakit.
Berdasarkan reputasi ,undang undang dan peraturan yang menyangkut keselamatan
pasien dalam memberikan pelayanan keperawatan/kebidanan Ruang Ruby dan Ruang
Neonatal mempunyai strategi untuk mencapai peningkatan mutu dan keselamatan pasien
yaitu :
1. Berperan serta dalam pemantapan mutu internal dan eksternal
2. Benar –benar menerapkan 6 sasaran keselamatan pasien di Rumah Sakit.
3. Dibawah tanggung jawab Kepala Instalasi Rawat Inap dan Bidang Keperawatan.
4. Mengatur ,memantau dan mengawasi pelaksanaan pelayanan asuhan keperawatan dan
kebidanan di ruang rawat Ruby.
5. Berkoordinasi dengan Kepala Bidang Keperawatan dan SDM untuk pemenuhan
kebutuhan tenaga perawat/bidan di ruang rawat Ruby.
Page | 7
6. Menetapkan dan mengoptimalkan fasilitas dan perlengkapan alat-alat yang
mendukung pelayanan keperawatan/kebidanan di ruang rawat Ruby.
7. Mengembangkan sistem dan prosedur pencatatan dan pelaporan dalam asuhan
keperawatan dan kebidanan.
8. Melaksanakan program pengembangan dan pendidikan yang berkesinambungan bagi
tenaga keperawatan/kebidanan baik secara formal maupun nonformal
G. Landasan Hukum
Sebagai dasar dikeluarkanya surat keputusan ini adalah ketentuan dalam bidang
kesehatan terutama yang menyangkut hak pasien dan keluarga, serta kewajiban staf rumah
sakit yang terlibat dalam pelayanan pasien dalam memenuhi kebutuhan pasien sebagai
berikut :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1999 tentang perlindungan
konsumen
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
5. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 370/Menkes/SK/III/2207
Tentang Standar Profesi Ahli Teknologi Instalasi Rawat Inap Kesehatan
6. Undang-Undang Keperawatan No 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
7. Keputusan Mentri Kesehatan No 369/2007 tentang Standar Profesi Bidan.
Page | 8
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
Page | 9
Faktor koreksi
a. Hari libur/cuti/hari besar (loss day)
Jml hr minggu + cuti +hr besar x jml prwt tersedia
Jumlah hr kerja efektif
= 52 + 12 + 14 = 78 hr
286
b. Jumlah tenaga perawat yang mengerjakan tugas non perawat (non nursing
job) x 25%
Page | 10
C. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Standar tenaga keperawatan adalah penetapan kebutuhan tenaga keperawatan (
perawat dan bidan ) baik jumlah, kualifikasi maupun kualitas untuk melaksanakan pelayanan
keperawatan atau kebidanan yang telah di tetapkan. Lingkup dari standar tenaga keperawatan
mencakup tugas pokok Kasie keperawatan,Koordinator Etika Mutu Keperawatan,
Koordinator SDM keperawatan, Koordinator Logistik Keperawatan,Kepala Perawat Jaga /
Supervisor, Kepala Ruangan, Penanggung Jawab shift, Ketua tim, perawat dan bidan
pelaksana
Tabel. 1
Kualifikasi Sumber Daya Manusia
Ruang Ruby dan Ruang Neonatal
Jumlah 21
Page | 11
D. Distribusi Ketenagaan
Ruangan Ruby dan Ruangan Neonatal berada di bawah koordinasi Kepala Bidang
Keperawatan. Ruangan Ruby dan Ruangan Neonataln memiliki struktur organisasi yang
tersusun dalam bentuk Kepala Ruangan mengepalai dua orang ketua Tim,masing-masing
ketua membawahi beberapa orang perawat/bidan pelaksana. Metode penugasan perawat /
bidan adalah metode penugasan Tim yang mengarah ke MPKP, dimana masing-masing Tim
bertanggung jawab terhadap beberapa orang pasien.
Perawat/Bidan ruangan telah memiliki uraian tugas masing-masing, apabila kepala
ruangan tidak hadir maka sistem pendelegasian digantikan oleh ketua Tim dengan seizin
Kepala Bidang Keperawatan. Jika ketua Tim tidak hadir juga maka tugas dilegasikan kepada
salah satu perawat/bidan berpengalaman.
1. Metode Penugasan di Ruang Ruby dan Ruang Neonatal
Model praktek keperawatan yang digunakan di ruang rawat inap Rub dalam
pemberian asuhan keperawatan adalah metode dengan penugasan Tim.Dalam
pelaksanaannya metode tim ini belum terlaksana dengan optimal dimana
pelaksanaannya tidak terorganisir dengan baik berhubung karena jumlah
perawat/bidan tidak seimbang dengan beban kerja di ruangan.
2. Pendelegasian
Sistem pendelegasian tugas keperawatan di ruang rawat inap ruby dilaksanakan
dengan model praktek keperawatan profesional dengan metode penugasan yang
mengarah kepada metode tim yang dilakukan dari seksi kepada kepala ruangan,dari
kepala ruangan kepada ketua tim dan selanjutnya dari ketua tim didelegasikan kepada
perawat/bidan pelaksana. Apabila kepala ruangan berhalangan/sakit maka yang
bertangguna jawab untuk menggantikan kepala ruangan adalah ketua tim dan apabila
ketua tim berhalangan maka pelimpahan tugas wewenang diberikan kepada
perawat/bidan pelaksana (penanggung jawab shift) yang ditunjuk oleh ketua tim.
Page | 12
Kepala
Ruangan
Perawat/Bidan
Pelaksana
E. Pengaturan Jaga
Pembagian dinas di Ruang Ruby dan Ruang Neonatal dan sebanyak 3 shift yaitu :
1. Shift pagi :7 orang jam 08.00 s/d jam 14.00 wib
2. Shift sore : 6 orang jam 14.00 s/d 20.00 wib
3. Shift malam : 6 orang jam 20.00 s/d 08.00 wib
4. Libur : 2 orang
Page | 13
STRUKTUR ORGANISASI RUANG RUBY DAN RUANG NEONATAL
BIDAN PELAKSANA
BIDAN PELAKSANA
Page | 14
BAB III
PROGRAM KERJA UMUM
(TATA LAKSANA PELAYANAN)
FARMASI
GIZI DIREKTUR
PELAYANAN
KEPERAWATAN
RADIOLOGI
RAWAT INAP IGD
Page | 15
Standar Pelayanan Keperawatan di Ruang Ruby memiliki standar keperawatan dan
kebidanan yang disesuaikan dengan standar RS Vita Insani dan sudah dibukukan berupa
SAK (Standar Asuhan Keperawatan dan Standar Asuhan Kebidanan). Format asuhan
keperawatan / kebidanan terdiri dari pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Standar pelayanan keperawatan/kebidanan meliputi :
1. Pelayanan harus sesuai dengan standar pelayanan medis.
2. Pelayanan yang diberikan adalah spesialis dan dilaksanakan secara terpadu.
3. Setiap pasien mempunyai rekam medik yang lengkap dan jika pasien telah
meninggalkan ruangan maka rekam medik akan dikembalikan paling lambat 2x24
jam.
4. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan/kebidanan diperlukan data pendukung
berupa hasil pemeriksaan Patologi Klinik, Radiologi, Patologi Anatomi.Dimana
hasil pemeriksaan penunjang diterima di ruangan dengan ketentuan bila cito hasil
laboratorium diterima ½ - 1 jam, bila tidak cito pemeriksaan dilakukan jam 07.30
wib oleh petugas laboratorium dan hasilnya dapat dilihat melalui komputer pada
jam 12.00 wib atau diambil ke laboratorium. Untuk hasil pemeriksaan radiologi
dapat selesai pada siang hari terkadang sore hari.Untuk hasil PA selesai dalam
waktu satu minggu.
5. Visite dokter dilakukan setiap hari baik hari minggu dan hari libur biasanya
dilakukan dari jam 08.30-12.00 wib bila dokter tersebut tidak datang ada
pelimpahan wewenang kepada dokter pengganti.
6. Bila sampai jam 12.00 wib dokter tersebut belum visite, perawat/bidan dapat
menghubungi via telepon untuk mengingatkan visite, namun bila ada pasien
emergency dapat juga di telepon dengan menggunakan komunikasi SBAR.
7. Pasien yang memerlukan konsultasi antar bagian diharapkan selesai selama 24 jam.
8. Pelayanan instalasi gizi harus sesuai dengan standar pelayanan gizi.
9. Permintaan untuk kebutuhan obat dan cairan serta bahan habis pakai harus selalu
tersedia di farmasi.
10. Pelayanan pemeliharaan alat dan instalasi dilakukan secara rutin.
11. Pengadaan logistik baik alat tenun maupun alat kesehatan di atur secara sentralisasi
dengan mengajukan permohonan sesuai kebutuhan.
12. Proses pencucian alat tenun dilakukan secara sentralisasi di ruang laundry
sekaligus penyetrikaan, penyimpanan alat tenun terpelihara dengan baik di lemari
alat tenun.
Page | 16
13. Perawatan dan penyeterilan alat kesehatan di lakukan secara sentralisasi di ruangan
CSSD.
Perencanaan Jangka Pendek Di Ruangan Ruby berdasarkan MPKP
1. Kepala Ruangan:
Perencanaan Tahunan
Perencanaan Bulanan
Perencanaan Harian
2. Ketua TIM / Perawat Primer:
Perencanaan Bulanan
Perencanaan Harian
3. Perawat Pelaksana / Perawat Associate:
Perencanaan Harian
Page | 19
F. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL
1. Penggunaan KTG
2. Pemeliharaan KTG
3. Penggunaan Nebulizer
4. Penggunaan Infusion Pump
5. Pemeliharaan Infusion Pump
6. Penggunaan Alat Suction/Trocheal Suction
7. Pemeliharaan Alat Suction/Troceal Suction
8. Penggunaan Dopler
9. Pemeliharaan Dopler
10. Penggunaan Termometer Air Raksa
11. Pemeliharaan Termometer Air Raksa
12. Penggunaan Tromel Kasa
13. Pemeliharaan Tromel Kasa
14. Penggunaan Bak Instrumen Pasien
15. Pemeliharaan Bak Instrumen Pasien
16. Penggunaan Nierbeken
17. Pemeliharaan Nierbeken
18. Penggunaan Gilingan Obat
19. Pemeliharaan Gilingan Obat
20. Penggunaan Winding Kelambu
21. Pemeliharaan Winding Kelambu
22. Penggunaan Urinal
23. Pemeliharaan Urinal
24. Penggunaan Timbangan Bayi
25. Pemeliharaan Timbangan Bayi
26. Penggunaan Stickpan
27. Pemeliharaan Stickpan
28. Penggunaan Kereta dorong ( Rool Stule)
29. Pemeliharaan Kereta dorong ( Rool Stule)
30. Penggunaan Timbangan Dewasa
Page | 20
31. Pemeliharaan Timbangan Dewasa
32. Penggunaan Standart Infus
33. Pemeliharaan Standart Infus
34. Penggunaan Irigator Klisma
35. Penggunaan Brancard/Tempat Tidur Dorong
36. Penggunaan Trolley Instrumen
37. Penggunaan Infant Radian Warmer
38. Pemeliharaan Infant Radian Warmer
39. Pemeliharaan Tirai
40. Pendistribusian Peralatan Keperawatan/kebidanan
41. Pengadaan alat-alat keperawatan /kebidanan
42. Perencanaan Pengadaan alat-alat keperawatan/kebidanan
43. Mengganti peralatan keperawatan/kebidanan
44. Standar alat keperawatan/kebidanan
45. Standar alat rumah tangga keperawatan
46. Mengukur Tekanan Darah
47. Menghitung Pernafasan
48. Menghitung denyut nadi
49. Memasang selang nasogastrik
50. Memberi makan melalui sonde
51. Menyuapi pasien
52. Memasang cerobong angin
53. Pemasangan kateter sementara dan kateter tetap
54. Melepaskan kateter
55. Melepaskan NGT
56. Membantu pasien BAB dan BAK
57. Memasang infus
58. Memberikan huknah rendah dan tinggi
59. Memberi Glyserin spuit
60. Mengganti alat tenun dengan pasien diatas tempat tidur
61. Mencuci rambut
62. Menyisir rambut
63. Memandikan pasien ditempat tidur
Page | 21
64. Membantu pasien membersihkan mulut
65. Menimbang berat badan
66. Memberikan obat melalui sublingual
67. Memberikan obat melalui tetes mata
68. Memberi obat tetes telinga
69. Memberi obat melalui tetes hidung
70. Memberikan obat melalui vagina
71. Memberikan obat melalui anus/rektum
72. Memberikan obat melalui kulit(oles)
73. Memberikan obat melalui Nebulizer
74. Memberikan obat melalui intravena
75. Memberikan suntikan insulin
76. Pemberian obat per oral
77. Pemberian kompres kirbat es
78. Pemberian suntikan intrakutan
79. Pemberian suntikan subkutan
80. Pemberian suntikan intramuskular
81. Memberikan transfusi darah
82. Pemberian buli-buli panas
83. Pemberian oksigen ( inhalasi O2)
84. Mengukur balance cairan
85. Mengukur suhu tubuh melalui axilla
86. Pemakaian three way
87. Pemakaian jarum suntik
88. Penggunaan tempat tidur bersayap
89. Menyiapkan tempat tidur
90. Membersihkan tempat tidur
91. Memberikan kompres dingin
92. Pemberian obat pencahar per rectal
93. Penanganan pasien cedera kepala
94. Penanganan miocard infark
95. Penanganan stok haemorhargic
96. Penanganan pasien keracunan
Page | 22
97. Penanganan pasien kejang demam
98. Pemasangan kelambu
99. Persiapan pasien pre operasi
100. Perawatan pasien post operasi
101. Perawatan luka episiotomi
102. Membantu pasien alih baring
103. Perawatan pasien yang akan meninggal
104. Pengaturan posisi semi fowler
105. Posisi SIM
106. Posisi Trendelenburg
107. Posisi Dorsal Recumbent
108. Posisi Lithomi
109. Mengganti balutan luka
110. Menghentikan perdarahan
111. Mengganti botol cairan infus
112. Melepaskan drain
113. Melepas tampon vagina
114. Memasang saturasi oksigen( SaO2) dengan monitoring
115. Memiringkan pasien
116. Prosedur penghisapan lendir
117. Mencuci tangan
118. Memakai sarung tangan steril
119. Resusitasi jantung paru (RJP)
120. Memberikan obat tetes tilinga
121. Pertolongan pertama pasien kejang
122. Mengangkat jahitan luka
123. Mengganti balutan luka
124. Melakukan irigari luka
125. Merawat luka yang memakai drain
126. Perawatan drainage
127. Merawat luka dikubitus
128. Mengompres luka
129. Melakukan fisio terapi dada
Page | 23
130. Perawatan payudara pada ibu menyusui
131. Pelayanan imunisasi
132. Menimbang berat badan bayi
133. Pemberian ASI Eksklusif
134. Cara meneteki bayi dengan benar dan baik
135. Cara mengeluarkan ASI secara manual
136. Cara menyimpan ASI
137. Penyuluhan / edukasi ASI
138. Penyuluhan ibu post partum
139. Penyuluhan kesehatan bayi
140. Penanganan ibu hamil dengan emesis
141. Mendengarkan DJJ
142. Penanganan ibu hamil dengan anemia
143. Perawatan luka sectio
144. Perawatan kebersihan perineum
145. Persiapan tindakan sectio
146. Pelayanan kebutuhan darah, obat dan cairan
147. Rawat gabung
148. Perawatan ibu inpartu dengan hepatitis
149. Perawatan post partum
150. Perawatan terapi sinar pada bayi
151. Perawatan pasien pasca bedah kandungan
152. Perawatan ante partum blooding
153. Persiapan pertolongan persalinan dengan vaccum ekstraksi
154. Persiapan pertolongan tindakan curetage
155. Perawatan pasien dengan pre eklamsi
156. Perawatan luka episiotomi
157. Perawatan payudara untuk ibu menyusui
158. Membimbing ibu menyusui
159. Metode pemberian ASI
160. Pasien pulang paksa
161. Merujuk pasien ke rumah sakit lain
162. Pasien pulang sembuh
Page | 24
163. Pasien pulang meninggal dunia
164. Melakukan observasi 2 jam post partum
165. Inisiasi menyusui dini
166. Penata laksanaan kematian janin dalam kandungan
167. Perawatan ibu bersalin dengan riwayat kebidanan yang jelek
168. Perawatan ibu dengan kehamilan kurang bulan ( 37 minggu )
Page | 25
BAB IV
PROGRAM MUTU
(PENGENDALIAN MUTU DAN KESELAMATAN PASIEN)
A. Program Mutu
1. Bentuk – Bentuk Pengawasan dan Pengendalian
a. Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan Pelaporan Pengadaan Barang /alat habis pakai atau alat
kesehatan.
Bon pemesanan barang/alat habis pakai.
Pencatatan pemesanan barang/alat habis pakai atau alat kesehatan diterima
oleh bagian umum untuk di verifikasi dan diserahkan ke bagian pengadaan.
Pencatatan barang/alat habis pakai atau alat kesehatan yang belum
terealisasi
b. Pencatatan dan Pelaporan Tentang pelayanan pasien
Dokumen rekam medis pasien.
Buku laporan kegiatan harian.
c. Pencatatan dan Pelaporan Tentang Perlengkapan Peralatan di Unit pelayanan
Membuat inventaris peralatan di unit pelayanan
Dilaporkan kepada atasan langsung ( Kepala Ruangan)
2. Langkah-langkah Dalam Proses Pengendalian
Empat langkah dasar yang harus dilakukan :
a. Membuat standar untuk pelaksanaan yaitu:
Standar kualitas adalah suatu mutu dari bahan jadi dan pelayanan serta jasa
yang harus ditentukan atau dibuat patokan (tolok ukur).
Standar kuantitas adalah ukuran berat, jumlah dan volume yang diwujudkan
dalam ukuran bentuk.
Standar biaya adalah harga taksiran dari suatu barang atau jasa yang
digunakan untuk mengukur biaya lain.
Standar prosedur adalah sebagai cara yang benar untuk kegiatan sehari-hari
dalam proses penyelenggaraan pelayanan.
b. Melatih tenaga keperawatan untuk memahami dan melaksanakan standar-
standar yang telah ditetapkan.
Page | 26
c. Memonitor, melihat, mengukur, mengecek pelaksanaan yang dilakukan
kemudian membandingkan antara pelaksanaan kegiatan yang benar-benar
dilakukan dengan standar yang telah dibuat sebelumnya.
d. Menetapkan tindakan perbaikan/koreksi untuk mengatasi penyimpangan
dengan melaksanakan cara-cara yang telah disepakati berdasarkan data
kegiatan terdahulu.
Page | 28
7. Anestesi dan penggunaan sedasi Angka kelengkapan asesmen pre
anastesi
8. Penggunaan darah dan produk darah Tidak adanya angka kejadian reaksi
transfusi darah
9. Ketersediaan, isi dan penggunaan catatan Angka kelengkapan pengisian dan
medik pencatatan medis 2x24 jam
10. Pencegahan dan pengendalian infeksi, Angka phlebitis
surveilans dan pelaporan
11. PPI 2 Angka Hospital Acquide Pneumonia
b. Area Manajemen
Area Manajemen Indikator
1. Pengadaan rutin peralatan kesehatan dan Ketersediaan obat / alkes emergency di
obat untuk memenuhi kebutuhan pasien semua unit perawatan
2. Pelaporan yang diwajibkan oleh peraturan Kelengkapan pelaporan RL 5 per bulan
perundang-undangan
3. Manajemen risiko Kejadian PAPS
9. Pencegahan dan pengendalian dari kejadian Angka kepatuhan cuci tangan pasien,
yang dapat menimbulkan masalah bagi keluarga pasien dan staff
keselamatan pasien, keluarga pasien dan
staf
Page | 29
c. Sasaran Keselamatan Pasien
Sasaran Internasional Keselamatan Pasien Indikator
1. Mengidentifikasi Pasien Dengan Benar Terpasang gelang identitas pasien
rawat inap
Page | 30
6. Pengukuran Indikator dan Definisi Operasional yang dilakukan
a. Asesmen awal keperawatan pasien baru dalam 24 jam
Judul Assesmen awal keperawatan pasien baru dalam 24
jam
Dimensi Mutu Efektifitas dan efisien
Tujuan Tergambarnya efektifitas dan efisiensi asuhan
keperawatan
Definisi Operasional Terlaksanananya pengisian proses asuhan keperawatan
pasien mulai pengkajian dan pendokumentasian
dilakukan dalam waktu 1x24 jam
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah asesmen asuhan keperawatan pasien yang
terisi lengkap dalam waktu 1x24 jam dalam satu bulan
Denominator Total pasien yang dirawat dalam waktu 1x24 jam
dalam satu bulan
Sumber Data Rekam Medik Rawat Inap
Standar 100 %
Penanggung jawab Rekam Medik
Pengumpulan data
Page | 31
Denominator Total pasien yang dirawat dalam waktu 1x24 jam
dalam satu bulan
Sumber Data Rekam Medik Rawat Inap
Standar 100 %
Penanggung jawab Rekam Medik
Pengumpulan data
Page | 32
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah pasien yang dilakukan asesmen asuhan rehab
medik setelah adanya konsulan dari dokter dalam
satu bulan
Denominator Total pasien stroke yang dilakukan asesmen asuhan
rehab medik satu bulan bulan
Sumber Data Rekam Medik Rawat Inap
Standar 100 %
Penanggung jawab Rekam Medik
Pengumpulan data
Page | 33
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah reaksi tranfusi dalam 1 bulan x 100%
Denominator Total seluruh pasien yang mendapat tranfusi dalam 1
bulan
Sumber Data IRNA
Standar ≤ 0,01 %
Penanggung jawab IRNA
Pengumpulan data
Page | 34
Periode Analisa Tiga bulan
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu operasi yang
terencana dari seluruh pasien yang dioperasi dalam 1
bulan
Denominator Jumlah pasien yang operasi dalam 1 bulan
Sumber Data IRNA
Standar ≤ 2 hari
Penanggung jawab IRNA
Pengumpulan data
Page | 35
Definisi Operasional Jumlah kejadian baru dekubitus yang terjadi selama
periode waktu tertentu
Frekuensi Pengumpulan Data Setiap bulan
Periode Analisa 3 bulan sekali
Numerator Jumlah kejadian baru dekubitus yang terjadi selama
periode waktu tertentu
Denominator Jumlah pasien yang mempunyai resiko dekubitus
selama periode tertentu
Sumber Data IRNA
Standar 0%
Penanggung jawab IRNA
Pengumpulan data
Page | 36
B. Keselamatan Pasien
1. Pengertian
Keselamatan pasien adalah sistim yang sudah dijalankan dirumah sakit untuk
memberikan jaminan keselamatan paien sehingga kepercayaan pasien terhadap
pelayan Instalasi Rawat Inap meningkat.Keselamatan pasien termasuk asesmen
resiko,paien.Pelaporan setiap kali terjadi insident dianalisis dan ditindak lanjuti
dengan implementasi yang dapat berulangnya kembali insident tersebut sehingga
dapat meminimalkan resiko terhadap paien.
2. Tujuan
Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh
tindakan pelayanan yang tidak seharusnya atau seharusnya dikerjakan tidak
dilaksanakan , selain itu agar tercipta budaya keselamatan pasien.
Page | 37
g. Mencegah cedera melalui implementasi sistem keselamatan pasien.
Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk
melakukan perubahan pada sistem pelayanan.
Page | 38
6. Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit.
a. Menetapkan instalasi kerja yang bertanggung jawab mengelola program
keselamatan pasien rumah sakit.
b. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1 – 2 th.
c. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit.
d. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen
dan karyawan.
e. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien).
f. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti
tersebut di atas.
g. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas)
dan melakukan self assesment dengan instrument akreditasi pelayanan
keselamatan pasien rumah sakit.
h. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit.
i. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah
sakit dan kejadian tidak diharapkan.
Page | 40
ASESMEN PENGKAJIAN RESIKO PASIEN JATUH
RS. VITA INSANI
Tanggal / Jam :
Nama Pasien :
Jenis Kelamin :
Tgl.lahir / Umur :
No.RM :
TOTAL POIN
Page | 41
KETERANGAN SKALA JATUH MORSE
(__________________)
Page | 42
Asesmen Pengkajian Resiko Pasien jatuh RS. Vita Insani
Ruang : RUBY
Tanggal/ jam :
Nama pasien :
Jenis kelamin :
Tgl lahir / Umur :
No. RM :
Kelainan Neurologi 4
Gangguan oksigenisasi( Gangguan pernapasan, dehidrasi, anemi,
3
anoreksia, sinkop, sakit kepala, dll
Diagnosis Kelemahan fisik/kelainan psikis 2
Diagnosis lain 1
Tidak memahami keterbatasan 3
Gangguan
Lupa keterbatasan 2
kognitif
Orientasi terhadap kelemahan 1
Riwayat jatuh dari tempat tidur saat bayi-anak 4
Faktor Pasien menggunakan alat bantu atau menggunakan boks atau mebel 3
lingkungan Pasien berada ditempat tidur 2
Pasien berada di luar area ruang perawatan 1
Respon
Kurang dari 24 jam 3
terhadap
Operasi/obat Kurang dari 48 jam 2
Page | 43
Penenang/efe
Lebih dari 48 jam 1
k anastesia
Penggunaan obat sedative(kecuali pasien ICU yang menggunakan
sedasi dan paralisis), hipnotik, barbiturat, phenotiazines, antidepresi, 3
Penggunaan
narkotik/metadon, laksatif/diuretik
obat
Salah satu obat diatas 2
Pengobatan lain/tidak menggunakan obat 1
TOTAL SKOR
INTERPRETASI
SKOR 7-12 : RESIKO RENDAH SKOR MINIMAL : 7
SKOR ≥ 12 : RESIKO TINGGI SKOR MAKSIMAL : 23
Page | 44
BAB V
PENCEGAHAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)
Page | 45
Membuat laporan
c. Pendidikan dan pelatihan
Menentukan sasaran pelatihan
Membuat TOR (Team of Reference)
Dokumentasi pelatihan
Membuat laporan
d. Melaksanakan langkah-langkah pencegahan
Melakukan gerakan kebersihan tangan.
Melakukan lomba kebersihan tangan.
e. Monitoring penggunaan antibiotic yang rasional
Melakukan pemetaan kuman pada seluruh ruangan perawatan dan intensif
dan UGD berdasarkan hasil kultur
Penggunaan anti biotic sesuai pola kuman pada ruangan masing-masing.
3. Sasaran
a. Monitoring kewaspadaan isolasi
Semua staf, perawat, dokter, pasien, penjaga pasien dan pengungjung
melakukan kebersihan tangan yang benar
Cara penggunaan APD yang tepat dan sesuai indikasi
Pemilahaan sampah non infeksi, infeksius dan benda tajam yang benar
b. Melakukan surveilans
PHLEBITIS
ILO
IADP
ISK
VAP
HAP
c. Pendidikan dan pelatihan.
Dokter, perawat, staf, pasien, dan keluarga pengunjung dapat mengerti cara
membuang sampah dan benda tajam yang benar
Dokter, perawat, staf, pasien, dan keluarga pengunjung dapat mengerti cara
membuang sampah dan benda tajam yang benar
Dokter dan perawat dapat melaksanakan teknik aseptic pas saat melakukan
tindakan medis
Page | 46
d. Melaksanakan langkah-angkah pengendalian infeksi
Melakukan pemisahan terhadap pasien positif dapat menularkan penyakit
melalui kontak, droplet, dan airbone
Melakukan desinfeksi ruangan, furniture, tempat tidur, dll yang ada dalam
ruangan tersebut dengan menggunakan larutan chlorine 0,5%
Melakukan dekontamasi dan sterilisasi peralatan di CSSD
e. Monitoring penggunaan antibiotic yang rasional
Mengumpulkan data penggunaan antibiotic sesuai dengan hasil kultur
Membuat laporan menggunaan antibiotic yang tidak rasional
Page | 47
BAB VI
PROGRAM K3
(KESELAMATAN KERJA)
A. Keselamatan Kerja
Undang-undang nomor 36 tahun 2009 pasal 164 ayat 1 menyatakan bahwa upaya
kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari
gangguan kesehatan serta pengaruh buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Rumah sakit
adalah tempat kerja yang termasuk dalam kategori tersebut di atas, berarti wajib
menerapkan upaya kesehatan dan keselamatan kerja. Program kesehatan dan keselamatan
kerja di tim pendidikan pasien dan keluarga bertujuan melindungi karyawan dari
kemungkinan terjadinya kecelakaan di dalam dan di luar rumah sakit.
Dalam undang-undang dasar 1945 pasal 27 ayat 2 (dua) disebutkan bahwa “setiap
warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”.
Dalam hal ini yang dimaksud pekerjaan adalah pekerjaan yang bersifat manusiawi, yang
memungkinkan pekerja berada dalam kondisi sehat dan selamat, bebas dari kecelakaan dan
penyakit akibat kerja, sehingga dapat hidup layak sesuai dengan martabat manusia.
Kesehatan dan keselamatan kerja atau K3 merupakan bagian integral dari
perlindungan terhadap pekerja dalam hal ini unit gizi dan perlindungan terhadap rumah
sakit. Pegawai adalah bagian integral dari rumah sakit.
Jaminan keselamatan dan kesehatan kerja akan meningkatkan produktivitas
pegawai dan meningkatkan produktivitas rumah sakit adalah :.
Page | 48
c. Peranan dan kualitas manajemen
3. Dalam kaitannya dengan kondisi dan lingkungan kerja, kecelakaan dan penyakit
akibat kerja dapat terjadi bila :
a. Peralatan tidak memenuhi standar kualitas atau bila sudah aus
b. Alat-alat produksi tidak disusun secara teratur menurut tahapan proses produksi
c. Ruang kerja terlalu sempit, ventilasi udara kurang memadai, ruangan terlalu
panas atau terlalu dingin.
d. Tidak tersedia alat-alat pengaman.
e. Kurang memperhatikan persyaratan penanggulangan bahaya kebakaran dan
lain-lain.
4. Perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja dan petugas kesehatan
a. Petugas kesehatan yang merawat pasien menular harus mendapatkan pelatihan
mengenai cara penularan dan penyebaran penyakit, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai dengan protokol jika terpajan.
b. Petugas yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus diberikan penjelasan
umum mengenai penyakit tersebut.
c. Petugas kesehatan yang kontak dengan pasien penyakit menular melalui udara
harus menjaga fungsi saluran pernafasan (tidak merokok, tidak minum dingin)
dengan baik dan menjaga kebersihan tangan.
5. Petunjuk pencegahan infeksi untuk petugas kesehatan.
a. Untuk mencegah transmisi penyakit menular dalam tatanan pelayanan
kesehatan, petugas harus menggunakan APD yang sesuai untuk kewaspadaan
standar dan kewaspadaan isolasi (berdasarkan penularan secara kontak, droplet
atau udara) sesuai dengan penyebaran penyakit.
b. Semua petugas kesehatan harus mendapatkan pelatihan tentang gejala penyakit
menular yang sedang dihadapi.
c. Semua petugas kesehatan dengan penyakit seperti flu harus dievaluasi untuk
memastikan agen penyebab. Dan ditentukan apakah perlu dipindah tugaskan
dari kontak langsung dengan pasien, terutama mereka yang bertugas di instalasi
perawatan intensif, ruang rawat anak, ruang bayi.
d. Semua petugas harus menggunakan apron, penutup kepala dan pelindung kaki
(sandal/sepatu boot), sebelum masuk ruangan yang berpenyakit menular.
Termasuk harus harus mengenakan APD tersebut hal ini bertujuan untuk
mengurangi kontaminasi atau penularan.
Page | 49
6. Prinsip keselamatan kerja karyawan dalam proses penyelenggaraan pelayanan
pasien
a. Pengendalian teknis mencakup
Letak, bentuk dan konstruksi alat sesuai dengan kegiatan dan memenuhi
syarat yang telah ditentukan.
Perlengkapan alat kesehatan yang cukup disertai tempat penyimpanan yang
praktis.
Penerapan dan ventilasi yang cukup memenuhi syarat.
Tersedianya ruang istirahat untuk karyawan.
b. Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh karyawan.
c. Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja dari
karyawan.
d. Volume kerja yang dibebankan disesuaikan dengan jam kerja yang telah
ditetapkan.
e. Maintenance (perawatan) alat dilakukan secara rutin oleh petugas instalasi
pemeliharaan sarana sesuai jadwal.
f. Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi karyawan.
g. Adanya fasilitas atau peralatan pelindung dan peralatan pertolongan pertama
yang cukup.
7. Prosedur keselamatan kerja
a. Keamanan kerja di ruang ini meliputi :
Menggunakan alat pembuka peti/bungkus menurut cara yang tepat.
Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah dan angkatlah
dengan alat pengangkut yang tersedia untuk barang tersebut.
Tidak diperkenankan merokok di ruang perawatan
Lampu harus dimatikan bila tidak dipergunakan/diperlukan.
Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan.
Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar, yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang.
Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin di ruang perawatan
Page | 50
B. Keselamatan Kerja di Instalasi Instalasi Rawat Inap
Instalasi Rawat Inap harus memiliki pemahaman akan pentingnya keamanan kerja
di Instalasi Rawat Inap. Hal ini mutlak perlu diperhatikan karena mempunyai dampak
kesehatan langsung bagi petugas dan dampak tidak langsung terhadap
masyarakat/lingkungan disekitar Instalasi Rawat Inap. Oleh karena itu pentingnya
mengurangi bahaya yang terjadi, Instalasi Rawat Inap harus mempunyai sarana keamanan
kerja yang sesuai dengan Pedoman keamanan Instalasi Rawat Inap mikrobiologi dan
biomedis yang sesuai dengan tandart DepKes RI :
Page | 51
E. Sistem Ventilasi
1. Ventilasi Instalasi Rawat Inap harus cukup
2. Udara diruangan Instalasi Rawat Inap dibuat mengalir searah
Page | 52
BAB VII
MANAJEMEN RESIKO
(SESUAI DENGAN RUANGAN/ UNIT MASING-MASING)
Page | 53
11 Ahli Gizi Kesalahan gizi : diet salah
Page | 54
Kebersihan
Petugas /
26 Infeksi akibat perawatan /kerapian ranap
Lingkungan
yang kurang
Petugas /
27 Infeksi pada luka
Lingkungan
APD yang kurang
28 Petugas kesehatan Terpajan cairan tubuh
Pencegahan dari petugas
Infeksi
29 Petugas kesehatan Trauma jarum kotor
Tidak ada
Waktu tunggu pembayaran pasien
36 Petugas Billing konfirmasi ulang
rawat inap ≤ 30 menit
dari Billing
Pengobatan yang tertunda atau
37 Petugas Kesehatan
gagal akibat tidak dimonitoring
Petugas Kesehatan Tidak ada aturan
38 Peresepan yang tidak benar
Pemantauan / Dokter pakai obat
obat-obatan Peresepan tanpa tanda tangan /
39 Dokter
paraf
Page | 55
Penundaan / masalah terkait obat
41 Petugas Kesehatan Monev yang kurang
obatan
Page | 56
B. ANALISIS RISIKO
Analisis risiko berdasarkan identifikasi risiko di atas adalah sebagai berikut :
Skor Peringkat
No Resiko Konsekuensi Total Skor
Deskripsi Resiko
RESIKO
1 Tersetrum listrik 1 5 5
SEDANG
Terkena benda yang
RESIKO
2 jatuh dari atap dan 1 5 5
SEDANG
ketinggian
RESIKO
3 Tembok rusak / hancur 1 1 1
RENDAH
Waktu tanggap
4 kerusakan sarana dan 5 5 25 EKSTRIM
prasarana ≤ 15 menit
5 Pipa / saluran air bocor 5 5 25 EKSTRIM
RESIKO
6 Pajanan bau tidak sedap 1 2 2
RENDAH
RESIKO
7 Pintu rusak 2 2 4
SEDANG
Kerusakan sistem RESIKO
8 1 2 2
panggilan RENDAH
Kegagalan / penundaan
RESIKO
9 kegiatan memperbaiki 4 3 12
TINGGI
alat
Ketepatan waktu
RESIKO
10 penyediaan linen untuk 3 2 6
SEDANG
ruang rawat inap 1 hari
Kesalahan gizi : diet
11 4 4 16 EKSTRIM
salah
Kesalahn gizi :
12 keterlambatan 4 4 16 EKSTRIM
pelayanan
RESIKO
13 Supervisi kurang 3 3 9
TINGGI
Page | 57
14 Dilakukan IMD 5 5 25 EKSTRIM
Kepatuhan cuci tangan
15 5 5 25 EKSTRIM
pasien dan staff
Ketepatan waktu
16 4 4 16 EKSTRIM
pelaporan insiden
17 Dilakukan rawat gabung 5 5 25 EKSTRIM
Pasien pulang atas RESIKO
18 1 1 1
permintaan sendiri RENDAH
Janji visite yang tidak RESIKO
19 1 2 2
ditepati RENDAH
Kegagalan / penundaan RESIKO
20 1 2 2
rujuk pasien RENDAH
Tidak dapat rawat dari
21 IGD karena tempat tidur 4 4 16 EKSTRIM
penuh
Tidak dapat pindah
kelas diruang rawat inap RESIKO
22 3 4 12
karna tempat tidur TINGGI
diruang lain penuh
Penundaan atau
pembatalan pengiriman RESIKO
23 1 2 2
pasien antar unit atau ke RENDAH
rumah sakit lain
Pasien pulang- RESIKO
24 2 2 4
penundaan / pembatalan SEDANG
RESIKO
25 Terpeleset atau jatuh 1 1 1
RENDAH
RESIKO
26 Infeksi akibat perawatan 2 2 4
SEDANG
RESIKO
27 Infeksi pada luka 2 2 4
SEDANG
RESIKO
28 Terpajan cairan tubuh 3 4 12
TINGGI
29 Trauma jarum kotor 1 2 2 RESIKO
Page | 58
RENDAH
Terpotong oleh benda RESIKO
30 1 2 2
tajam selain jarum RENDAH
Pengaruh pemasangan RESIKO
31 3 2 6
infus : Bengkak SEDANG
RESIKO
32 Pasien salah identifikasi 1 1 1
RENDAH
Pencatatan tidak
33 lengkap pada rekam 4 4 16 EKSTRIM
medis
Tidak ada tanda tangan
RESIKO
34 dan waktu di penulisan 4 3 12
TINGGI
rekam medis
Pasien / Keluarga
35 4 4 16 EKSTRIM
gampang marah
Waktu tunggu
36 pembayaran pasien 5 5 25 EKSTRIM
rawat inap ≤ 30 menit
Pengobatan yang
tertunda atau gagal RESIKO
37 3 3 9
akibat tidak TINGGI
dimonitoring
Peresepan yang tidak RESIKO
38 3 4 12
benar TINGGI
Peresepan tanpa tanda RESIKO
39 3 4 12
tangan / paraf TINGGI
Reaksi alergi tidak RESIKO
40 1 2 2
dicatat RENDAH
Penundaan / masalah RESIKO
41 2 2 4
terkait obat obatan SEDANG
RESIKO
42 Salah frekuensi / waktu 2 2 4
SEDANG
Obat yang tidak RESIKO
43 2 2 4
diberikan SEDANG
Page | 59
Tidak adanya barang
milik pasien, RESIKO
44 1 2 2
pengunjung dan RENDAH
karyawan yang hilang
Tidak terjadinya
RESIKO
45 kekerasan terhadap 1 2 2
RENDAH
kayawan
Pemberian akses masuk RESIKO
46 3 4 12
banyak dilanggar TINGGI
Page | 60
BAB VIII
PROGRAM KERJA IPSRS
(LOGISTIK)
A. Pengertian
Manajemen Instalasi rawat inap dan unit pelayanan lain yang terlibat dalam penggunaan
asesmen pasien merupakan penyelenggaraan pengurusan bahan habis pakai dan formulir-
formulir pendukung terhadap kebutuhan asesmen pasien dan barang untuk memenuhi
kebutuhan pelayanan di rumah sakit secara teratur dalam kurun waktu tertentu secara cermat
dan tepat dengan biaya seefisien mungkin.
B. Tujuan
1. Tujuan operasional yaitu tersedianya barang atau material dalam jumlah yang tepat dan
kualitas yang baik pada waktu yang dibutuhkan.
2. Tujuan keuangan yaitu agar tujuan operasional di atas tercapai, dengan biaya yang
rendah.
3. Tujuan keutuhan yaitu agar persediaan tidak terganggu oleh gangguan yang
menyebabkan hilang atau kurang, rusak, pemborosan, penggunaan tanpa hak sehingga
dapat mempengaruhi pembukuan atau sistem akuntansi.
Page | 61
E. Standar Peralatan Kebidanan / Keperawatan
Peralatan keperawatan yang dimaksud adalah peralatan yang digunakan dalam pemberian
asuhan keperawatan/kebidanan terhadap setiap pasien baik di Instalasi Gawat Darurat (IGD),
rawat jalan, rawat inap dan ruang perawatan khusus. Standar peralatan terdiri dari :
1. Alat tenun
2. Alat keperawatan/kebidanan
3. Alat rumah tangga
4. Alat pencatatan dan pelaporan
Untuk setiap peralatan atau inventaris alat - alat keperawatan/kebidanan menjadi
tanggung jawab seluruh perawat/bidan di ruang Ruby baik medis dan non - medis. Peralatan
perlu distandarisasikan dengan tujuan agar tersedianya alat sesuai jumlah, jenis, kebutuhan
untuk memperlancar pelaksanaan asuhan keperawatan/kebidanan.
F. Ruang Lingkup
1. Alat Tenun
Pengelolaan dan penyediaan alat tenun ruang Ruby dilakukan oleh tenaga laudry.
Bagian Laudry bertugas melaksanakan proses pencucian, pengeringan, pengepresan,
penyediaan, pendistribusian dan pengorderan alat tenun sesuai kelas ruangan yang
dikoordinasi oleh Kepala Bagian Laundry. Adapun kriteria pengadaan alat tenun di RS
Vita Insani ( Ruang Ruby ) adalah sebagai berikut:
a. Warna bahan tidak mencolok untuk mencegah adanya kelelahan mata.
b. Warna khusus (biru muda) kecuali di ruang spesifik area warna dan bahan yang
dipakai berbeda seperti ruang kamar bedah.
c. Panjang laken harus dapat menutup daerah steril dan tidak boleh menyentuh lantai
(khusus kamar bedah).
d. Khusus untuk baju operasi harus cukup longgar untuk memudahkan bergerak.
e. Menyerap keringat / air.
f. Mudah dibersihkan.
g. Ukuran memenuhi standarisasi yang ditetapkan.
h. Pemilihan warna khusus di ruang perawatan memperhatikan aspek psikologis
pasien.
i. Tidak berfungsi sebagai mediator kuman.
j. Tidak menyebabkan iritasi/perlukaan kulit
k. Untuk ukuran alat tenun di ruang rawat inap/kebidanan :
Page | 62
Laken 160 x 275 cm
Steek laken 90 x 150 cm
Perlak warna biru 70 x 110 cm
Perlak bayi 60 x 40 cm
Pengalas atau duk 40 x 60 cm
Selimut ukuran 150 x 250 cm
Selimut bayi 100 x 100 cm
Bantal/sarung bantal berukuran standar
Untuk penggantian selimut, steek laken, perlak diganti sesuai kebutuhan
2. Alat Keperawatan/Kebidanan
Pengelolaan alat keperawatan dan kebidanan dilakukan oleh Bagian Logistik dan
diketahui oleh Direktur dan Kepala Bagian Keperawatan. Pengelolaan alat
keperawatan dan kebidanan dilaksanakan berdasarkan :
a. Tersedianya peralatan kesehatan yang mendukung pelayanan keperawatan dan
kebidanan yang efektif dan efesien di seluruh bagian.
b. Tersedianya tenaga yang berkompetensi dalam menggunakan alat-alat keperawatan
di ruang perawatan khusus (ruang ICU /PICU, Hemodialisa, Kamar Bedah,
Treatmill dan lain – lain).
c. Tersedianya manual penggunaan alat dan prosedur.
d. Tersedianya ruang khusus di RS Vita Insani yang bertugas untuk mensterilkan
peralatan kesehatan yaitu ruang CSSD (Central Sterilized and Supply Department).
e. Tersedianya Teknisi Medis yang bertugas untuk pemeliharaan peralatan kesehatan
yang dilakukan sesuai jadwal dan berkesinambungan.
Pengoperasian serta pemeliharaan peralatan keperawatan dan kebidanan dilakukan
oleh Tehnisi Medis. Penggunaan alat keperawatan/kebidanan juga menggunakan
standar atau prosedur yang dibuat dan sudah ditetapkan oleh Direktur Utama RS
Vita Insani yang bertujuan untuk pemeliharaan peralatan supaya berfungsi dengan
baik.
Adapun kriteria pengadaan peralatan keperawatan/kebidanan yang ada di RS Vita
Insani ( Ruang Ruby ) adalah sebagai berikut :
a. Mudah dibersihkan.
b. Tidak mudah berkarat.
c. Ukuran standar secara umum (dewasa, anak dan bayi).
d. Aman penggunaan baik bagi petugas dan pasien.
Page | 63
e. Untuk alat- alat kesehatan tertentu memenuhi persyaratan agronomi
3. Alat Rumah Tangga
Pengelolaan alat rumah tangga dilakukan oleh Bagian Logistik dan diketahui oleh
Direktur. Penggunaan alat rumah tangga juga menggunakan standar atau prosedur yang
dibuat dan sudah ditetapkan oleh Direktur Utama RS Vita insani yang bertujuan untuk
pemeliharaan alat rumah tangga supaya berfungsi dengan baik. Adapun kriteria
pengadaan peralatan rumah tangga yang ada di RS Vita Insani ( Ruang Ruby) adalah
sebagai berikut :
a. Memenuhi persyaratan agronomi
b. Aman penggunaan baik bagi petugas dan pasien
c. Tersedianya manual penggunaan alat dan prosedur
d. Mendukung pemenuhan kebutuhan sehari – hari dan bersifat vital
e. Tersedianya Teknisi Non – Medis yang bertugas untuk pemeliharaan peralatan
rumah tangga yang dilakukan sesuai jadwal dan berkesinambungan
4. Alat Pencatatan dan Pelaporan
Pengelolaan alat pencatatan dan pelaporan dilakukan oleh Bagian Logistik dan IT.
Penggunaan alat pencatatan dan pelaporan juga menggunakan standar atau prosedur
yang dibuat dan sudah ditetapkan oleh Direktur Utama RS Vita Insani yang bertujuan
untuk pemeliharaan alat pencatatan dan pelaporan supaya berfungsi dengan baik. Untuk
pengadaan alat pencatatan dan pelaporan di RS Vita Insani ( Ruang Ruby ) sudah
memenuhi syarat dan standar sebagai berikut :
a. Bahasa sederhana dan mudah dimengerti
b. Mudah diisi
c. Informasi jelas
d. Mendukung pelaporan keperawatan pasien secara jelas dan tepat
e. Ukuran, jenis kertas dan desain terstandar
f. Memenuhi standar pengisian keperawatan dan kebidanan
g. Untuk alat pencatatan dan pelaporan asuhan keperawatan RS Vita Insani ( Ruang
Ruby) dengan menggunakan IT
5. Pengelolaan
a. Standar perencanaan
Yaitu proses pengadaan peralatan keperawatan dan kebidanan sesuai dengan
ketentuan untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan dari setiap
Page | 64
unit yang di buat oleh Karu dengan mengevaluasi akan keperluan peralatan yang ada
dan akan di ajukan ke kepala bidang keperawatan.
Dengan alur Perencanaan :
b. Standar pengadaan
Yaitu penetapan kebutuhan alat keperawatan dan kebidanan baik dari segi jumlah,
maupun dari jenisnya dapat menjamin pelaksanaan pencatatan dan pelaporan dalam
menjunjung untuk mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan dari
setiap unit dari karu yang di ajukan ke bagian logistik Keperawatan,kemudian ke
Direktur dan bila sudah di setujui Kabag Logistik atau Apoteker melakukan
pemesanan.
Dengan alur Pengadaan:
Permintaan Kasie
Bangsal Logistik Direktur
(Karu ) keperawatan
Apoteker/
Kabag Logistik
c. Standar distribusi
Yaitu pendistribusian peralatan keperawaatn dan kebidanan ke unit kerja untuk
mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan sesuai dengan permintaan
dari setiap unit.
Alur pendistribusian :
Permintaan Pemesanan
Ruangan 1 oleh Kabag 2 Didistribusikan
Logistik /
Apoteker
Page | 65
2) Di ajukan ke kasi logistik Keperawatan
3) Mengajukan / meminta persetujuan ke direktur
4) Logistik /Apoteker melakukan pemesanan
5) Setelah barang ada lalu di distribusikan kesetiap bagian / unit yang melakukan
permintaan.
6) Menyerahkan formulir pemesanan sesuai warna ke bangian masing-masing
setelah barang ada
d. Standar penggunaan
Yaitu penggunaan alat keperawatan dan kebidanan secara tepat dan benar sesuai
dengan SOP / protap menjamin mencapai tujuan pelayanan keperawatan dan
kebidanan di setiap unit.
Dengan proses :
Menggunakan peralatan keperawatan dan kebidanan sesuai dengan Protap
Melaksanakan pencatatan frekuensi penggunaan alat tertentu setiap bulan dan
diserahkan ke kasie logistik keperawatan
Penggunaan alat tertentu oleh tenaga terlatih
e. Standar pemeliharaan
Yaitu Terlaksananya pemeliharaan peralatan secara tepat dan benar untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan di setiap unit.
Dengan proses :
Melaksanakan pemeliharaan alat peralatan sesuai dengan jadwal
Mengupayakan perbaikan segera terhadap alat yang rusak
Melaksanakan kalibrasi alat secara rutin melalui koordinasi dengan unit kerja
terkait
Mengupayakan pelatihan khusus untuk pemeliharaan alat tertentu
f. Standar penggantian
Yaitu Terlaksananya pergantian peralatan secara tepat dan benar untuk mencapai
tujuan pelayanan keperawatan dan kebidanan di setiap unit.
Dengan proses :
Mengupayakan penggantian alat sesuai dengan ketentuan melalui koordinasi
dengan unit kerja terkait
Melaksanakan pencatatan pelaporan penggantian alat
Page | 66
Jenis Peralatan Kesehatan yang tersedia di ruang Ruby adalah sebagai berikut :
Page | 67
32. Termometer 10
33. Torniquit 2
34. Tong Spatel 1
35. Tromel GMS Besar 1
36. Tromel GMS Sedang 1
37. Tromel GMS kecil 2
38. Waskom Mandi Stainles 12
39. WWZ / Buli-Buli Panas 2
40. Urinal 3
41. Trolly Mandian 2
42. Standart Infus 28
43. Gelas Ukur 15
44. Trolly Amprahan 1
45. Oksigen dorong 1
Jenis Peralatan Alat Tenun yang tersedia di ruang Ruby adalah sebagai berikut :
No Nama Barang Jumlah
1. Laken 45
2. Stik Laken 88
3. Sarung Bantal 88
4. Selimut Tebal 3
5. Selimut 45
6. Perlak 60
7. Bantal 35
8. Kelambu 2
Page | 68
6. Ceret Listrik 1
7. Kulkas dua pintu 1
8. White Board 2
9. Televisi 16
10. AC 16
11. Rak Sepatu tiga tingkat 2
12. Container bertutup 2
13. Box tiga tingkat 3
14. Head Bed unit 26
15. Jemuran Handuk 2
16. Container kecil bertingkat empat 1
17. Jam dinding 16
G. Pemeliharaan
Peralatan medis adalah merupakan investasi yang besar di fasilitas pelayanan
kesehatan serta memerlukan biaya pemeliharaan. Penting bagi fasilitas pelayanan kesehatan
memiliki program pemeliharaan terencana untuk menjaga peralatan medis agar aman,
bermutu dan laik pakai. Adanya pemeliharaan peralatan medis diharapkan juga akan
memperpanjang usia pakai peralatan medis.
Program pemeliharaan peralatan medis yang efektif terdiri dari perencanaan yang
memadai, manajemen dan pelaksanaan. Perencanaan mempertimbangkan sumber daya
keuangan, fasilitas dan SDM yang memadai. Program pemeliharaan peralatan medis harus
berkesinambungan tak terputus dan dikelola agar pelayanan kesehatan meningkat.
Adalakanya dalam masa penggunaan, peralatan medis berkurang, tidak sesuai
lagi kinerjanya atau tidak dapat digunakan, diperlukan adanya perbaikan untuk
mengembalikan fungsi peralatan medis tersebut.
Pemeliharaan peralatan medis dapat dibagi menjadi dua kategori utama yaitu :
a. Inspeksi dan pemeliharaan preventif (IPM)
b. Pemeliharaan korektif / Corrective4Maintenance (CM)
IPM mencakup semua kegiatan yang dijadwalkan untuk memastikan fungsi
peralatan dan mencegah kerusakan atau kegagalan. Inspeksi adalah kegiatan terjadwal
yang diperlukan untuk memastikan peralatan medis berfungsi dengan benar. Ini
mencakup pemeriksaan kinerja dan keselamatan. Kegiatan inspeksi dapat dilakukan
Page | 69
bersamaan dengan kegiatan pemeliharaan preventif, pemeliharaan korektif, atau
kalibrasi, tetapi juga dapat dilakukan tersendiri yang dijadwalkan pada interval tertentu.
Pemeliharaan preventif (PP) adalah kegiatan pemeliharaan yang dilakukan secara
terjadwal, untuk memperpanjang umur peralatan dan mencegah kegagalan (yaitu dengan
kalibrasi, penggantian bagian, pelumasan, pembersihan, dll).
Pemeliharaan Korektif (CM) meruapakan kegiatan perbaikan terhadap peralatan
dengan tujuan mengembalikan fungsi peralatan sesuai dengan kondisi awalnya. Ciri dari
kegiatan CM adalah biasanya tidak terjadwal, berdasarkan permintaan dari pengguna
peralatan atau dari personel yang melakukan kegiatan performing maintenance.
1) Inspeksi dan pemeliharaan preventif (IPM)
Penggunaan prosedur yang benar dan tepat untuk pemeliharaan peralatan akan dapat
meningkatkan meningkatkan kinerja peralatan yang handal dan benar berfungsi baik.
Prosedur yang digunakan dalam melakukan kegiatan IPM harus dilakukan sebelum
pelaksanaan inspeksi atau pekerjaan pemeliharaan melalui kajian yang cermat dari
setiap jenis peralatan (atau model).
Kebanyakan prosedur IPM yang dilengkapi oleh tenaga teknik dari bagian
Elektromedik/IPSRS. Dalam beberapa kasus, bagaimanapun, tugasMtugas yang rutin dan
mudah untuk dilaksanakan, diselesaikan oleh pengguna. Hal ini menghemat waktu
untuk personil teknis dalam melakukan tugasMtugas teknis yang lebih kompleks dan
kritis dan juga membuat pengguna mempunyai perasaan memiliki.
Jenis inspeksi yang mungkin dilakukan pengguna adalah melakukan pemeriksaan
sebelum digunakan atau pemeriksaan harian. Contoh jika memungkinkan adalah
kalibrasi harian monitor glukosa darah, pengujian harian defibrillator atau memeriksa
kalibrasi peralatan laboratorium. Ini adalah tanggung jawab bagian Elektromedik/IPSRS.
untuk melatih pengguna dalam melakukan tugas ini.
Ketika pada saat kegiatan IPM terdapat masalah pada peralatan, perbaikan peralatan
tersebut dapat dijadwalkan untuk dilakukan perbaikan tanpa mengganggu kegiatan IPM
yang dilakukan, atau perbaikan tersebut dapat diselesaikan sebagai dari bagian proses
IPM. Jika kegiatan IPM atau perbaikan terkait tidak dapat diselesaikan dalam perioda
yang telah ditentukan sebelumnya, permintaan surat perintah perbaikan/pemeliharaan
(work4 order) harus tetap ada, dan petugas pemelihara harus memeriksa atau
memperbaiki peralatan secepat mungkin. Peralatan medis yang memiliki prioritas yang
lebih tinggi yang sebelumnya tidak dilakukan kegiatan IPM pada periode sebelumnya,
harus dilakukan terlebih dahulu.
Page | 70
Rentang waktu inspeksi dan pemeliharaan peralatan kesehatan didasarkan pada kriteria
yang direkomendasikan pabrikan seperti tingkat risiko dan pengalaman dari rumah sakit.
Semua peralatan termasuk dalam program ini diperiksa dan diuji sebelum penggunaan
awal dan pada interval yang ditetapkan, biasanya disebut sebagai perawatan
pencegahan (PM).
Jadwal pemeliharaan peralatan kesehatan yang sistematis menjamin peralatan tersebut
aman digunakan dan memperoleh pemanfaatan maksimal dengan biaya yang wajar.
Keuntungan lain adalah meminimalkan risiko klinis dan fisik.
Setiap peralatan kesehatan mempunyai klasifikasi risiko berdasarkan :
Fungsi peralatan kesehatan : penghantar energi, pemantau pasien, atau peralatan
untuk kenyamanan pasien.
Risiko fisik
Preventif pemeliharaan
Riwayat insiden
MasingMmasing peralatan kesehatan mempunyai bobot pada kategori fungsi, risiko fisik
dan kebutuhan pemeliharaan.
Page | 71
Terapi fisik dan Peralatan yang Dialysis
pengobatan digunakan untuk machine,
8 mengobati pasien infusion pump,
traction unit,
diathermy
Monitoring Memonitor kegiatan EEG machine,
kegiatan bedah bedah dan perawatan nonMinvasive
7 dan perawatan intensifk Sistem blood pressure
intensifk system radiologi. monitor, xMray
Peralatan radiologi generator
diagnostik Monitoring Peralatan yang tidak rutin adult scale,
kondisi fisik dan digunakan di perawatan tympanic
unit intensif. thermometer,
6
ultrasonografi ultrasound
untuk unit
diagnostik.
Analisa di Peralatan yang blood gas
laboratorium digunakan di analyzer,
laboratorium klinik clinical
5
untuk mendiagnosa chemistry
spesimen. analyzer, cell
counter
Peralatan Aksesori Peralatan yang shaker,
Page | 72
Yang Peralatan yang X-ray view box,
berhubungan berhubungan dengan sterilizer, chair
2
dengan pasien. perawatan, tapi tidak lift
secara langsung.
LainMlain
Tidak Peralatan yang tidak ECG simulator,
berhubungan berhubungan dengan office equipment,
1 dengan pasienk pasien, peralatan dapur,
peralatan UPS.
pengujian
Page | 73
Tabel Kelompok berdasarkan Persyaratan Pemeliharaan (PEMELIHARAAN)
Persyaratan pemeliharaan kesehatan mempunyai nilai 1 – 5
Page | 74
Dari 4 kelompok di atas ditentukan/dihitung pemeliharaan preventif yang didasarkan
pada EM (Equipment Management) :
Frekuensi Inspeksi :
A = Annual (Dilakukan 1 tahun sekali)
S = SemiMannual (Dilakukan 6 bulan sekali)
T = ThreeMyearly (Dilakukan 4 bulan sekali)
Nilai EM < 12 diinspeksi sesuai keperluan Nilai EM 12 M14 dijadwalkan diinspeksi
setidaknya setiap setahun sekali. Nilai EM 15 – 19 dijadwalkan diinspeksi setidaknya setiap
enam bulan sekali. Nilai EM ≥ 20 dijadwalkan diinspeksi setidaknya setiap empat bulan
sekali.
Page | 75
11 Cast cutter vacuum 2 2 3 -2 5 -
Cardiac output
12 7 3 2 0 12 A
computer
Computer, micro
13 3 3 1 -2 5 -
(pc)
14 Cryosurgical unit 9 4 3 -1 15 S
15 Defibrillator/monitor 9 5 4 0 18 S
Electrocardiograph,
16 6 3 5 2 16 S
3 - channel
Endoscopic video
17 6 3 3 0 12 A
system
18 Electrosurgical unit 9 4 3 0 16 A
19 Fetal monitor 7 3 3 0 13 A
20 Humidifier, heated 8 3 3 1 15 S
Hypo/hyperthermia
21 9 4 5 0 18 S
machine
Light, surgical
22 2 4 3 -1 8 -
portable
Light source, fibre
23 7 3 3 -2 11 -
optic
Microscope,
24 ophthalmic slit 6 3 3 -2 10 -
lamp
Page | 76
1) Pemiliharaan Korektif
a. Perbaikan dan troubleshooting
Perbaikan peralatan terjadi ketika pengguna peralatan telah melaporkan
masalah tentang peralatan tersebut. Seperti disebutkan sebelumnya, hal tersebut
juga dapat terjadi ketika seorang teknisi di bagian IPSRS/Elektromedik
menemukan bahwa peralatan tidak memberikan kinerja seperti yang diharapkan
selama IPM.
Untuk mengembalikan peralatan ke layanan secepat mungkin, tindakan yang
efektif diperlukan untuk memverifikasi kegagalan dan menentukan
penyebabnya. Dalam beberapa kasus teknisi akan menemukan bahwa peralatan
itu sendiri telah gagal dan harus diperbaiki. Teknisi itu kemudian menentukan
langkah apa yang diperlukan untuk memperbaiki masalah dan mengembalikan
fungsi peralatan secara penuh. Para teknisi mulai melakukan pemeliharaan
korektif, melakukan beberapa langkah sendiri dan bila diperlukan memanfaatkan
tenaga ahli dari dalam fasilitas /in-house4expertise atau penyedia layanan eksternal.
Pemeliharaan korektif ini dapat dicapai pada berbagai tingkatan :
Tingkat komponen, troubleshooting tingkat komponen dan
perbaikan mengisolasi kegagalan sampai ke komponen tunggal yang
diganti. Dalam peralatan elektrik , peralatan mekanik, dan untuk
komponen pasif dari peralatan elektronik (seperti resistor atau kapasitor
dalam suatu rangkaian elektronik, atau sekering) ini sering pendekatan
perbaikan yang paling efektif. Dalam kaitannya dengan peralatan
elektronik, bagaimanapun, komponenM tingkat perbaikan dapat memakan
waktu dan sulit. Modul (circuit4 board) elektronik modern (terutama
modul digital) sering tidak diperbaiki pada tingkat komponen. Dalam
kasusMkasus papanMtingkat atau bahkan sistemMtingkat perbaikan perlu
dipertimbangkan.
Tingkat Modul (board'level), untuk peralatan elektronik, adalah umum
untuk mengisolasi kegagalan untuk sebuah modul tertentu dan untuk
mengganti seluruh modul dari pada komponen elektronik yang diberikan.
Tingkat peralatan atau sistem. Dalam beberapa kasus bahkan papanM
tingkat pemecahan masalah dan perbaikan terlalu sulit atau memakan
waktu. Dalam kasus seperti itu lebih efektif jika mengganti seluruh peralatan
atau sub sistem tersebut.
Page | 77
Sangat penting untuk memilih tingkat pemeliharaan yang sesuai untuk setiap situasi.
Ini tergantung pada ketersediaan sumber daya keuangan, fisik dan manusia serta pada
tingkat kepentingan permintaan perbaikan tertentu. Untuk kasus dengan prioritas yang
tinggi, misalnya, perbaikan tingkat peralatan atau sistem mungkin lebih dipilih.
Jika lebih banyak waktu tersedia, perbaikan tingkat modul atau komponen
mungkin layak dilakukan. Jika perbaikan tingkat komponen yang diusulkan,
mungkin diperlukan penggantian blok/bagian. Untuk pendekatan ini, ada beberapa
pilihan yang dapat diambil. Penggantian dapat dilakukan pada bagian khusus dari
produsen, pada bagian dengan spesifikasi yang sama atau lebih tinggi (sekering
misalnya), atau dengan menggunakan suku cadang bekas dari peralatan yang
nonMfungsional (hanya setelah penilaian risiko menyeluruh dan ijin dari Kepala
Elektromedis/IPSRS) dan perlu dilakukan pengujian/kalibrasi dari pihak BPFK atau
pihak lain yang kompeten.
Dalam beberapa kasus, teknisi akan menemukan bahwa peralatan memberikan kinerja
sesuai desain spesifikasi, seperti yang ditentukan oleh pabrikan. Dalam hal demikian,
perlu untuk berkomunikasi dengan pengguna peralatan dan memeriksa lingkungan
kerja untuk menentukan mengapa peralatan tidak berfungsi seperti yang diharapkan.
Ketika menyelidiki kegagalan yang tidak dapat dijelaskan, faktor lingkungan harus
dimasukkan ke dalam pertimbangan. Sebagai contoh, peralatan medis yang
membutuhkan daya listrik dapat terpengaruh oleh masalah catu daya. Idealnya,
daya listrik harus memiliki tegangan yang stabil (nilai yang sesuai)k bebas dari
distorsi transien, seperti lonjakan tegangan, surge atau mati, dan dapat diandalkan
dengan hanya kejadian hilangnya daya yang jarang terjadi. Tenaga teknis harus
berkolaborasi dengan mereka yang bertanggung jawab untuk sistem daya listrik
dalam organisasi pelayanan kesehatan untuk membantu fungsi sistem seefektif
mungkin. Ini mungkin termasuk pembelian regulator tegangan, menginstalasi catu
daya listrik yang tak terputus (UPS), menggunakan pelindung lonjakan gelombang
listrik, dan menghindari sumber daya tambahan yang mengarah ke kabel/tusuk
kontak secara seri.
Selanjutnya, staf elektromedik harus bekerja dengan staf IPSRS lainya untuk
memastikan bahwa generator cadangan fungsional bekerja baik dan bahwa
peralihan ke sumber daya tambahan disetel di bawah 10 detik. Alternatif lain
mungkin untuk memilih dan membeli peralatan yang dioperasikan dengan baterai.
Ketika mempertimbangkan untuk memperoleh peralatan baru, juga penting untuk
Page | 78
staf elektromedik untuk memastikan bahwa sistem daya listrik akan mampu
mendukungnya.
Demikian pula, staf elektromedik harus menyadari bagaimana peralatan medis yang
berinteraksi dengan sistem utilitas lain (misalnya gas medis dan sistem vakum, kontrol
temperatur dan sistem ventilasi, penyediaan air, teknologi informasi dan
infrastruktur komunikasi, dll). Dan sekali lagi mereka harus berkolaborasi dengan
orang lain dalam organisasi untuk mengoptimalkan kemampuan sistem utilitas untuk
mendukung peralatan medis.
Aspek yang unik dari lingkungan fisik, seperti suhu tinggi dan kelembapan, dapat
berpengaruh buruk pada peralatan medis yang dirancang untuk digunakan di daerah
beriklim sedang atau lingkungan terkendali.
Usia dan kondisi dari fasilitas layanan kesehatan juga mungkin memainkan peran
dalam kegagalan peralatan medis. Seiring waktu, sistem utilitas akan menurunkan
dan mungkin menjadi kelebihan beban dan / atau ketinggalan jaman. Fasilitas yang
lebih tua pasti telah dibangun berdasarkan standar yang lebih tua. Bahkan fasilitas
barupun mungkin tidak memenuhi semua standar yang berlaku, oleh karena itu,
perlu dikaji kesiapan infrastruktur utilitas untuk memastikan fasilitas tersebut berfungsi
secara memadai.
2) Inspeksi dan penggunaan pada pelayanan
Setelah selesai perbaikan, melakukan pemeriksaan kinerja dan keselamatan adalah
penting, dan dalam beberapa kasus kalibrasi ulang mungkin diperlukan. Kegiatan
ini akan mengukur kinerja peralatan dan memungkinkan untuk setiap pengaturan
yang diperlukan untuk mengembalikan fungsi peralatan secara penuh. Setelah hal ini
diselesaikan, peralatan dapat dikembalikan untuk digunakan dalam layanan pasien.
3) Pelaporan
Untuk kegiatan IPM, teknisi biasanya memiliki daftar rinci untuk diikuti guna
merekam hasil. Memiliki checklist seperti itu juga berfungsi sebagai pengingat untuk
setiap langkah dalam proses IPM dan dengan demikian membantu menghindari
terlampaui atau dalam menghadap langkahMlangkah tertentu. Merekam pengukuran
dan mendokumentasikan hasil akhir (baik dengan pernyataan ‘laik/tidak laik’ atau
dengan skoring) membantu dalam pelaksanaan pekerjaan pemeliharaan di masa
depan, termasuk perbaikan. Untuk kegiatan perbaikan, teknisi mencatat tindakan
apa yang telah diambil, termasuk waktu dan biaya untuk tindakan tersebut.
Page | 79
4) Pengujian dan kalibrasi
Pengujian alat kesehatan adalah merupakan keseluruhan tindakan meliputi
pemeriksaan fisik dan pengukuran untuk menentukan karakteristik alat kesehatan,
sehingga dapat dipastikan kesesuaian alat kesehatan terhadap keselamatan kerja dan
spesifikasinya. Kalibrasi alat kesehatan bertujuan untuk menjaga kondisi alat
kesehatan agar tetap sesuai dengan 45upplier besaran pada spesifikasinya. Dengan
adanya kalibrasi maka akurasi, ketelitian dan keamanan alat kesehatan dapat dijamin
sesuai besar - besaran yang tertera/diabadikan pada alat kesehatan yang bersangkutan.
Pengujian dan kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan dengan kriteria :
Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi.
Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi telah habis.
Diketahui penunjukkannya atau keluarannya atau kinerjanya atau keamanannya
tidak sesuai lagi, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.
Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi, walaupun sertifikat dan tanda
masih berlaku.
Atau jika tanda laik pakai pada alat kesehatan tersebut hilang atau rusak,
sehingga tidak dapat memberikan informasi yang sebenarnya.
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan pengujian dan kalibrasi
adalah kondisi alat ukur dan bahan ukur tetap terjaga sesuai dengan
spesifikasinya. Alat kesehatan yang lulus kalibrasi akan mendapatkan Sertifikat
Kalibrasi serta tanda Laik Pakai, demikian juga alat kesehatan yang lulus uji
akan mendapatkan Sertifikat Pengujian/Kalibrasi dan tanda Laik Pakai. Alat kesehatan
yang tidak lulus kalibrasi dan/atau uji akan mendapatkan Tanda Tidak Laik Pakai dan
tidak boleh digunakan di pelayanan. Sertifikat, Tanda Laik Pakai dan Tanda Tidak
Page | 80
Laik Pakai dikeluarkan oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan, Loka
Pengamanan Fasilitas Kesehatan dan institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang.
5) Pelaksana Pemeliharaan
a. Pemeliharaan in house oleh teknisi yang terlatih
Sebagian besar masalah pada peralatan medis yang relatif sederhana dan dapat
diperbaiki oleh teknisi yang terlatih. Inspeksi dan perbaikan ringan
memerlukan biaya rendah. Vendor harus menyediakan pelatihan untuk teknisi pada
saat instalasi dan penerimaan peralatan medis.
Ada tiga tingkat pemeliharaan yang umum dilakukan :
Level 1, Pengguna (lini pertama), Pengguna atau teknisi akan membersihkan
filter, periksa sekering, periksa daya dll tanpa membuka unit peralatan medis
dan tanpa memindahkan dari tempatnya.
Level 2, Teknisi, Dianjurkan untuk memanggil teknisi ketika lini pertama
pemeliharaan tidak dapat menggunakan alat atau ketika cek enam bulanan sekali.
Level 3, Teknisi Khusus, Peralatan seperti CT Scanner, MRI dll perlu teknisi
khusus yang dilatih untuk peralatan tersebut. Mereka umumnya bekerja di
pihak ketiga atau perusahaan vendor.
b. Pemeliharaan oleh produsen atau pihak ketiga
Untuk peralatan khusus dan canggih, vendor harus menyediakan jasa
pemeliharaan melalui kombinasi jasa onMcall dan kontrak pemeliharaan yang
dinegosiasikan pada saat pembelian.
6) Biaya Pemeliharaan
Peralatan dapat terus digunakan pada tingkat kinerja optimal jika secara teratur
dilakukan pemeliharaan. Oleh karena itu perlu untuk merencanakan biaya tahunan
untuk pemeliharaan untuk peralatan medis baik preventif maupun korektif.
Biaya yang dibutuhkan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan suatu peralatan medis
akan meningkat setiap tahun, sesuai dengan peningkatan usia pakai dari peralatan
bersangkutan. Bagian utama dalam merencanakan kebutuhan biaya pemeliharaan
adalah tersedianya data yang sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan dari penyusunan anggaran pemeliharaan adalah untuk memperkirakan biaya
yang dibutuhkan untuk memelihara dan memperbaiki peralatan medis, sehingga
dapat memastikan bahwa peralatan medis dapat berfungsi dengan baik. Sangatlah
penting dalam membuat perkiraan yang seefektif mungkin karena :
Page | 81
a. Anggaran yang terlalu rendah (under-estimate) akan menghasilkan
pemeliharaan yang tidak berjalan dengan baik.
b. Anggaran yang terlalu tinggi (over-estimate) akan menjadi tidak efisien dan bisa
menggangu pelayanan penting lainnya yang memerlukan anggaran.
Perkiraan biaya pemeliharaan selama setahun adalah sekitar 5% sampai 6% dari nilai
investasi peralatan medis. Biaya pemeliharaan juga dapat dihitung dengan cara yang
lebih spesifik berdasarkan kebutuhan rutin tahun sebelumnya serta standar
kebutuhan pemeliharaan dari setiap peralatan. Besaran biaya pemeliharaan peralatan
medis masingMmasing rumah sakit bisa berbeda.
Annualized Investment Cost atau biaya investasi disetahunkan adalah suatu metode
untuk menghitung “penggunaan” biaya investasi pada tahun berjalan. Metode ini
seperti menghitung biaya depresiasi atau penyusutan pada sistem akunting
keuangan. Annulized Investment Cost menggunakan prinsip Nilai Sekarang (Present
Value = PV) akan lebih rendah dibanding dengan Nilai Dimasa Depan (Future Value =
FV), karena adanya infasi nilai uang serta dihitung dengan memperhatikan usia
pakai serta usia teknis suatu peralatan kesehatan.
c. Maksimum Biaya Pemeliharaan
Pelaksanaan kegiatan pemeliharaan peralatan medis tentu membutuhkan biaya,
terutama pada saat harus melakukan perbaikan atas bagian yang rusak.
Perhitungan Batas Maksimum Biaya Pemeliharaan4 (Maximum Maintenance
Expenditure Limit = MMEL) adalah suatu cara untuk menghitung biaya yang
masih dapat diterima untuk memperbaiki atau memelihara suatu peralatan medis di
rumah sakit. MMEL membutuhkan beberapa data sebagai dasar perhitungan
batas maksimum biaya pemeliharaan, yaitu usia teknis dan harga pengganti dan
MEL Factor. Perhitungan MMEL dilakukan sebagai berikut :
Pastikan Usia Pakai, Usia Teknis dan Harga Pengganti alat kesehatan
tersebut.
Usia Pakai dihitung sejak alat kesehatan tersebut digunakan sampai saat
perhitungan dilakukan dan Harga Pengganti adalah harga alat kesehatan saat
perhitungan dilakukan dengan spesifikasi setara.
Tentukan sisa usia manfaat alat kesehatan tersebut.
Sisa Usia Manfaat = Usia Teknis – Usia Pakai
Page | 82
Hitung presentase manfaat
Usia Teknis
Tentukan MEL Faktor, berikut adalah MEL Faktor yang disusun oleh Logistik
Tentara Amerika dan di kutip oleh American Hospital Association.
Furniture Rumah Sakit : 80%
Peralatan Listrik Dasar : 80%
Peralatan Mekanik Dasar : 80%
Peralatan Listrikmekanik dasar : 80%
Peralatan Khusus : 90%
Hitung dengan menggunakan rumus :
MMEL = (MEL Faktor) x (Persentasi Usia Manfaat) x (Harga Pengganti)
Contoh Perhitungan :
Sebuah alat Defibrillator yang mulai digunakan sejak tahun 2003 dengan Usia
Teknis adalah 8 tahun atau 16.064 Jam, mengalami kerusakan pada tahun
2008 dengan usia pakai adalah 5 tahun atau 9.480 Jam. Hitunglah biaya
maksimum perbaikan alat Defibrilator tersebut, jika harga pengganti dengan
spesifikasi yang sama adalah Rp. 78.000.000
Jawab :
Sisa Usia Manfaat Defibrilator :
Usia Teknis – Usia Pakai = 16.064 – 9.480 = 5.584 Jam.
Presentase manfaat = Sisa Usia Manfaat
Usia Teknis
Manfaat = 5.584 Jam = 40,99 %
16.064 Jam
MMEL = (MEL Faktor) x (Persentasi Usia Manfaat) x (Harga Pengganti)
MMEL = 90 % x 40,99 % x Rp. 78.000.000,- = Rp. 28.772.211,- Berarti jika
biaya perbaikan alat defibrilator tersebut lebih besar dari Rp. 28.772.211, maka
alat defibrilator tersebut secara ekonomi tidak layak untuk diperbaiki dan lebih
tepat jika diganti dengan Alat Defibrilator yang baru.
Page | 83
7) Penyusunan Program Pemeliharaan
Dalam menyusun perencanaan IPSRS harus memiliki daftar inventaris
peralatan, selain itu harus memperhatikan kemampuan teknis yang meliputi :
a. Sumber Daya Manusia (Jumlah teknisi, kemampuan teknis, pelatihan yang pernah
diikuti, pengalaman kerja).
b. Fasilitas kerja.
c. Dokumen teknis.
Penyusunan perencanaan untuk 1 tahun ke depan meliputi :
a. Jadwal pemantauan fungsi peralatan medis.
b. Jadwal pemeliharaan berkala peralatan medis.
c. Penyiapan bahan pemeliharaan yang diperlukan untuk setiap alat selama 1
tahun.
d. Penyiapan suku cadang/aksesori yang diperlukan untuk perbaikan peralatan
medis yang mengalami kerusakan (pemeliharaan korektif terencana).
8) Penyiapan usulan rencana anggaran
Usulan tersebut dituangkan ke dalam rencana anggaran dan diusulkan kepada
Manajemen rumah sakit melalui Kabag Keuangan/Kabag Sekretariat.
a. Penyiapan Fasilitas Kerja.
Fasilitas kerja penunjang pelayanan teknis, meliputi alat kerja, tool set, alat
kerja mekanik, alat ukur, protap pemantauan fungsi dan lembar kerja, SPO
pemeliharaan dan lembar kerja, SPO perbaikan dan lembar kerja, operation
manual, service manual, schematic/wiring manual, formulir laporan.
b. Pelaksanaan pemeliharaan
Pelaksanaan pelayanan teknis terdiri dari :
Pemantauan fungsi.
Pemeliharaan berkala (pemeliharaan secara internal, pemeliharaan secara out
sourching, pemeliharaan secara KSO).
Perbaikan alat yang mengikuti protap yang telah disusun.
c. Pelaporan
Setiap kegiatan pelayanan teknis harus dilengkapi dengan pelaporan yang
dapat dimengerti, baik oleh pemberi tugas, manajemen rumah sakit maupun unit
pelayanan terkait. Jenis laporan antara lain :
Kartu pemeliharaan alat.
Catatan pemeliharaan alat.
Page | 84
Laporan kerja pemeliharaan preventif.
Laporan kerja pemeliharaan korektif.
Laporan hasil pemantauan fungsi.
Laporan penggunaan bahan pemeliharaan/suku cadang.
d. Pembinaan teknis kepada operator, meliputi :
Pemeliharaan harian
Salah satu jenis pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan harian. Tugas ini
diserahkan kepada pengguna berupa melakukan pembersihan alat bagian
luar dan dilaksanakan setiap hari sebelum alat digunakan untuk pelayanan.
Aspek keselamatan
Dalam mengoperasikan alat, operator harus memperhatikan keselamatan bagi
pasien, petugas dan lingkungan terhadap segala kemungkinan yang dapat
terjadi,seperti bahaya listrik, radiasi, mekanik, bahaya akan bahan kimia.
1) Lingkup Inventori
Untuk pengelolaan peralatan medis tidaklah harus semua peralatan medis
dimasukan ke dalam inventori, tetapi sebaiknya dilakukan pembatasan/prioritas
itemMitem peralatan medis yang akan dilakukan inventarisasi. Prioritas tersebut
dapat dilakukan dengan cara berdasarkan nilai investasi peralatan medis, usia
teknis, berdasarkan risiko atau kombinasi dari kriteria tersebut.
Page | 85
a. Nilai investasi peralatan medis
Prioritas ini memperhitungkan peralatan medis yang akan dilakukan
inventarisasi berdasarkan harga pada saat pembeliaan yaitu peralatan medis
dengan harga diatas nominal harga tertentu.
b. Usia teknis
Inventori pada prinsipnya adalah menginventarisasi data peralatan untuk
digunakan dalam jangka waktu yang supplier lama, sehingga peralatan
suplier/peralatan dengan usia teknis sangat singkat (kurang dari satu tahun)
sebaiknya tidak perlu dilakukan inventarisasi.
c. Berdasarkan risiko
Peralatan medis dalam hal penggunaanya dapat dikelompokan berdasarkan risiko
yang dapat ditimbulkan yaitu risiko tinggi/high risk, resiko sedang/medium
risk dan risiko rendah/low risk. Inventori dapat dilakukan dengan
memprioritaskan minimal peralatan yang memiliki risiko sedang dan tinggi.
Untuk menentukan risiko dari peralatan dapat digunakan dengan menggunakan
Fennigkoh4 and4 Smith’s4 model yaitu suatu algoritma supplier untuk mengevaluasi
perlatan kesehatan didasarkan pada fungsi peralatan, risiko dan kebutuhan
pemeliharaan.
2) Data Inventori
Setiap fasilitas pelayanan kesehatan mungkin memiliki kebutuhan inventori yang
berbedaMbeda. Tabel 6.1 berikut ini menjelaskan minimum data yang perlu
dimasukan dalam menginventarisasi peralatan medis. Inventori dapat terdiri dari
beberapa form yaitu berupa :
a. Daftar data peralatan medis.
b. Daftar pabrikan, suplieror atau penyedia.
c. Daftar bahan habis pakai dan suku cadang
Inventarisasi dari data tersebut bersifat relasional antar data/form sehingga lebih mudah
dalam melakukan penelusuran data.
Page | 86
Contoh data inventori
No Item Keterangan
Page | 87
Tabel Inventarisasi data & peralatan medis
Nama Distributor/
No Alamat Email Telepon/Fax Pabrikan Usia Teknis Harga
Perusahaan Suplier
Tabel Data Bahan pemeliharaan dan suku cadang
Distributor/
No Item Katalog number Jumlah Harga
Suplier
Page | 89
BAB IX
PROGRAM DIKLAT
Page | 92
a) Perencanaan
Perencanaan pemenuhan logistik keperawatan di ruangan dibuat berdasarkan
ketentuan sebagai berikut :
Spesifikasi ruangan
Perkembangan dan pertumbuhan pelayanan rumah sakit dan penambahan
jumlah tempat tidur
Pergantian alat atau barang yang rusak, hilang dan penghapusan karena
perkembangan teknologi.
b) Klasifikasi logistik keperawatan di ruangan terdiri dari :
Golongan barang habis pakai
Seragam perawat, dengan ketentuan :
● Bahan seragam pakaian tidak tipis dan dapat menyerap keringat, kerudung
menutupi aurat dan tidak menimbulkan infeksi nosokomial, formal dan
fleksibel tanpa meninggalkan keindahan.
● Warna seragam tidak mencolok, cocok dipakai oleh laki-laki maupun
perempuan.
● Model seragam berdasarkan kesepakatan bersama dengan syarat utama
menutup aurat, rapih, formal, fleksibel dan tanpa meninggalkan estetik.
c) Pakaian pasien, dengan ketentuan :
Bahan pakaian cotton 100 % dan dapat menyerap keringat.
Warna tidak mencolok
Model tidak ketat dan dapat dipakai oleh semua ukuran
Ada perbedaan warna dan model antara laki-laki dan perempuan.
d) Alat tenun, dengan ketentuan :
Bahan dari katun, tidak berbulu dan mudah untuk pemeliharaan
Warna tidak mencolok
Ukuran sesuai standar, untuk semua jenis alat tenun.
e) Bahan kimia / cairan desinfektan
Untuk penyediaan bahan kimia / cairan desinfektan koordinasi dengan farmasi dan
pemenuhannya disesuaikan dengan kebutuhan ruangan.
f) Alat kesehatan
Alat kesehatan yang habis pakai disediakan di instalasi farmasi atas permintaan
ruangan dan pemenuhannya disesuaikan dengan kebutuhan pasien di ruangan.
Page | 93
g) Pengadaan
Pengadaan alat / barang logistik yang menunjang terhadap pelayanan
keperawatan, pemenuhan kebutuhannya dikoordinir oleh Bidang Logistik Rumah
Sakit berdasarkan pengajuan dari ruangan dengan alur dan prosedur yang telah
ditetapkan.
h) Pemeliharaan
Pemeliharaan alat / barang logistik yang menunjang pelayanan keperawatan
dilakukan oleh ruangan yang meliputi : cara penyimpanan, perawatan / kebersihan
dan perbaikan , sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan.
i) Penyaluran
Penyaluran / pendistribusian barang logistik yang menunjang pelayanan
keperawatan yang harus dilakukan secara teratur dan sesuai dengan kebutuhan
serta terdokumentasikan baik di ruangan maupun di bidang logistik.
j) Pencatatan dan Pelaporan
Dalam pengelolaan logistik di ruangan perlu adanya pencatatan dan pelaporan
inventaris secara rutin agar dapat diketahui kondisi barang / alat tersebut serta
selalu siap pakai. Untuk mempermudah pencatatan dan pelaporan di ruangan
telah disediakan buku catatan yang terdiri dari :
Buku penerimaan barang / alat
Buku pemeliharaan
Buku pemakaian / frekuensi pemakaian alat
Buku peminjaman
Buku pengeluaran ( mutasi atau penghapusan )
Buku operan harian
Jika diketahui terdapat kerusakan, kehilangan dan penambahan barang / alat
druangan harus tercatat dan terlaporkan secara teratur dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Page | 94
C. Pengembangan Staf dan Program Pendidikan
1) Rencana Pengembangan Staf
Untuk menunjang pencapaian tujuan ruang ruby dan neonatal kualitas Sumber Daya
Manusia harus selalu ditingkatkan secara terus menerus dan berkesinambungan
melalui pengembangan staf dan program pendidikan formal maupun non formal.
Program pengembangan staf keperawatan yang berhubungan dengan jenjang karir,
diruang ruby dan neonatal dilakukan berdasarkan dua jalur yaitu jalur fungsional dan
struktural. Sedangkan Program Pendidikan staf keperawatan diarahkan pada
peningkatan profesional berdasarkan kompetensi yang meliputi sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan.
2) Program Pendidikan dan Pelatihan
Dengan semakin berkembangnya pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan
kesehatan terutama pelayanan keperawatan serta persaingan usaha sejenis maka perlu
adanya peningkatan kualitas SDM khususnya di lingkungan keperawatan.
Program pendidikan formal keperawatan dilaksanakan secara bertahap melalui seleksi
intern maupun ekstern, diantaranya :
Pendidikan D-IV Kebidanan
Tahun 2016 sudah direncanakan pejabat struktural Bidang Kebidanan di
lingkungan kebidanan / keperawatan di ruang ruby dan neonatal mempunyai
dasar pendidikan D-IV kebidanan.
Pendidikan Pelatihan
Pendidikan non formal di lingkungan kebidanan / keperawatan dilaksanakan
berdasarkan kebutuhan untuk peningkatan kompetensi dan persyaratan
kepengurusan Surat Tanda Registrasi (STR) melalui pelatihan in house trainning
dan out house trainning.
Adapun pendidikan pelatihan tersebut meliputi :
Pelatihan Asuhan Persalinan Normal (APN)
Pelatihan Midwivery Update (MU)
Pelatihan Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal
Untuk pelatihan APN dan MU harus koordinasi dengan IBI Cabang Kota
Pematangsiantar tentang jadwal pelaksanaan pelatihan tersebut .
Page | 95
3) Kebijakan Pengelolaan Pendidikan & Pelatihan Intern/Ekstern
Dalam pelaksanaan program pendidikan di lingkungan keperawatan, Bidang
Keperawatan mengusulkan program dan mengadakan koordinasi dengan Bidang
Diklat agar dalam pelaksanaannya dapat direalisasikan sesuai dengan rencana
anggaran dan program Bidang Keperawatan.
Jenis program pendidikan dan pelatihan didasarkan atas kualifikasi kompetensi yang
harus dimiliki oleh masing-masing perawat dan bidan disesuaikan dengan kebutuhan,
dan pelaksanaannya dilakukan secara berkala berdasarkan kebutuhan di lingkungan
Kebidanan.
4) Kebijakan Orientasi Perawat dan Bidan
Pelaksanaan orientasi secara umum diberikan kepada perawat dan bidan baru masuk,
memasuki kontrak dan menjadi karyawan tetap. Tekhnik orientasi dilakukan secara
klasikal dan on the job, adapun untuk bidan / perawat baru dilakukan pembimbingan
selama 3 bulan dengan target pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan.
Page | 96
BAB X
KERANGKA ACUAN (TOR)
TAHUN 2018
NO KEGIATAN BULAN KETERANGAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Membuat rencana kerja
1. harian, bulanan, tahunan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
kepala ruangan
Membuat rencana kerja
2. harian katim, pjs, dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
perawat/bidan pelaksana
Biaya Rp. 2.500.000,-
Pelaksanaan pelatihan
Jadwal tergantung dari
3. Asuhan Persalinan
kepala IBI Cabang
Normal (APN)
Pematangsiantar
Biaya Rp. 2.000.000,-
Pelaksanaan pelatihan Jadwal tergantung dari
4.
Midwivery Update (MU) kepala IBI Cabang
Pematangsiantar
Pelaksanaan pelatihan Bila ada kerja sama dari
5. Kegawatdaruratan distributor susu dan
maternal dan neonatal bagian diklat RSVI
Pelaksanaan kebersihan
6. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
tangan petugas
Pelaksanaan kebersihan
7. tangan pasien dan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pengunjung
Evaluasi pemilahan
sampah infeksius dan non
8. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
infeksius serta sampah
benda tajam
Evaluasi pelaksanaan
9. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
APD petugas
Page | 97
Evaluasi pelaksanaan
10. sasaran keselamatan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
pasien
Evaluasi pelaksanaan
11. √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
asesmen resiko jatuh
Penambahan pengadaan
12. alkes, alat tenun, dan alat Tergantung kebutuhan
rumah tangga
Page | 98