0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
85 tayangan1 halaman
Sesak nafas akibat penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh kongesti vena pulmonalis yang meningkatkan tekanan darah paru, sedangkan sesak nafas akibat penyakit non-kardiovaskuler seperti asma, PPOK, pneumonia, dan fibrosis paru yang mengganggu aliran udara ke paru.
Sesak nafas akibat penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh kongesti vena pulmonalis yang meningkatkan tekanan darah paru, sedangkan sesak nafas akibat penyakit non-kardiovaskuler seperti asma, PPOK, pneumonia, dan fibrosis paru yang mengganggu aliran udara ke paru.
Sesak nafas akibat penyakit kardiovaskuler disebabkan oleh kongesti vena pulmonalis yang meningkatkan tekanan darah paru, sedangkan sesak nafas akibat penyakit non-kardiovaskuler seperti asma, PPOK, pneumonia, dan fibrosis paru yang mengganggu aliran udara ke paru.
Jelaskan perbedaan sesak nafas penyakit kardiovaskuler dan non kardiovaskuler
Sesak nafas pada penyakit kardiovaskuler Sesak nafas karena penyakit jantung terjadi karena kongesti vena pulmonalis. Adanya tekanan vena pulmonalis, yang normalnya berkisar 5mmHg. Jika meningkat seperti pada penyakit katup mitral dan aorta atau disfungsi ventrikel kiri, vena pulmonalis akan teregang dan dinding bronkus terjepit dan mengalami edema, menyebabkan batuk iritatif non produktif dan mengi. Jika tekanan vena pulmonalis naik lebih lanjut dan melebihi tekanan onkotik plasma (sekitar 25mmHg), jaringan paru menjadi lebih kaku karena edema intertisial (peningkatan kerja otot pernafasan untuk mengembangkan paru dan timbul dispnu), transudate akan terkumpul dalam alveoli yang mengakibatkan edema paru. Selain itu, pasien dapat mengalami ortopnea atau paroxymal nocturnal dyspnea. Edema paru akut adalah manifestasi paling dramatis dari kelebihan overload vena paru- paru dan dapat terjadi pada infark miokard baru atau pada tahap terakhir dari kegagalan ventrikel kiri kronis. Kardiovaskular penyebab dispnea di antaranya adalah penyakit katup (stenosis mitral dan insufisiensi terutama aorta), arrhythmia paroksismal (seperti atrial fibrilasi), efusi perikardial dengan tamponade, hipertensi sistemik atau paru-paru, kardiomiopati, dan miokarditis.Asupan atau administrasi cairan pada pasien dengan gagal ginjal oliguri juga kemungkinan dapat berperan pada terjadinya kongesti paru dan dyspnea.
Sesak nafas pada penyakit non-kardiovaskuler
Penyakit paru yang merupakan kategori utama lain penyebab terjadinya dyspnea , di antaranya adalah asma bronkial, penyakit paru obstruktif kronik, emboli paru, pneumonia, efusi pleura, pneumotoraks, pneumonitis alergi, dan fibrosis interstisial. Selain itu, dyspnea mungkin terjadi pada demam dan kondisi hipoksia serta berhubungan dengan beberapa kondisi kejiwaan seperti kecemasan dan gangguan panik. Diabetic ketoacidosis jarang menyebabkan dypsnea namun pada umumnya menyebabkan pernafasan lambat dan dalam pernafasan Kussmaul.