Anda di halaman 1dari 8

2/17/2019 Karut Marut Tata Ruang Kota Jayapura Picu Bencana : Mongabay.co.

id

Sosial

Karut Marut Tata Ruang


Kota Jayapura Picu
Bencana
oleh Asrida Elisabeth, Jayapura di 30 April 2017

(Visited 1 times, 5 visits today)


Sungai terapit jalan dan pemukiman padat.
Warna keruh, bau menyengat dan penuh
sampah. Kali Acai, begitu orang biasa
menyebut. Kali ini mengalir di tengah Abepura
dan bermuara di Teluk Youtefa, Papua.
Dalam data Pemerintah Kota Jayapura, kali ini
sepanjng 2,245 meter, lebar 12,5 m dan
kedalaman 4,5 m. Kenyataan sudah berbeda.
Kedalaman makin berkurang karena endapan
dan sampah. Lebar pun menyempit karena
terapit jalan, dan pemukiman.
Bagian lain Kota Abepura, ada satu perumahan
bernama Organda. Perumahan ini terletak di
https://www.mongabay.co.id/2017/04/30/karut-marut-tata-ruang-kota-jayapura-picu-bencana/ 1/8
2/17/2019 RT 01/RW 04
Karut Kelurahan
Marut Hedam
Tata Ruang Kota Distrik
Jayapura Heram.
Picu Bencana : Mongabay.co.id

Sudah belasan keluarga mengungsi dari


perumahan ini karena langganan banjir tiap
hujan.
Di sini, rumah-rumah tampak kosong penuh
lumpur dan sudah ditinggalkan pemilik.
Wellem, pemilik rumah kini menumpang di
tempat keluarga. Anaknya menyewa dan harus
membayar tiap bulan.
Rumah mereka beli pada 2005 melalui kredit
BTN dan lunas pada 2016. Pengembang
perumahan ini adalah CV Purbaraya. Hingga
kini, belum ada kejelasan mengenai bantuan
pemerintah untuk warga.
“Memang waktu itu sempat didata, hanya
sekarang tak terdengar lagi,” ucap Wellem. Tak
hanya kehilangan rumah, semua perabotan
rusak karena banjir datang tanpa diduga.
Dia bingung tak punya rumah lagi. Dia
berharap, pemerintah segera mencarikan solusi
terbaik bagi mereka.
Ketua RT, Yan Piet Alua, mengatakan, dalu
lokasi ini rawa dan hutan sagu. Developer
pakai buat bangun perumahan. “Saya pikir ini
kesalahan pemerintah. Biasa kalau mau
membangun ada namanya Amdal (analisis
mengenai dampak lingkungan-red). Tidak tahu
ini Amdal bagaimana,” katanya.
Saluran drinase kecil memperparah kondisi.
Belum lagi endapan sedimen dan sampah
memenuhi saluran. Selain perumahan, ada
sekolah seperti PAUD dan Pendidikan Allkitab
sudah ditutup.
Masalah banjir di perumahan organda dan
pencemaran di Kali Acai, merupakan antara
lain masalah lingkungan Kota Jayapura. Dalam
peta rawan banjir Jayapura, di kawasan padat
penduduk seperti Waena, Abepura, Kotaraja,
Entrop, hingga Apo tersebar titik-titik rawan
banjir.
Data Pemerintah Papua, menunjukkan Jayapura
sebagai kota dengan pertumbuhan penduduk
tertinggi di Papua. Data 2016, penduduk kota

https://www.mongabay.co.id/2017/04/30/karut-marut-tata-ruang-kota-jayapura-picu-bencana/ 2/8
2/17/2019 ini 415.998
Karutorang, dengan
Marut Tata rata-rata
Ruang Kota Jayapura Picu Bencana : Mongabay.co.id

pertumbuhan penduduk pertahun 1,80%, paling


tinggi dari migrasi.

Rumah-rumah warga di Perumahan Organda yang


ditinggalkan pemilik karena kerap banjir. Foto: Asrida
Elisabeth

Selain sebagai pusat pemerintahan, Kota


Jayapura juga pusat bisnis dan pendidikan,
hingga menarik banyak orang datang.
Kebutuhan ruang jadi tinggi baik untuk
pemukiman, tempat usaha, perkantoran
maupun pertanian.
Kondisi ini menyebabkan wilayah resapan air
berkurng hingga muda banjir. Belum lagi
banyak perusahaan bahan galian baik kelola
masyarakat maupun perusahaan di banyak titik
di Kota Jayapura. Luas galian, bikin rusak
lingkungan, daerah tangkapan hujan kurang,
sedimentasi memperparah banjir di Kota
Jayapura.
Nofdi J. Rampi, Kepala Dinas Pekerjaan Umum
dan Tata Kota Kota Jayapura menyebut banyak
tantangan menata Kota Jayapura mengingat
kota seluas 940 Km2 ini memiliki topografi
bervariasi antara lain dataran rendah, pantai,
perbukitan sampai gunung. Ada 40% luas
wilayah tak layak huni karena daerah
perbukitan terjal dengan kemiringan 40
derajat, berawa dengan statistik konservasi
(hutan lindung).
https://www.mongabay.co.id/2017/04/30/karut-marut-tata-ruang-kota-jayapura-picu-bencana/ 3/8
2/17/2019 Namun, Karut
katanya, pemerintah
Marut Tata telah Picu
Ruang Kota Jayapura membuat
Bencana : Mongabay.co.id

rencana tata ruang wilayah (RTRW) Kota


Jayapura 2014-2033 melalui Perda Nomor
1/2014 yang menyesuaikan kondisi wilayah.
Namun, kata Nofdi, pelaksanaan tak mudah.
Pengaturan terkendala?
Dia bilang, aturan sudah ada, tetapi
masyarakat tak patuh. “Perda sudah ada.
Pengawasan jalan, masyarakat tak patuh dan
tak taat. Ini yang sulit,” katanya.
Menurut dia, banyak wilayah di Jayapura yang
tak sesuai peruntukan karena terkendala hak
ulayat.
“Meski tak mendapat izin namun warga tetap
membangun karena berbenturan dengan hak
ulayat tanah. Pemerintah tak mengizinkan
namun menggandeng pemilik tanah. Problem
ini jadi benang kusut yang.”
Nofdi contohkan, kondisi Jalan Nuri menuju
Kali Acai sering banjir karena ekosistem alam
di atas terambah untuk pembangunan
perumahan. Juga perusahaan bahan galian di
Abepura yang sudah dicabut izinnamun tetap
beroperasi.
Dia khawatir, jika tak ada pengendalian hunian
yang terkesan liar ini, akan memberikan
dampak banjir ektrim terutama daerah hilir
seperti Kali Acai. “Intinya, kalau masyarakat
tak mau tahu dengan daerah tinggi yang tak
boleh dipanjat, akan terjadi persoalan di hilir
yaitu di bantaran kali tempat membuang air.”

https://www.mongabay.co.id/2017/04/30/karut-marut-tata-ruang-kota-jayapura-picu-bencana/ 4/8
2/17/2019 Karut Marut Tata Ruang Kota Jayapura Picu Bencana : Mongabay.co.id
Sampah menumpuk memenuhi kali-kali di Jayapura. Foto:
Asrida Elisabeth

Pola pendekatan pemerintah sekarang,


menyarankan pemilik ulayat, tak serta merta
menjual tanah. Untuk daerah boleh dibangun,
harus dilengkapi perizinan, hingga bisa
dibuatkan Amdal dan ada rekomendasi. Kalau
daerah ekstrim tetapi masih mungkin, katanya,
ada rekayasa teknik dari developer.
Nofdi tampak membela developer dan hanya
menyalahkan warga membangun rumah sendiri-
sendiri.
Yehuda Hanokwarong Dosen Geografi
Universitas Cenderawasih memberikan
pendapat. “Saya justru terbalik pemahaman
seperti itu. Yang bikin RTRW kan pemerintah.
Fungsi semua ruang sudah ada di RTRW.
Pertanyaannya, sejauh mana pengawasan
pemerintah terhadap dokumen yang dibuat
sendiri?” katanya.
Pengetahuan masyarakat, katanya, kadang
terbatas soal fungsi-fungsi ruang seperti dalam
tata ruang. “Disitulah peran pemerintah untuk
mengawasi.”
Bicara tentang banjir di beberapa titik Kota
Jayapura, katanya, akibat dari kebijakan salah
pemerintah 10-15 tahun lalu. Saat itu, aturan
Amdal belum terlalu ketat. “Pasar Yotefa
sering banjir, Organda dan Perumnas Empat,
itu sebenarnya resapan air yang dulu tak
memperhatikan kajian Amdal. Sekarang seperti
itu.”
Hal sama terjadi dengan Kali Acai. Tak ada
instalasi pengolahan limbah membuat
masyarakat bebas membuang limbah ke kali
yang berdampak pada pencemaran Teluk
Youtefa. Nofdi mengakui.
Dia bilang ada kekeliruan pemerintah dalam
memberikan izin lingkungan untuk
pembangunan Perumahan Organda. Saat ini,
pemerintah masih terus berkoordinasi dengan
provinsi untuk menyelesaikan.
Yehuda mengatakan, Organda harus kembali
https://www.mongabay.co.id/2017/04/30/karut-marut-tata-ruang-kota-jayapura-picu-bencana/ 5/8
2/17/2019 kepada fungsi semula.
Karut Marut Wilayah
Tata Ruang ituPicu
Kota Jayapura cukup
Bencana : Mongabay.co.id

rendah dan dulu daerah resapan air. “Yang bisa


dilakukan, misalkan membuat danau buatan,
embung, kolam ikan atau arena wisata air,
hingga bisa menampung kelebihan air huja.
Lalu perlahan masuk ke sistem air tanah yang
akan bermanfaat bagi warga. Penanaman sagu
juga membantu,” katanya, seraya bilang
lakukan hal serupa di Pasar Youtefa.
Dia mengingatkan, kontrol pembangunan ada
di tangan pemerintah. “Harus segera ada
solusi terkait kendala-kendala mengatur tata
ruang.”
Pemerintah, katanya, harus tertib memberikan
izin-izin lingkungan. Untuk pembangunan skala
besar, memperhatikan Amdal, UKL/UPL ,
karena ada kewajiban harus dipenuhi
pemrakrsa. Amdal, katany, diharapkan terbuka
kepada masyarakat hingga bisa sama-sama
diawasi masyarakat.
“Saya kasi contoh pembangunan pemukiman
baru di Skyland. Itu kan daerah yang tak boleh.
Rawan erosi karena tak punya vegetasi hutan.
Nanti limbah ataupun curah hujan turun ke
mana?”
Yehuda bilang, pemerintah harus melibatkan
masyarakat termasuk pemilik ulayat. Jika APBD
tak cukup, bisa bersumber dari dana tanggung
jawab sosial perusahaan di Kota Jayapura.
“Penting melibatkan masyarakat termasuk
pemilik ulayat dalam penyusunan RTRW.
Bagaimanapun RTRW sudah dibuat, dan
pemerintah lakukan di tanah masyarakat adat,”
katanya.

https://www.mongabay.co.id/2017/04/30/karut-marut-tata-ruang-kota-jayapura-picu-bencana/ 6/8
2/17/2019 Karut Marut Tata Ruang Kota Jayapura Picu Bencana : Mongabay.co.id

Dataran tinggi ditebangi buat pembangunan hingga


mengancam kawasan sekitar. Foto: Asrida Elisabeth

Sekolah teologi sudah ditinggalkan karena jadi langganan


banjir. Foto: Asrida Elisabeth

Related

(https://www.mongabay.co.id/2013/08/17/peringati-
(https://www.mongabay.co.id/2012/08/20/kerusakan-
(https://www.mongabay.co.id/2016/11/09/permasa
kemerdekaan- lingkungan- sampah-kota-
dengan-kemah- jayapura- larantuka-tahunan-
lingkungan-sampai- mengkhawatirkan/) warga-desa-protes-
tanam-pohon/) Kerusakan Lingkungan sampah-tpa/)
Peringati Kemerdekaan Jayapura Permasalahan Sampah
dengan Kemah Mengkhawatirkan Kota Larantuka,
https://www.mongabay.co.id/2017/04/30/karut-marut-tata-ruang-kota-jayapura-picu-bencana/ 7/8
2/17/2019 Lingkungan sampaiKarut Marut
(https://www.mongabay.co.id/2012/08/20/kerusakan-
Tahunan
Tata Ruang Kota Jayapura Picu Warga
Bencana Desa
: Mongabay.co.id
Tanam Pohon lingkungan-jayapura- Protes Sampah TPA
(https://www.mongabay.co.id/2013/08/17/peringati-
mengkhawatirkan/) (https://www.mongabay.co.id/2016/11/09/permasalahan-
kemerdekaan-dengan- August 20, 2012 sampah-kota-
kemah-lingkungan- In "Laut" larantuka-tahunan-
sampai-tanam-pohon/) warga-desa-protes-
August 17, 2013 sampah-tpa/)
In "Hutan" November 9, 2016
In "Sosial"

Artikel yang diterbitkan oleh Sapariah Saturi

https://www.mongabay.co.id/2017/04/30/karut-marut-tata-ruang-kota-jayapura-picu-bencana/ 8/8

Anda mungkin juga menyukai