Anda di halaman 1dari 4

TUGAS REVIEW FILM

NAMA : ALIEFYA ARINDA NURVITA

KELAS :A

NIM : V4120009

Ekspedisi Indonesia Biru#10

“Para Petani dari Balik Kabut”

Desa Ranu Pani merupakan desa terakhir di kaki Gunung Semeru yang masuk dalam
wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Desa ini terletak di Kecamatan Sunduro,
Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Luasnya sekitar 500 hektare dan berada di ketinggian 2100
mdpl. Desa ini disebut kawasan enclave karena dikelilingi oleh kawasan konservasi yang
beririsan dengan empat kabupaten, yaitu Malang, Lumajang, Probolinggo, dan Pasuruan.

Sebagian besar petani menanam kentang jenis granula kembang karena kentang ini
bertahan di tanah dan iklim di Desa Ranu Pani. Tanggal 9 Februari 2015, ada seorang tengkulak
bernama Yonathan yang sedang memborong kentang di lahan warga dengan membawa 22
tenaga kerja untuk memanen kentang di lahan seluas 0.25 hektare. Untuk seperempat hektar
yang dipanen hari itu, Yonathan dan petani pemilik tanah sepakat di harga 25 juta rupiah, dengan
asumsi panen akan menghasilkan 5 ton kentang. Itu berarti satu kilo kentang di dalam tanah
dihargai 5.000 rupiah/kg. Selanjutnya, Yonathan akan menjual ke pengepul seharga 6500
rupiah/kg. Keuntungan yang sekarang didapat petani kentang, mengulang era kejayaan bawang
putih di Desa Ranu Pani ini sebelum akhirnya dihancurkan oleh masuknya bawang impor pada
tahun 1995. Sejak kejadian tersebut, petani di Desa Ranu Pani beralih ke kentang, kubis, dan
bawang daun. Era kejayaan bawang putih lokal tidak pernah kembali karena volume impornya
telah menembus setengah juta ton per tahun. Hal itu menghapus bawang lokal dari sejarah
dengan menyisakan lima persen saja pangsa pasar domestik.

Yonathan mengatakan bahwa bertani kentang juga ada kendala yang dihadapi saat
adanya impor kentang dari Bangladesh dan India. Kentang impor dijual di pasar lebih murah
daripada kentang lokal. Selisih harganya mencapai 2000 rupiah/kg. Kentang impor dijual dengan
harga 4000 rupiah/kg, sementara kentang lokal dijual dengan harga 6000 rupiah/kg. Namun,
Yonathan mengatakan kualitas kentang lokal masih lebih unggul dibandingkan kentang impor.
Oleh karena itu, meskipun Desa Ranu Pani menjadi lintasan puluhan ribu pendaki Gunung
Semeru setiap tahun, desa ini sejatinya hidup bergantung pada pertanian. Rencana pemerintah
untuk menjadikan Ranu Pani sebagai desa wisata dinilai buruk karena masyarakat memperoleh
kesejahteraan saat menjadi petani kentang. Bagi mereka, desa wisata hanyalah bonus/selingan
saja.
Ekspedisi Indonesia Biru#11

“Surga Kentang Ranu Pani”

Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru termasuk 10 tujuan wisata nasional
yang sedang dikembangkan pemerintah untuk mendatangkan devisa bagi negara. Gunung
semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa yang menghasilkan abu vulkanik yang dapat
menyuburkan tanah. Namun, kesuburan tanah di Desa Ranu Pani terancam erosi. Erosi
merupakan peristiwa pengikisan padatan, seperti sedimen, tanah, batuan akibat angin, air. Pada
zaman dahulu, nenek moyang mereka bertani menggunakan sistem terasering. Terasering
merupakan bertani dengan lahan yang dibuat berundak, sehingga air hujan tidak langsung
mengikis permukaan tanah yang kaya akan nutrisi/unsur hara. Namun, generasi petani yang
hidup saat ini tidak tertarik menggunakan sistem terasering karena akan mengurangi luas lahan
yang mereka tanami. Selain itu, dari generasi ke generasi lahan yang mereka miliki semakin
sedikit karena jumlah populasi yag semakin banyak tetapi luas lahan yang ada tidak
bertambah/tetap.

Apabila hujan turun, tanah pertanian yang kemiringannya mencapai 45 derajat tidak bisa
menampung air, sehingga terjadi erosi. Jika hal tersebut terjadi secara terus menerus maka lahan
pertanian di Desa Ranu Pari hanya akan menyisakan bebatuan/padas tanpa adanya lapisan humus
yang dapat menyuburkan tanah. Hal tersebut menjadi kiamat kecil bagi perekonomian
masyarakat, seperti yang pernah mereka alami saat masuknya bawang putih impor. Bapak Toni
Artaka selaku kepala resort Taman Nasional Bromo Tengger Semeru yang bertugas di Ranu Pani
juga mengungkapkan keprihatinannya. Masyarakat sebenarnya tahu bahwa volume tanah hanya
tersisa 20 cm, sehingga mereka selalu menambah pupuk dari bawah. Namun, hal itu tidak
berpengaruh.

Pertama kali masuk sini, beliau masih menjumpai petani yang menggunakan terasering.
Namun, setelah jenis-jenis komoditas pertanian semakin beragam mereka tidak mau
menggunakan terasering. Padahal hal tersebut akan berdampak buruk pada tanah. Dampak lain
yang timbul adalah aliran air hujan yang membawa lapisan tanah berakhir di sebuah danau
bernama Danau Ranu Pari. Berdasarkan ramalan taman nasional 10 tahun lalu, kedalaman rata-
rata danau ini masih lebih dari 10 meter, tetapi saat ini hanya tersisa 3 meter. Bila laju
pengendapan/sedimentasi tidak berhenti, danau ini akan hilang dalam waktu 5 tahun kedepan.
Padahal, danau ini menjadi sejarah sekaligus identitas dan daya tarik wisata di Desa Ranu Pani.
Oleh karena itu, rencana pemerintah menjadikan desa ini menjadi desa wisata tanpa menyentuh
akar masalah pertanian akan menimbulkan masalah-masalah yang lain di kemudian hari.

Sebenarnya tujuan pemerintah menjadikan desa ini sebagai desa wisata bertujuan agar
ada alternatif sumber ekonomi di tengah keterbatasan lahan dan pertambahan penduduk. Wisata
ini sangat menjanjikan untuk masyarakat kedepannya dengan tetap mempertahankan nilai-nilai
tradisional dan pertanian pegunungan tetapi dengan pola yang lebih ramah lingkungan. Namun,
desa wisata akan menjadi sesuatu yang berat apabila masyarakat di sana tidak berkomitmen.
Oleh karena itu, perlu adanya sosialisi dan pendampingan secara berkala agar masyarakat lebih
paham.

Ekspedisi Indonesia Biru#12

“Turis Pendaki atau Kentang”

Pengelola Taman Nasional Bromo Tengger Semeru memasang pengumuman bahwa jalur
pendakian ditutup dari bulan Januari sampai waktu yang belum ditentukan. Inilah salah satu
risiko yang harus dihadapi Thomas Hadi Sanjaya, seorang pemilik penginapan di kawasan ini.
Selama sepekan, tidak ada satupun tamu yang menginap di sini. Beruntung beliau memiliki
mobil yang bisa digunakan untuk mencari nafkah dengan cara membawa turis mengelilingi
Gunung Bromo. Ada sebuah puncak bernama B29 yang terletak di Desa Argosari Kecamatan
Sundoro. Desa ini dikenal dengan sebutan desa di atas awan karena keindahannya saat
menikmati sunset. Di akhir pekan, objek wisata ini didatangi 5000 wisatawan/hari. Namun, saat
musim libur bisa mencapai 10000 orang/hari. Dalam 1 tahun, Thomas hanya melakukan 15 kali
perjalanan mengantar turis dengan tarif 500 ribu.

Di masa depan, Thomas tidak ingin Desa Ranu Pani berakhir seperti Desa Ngadisari. Di
desa ini, masyarakat hanya mendapatkan sedikit bagian untuk mengelola wisata karena sebagian
besar berasal dari orang luar. Seharusnya masyarakat desa setempat diberdayakan untuk
mengelola wisata tersebut. Sebenarnya masyarakat sudah menyadari bahwa wisata ini menjadi
salah satu pendapatan yang besar. Oleh karena itu, mereka membatasi orang luar yang ingin ikut
campur. Namun, masyarakat Ranu Pani memiliki wisata minded yang kurang karena mereka
menganggap bahwa pertanian menjadi sumber mata pencaharian yang paling besar. Thomas
setuju dengan hal tersebut karena 5 tahun belakangan pertanian mereka mendapatkan
keuntungan yang besar. Banyak dari mereka yang bisa membeli rumah dan kendaraan baru. Jika
Thomas memiliki lahan maka dia akan menggarap lahan tersebut. Namun, sayangnya Thomas
hanya bisa memendam hasrat memiliki lahan pertanian karena keterbatasan lahan yang ada di
Ranu Pani.

Di sisi lain ada seorang petani kentang bernama Sukodono yang sedang menikmati status
sosial sebagai pemilik pertama motor sport di desa ini. Beliau bisa membeli motor dan rumah
baru dari hasil bertani. Sukodono mengatakan sebagai desa penghasil kentang, Ranu Pani jangan
sampai menghasilkan kentang bentuk mentah saja. Hal itu menjadi kewajiban petani untuk
mengubah kentang menjadi olahan siap makan, seperti keripik kentang. Namun, ada rasa
kekhawatiran petani karena pertambahan penduduk yang tidak diimbangi dengan pertambahan
lahan pertanian. Padahal sumber ekonomi di sini bergantung pada kentang. Saat terjadi krisis
moneter tahun 1997, masyarakat Ranu Pani tidak terpengaruh. Meskipun harga barang-barang
melonjak, mereka tetap bisa membelinya karena pendapatan mereka yang tinggi. Menurut
Bambang, dukun adat masyarakat setempat pemerintah hanya memperhatikan Malang saja.
Lumajang tidak pernah diperhatikan padahal di sini mengahasilkan sumber dana yang lebih
besar. Semua aset yang ada disini diperjualbelikan tanpa melibatkan masyarakat setempat.
Pemerintah menjual karcis masuk, sementara Bupati Lumajang menjual pasir dan batu. Hasil
dari kegiatan tersebut cukup besar tetapi masyarakat setempat tidak mendapatkan bagian.

Kesimpulan :

Dari ketiga film karya watchdoc tersebut diketahui bahwa masyarakat Desa Ranu Pani
bermata pencaharian sebagai petani kentang. Namun, rencana pemerintah untuk menjadikan
Ranu Pani menjadi desa wisata tidak disetujui oleh masyarakat setempat. Alasannya karena
mereka sudah nyaman sebagai petani. Mereka juga takut jika pemerintah tidak melibatkan
mereka dalam pengelolaan wisata tersebut. Di sisi lain, mereka juga menghadapi masalah
pengikisan tanah karena lahan pertaniannya yang tidak dibuat terasering. Mereka tidak mau
menggunakan terasering karena pertambahan penduduk tidak diimbangi dengan perluasan lahan.
Jika mereka menggunakan terasering, maka hasil yang didapatkan tidak akan sebanyak yang
mereka inginkan. Lahan pertanian yang dibuat datar akan mengakibatkan Danau Ranu Pani
hilang dalam waktu 5 tahun kedepan. Padahal danau tersebut menjadi sejarah, identitas, dan daya
tarik dari Desa Ranu Pani.

Menurut saya, baik desa wisata maupun pertanian bisa dilakukan bersama-sama. Mereka
bisa menggabungkan kedua hal tersebut menjadi sesuatu yang luar biasa. Namun, hal tersebut
harus dilakukan setahap demi setahap. Pemerintah dan masyarakat harus mau bekerja sama
untuk menyukseskan rencana ini. Tahap pertama yang harus dilakukan pemerintah adalah
memberikan pelatihan, sosialiasi, dan pendampingan kepada para petani. Pemerintah harus
menjelaskan sedetail mungkin tentang rencana mereka menjadikan desa ini sebagai desa wisata.
Pemerintah juga harus berjanji untuk memberdayakan masyarakat setempat untuk mengelola
wisata tersebut. Petani juga harus menyampaikan ide mereka yang ingin mengolah kentang hasil
panen mereka menjadi bahan olahan siap makan. Setelah itu, hasilnya bisa dijual di tempat
wisata sebagai oleh-oleh khas Desa Ranu Pani. Sementara itu, masyarakat yang belum terlibat di
pengolahan kentang bisa dipekerjakan sebagai penjaga karcis dan tour guide. Jika rencana ini
bisa berjalan dengan baik, maka akan memberikan dampak yang besar bagi kedua belah pihak.
Masyarakat Ranu Pani bisa lebih sejahtera, sementara pemerintah bisa menambah memperoleh
tambahan devisa. Namun, kedua belah pihak juga harus memikirkan solusi dari erosi yang
mengakibatkan kerusakan alam. Saya yakin, jika manusia memikirkan kelestarian lingkungan,
maka lingkungan akan mendukung dengan baik rencana mereka untuk mensejahterakan daerah
ini.

Anda mungkin juga menyukai