Anda di halaman 1dari 55

PRPOPOSAL RISET MATA KULIAH PAR

PENGORGANISASIAN MASYARAKAT PETANI DALAM UPAYA


MENINGKATKAN HASIL PANEN YANG KURANG MAKSIMAL
AKIBAT SERANGAN HAMA DIDUSUN WINDU DESA MAINDU

Disusun oleh:
Nila Afiati
NIM. 04010221013

Dosen Pengampu:
Dr. Agus Afandi, M.Fil.I
NIP. 196611061998031002

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
NOVEMBER 2023

1
A. Latar Belakang
Penelitian ini mengkaji tentang Hasil panen yang kurang maksimal
akibat serangan hama pada sektor pertanian masyarakat. Pada pembahasan kali ini
yang diangkat menjadi pokok pembahasan adalah hasil pertanian yang
memengaruhi perekonomian warga di Dusun Windu. Alasan diangkatnya
pembahasan ini di dusun Windu karena peneliti menemukan sumber masalah
utama dari problematika di Dusun Windu yaitu berasal dari sektor pertanian.
Faktor utama masalah pada pembahasan ini adalah serangan hama pada pertanian
masyarakat. Hama diartikan sebagai organisme baik mikroba, tanaman, dan atau
binatang yang menyebabkan luka pada manusia, hewan ternak, tanaman budidaya,
bahan simpanan, gedung, dan lainnya. Hama datang bermula dari sehabis
penyemprotan bahan kimia pestisida yang dilakukan oleh petani pada tanamanya
karena terjadi ketika musuh alami hama tersebut hilang, sehingga ketika serangga
hama kembali menyerang tidak ada musuh alami yang dapat menekan populasi
serangga hama. Penggunaan pestisida mengakibatkan populasi hama meledak
karena hama terstimulasi untuk memproduksi keturunan, jumlah telur meningkat
serta daur hidup lebih singkat sehingga populasi meningkat dengan cepat.
Kemudian tak hanya maslah itu yang dialami oleh petani, kekeringan menjadi
salah satu maslah yang terjadi pada sektor pertanian, karena sitem irigasi yang
digunakan bukan aliran sungai atau sumur dan lainnya, akan tetapi mereka hanya
mengandalkan sitem tada hujan, yang mana saat ini terjadi perubahan iklim di
Indonesia. Sistem tadah hujan adalah sumber irigasi yang digunakan petani pada
sektor pertanianya, masalah ini sudah pernah dicarikan solusinya dengan
menggunakan sumber mata air yang ada di gunung maindu. Pernah suatu ketika
terjadi gagal panen karena lahan pertaniannya mengalami kekeringan, sampai
akhirnya mencoba menyalurkan air dari sumber mata air gunu maindu tersebut,
akan tetapi tidak mencukupi kapasitasnya karena melihat lahan pertanian yang ada
di dusun windu sangat banyak dan luas. Oleh karena itu sumber mata air hanya
bisa di gunakan untuk kehidupan masyarakat saja. Kemudian pernah suatu ketika
masyarakat petani dan perangkat desa mencoba mengebor untuk dijadikan sumber
irigasi sektor pertanian, akan tetapi hal itu juga gagal karena tanah yang dibor

2
tidak mengeluarkan air. Kemudian Kurangnya edukasi serta peran komunitas
kelompok tani Windu juga menjadi salah satu aspek terjadinya problematika.
Adanya problematika pada kelompok tani ini bermula terjadi karena kurangnya
perhatian dari pihak dinas pertanian terkait problematika pertanian kepada petani
setempat, padahal Dusun Windu ini mempunyai SDM yang terbilang cukup tinggi
dan berkompeten dalam bidang pertanian. Para petani yang kurang edukasi dalam
pertaniannya mengakibatkan tidak berkembangnya hasil dari pertanian tersebut,
dan mayoritas orang didusun windu bekerja sebagai petani, sehingga
perekonomian mereka berpacu dari hasil pertaniannya. Tentunya dari masalah
tersebut mengakibatkan perekonomian masyarakat yang kurang stabil. Dinas
pertanian Kecamatan Montong hanya memantau perkembangan pertanian dari
sektor panen saja, tanpa memperhatikan bagaimana menyelesaikan problem
dalam pertanian.
Secara Geografis Dusun Windu ini memiliki 3 area lahan, yang terdiri
dari perumahan, sumber mata air, dan sawah/perkebunan. Masyarakat di Dusun
Windu mayoritas bermata pencaharian sebagai seorang petani, maka Dusun
Windu memiliki lahan sawah yang cukup luas. Lahan perumahan yang berada
disana kurang lebih dihuni oleh 133 KK/ sekitar ada 115 rumah, sedangkan lahan
sawah yang digunakan untuk pertanian memiliki luas kurang lebih sekitar 95 Ha.
Tidak adanya sistem irigasi untuk pengairan sawah pertanian Dusun Windu,
karena mereka hanya mengandalkan tadah hujan saja sehingga mengakibatkan
hasil panen yang kurang maksimal. Jika musim kemarau tiba maka yang
awalnya ditanami padi berganti di tanami jagung. Biasanya di tiap daerah
memanen hasil padi dilakukan setiap satu tahun 2 kali, namun di Dusun Windu
ini hanya bisa ditanami setauhun sekali diwaktu musim penghujan saja sehingga
muncullah inovasi untuk menanam jagung ketika musim kemarau tiba. Pada 3
tahun terakhir salah seorang petani mengalami gagal panen dikarenakan
kurangnya irigasi untuk mengairi sawahnya akhirnya berdampak pada hasil
panen merka menjadi rendah dan ekonomi menjadi tidak stabil.1 Pihak dinas
Kecamatan Montong tidak ada Tindakan dalam memberi solusi sekali terhadap

1
Hasil wawancara peneliti pada saat turun lapangan

3
problematika tersebut. Adanya sumber mata air pegunungan maindu hanya
digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak diperbolehkan untuk mengairi
sawah mereka karena mereka takut terjadi hal yang tidak di inginkan seperti
kekekurangan air bersih dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka mau tidak
mau hanya mengandalkan sistem tadah hujan sebagai sistem perairan sawah
mereka. Dari problematika tersebut dapat disimpulkan bahwa pada masyrakat
Dusun Windu Desa Maindu Kecamatan Montong Kabupaten Tuban mengalamii
kesulitan untuk irigasi pertanian sehingga berdampak pada hasil panen yang
kurang maksimal.
Hasil dari turun lapangan yang dilakukan bersama masyarakat
menunjukkan bahwa terdapat masalah utama yaitu pada pertanian di Dusun
Windu dengan masalah tidak adanya irigasi pada pertanian sehingga
mengandalkan tadah hujan, Untuk selanjunya adalah analisis permasalahan
beserta peran fasilitator terhadap masalah- masalah masyarakat Dusun Windu
antara lain yakni, dengan masalah tidak adanya irigasi pada pertanian sehingga
mengandalkan tadah hujan. Pertanian di Dusun Windu merupakan aset atau
sumber kehidupan meraka. Jika dalam pertanian mengalami masalah maka akan
berdampak pada ekonomi mereka. Masalah tersebut disebabkan karena kurangnya
pemanfaatan sumber mata air yang tidak maksismal yang ada di Desa maindu.
Permasalahan pada pertanian ini mengakibatkan ekonomi masyarakat yang tidak
stabil karena jika musim kemarau tiba, terkadang terjadi kegagalan panen
sehingga ekonomi yang seharusnya mendapatkan 99% yang jika di total sekitar
1ha mendapatkan 6,5 ton – 7 ton, tetapi jika padi sudah terkena serangan hama
hasil panen yang di dapat hanya menjadi 30%-50% saja. Itu semua terjadi karena
sistem irigasi mereka hanya mengandalkan sistem tanah hujan, sehingga jika di
daerah lain panen padi selama 3x maka di desa maindu hanya 2x dalam setahun
karena mengikuti musim yang ada. Sumber mata air hanya digunakan dalan
rumah tangga saja, sehingga sawah meraka benar benar mengandalkan tadah
hujan saja. Kebijakan untuk tidak menggunakan sumber mata air yang ada di desa
Maindu tersebut telah disepakati oelh masyarakat disana, memang awal mula
kebijakan tersebut terjadi banyak dari kalangan petani tidak setuju karena sawah

4
meraka tidak mendapatkan irigasi sehingga awal awal banyak yang mengalami
gagal panen. Tetapi dengan berjalannya waktu mereka menerima keputusan
tersebut karena jika mereka memaksa untuk tetap mengairi sawah meraka dengan
sumber mata air tersebut meraka tidak akan mendapatkan air dalan kehidupan
sehari hari. Sampai saat ini peneliti masih mecari tau dalang dan sejarah awal
bagaimana sistem sumber mata air digunakan dan mengapa air tersebut benar
benar tidak boleh digunakan untuk irigasi pertanian. Dari inti masalah diatas
kemudian muncullah sebuah dampak negatif yaitu Pemanfaatan sumber mata air
tidak maksimal, Kerugian yang dialami para petani, Pola hidup kelompok tani
yang tidak berkembang.2 Penyebab, masalah hingga dampak negatif diatas inilah
yang sekarang dialami oleh para petani Dusun Windu. Dari masalah tersebut yang
menjadi penyebab utama tidak adanya irigasi pertanian yaitu :

1. Kurangnya pengetahuan untuk mengelola sumber


mata air gunung maindu

Pemanfaatan sumber mata air


pegunungan yang tidak maksimal inilah yang
membuat para petani menjadi gagal panen,
dikarenakan tidak tahunya tentang mengelolah
sumber mata air untuk di jadikan irigasi atau
pengairan ke lahan pertanian. Hal ini dibuktikan
dengan pada saat melakukan wawancara dengan
para petani Dusun Windu. Padahal sumber mata air
pengunungan maindu sangatlah deras, akan tetapi
tidak diperbolehkan untuk pertanian. Hal ini dapat
dibuktikan dengan foto dokumentasi.

2. Pendapatan yang dialami petani rendah


Kerugian yang dialami para petani kini

2
Hasil wawancara peneliti bersama masyarakat

5
disebabkan sumber mata air yang tidak digunakan,
Dan hanya digunakan dalam kehidupan sehari hari.
Sehingga para petani hanya bisa mengairi sawhnya
ketika musim hujan saja atau bisa disebut sebagai
tadah hujan. Tadah hujan inilah yang bisa mengairi
persawahan masyarakat. Sehingga diwaktu musim
kemarau tiba ada beberapa petani yang mengalami
gagal panen. Petani di Dusun Windu
kesejahteraannya dapat terancam dikarenakan modal
yang petani gunakan atau keluarkan untuk memulai
penanaman sampai dengan perawatan padi dan
jagung lebih banyak daripada hasil yang mereka
dapatkan, artinya petani mengalami kerugian.
Pendapatan mereka hanya mengandalkan sebagai
petani saja dengan alasan akses yang ditempuh untuk
menjari kerja jauh dari kota. Pendapatan atau
penghasilan yang mereka dapat yaitu bentuk
musiman artinya mereka berpenghasilan setiap
hanya ada panen saja. Rata-rata panen yang
dihasilkan yaitu 3KW dan 5 Kw per musim dan
mendapatkan penghasilan 4.000.000 – 6.000.000 per
musim.

Tabel 1.1 Rata rata pencapain petani

Hasil panen Jumlah orang


1 ton 15
2 ton 5
2-3 kw 4
3-4 kw 3

6
5 kw 17
6 kw 2
3 KW 22
4 KW 16
4-5 kw 8
1,5 ton 2
3 Ton 3

Tabel 1.1(a) Kepemilikan lahan pertanian

Luas lahan kepemilikan


0,5 ha 58 orang
¼ ha 28 orang
1 ha 26 orang
1,5 ha 3 orang
2 ha 1 orang
3 ha 1 orang

Tabel 1.2 Jenis pekerjaan warga dusun Windu


NO JENIS PEKERJAAN JUMLAH
1 Petani 257
2 Kerja campuran 15
3 Buruh tani 3
4 Perangkat desa 4
5 Karyawan swasta 1
6 Sopir 1
7. Kernet 1
8. Pedagang 2
9 Guru 1

Total 285

7
Tabel 1.3 Pekerjaan dan pendapatan rata ratanya

Sumber Jumlah pendapatan


Pendapatan warga
Petani 4 - 6 jt
Toko 1 - 2 jt
Tki 1 - 3 jt
Sumber hasil survei rumah tangga pada tanggal 13 april 2023

3. Pola hidup para petani yang tidak berkembang


Salah satu penyebab masalah ini terjadi karna
pola hidup petani yang tidak berkembang artinya
para petani belum mengetahui cara mengelolah
pertanian dengan sistem tehnologi modern sehingga
mereka hanya tau disitu situ saja. Dan kuranynya
kesadaran kelompok tani untuk menggandeng
steakholder yang ada. Dan kemudian kurangnya
kepekaan dari dinas pertnian terkait masalah yang
dialami oleh kelompok tani. Kerugian yang
diakibatkan dari permasalahan tersebut bagi
masyarakat yaitu:

 Lahan pertanian menjadi kering jika


musim kemarau tiba sehingga menyebabkan
daerah yang menjadi sumber pengairan air
pada lahan sawah untuk tanaman padi dituai
tidak sesuai dengan yang di harapkan
 Kurangnya curah hujan yang
menyebabkan kesulitan bagi petani untuk
mengairi sawah mereka yang menyebabkan
8
pertumbuhan pada tanaman pertanian
kurang maksimal dan tidak efektif. Hal ini
juga disebabkan karena tidak ada aliran sungai
yang mengalir didaerah persawahan Dusun
Windu.
 Kurangnya edukasi tentang pertanian
yang menyebabkan para petani tidak memiliki
inovasi dan pengalaman dengan sistemm
pertanian modern. Hal ini juga disebabkan
karena mereka tidak pernah mendapatkan
edukasi mengenai system pertanian modern
sehingga mereka tidak ingin mencoba.

4. Meningkatnya serangan hama dan penyakit pada tanaman padi


Meningkatnya serangan hama dan penyakit
pada tanaman padi mengharuskan para petani untuk
terus bergantung pada pestisida agar tanaman padi
terbebas dari hama. Namun, hal tersebut
menyebabkan tanah menjadi tidak subur dan dapat
mencemari lingkungan. Karena sari-sari tanah sudah
mengandung berbagai jenis zat kimia yang berasal
dari pupuk atau pun pestisida kimia maka otomatis
menggantikan kandungan utama yang harus terdapat
tanah seperti fosfor (P), nitrogen (N) dan
sebagiannya hilang.

9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalahnya
disusun sebagai berikut :
1) Bagaimanakah kondisi keterbelengguan petani oleh pertanian
kimiawi di Dusun Windu ?
2) Bagaimanakah strategi yang efektif untuk mengorganisir petani
dalam mengurangi belenggu pertanian kimiawi yang
mengakibatkan danya hama ?
3) Bagaimanakah hasil capaian dari pengorganisasian petani dalam
mengurangi belenggu pertanian kimiawi ?

C. Tujuan
Berdasarkan dari latar rumusan masalah diatas, maka rumusan tujuan disusun
sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui kondisi keterbelengguan petani oleh pertanian
kimiawi di Dusun Windu.
2) Untuk mengetahui strategi yang dilakukan untuk mengorganisir
petani dalam mengurangi belnggu pertanian kimiawi.
3) Untuk mengetahui hasil capaian dari pengorganisasian petani
dalam menguirangi belenggu pertanian kimiawi.

D. Strategi Pemecahan Masalah


1) Analisis Problem Masalah
Hasil dari pemetaan menunjukkan bahwa terdapat masalah utama
yaitu pada pertanian di Dusun Windu dengan masalah serangan hama pada
pertanian masyarakat, Untuk selanjunya adalah analisis permasalahan
beserta peran fasilitator terhadap masalah-masalah masyarakat Dusun
Windu antara lain yakni, Menurunnya hasil panen yang diakibatkan
serangan hama. Pertanian di Dusun Windu merupakan aset atau sumber
kehidupan meraka. Jika dalam pertanian mengalami masalah maka akan
berdampak pada ekonomi mereka. Permasalahan pada pertanian ini

10
mengakibatkan ekonomi masyarakat yang tidak stabil karena jika musim
kemarau tiba, terkadang terjadi kegagalan panen sehingga ekonomi yang
seharusnya mendapatkan 100% hanya menjadi 40-50% saja. Sehingga jika
di daerah lain panen padi selama 3x maka di desa maindu hanya 2x dalam
setahun karena mengikuti musim yang ada. Sumber mata air hanya
digunakan dalan rumah tangga saja, sehingga sawah meraka benar benar
mengandalkan tadah hujan saja. Tak hanya itu jika sudah waktunya
penyemprotan pestisida hama bukan semakin habis, tetapi malah semakin
banyak. Berdasarkan dari inti permasalahan tersebut maka analisis pohon
masalahnya yaitu :

11
bagan pohon masalah

Pola hidup para Meningkatnya Kurangnya


DAMPAK petani yang tidak Serangan hama dan pengetahuan untuk Pendapatan petani
berkembang penyakit pada mengelola sumber Rendah
tanaman padi mata air

INTI
MASALAH Minimnya hasil pertanian menyebabkan perekonomian masyarakat menjadi kurang stabil

Belum adanya Lahan pertanian


MASALA inovator dan edukasi Penggunaan pestisida dan kekeringan Ekonomi petani
mengenai pertanian pupuk kimia berlebihan kurang stabil
H
modern
UTAMA

Kurangnya kesadaran Kurangnya kesadaran Tidak adanya


PENYEBA petani terkait efek perairan saat Kerugian hasil
dalam mengelola
B penggunaan pestisida dan panen
lahan pertanian musim kemarau
pupuk kimia

FAKTOR belum adanya inovasi Hanya Kemampuan


Kemampuan untuk meminimalisir Mengandalkan mengolah produk
diverifikasi rendah penggunaan pestisida dan Tadah Hujan
sebagai irigasi rendah
pupuk kimia
pertanian

12
Dalam kalender musim diatas terbagi menjadi tiga musim yaitu, hujan,
pancaroba, kemarau. Hujan terjadi dan diperkirakan pada bulan November hingga
Maret, dan pancaroba bulan April hingga Juni, sedangkan kemarau Juli hingga
Oktober. Masing-masing komponen memiliki masalah tersendiri, seperti serangan
hama yang menyerang pertanian masyarakat akan tetapi masyarakat tetep
menanam tanamannya dengan solusi memakai obat kimia (insex). Karena, kerap
dimakan hama terutama belalang dan tikus sewaktu tanam bibit dan ketika akan
memanen. Hama-hama tersebut juga beragam mulai dari tikus, wereng, walang
sangit, ulat, keong, burung dan penyakit pada tanaman yang lain. Spesifik tentang

13
hama serangga yang meluap banyak hanya pada bulan Januari, Februari, Maret,
Juli, dan Agustus, tentu berbeda dengan tikus dan hama serangga yang sepanjang
bulan masih ada. Terdapat sistem panen di Desa maindu yaitu akan memanen padi
selama 1 kali dalam satu tahun dan menanam jagung selama 2x dalam setahun.
Panen raya padi terjadi pada bulan Mei. Berkaitan dengan itu, masyarakat Maindu
juga menyimpan bahan pangan hasil panen padi dan jagung. Penyimpanan bahan
pangan masyarakat bermusim, yang mana menunjukkan data pangan dan
keuangan melimpah pada bulan April, Juli dan Oktober. Hal krusial selanjutnya
adalah tentang harga ketersedian pangan hewa ternak yang sangat melimpah pada
bulanbesar idul adha karena untuk bekurban. Disamping kelimpahan tersebut
adapula masa dimana susah pangan untuk hewan ternak, yaitu pada bulan Januari
dan Febuari, Juli, oktober november dan desember.

2) Analisis Pohon Harapan


Analisa pada teknik ini menggunakan analisis pohon harapan. Pada saat
pohon harapan, tujuannya yaitu untuk melihat, memahami serta memetakan
harapan masyarakat Dusun Windu, agar mempermudah proses pelaksanaan aksi
program. Di bawah ini merupakan bagan dari pohon harapan masyarakat di Dusun
Windu:

14
bagan pohon harapan

Pola hidup para Menggunakan bahan Kemampuan


organik sebagai obat pengetahuan untuk Pendapatan petani
petani yang
berkembang tanaman pengganti mengelola sumber meningkat
pupuk kimia mata air

Maksimalnya hasil pertanian sehingga perekonomian masyarakat menjadi stabil

Munculnya inovator Lahan pertanian


Berkurangnya Ekonomi petani
dan edukasi ter-airi
Penggunaan pestisida dan
mengenai pertanian menjadi stabil
pupuk kimia berlebihan
modern

Munculnya kesadaran Munculnya kesadaran Adanyairigasi


petani terkait efek pertanian saat Meningkatnya hasil
dalam mengelola
penggunaan pestisida dan musim kemarau panen
lahan pertanian
pupuk kimia

Tingkat Munculnya inovasi untuk Tidak lagi Kemampuan


kemampuan meminimalisir Mengandalkan Tadah mengolah atau
penggunaan pestisida dan Hujan sebagai irigasi
menjadi tinggi mengelolah produk
pupuk kimia pertanian

15
Dalam analisa pohon harapan di atas memiliki tujuan atau purpose yaitu
untuk Mudahnya air irigasi sektor pertanian, dengan mudahnya air irigasi sektor
pertanian Dusun Windu akan mencapai tujuan akhir yang diharapkan,
diantaranya;

1. Mengtahui pengelolaan Sumber mata air pegunungan maindu


dengan Melalui program pengelolaan sumber mata air, petani ini
diharapkan agar nantinya tau memanfaatkan sumber mata air
pegunungan atau asset yang ada dan agar nantinya petani sejahtera.
Dengan program tersebut para petani yang awalnya tidak
mengetahui pemanfaatan sumber mata air untuk pengairan kini jadi
tahu dan tidak mengandalkan sistem tadah hujan dan lahan tidak
akan kekeringan jika musim kemarau.
2. Keuntungan yang dihasilkan petani
Petani memiliki harapan yakni keuntungan yang didapatkan oleh
petani bukan kerugian. Tetapi hal itu juga nantinya para petani harus
mencari atau melakukan hal yang sesungguhnya harus ada pengairan
dari sumber mata air yang mengalir untuk lahan pertanian.
3. Pengetahuan tentang sektor pertanian yang modern
Harapan untuk kedepan, para petani bisa lebih memahami dan
mengetahui tentang sektor pertanian dan problem yang ada di sektor
pertanian agar jika terjadi hal hal yang tidak diinginkan bisa
mengatasi dengan cepat dan tepat.
4. Menggunakan bahan organik sebagai obat tanaman pengganti
pupuk kimia
Harapan untuk mengurangi pemakaian produk pertanian modern
yang tidak ramah lingkungan dapat dilakukan dengan kegiatan
seperti mengadaan sosialisasi kampanye bahaya penggunaan input
kimia terhadap lingkungan, sehingga berkurangnya masyarakat
yang menggunakan bahan bahan kimia lagi agar hasil pertaniannya
menghasilkan hasil yang maksimal.

16
3) Analisis Strategi Program
Melalui proses analisis harapan dapat memunculkan program-
program yang dapat memecahkan permasalahan yang timbul dan dianalisis
di pohon masalah. Berikut di bawah ini program-program yang
dimunculkan berdasarkan analisa pada analisis pohon harapan di atas:

Tabel analisi strategi program

Masalah Harapan Strategi program


Kurangnya Mengetahui cara untuk Sosialsasi dan penyuluhan oleh stakeholder seperti
pengetahuan untuk mengelola sumber mata air Dinas Pertanian terkait yang membahas mengenai
mengelola sumber pegunungan maindu untuk teknik pengolahan sumber mata air. Dan
mata air perairan sawah. merundingkan dengan pemerintah desa.
pegunungan
maindu
Pendaptan petani Keuntungan yang dimiliki Membangun pendidikan mengenangi sistem
rendah petani irigasi pertanian dengan memnfaatkan sumber
mata air.
Pola hidup petani Para petani memiliki Memberikan pemahaman kepada para petani agar
yang tidak inovasi dalam mengurus berinovasi untuk bisa menerapkan system
berkembang pertanian mereka dengan pertanian modern.
system pertanian modern
Meningkatnya Harapan untuk mengurangi Adanya penguatan kapasitas bagi kelompok tani
Serangan hama dan pemakaian produk pertanian mengenai pertanian berbasis alami
penyakit pada modern yang tidak ramah
tanaman padi lingkungan mengunakan
bahan organik atau bahan
alami

Tabel diatas menjelaskan mengenai rencana untuk merealisasikan harapan


dari permasalahan yang terjadi. Untuk mewujudkan harapan tersebut maka
diperlukan rencana dan strategi, yaitu
1. Kurangnya pengetahuan para petani untuk mengelola sumber mata
air pegunungan maindu unruk perairan sawah. Permasalahan
tersebut memunculkan sebuah harapan yaitu Para petani mampu
Mengtahui pengelolaan Sumber mata air pegunungan maindu
dengan Melalui program pengelolaan sumber mata air, petani ini
diharapkan agar nantinya tau memanfaatkan sumber mata air

17
pegunungan atau asset yang ada dan agar nantinya petani sejahtera.
Dengan program tersebut para petani yang awalnya tidak
mengetahui pemanfaatan sumber mata air untuk pengairan kini jadi
tahu dan tidak mengandalkan sistem tadah hujan dan lahan tidak
akan kekeringan jika musim kemarau.
2. Pendapatan petani rendah, permasalahan tersebut memunculkan
sebuah harapan yaitu Petani memiliki harapan yakni keuntungan
yang didapatkan oleh petani bukan kerugian. Tetapi hal itu juga
nantinya para petani harus mencari atau melakukan hal yang
sesungguhnya harus ada pengairan dari sumber mata air yang
mengalir untuk lahan pertanian.
3. Pola hidup para petani yang tidak berkembang. Permasalahan ini
memunculkan sebuah harapan yaitu para petani bisa lebih
memahami dan mengetahui tentang sektor pertanian dan problem
yang ada di sektor pertanian agar jika terjadi hal hal yang tidak
diinginkan bisa mengatasi dengan cepat dan tepat, untuk
Memudahkan pengairan pada lahan pertanian dan tindak terus
berharap pada embung-embung yang menyimpan air hujan. Strategi
yang bisa dilakukan yaitu dengan cara Membangun sumber mata air
bor untuk memudahkan pengairan pada lahan pertanian.
4. Menggunakan bahan organik sebagai obat tanaman pengganti
pupuk kimia
Harapan untuk mengurangi pemakaian produk pertanian modern
yang tidak ramah lingkungan dapat dilakukan dengan kegiatan
seperti mengadaan sosialisasi kampanye bahaya penggunaan input
kimia terhadap lingkungan, sehingga berkurangnya masyarakat
yang menggunakan bahan bahan kimia lagi agar hasil pertaniannya
menghasilkan hasil yang maksimal.

4) Narasi Program

18
Tabel Narasi Program

Tujuan Akhir (Goal) Terciptanya pola pertanian yang sehat dan ramah lingkungan di
Dusun Windu sehingga hasil dari pertanian meningkat (maksimal)
Tujuan (Purpose) Terbebasnya petani Dusun Windu dari belenggu pertanian kimiawi
Hasil (Output) 1. Sosialisasi mengenai teknik pengelolahan sumber mata air
pegunungan maindu
2. Membangun pendidikan mengenangi pertanian yang menjadi forum
belajar masyarakat
3. Memberikan pemahaman kepada para petani agar berinovasi untuk
bisa menerapkan system pertanian modern.
4. Adanya penguatan kapasitas bagi kelompok tani mengenai pertanian
berbasis alami,
Kegiatan 1.1 Mengadakan Pelatihan pengelolaan Sumber mata air desa maindu
1.1.1 FGD persiapan kegiatan pelatihan bersama petani
1.1.2 penyusunan kurikulum pelatihan
1.1.3 Koordinasi dengan narasumber (stake holder) dan pihak yang
terlibat
1.1.4 Monitoring dan evaluasi
1.1.5 Refleksi
2.1 Membangun pendidikan mengenangi sistem irigasi pertanian
dengan memnfaatkan sumber mata air
2.1.1 FGD persiapan kegiatan bersama petani
2.1.2 Penyusunan kurikulum dan menyiapkan materi
2.1.3 Koordinasi dengan narasumber dan pihak terkait
2.1.4 Pelaksanaan pendidikan tentang sistem irigasi pertanian
2.1.5 Monitoring dan evaluasi
2.1.6 Refleksi
3.1 Mengadakan Pelatihan untuk menerapkan sistem organisasi
modern
3.1.1 FGD persiapan kegiatan bersama petani
3.1.2 Penyusunan dan menyiapkan materi pelatihan
3.1.3 Koordinasi dengan narasumber dan pihak terkait
3.1.4 Pelaksanaan pendidikan tentang sistem irigasi pertanian
3.1.5 Monitoring dan evaluasi
3.1.6 Refleksi
4.1 Pelatihan penguatan kapasitas kelompok tani mengenai pertanian
berbasis alami
4.1.1 FGD persiapan kegiatan bersama petani
4.1.2 Penyusunan dan menyiapkan materi pelatihan
4.1.3 Koordinasi dengan narasumber dan pihak terkait
4.1.4 Pelaksanaan pendidikan tentang sistem irigasi pertanian
4.1.5 Monitoring dan evaluasi
4.1.6 Refleksi

19
5) Teknik Evaluasi Program
Analisis rencana evaluasi program dilakukan peneliti dengan
berbagai metode, yang mana dari hasil dari analisis evaluasi program
tersebut diharapkan mampu mengetahui bagaimana apresiasi masyarakat
tentang program yang telah dijalankan bersama masyarakat dan bagaimana
keberlanjutan program untuk kedepannya. Analisis evaluasi program ini
disebut juga dengan monitoring dan evaluasi atau disingkat dengan
monev. Dalam riset ini monev dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Trand & Change
Teknik ini digunakan peneliti untuk memfasilitasi
masyarakat dalam mengenali perubahan dan kecenderungan
berbagai keadaan, kejadian serta kegiatan masyarakat dari waktu
ke waktu. Tujuannya sendiri untuk mengetahui kejadian masa lalu
dalam rangka memprediksi kejadian pada masa yang akan datang,
mengetahui hubungan sebab akibat dan mengetahui faktor yang
paling mempengaruhi suatu fenomena, dan dengan teknik ini
masyarakat dapat memperkirakan arah kecenderungan umum
dalam jangka panjang serta mampu mengantisipasi kecenderungan
tersebut.
b) Most Significant Change
Mengidentifikasi perubahan yang dianggap paling
signifikan. Peneliti menggunakan teknik ini dengan media kertas
dan bolpoin yang diberikan kepada subjek penelitian untuk menulis
hasil selam proses pendampingan.
c) Wawancara dan Penilaian

E. Rencana Sistematika Pembahasan


Bab I Pendahuluan: Pada bab ini peneliti akan menjelaskan secara detail
alasan mengusung tema penelitian ini, fakta dan realita permasalahan yang
ada di lapangan dan didukung dengan rumusan masalah, tujuan penelitian,
penelitian terdahulu yang relevan serta sistematika pembahasan untuk

20
membantu dan mempermudah pembaca dalam memahami secara ringkas
penjelasan isi bab per bab. Sistematika pembahasan pada penelitan ini
sebagai berikut :
Bab II Kajian Teori: Pada bab ini menjelaskan terkait konsep dan teori
yang di gunakan sebagai acuan pengorganisasian. Peneliti memaparkan
tentang teori yang sesuai dengan tema yang diambil dalam
pengorganisasian masyarakat yaitu teori pengorganisasisian masyarakat,
pemahaman pertanian, konsep pengorganisasian masyarakat, prinsip-
prinsip serta tujuan pengorganisasian. Dan pada bab ini peneliti juga
mengaitkan tema proposal dengan dalil yang sesuai menurut perspektif
dakwah islam.
Bab III Metode Penelitian Aksi Partisipatif: Pada bab ini peneliti akan
menjelaskan tentang paradigma penelitian sosial dalam menyikapi
permasalahan bersama masyarakat secara kritis dan diwujudkan dengan
dengan perencanaan menuju tindakan yang mengarah pada perubahan
sosial. penelitian ini menggunakan menggunakan PAR (Participatory
Action Research) dengan pendekatan partisipatif serta menggunakan
teknik PRA (Participatory Rural Appraisal). Selain itu peneliti juga
menjelaskan terkait prosedur penelitian, subjek penelitian, wilayah
penelitian, teknik pengumpulan data, sumber data, teknik validasi data,
dan teknik analisa data.
Bab IV Potret Dusun Windu: Pada bab ini berisi tentang analisis situasi
dan kondisi kehidupan masyarakat Dusun Windu pada umumnya mulai
dari aspek sejarah, kondisi geografis, kondisi demografis, kondisi ekonomi
masyarakat, pendidikan, kesehatan, sosial, agama dan sosial budaya.
Bab V Belenggu Pertanian Kimiawi: Pada bab ini peneliti akan
menyajikan beberapa data dan fakta serta realita di lapangan tentang
permasalahan yang sedang terjadi secara rinci dan mendalam. Bab ini
merupakan lanjutan dari uraian latar belakang masalah dan bagan hirarki
pohon masalah yang telah diuraikan pada bab I. Analisis yang akan
digunakan untuk mengurai penyebab belenggu pertanian kimiawi terhadap

21
petani Dusun Windu didasarkan pada penerapan konsep dan teknik
penggalian data dalam PRA.
Bab VI Dinamika Proses Pengorganisasian Kelompok Petani: Pada bab
keenam ini menjelaskan tentang proses-proses pengorganisasian kelompok
tani yang sudah dilakukan, mulai dari proses akulturasi, pemetaan awal,
transect wilayah, penentuan agenda riset untuk perubahan sosial,
membangun kelompok riset, membangun kesepakatan – kesepakatan,
menentukan dan menyusun strategi gerakan penyelesaian masalah,
menyiapkan keberlangsungan program sampai monitoring dan evaluasi.
Bab VII Menggagas Sekolah Lapang Pertanian Terpadu : Pada bab ini
peneliti menjelaskan gerakan aksi perubahan sebagai upaya untuk
membebaskan petani dari belenggu pertanian kimiawi serta sebagai upaya
menciptakan pertanian terpadu yang sehat dan ramah lingkungan untuk
menuju pada pertanian yang lebih baik dan hasil yang baik.
Bab VIII nalisis dan Catatan Refleksi: Pada bab ini peneliti membuat
analisa dari problem belenggu pertanian kimiawi terhadap petani Dusun
Windu, analisis proses pengorganisasian sebagai strategi penyelesaian
masalah dan perspektif pengorganisasian masyarakat dengan konsep
dakwah islamiyah. selain itu peneliti juga membuat sebuah catatan refleksi
selama penelitian dan pengorganisasian kelompok dari awal hingga akhir.
Refleksi penerapan metodologi PAR, refleksi hasil dari pengorganisasian,
refleksi ke-PMI-an, konsentrasi lingkungan serta refleksi perspektif
dakwah islam dalam perubahan sosial. Selain itu Selain itu juga
pencapaian yang ada setelah proses analisis, perencanaan, dan aksi dari
program penyelesaian masalah yang sudah dilakukan.
Bab X Penutup: Padabab ini berisi sebuah kesimpulan masalah, strategi
program dan hasil dari pengorganisasian melalui sekolah lapang pertanian
terpadu serta berisi saran terhadap pihak-pihak yang terkait mengenai hasil
dari program pengrganisasian di lapangan.

22
F. Kajian Pustaka
a) Kajian Teori
 Teori Ketergantungan
Seorang tokoh Sosisolog Antonio Gramsci
mengemukakan teori hegemoni untuk menjelaskan sebuah
fenomena usaha untuk mempertahankan suatu kekuasaan oleh pihak
penguasa dan kelas kapitalis.3 Gramsci menjelaskan bahwa
hegemoni sebagai alat kepemimpinan kultural yang dilaksanakan
oleh kelas elit atau penguasa. Antonio membedakan hegemoni dari
penggunaan paksaan yang digunakan oleh kekuasaan legislatif atau
eksekutif yang diwujudkan melalui intervensi kebijakan. 4 atau
eksekutif yang diwujudkan melalui intervensi kebijakan. Secara
sederhana, konsep dari hegemoni Antonio Gramsci tersebut
merupakan suatu kondisi ketika kelas – kelas subordinat dipimpin
oleh blok historis yang berkuasa menjalankan otoritas sosial melalui
kombinasi antara kekuatan dan consensus.5 Dengan ini maka dapat
didefinisikan bahwa hegemoni (belenggu) merupakan penundukan
melalui ide, nilai, dan lain sebagainya. Sehingga, Gramsci
berpendapat bahwa maksud dari hegemoni menuju pada konsep
penundukan pada pangkal state of mind seseorang atau warga
masyarakat.
Konsep hegemoni sendiri awalnya ditemukan oleh
Gramsci saat mencari sebuah pola dalam kelas sosial baru yang saat
itu lebih banyak melihat fenomena pada sejarah Gereja Roma (The
Roman Church). Gramsci saat itu kagum melihat kekuatan ideologi
Kristen Gereja Roma yang berhasil menekan GAP yang berlebihan
terhadap perkembangan antara agama yang terpelajar (Religion Of

3
Nur Syam. Model Analisis Teori Sosial, (Surabaya : PMN, 2009). Hal 311
4
George Ritzer dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern, (Jakarta
:Kencana Prenada Media Group, 2010), Hal 176
5
Baker. Cultural Studies Teori dan Praktik, (Yogyakarta : Kreasi Wacana,
2004). Hal 27

23
The Learned) dan rakyat sederhana (Simple Folk). Gramsci
mengatakan bahwa hubungan tersebut memang terjadi secara
mekanik, tetapi Gramsci menyadari bahwa Gereja Roma memang
sangat berhasil dalam hal perjuangan memperebutkan dan menguasai
hati nurani para pengikutnya.
Dalam karya terpenting Gramsci, Prison Notebook
(1929- 1933) menunjukkan bahwa Gramsci merupakan seorang
Marxis Italia. Namun ia menunjukkan penolakan pandangan yang
naif dari Marxis Ortodoks bahwa evolusi itu akan datang dengan
sendirinya (Taken For Granted) seperti hujan turun dari langit.
Pandangan Gramsci lebih tepat dikategorikan sebagai corak analisis
Marxisme yang menekankan pada analisis yang lebih bersifat
praktis, yaitu bagaimana perspektif Marxisme dapat direalisasikan
secara strategis tanpa harus meninggalkan basis teorinya, Bagi
Gramsci dominasi sebuah kekuasaan tidak selamanya berakar pada
kepentingan ekonomi semata, melainkan juga sebab akar-akar
kebudayaan dan politik masyarakat. Dengan demikian selain konsep
hegemoni Gramsci membantu untuk memahami dominasi dalam
kapitalisme dan dapat juga membantu untuk mengorientasikan
pemikiran tentang revolusi.
Gramsci menawarkan adanya blok solidaritas untuk
melawan sebuah rezim. Mekanismenya yaitu menggalang seluas-
luasnya munculnya kekuatan intelektual yang mempunyai visi dan
misi dan juga sikap untuk mendukung kebebasan sosial. Gramsci
membedakan menjadi dua corak intelektual. Pertama dikenal dengan
Intelektual Tradisional, yaitu intelektual yang tunduk dan patuh
terhadap kepentingan rezim kekuasaan fasis. Intelektual yang
demikian sebenarnya secara faktual merupakan musuh masyarakat
sebab posisi dan integritasnya bekerja sama dengan rezim serta
memanipulasi sistem sosial politik yang menindas. Yang kedua
dikenal dengan sebutan Intelektual Organik, yaitu para intelektual

24
yang turun dari singgasana menara gadingnya dan bergabung dengan
masyarakat untuk menjalankan tugas profesinya serta
membangkitkan kesadaran yang dimanipulasi oleh kekuatan yang
hegemonik dengan memberikan pendidikan kultural dan politik
dalam keseharian.
 Teori Pengorganisasian Masyarakat
Pengorganisasian masyarakat merupakan upaya dalam
membangun masyarakat menuju perubahan yang diharapkan.
Masyarakat mendapatkan keadilan dan kesejahteraan yang lebih baik
lagi. Pengorganisasian masyarakat adalah merupakan reaksi dari
pembangunan harkat dan martabat manusia dari kemiskinan,
keterbelengguan, dan kelemahan masyarakat dalam pengelolaan
sumber daya.
1) Konsep Pengorganisasian Masyarakat
Pengorganisasian masyarakat merupakan suatu
pendekatan pengembangan masyarakat dari yang apatis
menjadi kritis, dari yang lemah menjadi kuat, dari yang bisu
menjadi dinamis dan partisipatif. Masyarakat yang rentan
menjadi sadar dan mampu mencari solusi untuk perubahan
dalam dirinya atau komunitasnya. Untuk mencapai
perubahan, masyarakat diharapkan mampu merubah pola
pikir secara kritis. Pengorganisasian masyarakat merupakan
kebutuhan pokok bagi para pengelolah kebijakan suatu
komunitas atau masyarakat karena pengorganisasian
merupakan salah satu alat dari cara pencapaian keberhasilan
suatu perubahan yang diinginkan.
Penggunaan kata pengorganisasian diambil dari
konsep community organization yang mana community
memiliki arti komunitas/masyarakat, sedangkan organization
adalah organisasi/perkumpulan. Menurut Murray G.Ross
yang dikutip Abu Huraerah dalam bukunya yang berjudul

25
Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat,
pengorganisasian masyarakat adalah suatu proses ketika
masyarakat berusaha menentukan kebutuhan atau tujuannya,
mengatur atau menyusun, mengembangkan kepercayaan dan
hasrat untuk memenuhi, menentukan sumber – sumber (dari
dalam atau luar masyarakat). Mengambil tindakan yang
diperlukan sehubungan dengan pemenuhan kebutuhan –
kebutuhannya, dan dalam pelaksanaan keseluruhannya,
memperluas dan mengembangkan sikap – sikap dan praktik
kooperatif serta kolaboratif di dalam masyarakat.6
Menurut Jim Ife yang dikutip Zubaedi dalam buku
Pengembangan Masyarakat, konsep pemberdayaan memiliki
hubungan erat dengan konsep power “daya” dan
disadvantaged “ketimpangan”.7 Pengembangan masyarakat
diharapkan mampu memberikan kekuatan atau power pada
masyarakat itu sendiri sehingga mampu menjawab
ketimpangan yang terjadi pada masyarakat. pengembangan
atau pemberdayaan masyarakat merupakan suatu proses
pembebasan masyarakat dari keterbelengguan menuju
masyarakat yang bebas dan mandiri tanpa ada ketergantungan
atau keterikatan.
2) Prinsip-prinsip Pengorganisasian Masyarakat
Tujuan utama dari pengorganisasian masyarakat tidak
lain adalah untuk mewujudkan masyarakat yang mandiri dan
sejahtera. Pada hakikatnya adalah untuk membebaskan
masyarakat dari ketergantungan dan pembelengguan.
Pengorganisasian masyarakat juga tidak lepas dari ilmu sosial

6
Abu Huraerah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat: model
dan strategi Pembangunan Berbasis Rakyat (Bandung: Humaniora,2011),
Hal. 143.
7
Zubaedi, Pengembangan Masyarakat : Wacana dan Praktek (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2014), Hal. 24.

26
kritis yang mana paradigma dari ilmu ini adalah
keberpihakan kepada yang lemah atau pada kaum yang
tertindas. Pengoranisasian masyarakat yang di kemukakan
oleh Murray G. Ross yang dikutip oleh Hurairah menyatakan
bahwa dimana masyarakat melakukan usaha guna menyusun
dan membangun kepercayaan untuk memenuhinya melalui
hasrat, memilah sumber yang berasal dari dalam masyarakat
maupun dari luar masyarakat, pemenuhan kebutuhan
memerlukan suatu pengambilan tindakan seperlunya sesuai
kebutuhan, melaksanakan serata mampu mengembangkan
guna memperluas praktik kooperatif dan kolaboratif dalam
suatu masyarakat.8
Menurut Agus Afandi dalam bukunya Metodologi
Penelitian Sosial Kritis, menuliskan bahwa prinsip
pengorganisasian masyarakat adalah meliputi:
1) Membangun etos dan komitmen organizer.
2) Keberpihakan dan pembebasan terhadap kaum
lemah.
3) Berbaur dan terlibat dalam kehidupan masyarakat
4) Belajar bersama masyarakat, merencanakan
bersama, dan membangun dengan apa yang
masyarakat punya.
5) Kemandirian.
6) Berkelanjutan.
7) Keterbukaan.
8) Partisipasi.9

8
Abu Huraerah, Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat; Model
dan Strategi Pembangunan Berbas is Kerakyatan (Bandung: Anggota IKAPI,
2008) 129.
9
Agus Afandi, Metodologi Penelitian Sosial Kritis (Surabaya : UINSA Press,
2014), Hal. 131 - 132.

27
Prinsip mendahulukan rakyat dan pendekatan yang
partisipatif pertama-tama dimaksud yaitu untuk membongkar
budaya bisu, perasaan tidak berdaya, dan apatisme akan
perubahan yang telah sekian lama mencengkeram rakyat
yang dimiskikan. Intinya, kepercayaan diri rakyat sebagai
subjek mesti dipulihkan10

 Tujuan Pengorganisasian
Hasil akhir yang di harapkan dalam suatu pengorganisiran
masyarakat yaitu tumbuhnya saling memiliki, rasa tanggung jawab,
memiliki power serta mampu membangun suatu aksi kegiatan sesuai
dengan yang diimpikan dan yang telah terencana. Tujuan
pengorganisiran masyarakat yaitu :
1) Masyarakat yang berdaya.
2) Mampu mengatasi masalah secara mandiri dengan
mencari solusi jalan keluar.
3) Terbangunnya struktur organisasi yang kuat
4) Peningkatan Kualitas Hidup.
5) Pengorgansasian masyarakat mampu menjadi jalan
6) untuk menjamin peningkatan kualitas hidup rakyat baik
jangka panjang maupun jangka pendek.11
 Langkah-Langkah Pengorganisasian Masyarakat
Menurut Jo Hann Tan dan Roem Topatimasang dalam
bukunya yang berjudul Mengorganisir Rakyat Refleksi Pengalaman
Pengorganisasian Rakyat di Asia Tenggara. Dalam proses
pemberdayaan masyarakat tidak terlepas dari konsep pengorganisasian
masyarakat. Adapun tahap – tahap dalam pemberdayaan masyarakat
dapat diuraikan sebagai berikut :

10
Agus Afandi, dkk, Modul Participatory Action Research (Surabaya: LPPM
UIN Sunan Ampel, 2016), hal. 154-156)
11
Agus Afandi, Metodologi Penelitian Sosial Kritis (Surabaya: UINSA Press,
2014) 129-130.

28
1) Memulai pendekatan
2) Memfasilitasi proses
3) Merancang strategi
4) Menata organisasi dan keberlangsungan
5) Membangun sistem pendukung.12
Tahapan – tahapan diatas dapat dijadikan acuan dalam
melaksanakan pemberdayaan masyarakat.

 Belenggu Pertanian Kimia


Pengembangan inovasi unggulan pertanian ini tidak
sepenuhnya memberikan dampak positif bagi petani. Teori ini
menyatakan bahwa setelah melewati berbagai tahap di mana
masyarakat terbagi ke dalam kelas-kelas dan terjadi eksploitasi atas
mayoritas produsen oleh minoritas yang memiliki (privilese)
keistimewaan, kemanusiaan pada akhirnya akan menghapuskan kelas-
kelas dan dominasi kelas dengan sebuah proses revolusioner yang
dilakukan oleh kaum proletariat yang terorganisir dalam kapitalisme.
Posisi revolusioner ini didasarkan pada penyelidikan „ilmiah‟ terhadap
sejarah secara umum dan kapitalisme secara khusus, dengan penekanan
khusus pada ekonomi dan selalu dengan sebuah perspektif politik. 13
Kelas kapitalis sendiri selalu berusaha melakukan
akumulasi kapital dan meningkatkan nilai surplus (surplus value). Kelas
ini memiliki dua kepentingan, yaitu mempertahankan posisi
kekayaannya ditambah dengan kepentingan untuk menaikkan posisi
jika memungkinkan dan mempertahankan sistem sosial yang telah
memberinya kesempatan untuk mengakumulasi kekayaan pribadi
penguasaan kapital dalam sektor pertanian telah terjadi ketika

12
Jo Hann Tan, Roem Topatimasang, Mengorganisir Rakyat :Refleksi
Pengalaman Pengorganisasian Rakyat di Asia Tenggara, (Yogyakarta :
Insist Press, 2004), Hal. 16.
13
Muhammad Zaki, Analisa Marx Atas Produk Kapitalis ( IndoPROGRESS
2015, jakarta) Hal 10.

29
pemerintah Orde Baru menerapkan kebijakan revolusi hijau. Revolusi
hijau menjadi program yang bertujuan untuk memodernkan pertanian
dengan teknologi pertanian.
Meskipun di satu sisi revolusi hijau berhasil meningkatkan
produksi pertanian dengan hadirnya teknologi dalam bidang pertanian,
namun di sisi lain program ini menghasilkan ketimpangan dan
marjinalisasi terhadap petani kecil dan buruh tani. Bangkitnya mereka
harus terlepas dari ketergantungan, sehingga mereka menjadi
masyarakat yang aktif yang menguasai dunia sosial, kehidupan dan aset
mereka. Dengan demikian mereka tidak akan terus terpuruk menjadi
masyarakat pasif yang dikendalikan oleh kekuatan-kekuatan lainnya.14
Dalam masalah ini menggambarkan dua kelas yang berbeda
antara petani dengan penyediaan pupuk kimia di toko atau penguasa
pupuk kimia, dimana dalam hal ini petani telah berada dalam kuasa
kendali pengusaha pupuk kimia. Hal ini berkendala dengan kelompok
petani yang setiap pasca panen mereka selalu merawat pertaniannya
meski mengeluarkan biaya-biaya berlebihan. Sehingga teori
ketergantungan, salah satunya akibat faktor luar, yang semakin
mendominasi kaum petani untuk menggantungkan pupuk kimia terus
menerus, maka akan semakin memperburuk kaum petani dengan situasi
ketergantungan. Jika petani tidak menyadari hal tersebut maka akan
menerima banyak kerugian yang didapat, karena merawat sawah bukan
hal mudah, tetapi dengan merawat sawah akan juga menghasilkan
ekonomi bagi kelompok petani dan keluarganya. Bertambah parah
ketika menyadari bahwa umumnya petani penggarap adalah mereka
yang tak punya pekerjaan lain. Sementara, sebaliknya para pemilik
lahan adalah mereka yang biasanya memiliki mata pencaharian lain.
Hal ini berakibat semakin lebar dan tingginya kesenjangan sosial antara
pemilik lahan dan petani penggarap.

14
Margaret. Sosiologi Kontemporer, (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada,
2013) Hal. 355.

30
Adapun Konsep pertanian kimiawi adalah teknik pertanian
yang dilakukan dengan mencampurkan bahan kimia dalam pengelolaan
pertanian agar mendapatkan hasil panen yang cepat dan melimpah.
Penggunaan bahan kimia dicampur dengan berbagai jenis pestisida.
Pestisida dikenal sebagai obat beracun yang dapat mematikan, bukan
hanya hama tetapi juga manusia. Menurut pasal 1 peraturan pemerintah
RI No. 7 tahun 1973, pestisida didefinisikan sebagai semua zat kimia
dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang digunakan untuk :
1) Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak
tanaman, bagian – bagian tanaman, atau hasil pertanian.
2) Memberantas rerumputan.
3) Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan yang tidak
diinginkan.
4) Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagian –
bagian tanaman, tidak termasuk pupuk.
5) Memberantas atau mencegah hama air.
6) Memberantas atau mencegah binatang dan jasad renik dalam
rumah tangga, bangunan dan dalam alat pengangkutan.
7) Memberantas atau mencegah binatang – binatang yang dapat
menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu
dilindungi dengan pengguna pada tanaman, tanah, atau air. 15
 Dampak dari Pertanian Kimiawi
1) Bagi Kesehatan
Bahan kimia dapat masuk kedalam tubuh melalui
beberapa cara, diantaranya absorpsi melalui kulit, melalui oral
baik disengaja atau kecelakaan, dan melalui pernafasan.
Absorbsi lewat kulit atau subkutan dapat terjadi jika substansi
toksik menetap di kulit dalam waktu lama. Intake melalui
saluran pernafasan terjadi jika pemaparan berasal dari droplet,

15
PP Republik Indonesia. Nomor 7 Pasal 1 Tahun 1973. Tentang penggunaan
bahan kimia pada pertanian.

31
uap atau serbuk halus. Pestisida meracuni manusia melalui
berbagai mekanisme kerja :
a) Mempengaruhi kerja enzim dan hormon.
Bahan racun yang masuk kedalam tubuh
dapat menonaktifkan aktivator sehingga enzim atau
hormon tidak dapat bekerja (Bolognesi, 2003). Bahan
kimia dapat mengganggu sintesis, sekresi, transport,
metabolisme, pengikatan dan eliminasi hormon-hormon
dalam tubuh yang berfungsi menjaga homeostasis,
reproduksi dan proses tumbuh kembang (Diamanti dalam
Suhartono, 2014).
b) Merusak jaringan
Masuknya bahan kimia menginduksi
produksi serotonin dan histamin, hormon ini memicu
reaksi alergi dan dapat menimbulkan senyawa baru yang
lebih toksik. Secara tidak sengaja, bahan kimia dapat
meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut,
kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia
beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa
menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan dengan
kemungkinan orang tersebut akan menderita yang
berbahaya diantaranya: 1) Keracunan Kronis 2) Bagi
Lingkungan 3) Bagi Pertanian.
 Pertanian terpadu
Sistem pertanian terpadu adalah suatu sistem pengelolaan
tanaman, hewan ternak dan ikan dengan lingkungannya untuk
menghasilkan suatu produk yang optimal dan sifatnya cenderung
tertutup masukan luar. Pertanian terpadu mengurangi resiko kegagalan
panen,karena ketergantungan pada suatu komoditas dapat dihindari
dan hemat ongkos produksi. Sistem pertanian terpadu tanaman dan
ternak adalah sistem pertanian yang dicirikan oleh keterkaitan yang

32
erat antara komponen tanaman dan ternak dalam suatu kegiatan usaha
tani atau dalam suatu wilayah.16
Sistem pertanian terpadu (SPT) ini akan membentuk suatu
agroekosistem yang masif. Agroekosistem dengan keanekaragaman
yang tinggi seperti gambar diatas akan memberi jaminan keberhasilan
usaha tani lebih tinggi. Keanekaragaman tersebut dapat dicapai
dengan mengkombinasikan spesimen tanaman dan hewan yang
memiliki sifat saling melengkapi dan berhubungan dalam interaksi
sinergetik yang positif. Sehingga tidak hanya kestabilan bertani saja
yang dapat diperbaiki, tetapi juga produktivitas sistem pertanian
dengan pengeluaran biaya input lebih rendah. Sistem pertanian
terpadu memiliki baik dari aspek ekonomi maupun aspek ekologi.
Keuntungan tersebut adalah lebih adaptif terhadap perubahan (habitat
lebih stabil). Pola bertani menjadi ramah lingkungan, hemat energi
(tidak ada energi yang dibuang), keanekaragaman hayati lebih banyak,
usaha lebih diversifikatif (resiko kegagalan relatif rendah)
.diversifikasi produk lebih banyak dan lebih sehat dengan
meminimalisir residu senyawa berbahaya), keberlanjutan usaha tani
lebih baik yang dapat menyerap lebih banyak tenaga kerja.
Waton, S menyatakan konsep terapan sistem pertanian
terpadu akan menghasilkan F4 yaitu:17
1) F1 (Food) sumber pangan bagi manusia, (beras, jagung,
kedelai, kacang-kacangan, jamur, sayuran, dll), produk
peternakan (daging, susu,telur dll), produk budidaya ikan
air tawar (lele mujair, nila gurami, dll) dan hasil
perkebunan (pisang, jeruk nipis, jeruk buah dll).
2) F2 (Feed) pakan ternak termasuk didalamnya ruminansia
(sapi, kambing, kerbau,), ternak unggas (ayam,

16
I Wayan Pasek Arimbawa, Beberapa Modal pengembangan sistem
pertanian terpadu dan berkelanjutan, fakultas Pertanian. hal. 6.
17
Waton, s, Penerapan Sistem Pertanian Terpadu, 2016. Diakses pada 23
Februari 2020, dari www. waton sianu. work.

33
itik,burung dara) pakan ikan budidaya air tawar (ikan
hias dan ikan konsumsi)
3) F3 (Fuel) kan dihasilkan energi dalam berbagai bentuk
mulai energi panas (biogas) untuk kebutuhan domestik
memasak, energi panas untuk industri makanan di
Kawasan pedesaan juga untuk industri kecil. Hasil akhir
dari biogas adalah biofertilizer berupa pupuk organik cair
dan kompos.
4) F4 (Fertilizer) Sisa produk pertanian melalui proses
decomposer maupun pirolisis akan menghasilkan pupuk
kompos (organik fertilizer) dengan berbagai kandungan
unsur hara dan C-Organik yang relatif tinggi.
 Konsep Pengorganisasian dalam Perspektif Islam
Pengorganisasian dikatakan sebagai proses dalam menggali
kemampuan masyarakat serta membangun kemandirian masyarakat
lemah dengan cari memberikan edukasi, memberi dorongan untuk
selalu mengalami perubahan, membangkitkan kesadaran akan potensi
yang mereka miliki dan berupaya mengembangkan potensi dengan
melakukan aksi atau tindakan nyata. Pengorganisasian berpihak pada
masyarakat lemah dimana masyarakat tidak hanya menjadi sasaran
sebuah program (objek) tetapi masyarakat juga menjadi pelaku
(subjek) dalam pembuatan program pengorganisasian. Goal dari
fasilitator masyarakat sendiri ialah dapat meningkatkan martabat,
kualitas dan kemampuan golongan masyarakat yang sedang dalam
kondisi miskin, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari lingkaran
kemiskinan, ketergantungan, dan keterbelakangan.
Tugas seorang fasilitator adalah untuk mendorong dan
menciptakan individu serta masyarakat supaya mereka mampu
melakukan perubahan perilaku kearah kemandirian. Perubahan
perilaku ini yakni, peningkatan aspek intelektual atau pengetahuan,
perubahan sikap dan adanya keterampilan yang berguna untuk

34
meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan mereka. 18 Dengan
demikian kita sebagai fasilitator secara hakikat kita dianjurkan untuk
dapat mengimplementasikan 3 prinsip dalam islam, yaitu prinsip
rahmatan lil „alamin. hablum minallah, hablum minannas, hablum
minal „alam. Islam sebagai agama besar dunia, merupakan pembebas
manusia dari kejahiliyahan yang mengungkung dan menindas menjadi
manusia yang merdeka dan bertauhid. Manusia terbebas dari
kepercayaan mitos, pemberhalaan, dan budaya menindas. Terbebas
dari penjajahan politik, dan ekonomi, yang dikuasai oleh kasta yang
lebih tinggi. Oleh sebab itu, untuk mampu mewujudkan islam sebagai
pembebas maka, pemahaman teologi yang selama ini bersifat
teosentris, metafisik dan abstrak harus menjadi antroposentris, konkrit
dan menyentuh pada realitas problem kemanusiaan.19
Pengorganisasian masyarakat dalam islam dilakukan
secara antroposentris bukan teosentris. Oleh sebab itu, masyarakat
sendiri yang melakukan perubahan sosialnya. Seperti dalam QS. Ar
Ra'd, ayat 1120
ٰ ََّٰ ٍٍ ‫ّللا ََل ُيغَ ِّي ُر َما ِبقَ ْى‬ ِ ِۗ ٰ ‫ظ ْى َو ًٗ ِم ْه ا َ ْم ِر‬
َ ٰ ‫ّللا ا َِّن‬ ُ ‫لَ ًٗ ُم َع ِقّ ٰبتٌ ِ ّم ْۢ ْه َب ْي ِه َي َد ْي ًِ َو ِم ْه َخ ْل ِف ًٖ َي ْح َف‬
‫ّللا بِقَ ْى ٍٍ سُ ْۤ ْى ًء ا فَ ََل َم َر َّد لَ ًٗۚٗ َو َما لَ ُه ْم ِ ّم ْه ُد ْووِ ًٖ ِمىْ َّى ا ٍل ۝‬
١ ُ ٰ ‫س ِه ِۗ ْم َو اِذَ ا ٓ ا َ َر ا َد‬
ِ ُ‫يُغَيِّ ُر ْو ا َما بِاَوْف‬

”Baginya (manusia) ada (malaikat- malaikat) yang


menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang
menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah
keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri
mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum,
tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung
bagi mereka selain Dia.”

18
I Wayan Pasek Arimbawa . Beberapa Model Sistem Pertanian Terpadu
yang Berkelanjutan,.. hal 16
19
Agus Afandi. Dkk, Dasar – dasar Pengembangan Masyarakat Islam,
(Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2012), hal. 219.
20
Nu Online, Surah Ar rad: 11, https://quran.nu.or.id/ar-ra'd/11

35
Menurut Quraish Shihab, dalam Tafsir Al-Misbah ayat diatas
menekankan bahwa perubahan yang dilakukan oleh Allah haruslah
didahului oleh perubahan yang dilakukan oleh masyarakat yang
menyangkut sisi dalam mereka. Tanpa perubahan ini mustahil akan
terjadi perubahan sosial. Oleh karena itu, boleh saja terjadi perubahan
penguasa atau bahkan sistem, tetapi jika sisi dalam masyarakat tidak
berubah, keadaan akan tetap bertahan seperti awalnya. 21 Kondisi sosial
masyarakat pada hakikatnya adalah dibentuk masyarakat sendiri bukan
pada tuhan. Oleh sebab, itu perubahan yang dikehendaki bisa terwujud
apabila masyarakat mau mewujudkannya. Pengembangan semestinya
dimulai dari perubahan. Sedangkan, perubahan yang terjadi pada diri
seseorang harus diwujudkan dalam suatu landasan yang kokoh serta
berkaitan erat dengannya, sehingga perubahan yang terjadi pada
dirinya itu menciptakan arus, gelombang atau paling sedikit yang
menyentuh orang lain. Merubah kebiasaan petani yang menggunakan
pertanian kimia menjadi pertanian ramah lingkungan merupakan
langkah awal untuk menebar kebaikan kepada sesama. Hal ini
bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sehat, bebas dari residu
kimia. Sebagai seorang hamba dan manusia, sudah menjadi kewajiban
kita untuk menjaga lingkungan sebagaimana firman Allah SWT dalam
QS. Al-A‟raf: 56.22

ِ ‫ب ِ ّم َه الْ ُم ْح‬
‫سىِيْ َه‬ ِ ٰ َ‫ص ََل َِ َها َو ا ْدع ُْىيُ َخ ْىفًا َّوطَ َمعً ِۗا ا َِّن َر َْ َمت‬
ٌ ْ‫ّللا قَ ِري‬ ْ ِ‫ض بَعْ َد ا‬ ِ ْ‫َو ََل تُف‬
َ ْ ِ‫سد ُْو ا ف‬
ِ ‫اَل ْر‬

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi setelah (diciptakan) dengan baik.
Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat
Allah sangat dekat kepada orang yang berbuat kebaikan.”
Departemen Agama RI, Al-Qur‟an dalam terjemahnya Juz
8-56, ayat di atas merupakan sebuah larangan untuk berbuat kerusakan
di bumi. Bumi dan seisinya telah diciptakan dengan sempurnah oleh
21
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah :Pesan, Kesan dan Keserasian AlQur’an Volume 6,
(Jakarta :Lentera Hati, 2002), Hal. 232.
22
Nu online, Al a raf: 56, https://quran.nu.or.id/al-a'raf/56

36
Allah SWT. Sehingga manusia yang menempati bumi haruslah menjaga
kondisi lingkungan agar tetap baik. Ini merupakan salah satu tugas
manusia sebagai khalifah di bumi. Dengan demikian pembinaan –
pembinaan terhadap individu secara sistematis membangun komunitas,
sehingga pada saat yang sama, masing – masing menunjang yang lain.
Pribadi – pribadi antar individu menunjang terciptanya bangunan antar
komunitas. Demikian pula bangunan komunitas mewarnai pribadi
individu setiap anggota komunitas masyarakat. Dengan demikian akan
muncul tanggung jawab pribadi. Perubahan yang demikian ini
merupakan sebuah pengembangan, yaitu suatu kondisi kehidupan
kolektif yang berdaya menyelesaikan problemnya dan keluar dari upaya
– upaya penindasan dan stagnasi bahkan degradasi.23
Dakwah yang dilakukan peneliti dalam proses pendampingan
kali ini diantaranya dakwah melalui pendidikan pertanian yang ramah
lingkungan, mengkampanyekan bahaya penggunaan pupuk dan
pestisida kimia, dan pelatihan penambahan skill bagi anggota kelompok
tani tentang administrasi kelompok. Pertama, melalui pendidikan
pertanian yang ramah lingkungan dimaksudkan agar anggota kelompok
tani memiliki pengetahuan tentang bahaya pupuk dan pestisida kimia
sehngga dapat mengubah kebiasaannya dengan menggunakan pupuk
dan pestisida yang lebih ramah lingkungan yakni dengan membuat
pupuk organik cair dan pestisida nabati serta dapat membedakan hama
dan musuh alami bagi tanaman padi. Kedua, mengkampanyekan bahaya
penggunaan pupuk dan pestisida kimia bertujuan untuk memberikan
penerangan terhadap petani di Dusun Windu bahwa penggunaan bahan
kimia semakin lama akan merusak lingkungan. Ketiga, pelatihan
penambahan skill bagi anggota kelompok tani tentang administrasi
kelompok diharapkan melalui pelatihan ini nantinya pengurus
kelompok tani dapat menata kembali administrasi pada kelompok tani.

23
Agus Afandi. Dkk. Dasar – dasar Pengembangan Masyarakat Islam,
(Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press, 2012), hal. 227.

37
b) Penelitian Terdahulu
Dalam sebuah kegiatan penelitian, tentunya peneliti
mempunyai referensi-referensi penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya dengan tema yang hampir sama. Dengan menemukan
referensi penelitian terdahulu, maka dapat diketahui perbedaan di setiap
penelitian yang sudah dilakukan, hingga dapat dilakukan pembaruan
untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Berikut tabel penelitian
terdahulu:

38
Tabel Penelitian Terdahulu yang Relevan
Aspe k Penelitian I Penelitian II Penelitian III Penelitian IV Penelitian V Penelitian yang
dikaji
Judul Mengurai Pengorganisasian Pengorganisasian Pengorganisasian Pengorganisasian Pengorganisasian
keterbelengguan masyarakat petani dalam kelompok tani masyarakat menghadapi petani dalam masyarakat petani dalam
petani desa menghadapi belenggu marsudi tani dalam belenggu pertanian melawan upaya meningkatkan hasil
wangluwetan pupuk kimia di dusun upaya memperbaiki kimia di desa dadapan belenggu pertanian panen yang kurang
kecamatan senori tebbas desa palenggiyan kerusakan kecamatan solokuro kimiawi melalui maksimal akibat serangan
kabupaten tuban kecamatan kedungdung lingkungan yang kabupaten lamongan sekolah lapang hama didusun windu desa
kabupaten sampan tercemar oleh sistem pertanian terpadu maindu
pertanian kimiawi di didusun kranding
dusun prayungan desa kranding
desa cangakan kecamatan mojo kab
kecamatan kasreman kediri
kabupaten ngawi
Peneliti Dini erlita, program Moh. Hanafi, program M. Ruf‟ul Athfal, Robi‟a al adawiyah, M. Shodiqul anwar, Nila Afiati, program
dan studi studi pengembangan program studi program studi program studi studi pengembangan
Lembaga pengembangan masyarakat islam pengembangan pengembangan pengembangan masyarakat islam
masyarakat islam fakultas dakwah dan masyarakat islam masyarakat islam fakultas masyarakat islam fakultas dakwah dan
fakultas dakwah komunikasi universitas fakultas dakwah dan dakwah dan komunikasi fakultas dakwah dan komunikasi universitas
dan komunikasi islam negeri sunan komunikasi universitas islam negeri komunikasi universitas islam negeri sunan
universitas islam ampel surabaya universitas islam sunan ampel surabaya islam negeri sunan ampel surabaya
negeri sunan ampel negeri sunan ampel ampel surabaya
surabaya surabaya

39
Tema Pengorgnisasian Pengorganisasian Pengorganisasian ketidakberdayaan Pengorganisasi Pengorganisasia
Problem petani dalam masyarakat dalam Kelompok Tani masyarakat dalam an petani n petani dalam
Tingginya pembuatan pupuk Marsudi Tani Dalam menghadapi dalam upaya
penggunaan pupuk organic sebagai upaya Upaya Memperbaiki belenggu menjawab meningkatkan
dan bahan kimia atau strategi dalam Kerusakan penggunaan kondisi hasil panen yang
pada pertanian mengatasi masalah Lingkungan Yang bahan kimia pada keterbelenggua kurang
belenggu bahan kimia Tercemar Oleh Sistem pertanian. n petani oleh maksimal akibat
pada pertanian Pertanian Kimiawi Di pertanian hama.
masyarakat pada dusun Dusun Prayungan kimiawi di
tebbes Dusun
Kranding
Sasaran/S Petani di Petani Dusun Tebbes, Petani Dusun Petani Di desa dadapan Kelompok tani Masyarakat petani
ubyek Wangluwetan, Desa Pelenggiyan Prayungan, Desa kecamatan solokuro Anugrah Agro Dusun dusun Windu Kec
Kecamatan Senori, Kecamatan Cangakan Kecamatan kabupaten lamongan Kranding Desa montong Kab. Tuban
Kabupaten Tuban. Kedungdung Kasreman Kabupaten Kranding Kecamatan
Kabupaten Sampang. Ngawi. Mojo Kabupaten
Kediri

Pend PAR PAR PAR PAR PAR PAR


ekatan (Participatory (Participatory Action (Participatory Action (Participatory Action (Participatory Action (Participatory Action
Action Research) Research) Research Research) Research) Research)

Proses Memperbaiki Masyarakat Dusun Membuat pelatihan 1. Adanya kemampuan Pendampingan Pengorganisasian petani
Program kehidupan Tebbes mampu pembuatan pupuk masyarakat tentang cara melalui sekolah melalui sekolah lapang
masyarakat dengan membangun pertanian organik dan pestisida mengelolah pertanian lapang pertanian pertanian untuk
dukungan ekosistem yang ramah lingkungan nabati bagi petani untuk yang ramah lingkungan terpadu. membangun sistem
persawahan Desa untuk meningkatkan menunjang sistem pertanian alami.
Wangluwetan kualiatas hasil panen pertanian yang ramah 2. Efektifnya kelompok
melalui pertanian dan kemandirian petani lingkungan sebagai tani dalam menciptakan
organik sarana dan prasarana pertanian yang ramah
pupuk alternative. lingkungan
3. Ada kebijakan desa
yang berpihak kepada
pertanian yang ramah

40
lingkungan

Hasil 1. Adanya kesadaran 1. Adanya 1. Petani memiliki 1. Adanya kemampuan 1. Petani memiliki 1. Sosialisasi
petani akan bahaya masyarakat mampu kesadaran tentang masyarakat tentang cara pemahaman mengenai teknik
pupuk kimia dan buat pupuk organic pelestarian lingkungan mengelolah pertanian tentang pola pengelolahan
beralih pada 2. Adanya dengan sistem pertanian yang ramah lingkungan pertanian yang sumber mata air
pertanian ramah masyarakat mampu yang ramah lingkungan sehat pegunungan maindu
lingkungan mengelola pertanian 2. Efektifnya kelompok dan ramah 2. Membangun
organik dan ramah 2. Kelompok tani tani dalam menciptakan lingkungan pendidikan
2. Adanya lingkungan menjadi pelopor pertanian yang ramah 2. Adanya mengenangi
pendampingan pada 3. pemdes mendung pergerakan pelestarian lingkungan kelompok tani pertanian yang
kelompok tani pengelolaan pertanian lingkungan dengan pola yang menjadi menjadi forum
pertanian yang ramah 3. Ada kebijakan desa
organik. forum belajar belajar masyarakat
3. Adanya bantuan lingkungan yang berpihak kepada
kebijakan dari 4. Adanya pertanian yang ramah masyarakat 3. Memberikan
pengurangan biaya 3. Adanya kebijakan pemahaman kepada
pemerintah desa 3. Adanya kebijakan lingkungan
dalam pembelian desa tentang program PEMDES tentang para petani agar
pupuk pelestarian lingkungan pengelolaan berinovasi untuk
pertanian yang bisa menerapkan
dengan sistem pertanian
sehat system pertanian
yang ramah lingkungan
dan ramah modern.
4. Adanya sarana dan lingkungan 4. Adanya penguatan
prasarana pupuk 4. Adanya sarana kapasitas bagi
alternatif untuk dan prasarana kelompok tani
menunjang pelestarian pupuk alternatif mengenai pertanian
lingkungan berbasis alami

41
G. Metodologi Penelitian
a) Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metode penelitian merupakan salah satu metode atau langkah
yang dimiliki dan dilakukan oleh seorang peneliti dalam rangka untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan, mengumpulkan informasi atau data
serta melakukan investigasi pada data yang telah didapatkan. Metode
penelitian juga memberikan gambaran rancangan penelitian yang
meliputi antara lain: prosedur dan langkah-langkah yang harus dilakukan,
waktu penelitian, sumber data, dan dengan langkah apa datadata tersebut
diperoleh dan selanjutnya diolah dan dianalisis.
Dalam penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian kualitatif dengan menggunakan metode pendekatan PAR
(Participatory Action Riset). Pendekatan Participatory Action Research
(PAR) merupakan pendekatan yang prosesnya bertujuan untuk
pembelajaran dalam mengatasi masalah dan pemenuhan kebutuhan
praktis masyarakat, serta produksi ilmu pengetahuan33, dan proses
perubahan sosial keagamaan. Oleh karena itu, pendekatan ini merupakan
sarana untuk membangkitkan kesadaran kritis secara kolektif atas adanya
belenggu-belenggu ideologi globalisasi neoliberal dan belenggu
paradigma keagamaan normatif yang menghambat proses transformasi
sosial keagamaan.34Seperti yang dikutip dalam buku Metodologi
Penelitian Sosial Kritis oleh Agus Afandi yakni : “ Action Research,
Learning by Doing, Action Learning, Action Science, Action Inquiry,
Collaborative Research, Participation Action Research, Participatory
Research, PolicyOriented Action Research, Emancipatory Research,
Conscientizing Research, Collaborative Inquiry, Participatory Action
Learning, dan Dialectical Research”.
Pendekatan PAR merupakan proses riset yang berorientasi pada
pemberdayaan dan perubahan. Argumentasi ini juga didasarkan sebagai
proses riset transformatif yang artinya Pertama, sebuah proses
penumbuhan kekuasaan dan kemampuan diri kelompok masyarakat yang

42
miskin/lemah, terpinggirkan, dan tertindas. Kedua, proses dari, oleh dan
untuk masyarakat. Posisi masyarakat didampingi/difasilitasi dalam
mengambil keputusan dan berinisiatif agar lebih mandiri dalam
mengembangkan kualitas kehidupannya. Ketiga, menempatkan
masyarakat beserta institusi-institusinya sebagai kekuatan dasar bagi
peningkatan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan agama. Keempat,
upaya melepaskan berbagai bentuk dominasi budaya, tekanan politik,
eksploitasi ekonomi, dan hegemoni institusi agama yang membelenggu
dan menghalangi upaya masyarakat menentukan cara hidup dan
meningkatkan kualitas kehidupannya.
b) Prosedur penelitian
Penelitian ini peneliti menggunakan metode pendekatan PAR
maka daur tahapan prosedur dalam proses perubahan komunitas harus
sesuai dengan tahapan prosedur dalam Participatory Action Research
(PAR). Adapun tahapan prosedur penelitian Participatory Action
Research dapat dilihat sebagai berikut:
1) Pemetaan Awal (Preliminary Mapping)
Pemetaan awal digunakan peneliti sebagai alat untuk
memahami komunitas, dengan menggali data primer di
lingkungan masyarakat dengan melalui indra penglihatan
secara objektif, sehingga peneliti akan mudah memahami
realitas problem dan relasi sosial yang terjadi masyarakat. Pada
tahap ini peneliti ikut serta menjadi bagian dari setiap kegiatan
masyarakat Dusun Windu, mulai dari mengikuti setiap
kegiatan yang ada, baik kegiatan sosial keagamaan maupun
sosial ekonomi. Dengan mengikuti semua kegiatan tersebut
akan memunculkan rasa kepercayaan masyarakat atau
komunitas pada peneliti sekaligus pendamping masyarakat.
2) Membangun Hubungan Kemanusiaan
Proses ini dilakukan oleh peneliti dengan inkulturasi untuk
menjalin hubungan yang lebih akrab dengan masyarakat

43
seperti silaturahmi ke beberapa tokoh guna untuk mencapai
tujuan bersama, dan membangun kepercayaan (trust building)
dengan masyarakat. Disini peneliti membangun hubungan
dengan masyarakat tidak hanya sebatas di ruangan tertutup dari
rumah ke rumah tapi juga di luar ruangan, seperti di sawah, di
kebun, di jalan dan beberapa tempat lainnya sehingga peneliti
dan masyarakat menyatu menjadi sebuah simbiosis mutualisme
untuk melakukan riset bersama.
3) Penentuan Agenda Riset untuk Perubahan Sosial
Pada tahap ini peneliti dengan masyarakat Dusun Windu
mengadakan pertemuan (FGD) untuk mengajak masyarakat
terkait riset yang akan dilakukan. Pada proses FGD tersebut
peneliti memberikan penjelasan mengenai teknik-teknik yang
digunakan dalam riset. Pada tahap ini diperoleh kesepakatan
bahwa peneliti dan masyarakat mengagendakan program riset
yang akan dilakukan dengan teknik Participatory Rural
Appraisal (PRA) untuk memahami persoalan yang ada.
4) Pemetaan Partisipatif (Participatory Mapping)
Pada tahap ini peneliti melakukan pemetaan secara partisipatif
dengan kelompok masyarakat Dusun Windu untuk melakukan
pemetaan wilayah. Langkah awal dalam proses ini peneliti
mengajak beberapa tokoh dan warga untuk melakukan transect
wilayah. Dari transect ini peneliti dan warga menghasilkan
sebuah gambaran umum kondisi geografis, sosial, dan
persoalan yang dialami masyarakat Dusun Windu.
5) Merumuskan Masalah Kemanusiaan
Dalam proses menemukan masalah dilakukan secara
partisipatif oleh peneliti dengan mengajak masyarakat dan
stakeholder setempat. Untuk merumuskan masalah
kemanusiaan peneliti menggunakan data-data hasil temuan dari
proses pemetaan partisipatif yang sudah dibuat dalam bentuk

44
tabel, grafik, diagram, dan lain-lain, seperti persoalan pangan,
papan, kesehatan, pendidikan, energi, lingkungan hidup, dan
persoalan utama kemanusiaan lainnya. Teknik yangdigunakan
peneliti dalam merumuskan permasalahan dengan
menggunakkan analisis pohon masalah (hirarki masalah), yang
selanjutnya hasil dari pohon masalah tersebut dibuat sebagai
analisis pohon tujuan (harapan) masyarakat Dusun Windu.
Tidak hanya itu namun peneliti juga melengkapinya dengan
teknik matrik rangking sebagai langkah untuk memilih
prioritas persoalan mana yang akan diselesaikan lebih dahulu.
6) Menyusun Strategi Gerakan (Program)
Pada tahap ini peneliti melibatkan masyarakat dan stakeholders
setempat. Peneliti bersama komunitas menyusun strategi
gerakan untuk memecahkan problem kemanusiaan yang telah
dirumuskan sebelumnya. Menentukan langkah sistematik,
menentukan pihak yang terlibat (stakeholders), dan
merumuskan kemungkinan keberhasilan dan kegagalan
program yang direncanakan serta mencari jalan keluar apabila
terdapat kendala yang menghalangi keberhasilan program.
Dalam menyusun strategi peneliti menggunakan teknik yang
berbentuk Logical Framework Approach (LFA).
7) Pengorganisasian Masyarakat
Dalam proses pengorganisasian, peneliti melibatkan beberapa
Gapoktan untuk melancarkan proses pendampingan.
Kelompok ini terdiri dari kelompok internal maupun eksternal.
Peneliti mendampingi komunitas untuk membangun
pranatapranata sosial dalam bentuk kelompok-kelompok kerja,
maupun lembaga-lembaga masyarakat yang riel bergerak
memecahkan problem sosialnya secara simultan. Tidak lupa
peneliti membentuk jaringan-jaringan antar kelompok kerja
dan antara kelompok kerja dengan lembaga-lembaga lain yang

45
terkait dengan program aksi yang direncanakan seperti Dinas
Sosial Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tuban.
8) Melancarkan Aksi Perubahan
Aksi untuk memecahkan problem ini dilakukan peneliti secara
simultan dan partisipatif bersama kelompok tani Dusun Windu.
Sebab program pemecahan persoalan kemanusiaan bukan
sekedar untuk menyelesaikan persoalan itu sendiri, tetapi
merupakan proses pembelajaran masyarakat, sehingga untuk
melancarkan aksi perubahan peneliti menggandeng beberapa
stakeholders setempat yang memiliki pengaruh besar, seperti
perangkat desa, dinas sosial, dan lembaga lain yang
berhubungan dengan program yang direncanakan.
9) Membangun Pusat-pusat Belajar Masyarakat
Pada tahap ini peneliti menyadari bahwa pusat belajar harus
dibangun atas dasar kebutuhan komunitas yang sudah bergerak
melakukan aksi perubahan. Peneliti bersama masyarakat dan
beberapa stakeholders bersama-sama membangun pusat-pusat
belajar sesuai dengan ragam potensi dan kebutuhan masyarakat
Dusun Windu, seperti kelompok tani, kelompok pemuda,
kelompok ibu-ibu PKK dan sebagainya.
10) Refleksi
Pada tahap ini peneliti dengan masyarakat Dusun Windu
merefleksikan hasil selama proses pendampingan di lapangan.
Peneliti bersama bersama komunitas merumuskan teoritisasi
perubahan sosial. Berdasarkan atas hasil riset, proses
pembelajaran masyarakat, dan program-program aksi yang
sudah terlaksana, peneliti dan komunitas merefleksikan semua
proses dan hasil yang diperoleh (dari awal sampai akhir).
c) Subjek Penelitian
Subjek atau sasaran utama dalam penelitian ini adalah masyarakat
Dusun Windu khususnya para petani dan tentunya melibatkan Gapoktan

46
(Gabungan Kelompok Tani) sebagai organisasi kelompok. Tidak hanya
itu, penelitian ini juga melibatkan stakeholder lokal, pemerintah desa dan
juga Dinas Pertanian Kabupaten Tuban. Dan lokasi dari penelitian ini
adalah di Dusun Windu.
d) Teknik Pengumpulan Data
a. Mapping
Merupakan tahap awal dari langkah pemetaan wilayah
masyarakat. Tujuannya adalah mengetahui bentuk wilayah dan
permasalahannya secara umum. Pemetaan awal dilakukan bersama
masyarakat guna memahami kondisi fisik suatu wilayah yang
meliputi infrastruktur, potensi sosial ekonomi, serta permasalahan
yang timbul dari kondisi fisik dan sosial ekonomi.
b. Transect
Merupakan teknik pemetaan tahap kedua. Teknik ini
dilakukan dengan cara melakukan penelusuran wilayah desa
bersama narasumber yang berasal dari masyarakat sendiri. Transect
berasal dari kata cross section yang berarti melintasi suatu daerah,
menelusuri, atau potong kompas. Secara terminologi transect
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Tim PRA dan
narasumber langsung untuk berjalan menelusuri suatu wilayah,
guna mengetahui kondisi fisik seperti tanah, tumbuhan dll, kondisi
sosial masyarakat serta masalah-masalah yang sedang dihadapi,
perlakuan-perlakuan yang telah dilakukan beserta rencana-rencana
yang akan dilakukan
c. Survey rumah tangga
Merupakan tahap pemetaan yang ketiga. Upaya pemetaan
masalah ini dilakukan dengan menggunakan data statistik
berbentuk angket survei rumah tangga. Angket ini bertujuan untuk
mengetahui jenis-jenis permasalahan yang muncul di masyarakat
secara umum dari rumah per-rumah, mulai dari kondisi sarana dan
prasarana rumah tangga, kesehatan keluarga serta kesejahteraan

47
keluarga. Data berbentuk statistik ini ditujukan pada kepala
keluarga (KK) di setiap rumah di Dusun Windu.
d. Timeline (Penelusuran sejarah)
Merupakan teknik penelusuran sejarah di masyarakat
terkait persoalan tertentu. Teknik ini sudah terfokus pada satu
kajian data tertentu. Dalam upaya pengorganisasian masyarakat
time line telah disusun oleh peneliti bersama masyarakat dengan
tema pengairan di Dusun Windu. Lebih khusus teknik ini telah
menganalisa sejarah terkait kondisi air bersih dan perubahannya
dalam skala tahun. Hal ini tentu perlu dilakukan guna mengetahui
kronologis permasalahan pengelolaan sumber daya air yang terjadi
di masyarakat Dusun Windu dalam perspektif sosial.
e. Wawancara
Dialog atau wawancara dilakukan guna mengetahui
permasalahan yang muncul di masyarakat secara jelas. Sebab dan
akibat permasalahan terlihat ketika adanya pertanyaan dan jawaban
yang saling disuarakan. Wawancara semi terstruktur merupakan
wawancara yang bersifat semi terbuka, artinya jawaban tidak
ditentukan terlebih dahulu, pembicaraan lebih santai, namun
disesuaikan dengan topik yang telah disepakati bersama.
Wawancara ini dapat dikembangkan seluas mungkin, dengan
catatan topik tersebut masih relevan dengan pokok bahasan yang
disepakati, dengan memberi kesempatan kepada masyarakat atau
informan untuk menentukan hal-hal penting yang perlu digali,
sangat terbuka dalam proses diskusi.
e) Teknik Validasi Data
Penelitian PAR memiliki teknik triangulasi secara khusus.
Triangulasi adalah suatu sistem cross check. Teknik ini secara umum
merupakan teknik analisis data yang dapat membawa peneliti menuju suatu
kesimpulan. Pada pola penelitian PAR dengan menggunakan teknik dan

48
metode PRA secara khusus digunakan teknik triangulasi yang terdiri dari
beberapa bentuk sebagai berikut:
a. Triangulasi komposisi tim
Teknik ini mengedepankan unsur multidisiplin. Maksudnya
adalah mencakup berbagai orang dengan keahlian berbeda-beda.
Dalam triangulasi ini terdapat laki-laki, perempuan, masyarakat
(insider) dan Tim dari luar (outsider). Triangulasi ini dilakukan
dalam bentuk wawancara semi terstruktur dalam bentuk forum
group discussion (FGD).
b. Triangulasi alat dan Teknik
Teknik ini dilakukan dengan cara observasi langsung
terhadap suatu wilayah serta interview serta diskusi dengan
masyarakat setempat dalam rangka memperoleh informasi yang
kualitatif. Pencatatan terhadap hasil observasi dan data kualitatif
dapat dituangkan dalam bentuk tulisan ataupun diagram.
c. Triangulasi keragaman sumber informasi
Teknik ini dilakukan dengan mencari kejadian-kejadian
penting dan bagaimana prosesnya berlangsung, sedangkan
informasi dapat diperoleh dari masyarakat atau dengan melihat
langsung tempat atau lokasi. Teknik ini dilakukan dengan
menyatukan kedua teknik diatas dengan cara melakukan transect
dan melakukan proses tindakan menuju perubahan.

f) Teknik Analisis Data


a. Analisis pohon masalah
Teknik ini digunakan untuk memetakan masalah dan melakukan
identifikasi terhadap permasalahan yang muncul. Teknik ini membatu
melogiskan permasalahan yang muncul sehingga lebih mudah melakukan
pemahaman atas permasalahan yang terjadi. Penerapan teknik ini berhasil
menemukan inti permasalahan yang terjadi di masyarakat. Pelaksanaan

49
analisisnya dilakukan dengan cara FGD bersama masyarakat dan
stakeholders.
b. Analisis pohon harapan
Teknik ini dilakukan untuk menganalisis harapan masyarakat. Teknik
ini merupakan kebalikan dari teknik analisis pohon masalah. Analisis pohon
harapan kemudian menjadi acuan dalam menentukan rencana tindakan yang
harus dilakukan. Dari teknik inilah dapat diketahui strategi pengorganisasian
yang harus dilakukan guna melakukan proses aksi perubahan sebagai upaya
pemecahan masalah.
c. Analisis perubahan (trend and change)
Merupakan teknik yang memfasilitasi masyarakat guna mengenali dan
memahami pola perubahan dan kecenderungan suatu permasalahan. Teknik
ini bertujuan melihat perubahan yang terjadi beserta kaitannya terhadap
kejadian tertentu. Fungsi dari teknik ini adalah mengetahui perubahan dan
latar belakang atau faktor kemunculan perubahan tersebut. Teknik ini
kemudian dijadikan sebagai alat analisis perubahan pada proses
pengorganisasian di Dusun Windu. Teknik ini mampu mengevaluasi hasil-
hasil proses pengorganisasian.
d. Kalender musim
Merupakan teknik PRA yang digunakan untuk mengetahui kegiatan
utama, masalah, dan kesempatan dalam siklus tahunan yang dituangkan
dalam bentuk diagram. Tujuannya adalah mengetahui pola kehidupan
masyarakat pada siklus tertentu di setiap tahunnya. Teknik ini digunakan
untuk mengetahui pola pengairan di masyarakat Dusun Windu pada setiap
musimnya.
e. Diagram venn / alur
Teknik untuk mengidentifikasi pihak lokal dan hubungannya dengan
masyarakat adalah diagram / diagram alur. Diagram venn adalah alat untuk
menentukan bagaimana institusi dan pemimpin lokal mempengaruhi isu-isu di
masyarakat. Diagram alur digunakan untuk menganalisis melalui alur
pengelolaan usaha tas imitasi Dusun Windu.

50
H. Jadwal Penelitian
Berikut jadwal penelitian yang dilakukan oleh peneliti selama
proses pengorganisasian yang membutuhkan waktu cukup lama dengan
menggunakan teknik PAR (Participatory Action Research) yang akan
disajikan pada tabel di bawah ini:

Tabel
Jadwal Penelitian dan Pendampingan

April Juni
Maret Mei
Uraian
Minggu ke-
Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pemetaan Awal
(Mapping)

Membangun
Hubungan
Kemanusiaan
Penentuan Agenda
Riset untuk aksi
perubahan
Pemetaan
Partisipatif
(Participatory
Mapping)
Merumuskan
Masalah
Kemanusiaan
Menyusun
Strategi
gerakan (Program)

Mengorganis ir
petani dengan
aksi sekolah
lapang pertanian
terpadu

51
Uraian Agustus September Oktober November
Kegiatan
Minggu ke-

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Edukasi
tentang
pupuk
alternatif
untuk
pertanian
ramah lingkungan

Fasilitasi
pembuatan
pupuk
alternatif
untuk
pertanian
ramah lingkungan

Monitoring
dan evaluasi
program

Mengadvoka si
kebijakan dan
pemberian
subsidi pupuk
organik ke
pemerintah desa
terkait
pengelolaan
pertanian yang
sehat bersama
kelompok
Tani

program dan
penyusunan
laporan

52
I. Pihak Terkait
Tabel Stakeholder
No. Nama Lembaga Sifat Sumber daya Sumberdaya Tindakan yang
lembaga yang dimiliki yang dibutuhkan akan dilakukan

1. Kepala Desa Pemerintah Pemberian Pemberian surat Mengajukan


Kepala Dusun Desa Maindu legalitas izin permohonan
Ketua RW kebijakan Tokoh pendukung penelitian dan
Ketua RT kegiatan aksi mengajukan
Tokoh Masyrakat yang dilakukan bantuan berupa
oleh peneliti dukungan
Penyusun tambahan dalam
legalitas melakukan aksi
kebijakan
2. Petani Dusun Windu Petani Kemampuan Subyek aksi Melakukan
didalam pengorganisasian pendekatam
pertanian petani dalam sehingga para
mengoptimalkan petani dapat
pengolahan berpartisipasi
pertanian dalam kegitan
pemberdayaan
dari awal hingga
akhir
3. Dinas Peertanian Pemerintah Tenaga ahli Berpartisipasi Mengajukan
Kabupaten Tuban Daerah pertanian Bersama petani permohonan
local dalan Kerjasama
mengoptimalkan
pengolahan
pertanian
Memberikan
edukasi kepada
petani terkait
pengoptimalan
pengolahan
pertanian
4. BPP Kabupaten Lembaga Tenaga ahli Fasilitator Mengajukan
Tuban penyuluhan dan penyuluhan dan permohonan
pelatihan pelatihan kerjasama
pertanian

53
DAFTAR PUSTAKA

Huraerah Abu. Pengorganisasian dan Pengembangan Masyarakat: model


dan strategi Pembangunan Berbasis Rakyat (Bandung: Humaniora. 2011).
Hal. 129 & 143.
Afandi Agus. dkk. Modul Participatory Action Research (Surabaya: LPPM
UIN Sunan Ampel. 2016). hal. 154-156)

Afandi Agus. Metodologi Penelitian Sosial Kritis (Surabaya : UINSA Press.


2014). Hal. 129 - 132.

Afandi Agus. Dkk. Dasar – dasar Pengembangan Masyarakat Islam.


(Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press. 2012). hal. 219 & 227.
Baker. Cultural Studies Teori dan Praktik. (Yogyakarta : Kreasi Wacana.
2004). Hal 27
Ritzer George dan Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Modern. (Jakarta
:Kencana Prenada Media Group. 2010). Hal 176

Hasil wawancara peneliti pada saat turun lapangan


Pasek Arimbawa I Wayan. Beberapa Model Sistem Pertanian Terpadu
yang Berkelanjutan. hal 6 & 16
Tan Jo Hann. Roem Topatimasang. Mengorganisir Rakyat :Refleksi
Pengalaman Pengorganisasian Rakyat di Asia Tenggar. (Yogyakarta :
Insist Press. 2004). Hal. 16.

Shihab M. Quraish. Tafsir Al-Misbah :Pesa., Kesan dan Keserasian AlQur’an


Volume ., (Jakarta :Lentera Hati. 2002). Hal. 232.

Margaret. Sosiologi Kontempore., (Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada.


2013) Hal. 355.

Zaki Muhammad. Analisa Marx Atas Produk Kapitalis ( IndoPROGRESS


2015. jakarta) Hal 10.
Nu online. Al a raf: 56. https://quran.nu.or.id/al-a'raf/56

Nu Online. Surah Ar rad: 11. https://quran.nu.or.id/ar-ra'd/11


Syam Nur. Model Analisis Teori Sosial. (Surabaya : PMN. 2009). Hal 311

PP Republik Indonesia. Nomor 7 Pasal 1 Tahun 1973. Tentang penggunaan


bahan kimia pada pertanian.
Waton. Penerapan Sistem Pertanian Terpadu. 2016. Diakses pada 23
Februari 2020. dari www. waton sianu. work.

54
Zubaedi. Pengembangan Masyarakat : Wacana dan Praktek (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group. 2014) Hal. 24.

55

Anda mungkin juga menyukai