Anda di halaman 1dari 10

Pemanfaatan Eceng Gondok (Eichhornia Crassipes) Untuk Kemajuan

Desa Ekowisata Di Sekitar Danau Rawa Pening

Michael Oktavianus Hartanto


email: michaeloktavianus66@gmail.com

Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Unika Soegijapranata, Semarang, Universitas Katolik
Soegijapranata; Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Dhuwur Semarang 50234, 024-8441555

Abstrak
Rawa Pening adalah salah satu dari sekitar 500 danau di Indonesia yang cukup terkenal sebagai
destinasi wisata favorit di Jawa Tengah. Sebagai destinasi wisata, Rawa Pening memiliki keunikan
yang cukup menganggu pemandangan yaitu populasi eceng gondok yang menutupi sebagian besar
permukaan danau. Hal ini terjadi karena pertumbuhan eceng gondok yang sangat cepat sehingga
tanaman ini dianggap gulma di kawasan Rawa Pening. Belum lagi hal ini diperparah dengan adanya
pendangkalan danau yang pada tahun 1990 Rawa Pening memiliki kedalaman sekitar 15 meter dan
saat ini hanya memiliki kedalaman sekitar 3 meter akibat pendangkalan. Rawa Pening sedianya
memang memiliki potensi agrowisata memanjakan mata. Di satu sisi juga menjadi lahan pencaharian
petani dan nelayan bagi warga sekitar. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
pengumpulan data dari beberapa sumber terpercaya dan studi literatur. Penelitian ini bertujuan untuk
memajukan sisi Rawa Pening sebagai desa ekowisata yang maju dengan mengelola eceng gondok
agar tidak merugikan dari sisi estetika dan fungsional Rawa Pening itu sendiri.

Kata kunci : Eceng Gondok, Rawa Pening, Ekowisata

Abstract
Rawa Pening is one of about 500 lakes in Indonesia which is quite famous as a favorite tourist
destination in Central Java. As a tourist destination, Rawa Pening has a uniqueness that is quite
disturbing the scenery, namely the water hyacinth population that covers most of the surface of the
lake. This happens because the growth of water hyacinth is very fast so that this plant is considered
a weed in the Rawa Pening area. Not to mention this is exacerbated by the silting of the lake which
in 1990 Rawa Pening had a depth of about 15 meters and currently only has a depth of about 3 meters
due to silting. Rawa Pening originally did have the potential for agro-tourism to spoil the eyes. On
the one hand, it is also a source of livelihood for farmers and fishermen for local residents. The
method used in this research is to collect data from several reliable sources and study literature. This
study aims to advance the side of Rawa Pening as an advanced ecotourism village by managing water
hyacinth so as not to harm from the aesthetic and functional side of Rawa Pening itself.

Keywords: Water Hyacinth, Rawa Pening, Ecotourism

1. PENDAHULUAN Banyubiru, Kabupaten Semarang,


Desa Banyubiru merupakan salah Provinsi Jawa Tengah. Desa ini memiliki
satu Desa yang berada di Kecamatan letak yang berdekatan dengan Danau

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2020 128
Rawa Pening. Secara umum kualitas Menurut Marsodo, Kasubbid
beberapa bentuk perairan di Indonesia Konservasi Sumber Daya Alam dan
mengalami penurunan kualitas atau Keanekaragaan Hayati, Badan lingkungan
terdegradasi akibat eksplotasi yang hidup (BLH) Kabupaten Semarang, dalam
berlebihan seperti Rawa Pening. Rawa pernyataannya di media Kompas.com (1
Pening mengalami degradasi yang cukup Mei 2016).3 Menyatakan bahwa
tinggi akibat dari eksploitasi dan pendangkalan danau Rawa Pening sudah
pemanfaatan yang berlebihan oleh mencapai 50% dari kedalaman normal, hal
masyarakat. Eksploitasi yang terjadi pada ini didasarkan pada pengukuran yang
Rawa Pening tidak lepas dari kepentingan dilakukan oleh Badan Pengkajian dan
komersial yang berkaitan dengan nilai Penerapan Teknologi (BPPT), yang
ekonomi sosial dan lingkungan seperti, dilakukan sekitar bulan April 2016 dari
tambak perikanan, objek wisata, PLTA beberapa titik pengukuran dari empat
dan lainnya (Zulfia & Aisyah, 2013). kecamatan di wilayah danau Rawa Pening,
Khusus di danau Rawa Pening kemudian disimpulkan bahwa
terdapat satu permasalahan utama bila kedalamannya sekarang tinggal 8 meter,
dibandingkan dengan danau-danau lain di padahal pada kondisi normal di tahun 1994
Indonesia yaitu tidak terkendalinya kedalamannya masih sekitar 15 meter.
perkembangan tanaman air eceng gondok Faktor penyebab dari laju pendangkalan
atau orang lokal menyebutnya sebagai ini, menurut Marsodo akibat penggunaan
bengok yang menutupi hampir sebagian pupuk kimia untuk persawahan yang
besar permukaan airnya sehingga berlebihan oleh petani di bagian hulu
menyebabkan pendangkalan danau, Rawa Pening, yang ikut terlarut air sungai
mengganggu aktivitas transportasi ke danau Rawa Pening sehingga semakin
perairan, merusak pemandangan karena memicu suburnya pertumbuhan eceng
terlihat kumuh sehingga mengurangi nilai gondok.
eatetika kepariwisataan dan lain-lain, Tanaman air dengan kelopak
sehingga terkadang membikin “gondok” bunga berwarna ungu yang indah ini
(jengkel) oleh sebagian orang. Widyawati memiliki sifat perkembang biakannya
dkk, (dalam Siahainenia, 2009), dalam sangat cepat, baik secara vegetatif maupun
laporannya menunjukan bahwa populasi secara generatif. Heyne dalam Sahwalita,
eceng gondok di Rawa Pening, pada tahun (2008) menyatakan bahwa dalam waktu 6
2002 sudah mencapai 20% - 30% luas bulan, dalam areal 1 Ha perkembangan
permukaan perairannya atau seluas 150 tanaman ini dapat mencapai bobot basah
Ha. Sedangkan menurut Irawan, 20162. sebesar 125 ton. Tanaman air yang aslinya
Saat ini tumbuhan eceng gondok sudah berasal dari Brazil dan dibawa oleh
menutupi 60% luas permukaan danau dan Belanda pada tahun 1894 untuk
menyumbang sedimentasi paling sedikit melengkapi koleksi di kebun Raya Bogor
150 ribu m3. Hasil pengukuran terakhir sebagai tanaman hias, akhirnya menjadi
tahun 2011 tercatat bahwa laju erosi di tanaman gulma atau tanaman pengganggu
daerah tangkapan air danau Rawapening dibeberapa perairan di Indonesia,
mencapai 1.695,29 ton/ha/tahun sehingga termasuk di danau Rawa Pening yang
menyumbang potensi sedimentasi sebesar kondisinya paling parah akibat tanaman
743.456 ton/ha. ini.

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2020 129
Upaya untuk mengendalikan sebagai bahan baku kerajinan yang
pertumbuhan eceng gondok telah banyak memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Terdapat juga puluhan penambang tanah
Tengah melalui PemKab. Semarang gambut, yang merupakan humus akibat
bersama masyarakat sekitar. Setiap tahun mengendapnya eceng gondok yang mati
pasti ada gerakan bersama untuk dan tenggelam di dasar danau, yang dapat
mengangkat eceng gondok ke daratan, dimanfaatkan sebaagai media tanam
baik yang digerakkan oleh pemerintah, jamur, pupuk dll. Geliat sosial ekonomi
organisasi atau lembaga swadaya dalam pemanfaatan Rawa Pening ini telah
masyarakat, atau komunitas masyarakat ada berpuluh-puluh tahun yang lalu, dan
yang peduli dengan Rawa Pening. Namun terus bekelanjutan hingga sekarang tanpa
nampaknya upaya-upaya tersebut belum merasa khawatir akan kehabisan sumber
menunjukkan hasil yang signifikan, sebab bahan baku dari alam danau Rawa Pening.
sampai sekarang pun tanaman eceng Dari latar belakang diatas, yang
gondok masih belum berkurang bahkan menjadi rumusan masalah dan
mungkin semakin bertambah memunculkan ide pertanyaan penelitian
keberadaanya. Hal ini mungkin program adalah, bagaimana pola-pola pemanfaatan
pemberantasan tersebut sifatnya masih eceng gondok dalam perspektif konsep
belum terpadu dan tidak berkelanjutan pembangunan berkelanjutan di sekitar
atau hanya bersifat spontan dan eksidental danau Rawa Pening. Sehingga tujuan dari
yang tidak terorganisasi dengan baik. penelitian ini adalah mendiskripsikan
Sehingga, upaya pengendalian dan tentang pola-pola pemanfaatan eceng
pemberantasan tersebut tidak bisa gondok dalam perspektif konsep
mengimbangi laju percepatan pembangunan berkelanjutan di sekitar
pertumbuhan tanaman ini. danau Rawa Pening.
Dibalik hiruk pikuknya upaya
pemberantasan, dan pengendalian
pertumbuhan eceng gondok tersebut, disisi 2. METODE PENELITIAN
lain terdapat puluhan hingga ratusan Jenis metode penelitian yang
orang, baik masyarakat yang tinggal di dipilih adalah deskriptif analisis, metode
sekitar danau Rawa Pening maupun yang deskriptif analisis menurut Sugiyono
berasal dari luar area danau yang (2010), adalah suatu metode yang
kehidupan sosial ekonominya sangat berfungsi untuk mendeskripsikan atau
bergantung dari bengok atau eceng gondok memberi gambaran terhadap objek yang
sebagai sumber utama mata diteliti melalui data atau sampel yang telah
pencahariannya. Eceng gondok yang terkumpul sebagaimana adanya tanpa
dianggap sebagai tanaman gulma melakukan analisis dan membuat
pengganggu ternyata memiliki manfaat kesimpulan yang berlaku untuk umum.
ekonomi bagi masyarakat. Setiap hari, ada Jenis-jenis data yang digunakan
puluhan pencari bengok yang hiliir mudik dalam penelitian adalah data primer dan
ke tengah danau menggunakan perahu- data sekunder. Data primer merupakan
perahu mereka untuk mencari batang data yang diambil langsung pada
eceng gondok yang panjangnya sekitar 50- sumbernya seperti pada saat observasi di
60 Cm, untuk di jual ke pengepul, atau lapangan. Data sekunder merupakan
dijemur sendiri, kemudian digunakan datadata pendukung seperti buku, jurnal,

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2020 130
artikel, Citra Google Earth peta 3. PEMBAHASAN
adminitrasi Desa Banyubiru (Gambar 1) 1. Gambaran umum tentang Danau
yang diperoleh dari peta RBI skala Rawa Pening
1:25.000. Teknik pengumpulan data yang
digunakan penelitian ini adalah teknik
observasi, wawancara, dokumentasi.
Wawancara yang dilakukan dengan cara
menggunakan instrumen yang berupa
kuesioner serta menganalisis pendapat dari
subyek penelitian.
Jenis analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis data
secara deskriptif. Analisis data secara
deskriptif adalah teknik analisis yang
digunakan dalam menganalisis data
dengan cara membuat gambarangambaran
data yang terkumpul tanpa membuat
Rawa Pening merupakan danau
generalisasi dari hasil penelitian tersebut.
alami yang terletak sekitar 45 Km
Hasil dari data penelitian yang berasal dari
disebelah selatan Kota Semarang dan 9
data wawancara dan kuesioner yang
Km sebelah Barat Laut Kota Salatiga.
dilakukan pada masyarakat Desa
Atau dapat dikatakan berada dalam segi
Banyubiru dihitung hasil data tersebut
tiga emas antara Semarang, Solo dan
dengan koding Microsoft Excel kemudian
Yogyakarta. Secara koordinat, berada
diuraikan dalam bentuk tabel, grafik,
pada 7o04’ – 7o30’ Lintang Selatan (LS)
sehingga diperoleh kesimpulan dari data
dan 110o24’46” - 110o49’06” Bujur
tersebut. Analisis data tersebut dapat
Timur (BT), dan berada pada ketinggian +
digunakan untuk mendekripsikan persepsi
460 m di atas permukaan laut (dpl), serta
masyarakat Desa Banyubiru terhadap
dikelilingi oleh tiga Gunung, yaitu;
tanaman eceng gondok.
Gunung Merbabu, Gunung Telomoyo, dan
Gunung Ungaran. Letak Danau ini sangat
strategis karena berada di jalan raya
Provinsi Semarang - Solo dan Semarang –
Yogyakarta, serta berada di jalan raya
Kabupaten Semarang – Kota Salatiga.
Berdasarkan pada Daerah Aliran
Sungai (DAS), Danau Rawa Pening
berada di DAS Jratun Sluna tepatnya di
Sub-DAS Rawa Pening dan terbagi
menjadi dua daerah: (1) daerah hulu atau
kawasan hulu sebagai daerah tangkapan
Gambar 1 Peta administrasi Desa Banyubiru
air; (2) daerah hilir atau kawasan danau
dan sekitarnya.
Topografi Danau Rawa Pening
berbentuk tanah datar dan merupakan

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2020 131
lembah yang dikelilingi oleh daerah yang organik. Tanaman eceng gondok oleh
tinggi (pegunungan dan perbukitan) serta masyarakat Desa Banyubiru dimanfaatkan
terbendung di Kali Tuntang. Untuk daerah sebagai pupuk organik terutama pada
dataran tinggi (daerah hulu) mempunyai bagian akarnya yang jarang dimanfaatkan
bentuk topografi bervariasi yaitu datar, melainkan dibuang. Masyarakat
agak bergelombang, bergelombang, memanfaatkannya sebagai bahan utama
berbukit, berbukit terjal, sampai pembuatan pupuk organik yang sudah
pegunungan, karena berada di kaki diproduksi secara masal, guna mencukupi
gunung. kebutuhan pupuk organik di Desa
Fungsi utama dari Danau Rawa Banyubiru. Meskipun belum sampai
Pening untuk menahan laju aliran air melakukan ekspor ke berbagai kota
permukaan dan menampung aliran dengan tersedianya pupuk organik
permukaan yang kemudiaan dimanfaatkan tersebut, diharapkan dapat membantu
untuk berbagai kepentingan masyarakat upaya pemulihan kualitas air danau dan
seperti: supply air untuk PLTA mempercepat upaya pemulihan lahan
(Perusahaan Listrik Tenaga Air) Jelok kritis di daerah tangkapan air danau.
dimana PLTA Jelok merupakan bagian gondok dimanfaat kan sebagai pakan
dari interkoneksi listrik Jawa Bali, Irigasi ternak oleh masyarakat di Desa
pertanian bagi kabupaten Semarang, Banyubiru. Tanaman eceng gondok yang
Kabupaten Demak dan Kabupaten dapat dijadikan bahan pakan ternak
Grobogan, Pengendali banjir daerah hilir merupakan bagian daunnya, merupakan
terutama di Kabupaten Demak dan bagian dari tanaman eceng gondok yang
Kabupaten Grobogan, Kegiatan pariwisata mudah dicerna oleh hewan ternak
yaitu untuk Wisata Air maupun Agro masyarakat seperti bebek, ayam, angsa,
Wisata, Kegiatan perikanan darat baik kambing. Akan tetapi, daun eceng gondok
perikanan alami maupun perikanan ini tidak langsung diberikan untuk pakan
budidaya dan Penyedia air baku dan air ternak harus ada pengolahan terlebih
untuk industry; 7). Persawahan pasang dahulu yaitu dengan mencampurkan
surut; 8). Handicraft; 9). Penambang bekatul sebelum diberikan pada ternak.
gambut sebagai bahan dasar pupuk Sebagai bahan dasar pembuatan
organik dan sarana jamur. kerajinan, masyarakat Desa Banyubiru
2. Dampak Positif Keberadaan memiliki sikap yang kreatif. Hal ini
Tanaman Eceng Gondok di Rawa dikarenakan masyarakat mampu melihat
Pening adanya peluang usaha dan lahan bisnis dari
Berdasarkan hasil penelitian adanya tanaman eceng gondok. Tanaman
masyarakat Desa Banyubiru bahwa eceng gondok dimanfaatkan sebagai bahan
tanaman eceng gondok keberadaannya utama pembuatan kerajinan tangan seperti
sudah cukup lama di Rawa Pening dan anyaman. Tanaman eceng gondok selama
jumlahnya terus meningkat dari tahun ke ini menjadi hama di Rawa Pening. oleh
tahun. Hal ini menjadikan masyarakat karena itu, masyarakat memanfaatkan
melihat adanya peluang usaha dan dampak sebagai sumber penghasilan tambahan
positif lainnya dari adanya keberadaan atau bahkan penghasilan utama, karena
tanaman eceng gondok. Dampak positif batang tanaman eceng gondok memiliki
dari adanya keberadaan tanaman eceng nilai jual yang cukup tinggi terutama yang
gondok yaitu sebagai bahan pupuk menjadi produk barang jadi seperti tas,

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2020 132
dompet, gorden, taplak, dan lainnya. dahulu tanaman eceng gondok agar tidak
Selain itu, batang eceng gondok yang tersangkut jaring.
kering dapat di ekspor ke berbagai kota Rusaknya hasil pertanian
pengrajin seperti di Yogyakarta. mayarakat karema terganggu tanaman
3. Dampak Negatif Keberadaan eceng gondok yang menjadi hama
Tanaman Eceng Gondok di Rawa pertanian. Hal ini dikarenakan semak
Pening tanaman eceng gondok menjadi sarang
Berdasarkan pendapat masyarakat tikus yang apabila terjadi air pasang semak
Desa Banyubiru tanaman eceng gondok tersebut menepi ke lahan pertanian
selain memiliki dampak positif juga masyarakat yang kemudian tikus yang ikut
memiliki dampak negatif yang dapat bersama semak tersebut memakan habis
mempengaruhi aktivitas sosial, ekonomi hasil pertanian masyarakat. Daun eceng
dan Lingkungan. Hal ini dikarenakan gondok yang telah membusuk dapat
dampak yang dirasakan masyarakat sudah menghambat saluran irigasi sawah,
berlangsung cukup lama. Dampak negatif sehingga panen padi tidak dihasilkan
dari keberadaan tanaman eceng gondok secara maksimal.
yaitu, pendangkalan rawa dimana Masyarakat juga mengeluh atas
pendangkalan yang terjadi di Rawa Pening limbah eceng gondok yang telah
di sebabkan oleh pertumbuhan tanaman membusuk tersebut menimbulkan bau
eceng gondok yang tak terkendali. yang tidak sedap dan mencemari air di
Pendangkalan ini berimbas pada daya Rawa Pening. Berdasarkan penelitian
tampungan air di Rawa Pening yang terdahulu masyarakat Desa Banyubiru
apabila pada musim penghujan sering pemanfaatkan lahan pasang surut di daerah
terjadi banjir, karena rawa tadak dapat Rawa Pening sehingga tempat tersebut
menampung air dalam jumlah banyak. menjadi sumber mata pencaharian penting
Hanya sedikit masyarakat yang bagi masyarakat meskipun belum
sadar dampak dari pendangkalan yang dimanfaarkan secara efisein sepanjang
terjadi di Rawa Pening, karena rendahnya tahun karena sering tergenang air
tingkat pengetahuan masyarakat akan (Sittadewi, 2011).
pentingnya menjaga ekosistem di Rawa 4. Pola – Pola Pemanfaatan Eceng
Pening. Tertutupnya permukaan Rawa Gondok di Sekitar Danau Rawa Pening
Pening oleh tanaman eceng gondok Menjadikan eceng gondok dari
tersebut mengalami peningkatan terus gulma menjadi komoditas, tentu bukan
menerus, pertumbuhan yang tidak merupakan sebuah proses yang singkat,
terkontrol ini menyebabkan penutupan namun dibutuhkan proses yang panjang
permukaan perairan. Hal ini untuk melakukan inovasi dan
mempengaruhi aktivitas nelayan yang pengembangan produk yang akhirnya
sedang mencari ikan karena terhalang oleh menghasilkan karya yang bernilai.
tanaman eceng gondok. Para nelayan Berbagai pola pengolahan telah dilakukan
mengeluhkan adanya hambatan ketika oleh masyarkat sekitar, sesuai dengan
sedang mencari ikan terutama laju perahu berbagai macam permintaan dari berbagai
yang terhalang oleh tanaman eceng pihak. Dari beberapa penelusuran
gondok. Saat nelayan akan menebar jaring dilapangan yang penulis lakukan ada
seringkali harus menyingkirkan terlebih beberapa model pemanfaatan dan
pengelolaan yang dilatar belakangi oleh

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2020 133
aspek ekonomi. Dalam hal ini adalah kondisi basah dalam jumlah yang banyak.
karena untuk kebutuhan hidup, maupun Hal ini tentu saja sangat memudahkan
berkaitan dengan peningkatan nilai dalam segi pemasaran bagi masyarakat
ekonomi dari setiap pola atau model yang disana. Meskipun harga jual dalam kondisi
dilakukan dari mulai hulu sampai hilir basah yang langsung didapat dari danau
proses produksi. tersebut, lebih rendah bila dibandingkan
4.1 Pola Panen Basah dengan yang sudah melalui proses
Pola ini adalah pola yang paling pengolahan lebih lanjut. Namun hasil yang
sederhana yang banyak dilakukan oleh didapat lebih cepat diterima untuk
masyarakat yang tinggal di sekitar danau langsung dirasakan manfaatnya.
Rawa Pening khususnya banyak dilakukan 4.2 Pola Panen Kering
di sekitar kawasan wisata Bukit Cinta Selain pola jual dalam kondisi
Desa Rowoboni Kecamatan Banyu Biru, basah, ada juga beberapa masyarakat yang
yang menjadikan kawasan TPI (Tempat pola pemanfaatannya sebelum dijual
Pelelangan Ikan) menjadi pangkalan untuk dijemur dahulu hingga kering, baru
mengumpulkan hasil dari mencari batang- kemudian di jual, atau dalam hal ini
batang eceng gondok dari tengah danau. penulis sebut sebagai pola panen kering.
Pola ini sebenarnya adalah merupakan Pola ini dilakukan untuk menaikkan harga
pola awal sebelum batang eceng gondok jual sedikit lebih lebih mahal,
tersebut diolah lebih lanjut, namun dari dibandingkan dengan dijual langsung
pola pertama ini saja masyarakat sudah dalam kondisi basah. Aktivitas pola ini
langsung menerima hasil dari kerja yang banyak dilakukan oleh masyarakat yang
dilakukan. Jika dibuat sebuah gambaran tinggal di desa Rowo Ganjar dan
dalam sebuah bagan, pola pertama ini sekitarnya. Setiap hari di halaman rumah
dapat penulis gambarkan seperti ini : warga dan ditepi-tepi jalan, banyak
berjejer rapi batang-batang eceng gondok
yang didapat dari danau Rawa Pening.
Mereka menjemurnya antara 5 – 10 hari,
tergantung dari cuaca. Jika musim
kemarau dengan dengan panas matahari
yang terik, masyarakat yang menggeluti
pola ini bisa menjemur eceng gondok
basah hingga menjadi kering dan siap jual
Bagan 1. Pola Panen Basah hanya membutuhkan waktu antara 3 – 5
hari saja. Namun jika dimusim penghujan,
Pada bagan diatas menunjukan lama waktu penjemuran bisa mencapai
bahwa, eceng gondok yang baru saja antara 8 – 10 hari. Pola ini dilakukan masih
didapat dari danau dalam kondisi basah, dalam satu rangkaian, artinya bahwa
sudah mempunyai nilai ekonomis, atau pencari eceng gongdok juga sekaligus
sudah laku untuk dijual. Para petani atau penjemur. Jika digambarkan dalam bagan
pencari eceng gondok, banyak yang adalah sebagai berikut.
lansung menjual kepada pengepul,
penjemur atau pembeli yang langsung
datang ketempat untuk membeli dalam

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2020 134
pekerjaan ini hampir menjadi pekerjaan
pokok yang ia kerjakan setiap hari dan
menjadi sumber utama penghasilan
ekonominya, selain bertani.
Harga jual bengok kepangan juga
sangat fluktuatif, saat penelitian ini
Bagan 2. Pola Panen Kering dilakukan harga pada saat itu adalah hanya
dihargai Rp.5500,-/Kg. Jadi jika ia tiap
Pada bagan diatas, menjelaskan tiga hari menjual sekitar 7 Kg bengok
bahwa sebagian masyarakat yang ada kepangan ia bisa memperoleh pendapatan
disekitar danau rawa pening, berkaitan sebesar Rp. 38.500/ tiga hari. Sehingga
dengan pemanfaatan eceng gondok rata- jika dirata-rata tiap bulannya dengan harga
rata dalam satu keluarga terjadi suatu bengok yang sekarang yaitu Rp.5500/Kg
pembagian kerja. Antara Ayah atau kepala bu Sayeti hanya mendapatkan penghasilan
keluarga, biasanya berperan sebagai Rp.385.000,- / bulan. Namun harga
pencari eceng gondok dari tengah danau, bengok ini juga mengalami naik turun.
namun kadang kala pula juga dilakukan Terkadang serendah-rendahnya hanya
bersama anggota keluarga yang lain, baik dihargai Rp. 5000,-/Kg namun bisa juga
itu anak maupun istri. Kemudian istri atau dihargai sampai Rp.7000 bahkan
anak perempuan, berperan sebagai Rp.8000/Kg nya.
penjemur. Tetapi tidak menutup 4.4 Pola Menjadi Barang Jadi
kemungkinan juga bahwa, aktivitas Dari beberapa pola pengelolaan
tersebut hanya dilakukan oleh satu orang eceng gondok diatas, mungkin pada pola
saja, yaitu selain mencarinya sendiri inilah yang menjadi pola final dalam
ditengah danau, kamudian ia ranngaian pemanfaatan eceng gondok
menjemurnya sendiri. menjadi komonditi. Di sekitar danau Rawa
4.3 Pola Panen Anyam Setengah Jadi Pening, ternyata tidak banyak masyrakat
Aktivitas pengelolaan setengah yang menggeluti sebagai pengrajin eceng
jadi ini tidak sebanyak dilakukan oleh gondok, padahal bahan baku eceng
masyarakat, yang tinggal di daerah ini. gondok melimpah ruah disekelingnya.
Hanya beberapa orang masyarkat saja Mereka lebih suka menjual ke pengepul
yang mungkin punya banyak waktu luang, dalam bentuk basah, kering yang belum
sabar dan tekun dalam menjalani aktivitas diolah, atau setengah jadi, yang langsung
mengolah eceng gondok menjadi dikirim ke kota-kota sentra kerajinan
anyaman. Aktivitas mengolah dari seperti Jogja atau Solo. Hanya sebagian
mencari, menjemur dan menganyam kecil saja masyarkat di sekitar danau Rawa
hingga menjadi bahan baku setengah jadi Pening yang konsen dalam pengelolaan
ini seperti yang dilakukan oleh ibu Sayeti eceng gondok menjadi produk jadi seperti
(54 tahun) warga dusun Kebun Bawang, yang dilakukan oleh Bapak Slamet dan ibu
Desa Kebun Dowo, Kec. Banyu Biru. Dian Eka Sari 8 yang membuat usaha
Meskipun ia mengaku bahwa pekerjaan ini handycraft yang diberi nama “Syarina
dikerjakan hanya sebagai pekerjaan Production” dengan bahan baku eceng
Samben atau pekerjaan sampingan selain gondok.
bertani, namun pada kenyataannya Pola pengelolaan yang ia lakukan,
awal mulanya ia mengerjakan pekerjaan

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2020 135
hulu sampai hilir semuanya sendiri. Baik ada disekitar danau Rawa Pening. Kedua,
saat mencari eceng gondok ditengah Pemerintah daerah maupun pemerintah
danau, menjemurnya, menganyam hingga pusat serta pihak-pihak, harus turut terlibat
membuat barang jadi dan siap jual berupa dalam upaya perluasan pasar dari produk-
kerajinan eceng gondok, seperti mobil- produk hasil eceng gondok. Ketiga,
mobilan, tempat tissue dan lain Hendaknya dalam pengelolaan Rawa
sebagainya. Bahkan sampai pemasarannya Pening, tetap memperhatikan aspek
pun ia kerjakan sendiri. Namun sekarang, pembangunan ekonomi, pembangunan
setelah apa yang ia kerjakan mendapat sosial dan aspek perlindungan terhadapap
respon positif dari pasar maupun instansi lingkungan. Keempat, Pemerintah dan
pemerintah, usahanya tersebut semakin Perguruan Tinggi di sekitar Danau Rawa
lebih maju dengan banyaknya permintaan Pening khususnya UKSW harus punya
pesanan dari berbagai daerah. perhatian yang besar, teruama dalam
membuat inovasi-inovasi pengelolaan
eceng gondok, baik dalam konsep disain
4. PENUTUP produk yang diminati pasar,
4.1 Kesimpulan pengembangan dan penggunaan teknologi
Dari analisis dan pembahasan tepat guna yang dapat mempermudah dan
penulis terhadap dampak eceng gondok di mempercepat proses pengelolaan eceng
Rawa Pening yang pertumbuhannya gondok.
kurang terkontrol dapat diperoleh
beberapa kesimpulan. Selama ini
keberadaan eceng gondok di kawasan DAFTAR PUSTAKA
Rawa Pening dianggap oleh masyarakt
sebagai gulma atau tanaman yang Alwasilah, A. Chaedar, 2011, “Pokoknya
merugikan. Sebenarnya Rawa Pening Kualitatif”, dasar-dasar merancang
memiliki keeksotisannya sendiri sebagai dan melakukan penelitian kualitatif,
destinasi wisata yang menarik di kawasan Pustaka Jaya, Jakarta.
Jawa Tengah, hal ini perlu dimanfaatkan Ahira, Anne, posting 2013, Eceng gondok
untuk terus mengembangkan Rawa Pening - Gulma Berkomoditi Eksport,
yang memiliki citra positif di Jawa http://www.anneahira.com/gulma.ht
Tengah. Dalam upaya pembersihan eceng m. Akses (27/03/2013)
gondok, selai dilakukan pembuangan
eceng gondok secara berkala oleh Irawan, Evi, 2016, Tata Kelola Pemulihan
pemerintah maupun aktivis, eceng gondok Fungsi Danau Rawapening, Balai
ternyata bisa dimanfaatkan bahkan Penelitian dan Pengembangan
bernilai tinggi dari sisi ekonomisnya, Teknologi Pengelolaan Daerah Aliran
sehingga masyarakat bisa memanfaatkan Sungai.
eceng gondok tersebut untuk http://balitekdas.org/penelitian/kegiat
keberlangsungan ekonomi mereka. an/tahun/2016/baca/96/TataKelola-
4.2 Saran Pemulihan-Fungsi-Danau-
Adapun saran dari penulis yaitu Rawapening, akses tgl 02/12/2016
Perlu adanya program-program Munir, Syahrul, 2016, Tahun 1994
pemberdayaan dan pelatihan yang lebih Kedalaman Rawapening 15 meter,
intensif khususnya bagi masyarakat yang

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2020 136
Sekarang Tinggal 8 Meter,
http://regional.kompas.com/read/201
6/05/01/16052161/Tahun.1994.Kedal
a
man.Rawapening.15.meter.Sekarang.
Tinggal.8.Meter, akses tgl
05/12/2016.
Purnomo, Daru, 2000, Aspek
Kependudukan dan Sosio Ekonomi
Desa Sekitar Danau Rawa Pening dan
Daerah Tangkapan Hujan Rawa
Pening, FIS Pers dan Widyasari,
Salatiga.
Sahwalita, posting 2008, Prospek
Pemanfaatan Eceng gondok Untuk
Industri Kerajinan Kertas Seni di
Kawasan Wisata Sungai Musi Untuk
Peningkatan Pendapapatan
Masyarakat,
http//:www.balitbangnovda.sumselpr
ov.go.id
Abimanyu, Kentasa. (2016). Analisis
Pemanfaatan Sumber Daya Alam
Danau Rawa Pening Kabupaten
Semarang. Skripsi :Universitas
Negeri Semarang.
Guritno, B. (2003). Program
Penyelamatan Rawa Pening.
Prosiding Pekan Ilmiah Mahasiswa
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga. Senat Mahasiswa
Universitas Kristen SatyaWacana.
Salatiga.
Sutarwi. (2008). Proses Kebijakan
Konservasi Sumber Daya Air Danau
Rawa Pening Di Jawa Tengah.
Widyaprana, 5(2): 2, 39- 72.

G-SMART Jurnal Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang | ISSN : 2620-5297 (online)
Volume 4 | Nomor 2 | Desember 2020 137

Anda mungkin juga menyukai