Anda di halaman 1dari 4

0 0 2 E S 3 3 2 BL 0 3 TH 2 0 1 9

BPP TEKNOLOGI

Nomor:
002/TN/ES3.3.2/PELABUHAN/PPTRIM/III/2019
TECHNICAL NOTES

TECHNICAL NOTES 2
Studi Pustaka mengenai Klasifikasi Pemecah Gelombang
(Breakwater) Apung

WP.3.3
Kelayakan Kebutuhan Pasar

WBS.1.0
Inovasi Teknologi Mendukung TKDN

PROGRAM
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Rekayasa Industri
Maritim

DIBUAT OLEH: DIPERIKSA OLEH: DISETUJUI OLEH:

Engineering Staf Leader Group Leader


Dian Astria Novianti Ir. M. Alfan Santosa, MT Ir. Aris Subarkah, MT
18/03/2019
HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN

0
Breakwater adalah salah satu bangunan yang sering digunakan untuk mengatasi
permasalahan pantai seperti peredaman gelombang tinggi dan pengurangan erosi pesisir di
atas. Belakangan ini struktur pantai breakwater telah dikembangan secara terapung yang
disebut dengan Floating Breakwater. Pemecah gelombang Terapung (Floating Breakwater)
hadir sebagai solusi alternatif terhadap pemecah gelombang tetap konvensional dan dapat
digunakan secara efektif di daerah pesisir dengan kondisi lingkungan gelombang yang
ringan. Kondisi tanah dan lingkungan yang kurang baik, kedalaman laut yang cukup dalam,
fenomena erosi pantai yang intens, serta pertimbangan estetika mendukung penerapan
struktur Floating Breakwater (McCartney, 1985).
Floating breakwater bisa lebih memungkinkan digunakan dimana kondisi tanah yang buruk
daripada struktur breakwater tetap yang berat karena floating breakwater tidak
menyebabkan adanya tekanan tanah yang bisa menyebabkan sliding yang berakibat
terjadinya kegagalan struktur, tapi bagaimanapun floating breakwater harus menggunkan
anchored yang ditaruh didasar laut (Fousert, 2006). Breakwater terapung (Floating
Breakwater) memungkinkan terjadinya sirkulasi air laut secara bebas dan hewan-hewan air
dapat melintas di bawah struktur. Suatu hal yang tidak mungkin terjadi pada sistem
breakwater konvensional yang membendung aliran air laut. Selain itu struktur terapung
juga bebas dari permasalahan erosi dan sedimentasi serta kemampuan daya dukung tanah
disekitar tapak struktur.
Struktur breakwater terapung juga dipandang lebih murah dibanding breakwater
konvensional manakala daerah yang akan dilindungi memiliki kedalaman yang cukup
besar. Pemecah gelombang terapung (floating breakwater), mereduksi energi gelombang
dengan menghancurkan gelombang yang datang melalui interaksi struktur dengan
gelombang. Menurut Watanabe (2004), pemecah gelombang terapung (Floating
Breakwater) lebih efesiensi konstruksinya, ramah lingkungan, lebih murah dan cepat dalam
pengerjaannya, tahan terhadap gempa, mudah dipindahkan atau diperbaiki, tidak
mengalami proses konsolidasi maupun setlemen, serta Cocok untuk pembuatan konstruksi
yang mengedepankan estetika model
Secara garis besar terdapat empat tipe floating breakwater, yaitu:
a) Tipe pontoon
b) Tipe modul apung
c) Tipe rakit
d) Tipe kotak (box).
Masing-masing bentuk tersebut memiliki karakteristik dan mekanisme tersendiri dalam
mereduksi gelombang yang datang. Kinerja yang bagus diperoleh apabila kemampuan
redaman struktur cukup besar, atau koefisien transmisi yang dihasilkannya bernilai kecil.
Dalam perencanaan pemecah gelombang terapung perlu diidentifikasi Batasan-batasan
yang ada bagi struktur tersebut. Batasan yang diidentifikasi ditinjau dari aspek interaksi
struktur terhadap lingkungan, interaksi struktur terhadap sistem mooring (penjagaan posisi),
dan interaksi struktur terhadap sambungan. Selain itu didefinisikan juga batasan bagi
struktur itu sendiri, yaitu (Van Tol, 2008):
A. Lingkungan
Beban lingkungan terhadap struktur adalah (Tirimanna & Falbr):
1. Gaya angin
2. Gaya gelombang
3. Gaya arus
4. Gaya hidrostatik
Kondisi batas pada lingkungan antara lain:

1
1. Struktur hanya dapat meredam gelombang pada frekuensi terbatas
2. Batas frekuensi ditentukan dari batas aman diizinkannya operasi (berkaitan dengan
pergerakan yang boleh terjadi pada struktur yang dilindungi)
3. Kegiatan operasi dihentkan saat gelombang lebih besar dari batas izin, sehingga
gelombang ini tidak perlu diredam
4. Bila gelombang transmisi oleh 1 struktur masih terlalu besar, dapat digunakan sistem
2 struktur untuk menghasilkan redaman yang lebih kecil.

B. Sistem mooring
Kondisi batas pada sistem mooring antara lain:
1. Sistem mooring berperan untuk menjaga posisi struktur
2. Sistem mooring jangan membatasi perilaku dinamik pemecah gelombang terapung
yang menguntungkan bagi performa pemecah gelombang terapung (terutama heave).
3. Sistem mooring boleh membatasi, meski tidak harus, perilaku dinamik yang tidak
menguntungkan bagi performa pemecah gelombang terapung.

C. Sambungan
Kondisi batas pada sambungan antara lain:
1. Tidak boleh terjadi damage, baik akibat fatigue atau benturan antar unit struktur
2. Sambungan jangan membatasi perilaku dinamik pemecah gelombang terapung yang
menguntungkan bagi performa pemecah gelombang terapung (terutama heave).
3. Sambungan boleh membatasi, meski tidak harus, perilaku dinamik yang tidak
menguntungkan bagi performa pemecah gelombang terapung.
4. Sambungan mampu menyalurkan gaya antar elemen
5. Sambungan tetap menyambung pada kondisi gelombang ekstrim

D. Struktur
Kondisi batas bagi struktur antara lain:
1. Struktur berbentuk balok dan merupakan tipe pemecah gelombang dengan prinsip
displacement.
2. Struktur terapung akibat gaya hidrostatik
3. Badan struktur harus dapat menahan penjumlahan dari tekanan hidrostatik, tekanan
gelombang, dan gaya akibat percepatan

Suatu desain penahan gelombang akan memiliki dampak keuntungan dan kerugian yang
diakibatkan, walaupun banyak penelitian menyatakan floating breakwater memiliki banyak
segi postif, namun floating breakwater juga memiliki kekurangan ataupun kerugian yang
juga harus dipertimbangkan.

Keuntungan floating breakwater diantaranya adalah:


1. Lebih murah dibandingkan dengan fixed breakwater untuk laut dalam (kedalaman > 10
ft) (Hales, 1981). Studi ini juga diperkuat oleh penelitian dari (Schepers,1998), (Lenting,
2003) dan (d’Angremond, 1998)
2. Bisa lebih layak dalam kondisi tanah yang buruk dari fixed breakwater (Fousert, 2006),
(McCartney, 1985)
3. Dapat mereduksi tinggi gelombang (kurang dari 6.5 ft) (Tsinker, 1995)
4. Dapat dengan mudah dipindahkan dan dimodifikasi, dapat digunakan kembali serta
transportasi dan fleksibilitas yang efektif dalam desain (Hales, 1981) ,(Fousert, 2006)
5. Jika formasi es menimbulkan masalah, floating brakwater dapat dipindahkan dari lokasi
(Hales, 1981)

2
6. Dapat memilki nilai estetika dibandingkan fixed breakwater (McCartney, 1985).
Kerugian dari penggunaan floating breakwater antara lain:
1. Memiliki keterbatasan dalam meredam gelombang tinggi dengan rentang frekuensi yang
terbatas (Fousert, 2006).
2. Tidak terlalu efektif dalam mengurangi tinggi gelombang untuk gelombang kecil
dibandingkan fixed breakwater, batas atas untuk desain periode gelombang adalah pada
kisaran 4-6 detik (sama dengan minimum frekuensi, 1.0 rad/s-1.6 rad/s) (Tsinker 1995)
3. Mudah mengalami kegagalan struktural selama mengalami kondisi badai (Tsinker, 1995)
4. Jika strukturnya gagal dan dalam keadaan masih terikat dengan mooringnya, maka
floating breakwater mungkin akan menimbulkan suatu bahaya (Kelly 1999)
Jika dibandingkan dengan breakwater pada umumnya, floating breakwater lebih
membutuhkan biaya pemeliharaan yang besar (Tsinker 1995)
REFERENSI:
1. Armono, Haryo Dwito; Supriadi, Hary; Sujantoko; Sholihin; Suastika, Ketut. ”Pemanfaatan Floating
Breakwater High Density Polyethylene untuk Budidaya Rumput Laut”. Jakarta. 2012
2. Pratikno, Asrin Ginong; Armono, Haryo Dwito; Mustain, Mahmud. ”Analisa Perubahan Bentuk
Spektral Gelombang Pada Pemecah Gelombang Terapung”. Surabaya
3. Hakiki, Irham Adrie; Samskerta, I Putu. ”Aspek Desain Pemecah Gelombang dan Dermaga Terapung
dengan Menggunakan Sistem Modular”. Jakarta. 2016
4. ”Pemecah Gelombang Terapung” oleh Risandi Dwirama Putra
(https://risandidwiramaputra.wordpress.com/2011/02/24/pemecah-gelombang-terapung/)

Anda mungkin juga menyukai