Anda di halaman 1dari 43

PEMBONGKARAN BANGUNAN LEPAS PANTAI

Di Indonesia
POKOK BAHASAN
•Di Indonesia terdapat > 400 bangunan lepas pantai

• Banyak sekali diantara bangunan lepas pantai tersebut sudah habis usia
teknisnya dan atau tidak ekonomis lagi untuk dilanjutkan operasinya

• Secara umum menurut peraturan yang berlaku, instalasi pertambangan yang


tidak dipakai lagi harus dibongkar

•Penyimpangan dari peraturan yang berlaku dapat menimbulkan berbagai


resiko yang tidak diinginkan.
BEBERAPA ASPEK YANG PERLU
DIPERTIMBANGKAN

1. Legal
2. Teknis
3. Keselamatan dan Lingkungan
4. Finansial
ASPEK LEGAL (International)

1. 1958 Geneva Convention on the Continental Shelf Article 5 (5)


2. 1982 United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) Article 60
(3)
3. International Maritime Organization (IMO) Guidelines 1989
4. 1972 London Dumping Convention
ASPEK LEGAL (National)

Peraturan Pemerintah (PP) No. 17 tahun 1974 pasal 21


Suatu instalasi pertambangan yang tidak dipakai lagi harus
dibongkar seluruhnya dalam jangka waktu yang ditetapkan
Direktur Jendral….dst
ASPEK TEKNIS

• Komponen struktur utama

• Opsi-opsi pembongkaran

• Peralatan yang digunakan


KOMPONEN STRUKTUR UTAMA

•Deck

•Jacket dan Conductor

•Pipelines
OPSI-OPSI PEMBONGKARAN

1. Dirobohkan ditempat
2. Pembongkaran seluruhnya dan dibuang kelaut
3. Pembongkaran seluruhnya dan dibuang didarat
4. Pembongkaran sebagian, deck dibawa ke darat dan jacket ditinggalkan
ditempat atau dibongkar sebagian.
PERALATAN UTAMA YANG DIGUNAKAN

•Sheer leg Crane Vessel


•Mono hull Rotary Crane Vessel
•Semisubmersible Crane Vessel
•Cutting Devices
•Transport barge & Tug
CUTTING DEVICES

•Explosive Cutting Devices

•Non explosive Cutting Devices


EXPLOSIVE CUTTING DEVICES

•Bulk Explosive Charge


•Configured Bulk Charge
•Cutting Charges
•Fracturing Charges
•Shock wave Fracturing Charges
•Radial Hollow Charge
NON EXPLOSIVE CUTTING DEVICE

•Mechanical cutter
•Abrasive cutter
•Hydraulic cutter
•Diamond wire cutter
•Diver cut
•Pyrotechnic cutter
•Cryogenics
•Chemical cutter
FAKTOR PERTIMBANGAN OPSI
PEMBONGKARAN
•Usia bangunan
•Jenis / kegunaan bangunan
•Lokasi geografis
•Kedalaman laut
•Laju erosi atau laju endapan
•Berat bangunan
•Karakteristik tanah di dasar laut
•Perlatan yang tersedia
ASPEK KESELAMATAN DAN LINGKUNGAN

•Komposisi material yang terdapat pada bangunan


•Metode decommissioning
•Media lingkungan dan lokasi geografis tempat pembuangan
•Sikap publik
FAKTOR LINGKUNGAN YANG PENTING
•Kwalitas air
•Karakteristik geologis dan hidrografis
•Keberadaan spesies yang terancam punah atau yang perlu
dilindungi
•Jenis habitat yang ada
•Sumber daya perikanan lokal
•Potensi polusi karena sisa atau kerusakan instalalasi
PROSES UTAMA PEMBONGKARAN STRUKTUR
•Mengurus ijin yang diperlukan
•Perencanaan dan engineering
•Site survey
•Plug & abandonment sumur
•Platform decommissioning
•Membongkar deck
•Membongkar Pile dan Jacket
•Membersihkan Lokasi
MANAJEMEN PEMBONGKARAN

•Menyiapkan dokumen permintaan penawaran pekerjaan


engineering, dan pelaksanaan fisik
•Penunjukan konsultan dan kontraktor
•Pengawasan pelaksanaan pekerjaan
•Menyususun laporan pelaksanaan pekerjaan
Masalah krusial dalam pembongkaran
1. Kedalaman minimum pemotongan bangunan
2. Prosedur penggunaan explosive
3. Pembersihan lokasi
ASPEK FINANSIAL

•Biaya pembongkaran struktur


•Struktur pendanaan
BIAYA PEMBONGKARAN STRUKTUR

•Ratusan bangunan lepas pantai di Gulf of Mexico telah


dibongkar, data mengenai biaya pembongkarannya dapat
digunakan sebagai acuan dengan penyesuaian yang diperlukan
•Beberapa bangunan lepas pantai di Laut Jawa juga sudah ada
yang dibongkar. Data datanya juga dapat dipakai sebagai bahan
pertimbangan
•Arco Indonesia dan Petronas Malaysia pernah melakukan
study estimasi biaya pembongkaran.
KOMPONEN BIAYA PEMBONGKARAN
STRUKTUR ( TSB Inc.)
• 7 % untuk project management/ inspection
• 8% untuk persiapan platform (platform preparation)
• 12% untuk plug & abandonment (well)
• 5% untuk pipeline abandonment
• 51% untuk platform removal
• 4% untuk site clearance
• 13% untuk lain-lain
CATATAN 1
Biaya persiapan anjungan adalah biaya yang berkaitan dengan
pembersihan fasilitas, misalnya pembilasan pipa dan bejana serta
pemindahan material apa pun yang mungkin berbahaya selama
proses dekomisioning. Hal ini juga mencakup melakukan perbaikan
yang diperlukan untuk operasi yang aman seperti P&A sumur dan
menyiapkan peralatan dan modul produksi untuk pengangkatan.
Biaya-biaya ini akan bergantung pada ukuran dan jenis fasilitas
namun umumnya tidak sulit untuk diperkirakan secara akurat.
CATATAN 2
Secara keseluruhan, biaya dekomisioning fasilitas lepas pantai jauh lebih
sulit diprediksi secara akurat dibandingkan biaya konstruksi baru.
Alasannya sangat jelas: usia fasilitas dan kurangnya informasi yang
akurat. Permasalahan terakhir ini khususnya berdampak pada area yang
tidak dapat langsung diinspeksi: kondisi sumur bawah tanah dan
jaringan pipa. Ini adalah area yang memiliki potensi variasi biaya
terbesar ketika membandingkan perkiraan biaya proyek dan biaya aktual
PERBANDINGAN BIAYA PEMBONGKARAN
PLATFORM DENGAN EXPLOSIVE

Kedalam Caisson Well 4-Pile 8-Pile


an Laut Protector Producti drilling &
(ft) on producti
platform on
50 100,000 180,000 470,000 760,000

150 - - 780,000 1,030,000

250 - - 1,275,000 1,945,000


PERBANDINGAN BIAYA PEMBONGKARAN 4-
PILE PRODUCTION PLATFORM
Kedalam Bulk Mechani Abrasive Diver
an Laut Explosive cal Cutting Cutting
(ft) Cutting

50 470,000 662,000 605,000 785,000


100 620,000 871,000 780,000 1,070,000
150 780,000 1,079,000 950,000 1,415,000
200 960,000 1,295,000 1,185,000 n/a
250 1,275,000 1,660,000 1,520,000 n/a
CATATAN 3
Elemen biaya utama adalah layanan pembongkaran platform, yang mencakup
seluruh biaya yang berkaitan dengan pembongkaran dek dan jaket, termasuk
pemotongan tiang pancang dan dalam banyak kasus pemotongan dan pelepasan
konduktor. Kontributor terbesar terhadap pemindahan anjungan adalah biaya yang
terkait dengan layanan tongkang derek. Ini juga dapat disebut sebagai layanan kapal
angkat berat. Aktivitas terpenting berikutnya adalah penyumbatan dan pengabaian
sumur (P&A). Penting untuk dicatat bahwa keseimbangan kontribusi biaya sangat
bergantung pada proyek tertentu. Biaya P&A sumur dapat dengan cepat menjadi
masalah utama dalam fasilitas di perairan yang relatif dangkal. Biaya pemindahan
platform meningkat secara dramatis seiring dengan bertambahnya kedalaman air
dan, oleh karena itu, berat jaket meningkat.
MANFAAT PEMBONGKARAN BANGUNAN
LEPAS PANTAI
•Tak perlu lagi mengeluarkan biaya pemeliharaan dan pengawasan ( Perairan
Indonesia rawan pencurian termasuk alat bantu navigasi dan pencegahan korosi
yang tetap harus ada selama bangunan ada ditempat)

•Menghilangkan resiko kecelakaan termasuk tabrakan dengan kapal laut maupun


kapal selam ( kapal selam Denmark pernah menabrak platform di Laut Utara)

•Meningkatkan citra badan usaha terkait sebagai institusi yang peduli keselamatan
dan lingkumgan

•Membantu kelancaran arus pelayaran yang tadinya harus menempuh jalur yang
lebih panjang untuk menghindari bangunan lepas pantai
International Law
1958 Geneva Convention on the Continental Shelf
Article 5(5) of the 1958 Geneva Convention on the
Continental Shelf provides that: "Any installations
which are abandoned or disused must be entirely
removed". This Convention remains in full force and
binding on the states that are party to it, but in
relation to Article 5(5) states have taken the view that
it no longer reflects customary international law, a
view held since 1987 by the U.K. government.
International Law (cont.)
1982 United Nations Convention on the Law of the Sea
This Convention came into force in November 1994 and was ratified by the United
Kingdom in 1997, although the United States has yet to ratify it. Notwithstanding the
foregoing, its provisions in relation to the abandonment of installations have been
accepted as representing customary international law, and that is the position of the
U.K. government.
Article 60.3 provides that "installations or structures which are abandoned or disused
shall be removed to ensure safety of navigation, taking into account any generally
accepted international standards established in this regard by the competent
international organisation. Such removal shall also have due regard to fishing, the
protection of the marine environment and the rights and duties of other States". The
"competent international organisation" is the International Maritime Organisation
("IMO"), which in 1989, pursuant to a Resolution of the IMO, issued Guidelines and
Standards (collectively, "Guidelines and Standards" and, individually, "Guidelines"
and "Standards") for the Removal of Offshore Installations and Structures on the
Continental Shelf and in the Exclusive Economic Zone.
International Law (cont.)
Resolusi IMO merekomendasikan agar negara-negara anggota
mempertimbangkan Pedoman dan Standar ketika mengambil keputusan
mengenai pemindahan instalasi yang ditinggalkan. Yang terakhir
menyatakan bahwa instalasi yang ditinggalkan harus dibongkar "kecuali
jika tidak dilakukan pelepasan atau pelepasan sebagian sesuai dengan
pedoman dan standar berikut". Pedoman ini mengatur agar negara
pantai mempertimbangkan setiap platform berdasarkan kasus per kasus
dan menentukan hal-hal yang harus dipertimbangkan, termasuk
“dampaknya terhadap lingkungan laut”; "biaya, kelayakan teknis, dan
risiko cedera pada personel"; dan "penentuan penggunaan baru atau
pembenaran masuk akal lainnya untuk mengizinkan instalasi ... tetap
berada di dasar laut."
International Law (cont.)
The Standards provide for entire removal of installations in water depths of less
than 75 metres, or 100 metres for installations installed after 1 January 1998, and
weighing less than 4,000 tonnes (excluding the deck and superstructure),
unless removal is not technically feasible, would involve extreme cost, or is an
unacceptable risk to personnel or the marine environment. Installations in
water depths exceeding 75 metres or a weight of 4,000 tonnes need not be
removed if they do not unjustifiably interfere with other uses of the sea. The
Standards also allow for partial removal, provided an unobstructed water
column of 55 metres is left. The placement on the seabed of parts of an
installation to create an artificial reef, as has occurred off the Florida coast to
encourage fish breeding, is permitted, and all installations placed on any
Continental Shelf or in an Exclusive Economic Zone after 1 January 1998 are to
be designed and built so that their entire removal is feasible.
International Law (cont.)
Article 210 of the 1982 Law of the Sea Convention is also worth noting.
This Article requires states to adopt rules "to prevent, reduce and control
pollution of the marine environment by dumping"; to establish global
and regional rules and procedures to prevent, reduce and control such
pollution; and to adopt national laws no less effective than the global
rules and standards. Dumping is defined to include any deliberate
disposal of platforms and man-made structures.
International Law (cont.)
London Convention
The Convention on the Prevention of Marine Pollution by Dumping of
Wastes and Other Matter was signed on 29 December 1972 following an
Inter-Governmental Conference held in London in the same year, and
entered into force on 30 August 1975. The IMO acts as the Secretariat to
the Convention. There are 33 Contracting Parties to the Convention,
including Brazil, China, Denmark, the Netherlands, Norway, the
Russian Federation, the United Kingdom and the United States.
International Law (cont.)
The London Convention applies to all seas worldwide and defines "dumping"
as the deliberate disposal at sea of wastes or other matter (not incidental to
normal operations) and of platforms and man-made structures. Article IV of
the Convention prohibits the dumping of "any wastes or other matter" except
as specified in that Article, which prohibits the dumping of hazardous
substances specified in Annexe I; permits the dumping of substances listed
in Annexe II on issuance of a special permit; and otherwise grants the
appropriate national authority a right to issue a general permit for the
dumping of other wastes or matter, subject to careful consideration of all the
factors set out in Annexe III

Anda mungkin juga menyukai