SACS BASIC TRAINING
2011
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................i
i
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
ii
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Bangunan lepas pantai dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, antara lain :
1-1
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
b. Struktur barge: Struktur jenis ini tidak mempunyai sistim propulsi sehingga
untuk memindahkannya harus digunakan kapal penarik.
3. Menurut fungsinya
c. Platform hibrid : gravity platform yang terdiri dari bagian dasar yang
terbuat dari beton dan rangka baja. Bagian dasar tersebut menyokong deck
yang terbuat dari baja.
1-2
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5. Menurut Mobilitas
a. Bangunan tetap (fixed structures): digunakan pada laut dangkal dan laut
menengah (intermediate water) dan dipancang ke dasar perairan.
Jumlah dan macam bangunan lepas pantai yang dioperasikan pada saat ini
sangat banyak sekali. Dalam proses perancangan bangunan lepas pantai
terdapat banyak konsep, baik yang lama maupun yang baru, yang memenuhi
spesifikasi owner. Para engineer biasanya mempunyai sedikit informasi
mengenai konsep-konsep lama yang telah dibangun. Karena itu, menerapkan
konsep lama sama sulitnya dengan mengembangkan konsep baru. Sebagian
besar bangunan platform yang ada pada saat ini digunakan untuk pencarian dan
pengambilan minyak dan gas alam. Beberapa jenis dari bangunan lepas pantai
adalah sebagai berikut:
Jenis struktur lepas pantai yang telah dibangun saat ini adalah struktur jenis
jacket atau template. Jacket dikembangkan untuk operasi di laut dangkal
dan laut sedang yang dasarnya tebal, lunak dan berlumpur. Setelah jacket
ditempatkan di posisi yang diinginkan, pile dimasukkan melalui kaki
bangunan dan dipancang dengan hammer sampai menembus lapisan tanah
keras. Kemudian deck dipasang dan di las. Struktur jenis ini banyak
dibangun di Teluk Mexico.
b. Tower
Pada umumnya tower melalui daya apung (self-buoyant) karena jacket tidak
dapat menyokong beban yang terlalu berat. Deck dipasang dan di las di atas
tower. Struktur jenis ini dipasang di Laut Utara dengan kedalaman sekitar
1-3
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
160 meter dan struktur bajanya mempunyai berat sekitar 40.000 metrik
tonner.
c. Caissons
Platform kecil dengan deck kecil dibutuhkan untuk operasi di laut dangkal
(tidak lebih 60 m) dengan kandungan minyak yang tidak banyak. Dalam hal
ini, pile dipancang sampai kedalaman yang cukup untuk menyokong deck
kecil.
Platform jenis ini dipasang apabila tanah keras di dasar laut tidak jauh dari
permukaan lumpur. Pondasi struktur dibuat berbentuk lingkaran dan terbuat
dari beton. Pondasi yang berat ini menyokong beberapa tower yang
kemudian menyokong deck baja.
Apabila tanah dasar laut terdiri dari batuan keras sehingga sulit melakukan
pemancangan pile, platform jenis ini biasanya dipasang. Seluruh bagian
struktur terbuat dari baja.
Bagian dasar platform ini terbuat dari beton dari beton yang menopang
rangka baja dimana deck baja diletakkan.
Struktur jenis ini akan bergerak apabila gaya luar bekerja padanya, karena
kekakuannya tidak besar. Besarnya gerakan yang diijinkan adalah
berbanding terbalik dengan kekakuan dan berat struktur tersebut. Jadi,
struktur jenis ini biasanya lebih ringan dari struktur jenis lain yang telah
disebutkan di atas.
1-4
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Struktur tak tegar bisa diikatkan pada dasar laut, misalnya guyed tower dan
sistim penambalan tunggal (single point mooring systems). Tension leg
platforms juga bisa dimasukkan ke dalam jenis ini. Selain itu, struktur
terapung lainnya (semisubmersibles) juga bisa dianggap struktur tak tegar
dengan gerakan ijinnya besar sebagai hasil dari penambatan (mooring).
Gambar 1.1 Hybrid Tower with Inbuilt Bouyancy Gambar 1.2 Semisubmersible Platform
1-5
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gambar 1.4 Template or jacket type offshore structure Gambar 1.5 Caisson
Gambar 1.6 Tension Leg Platform Gambar 1.7 Articulated Tower Gambar 1.8 Steel Gravity Platform
Terdapat beberapa jenis model offshore platfom yang terbuat dari baja.
Pemilihan jenis platform biasanya diambil berdasarkan pertimbangan ekonomi.
Pada kedalaman air yang relatif dangkal, biasanya dibuat beberapa platform
yang terpisah berdasarkan fungsinya masing-masing. Pada kedalaman air yang
1-6
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dalam (mendekati 400 ft atau 122 m), semua fungsi digabungkan ke dalam satu
struktur yang disebut “self-contained platform”.
1. Drilling/well platforms
Well-protector atau well jackets adalah platform yang dibangun untuk
melindungi pekerja dalam pembuatan sumur-sumur di air yang dangkal. Setiap
well jacket biasanya digunakan untuk 1-4 sumur. Platform tersebut berupa satu
pipa besar/caisson, atau struktur rangka berkisi-kisi yang terbuka. Terdapat dua
jenis utama well-jackets, yaitu :
1. Tipe yang dapat disisipkan (slip over type).
2. Tipe pengembangan (development type).
Kedua jenis tersebut melindungi sumur-sumur terhadap benturan kapal dan
gaya-gaya lingkungan, sebagai pendukung peralatan navigasi, perangkat meter-
run untuk kalibrasi pengukuran, jaringan kabel, landasan helikopter dan tabung
conductor.
Slip-over well jacket digunakan untuk sumur-sumur eksplorasi di perairan
dengan kedalaman 50-100 ft (15-30 m). Caisson yang besar pertama-tama
dimasukkan ke dalam lumpur dimana sumur digali. Pada mulanya caisson akan
melindungi sumur dan dalam beberapa bulan setelah penggalian, suatu well-
jacket disisipkan pada Caisson. Slip-over well jacket adalah berupa struktur
dengan empat kaki dan satu sisi kiri terbuka yang disisipkan disekeliling
caisson pelindung sumur galian. Bracing tambahan ditempatkan pada sisi yang
terbuka. Slip-over jacket biasanya digunakan untuk satu sumur.
1-7
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Untuk kedalaman air lebih dari 100 ft (31 m), drilling/well protector platform
akan lebih rumit. Misalnya,bila telah diputuskan untuk menempatkan
akomodasi hidup di atas satu platform dan fasilitas pemroses atau treatment di
platform yang lain, drilling platform dapat didukung oleh jacket dengan hanya
4 kaki (tiang). Selama phase pengeboran, platform berisi mesin derek dan
substructure, lumpur galian dan air pengeboran, bahan bak air, lumpur dan
tangki penyimpanan air, pembangkit tenaga utama dan pompa-pompa. Berat
total peralatan pengeboran sekitar 3000-4000 kips atau 13.4x106 N sampai
17.8x106 N.
1-8
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2. Tender Platforms
Penggunaan platform sekarang berbeda dibandingkan 20 tahun yang lalu.
Ukuran dan pengoperasiannya berada diantara well-jacket dan self-contained
platform. Umumnya mesin derek, substructure, lumpur galian, penyediaan
tenaga utama dan pompa-pompa lumpur ditempatkan di atas platform. Markas
para pekerja pengeboran, peralatan tinggal dan persediaan ditempatkan di kapal
perbekalan (tender ship) yang dijangkau dekat platform. Keduanya biasanya
dihubungkan oleh jalur jalan yang panjang.
delapan tiang. Ini telah digunakan untuk kedalaman air mendekati 400 ft (122
m).
Kaki jacket tidaklah vertikal. Saat ini konfigurasi platform dengan 8 tiang
diadaptasi terhadap peningkatan kedalaman air dan berbagai kondisi tanah
dengan menambahkan skirt pile yang bertujuan membantu menahan momen
guling terhadap struktur.
Tower Type Template Platforms dicirikan oleh diameternya yang relatif lebih
kecil, kaki yang tidak bengkok dan lebih sedikit bracing diagonal dengan
ukuran lebih besar dibandingkan yang digunakan pada tipe template structure
yang biasa. Tipe tower jacket dibuat agar tidak perlu lagi
1-10
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Fondasi tiang yang dipakai biasanya terdiri dari beberapa grup tiang, umumnya
empat. Tiap grup tiang dimasukkan melalui salah satu kaki dan tiap tiang
dengan demikian bertindak sebagai konduktor dimana sumur akan digali.
Tiap kaki memiliki 8-12 tiang silinder berongga. Tiang-tiang digunakan untuk
mengisi ruang antara cangkang silinder bagian luar dan bagian dalam. Ini
menjaga agar kaki-kaki silinder luar tidak jatuh akibat tekuk lokal dan juga
untuk mengikat tiang-tiang ke silinder luar dan silinder dalam untuk mencapai
aksi sebagai komposit.
4. Production/Treatment/Reinjection Platforms
Platform ini adalah platform yang pada dasarnya untuk memisahkan campuran
air-gas-minyak dari minyak bumi mentah menjadi minyak mentah, gas alam
dan air dan memperlakukan masing-masing dengan proses-proses dilapangan
yang sederhana untuk ditransportasikan, dibuang dan dimasukkan kembali
(reinjection) ke dalam bumi. Fasilitas pemroses pada platform pengolah
tertentu, bervariasi tergantung apa yang akan dilakukan dengan gas alam dan
apakah minyak mentah akan diangkat ke dalam tanker atau dipompa sepanjang
pantai melalui jalur pipa. Kadang-kadang pada platform pengolah terdapat
fasilitas untuk menginjeksikan air yang tertekan ke dalam lapisan tahan minyak
didalam bumi dengan sumur injeksi, atau sumur-sumur untuk memperbaiki
produksi minyak bumi dari sumur-sumur lain.
Bila ada dua jalur pipa dari platform pengolah ke pantai, satu berisi minyak
mentah dan lainnya gas alam, platform juga harus memiliki dua set pengukur
dan perangkat pengapalan. Pompa mengirim minyak mentah melalui saringan,
melalui pengukur dan ke dalam jalur pipa. Kompressor mengirim gas alam
melalui saringan, lalu pengukur dan ke jalur pipa. Untuk setiap sistem, ada
kalibrasi ukuran atau test loop, instrumen pencatat, peluncur bulat untuk
1-11
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
memaksa peralatan pembersih melalui pipa. Bila tidak ada jalur pipa untuk gas,
gas alam biasanya dibakar melalui tower/menara pembakar jauh dari fasilitas
pengolah pada platform. Untuk self-contained platform tertentu pada air dalam,
menara pembakar menjadi bagian dari deck substructure, didirikan jauh diatas
deck. Bila kedalaman air memungkinkan, akan lebih aman untuk menempatkan
menara tersebut pada jacket yang terpisah jauh dari platform pengolah.
Keamanan pribadi menjadi hal penting pada setiap platform. Pada platform
pengolah atau produksi, harus ada sistem keamanan untuk dapat mendeteksi
kebocoran gas dan perlindungan kebakaran. Fasilitas produksi dan pengolah
mencakup perangkat untuk pemisahan gas alam dari campuran cair dan untuk
pemisahan air dan pasir yang masuk dari minyak mentah. Sebagian gas alam
yang dipisahkan menghasilkan tenaga bagi turbin gas untuk menjalankan
generator pembangkit listrik. Pompa dan kompresor pada platform dijalankan
dengan listrik. Perangkat-perangkat pemroses tidak dapat dijelaskan secara
umum karena sistem yang bervariasi, dalam beberapa kasus, pemisahan itu
melalui dua tahap. Ada banyak cara mendatangkan minyak bumi mentah dari
drilling/well-protector platform, tangki penyimpan bertekanan untuk gas yang
dibakar, tangki penyimpan gas bahan bakar dan penyimpan minyak.
5. Quarters Platform
Quarters platform adalah platform yang dipakai sebagai akomodasi bagi para
pekerja lepas pantai. Untuk Self-contained pada air dalam yang mendekati
kedalaman 400 ft (122 m), tempat akomodasi itu dibuat sebagai satu bagian
integral dari platform tunggal karena alasan ekonomi. Pada air yang dangkal,
tempat akomodasi dibuat terpisah dari aktifitas pengeboran dan pengolahan
untuk keamanan pekerja. Bagian ini dibuat cukup dekat dengan platform
pengeboran dan produksi supaya dapat dihubungkan dengan jembatan. Pekerja
pengeboran kira-kira sebanyak 18 orang. Pimpinan pekerja disebut driller. Ada
lima orang pekerja ahli yaitu roughneck, derrickman (pengatur mesin deck),
motorman, operator mesin diesel, operator pompa, mudman, operator crane
dan enam orang pekerja biasa yang disebut roustabouts. Orang-orang lain yang
berada di platform, misalnya; supervisor seluruh pekerja yang disebut tool
pusher, wakil perusahaan pembeli, tukang las, pengurus perawatan, dua tukang
masak dan dua pekerja dapur kapal dan pengurus kamar tidur. Selain itu ada
1-12
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
1-13
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Catwalks
Adalah jembatan yang menghubungkan dua struktur lepas pantai yang
bersebelahan. Catwalks dapat berfungsi untuk satu atau semua fungsi berikut :
Struktur pendukung untuk jalur pipa, pergerakan pejalan kaki, atau suatu
jembatan untuk pengaturan bahan. Catwalk berupa jembatan rangka dari pipa
baja yang lurus dan berbentang pendek. Catwalk dari platform produksi atau
pengolah yang menuju ke quarters platform harus mendukung jalur pipa untuk
air minum, air utilitas (air semi murni untuk keperluan kebersihan), aliran
listrik dan jaringan telekomunikasi.
Desain Heliport
Daerah pendaratan pada heliport cukup besar untuk menghandle operasi
bongkar dan muat barang. Permukaan harus bersih, drainase yang baik, cukup
kuat untuk menahan impak akibat pendaratan beban. Meskipun mungkin bagi
helicopter untuk landing dan take-off secara vertikal, untuk operasi yang
ekonomis dengan beban maksimum, heli harus take-off dengan kemiringan
tertentu, terlebih bila ada angin.
1-15
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
1. Exploration
Pekerjaan pada saat eksplorasi adalah mencari lokasi lapisan tanah yang
mengandung minyak di bawah dasar laut yang biasanya mengandalkan ahli
geologi dan geofisik.
2. Exploratory Drilling
Setelah ditentukan bahwa pada suatu lokasi/daerah terdapat kemungkinan
adanya lapisan tanah yang mengandung minyak, suatu sumur pemboran
harus dilakukan untuk memastikan ada atau tidaknya lapisan minyak.
Pemboran biasanya dilakukan dengan mobile drilling rig yang biasanya
terpasang pada kapal khusus atau berbentuk platform yang dapat dipindah-
pindahkan (movable platform). Untuk kebutuhan pemboran tersebut, jack-up
mobile rig biasanya digunakan di perairan dengan kedalaman 15 m sampai
76 m. Pemboran di perairan dangkal dengan kedalaman kurang dari 15 m,
biasanya menggunakan unit submersible yang ditarik ke lokasi pemboran
kemudian di ballast agar menumpu ke dasar laut selama pemboran. Jack-up
rig ditarik ke lokasi dalam keadaan terapung dimana kaki-kakinya diangkat
keatas. Di lokasi pemboran kaki-kakinya didongkrak ke bawah air sampai
menembus dasar laut dan sampai drilling deck terangkat ke atas air.
Pemboran di perairan dengan kedalaman lebih dari 76 m biasanya
1-16
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
3. Development Drilling
Dalam phase ini dilakukan pemboran di lokasi yang telah diketahui
mengandung minyak sehingga kandungan minyak tersebut dapat diambil
dengan cara yang paling menguntungkan. Biasanya pemboran dalam phase
ini dilakukan dari self-contained platform, yaitu platform yang berisi
drilling-rig dan peralatan-peralatan yang dibutuhkan untuk eksplorasi,
tempat akomodasi pekerja, dan dapat menampung cukup makanan dan
material selama keadaan cuaca buruk. Untuk efisiensi, biasanya dibuat
beberapa sumur bor pada satu lokasi (directional drilling). Platform
“Cognac“ yang dibuat pada tahun 1978 didisain untuk menampung 62 sumur
bor. Pada kedalaman lebih dari 15 m, mobile drilling unit bisa digunakan
untuk melakukan pemboran kemudian jacket pelindung sumur (well-
protector jacket) ditempatkan untuk melindungi pipa penyedot (riser) dari
gaya-gaya lingkungan seperti angin, arus, gelombang dll.
1-17
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
besar mampu menampung 10000 s/d 30000 barrels. Untuk platform laut
dangkal, minyak diangkut ke darat dengan menggunakan barge atau pipa
panjang. Sedangkan platform laut dalam, kapal tanker digunakan sebagai
tempat penyimpanan dan transportasi minyak, atau digunakan tanker lain
yang lebih mudah berlabuh sebagai alat transportasi ke pantai..
Tower juga dipasang dengan bantuan jacket tetapi dapat dioperasikan di laut
dalam. Seperti jenis sebelum ini, pile dimasukkan melewati jacket dan
dipancang sampai tanah keras. Kemudian tower dtempatkan diatas jacket.
1-18
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
1-19
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
B. Tahap desain
1. Studi awal dan investigasi khusus
a. Tanah
b. Pemilihan ukuran mesin derek dan perahu tongkang
1-20
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
C. Tahap Penawaran
1. Memilih penawar
2. Mengirim dan menerima penawaran
3. Evaluasi penawaran
4. Award of contract
D. Tahap Konstruksi
1. Fabrikasi di darat
a. Memesan dan menerima material
b. Fabrikasi barang-barang khusus
c. Layout dan bentuk
d. Kualifikasi las
e. Cutting, fitting, dan joining batang
f. Selimut dan perlindungan korosi terhadap komponen
2. Muatan pada alat transportasi
3. Pemasangan di offshore
a. Peletakan komponen bawah air
b. Instalasi tiang pondasi
c. Pemasangan komponen dan kelengkapan (equipment) di atas air
d. Konstruksi lainnya
4. Serah terima
1-21
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gambar 2.1 menunjukkan bidang ilmu yang terlibat dalam perencanaan dan
desain suatu struktur lepas pantai.
Gambar 2.1 Teknologi yang terlibat dalam desain bangunan lepas pantai
a. Desain Konseptual
Pekerjaan dalam tahapan desain konseptual mencakup:
- Informasi mengenai derrick dan cargo barge yang tersedia.
- Studi peralatan produksi; meliputi penentuan Preliminary Process Flow
Diagram (PFD), informasi daftar peralatan utama, gambar lay-out
fasilitas di deck, gambar piping dan intrument diagram (P&ID).
- Analisa awal pembebanan; meliputi perhitungan ukuran struktur utama,
orientasi dan lokasi platform.
2-1
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
b. Desain Detail
Pekerjaan dalam tahapan desain detail mencakup:
• Analisa struktur yang meliputi semua kondisi.
- Analisa inplace (kondisi operasi, kondisi badai/storm)
- Analisa dinamik akibat gempa (strength dan ductility)
- Analisa kelelahan struktur (fatigue)
- Analisa saat konstruksi (fabrikasi, transportasi, instalasi, termasuk
pile conductor driveabilty)
- Analisa perlindungan korosi
- Analisa pipeline riser.
• Gambar desain yang meliputi:
- Deck plan and elevations
2-2
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
- Deck framing
- Connections (joint) and stiffeners
- Welding detail
- Pile and conductor detail
- Padeye and other lifting connections
2-3
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Salah satu kriteria dalam mendesain suatu platform adalah penentuan fungsi
platform (pengeboran, produksi, penyimpanan, materials handling, living
quarters, atau kombinasinya), jumlah sumur yang akan di bor, tipe pemboran
dan material yang akan digunakan, kegiatan yang akan diselesaikan kemudian,
dan keperluan-keperluan untuk kegiatan itu. Selain itu, jumlah ruang deck
yang diperlukan serta jumlah deck dan jenis transportasi minyak (dengan
tanker, barge atau jalur pipa) serta tempat penampungan minyak, harus
2-4
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2-5
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2-6
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Beban yang diterima struktur berdasarkan API RP2A dapat berupa beban-beban
seperti dibawah ini:
1. Beban mati.
Beban mati struktur adalah berat struktur itu sendiri, semua perlengkapan
yang permanen dan perlengkapan struktur yang tidak berubah selama
beroperasinya struktur.
Beban mati terdiri:
a. Berat platform di udara
b. Berat perlengkapan yang permanen
2-7
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2. Beban hidup.
Beban hidup antara lain adalah beban yang mengenai struktur dan berubah
selama operasi platform berlangsung. Beban hidup terdiri dari:
a. Beban perlengkapan pengeboran dan perlengkapan produksi yang
bisa dipasang dan dipindahkan dari platform.
b. Berat dari tempat tinggal (living quarters), heliport, dan perlengkapan
penunjang lainnya yang bisa dipasang dan dipindahkan dari platform.
c. Berat dari suplai kebutuhan dan benda cair lainnya yang mengisi
tangki penyimpanan.
d. Gaya yang mengenai struktur selama operasi seperti pengeboran,
penambatan kapal, dan beban helicopter.
e. Gaya yang mengenai struktur dari penggunaan crane diatas deck.
3. Beban lingkungan
Beban lingkungan yang mengenai struktur dikarenakan fenomena alam
seperti angin, arus, gelombang, gempa bumi, salju, es, dan pergerakan kerak
bumi. Beban lingkungan juga termasuk didalamnya variasi tekanan
hidrostatik dan gaya angkat pada setiap elemen karena perubahan tinggi air
yang disebabkan oleh perubahan gelombang dan pasang surut.
4. Beban konstruksi
Beban konstruksi dihasilkan dari beban-beban pada saat fabrikasi, loadout,
transportasi, dan instalasi.
5. Beban dinamik
Beban dinamik ini disebabkan adanya gaya yang berulang-ulang seperti
gelombang, angin, gempa bumi, atau getaran mesin, juga gaya akibat
benturan kapal pada struktur dan pengeboran.
2-8
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gambar 2.7 Gaya-gaya dan beban yang bekerja pada struktur lepas pantai
2-9
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2-10
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2-11
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
2-12
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
3.1 Gelombang
Parameter yang lain, seperti kecepatan serta percepatan partikel air, kecepatan
dan panjang gelombang dapat diturunkan dari teori gelombang.
3-1
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
3-2
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
syarat batas kinematis, dinamis, dan syarat batas periodik. Perbedaan cara dan
pengambilan asumsi yang berbeda dalam penyelesaian persamaan gelombang
akan menghasilkan teori gelombang yang berbeda pula. Namun tiap teori
gelombang memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing.
∂ 2φ ∂ 2φ ∂ 2φ
∇ 2φ = + + =0 (3.3)
∂x 2 ∂y 2 ∂z 2
Dalam tinjauan dua dimensi x dan z, persamaan Laplace menjadi:
∂ 2φ ∂ 2φ
∇ φ=
2
+ =0 (3.4)
∂x 2 ∂y 2
Persamaan Laplace dapat dituliskan dalam bentuk fungsi stream function;
∂ 2ψ ∂ 2ψ
∇ 2ψ = + =0 (3.5)
∂x 2 ∂z 2
3-3
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
∂φ 1 ∂φ ∂φ
2 2
− + + + gη = C (t ) pada z = η ( x ,t ) (3.7)
∂t 2 ∂x ∂z
3-4
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Sekarang dengan asumsi bahwa H<<L,h tersebut, maka nilai suku-suku tak
linier pada syarat batas kecil dan dapat diabaikan serta syarat batas
dipermukaan dapat diterapkan di z = 0, bukan di z = η lagi.
∂φ
− + gη = C (t ) pada z = 0 (3.11)
∂t
H g cosh k (h + z )
φ =− sin(kx − ϖt ) (3.12)
2ϖ cosh kh
3-5
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
cos(kx − ϖ t )
H
η= (3.14)
2
ϖ 2 = gk tanh kh (3.15)
L2 g
C2 = 2
= tanh kh (3.17)
T k
2πh gT 2
Pada laut dalam, kh besar dan tanh = 1.0 sehingga L = L0 = ,
L 2π
dimana subskrip nol menunjukkan kondisi laut dalam. Secara umum dapat
dituliskan sebagai berikut:
L = L0 tanh kh (3.18)
Jadi panjang gelombang berkurang dengan berkurangnya kedalaman untuk
periode yang konstan.
3-6
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Contoh 3.1
Diketahui suatu gelombang dengan tinggi 20 ft, dan perioda 15 sec. Jika
kedalaman perairan adalah 130 ft, tentukan panjang gelombang tersebut.
Jawab
gT 2 32.2 × 15 2
L0 = = = 1153 ft
2π 2π
d 130
= = 0.1127
L0 1.153
dari tabel C.1 (Weigel's table), maka
d 130
= 0.1522 ⇒ L = = 854 ft
L 0.1522
3-7
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Karena masalah konvergensi yang lebih sulit untuk kondisi laut dangkal, teori
gelombang Stokes orde ke-5 dianggap valid untuk kondisi perairan dimana
1
rasio kedalaman h/L lebih besar dari . Kondisi ini umumnya sesuai dengan
10
gelombang badai (storm wave) yang biasanya diperhitungkan dalam
perancangan bangunan lepas pantai.
1 5
η = ∑ Fn cos n(kx − ϖ t ) (3.24)
k n=1
dimana
F1 = a
F3 = a 3 F33 + a 5 F35
F4 = a 4 F44
F5 = a 5 F55
3-8
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Kecepatan horisontal (u) dan kecepatan vertikal (w) partikel air gelombang
Stokes (pada posisi x, waktu t, dan sejauh z dari dasar perairan) adalah:
ϖ 5
∑ Gn sinh nkh cos n(kx − ϖ t )
cosh nkz
u= (3.27)
k n =1
ϖ 5
∑ Gn sinh nkh sin n(kx − ϖ t )
sinh nkz
w= (3.28)
k n =1
G11 ,G13 , dst adalah parameter kecepatan gelombang yang bergantung pada
kh.
Persamaan parameter F22, F24, G11, dst diberikan oleh Skjelbreia dan
Hendrickson (F22= B22, F24=B24, dst, dan G11= A11 sinh kh, G24= A24 sinh 2kh,
dst). Tabel 3.1 dan tabel 3.2 memberikan pendekatan parameter-parameter
h kh
tersebut untuk berbagai harga = .
L 2π
3-9
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
( )
1/ 2
g
c = 1 + a 2 C1 + a 4 C 2 tanh kh (3.31)
k
3-10
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
kc 2 5
ax =
2
∑ Rn sin n(kx − ϖ t ) (3.36)
n =1
− kc 2 5
az =
2
∑ S n cos n(kx − ϖ t ) (3.37)
n =1
3-11
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dan
S0 = −2U 1W1
S1 = 2W1 − 3U 1W2 − 3U 2W1 − 5U 2W3 − 5U 3W2
S 2 = 4W2 − 4U 1W3 − 4U3 W1
(3.39)
S 3 = 6W3 − U 1W2 + U 2W1 − 5U 1W4 − 5U 4W1
S 4 = 8W4 − 2U 1W3 + 2U3 W1 + 4U 2W2
S 5 = 10W5 − 3U 1W4 + 3U 4 W1 − U 2W3 + U 3W2
p=ρ
ϖ
k
1
(
u − ρ u 2 + w2 −
2
)
ρg 2
k
( a C 3 + a 4 C 4 + kz' ) (3.40)
Contoh 3.2
Diketahui :
Tinggi gelombang H = 35 ft
Panjang gelombang L = 375 ft
Kedalaman perairan h = 75 ft.
Tentukan persamaan bentuk/elevasi gelombang dan distribusi kecepatan
horisontal dibawah puncak gelombang dengan menggunakan teori gelombang
Stokes orde-5.
3-12
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Jawab:
Parameter tinggi gelombang a bisa didapat dari persamaan 3.27, yaitu
ηT = −12.8 ft
Profil penuh muka gelombang untuk setengah siklus dapat dilihat pada gambar
3.3, saat t=0, digambarkan juga untuk teori gelombang Airy.
3-13
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
3-14
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
ϖ 2 = gk tanh kh
∂ψ
u=−
∂z
∂ψ
w=
∂x
dengan memasukan syarat batas.
3-15
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
∂ψ
= 0 di z = - d
∂x
∂ç
w-u = 0 di z = ç (KFSBC) (3.42)
∂x
1 2
2g
( )
u + w 2 + ç = Q di z = ç (DFSBC)
maka
N
ø ( x , z ) = Cz + ∑ X (n ) sinh{nk (h + z )}cos nkx (3.43)
n =1
dimana :
Q = konstan
Keuntungan penggunaan teori stream function adalah nilai stream function di
permukaan adalah konstan, A. Dengan mensubstitusi nilai z = η maka untuk
η(x) :
N
C ç + ∑ x n sinh(nk (ç + d )) cos(nkx ) = A (3.44)
n =1
3-16
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Pada saat ini, gaya-gaya hidrodinamik yang bekerja pada bangunan lepas pantai
yang terapung maupun yang terendam dibawah air belum bisa dihitung secara
eksak baik dengan percobaan maupun secara teoritis. Karena itu, kita biasanya
memakai metoda yang melakukan pendekatan dan penyederhanaan dalam
perhitungan gaya-gaya hidrodinamik tersebut.
Metoda yang pada saat ini banyak dipakai adalah :
1) Metoda berdasarkan Morison's equation.
2) Metoda berdasarkan teori difraksi.
Kedua metoda tersebut hanya dapat dipakai untuk kondisi-kondisi tertentu. Jadi,
dalam menggunakannya kita harus mengetahui keterbatasannya. Keadaan
3-17
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
3-18
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Kondisi daerah (4), dimana kedua metoda tersebut tidak dapat digunakan,
adalah kondisi yang jarang terjadi karena biasanya gelombang laut mempunyai
harga h/l lebih kecil dari 0,1418.
a) Metoda Morrison
Gaya viscous tidak dapat diabaikan pada kondisi dimana tinggi gelombang
sebanding dengan dimensi struktur. Karena itu, teori difraksi tidak dapat
digunakan disini. Dasar perhitungan dari metoda ini adalah berdasarkan
percobaan sehingga tidak dapat digunakan pada semua bentuk struktur.
Koefisien hidrodinamik dalam persamaan Morrison (inersia, gesek, angkat)
3-19
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
mempunyai harga yang berbeda untuk setiap bentuk dan konfigurasi struktur
yang berbeda. Besarnya koefisien-koefisien tersebut harus ditentukan
dengan model test.
b) Teori difraksi
Teori difraksi adalah metoda yang teoritis sehingga berlaku untuk semua
bentuk struktur. Dalam penggunaan metoda ini, efek viscousitas dan
fenomena nonlineer diabaikan. Berbagai tingkat ketelitian dari perhitungan
gaya hidrodinamik yang bekerja pada bangunan lepas pantai oleh aliran
ideal bisa dilakukan dengan memakai berbagai anggapan yang diuraikan
dibawah ini :
1) Gaya Froude-Krylov: Apabila struktur dianggap sama sekali tidak
mempengaruhi gelombang, maka kita dapat menghitung tekanan pada
struktur dan kemudian mengalikan dengan luas permukaan struktur
untuk mendapatkan gaya. Gaya ini disebut gaya Froude-Krylov. Metoda
ini adalah metoda yang paling sederhana dan tidak menghiraukan
masalah-masalah hidrodinamika sehingga memberikan hasil yang tidak
tepat.
Persamaan potensial kecepatan gelombang Froude-Krylov,
φ t = φi (3.45)
dimana
φ t = Potensial kecepatan gelombang total
φ i = Potensial kecepatan gelombang datang
3-20
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
c) Selain gaya viscous (Metoda Morrison) dan gaya akibat aliran, ideal (teori
difraksi) yang diuraikan diatas, terdapat gaya-gaya lainnya yang harus
diperhitungkan, yaitu :
1) Gaya gelombang non linier: teori difraksi berdasarkan teori gelombang
linier. Di dalam perhitungan gaya akibat gelombang, gaya orde dua
adalah juga sangat penting untuk diperhitungkan.
2) Gaya angin: perhitungan gaya akibat angin biasanya berdasarkan data
eksperimen.
3-21
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gaya pada silinder dapat dihitung dengan mengintegrasi tekanan yang bekerja
pada
permukaan silinder dengan jari-jari ro
F = − ∫ p. cosθ .ds (3.49)
Maka
1 ∂φ
p = − ρ 4U 2 ro2 sin 2 θ − ρ (3.52)
2 ∂t
3-22
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
1 ∂φ
F = ∫ ρ 4U 2 ro2 sin 2 θ . cosθ .ds + ∫ ρ cosθ .ds (3.53)
2 s
∂t
2π
∂φ ∂φ
F = ρ∫ cosθ .ds = ρ ∫ cosθ .ro .dθ (3.54)
s
∂t 0
∂t
∂φ dU r2 dU
= r + o cosθ = 2ro cosθ (3.55)
∂t r = ro dt r r = ro
dt
Maka
2π
dU dU
F = 2r ρ ∫ cos θ .dθ = 2πρro2
2 2
o (3.56)
dt o
dt
Atau
dU dU
F = πro2 ρ + πro2 ρ (3.57)
dt dt
Dimana setengah dari gaya tersebut diakibatkan oleh gradien tekanan dan
setengah lainya. Diakibatkan oleh singularitas yang menghasilkan bentuk
silinder.
ρ rs G (r ) cosθ .ds
1 dU dU
ρ ∫ V 2 cosθ .ds + ρ ∫ χ s dy +
dt ∫s
F= (3.61)
2 s dt s
F = F1 + F2 + F3 (3.62)
F1 = 0 (3.63)
3-23
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dU dU
F2 = ρ ∫ χ s ds = ρ So (3.64)
dt so dt
F = F2 + F3 = ρS o (1 + C a )
dU dU
= ρS o C M (3.68)
dt dt
Dari pers. diatas terlihat bahwa gaya hidro diakibatkan oleh gradien tekanan
dari aliran yang dipercepat dan oleh singularitas yang menghasilkan bentuk
silinder.
Dalam fluida nyata, disamping gaya akibat gradien tekanan dan added mass
juga terdapat gaya seret (form drag) yang timbul akibat pemisahan
(separation) dan phenomena lainya seperti vortex shedding, wake formation
dll.
Maka,
C p ρAU U + {m + ma }
1 dU
F= (3.69)
2 dt
Dimana, A = Luas proyeksi dari struktur arah normal aliran
3-24
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
ma = ρ∀C a
Gaya pada tiang silinder tegak akibat gelombang pertama kali diperkenalkan
oleh Morison et al. (1950) dengan batasan diameter tiang relatif kecil
dibandingkan panjang gelombang yang menerpa tiang.
3-25
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
1 πD 2
f = ρC D u u + ρC I ax (3.70)
2 4
Dimana :
f = Gaya per satuan panjang
ρ = Kerapatan masa fluida
u = Kecepatan partikel air pada kedalaman tertentu, tegak lurus terhadap
tiang.
a x = Percepatan partikel air pada kedalaman tertentu, tegak lurus terhadap
tiang.
D = Diameter tiang
CI = Koefesien inersia
CD = Koefesien drag
Suku pertama dari ruas kanan pada persamaan Morison merupakan komponen
gaya seret (drag force) yang besarnya sebanding dengan kuadrat kecepatan
partikel. Tanda harga absolut digunakan untuk memastikan arah (dan tanda)
komponen gaya seret sesuai dengan arah kecepatan partikel. Suku ke-dua dari
ruas kanan merupakan komponen gaya inersia yang besarnya sebanding
dengan percepatan partikel air.
Nilai koefisien drag dan inersia ditentukan dari data percobaan ataupun dari
pengalaman sebelumnya. Grafik berikut dapat dipergunakan untuk
menentukan nilai dari koefiseien drag dan inersia untuk batang tubular,
dengan terlebih dahulu menentukan nilai bilangan Reynold (Re) dan bilangan
Keulegan – Capenter sebagai berikut :
UmD
Re = (3.71)
ν
U mT
KC = (3.72)
D
dengan:
Re = bilangan reynold
Um = kecepatan maksimum aliran akibat gelombang
D = diameter Struktur
ν = viskositas kinematik = 1.2363 x 10 -5 ft2/s
3-26
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Kc = bilangan Keulegan-Carpenter
T = periode gelombang
Untuk nilai Koefisien Inersia dan Koefisien Drag dapat dicari dari grafik pada
Gambar 3.11 dan 3.12.
3-27
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
z
F = ∫ f ( z )dz (3.73)
0
dengan cara yang sama, momen total M pada z=0 (sea floor) akibat gaya
gelombang yang bekerja sepanjang z=0 sampai dengan z=z adalah,
z
M = ∫ z f ( z )dz (3.74)
0
Titik tangkap resultan gaya gelombang yang bekerja pada tiang silinder tegak
dihitung dengan persamaan
M
z= (3.75)
F
dimana z dihitung dari dasar tiang (sea floor).
Kecepatan horisontal partikel air pada posisi (x,z) dan pada saat t, dinyatakan
sebagai berikut:
∂φ H cosh kz
u=− = ϖ cos(kx − ϖt ) (3.76)
∂x 2 sinh kh
ρC D D
FD = (ϖH )2 sinh 22kz + 2kz2 cos ϖt cosϖt (3.77)
32 k sinh kh sinh kh
Percepatan horisontal partikel air pada posisi (x,z) dan pada saat t, dinyatakan
sebagai berikut:
∂u H 2 cosh kz
ax = = ϖ sin(kx − ϖt ) (3.78)
∂t 2 sinh kh
3-28
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Dari persamaan diatas terlihat bahwa komponen gaya seret dan komponen
gaya inersia mempunyai beda fase 900, dimana salah satu komponen akan
mempunyai harga maksimum saat komponen lainnya nol. Gaya total dan
momen yang bekerja pada seluruh tiang diperoleh dengan mengganti variabel
z menjadi h + η (z = h + η ) , dimana η adalah simpangan muka air terhadap
muka air tenang (SWL). Besarnya simpangan muka air η adalah untuk teori
gelombang linier,
cos(kx − ϖ t )
H
η= (3.86)
2
Simpangan/elevasi muka air pada tiang (x=0), dituliskan
H
η= cos ϖ t (3.87)
2
Contoh 3.3
Diketahui:
Kedalaman perairan h = 75 ft
Tinggi gelombang H = 35 ft
Panjang gelombang L = 375 ft
3-29
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Hitung gaya dan momen maksimum pada tiang silinder tegak dengan diameter
4 ft, diasumsikan koefisien drag CD = 1.0 dan koefisien gaya inersia CI = 2.0.
Meskipun pada kondisi ini teori gelombang linier tidak tepat untuk
diaplikasikan (tinggi gelombang relatif besar), kita hanya akan memperkirakan
gaya gelombang yang terjadi berdasarkan teori gelombang linier.
2π 2π
Bilangan gelombang k = = = 0.01676 ft -1
L 375
Persamaan dispersi untuk menentukan frekuensi gelombang,
ϖ 2 = gk tanh kh
ϖ = 0.6773 rad/sec
Komponen gaya seret dan gaya inersia yang terjadi adalah:
FD = 3200 [sinh 2k (h + η ) + 2 k (h + η )] cos ϖ t cos ϖ t
Elevasi muka air pada tiang saat gaya maksimum terjadi adalah η = 16.9 ft
diatas muka air tenang (SWL) atau pada elevasi z = h + η (91.9 ft ) diatas dasar
laut (sea floor).
3-30
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
M maks
z= = 58,6 ft diatas dasar tiang.
Fmaks
cosh nkz
U n = Gn
sinh nkh
R1 = 2U 1 − U 1U 2 − W1W2 − U 2U 3 − W2W3
R2 = 4U 2 − U 12 + W12 − 2U 1U 3 − 2W1W3
R3 = 6U 3 − 3U 1U 2 + 3W1W2 − 3U 1U 4 − 3W1W4
R4 = 8U 4 − 2U 22 + 2W22 − 4U 1U 3 + 4W1W3
R5 = 10U 5 − 5U 1U 4 − 5U 2U 3 + 5W1W4 + 5W2W3
ρC I πD 2ϖ 2 5
FI = −
4k 2
∑B
n =1
n sin nϖt (3.91)
G m G n S m + n Wm + n S W
Amn = + m−n m− n (3.92)
2 S m S n (m + n )Gm+ n (m − n )Gm−n
3-31
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gn2 S 2 nW2 n kz
Ann = + (3.93)
S n2 4nG2 n 2
dimana
S n = sin nkh
sinh nkz
Wn = koefisen kecepatan = Gn
sinh nkh
Koefisen Bn adalah:
1 G1G2 S 3 1 G3 G3 S 5
B1 = W1 − W3 − W5
6 G3 S1 S 2 10 G5 S 2 S 3
1 G12 1 G1G3 S 4
B2 = W2 − 2
kz − W4
2 S1 4 G 4 S1 S 3
3 G2 3 G1G4 S 5
B3 = W3 − W1 − W5 (3.94)
2 S2 10 G5 S1 S 4
1 G22 GG S
B4 = W4 − 2
kz − 1 3 2 W2
2 S2 G2 S1 S 3
5 G2 G3 S1 5 G1G4 S 3
B5 = W5 − W1 − W3
2 G1 S 2 S 3 6 G3 S1 S 4
3-32
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gaya yang terjadi pada segmen bawah adalah F(z1) dan gaya yang terjadi pada
segmen atas adalah F(z2) - F(z1). Dengan menganggap gaya tersebut
terditribusi secara merata, titik tangkap gaya resultan akan terletak ditengah
setiap segmen sehingga momen pada tiang di dasar perairan dapat dituliskan
sebagai berikut:
F1 z1 + (F2 − F1 )( z 2 + z1 )
1 1
M = (3.95)
2 2
Harga t harus dicari dimana gaya yang terjadi maksimum. Secara umum,
momen yang terjadi pada dasar tiang bila kita membagi tiang menjadi N
segmen adalah:
1 N
M = ∑ (Fn − Fn−1 )(z n + z n−1 )
2 n=1
(3.96)
dimana
F0 = 0
z0 = 0
Contoh 3.4
Pada contoh dalan perhitungan gaya akibat gelombang linier, yaitu:
Kedalaman perairan h = 75 ft
Tinggi gelombang H = 35 ft
Panjang gelombang L = 375 ft
Diameter tiang silinder = 4 ft
Koefisien gaya seret CD = 1.0
Koefisien gaya seret CI = 2.0
3-33
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Dari gambar 3.14 terlihat bahwa gaya maksimum terjadi saat ϖt = 6.0 dengan
memberikan harga,
Fmaks = 59.4 kips
Pada saat tersebut, besarnya gaya seret FD = 46.2 kips, dan gaya inersia
FI =13.2 kips.
3-34
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
N M (ft-kips)
2 3540
5 3790
10 3820
20 3830
M
z= = 64.5 ft diatas dasar perairan
F
Arah gaya yang bekerja adalah tegak lurus terhadap sumbu tiang dan sesuai
dengan arah komponen kecepatan dan percepatan partikel tegak lurus sumbu
tiang silinder miring. Untuk keperluan analisa struktur, gaya tersebut bisa
disesuaikan lagi kedalam komponen gaya vertikal dan gaya horisontal.
[ (
Vn = u 2 + v 2 − c x u + c y v )2 ] 1 / 2 (3.97)
3-36
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dimana:
cx = sin β cos θ
cy = cos β (3.99)
cz = sin β sin θ
Percepatan partikel arah normal sumbu tiang silinder dapat diuraikan kedalam
komponen dalam arah x, y, dan z sebagai berikut;
(
a nx = a x − c x c x a x + c y a y )
a ny = a y − c y (c x a x + c y a y ) (3.100)
a nz = −c z (c x a x + c y a y )
1 πD 2
fx = ρ C D D Vn u n + ρ C I a nx
2 4
1 πD 2
fy = ρ C D D Vn v n + ρ C I a ny (3.101)
2 4
1 πD 2
f z = ρ C D D Vn wn + ρ C I a nz
2 4
Maka gaya per-satuan panjang dalam arah tegak lurus sumbu tiang adalah:
(
f = ± f x2 + f y2 + f z2 )
1/ 2
(3.102)
Komponen total gaya yang bekerja pada tiang silinder miring harus dihitung
dengan cara integrasi numerik berdasarkan persamaan berikut;
Fx = ∫ f x ds
s
F y = ∫ f y ds (3.103)
s
Fz = ∫ f z ds
s
3-37
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Contoh 3.5
Hitung gaya yang bekerja pada batang 1-2 dari struktur pada gambar 3.16
akibat gerakan partikel gelombang, dimana
u = 14 ft/det.
v = 4 ft/det.
a x = 4 ft/sec2
a y = -6 ft/sec2
Gambar 3.16
Jawaban
Dari gambar 3.16 didapat sudut θ dan β adalah;
θ = 900
β = 1350
maka;
cx = 0
c y = -0.707
c z = 0.707
3-38
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
( )
vn = v − c y c x u + c y v = 4 - (-0.707(-0.707 x 4)) = 2 ft/det
( )
wn = −c z c x u + c y v = -0.707(-0.707 x 4) = 2 ft/det
[ (
Vn = u 2 + v 2 − c x u + c y v )2 ] 1 / 2 = 14.3 ft/det.
Dengan asumsi C D = 1, C I = 2.0, ρ = 1.99 slugs/ft2, komponen gaya
gelombang pada batang dapat dihitung dengan menggunakan persamaan
3.101, yaitu:
1 πD 2
fx = ρ C D D Vn u n + ρ C I a nx = 448 lb/ft
2 4
1 πD 2
fy = ρ C D D Vn v n + ρ C I a ny = 19.4 lb/ft
2 4
1 πD 2
fz = ρ C D D Vn wn + ρ C I a nz = 19.4 lb/ft
2 4
Panjang batang 1-2 adalah L = 45 2 = 63.6 ft. Maka, komponen gaya total
yang bekerja pada batang (dengan asumsi gerakan partikel air seragam di
sepanjang batang) adalah:
Fx = L . f x = 28.5 kips
F y = L . f y = 1.23 kips
Fz = L . f z = 1.23 kips
Dari gambar 3.16, kita dapat mengambil sudut orientasi batang θ = -900 β =
450 karena arah positif sumbu batang dalam perhitungan ini tidak ditentukan.
Dengan memilih sudut tersebut, maka tanda dari c y dan c z akan berlawanan
3-39
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Untuk tiang batang vertikal, penentuan gaya gelombang total dapat digunakan
persamaan 3.80 untuk gelombang Airy, sedangkan persamaan 3.89 untuk
gelombang Stokes. Dalam menentukan gaya maksimum, perhitungan harus
dilakukan untuk berbagai nilai (ϖt − kx ) , dimana ϖ adalah frekuensi
gelombang dan x adalah posisi tiang vertikal terhadap titik pusat sistem
koordinat (0,0).
Untuk tiang yang tidak vertikal (miring), perhitungan gaya horisontal akibat
gelombang harus dilakukan dengan cara integrasi numerik dari persamaan
3.101, hal ini disebabkan gerakan partikel air berbeda disepanjang tiang.
3-40
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gambar 3.17 Perbandingan antara perhitungan gaya gelombang secara teoritis dan hasil
pengukuran.
Contoh 3.6
Gambar 3.18 menunjukkan tampak muka dan tampak samping struktur lepas
pantai sederhana yang terdiri dari 4 (empat) tiang vertikal dengan balok
pengaku horisontal dan diagonal. Diameter tiang vertikal adalah 4 ft dan
diameter balok pengaku adalah 2 ft. Kedalaman perairan adalah 80 ft,
asumsikan C D = 1 dan C I =2.0.
Tentukan gaya horisontal total pada struktur akibat gelombang dengan tinggi
20 ft dan panjang gelombang 300 ft.
3-41
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gambar 3.18
Jawaban
Gaya horisontal maksimum akibat gelombang ditentukan dengan menghitung
gaya horisontal akibat gelombang untuk berbagai nilai ϖ t . Untuk
penyederhanaan masalah, dalam contoh ini digunakan teori gelombang Airy.
Sebagai contoh perhitungan kita asumsikan gelombang dengan nilai ϖ t =6.0.
Gambar 3.18 memperlihatkan sistem koordinat yang akan digunakan.
Batang vertikal
Persamaan 3.77, 3.79, dan 3.80 digunakan untuk menghitung gaya gelombang
pada tiang vertikal. Persamaan tersebut dikembangkan untuk perhitungan gaya
pada tiang vertikal yang letaknya pada x=0, sehingga dapat langsung
diaplikasikan pada tiang 1-2 dan 2-3 untuk setiap harga ϖ t . Tiang 4-5 dan 5-6
terletak pada x = 50. Maka persamaan 3.77, 3.79, dan 3.80 (tukar varibel z
menjadi y) harus dimodifikasi untuk mendapatkan gaya pada tiang 4-5 dan 5-6
pada saat ϖ t yang sama dengan pada tiang 1-2 dan 2-3. Karena gerakan
partikel fluida akibat gelombang hanya bergantung pada parameter (ϖt − kx ) ,
modifikasi yang perlu dilakukan pada persamaan 3.77, 3.79, dan 3.80 adalah
dengan hanya mengganti parameter (ϖt − kx ) dengan (ϖt − 50 k ) . Gaya
3-42
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
gelombang yang bekerja pada tiang 1-2 dan 2-3, dimana x = 0, k = 0.0209 ft-1,
ϖ = 0.793 rad/det, H = 20 ft, ρ = 1.99 slugs/ft3, h = 80 ft, adalah:
dimana
y = h + η = 80 + 10 cosϖ t
Gaya pada tiang vertikal 4-5 dan 5-6 adalah:
dimana
y = h + η = 80 + 10 cos(ϖ t − 50 k )
Karena struktur mempunyai 4 (empat) kaki vertikal dimana 2 tiang pada x=0
dan 2 tiang pada x=50, maka gaya gelombang yang terjadi pada seluruh tiang
vertikal adalah:
F = 2(F1−3 + F4 −6 )
1 πD 2
fx = ρ C D D Vn u + ρ C I a nx
2 4
π 22
= 1/2.(1.99).(1).(2). Vn . u + (1.99).(2).( ). a nx
4
= 1.99. Vn . u + 12.5. a nx
Vn 2 = u 2 + y 2
3-43
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
ϖ 2 H cosh ky
ax = sin(kx − ϖ t ) =
2 sinh kh
cosh (0.0209 x 50 )
1/2.(0.793)2.(20). . sin ( −6.0 )
sinh ( 0.0209 x 80 )
a x = 1.09 ft/sec
Dengan cara yang sama, gaya horisontal total pada batang horisontal disisi
belakang (Row 2), dimana x = 50 dan y = 50, adalah:
F5-11 = 2460 lb.
1 πD 2
f x = ρ C D D Vn u + ρ C I ax
2 4
π 22
= 1/2.(1.99).(1).(2). Vn . u + (1.99).(2).( ). a x
4
= 1.99. Vn . u + 12.5. a x
3-44
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
[ (
Vn = u 2 + v 2 − c x u + c y v )2 ] 1 / 2 = u 2 + 21 v 2
η 2 − 9 = 89.6 ft
Panjang bagian batang 2-9 yang berada dibawah permukaan air adalah,
L2-9 = (89.6-50)/cos 45 = 56.0 ft
Dimana sumbu batang 2-9 membentuk sudut 450 terhadap sumbu y.
Karena gerakan partikel air berubah terhadap kedalaman (y), maka gaya
gelombang per-satuan panjang yang terjadi berubah sepanjang batang 2-9.
Karena itu, perhitungan gaya total akibat gelombang pada batang 2-9 harus
dilakukan dengan cara integrasi numerik. Sebagai contoh, batang 2-9 dibagi
kedalam 2 segmen dimana panjang setiap segmen adalah 28 ft. Kemudian,
f x yang terjadi di titik tengah segmen dihitung dan diasumsikan gaya tersebut
Tabel 3.6
x y u v ax fx
(ft ) (ft ) (ft / sec) (ft / sec) 2
(ft/sec ) (lb / ft )
0 59.9 5.60 1.38 -3.77 79.5
0 79.7 8.12 2.20 -5.99 156.8
3-45
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
y = 80 + 10 cos(ϖ t − kx )
Untuk garis (geometri) batang 2-6 adalah:
y = 50 + x
Kombinasikan dua persamaan diatas untuk mendapatkan titik perpotongan
batang 2-6 dengan permukaan air, didapat:
x = 30 + 10 cos(ϖ t − kx )
dengan cara yang iterasi atau trial-and-error dan dengan menggunakan harga
ϖ t = 6.0, didapat:
x = 35.2 ft
Maka, elevasi permukaan air pada batang 2-6 adalah:
η 2 − 6 = 50 + 35.2 = 85.2 ft
Panjang batang 2-6 yang berada dibawah permukaan air (=yang terkena gaya
gelombang) adalah:
L2-6 = 35.2/cos 450 = 35.2/0.707 = 49.8 ft
Seperti dalam perhitungan pada batang diagonal sisi melintang, batang 2-6
dibagi menjadi 2 segmen. Panjang setiap segmen adalah 24.9 ft. Gaya
gelombang horisontal pada titik tengah tiap segmen dihitung dengan
persamaan 3.101, kemudian diasumsikan bekerja secara merata pada masing-
masing segmen. Hasil perhitungan untuk ϖ t = 6.0 diperlihatkan pada tabel
3.7.
3-46
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Tabel 3.7
x y u v ax ay fx
(ft ) (ft ) (ft / sec) (ft / sec) 2
(ft/sec ) (ft/sec ) 2
(lb / ft )
8.8 54.8 5.10 2.17 2.04 -3.41 40.2
26.4 76.4 5.31 5.42 4.66 -3.88 53.4
Gaya horisontal total akibat gelombang dengan harga ϖ t =6.0 didapat dengan
menjumlahkan gaya total yang bekerja pada setiap batang struktur, yaitu:
Ftotal = 2 ( F1-3 + F4-6 ) + F2-8 + F5-11 + F2-9 + F5-12 + F2-6 + F12-8
= 62.900 lb + 2960 lb + 2460 lb + 6620 lb + 3590 lb + 2330 lb + 2330 lb
= 83200 lb.
3.4 Arus
Arus di laut biasanya terjadi akibat adanya pasang surut dan gesekan angin pada
permukaan air (wind-drift current). Kecepatan arus dianggap pada arah
horisontal dan bervariasi menurut kedalaman.
3-47
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Besar dan arah arus pasang surut dipermukaan biasanya ditentukan berdasarkan
pengukuran di lokasi. Wind-drift current di permukaan biasanya diasumsikan
sekitar 1 % dari kecepatan angin pada ketinggian 30 ft diatas permukaan air.
Untuk kebutuhan rekayasa, variasi arus pasang surut terhadap kedalaman
biasanya diasumsikan mengikuti profil pangkat 1/7 ("one-seventh power law")
dan variasi arus akibat gesekan angin diasumsikan linier terhadap kedalaman.
Variasi arus ditunjukkan pada gambar 3.19.
Gambar 3.19 Asumsi distribusi vertikal arus pasang surut dan wind-drift current.
Dalam kondisi badai, arus terjadi bersamaan dengan gerakan air akibat
gelombang. Arah arus pasang surut bisa tidak sama dengan arah rambat
gelombang, tetapi wind-drift current biasanya diasumsikan searah dengan
gerakan gelombang.
3-48
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Modifikasi nilai koefisien Drag dan Inersia diperlukan apabila pada batang
tubular tersebut terdapat tambahan struktur/komponen lain, misalnya anode.
Modifikasi koefisien drag dan inersia tersebut ditentukan dengan rumusan
sebagai berikut:
rumus sebagai berikut :
A1Cd 1 + nA2Cd 2
Cd ' = (3.104)
A1
V1C m1 + nV2C m 2
Cm ' = (3.105)
V1
dengan :
A1 = luas drag batang tubular
Cd1 = koefisien drag batang tubular
A2 = luas drag komponen/anode
Cd2 = koefisien drag komponen/anode
V1 = volume batang tubular
Cm1 = koefisien massa batang tubular
3-49
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
V2 = volume komponen/anode
Cm2 = koefisien massa komponen/anode
n = jumlah komponen/anode
Struktur yang terbenam di dalam air akan mengalami penambahan luas area
melintang akibat adanya marine growth. Marine growth ditimbulkan oleh
organisme laut yang menempel pada struktur. Hal ini dapat dilihat pada Gambar
3.21.
Dc
Dc + 2t
Tekanan air pada struktur yang terendam terjadi akibat berat air diatasnya dan
akibat gerakan air karena gelombang disekitar struktur. Tekanan air pada bagian
struktur yang terendam bisa menimbulkan tambahan tegangan pada bagian
tersebut. Gaya yang timbul akibat gerakan air karena gelombang sudah
diperhitungkan dalam persamaan Morison.
Tekanan hidrostatik yang terjadi akibat berat air diatasnya, yaitu:
p =γ f (h − z ) (3.107)
3-50
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dimana
γ f = berat jenis air
h = kedalaman perairan
z = jarak verikal dari dasar perairan.
Tekanan tersebut menimbulkan gaya apung yang akan tetap ada meskipun
kondisi tidak ada gelombang di permukaan. Besar gaya apung yang bekerja
pada struktur terendam dalam fluida, baik itu sebagian atau seluruhnya adalah,
Fb = γ f V (3.108)
dimana
γ f = berat jenis air
dimana
W ' = berat efektif struktur.
W = berat sruktur di udara.
3-51
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gaya apung akan bekerja pada dasar tiang pancang yang besarnya adalah;
Fb = γ f A (h + d ) (3.110)
dimana
A = luas ujung tiang pancang.
h = kedalaman perairan.
d = kedalaman penetrasi tiang pancang.
Besar gaya apung sama dengan berat air yang dipindahkan, sehingga berat
efektif tiang adalah berat tiang di udara dikurangi berat air yang dipindahkan.
Karena gaya apung bekerja pada ujung dasar tiang pancang, maka berat efektif
elemen 2-3 akan terlihat sama dengan berat di udara.
Perhatikan batang diagonal 2-6 pada gambar 3.22 dimana batang tersebut kita
anggap "unflooded (water tight)". Beban akibat berat sendiri batang adalah hasil
perkalian berat jenis batang (untuk baja γ = 0.484 kip/ft3 ) dengan volume
material batang.
Apabila batang 2-6 mempunyai diameter 2 ft dan ketebalan 0.5 in, maka volume
batang adalah:
V2−6 =
π
4 ( (
2 2 − 2 − 2 × 0.5
12
)) 2
50 2 = 18.1 ft
3
3-52
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gambar 3.22
Sehingga beban berat sendiri batang 2-6 dalam arah tegak lurus dan sejajar
batang adalah;
W2−6 = ρ V2 −6 = (0.484) (18.1) = 8.76 kips
Komponen tegak lurus batang. Beban berat sendiri batang terbagi secara merata
sepanjang batang seperti yang terlihat pada gambar 3.27a.
Dari gambar 3.26 terlihat bahwa perpotongan muka gelombang dengan batang
2-6 terjadi pada koordinat x = 33.7 atau pada jarak 47.7 ft dari simpul 2. Maka
besar gaya apung yang bekerja pada bagian batang 2-6 yang berada dibawah
muka air adalah hasil perkalian berat jenis air (= 64 lb/ft3 ) dengan volume air
yang dipindahkan (= 149.9 ft3 ), yaitu 9.59 kips. Komponen gaya apung pada
batang 2-6 dalam arah tegak lurus dan sejajar batang adalah 6.78 kips. Bila
komponen gaya apung tegak lurus batang diasumsikan terbagi merata sepanjang
bagian batang yang terendam, maka perhitungan beban pada titik simpul akibat
gaya apung dan kombinasi akibat berat sendiri bisa dilihat pada gambar 3.27b
dan 3.27c. Perlu diperhatikan disini bahwa tidak ada gaya apung yang terjadi
pada batang vertikal 1-2 dan 2-3 meskipun batang tersebut "unflooded".
3-53
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gambar 3.27 (a) Weight loading; (b) buoyant force; (c) net end loading
3.8 Angin
Gaya angin total yang bekerja pada struktur di laut merupakan penjumlahan dari
gaya angin yang bekerja pada setiap komponen struktur tersebut.
Gaya angin pada struktur terjadi karena gesekan (friction) udara pada
permukaan struktur dan karena adanya perbedaan tekanan di depan dan di
belakang struktur (viscous drag). Dari hasil percobaan, gaya yang bekerja pada
struktur akibat hembusan angin bisa dituliskan sebagai:
3-54
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
1
F= ρ CAV 2 (3.111)
2
dimana
ρ = massa jenis udara
A = luas karakteristik struktur
V = kecepatan hembus angin
VD
C = koefisien gaya yang bergantung bilangan Reynold = ρ
µ
D = panjang karakteristik struktur
µ = viskositas udara
Harga massa jenis ρ dan viskositas µ udara biasanya dianggap relatif konstan
terhadap perubahan tekanan dan temperatur, sehingga umumnya diambil harga
standar untuk kondisi temperatur 600 F dan tekanan 14.7 lb/in2 , yaitu:
3-55
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gambar 3.28 Variasi koefisien gaya terhadap bilangan Reynold untuk balok rectangular
panjang, tipis dan tiang silinder panjang, tipis.
Pada umumnya dimensi struktur dan kecepatan angin di lepas pantai akan
memberikan bilangan Reynold sekitar 106 atau lebih. Maka untuk keperluan
perencanaan dan analisa struktur lepas pantai, besar koefisien gaya biasanya
diasumsikan konstan, yaitu sekitar 2.1 untuk bentuk balok persegi-empat yang
tipis dan sekitar 0.6 untuk bentuk tiang silinder dengan panjang tak terhingga.
Koefisien gaya untuk balok persegi dan tiang silinder akan lebih kecil bila
memperhitungkan adanya aliran angin melalui ujungnya (panjang berhingga).
Harga koefisien gaya angin yang biasa digunakan dalam perancangan dan
analisa struktur lepas pantai diperlihatkan dalam tabel 3.8.
Untuk kondisi dimana arah datang angin tidak tegak lurus terhadap sumbu
batang atau permukaan struktur, maka besar dan arah gaya angin yang terjadi
diperhitungkan berdasarkan komponen kecepatan angin yang tegak lurus
permukaan (lihat gambar 3.29).
3-56
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Alternatif lain untuk menghitung gaya angin dimana arah datang angin tidak
tegak lurus permukaan adalah dengan memproyeksikan luas permukaan struktur
dalam arah tegak lurus angin. Maka gaya yang terjadi dapat dituliskan:
ρC ( A cos α ) V 2
1
F=
2
1
= ρCAV 2 cos α (3.115)
2
dimana
V cos α = proyeksi luas permukaan struktur dalam arah tegak lurus arah datang
angin
Gaya angin total pada struktur diperoleh dengan menjumlahkan gaya angin yang
terjadi pada setiap komponen struktur tersebut.
3-57
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
F = 0.00256 v 2 C s A (3.116)
dimana :
F = gaya angin, lb
V = kecepatan angin, ft/sec
Cs = koefesien bentuk
A = proyeksi area/bidang terpa angin, ft2
Kecepatan angin rata–rata (V) pada elevasi z dengan durasi waktu satu jam dapat
didekati dengan persamaan berikut :
dimana:
F = gaya angin, lb
Vk = kecepatan angin, ft/sec
3-58
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Ch = koefisien ketinggian
Cs = koefesien bentuk
A = proyeksi area/bidang terpa angin, ft2
Disamping formula API dan ABS terdapat formula lain yang dapat digunakan
dalam perhitungan beban angin.
Contoh 3.7
Tentukan gaya angin yang bekerja pada tiap deck dari strukturberikut ini
dengan menggunakan formula API:
Diketahui
Wind Speed For 1-Hour Average = 48 mph
Elevasi main deck = 53.5 ft
Elevasi cellar deck = 37.5 ft
Cs = 1.0 (Overall projected area of platform)
3-59
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5 ft
Main Deck
Hc M ain Deck
Hc Cellar Deck
Cellar Deck
Hc Caisson
Caisson
MSL
Mudline
12' 12'
x
18' 14'
F = 0.00256V 2 C s A
= (0.00256 ) (73.284 )2 (1.0 ) (192 )
= 2.64 kips
F = 0.00256V 2 C s A
= (0.00256 )(75.228 )2 (1.0 )(60 )
= 0.869 kips
Perhitungan gaya angin untuk arah +y akan serupa dengan perhitungan gaya
angin arah +x dengan mengganti dimensi (panjang, lebar) untuk tiap-tiap deck.
Contoh 3.8
Tentukan gaya angin yang bekerja pada tiap deck, jika pada soal contoh 3.7
xy plan
α
3-61
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Jawab:
a. Cellar deck (arah +x)
F = 0.00256V 2 cos 2 α C s A
dimana
α = 450
(
F = (0.00256 ) (73.284 )2 cos 45 o )
2
(1.0 )(192 )
= 1.32 kips
F = 0.00256V 2 cos 2 α C s A
dimana
α = 450
(
F = (0.00256 ) (75.228 )2 cos 45 o )
2
(1.0 )(60 )
= 0.4345 kips
3-62
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Baja-baja struktur diberi nama oleh ASTM (American Society for Testing and
Materials) serta oleh para pembuatnya. Untuk keperluan desain, tegangan leleh
tarik menjadi kuantitas acuan yang digunakan oleh spesifikasi-spesifikasi,
seperti AISC, sebagai variabel sifat untuk menentukan kekuatan atau tegangan
ijinnya. Terminologi tegangan leleh (yield stress) digunakan baik untuk
menyatakan “titik leleh” (yield point), yakni suatu penyimpangan yang jelas dari
elastisitas sempurna yang ditunjukkan oleh kebanyakan baja struktur biasa;
maupun “kekuatan leleh” (yield stress), yakni tegangan satuan pada suatu titik
perpindahan regangan untuk baja-baja yang tidak memiliki titik leleh yang jelas.
Dewasa ini (1990), baja telah disediakan dengan tegangan leleh dari 24 sampai
dengan 100 ksi (170 sampai 690 Mpa).
Baja untuk struktur dengan tempa panas dapat diklasifikasikan sebagai baja
karbon (carbon steel), baja paduan rendah berkekuatan tinggi (high strength low
alloy steel), dan baja paduan (alloy steel). Persyaratan umum untuk jenis-jenis
baja sedemikian ini tercakup dalam spesifikasi ANSI / ASTM A6.
Baja Karbon
Baja karbon dibagi menjadi empat kategori berdasarkan presentase karbonnya:
karbon rendah (kurang dari 0.15%); karbon lunak (0.15-0.29%); karbon sedang
(0.30-0.59%); dan karbon tinggi (0.60-1.70%). Baja karbon struktural termasuk
dalam kategori karbon lunak. Suatu baja, misalnya A36, memiliki karbon
maksimum antara 0.25- sampai 0.29% tergantung dari ketebalannya. Baja
karbon struktur menunjukkan titik leleh definit seperti pada kurva a) dari
Gambar 4.1. Peningkatan persentase karbon akan meningkatkan kekerasannya
namun akan mengurangi kekenyalannya, hingga lebih sulit dilas.
4-1
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
4-2
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
4-3
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Baja Paduan
Baja paduan rendah dapat didinginkan dan disepuh supaya dapat mencapai
kekuatan leleh sebesar 80 sampai dengan 110 ksi (550 sampai dengan 760
MPa). Kekuatan leleh biasanya didefinisikan sebagai tegangan pada regangan
offset 0.2%, karena baja ini tidak menunjukkan titik leleh yang jelas. Dalam
Gambar 4.1, kurva (c), terlihat kurva tegangan-regangan tipikal. Dengan
prosedur yang tepat, baja ini dapat dilas, dan biasanya tidak membutuhkan
tambahan perlakuan panas setelah pengelasan dilakukan. Untuk beberapa
keperluan khusus, kadangkala dibutuhkan pengendoran tegangan. Beberapa
baja karbon, seperti baja tekanan fluida tertentu, dapat didinginkan dan disepuh
supaya dapat memberikan kekuatan leleh sekitar 80 ksi (550 MPa), namun
kebanyakan baja dengan kekuatan sedemikian merupakan baja paduan rendah.
Baja paduan rendah ini pada umumnya memiliki kandungan karbon sekitar
0.20% supaya dapat membatasi kekerasan mikrostruktur butilan kasar
(martensit) yang mungkin terbentuk selama perlakuan panas atau pengelasan,
sehingga dapat mengurangi bahaya retakan.
4-4
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
paduan rendah berkekuatan tinggi; dan baja paduan rendah berkekuatan tinggi
dengan perlakuan panas. Perilaku yang sama terjadi pada kondisi tekan bila
diberikan dukungan sedemikian rupa sehingga dapat mencegah terjadinya
tekukan. Bagian dari masing-masing kurva tegangan-regangan dari Gambar 4.1
yang digunakan dalam desain biasa diperbesar dalam Gambar 4.2.
4-5
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gambar 4.2 Kurva tegangan-regangan yang diperbesar untuk berbagai tegangan leleh yang
berbeda.
Perbandingan tegangan terhadap regangan pada daerah garis lurus awal dikenal
sebagai modulus elastisitas, atau modulus Young, E, yang untuk baja struktur
dapat diambil sekitar 29,000 ksi (200,000 MPa). Pada daerah garis lurus,
pembebanan dan penghilangan beban tidak mengakibatkan deformasi
4-6
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
permanen; dan dari sinilah didapatkan sebutan daerah elastik (elastic range).
Tegangan unit beban layanan pada desain baja selalu dimaksudkan agar tetap
berada dalam batas proporsional dengan aman, meskipun untuk memastikan
faktor-faktor keamanan terhadap kemungkinan kegagalan atau deformasi yang
berlebihan, diperlukan pengetahuan mengenai perilaku tegangan-regangan
sampai dengan regangan sekitar 15 sampai 20 kali regangan elastik maksimum.
Untuk baja yang menunjukkan titik leleh seperti kurva (a) clan (b) dari Gambar
4.2, regangan besar yang pada hakikatnya menjadi penyebab terjadinya
tegangan konstan disebut sebagai daerah plastik (plastic range). Metode desain
beban dan faktor resistensi dengan sadar menggunakan daerah ini. Baja-baja
dengan kekuatan lebih tinggi yang dicirikan oleh kurva (c) dari Gambar 4.2
juga memiliki daerah yang boleh disebut sebagai daerah plastik; meskipun
demikian, pada daerah ini tegangan terus naik pada saat regangannya naik dan
bukannya tetap konstan saja. Dengan demikian, daerah ini tidak diperkenankan
oleh AISC untuk digunakan pada baja-baja yang tegangan lelehnya melebihi 65
ksi.
Untuk regangan yang lebih besar dari 15 sampai 20 kali regangan elastik
maksimum, tegangan naik lagi dengan kemiringan yang lebih datar daripada
kemiringan elastik aslinya. Kenaikan dalam kekuatan disebut sebagai
pengerasan regangan (strain hardening) yang terus berlangsung sampai pada
kekuatan tarik. Kemiringan kurva tegangan-regangan dikenal sebagai modulus
pengerasan regangan, Est. Harga rata-rata untuk modulus ini dan regangan ∈st
pada saat mulai telah ditentukan [2.25] untuk dua macam baja: baja A36, Est =
900 ksi (6200 MPa) pada ∈st = 0.014 inch per inch; dan untuk A441, Est = 700
ksi (4800 MPa) pada ∈st = 0.021 inch per inch. Daerah pengerasan regangan
tidak secara sengaja digunakan dalam desain, namun beberapa pembatasan
tekuk diturunkan secara konservatif untuk mencegah terjadinya tekukan bahkan
pada regangan-regangan yang berada di seberang terjadinya pengerasan
regangan.
4-7
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
4-8
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Untuk kebanyakan situasi desain struktur, salah satu tegangan utama berharga
nol atau cukup kecil sehingga bisa diabaikan. Dengan demikian, untuk
tegangan bidang (semua tegangan dianggap bekerja pada suatu bidang)
Persamaan 4.1 dapat disederhanakan menjadi:
σ y = σ 1 + σ 2 − σ 1σ 2
2 2 2
(4.2)
4-9
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
σy
σ1 =τ = = leleh geser (4.4)
3
yang menunjukkan bahwa kondisi leleh untuk tegangan geser yang bekerja
sendiri adalah:
σy
τy = = 0.58σ y (4.5)
3
Rasio Poisson, µ
Bila tegangan bekerja pada salah satu arah, regangan-regangan diinduksikan
bukan hanya pada dalam kerja tegangan namun juga dalam kedua arah lain
yang saling tegak lurus. Harga µ yang biasa digunakan diperoleh dari kondisi
tegangan uniaksial, di mana harga tersebut merupakan rasio regangan
transversal dengan regangan longitudinal dalam keadaan terbebani. Untuk baja
4-10
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
struktur, rasio Poisson mendekati harga 0.3 pada daerah elastik dimana bahan
berada dalam keadaan kompresibel dan mendekati 0.5 pada daerah plastik di
mana material pada hakikatnya tidak kompresibel (yakni resistensi konstan
dengan regangan dimanapun).
Pengerasan Regangan
Setelah regangan ∈ y = Fy / E s pada lelehan pertama telah cukup dilampaui dan
Bila pembebanan telah terjadi sampai titik C tercapai, penghilangan beban akan
mengikuti garis putus-putus ke titik D; yakni asal mula untuk pembebanan baru
sekarang terletak pada titik D. Panjang garis CD lebih besar yang menunjukkan
bahwa titik leleh telah naik. Naiknya titik leleh disebut sebagai efek pengerasan
regangan (strain hardening); kekenyalan yang tinggal selama pembebanan dari
titik D tereduksi sangat besar dari harga aslinya sebelum pembebanan awal.
Proses pembebanan di luar daerah elastik untuk menimbulkan perubahan pada
kekenyalan yang ada, bila dikerjakan pada temperatur atmosferik, dikenal
4-11
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Pada penghilangan beban dan setelah suatu kurun waktu tertentu, baja tersebut
akan telah memiliki sifat-sifat yang berlainan dengan yang ditunjukkan oleh
titik D, C, dan E dari Gambar 4.5 dengan suatu fenomen yang dikenal sebagai
penuaan regangan (strain aging). Penuaan regangan, seperti terlihat dalam
Gambar 4.5, menghasilkan suatu tambahan pada titik lelehnya, memperbaiki
daerah plastik dari tegangan konstan, dan memberikan suatu daerah pengerasan
regangan baru pada tegangan yang telah ditinggikan. Benluk asli dari diagram
tegangan-regangan direstorasi; namun kekenyalannya tereduksi. Diagram
tegangan-regangan yang baru dapat digunakan seolah-olah merupakan diagram
yang asli untuk menganalisis potongan-potongan bentukan dingin, selama
kekenyalan yang tinggal masih mencukupi. Bagian-bagian sudut dari profil-
4-12
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Gambar 4.6 Efek penuaan regangan setelah peregangan ke dalam daerah pengerasan regangan
dan penghilangan beban.
Tekanan hidrostatik pada komponen struktur berbentuk silinder yang kedap air
(unflooded) akan menimbulkan tegangan pada komponen struktur tersebut.
Apabila ketebalan dinding jauh lebih tipis dari jar-jari ( t / a <<< 1) , maka:
Lπ
− 2 Fθ − ∫ ∫ P.a . sin θ dθ dz = 0 (4.8)
0 0
4-13
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
L
π
− 2 Fθ + ∫ P a cos θ 0 dz = 0 (4.9)
0
L
− 2 Fθ + ∫ P a (-1 - 1)dz = 0 (4.10)
0
− 2 Fθ = 2 P a L (4.11)
Fθ = − P a L (4.12)
Selain hoop stress, silinder juga mengalami tegangan aksial yang disebabkan
oleh beban tekanan pada kedua ujungnya dimana gaya aksial yang terjadi
adalah:
Fa = P π a 2 (4.14)
4-14
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Luas penampang melintang silinder adalah 2πat . Maka, tegangan aksial yang
terjadi adalah:
P π a2 Pa
σZ = − =− (4.15)
2π a t 2t
eZ =
1
(σ Z − υσ θ ) (4.16)
E
eθ =
1
(σ θ − υσ Z ) (4.17)
E
dimana:
eZ = tegangan atau perubahan panjang per-satuan panjang dalam arah z
Dalam persamaan 4.13, 4.18 dan 4.19, didapat hubungan perubahan panjang
dan defleksi radial sebagai berikut:
PaL
∆L = − (½ − υ ) (4.20)
Et
P a2 υ
u=− (1− ) (4.21)
Et 2
Contoh 4.1
Tentukan tegangan yang terjadi pada batang 1-2 yang kedap air (unflooded)
dari struktur lepas pantai pada Gambar 4.8. Batang 1-2 mempunyai diameter 2
ft dan ketebalan dinding 0.5 inchi.
4-15
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
P0 = γ b + Pa (4.22)
dimana:
γ = berat jenis air = 64 lb/ft3
b = kedalaman batang 1-2 = 200 ft
Pa = tekanan atmosfer.
Gambar 4.8
Apabila pada contoh 4-1 terdapat gelombang Airy dengan tinggi 70 ft dan
panjang 1000 ft, maka tekanan yang terjadi pada batang 1-2 adalah:
γ H cosh ky
P= +γ(h − y ) (4.26)
2 cosh kh
dimana:
H = tinggi gelombang = 70 ft
k = angka gelombang = 2π
1000
4-16
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
4-17
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
d 2u
ez = − y + ez0 (4.31)
dz 2
Selain regangan longitudinal, regangan tangensial juga terjadi pada irisan dapat
dituliskan persamaan berikut,
u
eθ = (4.32)
a
E u d 2u
σθ = − υy 2 + υe z 0 (4.33)
1 −υ 2 a dz
E d 2u u
σz = − y 2 + e z 0 + υ (4.34)
1 −υ 2 dz a
Gambar 4.10 Gaya geser dan momen pada irisan dari balok silinder
dimana
Et 3
D= (4.37)
12( 1 − υ 2 )
Apabila w0 adalah beban vertikal total dalam arah kebawah pada irisan, maka
dari keseimbangan gaya pada elemen dalam Gambar 4.10 memberikan:
4-18
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dQ
= w0 (4.38)
dz
dM
= −Q (4.39)
dz
dimana Q adalah shear force (gaya geser) per-satuan lengkungan dan arah
positif pada sisi kanan adalah ke atas (Gambar 4.10).
4-19
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
1 −ν 2 u
ez0 = σ z0 − ν (4.45)
E a
d 4u Et
D 2
+ u = − P' (4.46)
dz a2
dimana
t
P' = P + ν σ z0 (4.47)
a
P' a 2
u = e −αz (C1 cos αz + C 2 sin αz ) + eαz (C 3 cos αz + C 4 sin αz ) − (4.48)
Et
dimana
Et
α = 2
1/ 4
(
= 2 2
)
3 1 −ν 2
1/ 4
(4.49)
4a D a t
Harga konstanta ditentukan oleh syarat batas pada ujung balok silinder.
Apabila tumpuan ujung balok silinder diasumsikan jepit, maka syarat batasnya
du
adalah u = = 0 pada kedua ujungnya. Perhatikan contoh kasus balok
dz
silinder pada gambar 4.12. Untuk defleksi pada z → ∞ , maka diambil
C 3 = C 4 = 0.
4-20
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
P' a 2
C1 = C 2 =
Et
Maka, persamaan defleksi radial adalah
u=
P' a 2
Et
[ ]
1 − e −αz (cos αz + sin αz ) (4.50)
dimana
t ν
P' = P + ν σ z 0 = P 1 −
a 2
Dengan menggunakan persamaan 4.33, 4.34, dan 4.45, tegangan pada balok
silinder dapat dihitung. Tegangan pada permukaan dalam ( y = −t / 2 ) dan
permukaan luar ( y = t / 2 ) dapat dituliskan sebagai,
Pa 3 Pa(2 − ν )β −αz
σz = − ± e (cos αz − sin αz ) (4.51)
2t 2t
Pa Pa(2 − ν ) −αz
σθ = − ± e [(1 ± 3νβ ) cos αz + (1 ± 3νβ ) sin αz ] (4.52)
t 2t
dimana
[(
β = 3 1 −ν 2 )]
−1 / 2
4-21
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Struktur lepas pantai biasanya menggunakan baja struktur biasa. Gambar 4.14
menunjukkan kurva tipikal hubungan tegangan-regangan baja struktur.
Material baja akan tetap bersifat elastis selama tegangan yang terjadi tidak
melampaui tegangan leleh. Tujuan utama dari desain adalah memiliki ukuran
komponen yang sesuai sehingga kondisi elastis tetap dipenuhi selama dibebani
beban rencana (design-level loading). Faktor keamanan (safety factor) biasanya
diterapkan untuk mendapatkan tegangan ijin (allowable stress = yield stress /
safety factor) yang kemudian dijadikan kriteria tegangan yang tidak boleh
dilewati selama struktur dibebani gaya rencana.
4-22
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Ruas kiri persamaan 4.53 mewakili resistensi (kekuatan) dari komponen atau
sistem, sedangkan ruas kanan mewakili beban yang diharapkan akan
ditanggung. Harga nominal resistensi Rn pada sisi kekuatan dikalikan dengan
factor resistensi (reduksi kekuatan) φ untuk mendapatkan “kekuatan desain”
(disebut juga kekuatan yang dapat digunakan atau resistensi yang dapat
digunakan). Berbagai efek beban Qi pada sisi beban (seperti beban peralatan,
beban lingkungan, dan lain-lain) dikalikan dengan faktor-faktor kelebihan
beban γ i untuk mendapatkan jumlah ∑γ Q i i dari beban terfaktor.
4-23
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
yang menyatakan bahwa kekuatan desain φRn yang dibagi dengan suatu faktor
γ untuk kelebihan beban harus melebihi jumlah beban-beban layanan.
Untuk suatu struktur balok, persamaan 4.54 bisa dituliskan lagi menjadi:
Mn
≥M (4.55)
FS
dimana ruas kiri mewakili kekuatan nominal balok Mn dibagi suatu faktor
keamanan FS ( = φ / γ ) sedangkan ruas kanan mewakili momen lentur M
akibat semua tipe beban layanan. Kekuatan nominal bisa diasumsikan tercapai
pada saat tegangan terbesar mencapai tegangan leleh Fy sehingga:
Fy .I
Mn = (4.56)
c
dimana I adalah momen inersia dan c adalah jarak serat terluar dari sumbu
netral (seperti pada gambar berikut).
Gambar 4.15
Maka, persamaan menjadi berikut:
I
Fy
c ≥M (4.57)
FS
I
Fy
c ≥ M = fb (4.58)
I I c
FS
c
Fy
≥ fb (4.59)
Fs
dimana Fy / FS menjadi tegangan yang diijinkan untuk bending Fb dan fb
menjadi tegangan akibat beban layan penuh. Tegangan ijin dalam WSD
diturunkan dari kekuatan yang mungkin dicapai oleh struktur bila struktur
tersebut mengalami kelebihan beban.
4-24
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
menunjukkan bahwa harus ada faktor beban γ i untuk setiap tipe beban Qi yang
D2 = Dead load 2, merupakan beban pada anjungan akibat peralatan dan object
lain. Beban ini dapat berubah sesuai dengan kondisi operasional namun
bernilai konstan untuk jangka waktu yang cukup lama. Beban mati 2
meliputi berat peralatan pengeboran dan produksi yang dapat diletakkan
atau dipindahkan dari anjungan, berat tempat tinggal, landasan helikopter,
dan peralatan pendukung untuk hidup, peralatan menyelam dan
perlengkapan lain yang dapat diletakkan atau dipindahkan dari anjungan.
L1 = Live Load 1. Beban hidup satu meliputi berat makanan dan berat fuida di
dalam pipa dan tangki. Harga nominal beban hidup diperoleh dari beban
material terberat dan kapasitas terbesar pada saat kondisi operasional.
L2 = Live Load 2. Beban hidup dua merupakan beban hidup yang diterima
struktur dalam periode waktu yang sangat singkat pada kondisi
operasional seperti pengangkatan dengan menggunakan crane, operasi
mesin, penambatan vessel dan pendaratan helikopter. Harga nominal
beban hidup dua merupakan nilai rata-rata maksimum kapasitas peralatan.
4-25
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
4-26
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
0.6 Fy ≥ fa (4.65)
dimana fa adalah tegangan aksial pada batang tarik akibat beban layanan.
Formula API RP 2A-WSD dalam menentukan kekuatan tarik ijin (Ft) untuk
batang tubular yang dikenai beban aksial dapat dituliskan sebagai berikut:
Ft = 0.6 Fy (4.66)
dimana
Fy = tegangan leleh, ksi (Mpa)
Sedangkan tegangan ijin tarik (Ft) berdasarkan AISC untuk batang non-
tubular dapat dituliskan sebagai berikut;
dimana
Ag = area kotor penampang batang yang dikenai beban tarik
4-27
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Ae Fy
Jika ≥ maka akan terjadi keruntuhan batang secara keseluruhan,
Ag 0.833 Fu
Ae Fy
sedangkan jika < keruntuhan akan terjadi pada bagian terlemah
Ag 0.833 Fu
4-28
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dari teori mekanika bahan untuk material elastis dengan deformasi kecil
diketahui:
d2y M
2
=− z (4.71)
dz EI
Maka, persamaan deferensial batang menjadi:
d2y P
+ y=0 (4.72)
dz 2 EI
atau:
d2y
+ k2y = 0 (4.73)
dz 2
dimana:
P
k2 =
EI
Solusi umum dari persamaan (4.73) adalah:
y = A sin kz + B cos kz (4.74)
4-29
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Nπ
c. kL = Nπ à =k
L
Nπ
2
P
=
L EI
N 2π 2 EI
P= (4.76)
L2
Untuk N = 1, defleksi kurvatur tunggal akan terjadi. Yaitu
π
y = A sin z (4.77)
L
Maka, didapat beban kritis Euler untuk batang dengan tumpuan sendi pada
ujung-ujungnya sebagai
π 2 EI
Pcr = (4.78)
L2
Tegangan rata-rata didapat dengan membagi persamaan (4.78) dengan luas
penampang bruto
Pcr π 2 EI
Fcr = = (4.79)
Ag L2 Ag
atau
π 2E π 2E
Fcr = = (4.80)
L2 ' ( Ag / I ) ( L / r )2
dimana
1/ 2
I
r = = jari-jari girasi penampang batang.
Ag
Secara umum, kekuatan sebuah batang tekan dapat dituliskan sebagai berikut
π 2 Et
Pcr = Ag = Fcr .Ag (4.81)
(kL / r )2
dimana
Et = modulus tangensial elastisitas pada tegangan Pcr / Ag
I
r = radius girasi
Ag
L = panjang batang
4-30
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Panjang Efektif
Pembahasan mengenai kekuatan batang tekan diatas menggunakan batang
dengan tumpuan sendi pada kedua ujungnya sehingga tidak ada kekangan
rotasional atau momen pada kedua ujung batang tersebut. Untuk batang tekan
atau kolom dengan ujung tumpuan sendi, panjang ekivalennya (KL) adalah
sama dengan panjang L. Maka dalam hal ini harga K = 1,0. Panjang ekivalen
batang tekan dengan ujung tumpuan sendi disebut sebagai panjang efektif dan
K disebut factor panjang efektif.
4-31
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Untuk kondisi struktur pada umumnya, terjadi kekangan momen pada ujung-
ujung batang tekan atau kolom sehingga menyebabkan titik momen nol atau
titik balik (inflection point) bergerak menjauhi ujung-ujung yang ditahan.
Kondisi ini bisa dilihat pada gambar 4.17 dimana panjang efektif KL
tereduksi.
Penilaian secara tepat mengenai derajat kekangan momen pada struktur pada
umumnya sangat sulit atau bahkan tidak mungkin. Kekangan momen tersebut
dipengaruhi oleh batang-batang yang tidak berdekatan yang mengikat ke
batang tekan atau kolom, oleh pondasi setempat dan lapisan tanah di
bawahnya, dan interaksi penuh semua batang dalam struktur rangka baja.
4-32
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
4-33
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
tersebut lurus dan prismatik sempurna; (4) resultan beban bekerja melalui
sumbu sentroid batang sampai batang tersebut mulai melentur; (5) kondisi
ujung harus ditentukan sehingga dapat panjang ujung jepit ekuivalennya dapat
dipastikan. Kemudian, asumsi lebih lanjut tentang tekuk, seperti (6) teori
defleksi kecil pada problema lentur biasa dapat diberlakukan dan gaya geser
dapat diabaikan; dan (7) puntiran atau distorsi penarnpang lintang tidak terjadi
selama lenturan.
dimana:
Et = modulus tangensial elastisitas pada tegangan Pcr / Ag
Telah diketahui bahwa batang tekan yang panjang akan mengalami kegagalan
karena tekuk elastik, sedang batang tekan yang gemuk pendek dapat dibebani
sampai materialnya leleh atau bahkan mungkin hingga mencapai daerah
pengerasan regangan (strain hardening). Akan tetapi, dalam sebagian besar
situasi biasa, kegagalan akibat tekuk terjadi setelah sebagian penampang
lintang mengalami leleh. Hal ini dikenal sebagai tekuk tak-e/astik.
Sebenamya, tekuk murni akibat beban aksial hanya terjadi bila asumsi (1)
sampai (7) di alas berlaku. Kolom biasanya merupakan suatu bagian integral
struktur dan karena itu tidak dapat sepenuhnya berperilaku independen. Dalam
praktek, istilah tekuk diartikan sebagai batas antara defleksi stabil dan tak
stabil suatu batang tekan; jadi bukan merupakan suatu kondisi sesaat yang
terjadi pada batang langsing elastik yang terisolasi.
4-34
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Penentuan teoritik kekuatan kolom tidak sesuai dengan hasil uji yang
mencakup pengaruh bengkokan awal batang, eksentrisitas beban tak sengaja,
perlawanan ujung, tekuk setempat atau lateral, dan tegangan residu. Kurva
tipikal untuk kekuatan kolom hasil pengujian diperlihatkan dalam gambar
4.18. Karena ketidak-sesuaian kurva kekuatan teoritik (Euler) dengan hasil uji,
dikembangkan persamaan empirik untuk digunakan dalam disain. Berbagai
persamaan garis lurus dan parabola maupun persamaan lain yang lebih
kompleks telah digunakan untuk mendekati kurva hasil uji tersebut dengan
akurat namun masih cukup praktis.
4-35
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Dalam teori modulus tangen (singgung) Engesser, kolom tetap dalam keadaan
lurus sampai sesaat sebelum terjadinya kegagalan dan modulus elastisitas saat
runtuh merupakan tangen sudut kurva tegangan-regangan tersebut. Hubungan
ini diperlihatkan dalam gambar 4.19. Teori tersebut menyatakan bahwa pada
tegangan tertentu, Fcr = Pcr / Ag , batang tersebut dapat mengalami bentuk
Pt π 2 Et
Fcr = = (4.84)
Ag (kL / r )2
Meskipun demikian, teori ini masih belum sesuai dengan hasil uji dengan
beban hitungan ternyata lebih rendah dari kapasitas ultimit hasil percobaan.
Asumsi utama yang menyebabkan teori mudulus tangen ini dianggap keliru
adalah bahwa pada saat batang tersebut mengalami perubahan dari keadaan
lurus menjadi bengkok, tidak terjadi pembalikan regangan sama sekali. Dalam
tahun 1895, Engesser mengubah teorinya dengan alasan bahwa selama
4-36
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Tegangan Sisa
Tegangan sisa (residual stress) merupakan tegangan yang tetap berada dalam
batang setelah batang tersebut dibentuk menjadi produk akhir. Tegangan
sedemikian berasal dari deformasi palstik, yang pada baja struktur dapat
berasal dari sumber: (1) pendinginan yang tidak merata setelah penempaan
panas profil-profil struktur; (2) pelenturan atau pembengkokan dingin selama
fabrikasi; (3) penceklokan lobang dan operasi pemotongan selama fabrikasi;
dan (4) pengelasan. Dalam kondisi biasa, tegangan sisa akibat pendinginan tak
merata dan pengelasan merupakan yang paling penting. Sebenarnya, tegangan
sisa akibat pengelasan juga merupakan hasil pendinginan tak merata.
Pada suatu profil baja tempa, pengaruh tegangan sisa pada kurva tegangan-
regangan diperlihatkan pada gambar 4.21 dengan menggunakan tegangan rata-
rata pada luas bruto sebagai ordinatnya. Terlihat bahwa tegangan sisa pada
material elastik-plastik, seperti baja, memberikan efek yang sama dengan yang
4-37
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
diperoleh untuk suatu material seperti aluminum, yang tidak elastik sempurna,
bila aluminum ini tidak mengandung tegangan sisa sama sekali. Dengan
demikian, dengan asumsi bahwa berlaku konsep modulus tangen, kekuatan
kolom dapat dikatakan berdasarkan pada tekuk tak elastik karena kurva
tegangan-regangan rata-ratanya tak linear (non-linear) pada saat kekuatan
kolom maksimum tercapai.
4-38
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Fy kL 2
Fcr = F y 1 − (4.85)
4π E r
2
Gambar 4.22 Kurva-kurva kekuatan kolom untuk penampang H dengan tegangan sisa pada
ujung-ujung flens.
4-39
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Fy Fy
λ2c = = (4.86)
Fcr ( euler ) π 2E
(kL / r )2
atau
kL Fy
λ= (4.87)
r π 2E
Fcr λ2c
= 1− (4.88)
Fy 4
atau
λ2c
Fcr
= 1− Fy (4.89)
4
1
Fcr = 2 Fy (4.90)
λ
c
[ ]
Fcn = 1.0 − 0.25λ2 Fy untuk λ < 2 (4.91)
dan
1
Fcn = Fy untuk λ ≥ 2 (4.92)
λ2
dimana
0.5
kL Fy
λ=
πr E
4-40
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
12π 2 E
Fa = (4.94)
23(KL / r )2
dimana
1/ 2
12π 2 E
Cc = (4.95)
F y
4-41
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
b. Tekan aksial dan lentur terhadap salah satu sumbu, kegagalan karena
ketidakstabilan (tekuk) dalam bidang lentur.
c. Tekan aksial dan lentur bi-aksial pada penampang yang kaku terhadap
puntir, kegagalan karena tekuk pada salah satu arah utama.
M z = M i + Py (4.96)
d2y
M z = EI = M i + Py (4.97)
dz 2
atau
d2y P M
2
+ y=− i (4.98)
dz EI EI
d2y Mz
2
=− (4.100)
dz EI
4-42
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
d4y 1 d 2M z
=− (4.101)
dz 4 EI dz 2
1 d 2M z P Mz 1 d 2M i
− + − = − (4.102)
EI dz 2 EI EI EI dz 2
d 2M z d 2M i
+ k 2M z = (4.103)
dz 2 dz 2
solusi khusus,
M z = f 1 (z ) (4.105)
4-43
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
wz2 w
= (L − z )z
wL
Mi = z− (4.108)
2 2 2
Ruas kanan persamaan 4.101 menjadi,
d 2Mi
= −w ≠ 0 (4.109)
dz 2
sehingga dibutuhkan solusi khusus f 1 ( z ) ≠ 0 untuk mendapatkan solusi
umumnya. Misalkan f 1 ( z ) = C1 + C 2 z , dengan mensubstitusikan kedalam
persamaan 4.103 memberikan;
d 2 f 1 (z )
2
+ k 2 f 1 (z ) = −w (4.110)
dz
atau
0 + k 2 (C1 + C 2 z ) = − w (4.111)
Maka,
C1 = − w / k 2
C2 = 0
Solusi lengkap menjadi,
à 0 = B − w/ k2
B = w/ k2
• M z = 0 pada z = L
à 0 = A sin kL + B cos kL − w / k 2
w 1 − cos kL
A=
k 2 sin kL
maka,
w 1 − cos kL
Mz = sin kz + w / k cos kz − w / k
2 2
(4.113)
k sin kL
2
dM z
Momen maksimum pada saat =0
dz
4-44
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
w 1 − cos kL
cos kz − w / k sin kz = 0
2
k sin kL
2
2
w 1 − cos kL w
M z −maks = +1− 2
k2 sin kL k
w kL
= sec − 1
k
2 2
wL2 8
M z −maks = sec kL − 1 (4.114)
8 (kL )2 2
f a C m f bx + f by
2 2
+ ≤ 1.0 (4.115)
Fa f
1 − a Fb
Fe'
dan
fa f bx2 + f by2
+ ≤ 1.0 (4.116)
0.6 Fa Fb
dimana
Fa = tegangan ijin aksial, ksi
Fb = tegangan ijin terhadap momen, ksi
f a = tegangan aksial yang terjadi, ksi
fa
Jika ≤ 0.15 , maka persamaan dibawah ini dapat digunakan untuk
Fa
menggantikan persamaan 4.115 dan 4.116,
4-45
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
fa f bx2 + f by2
+ ≤ 1.0 (4.117)
Fa Fb
Persamaan 4.117 mengasumsikan bahwa Cm dan Fe berharga sama untuk
f bx dan f by . Jika terdapat perbedaan harga tersebut maka digunakan
C f C f
mx bx + my by
1 f a 1 − f a
−F ' Fey '
fa ex
+ ≤ 1.0 (4.118)
Fa Fb
fa f bx2 + f by2
+ ≤ 1.0 (4.119)
Fa Fb
Komponen-komponen dari persamaan diatas harus ditentukan berdasarkan
kondisi tarik pada batang tubular.
dan
π ( fc )
1 − cos
[( )
f by 2 + ( f bz )2 ]
0.5
+ ≤ 1.0 (4.121)
2φ c Fxc φ bn Fbn
4-46
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dimana
C my ,C mz = faktor reduksi pada sumbu batang y dan z.
Fey , Fez = Euler buckling strength, Fey = Fy / λ2y dan Fez = Fz / λ2z
λ y ,λ z = parameter kerampingan.
dan
π ( ft )
1 − cos +
[( )
f by 2 + ( f bz )2 ]
0.5
≤ 1.0 (4.125)
2φt Fy φ b Fbn
dimana
Fy = tegangan leleh nominal, ksi
4-47
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Dalam bab ini kita akan membahas masalah mengenai penentuan awal dari
konfigurasi dasar dan dimensi komponen struktur (basic desain) yang nantinya
digunakan untuk analisa selanjutnya, yaitu disain detail (detailed engineering
analysis) dan aktifitas perancangan (design activities). Dimulai dari estimasi awal,
proses disain dilakukan berulang-ulang sampai didapatkan suatu disain yang aman
dan memenuhi semua kriteria.
Hasil desain yang baik adalah yang bisa memenuhi semua kriteria dan memberikan
modal biaya pembangunan (capital expenditure) dan biaya operasi (operational
expenditure) yang minimum. Untuk mendapatkan hasil disain yang baik dan ekonomi
diperlukan pengalaman, pengetahuan tentang biaya, dan analisa yang tetap untuk
keseluruhan struktur.
5-1
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Beban-beban yang akan ditangggung oleh suatu struktur atau elemen struktur
tidak selalu dapat diramalkan dengan tepat sebelumnya. Bahkan apabila beban-
beban tersebut telah diketahui dengan baik pada salah satu lokasi tertentu,
5-2
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
distribusi beban dari elemen yang satu ke elemen yang lain pada keseluruhan
struktur biasanya membutuhkan asumsi pendekatan.
Beban hidup dan beban mati yang akan ditanggung oleh struktur berdasarkan
API RP 2A didefinisikan sebagai berikut :
Dead Load 2, D2 merupakan beban pada anjungan akibat peralatan dan objek
lain. Beban ini dapat berubah sesuai dengan kondisi operasional namun bernilai
konstan untuk jangka waktu yang cukup lama. Beban mati 2 meliputi berat
peralatan pengeboran dan produksi yang dapat diletakan atau dipindahkan dari
anjungan, berat tempat tinggal, landasan helikopter, dan peralatan pendukung
untuk hidup, peralatan menyelam dan perlengkapan lain yang dapat diletakan
atau dipindahkan dari anjungan.
Live Load 1, L1. Beban hidup satu meliputi berat makanan dan berat fluida di
dalam pipa dan tank. Harga nominal beban hidup diperoleh dari beban material
terberat dan kapasitas terbesar pada saat kondisi operasional.
Live Load 2, L2. Beban hidup dua merupakan beban hidup yang diterima
struktur dalam periode waktu yang singkat pada kondisi operasional seperti
pengangkatan dengan menggunakan crane, operasi mesin, penambatan vessel
dan pendaratan helikopter. Harga nominal beban hidup dua merupakan nilai rata
– rata maksimum kapasitas dari peralatan.
5-3
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5-4
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
b. Beban konstruksi
Beberapa beban berikut mungkin dialami selama proses konstruksi.
• Beban assembly dan erection: mencakup beban yang terjadi saat roll-up
jacket, beban akibat perubahan temperatur saat pengelasan, beban saat
penarikan (load-out) dan pengangkatan struktur ke barge, dll.
• Beban saat transportasi: struktur deck dan jacket biasanya dibawa ke
lokasi penempatan dengan menggunakan barge. Gerakan barge di laut
dan faktor lingkungan akan menimbulkan gaya/beban yang berbeda
dengan yang terjadi saat platform telah dipasang.
• Beban saat instalasi: deck diangkat atau floated over saat dipasang diatas
jacket. Jacket diangkat atau diluncurkan (launched) dari barge,
penempatan jacket di atas lokasi dengan menggunakan crane,
menimbulkan beban pada struktur saat instalasi.
c. Beban Insidental
Beban insidental (accidental loads) terjadi karena kesalahan manusia
(human error), kegagalan operasi atau peralatan, atau karena ketidakpastian
yang berhubungan dengan metoda peramalan atau perhitungan beban
operasional, lingkungan, dan konstruksi.
- Beban impact kapal: barge, work boats, supply and crew boats, tanker,
dll.
- Beban benda terjatuh: peralatan drilling (drill pipe, casing, dll)
- Kebakaran dan ledakan.
Contoh jadwal pengerjaan disain anjungan tipe jacket 8 kaki (gambar 5.1) yang
umum digunakan untuk laut dangkal (50-300 ft) diperlihatkan dalam gambar
5.3. Pekerjaan disain dikelompokkan kedalam 3 kategori utama, yaitu project
administration, design engineering, dan penyiapan construction drawing.
Engineering manager dan lead engineers bertanggung jawab atas pengaturan
personil, penyiapan design premisess, koordinasi proyek, pengontrolan budget,
5-5
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dan schedule, hubungan dengan client dan bagian kontruksi, dan pelaporan
(reporting) dan dokumentasi.
Pekerjaan disain (design engineering) meliputi disain konstruksi dan
penempatan struktur deck, penempatan (in-place) jacket, disain dan analisa
peluncuran dan instalasi, disain dan analisa driveability tiang pancang.
Dalam contoh pekerjaan disain anjungan tipe jacket 8 kaki yang diperlihatkan
dalam gambar 5.1, pekerjaan disain detail biasanya diselesaikan dalam 3 sampai
5 bulan. Gambar struktur yang bisa memberikan estimasi jumlah dan jenis
material (material take off/MTO) harus tersedia 6-8 minggu setelah pekerjaan
disain detail dimulai agar pemesanan material bisa dilaksanakan.
5-6
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5-7
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5-8
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
♦ Kecepatan arus
Ekstrim Operasional
Kedalaman
(TR = 100 thn) (TR = 1 thn)
( ft )
fps fps
0.00 4.3 3.3
6.50 4.0 3.1
13.0 3.7 2.9
19.5 3.5 2.7
26.0 3.2 2.5
32.5 2.9 2.3
39.0 2.6 2.1
45.5 2.4 1.9
52.0 2.1 1.7
58.5 1.7 1.4
65.0 1.0 0.7
♦ Data gelombang
Ekstrim Operasional
Parameter
(TR = 100 thn) (TR = 1 thn)
Tinggi gelombang ( H ) 29 ft 18 ft
Periode gelombang ( T ) 9.2 detik 7.3 detik
♦ Kecepatan angin
Ekstrim Operasional
Parameter
(TR = 100 thn) (TR = 1 thn)
Kecepatan angin 80 mph 48 mph
5-9
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
- Memberikan data friksi pada selimut pile dan daya dukung pile sebagai
fungsi kedalaman penetrasi, berdasarkan dimensi asumsi.
♦ Data tanah
Penetrasi Ketebalan Keterangan
(ft ) ( ft )
0.00 - 1.00 1.00 Clay, very soft
1.00 - 23.0 22.0 Clay, stiff
23.0 - 36.0 13.0 Clay, stiff to very stiff
36.0 - 42.5 6.50 Clean clay, very stiff
42.5 - 52.5 10.0 Sand
52.5 - 105.0 52.5 Clay, very stiff
105.0 - 174.0 69.0 Clay, very stiff
174.0 - 193.5 19.5 Sand
193.5 - 282.0 88.5 Clay, very stiff
282.0 - 356.5 74.5 Clay, very stiff to hard
♦ Beban Hidup
No. Beban Hidup Berat
1. Beban hidup di cellar deck dan main deck 100 psf
2. Beban hidup di area wellhead 75 psf
♦ Beban Mati
No. Beban Mati Berat
1. Berat sendiri 421.988 kips
2. Momen Crane arah sumbu x positif 369.6 in-kips
3. Momen crane arah sumbu y positif 369.6 in-kips
4. Hook ( crane vertikal ) 4.4 kips
Perlengkapan
Anode 0.7 kips
Grating 7.5 lbs/ft2
5.
Chequred plate 3/8 “ 15.3 lbs/ft2
Firewall 0.1 kips/ft
Handrail 0.015 kips/ft
6. Peralatan
Transformer ( TR – 07 ) 5.5 kips
Transformer ( TR – 08 ) 5.492 kips
N2Bottle 0.45 kips
Well head panel 0.659
5-10
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dimana
5-11
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Desain anjungan yang sudah ada untuk kondisi kedalaman dan lingkungan yang
mirip biasanya menjadi acuan disain untuk lokasi yang baru. Dalam keadaan
tersebut, ukuran komponen awal dan bahkan model komputer mungkin sudah
tersedia. Apabila contoh disain tidak ada, perancang harus bisa menentukan
konfigurasi dan ukuran komponen awal bukanlah proses yang unik dan bisa
berbeda pada saat setiap perancang.
Seleksi ukuran komponen awal biasanya dimulai dengan seleksi ukuran pile
utama. Pile utama ditempatkan dalam kaki jacket dan deck leg dan biasanya
ditempatkan diatas pile utama. Diameter deck leg umumnya sama dengan
diameter pile utama. Diameter dalam kaki jacket ditentukan berdasarkan ukuran
pile agar memungkinkan penempatan pile dalam jacket dan proses
pemancangan melalui kaki jacket. Jacket bracing, rangka deck, dan ukuran plat
dapat ditentukan setelah ukuran pile, jacket, dan deck leg diketahui.
pojok pojok
5-12
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Besar beban yang lebih akurat akan didapat setelah mendapatkan informasi
vendor yang lebih detail dan simulasi komputer untuk gaya dilakukan pada
proses disain selanjutnya.
Tahapan dalam pemilihan ukuran pile awal bisa diuraikan sebagai berikut:
a. Pemilihan ukuran pile harus memperhatikan pengaruhnya terhadap ukuran
komponen struktur lainnya seperti kaki deck (deck leg) dan kaki jacket
(jacket leg). Setelah dimensi luar pile ditentukan, kaki awal dan kaki jacket
akan dipilih sama besar atau lebih besar dari diameter luar pile. Ukuran
diameter luar pile dan jacket akan mempengaruhi beban gelombang, beban
arus, dan berat sendiri struktur. Karena itu, ukuran diameter luar pile
diusahakan seminimum mungkin. Ukuran diameter luar pile ditentukan
oleh kekuatan tanah, kemampuan alat pemancang (pile driving equipment),
dan gaya yang bekerja pada pile tersebut.
5-13
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dimana :
Qd = kapasitas ultimate pile
Qf = kapasitas friksi pile
Qp = total daya dukung ujung ujung pile
f = unit friksi permukaan pile
As = luas sisi permukaan tiang pancang
q = kapasitas daya dukung di ujung pile (end bearing)
Ap = luas kotor ujung pile
Untuk tiang pancang (pile) yang terletak pada tanah yang kohesif,
kapasitas gaya gesek tiang pancang adalah :
f = ác (5.2)
dimana :
c = kekuatan geser pada kondisi kering
α = faktor tidak berdimensi, yang diperoleh dari persamaan berikut :
−0.5
á = 0.5ø ≤ 1.0 jika ø ≤ 1.0
(5.3)
− 0.25
á = 0.5ø ≤ 1.0 jika ø ≥ 1.0
dengan :
c
ø = (5.4)
po′
dimana :
po’ = tekanan efektif akibat berat tanah
Untuk tiang pancang yang terletak pada tanah dengan gaya kohesi
yang kurang, maka :
f = Kpo tan(ä ) (5.5)
q = po N q (5.6)
dimana :
K = koefesien tekanan lateral (= 0.5 – 1.0 menurut API)
po = tekanan efektif akibat berat tanah
δ = sudut gesek tanah pada dinding tiang pancang
5-14
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Nq = kapasitas tekan
5-15
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5-16
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Contoh 5.1
Perhatikan struktur anjungan pada gambar 5.1 dan model pembebanan pada
gambar 5.5. Estimasi gaya aksial maksimum pada pile adalah (gambar 5.6):
R2 D =
(1000 + 10000 + 3000 ) + (1500 × 115 + 100 × 230 ) cos(27 0 15' )×
12
×
82.5
( )
+ (1500 × 115 + 100 × 230 ) sin 27 15' ×
0
H 2 D = (100 + 1500 )
1
= 133.3 kips
12
8 2
Rmax = 1718 + 126.7 = 1713.8 kips
66 66
2
2 8 2
Vmax = 1718.0 − 126.7 + 40 = 177.9 kips
66 66
Contoh 5.2
Tentukan ukuran pile awal dari struktur pada gambar 5.1 dengan menggunakan
gaya reaksi pile maksimum pada contoh 5.1 dan data tanah pada gambar 5.7.
- Untuk iterasi pertama, kita akan coba ukuran diameter luar pile 42 inch,
ketebalan 1.5 inch, dan menggunakan baja dengan tegangan leleh (yield stress)
50 ksi.
- Dari hasil perhitungan pada contoh 5.1 dan faktor keamanan untuk kondisi
storm sekitar 1.5 (API RP2A) maka:
Pmaks = 1.5 × 1713.8 = 2570.7 kips
5-17
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
= 2570.7 =
42
π 1.0( z − 10' ) + (5 − 1)
( z − 60 )
2
Pult
12 2(150 − 60 )
2
42 π
+ 5 + (10 − 5 )
(z − 60 )
(150 − 60 )
12 4
z 2 − 72.81z + 7300.91 = 0
z = 129.3 ft [akar positif]
( k) 29 × 10 6 × 39184
1 5
T = EI 5
=
= 195.3 in
4
M F = FM (Vmax .T ) = 0.93 × 177.9 × 195.3 = 32310 k − in
1713.8 32310 × 21
σ maks = f a + f b = + = 26.33 ksi < 0.8 × 50 = 40 ksi
190.1 39184
5-18
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5-19
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5-20
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5-21
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Elevasi Deck
Suatu gaya yang besar terjadi apabila gelombang mengenai deck dan
equipment diatasnya. Untuk menghindari ini, deck terendah harus ditempatkan
pada elevasi yang memadai terhadap puncak dari gelombang desain dan
menambahkan suatu celah udara (air gap). Gelombang desain yang digunakan
adalah gelombang berbagai arah untuk kurun waktu 100 tahun dengan
memperhitungkan HAT (highest astronomical tide) dan storm surge.
Contoh:
Suatu platform tipe monopod akan dibangun di perairan dengan kedalaman 96
ft. Jika di perairan tersebut diperoleh data puncak gelombang maksimum
adalah 23.9 ft diatas datum, HAT sebesar 3.8 ft, dan storm tide sebesar 0.5 ft,
tentukan elevasi deck terendah dihitung dari mudline. (catatan: datum diambil
berdasarkan MLW).
Jawab:
Elevasi Deck Terendah = 3.8 + 0.5(0.5) + 23.9 + 5 = 32.95 ft ≈ 33 ft diatas
MLW.
Maka elevasi deck terendah diukur dari mudline = 96 + 33 = 129 ft
5-22
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5-23
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Contoh 5.3
Dari model pembebanan pada Gambar 5.9, tentukan estimasi ukuran dari deck
leg.
• Gaya reaksi horizontal
100
H= + 1.0 x15 = 27.5 kips
8
• Momen reaksi
2π 2 E 2π 2 × 29000
- Cc = = = 126.1
Fy 36
(KL / r )2
1 − Fy
2C c2
- Fa = = 19.425 ksi
5 3(KL / r ) (KL / r )3
+ −
3 8C c 8C c3
5-24
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
12π 2 E 12 × π 2 × 29000
- Fe' = = = 109.08 ksi
23(KL / r )2 23 × 37 2
Dipilih ketebalan dinding = 1.0 inch
Maka,
fa f 11.063 2.44
Interaction Rasio 2 = + b = +
0.6 × Fy Fb 0.6 × 21.6 21.6
= 0.625 ≤ 1.0 → ok
Ditentukan ukuran deck leg dengan diameter luar 42” dan ketebalan
dinding 1”
5-25
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
digunakan adalah dengan menyalurkan beban pada lantai deck dan balok-
balok utama kepada sistem rangka longitudinal yang tersusun dari elemen-
elemen tubular atau balok standar.
Beban dari deck plate diteruskan ke deck beams (balok utama deck). Jarak
antara deck beams biasanya ditentukan oleh jarak antara wellhead. Beams
pada umumnya dipasang pada setiap bentang yang sama. Penentuan ukuran
deck beam dilakukan dengan menggunakan rumus untuk balok sederhana atau
balok menerus. Panjang deck beam sampai 70-80 ft dapat dibawa dengan
menggunakan angkutan laut.
Lantai deck dari anjungan lepas pantai umumnya beralaskan grating, plate,
kayu, atau sistem plat sederhana. Plat pada deck didesain untuk menerima
beban yang bekerja diatasnya, kemudian disalurkan ke rangka-rangka deck.
Dalam mendesain plat untuk struktur lepas pantai harus mempertimbangkan
tegangan dan lendutan yang terjadi, Lendutan yang berlebihan harus dihindari
dengan meningkatkan ketebalan plat atau memperpendek jarak bentang.
Faktor lain yang harus diperhatikan adalah korosi pada plat. Untuk struktur
anjungan, dianjurkan menggunakan plat dengan ketebalan minimal 5/16 inch.
Tetapi, untuk keperluan praktis, umumnya digunakan plat 3/8 inch.
5-26
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Contoh 5.4
Tentukan ukuran deck plate, deck beam, dan main truss (rangka utama) untuk
struktur deck yang diperlihatkan pada Gambar 5.8. Diasumsikan beban merata
pada main deck sebesar 750 psf dan pada cellar deck sebesar 250 psf.
a. Penentuan ukuran deck plate.
• Beban per 1 inch lebar plate = 0.0052 k/in/in
1
• Momen maksimum akibat beban= ( 0 ,0052 )( 60" −8" )2
12
= 1.18 k-in/in
• Dicoba / dipilih pelat dengan ketebalan 5/8 inch dan material pelat baja
A36
A36 à Fb = 0.6 x 36 = 21.6 ksi
I t 2 0.625 2
W= = = = 0.0651 in3
1 6 6
t
2
• Tegangan akibat momen maksimum:
Mmaks 1.18
fb = = = 18.1 ksi < Fb = 21.6 ksi
W 0.0651
Maka diambil pelat dengan ketebalan 5/8 inch dengan material pelat baja
A-36.
3.75 x40 2
• Momen maksimum = Mmaks = = 600 k-ft
10
• Momen Area profil beam yang diperlukan (minimal)
600 x12
S min = = 333 in3
21.6
à gunakan W 33 × 118 dengan S = 358.3 in3
1
S 10 = ( 565 − 425 ) = 98 kips (compression)
2
• Komponen rangka utama atas:
W1 L2 30 x 20 2
Mmaks = = = 1200 k − ft = ( 1200 × 12 ) k − in
10 10
Gaya aksial maks = S7 = 400 kips (tension)
Coba profil baja A36 W36x230
à S = 837 in3
A = 67.6 in2
Fy = 36 ksi à Ft = 0,6 x 36 = 21.6 ksi
Fb = 0,6 x 36 = 21.6 ksi
400
Tegangan aksial = fa = = 5.917 ksi
67.6
1200 x12
Tegangan bending = fb = = 17.2 ksi
837
Interaction ratio (unity check)
fa fb 5.917 17.2
UC = + = + = 1.06 > 1.0 , it's fail !
Ft Fb 21.6 21.6
Ganti profil, coba baja A36 W36x245 dan lakukan analisa ulang.
W2 L max 2 10 × 40 2
Mmaks = = = 1600 k − ft = ( 1600 x12 ) k − in
10 10
Gaya aksial maksimum = 98 k (compression)
5-28
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5-29
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Dalam sistem tersebut, pelat juga berfungsi sebagai top flange dari deck
beam/truss system. Metoda pendekatan ini akan menghasilkan berat baja yang
jauh lebih sedikit. Tetapi, sistem ini akan menambah biaya karena kebutuhan
pengelasan, fitting, dan installasi yang lebih banyak. Sistem deck ini umum
digunakan untuk struktur terapung yang sangat sensitif terhadap penambahan
berat seperti Tension Leg Platform (TLP) dan Semisubmersible Floating
Vessel (SSV).
5-30
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
• Jacket Legs
• Braces (vertical, horizontal, and diagonal)
• Joints, merupakan titik perpotongan antara legs dan braces. Bracing dan
Can dapat mengurangi tegangan dan meningkatkan efek duktile pada
sambungan.
• Launch runners and Trusses. Digunakan jika jacket akan ditransportasikan
dan diluncurkan dari barge, proses ini menggunakan skid dan tilting
beams.
• Skirt pile sleeves and braces (jika dibutuhkan skirt pile)
• Appurtenances (boat landings, barge bumpers, conductors bracing and
guides, risers, clamps, grout and flooding lines, j-tubes, walkways, mud-
mats, etc)
Gambar berikut adalah beberapa jenis / pola konfigurasi jacket yang masing-
masing mempunyai kelebihan dan kekurangan.
5-31
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
5-32
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
untuk lokasi yang tidak membutuhkan kekakuan tinggi dan tidak ada gaya
seismik.
5-33
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
dimensi jacket legs berdasarkan data struktur jacket yang telah ada dengan
sedikit perubahan atau revisi. Jika pekerjaan desain awal untuk bagian deck
telah dilakukan dan diperoleh ukuran kaki-kaki deck, maka perkiraan diameter
awal dari pile dapat diambil sama dengan ukuran kaki-kaki deck tersebut.
Perlu diperhatikan juga dalam pemilihan ukuran member tubular pada daerah
permukaan air (high wave-zone), dimana gaya gelombang yang terjadi sangat
dipengaruhi oleh proyeksi luasan dari member tersebut.
Pada kasus dimana pile utama berada didalam jacket, diameter kaki jacket
diambil sedemikian rupa sehingga dapat mengakomodasi proses pemancangan
dan grouting pile. Jika digunakan skirt pile (digunakan untuk jacket laut
dalam), diameter kaki jacket ditentukan berdasarkan persyaratan rangka brace
dan efek bouyancy.
Pembuatan pipa tubular dengan ketebalan dinding yang lebih dari 2 ½inch
akan sulit. Selain itu, akan mudah mengalami thickness crack (retakan) pada
tempat pengelasan. Tambahan ketebalan sebanyak 1/8 inch biasanya diberikan
untuk komponen struktur jacket di daerah splash zone untuk menghadapi
masalah korosi (corrosion allowance). Stress (tegangan) yang tinggi dan
persyaratan pengelasan yang rumit pada titik pertemuan komponen struktur
jacket yang konfigurasinya komplek akan menyebabkan kebutuhan pembuatan
pembuatan profil baja yang khusus (ductile, high through thickness strength,
no laminations). Untuk itu, dibuat profil baja khusus pada joint (cans) dan
pada ujung bracing (stubs). Grouting pile dalam jacket leg juga
mempengaruhi penentuan ketebalan dinding jacket leg.
Jacket Bracing
Gaya-gaya yang bekerja pada member brace pada dasarnya berupa gaya
aksial. Prilaku dari member brace menyerupai balok kolom. Dalam
5-34
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
Contoh 5.5
Tentukan dimensi dari diagonal brace pada gambar 5.13:
Jawab:
• L = 63.9 - (2 x 5.65) = 52.6 ft = 631.2 in
Ambil k = 0.8 (asumsi yg digunakan untuk jacket brace)
• R = 0.35 D0
kL 0.8 × 6.31
= = 70 , diperoleh D0 = 20.3 in
r 0.35 D0
• Ambil D0 = 20 in (O.D)
D
Misal t = 0.5 in., 19 < = 40 < 90 oke!
t
5-35
SI – 7173 PERENCANAAN BANGUNAN LEPAS PANTAI
250 250
= = 62.19 > 40 , tidak dibutuhkan pengecekan buckling akibat
h1 / 3 65 1 / 3
gaya hidrostatik.
5-36
BANGUNAN LEPAS PANTAI I
DAFTAR PUSTAKA