21
4. Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawah tanah permukaan dalam tanah
dalam zona jenuh dimana tekanan hidrostatiknya sama atau lebih besar dari
tekanan atmosfer (Suyono, 1993:1).
5. Mata Air
Yaitu air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah dalam
hampir tidak terpengaruh oleh musim dan kualitas atau kuantitasnya sama dengan
air dalam.
3.2 Sumber Air Baku yang Digunakan Dalam Perencanaan
Rancangan sistem penyediaan air minum di Kota Toshiba akan menggunakan
sumber air dari air sungai Lenovo yang lebarnya ± 20 meter dengan kedalaman
rata-rata 15 meter. memiliki debit 1,4 liter/detik. Debit kebutuhan keselurahan di
tahun 2034 sebesar 103 liter/detik. Karakteristik sungai pada umumnya mudah
tercemar oleh bahan atau zat organik dan anorganik yang dapat mempengaruhi
kesehatan pemakainya, dengan demikian diperlukan perancangan sistem dan
bangunan pengambilan air yang baik dan efisien.
3.3 Bangunan Pengambilan Air (Intake)
Intake adalah jenis bangunan pengambilan air baku yang bersumber dari air
permukaan yaitu danau/ situ/ kolam dan sungai. Untuk dapat memanfaatkan
sungai tersebut, diperlukan bangunan penangkap air/intake untuk dapat
menampung air agar dapat dialirkan melalui pipa distribusi ke daerah pelayanan.
Lokasi intake umumnya di sungai, danau dan air tanah. Dalam perencanaan lokasi
intake ada beberapa persyaratan lokasi yang harus dipertimbangkan agar intake
berfungsi secara efektif. Adapun beberapa persyaratan lokasi intake yang harus
diperhatikan yakni :
1. Mudah dijangkau.
2. Dapat memberikan air dalam jumlah yang spesifik.
3. Dapat diandalkan.
4. Aspek kontruksi : Stabilitas palung, tebing sungai dan lainnya.
5. Jarak ke BPAP/IPA.
6. Kualitas air.
22
7. Sumber pencemaran.
8. Instrusi air asin.
9. Aspek belokan sungai : Bagian sungai yang lurus merupakan pilihan yang
terbaik.
10. Aspek sungai dan banjir.
2. Indirect Intake
A. River Intake
Menggunakan pipa penyadap dalam bentuk sumur pengumpul.
Intake ini lebih ekonomis untuk air sungai yang mempunyai
perbedaan level muka air pada musim hujan dan musim kemarau
yang cukup tinggi.
B. Canal Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari kanal. Dinding chamber
sebagian terbuka ke arah kanal dan dilengkapi dengan pipa
pengolahan selanjutnya.
C. Reservoir Intake
Digunakan untuk air yang berasal dari dam dan dengan mudah
menggunakan menara intake. Menara intake dengan dam dibuat
terpisah dan diletakkan di bagian hulu. Untuk mengatasi fluktuasi
level muka air, maka inlet dengan beberapa level diletakkan pada
menara.
23
3. Spring Intake
Digunakan untuk air baku dari mata air / air tanah.
4. Intake Tower
Digunakan untuk air permukaan dimana kedalaman air berada diatas
level tertentu.
5. Gate Intake
Berfungsi sebagai screen dan merupakan pintu air pada prasedimentasi.
3.5 Komponen Intake
Beberapa hal dibawah ini merupakan komponen dari suatu intake, yaitu :
1. Bangunan sadap, yang berfungsi untuk mengefektifkan air masuk
menuju sumur pengumpul.
2. Sumur pengumpul (Sump well)
Waktu detensi pada sumur pengumpul setidaknya 20 menit atau luas
area yang cukup untuk pembersihan. Dasar sumur minimal 1 m dibawah
dasar sungai atau tergantung pada kondisi geologis wilayah perencanaan.
Konstruksi sumur disesuaikan dengan kondisi sungai dan setidaknya
terbuat dari beton dengan ketebalan minimal 20 cm atau lebih tebal.
3. Screen
Screen terdapat pada inlet sumur pengumpul, berfungsi untuk menyaring
padatan atau bentuk lainnya yang terkandung dalam air baku. Adapun
dari jenis-jenis screen dibagi menjadi dua tipe berdasarkan perbedaan
bukaan atau jarak antar bar, yaitu :
a. Saringan kasar (coarse screen)
Digunakan untuk menjaga alat-alat dan biasanya digunakan pada
pengolahan pertama. Tipenya secara umum adalah bara rack (bar
screen), coarse weir, screen, dan kominutor.
b. Saringan halus (fine screen)
Bukaan berkisar antara 2,3 – 6 mm, bahkan untuk instalasi
tertentu bisa lebih kecil dari 2,3 mm. Biasanya digunakan untuk
primary treatment atau pre treatment.
24
Pembersihannya dapat dilakukan secara manual untuk coarse
screen dan mekanis untuk fine screen. Berikut ini dapat dilihat faktor-
faktor perencanaan bar screen :
Jumlah batang (n) :
n= L screen + 1 …….…...…………………(3.1)
w.batang + 1
Lebar bersih :
Lebar bersih = L – (n x w) ………………………… (3.4)
A bukaan bersih
dimana :
25
n = jumlah batang
N = jumlah jarak antar batang
α = sudut bar terhadap horisontal
(Sumber : Fair, Geyer dan Okun, 1968)
Pada tabel berikut dapat dilihat faktor dari masing-masing bentuk batang:
Circular 1,79
26
Berikut ini dapat dilihat faktor-faktor perencanaan dari strainer :
c. Valve
Valve harus dipasang pada perpipaan pompa agar mudah dalam
pengontrolan aliran, penggantian, perbaikan, dan perawatannya.
3.6 Pompa intake
Dalam perencanaan pompa intake, beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
Fluktuasi level permukaan air sungai
Kandungan padatan di sungai
Besarnya arus sungai
Kondisi fisik sungai
Adapun alternatif pemilihan jenis pompa intake adalah :
1. Pompa Sentrifugal (tidak terendam air)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
27
mempengaruhi penempatan pompa karena static suction head
system harus lebih kecil dari static head maksimum hasil
perhitungan NPSH.
- Static suction head yang berubah-ubah akibat adanya perubahan
permukaan air sungai akan mempengaruhi karakteristik sistem
yang ada. Hal ini mempengaruhi kapasitas yang dialirkan.
- Rumah pompa yang kedap air diperlukan terutama untuk daerah
yang rawan banjir, karena motor akan terbakar jika terendam air.
2. Pompa Sentrifugal Submersible
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah :
28
Luas total permukaan strainer = 2 x luas efektif
2. Cylindrical Strainer
Kriteria desain sama dengan bell mouth strainer.
Harus digunakan pada saat head air cukup tinggi di atas strainer.
Strainer sebaiknya terletak 0,6 – 1 m dibawah level air terendah (jika
tidak mempunyai lubang di bagian atas), sedangkan untuk strainer
yang memiliki lubang sebaiknya 1 m dibawah level air terendah.
3. Pipa gravitasi air baku
Kecepatan aliran 0,6 – 1,5 m/dt untuk mencegah erosi dan
sedimentasi.
Ukuran pipa disesuaikan agar V pada LWL > 0,6 m/dt dan pada
HWL < 1,5 m/dt. Dengan mengetahui head dan kecepatan maka
diameter pipa dapat ditentukan.
4. Suction Well (Intake Well)
Untuk mempermudah pemeliharaan sebaiknya sumuran ada 2 atau
lebih.
Waktu detensi sekitar 20 menit atau sebaiknya sumuran cukup besar
guna menjaga kebersihan air.
Dasar sumuran ± 1 m dibawah dasr sungai atau 1,5 m dibawah LWL.
Sumuran berkonstruksi beton dengan tebal dinding 20 – 30 cm dan
bersifat rapat air.
5. Pipa Suction untuk pemompaan
V pipa berkisar antara 1 – 1,5 m/dt
Perbedaan LWL dengan pompa tidak boleh lebih dari 3,7 m
Jika permukaan pompa lebih tinggi dari LWL maka jarak suction
sebaiknya kurang dari 4 m.
3.8 Rumus Perhitungan
Rumus-rumus yang dipergunakan dalam perhitungan intake, yaitu :
Rumus umum kecepatan (V)
V = Q / A .................................................................................(3.12)
29
dimana : V = kecepatan (m/dt)
V = kecepatan (m/dt)
g = pecepatan gravitasi (m2 /dt)
V = kecepatan (m/dt)
30
Mayor Losses dalam pipa menurut Hazen-William (Hf)
L.Q1,85
Hf =
(0,0015.C.D 2, 63 )1,85 ............................................................(3.15)
31
Gambar 3.1 Rencana Desain Intake
3.9.1 Perhitungan Dimensi Intake
Panjang pipa transmisi dapat dihitung dengan melihat dari intake ke
instalasi pengolahan air, sedangkan diameter pipa dapat ditentukan berdasarkan
debit pemakaian jam puncak. Dalam menentukan diameter pipa dapat ditentukan
dengan persamaan Hazen Willian sebagai berikut :
Q = 0,2785 × C × D2,63 × S 0,54 .....................................................................(3.17)
Dimana:
Q = Debit Harian Maksimum (m3 /detik
C = Koefisien kekasaran pipa
D = Kiameter pipa (m)
S = Kemiringan
Ketentuan yang direncanakan pada bangunan pengambil air (intake) yang akan
dibuat yaitu :
- Kapasitas pengolahan : 113 L/detik = 0,113 m3 /detik
- Kecepatan aliran pada pipa (v pipa) = 1,5 m/detik
Sehingga, luas penampang pipa (A) pada intake dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan kontinuitas, sebagai berikut :
𝑄 = 𝐴. 𝑣............................................................................................................(3.18)
Maka, luas penampang pipa dan diameternya yaitu :
Luas penampang pipa
32
𝑄
𝐴=
𝑣
0,113
=
1
= 0,113 𝑚2
Diameter Pipa
𝐴×4
𝑑2 =
𝜋
0,113 × 4
=
3,14
= 0,14 𝑚2
𝑑 = 0,3741 ≈ 0,37 𝑚 14,56 inch
Pada perhitungan ini nilai diameter pipa transmisi sebesar 0,37 m dan
dipakai adalah pipa transmisi dengan ukuran 0,32 m (ukuran pasaran). Jenis pipa
yang dipakai adalah pipa besi cast iron. Pipa jenis ini tergolong kuat karena tebal
sehingga tidak mudah retak dan bocor serta tahan terhadap korosi baik bagian
internal maupun eksternal.
Sehingga, kecepatan aliran air didalam pipa dapat dihitung dengan :
Luas permukaan pipa
1
𝐴= 𝜋𝐷 2
4
1
= (3,14)(0,32)2
4
= 0,08 𝑚2
33
Kecepatan aliran yang didapat sebesar 1,41 m/s dengan diameter pipa 0,32
meter (12,59 inchi) dan koefisien pipa cast iron c = 0,25 dengan panjang pipa
transmisi 100m.
3.9.2 Menghitung Daya Pompa dari Intake ke IPA
Untuk keperluan mengalirkan air dari rumah pompa ke IPA maka
diperlukan pompa. Perencanaan pompa harus mampu memberikan debit aliran air
dan tekanan yang memadai. Pompa sebaiknya tidak bekerja secara terus-menerus
lebih dari 22 jam per hari. Oleh karena itu perlu pompa cadangan yang diparalel
dengan pompa utama sehingga bekerja bergantian. Peralatan yang harus ada
seperti Gate Valve, Check Valve, Water Meter, dan alat kontrol listrik. Gate
Valve dipasang dibelakang pompa pada pelepasan samping. Jika pompa berada di
bawah permukaan air (pompa Sumersible) maka gate valve dipasang pada pipa
hisap utama ke arah pompa. Check valve dipasang diantara gate valve dan pompa
untuk menjaga arus balik.
Faktor yang perlu untuk diperhatikan menghitung daya pompa yaitu berat
jenis air, kekuatan dorong, besarnya pipa hisap dan dorong, hambatan karena
fitting. Untuk menghitung daya pompa menggunakan rumus seperti berikut :
𝜌.𝑔.ℎ .𝑄
𝐻𝑃 = ..................................................................................(3.19)
𝜂
34
hf : head friction (sama dengan total hilang tinggi tekan yang terjadi
pada pipa)
Berikut perhitungan jumlah head yang dihasilkan pada sistem :
Q = 0,113m3 /det
Panjang Horizontal LH = 100 m
Elevasi muka tanah di Rumah Pompa = + 35 m
Elevasi muka tanah di IPA = + 32,5 m
∆𝐻 = Elevasi (Rmh Pompa – PAM)
= 2,5 m
𝐶 ×𝐿
Hf = 𝑄2
12×1×𝐷5
0,25×100
= 0,112
12×1×0,65
= 0,32 m
Hp = ∆𝐻 = 2,5 m
Hs = 7 meter
H = Hf + Hp + Hs
= 0,32 + 2,5 + 7
= 9, 82 ≈ 10 meter
Untuk jumlah H total dari perhitungan Hf, Hf, dan Hs didapat total head
sebesar 10 meter. Akan tetapi terdapat beberapa pertimbangan untuk nilai
kehilangan energi tekan dengan yang diakibatkan aksesoris pipa (saringan,
sambungan, dan siku ) sebesar 20% dari total Head yang didapat adalah 2 meter.
Kehilangan tekan akibat belokan pipa sebesar 20% dari total Head yang didapat
adalah 2 meter serta kehilangan tekan yang terjadi saat air masuk kedalam pompa
sekitar 10% dari total dari total head yang didapat adalah 1 meter. Kehilangan
tekan yang dihasilkan dari tinggi bak koagulasi yaitu 6 meter, maka
memperkirakan jumlah H yang diperbesar menjadi 21 meter. Maka daya pompa
dapat dihitung dengan cara sebagai berikut yang diketahui efisiensi pompa sebesar
75% :
35
𝜌. 𝑔. ℎ. 𝑄 1 × 9,8 × 21 × 0,113
𝐻𝑃 = = = 31 𝐻𝑃
𝜇 0,75
1 HP = 0,746 KW
HP = 31 x 0,746
= 23,12 KW ≈ 24 KW
36