Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Energi listrik adalah energi utama yang dibutuhkan bagi peralatan listrik.
Energi yang tersimpan dalam arus listrik dan tegangan listrik dengan ketentuan
kebutuhan konsumsi daya listrik untuk menggerakkan berbagai peralatan baik peralatan
rumah tangga maupun peralatan industri seperti mesin cuci, bola
lampu, motor, lampu penerangan, ataupun untuk menggerakkan kembali suatu peralatan
mekanik untuk menghasilkan bentuk energi yang lain. Energi yang dihasilkan dapat
berasal dari berbagai sumber seperti air, minyak, batu bara, panas bumi, nuklir,
matahari, dan lainnya. Energi ini besarnya dari beberapa Joule sampai ribuan hingga
jutaan Joule.

Salah satu bentuk penggunaan energi listrik yang umum yaitu baterai. Energi listrik
dari batu baterai umumnya bersifat tidak tahan lama. Oleh karena itu, kebanyakan
baterai yang digunakan merupakan baterai disposable (sekali pakai) dan hanya
dimanfaatkan untuk peralatan rumah tangga yang tidak membutuhkan energi yang
terlalu besar seperti, jam dinding, mainan anak, remote televisi dan sebagaiannya.
Peralatan lain yang membutuhkan energi listrik yang besar biasanya menggunakan
bantuan dari Pusat Listrik Negara (PLN).

Akan tetapi, baterai sekali pakai memiliki banyak kelemahan. Salah satunya yaitu
pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh zat penyusun baterai seperti asam, alkali
dan larutan elektrolit dan logam berat lain. Limbah baterai asam, hidrolisis alkali akan
mempengaruhi kualitas tanah, pH air, sehingga tanah dan air menjadi tercemar.

Baterai dari ion logam berat yang terlarut dalam air tanah akan diserap oleh akar
tanaman. Ketika hewan maupun manusia mengkonsumsi tanaman tersebut tubuh
mereka akan tercemari logam berat. Saat seseorang memakan makanan yang
mengandung logam berat, baik berasal dari sayuran, daging, air, jumlah logam berat
dalam tubuh akan bertambah. Sebagai ion, logam berat di dalam tubuh sulit untuk
dikeluarkan dan pada akhirnya akan merusak sistem syaraf dan fungsi hati.

1
Berdasarkan hal tersebut, banyak penelitian yang mencoba untuk mengganti larutan
elektrolit pada baterai dengan elektrolit lain yang berasal dari bahan alami seperti, kulit
pisang dan jeruk lemon sebagai upaya daur ulang. Selain sebagai upaya mencegah
banyaknya sampah kimia, hal ini juga dapat menjadi salah satu bentuk pencegahan
pencemaran lingkungan terutama tanah dan air. Tetapi, belum diketahui elektrolit mana
yang menghasilkan energi sepadan dengan baterai sekali pakai biasa.

Maka dari itu, melalui karya tulis ini penulis mencoba untuk membandingkan
banyak energi yang dapat dihasilkan oleh batu baterai dengan mengganti pasta elektrolit
pada baterai dengan jeruk lemon, kentang dan belimbing.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1) Baterai manakah yang lebih tahan lama; menggunakan larutan elektrolit dari
kentang, belimbing dan jeruk?

2) Berapa lama waktu maksimal yang dapat dicapai oleh baterai-baterai alami
tersebut?

3) Apakah baterai tersebut akan efektif jika digunakan sebagai pengganti


baterai dengan pasta elektrolit biasa?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:

4) Mengetahui baterai yang lebih tahan lama; menggunakan larutan elektrolit


dari kentang, belimbing dan jeruk.

5) Mengetahui waktu maksimal yang dapat dicapai oleh baterai-baterai alami


tersebut.

6) Mengetahui keefektifan baterai jika digunakan sebagai pengganti baterai


dengan pasta elektrolit biasa.

2
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini yaitu:

Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan digunakan dalam
pengerjaan karya tulis BUGEMM. Bagi pembaca, karya tulis ini dapat digunakan
sebagai salah satu referensi untuk mengembangkan penelitian ini menjadi lebih baik
serta menambah pengetahuan pembaca mengenai larutan elektrolit maupun sumber
energi listrik.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Cairan Asam sebagai Elektrolit

Semua benda terdiri dari atom-atom. Setiap atom terdiri inti atom dan elektron.
Inti atom terdiri dari ptoton dan neutron. Letak inti atom di tengah-tengah atom.
Elektron bergerak mengelilingi inti atom. Proton bermuatan listrik positif, elektron
bermuatan listrik negatif dan neutron tidak bermuatan listrik atau netral.
Dalam keadaan normal, atom bersifat netral karena jumlah proton sama dengan
jumlah elektron. Atom netral yang mudah melepaskan elektron disebut ion positif
karena jumlah protonnya menjadi lebih banyak dari elektron. Atom jenis lain yang
mudah menerima elektron disebut ion negatif karena jumlah elektronnya menjadi lebih
banyak dari proton. Perpindahan elektron ini terjadi secara ionik.
Elektron juga bisa pindah dari satu atom lain dalam sebuah logam karena adanya
arus listrik. Elektron yang berpindah dengan cara ini merupakan elektron bebas.
Gerakan elektron bebas dalam logam ini disebut aliran elektron.
Cairan yang asam dapat berfungsi menjadi larutan elektrolit yang terdapat di
dalam baterai. Dalam cairan tersebut, banyak terdapat ion positif dan ion negatif. Arus
listrik terjadi ketika kutub positif dan kutub negatif dihubungkan dengan kabel, maka
atom besi akan melepaskan elektron. Elektron tersebut mengalir dari kutub negatif ke
kutub positif melalui kabel. Atom besi yang melepaskan elektron disebut ion positif
besi. Lalu ion positif besi akan bergabung dengan ion negatif dalam cairan asam.
Sedangkan ion positif dalam cairan asam akan menarik elektron bebas yang dimiliki
oleh atom tembaga, jadi itulah gambaran terjadinya arus listrik yang dipengaruhi oleh
aliran elektron pada cairan asam.
Cairan asam dapat terkandung dalam buah yang rasanya asam contohnya buah
jeruk, salak, lemon, asam, belimbing, dan lain-lain. Buah-buah tersebut dapat dijadikan
sebagai sumber listrik pengganti baterai. Tidak hanya buah saja yang dapt dijadikan
penghasil listrik, tetapi bisa menggunakan umbi-umbian seperti kentang, ketela pohon,
dan sebagainya (Marek, 2005:08)

4
2.2 Kentang
Kentang mengandung lebih banyak kalium dibandingkan sayuran segar lainnya,
bahkan lebih banyak dari buah pisang. Satu kentang memiliki hampir 900 mg yang
merupakan 20% kalium yang manusia butuhkan setiap harinya. Kalium adalah zat yang
sangat penting untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel tubuh.
Menurut Elis (2010:3), Kentang mengandung kadar air cukup tinggi, yaitu sekitar
80%. Itulah yang menyebabkan kentang segar mudah rusak, sehingga harus disimpan
dan ditangani dengan baik. Kentang mengandung pati, yang dimana pati kentang
mengandung amilum dan amilopektin dengan perbandingan 1:3. Kandungan karbohidrat
pada kentang mencapai sekitar 18%, protein 2,4%, dan lemak 0,1%. Total energi yang
diperoleh dari 100 gram kentang adalah sekitar 80 kkal.
Energi kentang lebih rendah dibandingkan beras. Namun, jika dibandingkan
dengan umbi-umbian yang lain seperti singkong, ubi jalar, dan talas, komposisi gizi
kentang masih relatif lebih baik. Kentang merupakan satu-satunya jenis umbi yang kaya
vitamin C, kadarnya mencapai 31 mg per 100 gram dari bagian kentang yang dapat
dimakan. Umbi-umbian lainnya sangat sedikit mengandung vitamin C. Kebutuhan
vitamin C sehari 60 mg, untuk memenuhinya cukup dengan memakan 200 gram
kentang. Kadar vitamin lain yang cukup menonjol B1 (vtiamin). Dengan mengkonsumsi
sebuah umbi kentang yang berukuran sedang, sepertiga kebutuhan vitamin C (33%)
telah tercapai. Demikian juga halnya dengan sebagian besar kebutuhan akan vitamin B
dan zat besi.
Pati adalah polisakarida nutrien yang tersedia melimpah pada sel tumbuhan dan
beberapa mikroorganisme. Pati yang ada dalam kentang, jagung dan tumbuhan lain
mengandung amilopektin sekitar 75 – 80% dan amilum sekitar 20-25% (Octha, 2010:
1).
Kandungan air per 100 gram kentang ialah 82 gram, dengan nilai protein
sebanyak 2 gram, kalori sebanyak 70 kkal, dan karbohidrat sebanyak 19 gram. Selain
kandungan-kandungan tersebut, kentang juga memiliki kandungan lain seperti zat besi
dan riboflavin yang penting bagi tubuh (Ratna, 2010:2).
Menurut pendapat Eric (2010:5), Kentang juga mengandung zat pati, garam dapur
(NaCl) dan air (H2O). Yang dimana sebuah larutan elektrolit itu mempunyai tiga
kmponen yaitu asam, basa, dan garam.

5
2.3 Belimbing

Buah belimbing berwarna kuning kehijauan. Saat baru tumbuh, buahnya berwarna
hijau. Jika dipotong, buah ini mempunyai penampang yang berbentuk bintang.
Berbiji kecil dan berwarna coklat. Buah ini renyah saat dimakan, rasanya manis dan
sedikit asam. Buah ini mengandung banyak vitamin C. Salah satu jenis dari belimbing,
yang disebut belimbing wuluh, sering digunakan untuk bumbu masakan, terutama untuk
memberi rasa asam pada masakan. Salah satu wilayah yang terkenal akan produksi
belimbing adalah Demak, Jawa Tengah. Belimbing Demak terkenal berukuran besar,
warnaya kuning cerah dan rasanya manis.

Berdasarkan rasa masam yang terdapat pada belimbing, ada kemungkinan bahwa
belimbing memiliki potensi yang besar dalam hal energi, untuk mendaya
gunakan potensi-potensi pada buah belimbing secara optimal sehingga diperoleh energi
listrik altenatif, maka inovasi untuk mengkonversikan pasta dari baterai dengan pasta
dari belimbing sangat tepat untuk diaplikasikan. Selain untuk mengurangi pencemaran
tanah, hal tersebut dapat memberikan manfaat yang lain dalam hal energi listrik.

Sumber energi listrik seperti baterai juga dapat menghasilkan limbah berbahaya
yang dapat mencemari tanah. Karena terbuat dari bahan kimia yang tidak ramah
lingkungan dalam pastanya. Apabila setiap rumah menggunakan baterai primer, maka
limbah baterai tersebut akan sangat banyak terbuang. Pembuatan pasta baterai dari
bahan alami seperti belimbing dapat menjadi salah satu upaya pencegahan kerusakan
lingkungan. Walaupun, terdapat kemungkinan bahwa biaya produksi akan meningkat
jika dilihat dari harga belimbing yang cukup mahal. Namun, hal itu dapat diatasi dengan
cara menanam pohon belimbing disekitar pabrik pembuatan baterai yang menjadi
sumber pasta bagi baterai tersebut (Rahmat, 2005:12).

2.4 Jeruk

Jeruk atau limau adalah semua tumbuhan berbunga anggota marga Citrus dari
suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan).

Anggotanya berbentuk pohon dengan buah yang berdaging dengan rasa masam
yang segar, meskipun banyak di antara anggotanya yang memiliki rasa manis. Rasa

6
masam berasal dari kandungan asam sitrat yang memang menjadi terkandung pada
semua anggotanya.

Sebutan "jeruk" kadang-kadang juga disematkan pada beberapa anggota marga


lain yang masih berkerabat dalam suku yang sama, seperti kingkit. Dalam bahasa
sehari-hari, penyebutan "jeruk" atau "limau" (di Sumatra dan Malaysia) seringkali
berarti "jeruk keprok" atau "jeruk manis". Di Jawa, "limau" (atau "limo") berarti "jeruk
nipis".

Jeruk sangatlah beragam dan beberapa spesies dapat saling bersilangan dan
menghasilkan hibrida antarspesies ('interspecific hybrid) yang memiliki karakter yang
khas, yang berbeda dari spesies tetuanya. Keanekaragaman ini seringkali menyulitkan
klasifikasi, penamaan dan pengenalan terhadap anggota-anggotanya, karena orang baru
dapat melihat perbedaan setelah bunga atau buahnya muncul. Akibatnya tidak diketahui
dengan jelas berapa banyak jenisnya Asal jeruk adalah dari Asia Timur dan Asia
Tenggara, membentuk sebuah busur yang membentang dari Jepang terus ke selatan
hingga kemudian membelok ke barat ke arah India bagian timur. Jeruk
manis dan sitrun (lemon) berasal dari Asia Timur, sedangkan jeruk bali, jeruk
nipis dan jeruk purut berasal dari Asia Tenggara.

Menurut Andi (2003:35), berdasarkan rasa masam yang terdapat pada jeruk, ada
kemungkinan bahwa jeruk memiliki potensi yang besar dalam hal energi, untuk
mendaya gunakan potensi-potensi pada buah jeruk secara optimal sehingga diperoleh
energi listrik altenatif, maka inovasi untuk mengkonversikan pasta dari baterai dengan
pasta dari jeruk sangat tepat untuk diaplikasikan. Selain untuk mengurangi pencemaran
tanah, hal tersebut dapat memberikan manfaat yang lain dalam hal energi listrik.

Sumber energi listrik seperti baterai juga dapat menghasilkan limbah berbahaya
yang dapat mencemari tanah. Karena terbuat dari bahan kimia yang tidak ramah
lingkungan dalam pastanya. Apabila setiap rumah menggunakan baterai primer, maka
limbah baterai tersebut akan sangat banyak terbuang. Pembuatan pasta baterai dari
bahan alami seperti jeruk dapat menjadi salah satu upaya pencegahan kerusakan
lingkungan (Marek, 2005:13).

7
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Istilah

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kentang (Solanum tuberosum L.) adalah
jenis umbi yang berbentuk bulat dan termasuk sayuran yang banyak mengandung pati.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jeruk (Citrus sinensis L.) adalah
tanaman yang termasuk suku Rutaceae (suku jeruk-jerukan) dan mempunyai berbagai
jenis lainnya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Belimbing (Averrhoa carambola L)


adalah tumbuhan berdaun majemuk yang memiliki tinggi pohon antara 5-12 m.
Termasuk suku oxalidaceae memiliki buah yang manis dan ada yang dapat dibuat
sayur.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimental.


Penelitian eksperimental adalah yang dilakukan secara sistematis, objektif dan juga
terkontrol guna memprediksikan kejadian-kejadian. Penelitian eksperimental berguna
untuk menyelidiki hubungan antara sebab dan akibat.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Januari 2014 di rumah penulis.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Terikat

Variabel terikat adalah hasil dari variabel bebas. Variabel terikat pada
penelitian ini adalah waktu yang dibutuhkan oleh jam tersebut.

3.4.2 Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang dapat diubah. Variabel bebas pada
penelitian ini adalah kentang, jeruk dan belimbing.

8
3.4.3 Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dibuat sama. Variabel kontrol pada
penelitian ini adalah jumlah masing-masing tanaman yang digunakan.

3.5 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian adalah 9 buah baterai, blender, pisau dan 3
buah jam dinding. Sedangkan bahan yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah 5 buah
kentang, 5 buah jeruk, dan 5 buah belimbing.

3.6 Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian ini adalah:

1) Masukkan kentang dan 6 sendok air, lalu blender.

2) Setelah itu, masukan larutan kentang ke dalam baterai yang telah dibersihkan
dari pasta elektrolitnya.

3) Gunakan baterai yang telah diisi larutan kentang pada jam dinding.

4) Amati berapa lama baterai tersebut bertahan.

5) Lakukan hal yang sama pada jeruk dan belimbing.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen
dan observasi. Pada penelitian ini, penulis menggunakan eksperimen dan observasi
untuk mendapatkan data kualitatif.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisa deskriptif. Analisa
deskriptif adalah cara analisis dengan mendeskripsikan atau menggambarkan data yang
telah terkumpul sebagaimana adanya.

Anda mungkin juga menyukai