Anda di halaman 1dari 18

TUGAS KELOMPOK

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MAKALAH TENTANG IMAN KEPADA ALLAH

Oleh:

1. Rizqia Azzahra Suci Ramadhanti


(19611086)

Prodi S1 Statistika

Fakulitas Matematika dan


Ilmu Pengetahuan Alam

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

Semester Ganjil 2019/2020

KATA PENGANTAR

Dengan disertai puji syukur kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala , yang telah
melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Iman kepada Allah dengan lancar.
Kami menyadari dalam penyusunan maupun pengkajiannya masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun
sangat kami harapkan.
Semoga Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa melimpakan Rahmat dan Karunia-Nya
kepada kita semua, dan akhirnya mudah-mudahan makalah ini walaupun sederhana dapat
bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca. Akhir kata kami ucapkan terima
kasih atas kesempatan yang diberikan kepada kami.

Yogyakarta, 11 September 2019

Penyusun

Daftar Isi

Kata Pengantar.........................................................................................................................1
Daftar isi....................................................................................................................................2
BAB I Pendahuluan.................................................................................................................3
A. Latar Belakang.......................................................................................................3
B. Rumusan Masalah..................................................................................................3
C. Tujuan.....................................................................................................................3

BAB II Pembahasan.................................................................................................................4
A. Pengertian Iman Kepada Allah..................................................................................4
B. Eksistensi Allah dan Keesaan-Nya.............................................................................4
C. Sifat-Sifat Allah dan Asmaul Husna...........................................................................7
D. Menyekutukan Allah (Syirik)...................................................................................12
E. Hikmah Iman Kepada Allah.....................................................................................13

BAB III Penutup....................................................................................................................14


A. Kesimpulan.................................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................................15
Daftar Pustaka........................................................................................................................16

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya alam semesta ini dan semua isinya tentu saja ada yang menciptakannya atau
yang memeliharanya dan semua itu tentu saja tidak bukan dan tidak lain adalah ALLAH
SWT. Untuk mengakui kebenaran dan keberadaan ALLAH SWT itu harus di yakini dalam
hati setiap orang yang beriman.
ALLAH SWT adalah tuhan semesta alam ia yang mencipta dan memelihara alam
semesta beserta isinya. ALLAH SWT merupakan tuhan yang maha esa, maksudnya zat
ALLAH SWT hanya satu tidak lebih. ALLAH SWT esa dalam sifatnya, maksudnya
walaupun ALLAH SWT mempunyai banyak sifat, tetapi sifat itu hanya dimiliki oleh
ALLAH SWT sendiri.
B. Rumusan masalah
1. Pengertian iman kepada ALLAH SWT
2. Eksistensi Allah dan Keesaan-Nya
3. Sifat-sifat ALLAH dan Asmaul Husna
4. Pengingkaran terhadap iman kepada ALLAH SWT
4. Hikmah iman kepada ALLAH SWT
C. Tujuan
​1. Untuk mengetahui apa itu iman kepada ALLAH SWT
2. Agar dapat memahami sifat-sifat ALLAH SWT
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Iman Kepada Allah


Iman menurut Bahasa artinya percaya atau membenarkan. Menurut istilah dalam ilmu
tauhid, iman artinya membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan
mengamalkan dengan perbuatan.
Allah adalah nama Tuhan yang berhak disembah. Ia adalah pencipta alam semesta.
Beriman kepada Allah adalah membenarkan dengan yakin akan eksistensi Allah dan
keesaan-Nya, baik dalam perbuatan-Nya, penciptaan seluruh alam, maupun dalam
penerimaan ibadat segenap hamba-Nya, serta membenarkan dengan penuh keyakinan bahwa
Allah mempunyai sifat kesempurnaan dan terhindar dari sifat kekurangan.
Meyakini atau membenarkan keesaan Allah berarti suatu pengetahuan yang
didasarkan atas makrifat, yaitu mengenali Allah Tuhan semesta alam, dengan cara
memperhatikan dan memikirkan segala makhluk Allah dan kejadian dalam ala mini. Dengan
cara mengenali Allah, akan tumbuh rasa cinta, takut, dan harap, yang membuat jiwa manusia
menjadi rendah diri dan tunduk.
A. Dasar beriman kepada ALLAH SWT
Perlu diingat bahwa hanya pengakuan tidak ada artinya tanpa dibarengi ucapan lisan
dan dibareng dengan sebuah tindakan, sebab pengakuan hati, pengucapan lisan dan tindakan
anggota badan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
Namun itu semua belum cukup harus dibarengi dengan tuntunan Al qur`an dan Hadis.
II. Eksistensi Allah dan Keesaan-Nya
A. Dalil Al Qur’an tentang Eksistensi Tuhan
Al-Qur’an mengetuk hati nurani untuk merasakan bahwa keyakinan tentang
eksistensi Allah adalah pembawaan fitrahnya. Akan tetapi pembewaan fitrah itu
sering dipengaruhi oleh berbagai faktor, sehingga perlu dibangitkan kembali dengan
suatu keadaan yang tidak disenangi. Dalam hubungan ini ​Al-Qur’an​ surat ​Yunus​ (10):
12 menyatakan:
‫ﺿ ﱟﺮ‬ ُ ٰ‫ﺿ ﱠﺮ ُه َﻣ ﱠﺮ َﻛﺄَ ْن ﻟَ ْﻢ ﯾَ ْﺪ ُﻋﻨَﺎ إِﻟَﻰ‬
ُ ‫ﺎﻋ ًﺪا أَ ْو َﻗﺎﺋِﻤًﺎ َﻓﻠَﻤﱠﺎ َﻛ َﺸ ْﻔﻨَﺎ َﻋ ْﻨ ُﻪ‬
ِ ‫َﻋﺎﻧَﺎ ﻟِ َﺠ ْﻨﺒِ ِﻪ أَ ْو َﻗ‬ ‫ﺎن ﱡ‬
َ ‫اﻟﻀ ﱡﺮ د‬ ْ ‫َوإ َذا َﻣ ﱠ‬
َ ‫اﻹ ْﻧ َﺴ‬
ِ ‫ﺲ‬ ِ
‫ﻮن‬ُ
َ ‫ﯿﻦ َﻣﺎ َﻛﺎﻧُﻮا ﯾ َْﻌ َﻤﻠ‬
َ ‫ُﺴ ِﺮ ِﻓ‬ ْ
ْ ‫ﱢﻦ ﻟِﻠﻤ‬ َ
َ ‫ٰﻟِﻚ ُزﯾ‬ َ
‫َﻣ ﱠﺴ ُﻪۚ َﻛﺬ‬
“Apabila seseorang mengalami suatu penderitaan ia mengadu kepada Kami, baik dalam
keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah penderitaannya itu telah Kami
hilangkan, ia (kembali) melakukan jalan yang sesat, seolah-olah belum pernah
mengadu kepada Kami, tentang sesuatu yang telah dialaminya”

B. Allah memperkenalkan Diri-Nya


Cara Tuhan memperkenalkan diri-Nya ditempuh melalui:
a. Wahyu: Tuhan mengirim utusan (rasul) yang membawa pesan dari-Nya untuk
disampaikan kepada seluruh manusia. Pesan tersebut ditulis dalam Al-Kitab
b. Hikmah: Tuhan menganugerahkan kebijaksanaan dan kecerdasan berpikir kepada
manusia untuk mengenal adanya Tuhan dengan memperhatikan perbuatan Tuhan
Yang Maha Kuasa serba teratur, cermat dan berhati-hati sebagai bukti
c. Fitrah: Sejak lahir, manusia telah membawa tabiat perasaan tentang adanya yang
Maha Kuasa karena terbatasnya kekuatan, kemampuan, dan umurnya.

Al-Qur’an menggunakan sistem dengan menggunakan unsur-unsur dan dasar,


antara lain cosmologia, astronomi, antropologia, dan psikologia.

C. Dalil Cosmologia
Bukti-bukti adanya Tuhan dapat diketahui dengan menggunakan dasar-dasar
cosmologia, sebagaimana Al-Qur’an surat Al-Baqarah (2): 164
ْ ‫ﺎر َو ْاﻟ ُﻔ ْﻠ ِﻚ اﻟﱠﺘِﻲ ﺗَ ْﺠ ِﺮي ِﻓﻲ ْاﻟﺒ‬ َ ْ ِ ‫اﻟﺴ َﻤﺎ َو‬
‫ﺎس َو َﻣﺎ‬َ ‫َﺤ ِﺮ ﺑِ َﻤﺎ ﯾَ ْﻨ َﻔ ُﻊ اﻟﻨﱠ‬ ِ ‫ف اﻟﻠﱠﯿ‬
ِ ‫ْﻞ َواﻟﻨﱠ َﻬ‬ ِ ‫اﺧﺘِ َﻼ‬ْ ‫ض َو‬
ِ ‫ات َواﻷ ْر‬ ‫إِ ﱠن ِﻓﻲ َﺧ ْﻠ ِﻖ ﱠ‬
‫ﺎب‬ ْ َ‫َﺚ ِﻓﯿ َﻬﺎ ِﻣ ْﻦ ُﻛ ﱢﻞ دَاﺑﱠ ٍﺔ َوﺗ‬
‫ض ﺑ َْﻌ َﺪ َﻣ ْﻮﺗِ َﻬﺎ َوﺑ ﱠ‬ َ ْ ‫اﻟﺴ َﻤﺎ ِء ِﻣ ْﻦ َﻣﺎ ٍء َﻓﺄَ ْﺣﯿَﺎ ﺑ ِﻪ‬
َ ‫اﻷ ْر‬ ‫أَْﻧ َﺰ َل اﷲﱠُ ِﻣ َﻦ ﱠ‬
ِ ‫اﻟﺴ َﺤ‬
‫َﺎح َو ﱠ‬ ِ ‫اﻟﺮﯾ‬
‫ﯾﻒ ﱢ‬ ِ ‫ﺼ ِﺮ‬ ِ
َ ُ‫َﺎت ﻟِ َﻘ ْﻮ ٍم ﯾ َْﻌ ِﻘﻠ‬
‫ﻮن‬ ٍ ‫ض َﻵﯾ‬ َْ َ ‫ْاﻟﻤ‬
َ ‫ُﺴ ﱠﺨ ِﺮ ﺑَﯿ‬
ِ ‫اﻟﺴ َﻤﺎ ِء َواﻷ ْر‬ ‫ْﻦ ﱠ‬
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang,
bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa
yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi
sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan
pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh
(terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan(nya)”
Khusus di bidang ​cosmologia​ adalah menyelidiki sebab ​(causa)​ terjadinya kosmos
yang mengharuskan akal kita mengambil keputusan, bahwa pasti ada penyebab yang
menyebabkan terjadinya ​cosmos​ itu.

D. Dalil Astronomi
Tuhan memperkenalkan dirinya bahwa Dia ada dengan cara menunjuk
planet-planet yang terdiri atas bintang, bulan dan matahari yang masing-masing
beredar tetap pada garis orbitnya. Sebagaimana Al-Qur’an surat Ath-Thariq (86): 1-3
‫ﱠ‬ َ ‫ﱠ‬ ‫ﱠ‬
‫اﻟﺴ َﻤﺎ ِء‬ ِ ‫ َواﻟﻄ‬.‫ﺎر ُق َﻣﺎ أ ْد َرا َﻛ َﻮ َﻣﺎ‬
‫ﺎر ِق َو ﱠ‬ ِ ‫ اﻟﻄ‬.‫اﻟﺜﺎ ِﻗ ُﺐ اﻟﻨﱠ ْﺠ ُﻢ‬
“Demi langit dan yang datang pada malam hari, tahukah kamu apakah yang datang pada
malam hari?, yaitu bintang yang cahayanya menembus”

E. Dalil Antropologia
Manusia adalah makhluk adalah makhluk Allah. Namun, dia mempunyai
kehendak khusus dan berperan dalam kehidupan ini. Yang memberi peran dan
kedudukan itu adalah Penciptanya, yaitu Allah SWT. Keistimewaan manusia terletak
pada akal, ilmu pengetahuan, dan rohnya, sehingga diberi kedudukan sebagai khalifah
di muka bumi.
Al-Qur’an Surat Ar-Rum (30): 20

َ ‫اب ﺛُ ﱠﻢ إ َذا َأ ْﻧﺘُ ْﻢ ﺑ‬


َ ‫َﺸ ٌﺮ َﺗ ْﻨَﺘ ِﺸ ُﺮ‬ ُ ُ ََ َ
‫ون‬ ِ ٍ ‫َو ِﻣ ْﻦ آﯾَﺎِﺗ ِﻪ أ ْن َﺧﻠﻘﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ﺗ َﺮ‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian
tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.”

F. Dalil Psikologia
Dibandingkan dengan makhluk lain, manusia memiliki dua macam. keistimewaan.
Pertama, tubuh yang sempurna untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kedua, jiwa yang
memiliki perasaan dan kepandaian untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapkan
kepadanya.
Dalam surat Ar-Rum (30): 21 dinyatakan:
ٍ ‫ٰذﻟِ َﻚ َﻵﯾ‬
َ ‫َﺎت ﻟِ َﻘ ْﻮ ٍم ﯾَﺘَ َﻔ ﱠﻜ ُﺮ‬
‫ون‬ ِ ِ ً ‫َو ِﻣ ْﻦ آﯾَﺎﺗِ ِﻪ أَ ْن َﺧﻠَ َﻖ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ أَْﻧ ُﻔ ِﺴ ُﻜ ْﻢ أَ ْز َو‬
َ ‫اﺟﺎ ﻟِﺘَ ْﺴ ُﻜﻨُﻮا إﻟَْﯿ َﻬﺎ َو َﺟ َﻌ َﻞ ﺑَ ْﯿﻨَ ُﻜ ْﻢ َﻣ َﻮ ﱠد ًة َو َر ْﺣ َﻤ ًﺔۚ إ ﱠن ِﻓﻲ‬
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”

G. Bukti Keesaan Allah


Bukti rasional tentang keesaan Tuhan dengan cara yang mudah dimengerti,
ialah kalau Tuhan lebih dari satu, apakah masing-masing dapat mengerjakan
segala-galanya tanpa bantuan yang lain? Ataukah masing-masing tidak mampu
melakukannya tanpa bantuan yang lain? Apabila Tuhan yang berbilang itu
masing-masing dapat mengerjakan segalanya tanpa bantuan yang lain, apa gunanya
Tuhan yang lain itu? Bila Tuhan yang berbilang itu masing-masing tidak dapat
melakukan segalanya tanpa bantuan yang lain, semuanya tidak pantas dianggap
sebagai Tuhan sebab yang berhak dipercaya sebagai Tuhan yang sebenarnya hanyalah
yang berkuasa melakukan segala-galanya tanpa bergantung kepada bantuan yang lain.
Keteraturan ketundukan alam semesta ini menghendaki adanya satu
pengaturan yang mengendalikannya yaitu ​Allah Rabulalamin.​ Seandainya ada dua
pengatur niscaya akan terjadi kerusakan sistem yang menghancurkan alam semesta.

IV. Sifat-sifat Allah dan Asmaul Husna


A. Sifat-sifat Allah
Sifat adalah kualitas yang melekat pada dzat. Sifat tidak memiliki arti tanpa
adanya dzat. Sifat Allah yang terkandung dalam asma-Nya sebagaimana tercantum
dalam Al-Qur’an atau yang disifatkan oleh Rasulnya, secara keseluruhan
menggambarkan kesempurnaan mutlak bagi Allah dan tidak satupun yang
menyamai-Nya. Karena itu, selain Allah tidak ada yang boleh dilekati sifat-sifat
ke-Tuhanan.
Di samping itu, dengan mengenal sifat-sifat Allah, orang akan dapat lebih mengerti Allah,
Tuhan yang Maha Esa dan hanya Dia yang boleh disembah. Sifat-sifat Allah yang
mesti ada yang membuktikan kesempurnaan-Nya adalah:
1. Wujud (Ada)
Sifat Allah Ta’ala yang pertama adalah wujud yang berarti Ada.
Maksudnya Allah itu zat yang pasti ada serta Dia berdiri sendiri dan tidak
diciptakan oleh siapapun. Bukti adanya Allah adalah terciptanya alam semesta
dan juga makhluk hidup.
2. Qidam (Terdahulu)
Allah juga memiliki sifat Qidam yang berarti terdahulu. Sebagai
pencipta tentunya Allah telah ada lebih dahulu dari apapun yang
diciptakannya. Tidak ada pendahulu atau permulaan bagi allah Ta’ala.
3. Baqa’ (Kekal)
Allah itu maha Kekal, tidak akan punah, binasa ataupun mati. Tiada
akhir bagi Allah Ta’ala. Dia akan tetap ada selamanya
4. Mukholafatul Lilhawaditsi (Berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya)
Allah sudah pasti berbeda dengan makhluk ciptaan-Nya. Tidak ada
sesuatu pun yang menandingi dan menyerupai keagungannya.
5. Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri sendiri)
Allah tidak bergantung pada apapun dan tidak membutuhkan bantuan
siapapun.

6. Wahdaniyah (Esa)
Tidak ada sekutu bagi-Nya, Dialah satu-satunya Tuhan pencipta alam
semesta.
7. Qudrat (Berkuasa)
Allah maha kuasa atas sesuatu. Tidak ada yang bias menandingi
kekuasaan Allah SWT.
8. Iradat (Berkehendak)
Allah itu maha menentukan sesuatu, apabila allah berkehendak maka
jadilah hal itu dan tidak seorang pun yang mampu mencegah-Nya.
9. ‘Ilmun (Mengetahui)
Allah maha mengetahui atas segala sesuatu. Baik hal yang tampak
ataupun hal yang disembunyikn.
10. Hayat (Hidup)
Allah tidak akan pernah mati, binasa, ataupun musnah. Allah itu kekal
selama-lamanya.
11. Sama’ (Mendengar)
Allah maha mendengar, baik yang diucapakn ataupun yang
disembunyikan dalam hati allah mengetahuinya,
12. Bashar (Melihat)
Allah maha melihat segala sesuatu. Pengelihatan Allah tidak terbatas,
Dia mengetahui apa-apa yang terjadi di dunia ini. Walaupun hanya selembar
daun yang jatuh.
13. Kalam (Berfirman)
Allah bias berbicara atau berkata-kata secara sempurna dari bantuan
apapun. Terbukti dari adanya firman-Nya dalam kitab-kitab yang diturunkan
lewat para nabi.
14. Qadiran (Berkuasa)
Allah itu maha kuasa atas segala sesuatu.
15. Muridan (Berkehendak)
Bila Allah sudah menakdirkan suatu perkara maka tidak ada yang bias
menolak kehendak-Nya.
16. ‘Aliman (Mengetahui)
Allah mengetahui segala sesuatu, baik yang ditampakkan ataupun
disembunyikan. Tidak ada yang bias menandingi pengetahuan Allah.
17. Hayyan (Hidup)
Tidak mungkin bagi Allah ta’ala untuk binasa. Dia selalu mengawasi
hamba-hambaNya, tidak pernah lengah ataupun tidur.
18. Sami’an (Mendengar)
Allah itu maha pendengar. Tidak ada yang terlewatkan bagi Allah dan
tidak ada juga yang melampaui pendengaran-Nya.
19. Bashiran (Melihat)
Pengelihatan allah meliputi segala hal, baik yang terlihat ataupun yang
disembunyikan.
20. Mutakalliman (Berfirman atau berkata-kata)
Mutakalliman berarti Allah berfirman, sama halnya dengan kalam.
Firman Allah SWT terwujud dalam kitab-kitab suci yang diturunkan-Nya
lewat para nabi.

B. Asmaul Husna
1. Allah: Lafadz yang maha mulia, merupakan nama Dzat Ilahi yang maha suci serta wajib
adanya, yang berhak memiliki semua macam pujian dan sanjungan.
2. Ar-Rahman: Maha Pengasih
3. Ar-Rahim: Maha Penyayang
4. Al-Malik: Maha Merajai
5. Al-Quddus: Maha Suci
6. As-Salam: Maha Penyelamat
7. Al-Mu’min: Maha Pemelihara Keamanan
8. Al-Muhaiminu: Maha Mengetahui
9. Al-Aziz: Yang Maha Mulia
10. Al-Jabbar: Maha Perkasa
11. Al-Mutakabbir: Maha mega
12. Al-Khalik: Maha Pencipta
13. Al-Bari’: Maha Pembuat
14. Al-Mushawwir: Maha Pembentuk
15. Al-Ghaffar: Maha Pengampun
16. Al-Qahhar: Maha Pemaksa
17. Al-Wahhab: Maha Pemberi
18. Ar-Razzaq: Maha Pemberi Rizki
19. Al-Fattah: Maha Pembuka Rahmat
20. Al-Alim: Maha Mengetahui
21. Al-Qabid: Maha Pencabut
22. Al-Basith: Maha Meluaskan
23. Al-Khafid: Maha Menjatuhkan
24. Ar-Rafi’: Maha Mengangkat
25. Al-Mu’iz: Maha Pemberi Kemuliaan
26. Al-Mudzil: Maha Pemberi Kehinaan
27. As-Sami’: Maha Mendengar
28. Al-Bashir: Maha Melihat
29. Al-Hakam: Maha Menetapkan Hukum
30. Al-Adl: Maha Adil
31. Al-lathif: Maha Halus
32. Al-Khabir: Maha Waspada
33. Al-Halim: Maha Penghiba
34. Al-Azhim: Maha Agung
35. Al-Ghafur: Maha Pengampun
36. Asy-Syakur: Maha Pembalas
37. Al-‘Aliy: Maha Tinggi
38. Al-Kabir: Maha Besar
39. Al-Hafizh: Maha Pemelihara
40. Al-Muqit: Maha Pemberi Kecukupan
41. Al-Hasib: Maha Penjamin
42. Al-Jalil: Maha Luhur
43. Al-Karim: Maha Pemurah
44. Ar-Raqib: Maha Peneliti
45. Al-Mujib: Maha Mengabulkan
46. Al-Wasi’: Maha Luas
47. Al-Hakim: Maha Bijaksana
48. Al-Wadud: Maha Pecinta
49. Al-Majid: Maha Mulia
50. Al-Ba’its: Maha Membangkitkan
51. Asy-Syahid: Maha Menyaksikan
52. Al-Haq: Maha Benar
53. Al-Wakil: Maha Memelihara Penyerahan
54. Al-Qawiy: Maha Kuat
55. Al-Matin: Maha Kokoh
56. Al-Waliy: Maha Melindungi
57. Al-Hamid: Maha Terpuji
58. Al-Muhshi: Maha Penghitung
59. Al-Mubdi’: Maha Memulai
60. Al-Mu’id: Maha Mengulangi
61. Al-Muhyi: Maha Menghidupkan
62. Al-Mumit: Maha Mematikan
63. Al-Hay: Maha Hidup
64. Al-Qayyum: Maha Berdiri Sendiri
65. Al-Wajid: Maha Kaya
66. Al-Majid: Maha Mulia
67. Al-Wahid: Maha Esa
68. Ash-Shamad: Maha Dibutuhkan
69. Al-Qadir: Maha Kuasa
70. Al-Muqtadir: Maha Menentukan
71. Al-Muqaddim: Maha Mendahulukan
72. Al-Muakhir: Maha Mengakhirkan
73. Al-Awwal: Maha Pertama
74: Al-Akhir: Maha Penghabisan
75. Azh-Zhahir: Maha Nyata
76. Al-Bathin: Maha Tersembunyi
77. Al-Wali: Maha Menguasai
78. Al-Muta’ali: Maha Suci
79. Al-Barru: Maha Dermawan
80. At-Tawwab: Maha Penerima Taubat
81. Al-Muntaqim: Maha Penyiksa
82. Al-‘Afuw: Maha Pemaaf
83. Ar-Ra’uf: Maha Pengasih
84. Malikul Mulk: Maha Menguasai Kerajaan
85. Dzuljalali Wal Ikram: Maha Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan
86. Al-Muqsith: Maha Mengadili
87. Al-Jami’: Maha Mengumpulkan
88. Al-Ghaniy: Maha Kaya
89. Al-Mughni: Maha Pemberi Kekayaan
90. Al-Mani’: Maha Membela
91. Adl-Dlarru: Maha Menjadikan Bahaya
92. An-Nafi’: Maha Pemberi Kemanfaatan
93. An-Nur: Maha Bercahaya
94. Al-Hadi: Maha Pemberi Petunjuk
95. Al-Badi’: Maha Pencipta Yang Baru
96. Al-Baqi’: Maha Kekal
97. Al-Warits: Maha Pewaris
98. Ar-Rasyid: Maha Cendikiawan
99. Ash-Shabur: Maha Penyabar

III. MENYEKUTUKAN ALLAH SWT (SYIRIK)


A. PENGERTIAN SYIRIK
Syirik dilihat dari arti Bahasa adalah menyekutukan sedangkan dari
segi istilah yang dimaksud dengan syirik ialah menyekutukan ALLAH SWT
dengan selainnya, baik menyekutukan dari segi dzat,sifat,wujud atau pun dari
segi perbuatannya.
Kewajiban seseorang hamba terhadap tuhannya yang utama dan paling
utama ialah mentauhidkan ALLAH SWT dengan semurni-murninya.
Sebaliknya menyekutukan ALLAH SWT merupakan suatu perbuatan yang
sangat diharamkan, termasuk suatu dosa yang paling besar, lagi merupakan
dosa yang tak terampuni di hadapan ALLAH SWT.

B. MACAM-MACAM SYIRIK
Dalam syirik para ulama sepakat ada dua macam syirik, yaitu syirik
besar (​as-syirku al-akbar)​ dan syirik kecil (​as-syirku al-asghar​).

1. SYIRIK BESAR (AS SYIRKU AL AKBAR​)

Yang dimaksud dengan syirik besar ialah menyekutukan ALLAH


SWT dengan sesuatu, baik berupa dzat, wujud, sifat maupun perbuatan.

2. SYIRIK KECIL (AS SYIRKU AL ASGAHR)


Yang dimaksud disini adalah perbuatan yang mengurangi iman
(tauhid) seseorang. Contohnya : Memakai kalung atau gelang penangakal bala
, mengguanakn mantra-mantra, syihir, peramalan , guan-guan,memotong
hewan untuk sesembahan dll.

V. HIKMAH IMAN KEPADA ALLAH

1. HATI MENJADI TENANG

Jika seorang sudah beriman kepada ALLAH SWT maka hatinya akan
dilapangkan, niat-niat jahat dalam hatinya akan dihilangkan,​ ​tidak mudah
terpengaruh oleh hawa nafsu serta bias menahan hawa nafsunya.

2. MENDAPAT BIMBINGAN DARI ALLAH SWT

Seseorang yang sudah beriman kepada ALLAH SWT akan senantiasa


mendapat bimbingan dari ALLAH SWT supaya berada dijalan yang lurus.

3. MEMPUNYAI RASA KASIH SAYANG YANG TINGGI

Setiap yang beriman pasti rendah hati sayang kepada semua makhul
karna merasa sama-sama ciptaan ALLAH SWT dan mereka mempunyai social
yang tinggi suka berbagi kepada yang kurang mampi jika dia memiliki
kelebihan rezeki.

4. RASA SYUKUR YANG TINGGI

Setiap yang beriman pasti selalu merasa apa yang ia dapat itu dating
dari ALLAH SWT sehingga ia akan senantiasa bersyukur atas apa yang telah
didapatkannya.
BAB III

PENUTUP

● Kesimpulan
1. Beriman kepada Allah adalah membenarkan dengan yakin akan eksistensi Allah dan
keesaan-Nya.
2. Pengakuan tidak ada artinya tanpa dibarengi ucapan lisan dan tindakan, sebab
pengakuan hati, pengucapan lisan dan tindakan anggota badan merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Namun, itu semua harus dibarengi dengan
tuntunan Al qur`an dan Hadis.
3. Keteraturan ketundukan alam semesta ini menghendaki adanya satu pengaturan yang
mengendalikannya yaitu ​Allah Rabulalamin.

● Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan terutama segi tata
bahasa dan refrensi. Maka, kami mohon maaf jika terdapat banyak kesalahan dalam
tulisan kami terutama mengenai tata bahasa dan refrensi. Juga kami memerlukan
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak.

Daftar Pustaka

● https://id.m.wikipedia.org/wiki/Dua_puluh_sifat_Allah_(Asy%27ariyah)
● DPPAI UII, 2006, Akidah Islam, Jogjakarta: UII Press Jogjakarta
● http://pennamahasiswa.blogspot.com/2018/02/makalah-iman-kepada-allah-swt.html
● http://sitiumaiyahh.blogspot.com/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo.html
● Sayid Sabiq, 1997, Aqidah Islam, Bandung: Cv. Diponegoro
● Drs. Musthafa Kamal Pasha, B. Ed., 2003, Aqidah Islam, Jogjakarta: Citra Karsa
Mandiri

Anda mungkin juga menyukai