Anda di halaman 1dari 47

Gangguan Obsesif

Kompulsif

Presentan
Ria Anindita Novarani Pembimbing
Sarah Ummah Muslimah Dr. H. M Zainie Hassan AR, Sp.KJ(K)
OUTLINE
01 Pendahuluan

02 Status Pasien

03 Tinjauan Pustaka

04 Kesimpulan
PENDAHULUAN
Gangguan Obsesif-kompulsif
(Obsessive Compulsive Disorder
OCD) adalah gangguan
kecemasan yang ditandai oleh
pikiran-pikiran obsesif yang
persisten dan disertai tindakan
Gangguan obsesif kompulsif.
kompulsif menduduki
peringkat keempat dari
gangguan jiwa setelah
fobia, gangguan
penyalahgunaan zat dan
gangguan depresi berat.
Gangguan Obsesif-
kompulsif diklasifikasikan
dalam DSM-IV-TR sebagai
gangguan kecemasan.
STATUS PASIEN
IDENTIFIKASI
Nama : Tn. MH
Umur : 20 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Mahasiswa
Status Perkawinan : Belum Menikah
Kewarganegaraan : WNI
Pendidikan : Universitas
Agama : Islam
Alamat : Sukarami
Kunjungan ke RS
Hari/ Tanggal : Selasa/10 September 2019
Tempat : Poliklinik RS. Ernaldi Bahar
Palembang
Cara : Datang bersama kakak
perempuan
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA
Pasien sering merasa cemas dan memikirkan
angka yang harus dikaitkan dengan sisa usia
sejak 5 tahun yang lalu.
ANAMNESIS

KELUHAN UTAMA
Pasien sering merasa cemas dan memikirkan
angka yang harus dikaitkan dengan sisa usia
sejak 5 tahun yang lalu.
ANAMNESIS
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Sejak 5 tahun lalu pasien mengeluh sering cemas terutama saat
memikirkan angka yang tiba-tiba muncul dipikirannya, pasien merasa
angka tersebut harus dikaitkan dengan mandi, dan harus mandi
sebanyak jumlah angka yang muncul dipikirannya. Perasaan cemas
tersebut timbul mendadak disertai rasa berdebar-debar, keringat dingin,
susah tidur, mual, nafsu makan menurun, dan susah berkonsentrasi bila
pasien tidak segera mandi sebanyak jumlah angka yang muncul
dipikirannya.
Pasien sadar bahwa hal tersebut salah, namun pasien akan
tetap merasakan keluhan-keluhan tersebut jika tidak mandi sejumlah
angka yang dipikirkannya. Pasien tetap merasa bersih jika tidak mandi
sebanyak angka tersebut namun akan tetap merasa cemas jika mandi
kurang dari jumlah angka yang muncul dipikirannya. Hal ini terjadi
hampir setiap hari. Pasien mengaku tidak pernah merasa cemas
berlebihan terhadap hal lain. Keluhan tiba-tiba terbangun saat tidur dan
terpikir akan angka disangkal. Pasien tidak memiliki penyakit lain
sebelum keluhan muncul. Pasien tidak berobat
ANAMNESIS
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Sejak satu tahun lalu, keluhan cemas pasien dirasakan semakin
memberat. Pasien merasa cemas saat pasien melihat atau mendengar
berita tentang kematian orang lain, pasien langsung mengaitkan dengan
sisa umurnya. Hal tersebut membuat pasien merasa sisa umurnya hanya
sebanyak angka yang muncul dipikirannya saat itu. Setiap pasien
merasa cemas akan sisa hidupnya, pasien menjadi tidak bergairah,
hilang minat untuk beraktivitas, lesu, namun perasaan sedih disangkal.
Pasien sadar bahwa pemikiran tersebut salah, namun pasien merasa
harus melakukannya dan akan cemas serta gelisah jika tidak
menerapkan pemikirannya terhadap angka dan sisa hidupnya. Pasien
tidak pernah terbangun dimalam hari karena terpikir akan angka, pasien
tidak pernah merasa mendengar bisikan-bisikan, pasien tidak pernah
melihat bayangan yang tidak nyata, dan pasien tidak memiliki pikiran
kepercayaan yang aneh dan tidak terbantahkan.
ANAMNESIS
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Pasien dapat bergaul dengan orang lain namun
terkadang pasien merasa teman pasien tidak menyukainya,
hal tersebut dirasakan karena teman pasien sering pergi
bersama tanpa mengajak pasien. Selain itu, pasien
seringkali ingin mencoba mendapat teman dekat namun
takut tidak diterima oleh teman sekelasnya. Pasien memiliki
emosi yang stabil, tidak mudah marah, namun pasien
merasa mudah cemas dan gelisah jika tiba-tiba muncul
angka dipikirannya. Pasien berobat ke poliklinik RS Ernaldi
Bahar karena merasa tidak tahan lagi dengan pemikirannya
tersebut.
ANAMNESIS
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Riwayat penyakit lain sebelumnya : tidak ada
• Riwayat minum alkohol : ada, saat awal
kuliah namun jarang
dilakukan.

RIWAYAT KELUARGA
• Pasien adalah anak ke-3 dari 3 bersaudara
• Ayah pasien memiliki keluhan sering bersih-bersih rumah
secara berlebihan karena merasa harus selalu
membersihkan rumah
• Status ekonomi menengah cukup.
ANAMNESIS
RIWAYAT PRIBADI
• Prenatal dan perinatal: Pasien lahir spontan, cukup bulan,
langsung menangis. Pasien lahir secara normal dan proses
persalinan dibantu oleh dokter kandungan. Riwayat merokok,
sakit, konsumsi obat-obatan, dan alkohol pada ibu saat hamil
tidak ada.
• Riwayat masa anak-anak: Pasien memiliki sifat yang cukup
pemalu, pasien jarang bercerita mengenai permasalahannya
dengan keluarga, pasien memiliki beberapa orang teman namun
tidak ada teman yang dapat diajak bercerita jika sedang
mengalami masalah, pasien tidak memiliki teman yang sangat
dekat, hanya sebatas teman satu kelas saja, pasien sering
merasa takut tidak disukai temannya karena dianggap kurang
bergaul. Hubungan pasien dengan orang tua dan saudara cukup
baik, pasien masih mau berkumpul bersama keluarga.
ANAMNESIS
RIWAYAT PRIBADI
Pasien memiliki sifat yang cukup pemalu, pasien jarang
bercerita mengenai permasalahannya dengan keluarga,
pasien memiliki beberapa orang teman namun tidak ada
teman yang dapat diajak bercerita jika sedang mengalami
masalah, pasien tidak memiliki teman yang sangat dekat,
hanya sebatas teman satu kelas saja, pasien sering merasa
takut tidak disukai temannya karena dianggap kurang
bergaul, pasien ingin mencoba lebih mendekatkan diri kepada
temannya namun takut tidak diterima oleh teman-temannya.
Hubungan pasien dengan orang tua dan saudara cukup baik,
pasien masih mau berkumpul bersama keluarga.
ANAMNESIS
RIWAYAT PRIBADI
Dewasa
Riwayat pekerjaan :Saat ini pasien belum bekerja
Riwayat perkawinan dan hubungan: Pasien belum menikah.
Riwayat militer :Tidak ada
Riwayat Pendidikan:Saat ini pasien sedang menjalani
pendidikan di Perguruan Tinggi
Aktivitas sosial :Hubungan pasien dengan tetangga dan
lingkungan sekitar cukup baik, namun pasien masih sering
merasa teman pasien tidak menyukainya terutama jika
mereka pergi bersama tanpa mengajak pasien, pasien ingin
mencoba lebih mendekatkan diri kepada temannya namun
takut tidak diterima oleh teman-temannya.
ANAMNESIS
RIWAYAT PRIBADI
Dewasa
Situasi kehidupan terkini :Pasien kini tinggal bersama ibu,
adik, dan kakaknya.
Riwayat hukum :Pasien tidak pernah terjerat
masalah hukum
Keadaan sosial ekonomi :Pasien tinggal bersama
keluarganya di rumah sederhana milik pribadi. Ayah pasien
menjadi tulang punggung keluarga.
Status ekonomi : menengah cukup
PEMERIKSAAN
STATUS INTERNUS

Keadaan Umum
Sensorium : Compos Mentis
Suhu : 36,7 °C
Nadi : 106 x/ menit
Pernafasan : 21 x/ menit
Tekanan Darah : 140/80 mmHg
Turgor : < 2 detik
Berat Badan : 65 kg
Tinggi Badan : 167 cm
PEMERIKSAAN
STATUS NEUROLOGIKUS

GCS : 15
E : membuka spontan (4)
V : berbicara spontan (5)
M : gerakan sesuai perintah (6)
Fungsi sensorik : Tidak ada kelainan
Fungsi motorik : Baik
Ekstrapiramidal sindrom: tidak ditemukan gejala
ekstrapiramidal sindrom sepertitremor, bradikinesia, dan
rigiditas.
Refleks fisiologis : normal
Refleks patologis : tidak ditemukan
PEMERIKSAAN
STATUS PSIKIATRIKUS
KEADAAN UMUM

Sensorium : Compos mentis


Perhatian : Atensi adekuat
Sikap : Kooperatif
Inisiatif : Adekuat
Tingkah laku motorik: Normoaktif
Ekspresi fasial : Wajar
Verbalisasi : Lancar dan jelas
Cara bicara : Lancar
Kontak psikis : Adekuat
Kontak fisik : Adekuat
Kontak mata : Adekuat
Kontak verbal : Adekuat
PEMERIKSAAN
STATUS PSIKIATRIKUS
KEADAAN SPESIFIK

Keadaan afektif
Afek : Sesuai
Mood : Eutimik
Hidup emosi
Stabilitas : Stabil
Dalam-dangkal : Normal
Pengendalian : Terkendali
Adekuat-Inadekuat : Adekuat
Echt-unecht : Echt
Skala diferensiasi : Normal
Einfuhlung : Bisa dirabarasakan
Arus emosi : Stabil
PEMERIKSAAN
STATUS PSIKIATRIKUS
KEADAAN SPESIFIK

Keadaan dan fungsi intelektual


Daya ingat : Baik, amnesia tidak ada
Daya konsentrasi : Baik
Orientasi orang/waktu/tempat: Baik
Luas pengetahuan umum : Sesuai taraf pendidikan
Discriminative judgement : Baik
Discriminative insight : Baik
Dugaan taraf intelegensi : Baik

Kelainan sensasi dan persepsi


Ilusi : Tidak ada
Halusinasi : Auditorik (-), visual (-)
PEMERIKSAAN
STATUS PSIKIATRIKUS
KEADAAN PROSES BERPIKIR

Psikomotilitas : Normal
Mutu : Baik
Arus pikiran : Baik
Isi pikiran : Baik
Bentuk pikiran : Baik
Pemilikan pikiran
Obsesi : Ada, terhadap angka
Aliensi : Tidak ada
Kecemasan : Ada, jika tiba-tiba mendengar atau
melihat kabar orang meninggal dan terpikir angka
Dekorum : Baik
Reality testing ability : terganggu
Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan: Ada, kompulsi terhadap
menghubungkan angka dan sisa usia
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
STATUS PSIKIATRIKUS
KEADAAN PROSES BERPIKIR

Psikomotilitas : Normal
Mutu : Baik
Arus pikiran : Baik
Isi pikiran : Baik
Bentuk pikiran : Baik
Pemilikan pikiran
Obsesi : Ada, terhadap angka
Aliensi : Tidak ada
Kecemasan : Ada, jika tiba-tiba mendengar atau
melihat kabar orang meninggal dan terpikir angka
Dekorum : Baik
Reality testing ability : terganggu
Keadaan dorongan instinktual dan perbuatan: Ada, kompulsi terhadap
menghubungkan angka dan sisa usia
DIAGNOSIS
DIAGNOSIS MULTIAKSIAL
AKSIS I : F 42.0 Gangguan Obsesif-Kompulsif
AKSIS II : Tidak ada diagnosis
AKSIS III : Tidak ada diagnosis
AKSIS IV : Stressor tidak jelas
AKSIS V : GAF Scale adalah 80 – 71

DIAGNOSIS DIFERENSIAL
F42.0 Gangguan Obsesif-Kompulsif
F41.2 Gangguan Cemas Anxietas dan Depresi
F41.1 Gangguan Anxietas Menyeluruh
TERAPI
PSIKOFARMAKA
Antidepresan trisiklik: Maprotiline 1 x 12,5 mg (PO)
SSRI: Sertraline 1 x 25 mg (PO)

PSIKOTERAPI
• Suportif
Memberi dukungan dan perhatian kepada pasien dalam
menghadapi masalah.
Memotivasi pasien agar minum obat secara teratur
Memberikan lingkungan yang nyaman bagi pasien terutama dalam
sisi kekeluargaan
• Kognitif
Menerangkan tentang gejala penyakit pasien yang timbul akibat
adanya suatu obsesi yang tidak diharapkan disertai tindakan yang
kompulsif, sehingga pasien sulit mengontrol pikiran dan
tindakannya tersebut.
TERAPI
PSIKOTERAPI
• Keluarga dan lingkungan
Memberikan edukasi kepada keluarga sehingga keluarga dapat
membantu dan memberikan dukungan bagi kesembuhan pasien.
• Sosial-Budaya
Terapi kerja berupa memanfaatkan waktu luang dengan melakukan
hobi atau kegiatan yang disukai pasien dan bermanfaat. Terapi
rekreasi dapat berupa liburan atau bepergian ke suatu tempat yang
disenangi pasien, terutama bersama keluarga dan temannya.
• Religius
Bimbingan keagamaan agar pasien selalu menjalankan ibadah
sesuai ajaran agama yang dianutnya, yaitu menjalankan sholat lima
waktu, menegakkan amalan sunnah seperti mengaji, berzikir, dan
berdoa kepada Allah SWT.
PROGNOSIS

Quo ad vitam : dubia ad bonam


Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
DEFINISI

Menurut Davison dan Neale, gangguan obsesif kompulsif


adalah gangguan cemas, dimana pikiran seseorang dipenuhi
oleh gagasan-gagasan yang menetap dan tidak terkontrol,
dan ia dipaksa untuk melakukan tindakan tertentu berulang-
ulang, sehingga menimbulkan stress dan mengganggu
fungsinya dalam kehidupan sehari-hari.
EPIDEMIOLOGI

• Setelah diyakini langka, gangguan Obsesif-kompulsif memiliki


prevalensi seumur hidup sebesar 2,5% dalam studi ECA
(Epidemiological Catchment Area). Perkiraan terbaru tentang
prevalensi seumur hidup umumnya berada pada kisaran 1,7-4%.
• Prevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada
populasi umum diperkirakan adalah 2 sampai 3 persen.
• Untuk orang dewasa, laki-laki dan perempuan sama
mungkin terkena, tetapi untuk remaja, laki-laki lebih sering
terkena gangguan obsesif-kompulsif dibandingkan
perempuan. Usia onset rata-rata adalah kira-kira 20 tahun.
• Diagnosis psikiatrik komorbid lainnya pada pasien dengan
gangguan obsesif-kompulsif adalah gangguan penggunaan
alkohol, fobia spesifik, gangguan panik, dan gangguan
makan.
ETIOLOGI

• Faktor Biologis
- Neurotransmitter
- Penelitian Pencitraan Otak
- Genetika
- Data Biologis Lainnya
• Faktor Perilaku
- Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda
• Faktor Psikososial
- Faktor Kepribadian
- Faktor psikodinamika
- Ambivalensi
- Pikiran Magis
DIAGNOSIS

Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM IV:


1. Salah satu obsesi atau kompulsi
Obsesi seperti yang didefinisikan sebagai berikut:
• Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan yang rekuren dan
persisten yang dialami, pada suatu saat dimana selama
gangguan, sebagai intrusif dan tidak sesuai, dan menyebabkan
kecemasan dan penderitaan yang jelas.
• Pikiran, impuls, atau bayangan-bayangan tidak semata-mata
kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang
nyata.
• Orang berusaha untuk mengabaikan atau menekan pikiran,
impuls, atau bayangan-bayangan tersebut untuk mentralkannya
dengan pikiran atau tindakan lain.
• Orang menyadari bahwa pikiran, impuls, atau bayangan-
bayangan obsesional adalah keluar dari pikirannya sendiri(
tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran).
DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif-kompulsif menurut DSM
IV:
2. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah
menyadari bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau
tidak beralasan. Catatan: ini tidak berlaku bagi anak-anak.
3. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas,
menghabiskan waktu (menghabiskan lebih dari satu jam sehari),
atau secara bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi
pekerjaan (atau akademik), atau aktifitas atau hubungan sosial
yang biasanya.
4. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi
tidak terbatas padanya
5. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya obat
yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum.
GAMBARAN KLINIS
GEJALA
• Perilaku dan pikiran yang muncul tersebut disadari
sepenuhnya oleh individu atau didasarkan pada impuls
dalam dirinya sendiri. Individu juga menyadari bahwa
perilakunya itu tidak rasional, namun tetap dilakukan untuk
mengurangi kecemasan.
• Beberapa perilaku yang muncul disadari oleh individu dan
berusaha melawan kebiasaan dan pikiran-pikiran rasa
cemas tersebut sekuat tenaga, namun tidak berhasil.
• Pikiran dan tindakan tersebut tidak memberikan perasaan
lega, rasa puas atau kesenangan, melainkan disebabkan
oleh rasa khawatir secara berlebihan dan mengurangi stres
yang dirasakannya.
GAMBARAN KLINIS
GEJALA
• Obsesi (pikiran) dan kompulsi (perilaku) sifatnya berulang-
ulang secara terus-menerus dalam beberapa kali setiap
harinya.
• Obsesi dan kompulsi menyebabkan terjadinya tekanan
dalam diri penderita dan menghabiskan waktu (lebih dari
satu jam sehari) atau secara signifikan mengganggu fungsi
normal seseorang, atau kegiatan sosial atau suatu
hubungan dengan orang lain.
• Penderita merasa terdorong untuk melakukan ritual, yaitu
tindakan berulang seperti mencuci tangan & melakukan
pengecekan dengan maksud tertentu.
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pada pemeriksaan status mental, pasien dengan OCD


juga dapat menunjukkan gejala gangguan depresif. Gejala
seperti itu terdapat pada sekitar 50 persen pasien. Sejumlah
pasien OCD memiliki ciri khas yang mengesankan gangguan
kepribadian obsesif kompulsif tetapi sebagian besar tidak.
Pasien dengan OCD terutama laki-laki, memiliki angka
membujang yang lebih tinggi dari rata-rata. Pasien yang
menikah memiliki jumlah perpecahan perkawinan yang lebih
besar dari biasa.
DIAGNOSIS BANDING

• Keadaan Medis
• Gangguan Tourette
• Keadaan Psikiatri Lain
TERAPI
- FARMAKOTERAPI
• Clomipramine
• SSRI

- TERAPI PERILAKU
- PSIKOTERAPI
- TERAPI LAIN
• ECT
• Psychosurgery
PERJALANAN PENYAKIT
DAN PROGNOSIS
Lebih dari setengah pasien dengan gangguan obsesif
kompulsif memiliki onset gejala yang tiba-tiba. Kira-kira 50
sampai 70 persen pasien memiliki onset gejala setelah suatu
peristiwa yang menyebabkan stres, seperti kehamilan, masalah
seksual, dan kematian seorang sanak saudara. Karena banyak
pasien tetap merahasiakan gejalanya, mereka seringkali
terlambat 5 sampai 10 tahun sebelum pasien datang ke
psikiater, walaupun keterlambatan tersebut kemungkinan
dipersingkat dengan meningkatkan kesadaran akan gangguan
tersebut diantara orang awam dan profesional. Perjalanan
penyakit biasanya lama tetapi bervariasi. Beberapa pasien
mengalami penyakit yang berfluktuasi, dan pasien lain
mengalami penyakit yang konstan.
PERJALANAN PENYAKIT
DAN PROGNOSIS
Kira-kira 20 sampai 30 persen pasien dengan gangguan
obsesif kompulsif memiliki gangguan depresif berat, dan bunuh
diri adalah risiko bagi semua pasien dengan gangguan obsesif
kompulsif. Suatu prognosis buruk dinyatakan oleh mengalah
(bukannya menahan) pada kompulsi, onset pada masa anak-
anak, kompulsi yang aneh (bizzare), perlu perawatan di rumah
sakit, gangguan depresif berat yang menyertai, kepercayaan
waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang (overvalued)-
yaitu penerimaan obsesi dan kompulsi, dan adanya gangguan
kepribadian (terutama gangguan kepribadian skizotipal).
Prognosis yang baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan
pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan suatu
sifat gejala yang episodik. Isi obsesional tampaknya tidak
berhubungan dengan prognosis.
ANALISIS KASUS
• Tn. MH, Laki-laki, 20 tahun, dibawa ke Poliklinik RSUD
Ernaldi Bahar Palembang pada tanggal 10 September
2019 dengan keluhan Pasien sering merasa cemas dan
memikirkan angka yang harus dikaitkan dengan sisa usia
secara tiba-tiba. Wawancara dilakukan pada tanggal 10
September 2019 pukul 10.300 WIB di Poliklinik RSUD
Ernaldi Bahar Palembang. Wawancara yang dilakukan
berupa autoanamnesis dan alloanamnesis.
• Dari autoanamnesis dan alloanamnesis pasien diketahui, sejak 5 tahun
lalu pasien mengeluh sering cemas terutama saat memikirkan angka
yang tiba-tiba muncul dipikirannya, pasien merasa angka tersebut
harus dikaitkan dengan mandi, dan harus mandi sebanyak jumlah
angka yang muncul dipikirannya. Perasaan cemas tersebut timbul
mendadak disertai rasa berdebar-debar, keringat dingin, susah tidur,
mual, nafsu makan menurun, dan susah berkonsentrasi bila pasien
tidak segera mandi sebanyak jumlah angka yang muncul dipikirannya.
Pasien sadar bahwa hal tersebut salah, namun pasien akan tetap
merasakan keluhan-keluhan tersebut jika tidak mandi sejumlah angka
yang dipikirkannya. Pasien tetap merasa bersih jika tidak mandi
sebanyak angka tersebut namun akan tetap merasa cemas jika mandi
kurang dari jumlah angka yang muncul dipikirannya. Hal ini terjadi
hampir setiap hari. Pasien mengaku tidak pernah merasa cemas
berlebihan terhadap hal lain. Keluhan tiba-tiba terbangun saat tidur dan
terpikir akan angka disangkal. Pasien tidak memiliki penyakit lain
sebelum keluhan muncul.
• Dari autoanamnesis dan alloanamnesis pasien diketahui, sejak 5 tahun
lalu pasien mengeluh sering cemas terutama saat memikirkan angka
yang tiba-tiba muncul dipikirannya, pasien merasa angka tersebut
harus dikaitkan dengan mandi, dan harus mandi sebanyak jumlah
angka yang muncul dipikirannya. Perasaan cemas tersebut timbul
mendadak disertai rasa berdebar-debar, keringat dingin, susah tidur,
mual, nafsu makan menurun, dan susah berkonsentrasi bila pasien
tidak segera mandi sebanyak jumlah angka yang muncul dipikirannya.
Pasien sadar bahwa hal tersebut salah, namun pasien akan tetap
merasakan keluhan-keluhan tersebut jika tidak mandi sejumlah angka
yang dipikirkannya. Pasien tetap merasa bersih jika tidak mandi
sebanyak angka tersebut namun akan tetap merasa cemas jika mandi
kurang dari jumlah angka yang muncul dipikirannya. Hal ini terjadi
hampir setiap hari. Pasien mengaku tidak pernah merasa cemas
berlebihan terhadap hal lain. Keluhan tiba-tiba terbangun saat tidur dan
terpikir akan angka disangkal. Pasien tidak memiliki penyakit lain
sebelum keluhan muncul.
• REVISI
• REVISI
Thank You
Any Question?

Anda mungkin juga menyukai