Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal


manusia. Dan menjadi bagian dari kegiatan pengobatan pasien. Teknik
pengeluaran darah yang pertama dilakukan oleh dokter-dokter Syria dengan
menggunakan lintah. Sebelum dikenal Hippocrates dengan sebutan “Bapak
Ilmu Kedokteran“ (abad 5 SM ) seni pengambilan darah mengalami banyak
perubahan, demikian pula berbagai alat untuk keperluan pengambilan dan
penampungan bahan darah. Lanset untuk pengambilan darah digunakan
pertama kali sebelum abad ke 5 SM dengan tetap mengacu kepada lintah
sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini seorang dokter ( practitioner )
melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa lubang. Menjelang akhir
abad ke 19 barulah teknologi mengambil alih dan memproduksi “ lintah
artificial “. Kini telah dikenal beragam alat pengambilan darah dan mudah
diperoleh di pasaran

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah perkembangan phlebotomy?
2. Apa sajakah aspek hukum dan perundangan yang berhubungan dengan
phlebotomy?
3. Bagaimana gamabaran anatomi fisiologi sistem sirkulasi (kardiovaskuler)?
4. Apa sajakah instrument yang berhubungan dengan phlebotomi ?
5. Bagaimana prosedur phlebotomi yang baik dan benar?
6. Bagaiamana penerapan k3 pada teknik phlebotomi (pre, analitik, post)?
7. Apa saja komplikasi yang dapat terjadi pada proses phlebotomy?
8. Bagaimana prosedur pendokumentasian (pendataan, penanganan,
pengiriman, dan penyimpanan bahan pemeriksaan) pada phlebotomy?

1
9. Apakah fungsi, tugas dan tanggung jawab seorang phlebotomy?
10. Apa saja kompetensi seorang Phlebotomist?
11. Bagaimana cara penjaminan mutu pelayanan Phlebotomi?
C. TUJUAN
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan dan
pengetahuan lebih dalam mengenai.
D. MANFAAT

Manfaat yang dapat diperoleh dengan pembuatan makalah ini adalah


menambah pemahaman dan wawasan penulisan maupun pembaca tentang

2
BAB II
PHLEBOTMI

A. SEJARAH PERKEMBANGAN PHLEBOTOMI


Flebotomi atau dalam bahasa Ingris disebut Phlebotomy berasal dari
kata Yunani phleb dan omia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia
berarti mengiris/ memotong (cutting). Dulu dikenal istilah venasectie ( BLd),
venesection atau venesection I Ing), Flebotomis adalah seorang tenaga medis
yang telah mendapatkan latihan untuk mengeluarkan dan menampung
specimen darah dari pembuluh darah pena, arteri atau kapiler.
Praktek pengeluaran darah (bloodletting) sudah sejak lama dikenal
manusia. Dan menjadi bagian dari kegiatan pengobatan pasien. Teknik
pengeluaran darah yang pertama dilakukan oleh dokter-dokter Syria dengan
menggunakan lintah. Sebelum dikenal Hippocrates dengan sebutan “Bapak
Ilmu Kedokteran“ (abad 5 SM ) seni pengambilan darah mengalami banyak
perubahan, demikian pula berbagai alat untuk keperluan pengambilan dan
penampungan bahan darah. Lanset untuk pengambilan darah digunakan
pertama kali sebelum abad ke 5 SM dengan tetap mengacu kepada lintah
sebagai bentuk dasar. Dengan lanset ini seorang dokter ( practitioner )
melubangi vena, kadang-kadang sampai beberapa lubang. Menjelang akhir
abad ke 19 barulah teknologi mengambil alih dan memproduksi “ lintah
artificial “. Kini telah dikenal beragam alat pengambilan darah dan mudah
diperoleh di pasaran.

B. ASPEK HUKUM DAN PERUNDANGAN PHLEBOTOMI

Legalitas Phlebotomi :

1. Keputusan MENKES No 04 / MENKES / SK / 2002 Tentang


laboratorium kesehatan swasta dituliskan bahwa salah satu tugas dan

3
tanggung jawab perawat yang bekerja di Laboratorium swasta adalah
melakukan tindakan pengambilan specimen.
2. Peraturan MENPAN No 08 Tahun 2006 Tentang Analis kesehatan
pegawai negeri (Pranata Lboratorium) Tugas pelayanan laboratorium
kesehatan di bidang hematologi, kimia klinik, mikrobiologi,
imunoserologi, toxicology, kimia lingkungan dan patologi anatomi.
3. Keputusan Mentri Kesehatan dan Mentri Kesejahteraan Sosial RI N0 141
/ MENKESKESOS / SK/ II/ 2001 Tentang petunjuk teknis pelaksanan
pejabat fungsional pranata laboratorium kesehatan

Point 21 : mempersiapkan pasien, yaitu kegiatan yang dilakukan


sebelum pengambilan specimen, member petunjuk pada
pasien tentang persiapan atau tindakan yang harus
dilakukan sampai dengan mengatur posisi pasien.

Point 22 : mempersiapkan peralatan dan bahan penunjangn untuk


mengambil specimen atau sample di laboratorium yaitu
kegiatan yang dilakukan sebelum mengambil specimen
atau sample di laboratorium

Point 26 : mengambil specimen atau sample dengan tindakan


sederhana yaitu mengambil specimen atau sample dengan
teknik atau prosedur yang mudah serta catat identitas
pasien.

C. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM SIRKULASI (KARDIOVASKULER)


Sistem Kardiovaskuler terdiri dari darah,jantung dan pembuluh darah.
1. Darah
a. Bagian-bagian darah berupa bagian padat dan cair.

4
1) Sel-sel darah (bagian yg padat) : (45%)
a) Eritrosit (sel darah merah), 4-6 juta sel per mm3 darah
b) Leukosit (sel darah putih), 4500-11000 sel per mm3 darah
c) Trombosit (keping darah), 150000-450000 sel per mm3 darah
2) Plasma Darah (bagian yg cair)(55%)
a) Serum
b) Fibrinogen
b. Fungsi Darah
Darah mempunyai fungsi sebagai berikut :
1) Mengedarkan sari makanan ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh
plasma darah
2) Mengangkut sisa oksidasi dari sel tubuh untuk dikeluarkan dari tubuh
yang dilakukan oleh plasma darah, karbon dioksida dikeluarkan
melalui paru-paru, urea dikeluarkan melalui ginjal.
3) Mengedarkan hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar buntu
(endokrin) yang dilakukan oleh plasma darah.
4) Mengangkut oksigen ke seluruh tubuh yang dilakukan oleh sel-sel
darah merah
5) Membunuh kuman yang masuk ke dalam tubuh yang dilakukan oleh
sel darah putih.
6) Menutup luka yang dilakuakn oleh keping-keping darah.
7) Menjaga kestabilan suhu tubuh.
2. Jantung

5
Jantung manusia dan hewan mamalia terbagi menjadi 4 ruangan yaitu:
bilik kanan, bilik kiri, serambi kanan, serambi kiri. Pada dasarnya sistem
transportasi pada manusia dan hewan adalah sama. Jantung terletak di
dalam mediastinum di rongga dada. 2/3 nya terletak di bagian kiri, 1/3 nya
terletak di bagian kanan dari garis tengah tubuh. Berat jantung orang
dewasa laki-laki 300-350gr, berat jantung orang dewasa wanita 250-350 gr.
Panjang jantung 12 cm, lebar 9 cm dan tebal 6 cm atau 4 gr/kg BB dari
berat badan ideal.
Struktur Pericardium dan Lapisan Jantung
a. Epikardium ( lapisan terluar )
b. Myocardium ( lapisan tengah ), jaringan otot jantung yang paling tebal
dari jantung dan berfungsi sebagai pompa jantung dan bersifat
involunter.
c. Endocardium ( lapisan terdalam ), lapisan tipis dari endotelium yang
melapisi lapisan tipis jaringan penghubung yang memberikan suatu
batas yang licin bagi ruang-ruang jantung dan menutupi katup-katup
jantung .Endocardium bersambung dengan endothelial yang melapisi
pembuluh besar jantung
Bagian – bagian jantung
a. Atrium kanan menerima darah dari cava superior,cava inferior dan
sinus koronarius.
b. Ventrikel kanan membentuk hampir sebagian besar permukaan depan
jantung.
c. Atrium kiri membentuk sebagian besar dasar jantung.
d. Ventrikel kiri membentuk apex dari jantung seperti pada ventrikel
kanan mengandung trabecula carneae dan mempunyai chorda tendinea
yang dimana mengikat daun katup bikuspid ke papillary muscle.

6
e. Katup atrioventrikuler, letaknya di antara atrium dan ventrikel. Katup
atrioventrikuler terdiri dari dua katup yaitu biskupid dan trikuspid,dan
ketika katup atrioventrikuler terbuka daun katup terdorong ke ventrikel.
f. Katup Semilunar terdiri dari katup pulmonal dan katup aorta. Katup
pulmonal terletak pada arteri pulmonalis memisahkan pembuluh ini
dari ventrikel kanan. katup aorta terletak antara aorta dan ventrikel kiri.

1. Pembuluh Darah
Ada 3 macam pembuluh darah yaitu: arteri, vena, dan kapiler (yang
merupakan pembuluh darah halus).
a. Pembuluh Nadi
Tempat agak ke dalam, dinding pembuluh tebal, kuat, dan elastis.
Aliran darah berasal dari jantung, denyut terasa katup hanya disatu
tempat dekat jantung. Bila ada luka darah memancar keluar.
b. Pembuluh Vena
Dinding pembuluh tipis, tidak elastis dekat dengan permukaan tubuh
(tipis kebiru-biruan). Aliran darah menuju jantung, denyut tidak terasa,
katup disepanjang pembuluh. Bila ada luka darah tidak memancar.
Sistem peredaran darah tertutup dan peredaran darah ganda
c. Prmbuluh kapiler
Dalam keadaan normal darah ada didalam pembuluh darah, ujung
arteri bersambung dengan kapiler darah dan kapiler darah bertemu

7
dengan vena terkecil (venula) sehingga darah tetap mengalir dalam
pembuluh darah walaupun terjadi pertukaran zat, hal ini disebut sistem
peredaran darah tertutup.
Peredaran darah ganda pada manusia, terdiri peredaran darah
kecil (jantung –paru-paru – kembali ke jantung) dan peredaran darah
besar (jantung – seluruh tubuh dan kembali ke jantung). Peredaran ini
melewati jantung sebanyak 2 kali.
Perbedaan ukuran pembuluh darah
Aorta : Tebal dinding 2 mm, Diameter lumen 2,5 mm, Luas
penampang 4,5 mm
Arteri : Tebal dinding 1 mm, Diameter lumen 0,4 cm, Luas
penampang 20 cm
Arteriol: Tebal dinding 20 mikron, Diameter lumen 30
mikron, Luas penampang 400 cm
Kapiler :Tebal dinding 1 mikron, Diameter lumen 5 mikron, Luas
penampang 4.500 cm
Venul : Tebal dinding 1 mikron, Diameter lumen 20 mikron, Luas
penampang 4000 cm
Vein : Tebal dinding 0,5 mm, Diameter lumen 5 mm, Luas
penampang 40 cm
Vena cava: Tebal dinding 3,5 mm, Diameter lumen 3 cm, Luas
penampang 18 cm
2. Getah Bening
Cairan getah bening terbentuk karena darah keluar melalui
dinding kapiler dan melalui ruang antarsel kemudian masuk ke pembuluh
halus yang dinamakan pembuluh getah bening (limfe).

8
D. INSTRUMENT YANG BERHUBUNGAN DENGAN PHLEBOTOMI
Instrument yang dipergunakan untuk phlebotomy antara lain :
1. Tabung Vakum
a. Tabung dengan Tutup Merah, Digunakan pemeriksaan : Kimia,
Imunologi dan Serologi, Bank Darah (crossmatch).
b. Tabung dengan Tutup Warna Emas, untuk pemeriksaan : Kimia,
Imunologi dan Serologi
c. Tabung dengan Tutup Warna Hijau Terang ,( Plasma Separating Tube
(PST) dengan heparin Lithium) untuk pemeriksaan : Kimia
d. Tabung dengan Tutup Warna Ungu, (EDTA) untuk pemeriksaan :
Hematologi (CBC) dan Bank Darah (crossmatch); requires full draw -
invert 8 times untuk mencegah penggumpalan dan pembekuan darah.
e. Tabung dengan Tutup Warna Biru Terang. ( Natrium sitrat). untuk
pemeriksaan : Tes koagulasi (protime dan waktu protrombin), full
draw required
f. Tabung dengan Tutup Warna Hijau (Sodium heparin atau heparin
lithium)., untuk pemeriksaan : tingkat lithium, menggunakan heparin
natrium, level amonia, menggunakan heparin natrium atau lithium
g. Tabung dengan Tutup Warna Biru Tua. (EDTA), digunakan untuk
pemeriksaan : Test Trace Elemen (seng, tembaga, timah, merkuri) dan
toksikologi
h. Tabung dengan Tutup Warna Gray Terang,( Sodium fluoride dan
kalium oksalat). digunakan untuk pemeriksaan : Glucoses, requires
full draw (may cause hemolysis if short draw)
i. Tabung dengan Tutup Warna Kuning. (ACD (acid-citrate-dextrose)).
digunakan untuk pemeriksaan : HLA tissue typing, paternity testing,
DNA studies
j. Tabung dengan Tutup Warna Kuning – Hitam (Kaldu campuran).
digunakan untuk pemeriksaan : Mikrobiologi - aerob, anaerob, jamur

9
k. Tabung dengan Tutup Warna Hitam. (Natrium sitrat (buffered)).
Digunakan untuk pemeriksaan : Westergren Sedimentation Rate;
requires full draw
l. Tabung dengan Tutup Warna Orange ( Trombin). Digunakan untuk
pemeriksaan : STAT serum kimia
m. Tabung dengan Tutup Warna Coklat Terang Sodium heparin).
Digunakan untuk pemeriksaan : Serum lead determination
n. Tabung dengan Tutup Warna Pink (Kalium EDTA). Digunakan untuk
pemeriksaan : Immunohematology
o. Tabung dengan Tutup Warna Putih (Kalium EDTA). Digunakan untuk
pemeriksaan : Molecular/PCR and bDNA testing
2. Spuit
Spuit digunakan untuk pengambilan darah atau pemberian injeksi
intravena dengan volume tertentu.
3. Tourniquet
Tourniquet digunakan untuk pengebat atau pembendung
pembuluh darah pada organ yang akan dilakukan penusukan plebotomy.
Tujuan pembendungan adalah untuk fiksasi, pengukuhan vena yang akan
diambil. Dan juga untuk menambah tekanan vena yang akan diambil,
sehingga akan mempermudah proses penyedotan darah kedalam spuit.
4. Kapas alkohol
Tujuan penggunaan kapas alkohol adalah untuk menghilangkan
kotoran yang dapat mengganggu pengamatan letak vena sekaligus
mensterilkan area penusukan agar resiko infeksi bisa ditekan.
5. Needle, Wing Needle
Ujung spuit atau jarum yang digunakan untuk pengambilan secara
vakum. Needle ini bersifat non fixed atau mobile sehingga mudah dilepas
dari spuit serta container vacuum.

10
6. Blood Container
Tabung tempat penampungan darah yang tidak bersifat vakum
udara. Ini biasa digunakan untuk pemeriksaan manual,
7. Plester
Digunakan untuk fiksasi akhir penutupan luka bekas plebotomi,
sehingga membantu proses penyembuhan luka dan mencegah adanya
infeksi akibat perlukaan atau trauma akibat penusukan.
8. Lancet
Merupakan jarum kecil disposable yang digunakan untuk
pengambilan darah kapiler dipermukaan kulit atau ujung jari pasien.
E. PROSEDUR PHLEBOTOMI YANG BAIK DAN BENAR
prosedur kerja seorang flebotomy antara lain :
1. Persiapan
Isi Formulir permintaan
a. Nama pasien lengkap
b. Jenis kelamin, Usia
c. Alamat, No telp, No Hp
d. Tanggal / Jam pengambilan
e. Jenis tes
f. Nama pengambil bahan
g. No MR
h. Ruang
Persiapan Punksi
a. Pilih Tabung vacum yang sesuai
b. Beri label pada tabung
c. Persiapkan alat dan bahan sebelum punksi
Prosedur Higiene
a. Cuci Tangan
b. Gunakan sarung Tangan

11
Strategi Komunikasi
a. Mengucapkan salam
b. Melakukan pendekatan secara professional
c. Melakukan wawancara utk konfirmasi data pasien secara singkat dan
lengkap
d. Memberi penjelasan tentang tujuan dan proses pengambilan bahan
pemeriksaan
e. Memberi penyuluhan kesehatan
f. Mengucapkan terimakasih.
2. Persiapan Pasien
Pasien dalam keadaan tenang, rilek dan kooperatif dan motivasi : sakit
sedikit, proses cepat dan diberi penjelasan perlu atau tidak untuk puasa.
3. Posisi Pasien
Pasien duduk atau berbaring dengan nyaman. Pada posisi duduk lengan
diletakkan di atas meja atau tempat tidur, dapat menggunakan bantal untuk
memberikan posisi nyaman. Pada posisi berbaring lengan diulurkan lurus
dari bahu sampai pergelangan tangan. Idealnya posisi pasien saat
pengambilan sampel darah harus dicatat Perbedaan posisi dapat
mempengaruhi hasil.
4. Pemilihan daerah Punksi Vena
a. Vena yang tepat umtuk pengambilan darah : vena mediana cubiti
(terbaik), vena cephalica atau vena basilica (besar, elastis, bentuk
lurus dan rangsang sakit kurang)
5. Pemasangan Touniquet
Torniqut dipasang 2-3 inchi di atas vena yang akan dipungsi (5-10 cm/ 4–
5 jari di atas vena yang akan dipungsi). Pemasangan jangan terlalu
kencang, tidak lebih dari 1 menit dan apabila pungsi vena tertunda,
sebaiknya dilepas terlebih dulu dan dipasang kembali sebelum dilakukan
pungsi

12
6. Desinfeksi daerah Punksi
Menggunakan kapas atau kasa yang mengandung alkohol 70%. Cara
pembersihan harus diperhatikan. Ditunggu sampai alkohol kering
sebelum dilakukan pungsi.
a. Pegang spuit menggunakan tangan kanan
b. Periksa jarum, pegang spuit dengan tangan kanan dan ujung telunjuk
pada pangkal jarum
c. Tegangkan kulit dengan jari telunjuk dan ibu jari kiri di atas pembuluh
darah supaya pembuluh darah tidak bergerak
d. Kedalaman jarum masuk pembuluh darah sekitar 1 – 1,5 cm
e. Tusukkan ujung jarum pada vena yang dikehendaki dengan sudut 15-
30 derajat
f. Bila darah sudah tampak mengalir kedalam spuit, fiksasilah
g. Lepas torniquet segera setelah darah mengalir, lalu isi spuit sejumlah
yang dikehendaki.
h. Letakkan kapas kering pada tempat pungsi, jarum ditarik pelan-pelan.
i. Lepaskan jarum dari sempritnya dan alirkan kedalam tabung yang
tersedia melalui dindingnya
8. Pengambilan Darah Vena menggunakan Vacutainer
a. Pegang jarum pada bagian tutup yang berwarna dengan satu tangan,
kemudian putar dan lepaskan bagian berwarna putih dengan tangan
lainnya
b. Pasangkan jarum pada holder, biarkan tutup yang berwarna tetap pada
jarum
c. posisi pungsi telah siap, lepaskan tutup jarum yang berwarna.
Lakukanlah pungsi vena seperti biasa

13
d. Masukkan tabung ke holder. Tempatkan jari telunjuk dan tengah pada
pinggiran holder dan ibu jari pada dasar tabung mendorong tabung
sampai ujung holder
e. Lepaskan tourniquet saat darah mulai mengalir ke tabung
f. Bila kevakuman habis maka pengaliran darah akan terhenti secara
otomatis
(Ratnaningsih 2009
9. Pasca Phlebotomi
a. Membuang jarum bekas ke dalam disposal container khusus untuk
jarum
b. Memberi label identitas sample pada masing-masing tabung vakum
c. Memperhatikan petunjuk khusus specimen
d. Mengucapkan ucapan terimakasih kepada pasien
e. Melepaskan sarung tangan dan cuci tangan dengan antiseptic
f. Mendistribusikan specimen sesuai dengan pemeriksaan yang akan
dilakukan.

F. K3 PADA TEKNIK PHLEBOTOMI (PRE, ANALITIK, POST)


Tata pelaksanaan keselamatan sangat penting untuk dipelajari. Tujuan
utama tata laksana keselamatan dan keamanan prosedur kerja adalah untuk
pencegahan infeksi terhadap petugas pasien dan pasien. Sangat penting untuk
mengerti bagaimana infeksi dapat terjadi, mencegah penularan dengan cara
melindungi diri dan pasien dari kuman-kuman infeksius. Kewaspadaan
standar termasuk alat pelindung diri merupakan metode pengendalian infeksi
terhadap darah, jaringan serta cairan tubuh lainnya yang berpotensi
menularkan (infeksius) yang meliputi dari:

14
1. Kebersihan tangan.
Pencucian tangan sangat penting dalam pencegahan penyebaran infeksi
yang bertujusn untuk menghilangkan kotoran dari kulit secara mekanis
dan mengurangi jumlah mikroorganisme.
2. Pemakaian alat pelindung diri.
a. Sarung tangan bertujuan untuk melindungi tangan dari kontak dengan
darah.
b. Masker Yang cukup besar untuk menutupi hidung, mulut dan dagu
bertujuan menahan cipratan yang keluar sewaktu berbicara, batuk atau
bersin serta mencegah percikan darah memasuki hidung atau mulut.
c. Penutup kepala mencegah jatuhnya mikroorganisme yang ada pada
rambut dan melindungi alat-alat atau daerah steril dan melindungi
kepala/rambut petugas plebotomi.
d. Jas laboratorium/apron/celemek melindungi dari percikan
dekontaminasi darah. Bila terkena darah harus diganti.
e. Sepatu pelindung/pelindung kaki yaitu untuk melindungi kaki dari
percikan darah atau jatuhnya peralatan yang memungkinkan mengenai
kaki. Tindakan Yang Dilakukan Saat Terjadi Kecelakaan Kerja
Seorang Pengambil Darah Atau Sampel (Plebotomist)
Urutan pemakaian APD yaitu jas lab, masker, kaca mata dan sarung
tangan, sedangkan urutan melepas APD adalah sarung tangan, kaca mata, jas
lab kemudian masker.
Pada tahap pre analitik tata keselamatan kerja saat phlebotomy adalah
menggunakan APD dan mempersiapkan segala seuatu yang dibutuhkan sesuai
dengan tujuan pengambilan sample sehinggan tidak mengganggu kegiatan
analitik, tidak lupa pula memberikan pelabelan pada specimen, memastikan
kosndisi steril pada semua alat atau ruang yang digunakan serta memastikan
specimen layak. Sedangkan pada tahap pasca analitik adalah dengan mencuci
tangan setelah melakukakan sampling, membuang sampah infeksius pada

15
tempat sampah masing-masing, memisahkan antara limbah padat, cair dan
benda tajam, melakukan desinfeksi alat maupun ruangan.
G. KOMPLIKASI PHLEBOTOMI
Komplikasi yang berkenaan dengan tindakan Flebotomi meliputi :
1. Syncope
Syncope adalah keadaan dimana pasien kehilangan kesadarannya
beberapa saat sebagai akibat menurunnya tekanan darah. Gejalanya dapat
berupa rasa pusing, keringat dingin, nadi cepat, pengelihatan kabur,
bahkan bisa sampai muntah.
a. cara mengatasi :
1) Hentikan pengambilan darah
2) Baringkan pasien ditempat tidur, kepala dimiringkan kesalah
satusisi
3) Tungkai bawah ditinggikan ( lebih tinggi dari posisi kepala )
4) Longgarkan baju yang sempit dan ikat pinggange.
5) Minta pasien menarik nafas panjang
6) Pasien yang tidak sempat dibaringkan ,diminta menundukan kepala
diantara kedua kakinya dan menarik nafas panjang.
b. Cara Pencegahan
Pasien diajak bicara supaya perhatiannya dapat dialihkan, Pasien
dianjurkan berbaringpada waktu pengambilan darah, kursi pasien
mempunyai sandaran dan tempat/ sandaran tangan
2. Rasa Nyeri
Nyeri bisa timbul alibat alkosol yang belum keringatau akibat
penarikan jarum yang terlalu kuat.
a. Cara pencegahan
1) Setelah disinfeksi kulit, yakin dulu bahwa alcohol sudah
mongeringsebelum pengambilan darah dilakukan.
2) Penarikan jarum tidak terlalu kuat

16
3) Penjelasan/ Menggambarkan sifat nyeri yang sebenarnya
3. Hematoma
Hematoma dalah terkumpulnya massa darah dalam jaringan (dalam Hal
Flebotomi : jaringan dibawah kulit ) sebagai akibat robeknya pembuluh
darah.
p. Faktor penyebab terletak pada teknik pengambilan darah :
1) Jarum terlalu menungkik sehingga menembus dinding vena
2) Penusukan jarum dangkal sehingga sebagian lubang jarum berada
diluar vena
3) Setelah pengambilan darah, tempat penusukan kurang ditekan atau
kurang lama ditekan.
4) Pada waktu jarum ditarik keluar dari vena, tourniquet (tourniket)
belum dikendurkane. Temapat penusukan jarum terlalu dekat
dengan tempat turniket.
b. Cara mengatasi
Lepaskan turniket dan jarum, tekan tempat penusukan jarum
dengan kain kasa, angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (+- 15
menit), Kalau perlu kompres untukmengurangi rasa nyeri
4. Pendarahan
Pendarahan yang berlebihan terjadi karena terganggunya system kouglasi
darah Perdarahan terjadi karena pasien mengalami pengobatan dengan
obat antikougulan, pasien menderita gangguan pembekuan darah (
trombositopenia,defisiensi factor pembeku darah (misalnya hemofilia ),
Pasien mengidap penyakit hati yang berat ( pembentukanprotrombin,
fibrinogen terganggu )
a. Cara mengatasi
Melepaskan turniket dan jarum, tekan tempat penusukan jarum dengan
kain kasa, angkat lengan pasien lebih tinggi dari kepala (+- 15 menit),
kompres untuk mengurangi rasa nyeri

17
5. Allergi
Alergi bisa terjadi terhadap bahan- bahan yang dipakai dalam flebotom,
misalnya terhadap zat antiseptic/ desinfektan, latex yang adapada sarung
tangan, turniket atau plester. Gejala alergi bisa ringan atau berat, berupa
kemerahan, rhinitis,radang selaput mata,shock. Cara pencegahan dengan
memakai plester atau sarung-tangan yang tidak mengandung latex
6. Trombosis
Trombosis terjadi karena pengambilan darah yang berulang kali
ditempatyang sama sehingga menimbulkan kerusaka dan peradangan
setempat dan berakibat dengan penutupan ( occlusion ) pembuluh darah.
Pencegahan dengan mengi pengambilan hindari pengambilan berulang
ditempat yang sama.
7. Radang Tulang
Penyakit ini sering terjadi pada bayi karena jarak kulit-tulang yang sempit
dan pemakaian lanset yang berukuran panjang. Cara mengatasi dengan
menggunakan lanset yang ukurannya sesuai.
8. Anemia
Pengambilan darah berulang dapat menyebabkan anemia. Selain itu
pengambilan darah kapiler pada bayi terutama yang bertulang
dapatmenyebabkan selulitis, abses, osteomielitis, jaringan parut dan
nodulklasifikasi. Nodul klasifikasi tersebut mula-mula tampak seperti
lekukan
9. Komplikasi neuologis
Komplikasi neurologist bersifat local karena tertusuknyasyaraf dilokasi
penusukan, dan menimbulkan keluhan nyeri atau kesemutan yang
menjalar ke lengan, seperti yang sudah dijelaskansebelumnya. serangan
kejang (seizures) dapat Terjadi. Pencegahan dengan menghentikan
pengambilan darah, baringkan pasien dengan kepala dimiringkan ke satu
sisi, bebaskan jalan nafas, hindari agar lidah tidak tergigit.

18
10. Kegagalan pengambilan darah
Faktor yang dapat menyebabkan antara lain karena jarum kurang dalam.
Jarum terlalu dalam/tembus, lubang jarum menempel didinding pembuluh
darah, vena kolap atau tabung tidak vakum. Vena kolaps dapat terjadi bila
menarik penghisap dengan cepat, menggunakan tabung yangterlalu besar
atau jarum terlalu kecil.
11. Hemokonsentrasi
Hemoknsentrasi terjadi karena pembendungan / pemasangan turniket yang
ketat dan lama ( > 1 menit), atau mengepal telapak tangandengan
pemijatan atau massage. Hal ini akan menyebabkan peningkatankadar
hematokrit dan elemen seluler lainnya, protein total, GTO, lipid total,
kolestrol dan besi (Fe).
12. Hemodilusi
Terjadi karena pengambilan darah dilengan dimana terdapat pemberian
cairan intra vena (infus ). Pengambilan darah di sisi influs harus di hindari
sebisanya, jika tidak memungkinkan, hentikan infuse 3-5menit, ambil
darah dibagian distal tempat infuse dan buang 3-5 cc darahyang pertama
diambil.

H. PENDOKUMENTASIAN (PENDATAAN, PENANGANAN,


PENGIRIMAN, DAN PENYIMPANAN BAHAN PEMERIKSAAN)
Keakuratan hasil pemeriksaan laboratorium dipengaruhi oleh integritas
dari sample, dimana integritas dari suatu sample dipengaruhi dan turut
ditentukan oleh proses dokumentasi, pengumpulan, penanganan, transportasi
dan penyimpanan sample yang baik.
1. Pada phlebotomy dokumentasi sangat penting, dokumentasi pada
phlebotomy berhubungan dengan pengisian formulir laboratorium,
dimana formulir harus terisi informasi secara lengkap, yang meliputi :

19
a. Cara permintaan pemeriksaan laboratorium melalui tertulis/via
telepon harus jelas.
b. Kelengkapan identitas pasien meliputi nama, umur / tanggal lahir,
alamat, nomor rekam medis harus diidentifikasi dengan benar dan
tepat.
c. Kelengkapan identitas pengirim meliputi nama, asal ruangan
d. Informasi khususyang meliputi pasien sedang dalam kondisi puasa
atau tidak, keterangan klinis/diagnosis, obat
e. Jenis pemeriksaan, dugunakan untuk tentukan tipe tabung
f. Sampel harus menunjukan keterangan tanggal dan jam
pengambilan, jenis sampel, lokasi tubuh yang diambil, teknik
pengambilan (vena/kapiler), jenis transportasi, jam pemrosesan,
jam penyimpanan.
g. Nama flebotomis
h. Keterangan saat tindakan flebotomi, adanya kesulitan atau tidak
i. Pelabelan pada tabung : kecocokan dengan identitas pasien

2. Penanganan sample

Penanganan sample pada phlebotomy meliputi :

a. Pelabelan, pelabelan dicocokan dengan identitas pasien dan


dilakukan setelah selesai melakukan phlebotomy.
b. Penolakan sample, sample ditolak apabila :

1) Tidak berlabel
2) Sampel hemolisis/lipemik/ikterik
3) Penggunaan tabung yang salah
4) Salah sampel (tidak sesuai dengan formulir)
5) Volume sampel tidak adekuat

20
6) Stabilitas sampel tidak baik (selisih lama waktu mulai dari
pengambilan sampel dan penerimaan sampel
c. Menganggap seluruh sample sebagai sample infeksius sehingga
perlu untuk menghindari kebocoran container dan kontaminasi
formulir.
d. Jenis permintaan jika “urgent” segera dilakukan penanganan.
e. Penundaan pemeriksaan : perhatikan pemisahan serum/plasma dari
sel dan penyimpanan Perhatikan stabilitas sampel (suhu, lama
penundaan, cahaya)
f. Serum dan plasma segera dipisahkan, Maksimum 2 jam dari jam
pengambilan pada suhu kamar, untuk pemeriksaan Kalium, Asam
Laktat, glukosa

a. Pengiriman sample, Memperhaikan keamanan pengiriman :


packaging
b. Memperhatikan mode pengiriman : hand delivery, kurir (sesuai
IATA), pneumatic tube
c. memperhatikan kebutuhan sampel : suhu pengiriman (dingin/suhu
ruangan), lama pengiriman sampel (cek jam pengambilan dan jam
penerimaan sampel), cahaya
d. Posisi tabung selalu vertikal saat pengiriman
e. Buat kebijakan :

1) Sampel apa yang akan disimpan


2) Tentukan waktu retensi
3) Tentukan lokasi penyimpanan (akses mudah mengambil
sampel)
4) Yakinkan kondisi penyimpanan yang tepat
5) Penomoran box sampel

21
f. Sampel tertunda diperiksa dalam 24 jam(PT) dan 4 jam (aPTT dan
pemeriksaan lain) : plasma dibekukan pada -20 °C (2 minggu) atau
-70 °C (6 bulan)
g. Pencairan sampel beku : suhu 37 °C dan segera periksa. Bila masih
tertunda, simpan pada suhu 4 °C (maksimal 2 jam)
h. Hasil APTT dipengaruhi proses pembekuan

I. FUNGSI, TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB PHLEBOTOMI


1. Fungsi
Fungsi utama seorang phlebotomis adalah untuk mendapatkan
spesimen darah untuk tes diagnostik, baik dengan penusukan vena,
penusukan kulit, atau penusukan arteri. Tiap langkah dalam proses
phlebotomi berpengaruh pada kualitas spesimen dan sangat berperan
dalam mencegah terjadinya kesalahan hasil laboratorium, kecelakaan pada
pasien dan bahkan kematian
2. Tugas
a. Memahami anatomi fisiologi tubuh untuk mengetahui posisi terbaik
pembuluh darah yang akan diambil darahnya
b. Memahami situasi pasien untuk mengorek data secara lengkap dan
berkomunikasi dengan baik sehingga dapat memberikan
imformconsent
c. Memahami teknik komunikasi
d. Memahami peralatan dan teknik pengambilan specimen sehingga
peralatan sesuai dengan pemeriksaan serta dapat menunjukan
pembacaan kode pada pasien
e. Memahami specimen collection dan transport specimen yang meliputi
ukuran needle yang disesuaikan dengan ukuran, transport specimen
yang memperhatikan jarak, waktu distribusi, pengawet dan cara
pendistribusian.

22
f. Memahami proses pengendalian mutu.
3. Tanggung jawab
a. Tanggung Jawab Hukum
Tanggung jawab hukum kepada pasien dapat terjadi sebagai akibat
dari suatu tindakan yang melanggar hukum atau merugikan pasien.
Sifatnya kesengajaan atau kelalaian. Pelanggaran hukum dapat berupa
tindakan tanpa informfed concent, pelanggaran susila, pengingkaran
atas janji atau jaminan, dsb.
b. Tanggung jawab pidana diberikan langsung kepada pelakunya apabila
kompetensi itu telah sah atau terakreditasi, atau menjadi tanggung
jawab pemberi perintah apabila dalam kondisi sebaliknya. Penanggung
jawab dianggap telah lalai memberikan perintah kepada orang untuk
melakukan tindakan di luar kompetensinya, padahal diketahuinya
bahwa kesalahan atau kerugian dapat terjadi karenanya. Tanggung
jawab perdatanya menjadi beban pemberi kerja berdasarkan doktrin
respondeat superior atau Pasal 1367 KUH Perdata.
J. KOMPETENSI PROFESIONAL PHLEBOTOMIST
Profesi kesehatan adalah pekerjaan yang memenuhi kriteria
mempunyai pendidikan formal untuk memperoleh pengetahuan, sikap dan
keterampilan (Kompetensi), diberikan kewenangan untuk melaksanakan
pelayanan kepada klien maupun tenaga kesehatan lain,melaksanakan
pelayanan melalui kode etik dan standar pelayanan yang diakui masyarakat.
Dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan terdapat beberapa
pasal yang menjelaskan kompetensi tenaga kesehatan, diantaranya :
1. Tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum (Pasal 22 : 1)
2. Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan
kesehatan (Pasal 23 : 1)

23
3. Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang
dimiliki (Pasal 23 : 2)
4. Tenaga kesehatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 harus memenuhi
ketentuan, kode etik standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan,
standar pelayanan, dan standar prosedur operasional (Pasal 24 : 1)
5. Ketentuan mengenai kode etik dan standar profesi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur oleh ORGANISASI PROFESI. (Pasal 24 : 2)
Seorang phlebotomist berwenang dalam melakukan phlebotomy oleh
karena telah memperoleh kewenanga, izin dari pemerintah serta legalitasnya
diatur dalam peraturan perundang undangan. Kewenangan hanya diberikan
kepada mereka yang memiliki kemampuan, namun adanya kemampuan tidak
berarti dengan sendirinya memiliki kewenangan.
Seorang phlebotomist berkompeten dalam melakukan phlebotomy
karena telah mendapat pendidikan ataupun pelatihan yang sesuai dengan
profesinya. Kemampuan yang dimiliki seorang tenaga kesehatan berdasarkan
ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sikap profesional untuk menjalankan
praktik dan/atau pekerjaan keprofesiannya (Kemenkes, 2012)
Sertifikat kompetensi merupakan surat tanda pengakuan terhadap
kompetensi seorang analis kesehatan untuk menjalankan indakan plebotomi
setelah lulus uji kompetensi Uji kompetensi dilaksanakan oleh PATELKI cq
Komite Nasional Sertifikasi Profesi Analis Kesehatan.
Standar Profesi analis kesehatan dalam phlebotomy memiliki dasar
hukum Kepmenkes I No : 370/Menkes/SK/III/2007. Standart profesi
merupakan dasar kewenangan bagi seorang tenaga Analis Kesehatan dalam
melaksanakan pekerjaan profesionalnya di Laboratorium Kesehatan dan
merupakan acuan standar kompetensi yang digunakan dalam standar
pendidikan, pelayanan, uji kompetensi.

24
Sedangkan standart kompetensi analis kesehatan untuk melakukan
tugasnya adalah memiliki keterampilan untuk melaksanakan proses teknis
operasional pelayanan laboratorium, yaitu Keterampilan pengambilan
spesimen, termasuk penyiapan pasien, labeling, penanganan, pengawetan,
fiksasi, pemrosesan, penyimpanan dan pengiriman specimen. Memiliki
pengetahuan untuk melaksanakan kebijakan pengendalian mutu dan prosedur
laboratorium Memiliki kewaspadaan terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil uji laboratorium
Standar Pelayanan analis kesehatan berdasarkan pada Permenkes No.
411 Tahun 2010 tentang Laboratorium Klinik – Pasal 17 ayat (2) tenaga analis
kesehatan dan tenaga teknis yang setingkat mempunyai tugas dan tanggung
jawab : Melaksanakan pengambilan dan penanganan bahan pemeriksaan
laboratorium sesuai standar pelayanan dan SOP. Berdasarkan Kep Dirjen
Yanmed Depkes RI No. HK.00.06.3.3.10381 tanggal 3 Desember 1998
tentang Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit – Uraian tugas tenaga
analis kesehatan/medis adalah mengambilan dan penanganan bahan
pemeriksaan laboratorium. Sedangkan berdasarkan Per Menpan No.
Per/08/M.PAN/3/2006 tentang Jabatan Fungsional Pranata Labkes dan Angka
Kreditnya – Bab V Pasal 8 tentang rincian kegiatan dan unsur yang dinilai
sesuai jenjang jabatan yaitu mengambil spesimen/sampel laboratorium.
Untuk pasien di rumah sakit persetujuan tindakan kedokteran
(informed consent ) yang berhubungan dengan flebotomi berupa paket dari
pengisian formulir yang akan ditandatangani antara dokter yang menangani
dengan pihak pasien, saksi keluarga dan saksi dari rumah sakit.
Inform concent adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau
keluarganya atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan
dilakukan terhadap pasien tersebut. Dasar hukum dari inform concent adalah :
(1) Keputusan Menteri Kesehatan No. 585/Menkes/PER/IX/1989 Tentang
Persetujuan Tindakan Medik, (2) UU No. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan,

25
pada Pasal 53 ayat (2) dan penjelasannya, dan (3) PP No. 18 tahun 1981
tentang Bedah Mayat Anatomis serta Transplantasi Alat atau Jaringan Tubuh
Manusia.
Unsur-unsur yang terdapat dalam informed concent meliputi : (1)
etiologi/patogenesis penyakit, berisikan tentang mengapa penyakit itu muncul,
kemungkinan lanjut penyakit itu jika tidak dilakukan perawatan, (2) diagnosis
penyakit, merupakan sebutan nama dari penyakit yang diderita menurut
bahasa kedokteran, (3) rencana perawatan, berisikan penjelasan tentang
jalannya perawatan dan pengobatan yang akan dilakukan, dan (4) risiko,
kemungkinan yang bisa muncul dari upaya perawatan yang dilakukan.
Fungsi dari informed concent adalah : (1) promosi dari hak otonomi
perorangan, (2) proteksi dari pasien dan subyek, (3) mencegah terjadinya
penipuan dan paksaan, (4) menimbulkan rangsangan kepada profesi medis
untuk introspeksi diri, (5) promosi dari keputusan yang rasional, dan (6)
keterlibatan masyarakat dalam memajukan prinsip otonomi sebagai suatu nilai
sosial dan mengadakan pengawasan dalam penyelidikan biomedik.
Hak pasien dalam inform concent : (1) hak untuk memperoleh
informasi mengenai penyakitnya dan tindakan apa yang hendak dilakukan
dokter terhadap dirinya, (2) hak untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan
yang diajukan, (3) hak untuk memilih alternatif lain (jika ada), dan (4) hak
untuk menolak usul tindakan yang hendak dilakukan
Dasar adanya inform concent adalah : (1) hubungan dokter pasien
berdasarkan atas kepercayan, (2) hak pasien untuk menentukan apa yang
dikehendaki terhadap dirinya sendiri, dan (3) adanya hubungan kontrak
terapeutik antara dokter dan pasien.
Isi dari persetujuan tindakan berisi point penting tentang persetujuan
berupa pernyataan.
“Saya sudah mendapat kesempatan untuk bertanya dan saya sudah
mengerti dan puas dengan penjelasan yang diberikan sehungan dengan

26
pernyataan saya, disamping itu jika terjadi kecelakaan seperti tertusuk jarum
atau alat tajam pada petugas medis selama berlangsungnya operasi, saya
memberikan izin untuk mengambil darah pasien untuk tes HIV dan penyakit
lainnya yang penularannya dari darah”.
“Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa saya
setuju untuk operasi atau tindakan medis yang sudah dijalaskan diatas '’
Prinsip etika professional
1. Tanggung jawab, terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap
hasilnya, terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain
atau masyarakat pada umumnya
2. Keadilan, Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja
apa yang menjadi haknya
3. Otonomi, Prinsip ini menuntut agar setiap kaum professional memiliki dan
di beri kebebasan dalam menjalankan profesinya
Standar etik berisikan norma yang :
1. Memekankan kepada tidak membahayakan kepada setiap orang
2. Dilaksanakan sesuai dengan kemampuan teknik dan aturan yang benar
3. Memperhatikan kepada hak-hak pasien seperti kerahasiaan, peivatisasi
informasi tentang tindakan medis yang diterima dan tindakan untuk
menolak pengobatan (Garza, 2002)
Prilaku profesional seorang Analis Kesehatan (Kepmenkes No. 370
Tahun 2007 tentang Standar Profesi) : teliti dan cekatan, jujur dan dapat
dipercaya, rasa tanggungjawab yang tinggi, mampu berkomunikasi secara
efektif, disiplin dan berjiwa melayani Prilaku Profesional (Garza, 2002)
1. Komitmen tinggi pada pelayanan kesehatan
2. Melaksanakan pekerjaan yang benar dan terukur
3. Memiliki dedikasi yang tinggi untuk mencapai kinerja optimal
4. Menjaga kebersihan selama menjalan tugas profesi
5. Bekerja sungguh-sungguh, menyenangkan dan memuaskan

27
Tolak Ukur Kinerja Plebotomis
1. Tingkat kepatuhan terhadap kebijakan/SOP
2. Tingkat kemampuan komunikasi, etika komunikasi, mendengar,
pengendalian intonasi suara, kemarahan pasien, bekerja sama dalam
melakukan komunikasi melalui telepon
3. Tingkat pemenuhan kepuasan pelanggan seperti memperpendek waktu
pelayanan, komplikasi dalam melakukan plebotomi
Tanggung jawab sebagai tenaga professional
1. Pengetahuan tentang terminologi medis atau laboratorium
2. Pengukuran efisiensi dan kualitas jumlah pengambilan darah yang tidak
ada komplikasi pada periode tertentu, jumlah spesimen yang ditolak pada
waktu tertentu, angka kultur darah yang terkontaminasi
Manfaat Penilaian Kompetensi (Garza, 2002)
1. Memberi umpan balik kinerja flebotomis
2. Melakukan identifikasi permasalahan berkaitan dengan kinerja flebotomis
secara dini
3. Mempertahankan konsistensi kinerja flebotomis di laboratorium
4. Mengikutsertakan petugas untuk tetap mematuhi kebijakan dan prosedur
5. Peningkatan kualitas
6. Mengingatkan petugas hal-hal penting yang sudah Terlupakan
Kedudukan phlebotomist dalam pelayanan kesehatan Keterbatasan
tenaga kesehatan
1. kerja lintas sektor dan fungsi efisiensi pelayanan kesehatan Dibentuk
tim kerja misal di ICCU, Pemeriksaan Gas Darah, POCT, Lab sentral, dll
2. Pengaturan kerja (RS) Pasien rawat inap (Perawat) dan pasien rawat
jalan (Analis) SOP
3. Pelatihan lintas sektor dan fungsi Tim yang handal

28
K. MUTU PELAYANAN PHLEBOTOMI
Mutu merupakan suatu pemenuhan persyaratan dengan meminimalkan
kerusakan yang mungkin ditimbulkan atau zero defect. Berkaitan dengan
mutu pelayanan Kesehatan, ada 3 variabel yang dapat digunakan untuk
mengukur mutu yaitu :

1. Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk


melakukan pelayanan laboratorium kesehatan, seperti SDM, dana,
fasilitas, peralatan, bahan, teknologi, organisasi, informasi dan lain-lain.
Pelayanan laboratorium kesehatan yang bermutu memerlukan dukungan
input yang bermutu pula. Hubungan input dengan mutu adalah dalam
perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2. Proses, ialah interaksi professional antara pemberi layanan dengan
konsumen (pasien/ masyarakat). Proses ini merupakan variable penilaian
mutu yang penting.
3. Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan
yang terjadi pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari
konsumen tersebut.
Konsep mutu meliputi :
1. Aspek teknik keilmuan yang mencangkup bagaimana keahlian klinik yang
dimiliki untuk memberikan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan SOP.
2. Aspek interpersonal yang mencangkup bagaimana tenaga kesehataan
dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan dengan kecakapan
berkomunikasi, pelayanan yang nyaman, tepat waktu dan lingkungan yang
aman dan nyaman.
3. Aspek kemanjuran yang mencangkup dampak kondisi perbaikan dari
pelayanan kesehatan yang diberikan.
4. Aspek kelayakan yang mencangkup pelayanan yang tepat terhadap
kondisi dari pasien.

29
5. Aspek fungsi pelayanan yang mencangkup pelayanan yang ditawarkan
untuk memenuhi kebutuhan pasien.
Untuk meningkatkan mutu pelayanan, Salah satu pendekatan mutu
yang digunakan adalah Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Magement,
TQM). TQM adalah Suatu proses dengan tujuan pada perbaikan kualitas yang
terus menerus, bukan hanya pada standart minimal melainkan berfokus pada
perbaikan seluruh proses pelayanan kesehatan (phlebotomy) sehingga pasien
mendapatkan hasil yang terbaik. Payung konsep TQM meliputi penilaian
kualitas, pelaksanaan struktur,proses, hasil dan kepuasan pelanggan.
engurangi pengulangan dan kesalahan prosedur tindakan pelayanan kesehatan.
Komponen TQM :
1. Struktur :
a. Struktur fisik: fasilitas, pengadaan dan ketersediaan barang
b. Struktur personalia : jumlah personal, kualifikasi, ratio dan
ketersediaan direktur/supervisor.
c. Struktur manajemen dan administrasi : SOP tertulis, pencatatan dan
pelaporan, komunikasi dg pimpinan
2. Proses semua tindakan yg dilakukan terhadap pasien/pelanggan, prosedur,
ketrampilan. tanggung jawab.
3. Hasil (Outcome) : hasil dari tindakan yang sudah dikerjakan secara tuntas
terhadap pasien. Contoh Outcome buruk, kematia, kesakitan,
ketidaknyamanan, ketidakpuasan
4. Kepuasan (satisfaction) tingkat kepuasan dapat diketahu dengan
kuesioner dan wawancara

Selain TQM juga Perlu diterapkan Continous Quality improvement


(CQI) yaitu Suatu kerangka kerja teoritis dan komitmen manajemen untuk
memperbaiki struktur, proses, hasil dan kepuasan pelanggan yang dilakukan
secara terus menerus.

30
Penilaian pelayanan Phlebotomy untuk data Continous Quality
improvement (CQI) :

1. Waktu tanggap petugas terhadap pasien rawat inap

2. Waktu tunggu untuk pasien rawat jalan

3. Waktu yg dibutuhkan untuk prosedur phlebotomy

4. Prosentase keberhasilan phlebotomy

5. Jumlah phlebotomy lebih dari 1 tusukan

6. Jumlah dan ukuran hematom

7. Jumlah pasien yang sinkope

8. Jumlah waktu konfirmasi identitas pasien/telephon

9. Jumlah pengambilan darah ulang

10. Jumlah formulir permintaan yang tidak lengkap

11. Jumlah spesimen yg diterima pada tabung yang salah

31
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Flebotomi atau dalam bahasa Ingris disebut Phlebotomy berasal dari kata
Yunani phleb dan omia. Phleb berarti pembuluh darah vena dan tomia berarti
mengiris/ memotong (cutting). Sehingga dapat diartikan pemotongan pembuluh
vena. Dalam melakukan phlebotomis Legalitas phlebotomynya diatur dalam
perundang-undangan. Prosedur phelbotomi harus mempersiapkan tahap pre,
analitik dan post analitik dan dilakukan sesuai SOP. Sehingga dalam melakukan
phlebotomy sesuai dengan tujuan, fungsi serta tanggung jawab professional
phlebotomy. Dalam penjaminan mutu phlebotomy, aspek keprofesionalan,
tanggung jawab, pendokumentasian serta kesesuain dengan prosedur pelayanan
standart mejadi tolok ukur phlebotomy.

B. SARAN
Seorang analis kesehatan kita hendaknya mampu menerapkan
kompetensi standart dan standart professional phlebotomy sehingga dalam
menjalankan tugas sebagai petugas kesehatan dapat memberikan pelayanan
yang bermutu untuk pelanggan.

32

Anda mungkin juga menyukai