Anda di halaman 1dari 14

ATELEKTASIS

M. Harun Iskandar

I. PENDAHULUAN

Istilah atelektasis berasal dari kata Yunani “ateles” dan “ektasis”, yang berarti
ekspansi inkomplit. Atelektasis didefinisikan sebagai kolaps atau berkurangnya volume
yang mempengaruhi semua atau sebagian dari paru-paru. Tiga mekanisme yang
berkontribusi dalam terjadinya atelektasis adalah kompresi jaringan paru-paru, resorpsi
udara alveolar, dan gangguan fungsi surfaktan. Atelektasis berdasarkan penyebabnya
dibagi atas obstruktif dan non-obstruktif.1-3

Atelektasis dapat terjadi pada wanita atau pria dan dapat terjadi pada semua ras.
Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda daripada anak yang lebih tua
dan remaja. Hal ini berkaitan dengan kadar surfaktan. Stenosis dengan obstruksi bronkus
lobar mengakibatkan atelektasis suatu lobus, dan radiograf akan menunjukkan bayangan
homogen dengan tanda kolapsnya lobus. Secara patologik, hampir selalu ada kelainan
lain di samping tidak adanya udara pada lobus dan posisi yang disebabkannya termasuk
pada dinding-dinding alveolar dan bronkhiolar.3

Atelektasis adalah komplikasi paru yang sering terjadi pada pasien yang
menjalani prosedur pembedahan thorax dan upper-abdomen. Anestesi umum dan
manipulasi bedah mengakibatkan atelektasis melalui disfungsi diafragma dan
berkurangnya aktivitas surfaktan.4

Menurut penelitian pada tahun 1994, secara keseluruhan terdapat 74,4 juta
penderita penyakit paru yang mengalami atelektasis. Di Inggris sekitar 2,1 juta penderita
penyakit paru yang mengalami atelektasis yang perlu pengobatan dan pengawasan secara
komprehensif. Di Amerika Serikat diperkirakan 5,5 juta penduduk menderita penyakit
paru yang mengalami atelektasis. Di Jerman 6 juta penduduk. Ini merupakan angka yang
cukup besar yang perlu mendapat perhatian dalam perawatan penyakit paru yang
mengalami atelektasis secara komprehensif. 5

M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018
II. PATOFISIOLOGI

1. Atelektasis Obstruktif

Atelektasis obstruktif adalah jenis paling umum yang merupakan hasil reabsorpsi
gas dari alveoli ketika ada obstruksi antara alveoli dan trakea. Obstruksi dapat terjadi
pada tingkat bronkus yang lebih besar atau yang lebih kecil. Penyebab atelektasis
obstruktif meliputi benda asing, tumor, dan sumbatan lendir.

Tempat di mana atelektasis terjadi dan luasnya atelektasis bergantung pada


beberapa faktor, termasuk ventilasi kolateral yang tersedia dan komposisi gas yang
terinspirasi. Obstruksi bronkus lobaris mengakibatkan atelektasis lobaris, obstruksi
bronkus segmental menghasilkan atelektasis segmental. Pola atelektasis bergantung pada
ventilasi kolateral yang disediakan pori Kohn dan kanal Lambert.4, 6

Setelah obstruksi bronkus, sirkulasi darah menyerap gas di alveoli perifer,


menyebabkan retraksi paru dan tahap hipoaerasi dalam beberapa jam. Pada tahap awal,
darah memperfusi paru yang hipoaerasi, mengakibatkan ketidak-seimbangan ventilasi-
perfusi dan hipoksemia arteri. Pengisian ruang alveolar dengan cairan dan sel dapat
terjadi, mencegah kolaps pada paru yang atelektasis. Jaringan paru-paru sekitar yang tak
terlibat mengalami distensi, mendesak struktur sekitarnya. Jantung dan mediastinum
menuju daerah atelektasis, diafragma terangkat, dan dinding dada menjadi lebih rata.4

Jika obstruksi dihilangkan, komplikasi infeksi pasca-obstruksi reda dan paru-paru


kembali ke keadaan normal. Jika obstruksi persisten dan infeksi berlanjut, fibrosis paru-
paru dapat menjadi bronkiektasis.4

2. Atelektasis Relaksasi

Atelektasis relaksasi atau atelektasis pasif terjadi ketika efusi pleura atau
pneumotoraks meniadakan kontak antara pleura parietal dan pleura viseral. Lobus yang
berbeda juga mendapat pengaruh berbeda, misalnya, lobus tengah dan bawah kolaps
karena adanya efusi pleura, sedangkan lobus atas lebih dipengaruhi oleh pneumotoraks. 4
M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018
Gambar 1. Perbandingan antara alveoli normal dan alveoli pada atelektasis 7

Atelektasis kompresi terjadi akibat adanya lesi yang mendesak rongga thorax,
mengompresi paru-paru dan memaksa udara keluar dari alveoli. Mekanisme ini mirip
dengan atelektasis relaksasi. Pada atelektasis yang diakibatkan efusi pleura yang masif,
bisa ditemukan suara napas bronkhial dan egofoni tepat diatas efusi. 4, 6

Sindrom lobus tengah kanan adalah gangguan berulang atau atelektasis menetap
yang melibatkan lobus tengah kanan dan atau lingula. Hal ini dapat disebabkan kompresi
bronkial ekstraluminal atau obstruksi bronkus intraluminal. Proses inflamasi dan defek
anatomis bronkus dan ventilasi kolateral menyebabkan sindrom lobus tengah non-
obstruktif. 4, 6

Sindrom lobus tengah dilaporkan sebagai manifestasi paru sindrom Sjögren


primer. Biopsi transbronkial yang dilakukan pada pasien menemukan bronchiolitis
limfositik di lobus yang mengalami atelektasis. Atelektasis yang berespon baik terhadap

M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018
pengobatan glukokortikoid, menunjukkan bahwa infiltrat limfositik peribronchiolar
mungkin memainkan peran penting dalam perkembangan sindrom lobus tengah. 4, 8

3. Atelektasis Adhesive

Atelektasis adhesive diakibatkan defisiensi surfaktan. Surfaktan mengurangi


tegangan permukaan alveoli, sehingga mengurangi kecenderungan struktur ini kolaps.
Penurunan produksi atau inaktivasi surfaktan menyebabkan ketidakstabilan alveolar dan
kolaps. Hal ini terutama ditemukan pada sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS).4

Atelektasis adhesive disebabkan oleh kurangnya surfaktan. Fosfolipid surfaktan


memiliki fosfatidilkolin dipalmitoil, yang mencegah kolaps paru dengan mengurangi
tegangan permukaan alveoli. Kurangnya produksi atau inaktivasi surfaktan, yang dapat
terjadi dalam ARDS, pneumonitis radiasi, dan trauma tumpul ke paru-paru, menyebabkan
ketidakstabilan alveolar dan kolaps paru.4

4. Atelektasis Sikatriks

Atelektasis sikatriks merupakan dampak dari penurunan volume sebagai sekuele


berat jaringan parut yang biasanya disebabkan oleh penyakit granulomatosa, necrotizing
pneumonia, tuberkulosis kronis, infeksi jamur, dan fibrosis radiasi.4

III. MANIFESTASI KLINIS

Atelektasis bisa terjadi pasca operasi upper-abdomen dan thorax. Gejala dan
tanda dipengaruhi kecepatan terjadinya oklusi bronkial, luasnya daerah paru-paru yang
terkena, dan ada tidaknya komplikasi infeksi.4

Oklusi bronkial yang cepat dengan kolaps paru yang besar menyebabkan nyeri
pada sisi yang terkena, dyspnea tiba-tiba, dan sianosis. Hipotensi, takikardia, demam, dan
syok juga dapat terjadi.4, 9

Atelektasis yang berkembang perlahan mungkin asimtomatik atau memberikan


gejala minimal. Sindrom lobus tengah sering asimtomatik, meskipun iritasi di tengah
kanan dan lobus kanan bawah bronkus dapat menyebabkan batuk produktif. 4, 9

M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018
Pemeriksaan fisik menunjukkan dullness pada perkusi di atas daerah yang terlibat
dan bunyi nafas yang berkurang. Trakea dan jantung terdeviasi ke arah sisi yang terkena.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium
Atelektasis dengan ukuran yang signifikan mengakibatkan hipoksemia yang diukur
dengan gas darah arteri. Evaluasi gas darah arteri menunjukkan bahwa meskipun
hipoksemia, tingkat PaCO2 biasanya normal atau rendah sebagai hasil dari
peningkatan ventilasi.4

Imaging studies
Foto thorax dan CT scan menunjukkan tanda-tanda langsung dan tidak langsung
kolaps lobar. Tanda-tanda langsung termasuk pergeseran fisura dan opasifitas dari
lobus yang kolaps.4

1. Foto Thorax
Trakea dan jantung bisa ditemukan terdeviasi ke arah sisi paru yang mengalami
kolaps. Diafragma juga tampak mengalami elevasi pada sisi yang sakit. 10

M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018
Gambar 2. Atelektasis komplit paru-paru kiri. Pergeseran mediastinum,
opasifikasi, dan hilangnya volume hemithorax kiri4

Gambar 3. Atelektasis komplit paru-paru kanan6

Gambar 4. Kolaps lobus atas paru-paru kiri6

M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018
Gambar 5. Kolaps lobus atas paru-paru kanan6

2. CT-scan
CT-scan memberikan informasi lebih detil mengenai letak dan luas atelektasis.
CT-scan juga memberikan informasi mengenai penyebab obstruksi seperti tumor
dan pembesaran kelenjar limfe.10

Gambar 6. Kolaps lobus superior paru-paru kanan4

M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018
Gambar 7. Kolaps lobus superior paru-paru kiri.4

Gambar 8. A.Foto Thorax PA memperlihatkan opasifitas bronkhus mengalami


dilatasi pada lobus inferior paru-paru kanan. B. Foto lateral menunjukkan opasifitas
lobus inferior pada hemidiafragma paru kanan. C. CT-scan memberikan gambaran
atelektasis pada lobus medius dan lobus inferior paru-paru kanan.11

M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018
3. Bronkoskopi Fiberoptik
Bronkoskopi dilakukan untuk melihat dimana obstruksi terjadi, dan sekaligus
merupakan terapi untuk menyingkirkan sumbatan mukus atau benda asing lainnya.
Kelemahan bronkoskopi adalah sulit mengevaluasi lesi distal endobronkial yang tak
dapat diakses melalui bronkoskopi. 10

Gambar 9. Bronkoskopi pasien atelektasis causa tuberkulosis endobronkial12

Pada bronkoskopi fiberoptik, bilasan, sikatan, dan biopsi spesimen dari setiap
massa yang menghalangi harus diperiksa untuk mengetahui kemungkinan sumbatan
mukus akibat keganasan atau Aspergillus.4

4. Ultrasonografi (USG)
Ultrasonografi toraks digunakan dalam menilai parenkim paru untuk
mendiagnosis cepat atelektasis di ruang operasi atau ruang perawatan intensif,
tanpa hambatan dalam transportasi pasien dan kurangnya paparan radiasi. 3

M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018
Gambar 10. Atelektasis lobus inferior kiri.13

V. TERAPI
Pengobatan atelektasis tergantung pada etiologi yang mendasari. Target terapi
adalah reexpand jaringan paru yang kolaps.
Untuk atelektasis pasca operasi, pencegahan merupakan pendekatan yang terbaik.
Obat golongan narkotika harus digunakan hati-hati karena mereka menekan refleks
batuk. Terapi dengan antibiotik spektrum luas dimulai jika ditemukan suatu patogen
tertentu yang diisolasi dari sampel dahak atau sekret bronkus.

1. Fisioterapi dada
Dalam kasus atelektasis lobar, fisioterapi dada membantu reexpand paru-paru
yang kolaps. Perkusi di sekitar lobus yang atelektasis 100/min selama empat
menit. Kemudian pasien diminta untuk mengambil napas dalam-dalam dan vibrasi
saat mengembuskan napas. Rangkaian perkusi dan vibrasi auskultasi pada lobus
yang atelektasis kembali memberi suara nafas dalam waktu sekitar 10 menit.4, 14

M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018
2. Bronkodilator
Nebulisasi bronkodilator dapat membantu mencairkan sekret. Efikasinya masih
diperdebatkan. Bronkodilator yang digunakan adalah salbutamol dan formoterol.

3. Deep-breathing exercise
Pasien yang melakukan deep-breathing exercise setelah operasi CABG
menunjukkan jumlah kejadian atelektasis yang lebih kecil. 15

4. Nebulisasi DNase
Atelektasis sering disebabkan sumbatan mukus pada jalan napas. Pada pasien
dengan fibrosis kistik, bronkiektasis, dan bronkiolitis, lendirnya mengandung
DNA ekstraseluler dari leukosit dan sel epitel yang terdegenerasi. DNa
meningkatkan viskositas lender dan daya rekat sekresi paru. Recombinant human
DNase (rhDNase) terbukti efektif untuk membuka jalan napas pada fibrosis kistik.
Pada komplikasi atelektasis yang disertai infeksi, sekret bronkus dan sumbatan
mukus memiliki konsentrasi DNA yang tinggi. RhDNase bisa menjadi pilihan.16

5. Bronkoskopi fiberoptik
Bila nebulisasi tidak berhasil dalam waktu 24 jam atau terjadi atelektasis
berulang, dipertimbangkan bronkoskopi fiberoptik. Hal ini terutama berlaku pada
pasien dengan penyakit neuromuskuler dan kurang mampu untuk batuk. 4, 17
Rerata angka keberhasilan terapi ini mencapai angka 70-85% pada pasien ICU
yang mengalami atelektasis.18

6. PEEP
Pada atelektasis pasif dan adhesiv, tekanan akhir ekspirasi positif (PEEP)
mungkin berguna untuk pengobatan. Tekanan positif dan volume tidal yang lebih
besar sering membantu reexpand segmen paru-paru yang kolaps.4

M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018
7. Surfaktan
Surfaktan eksogen meningkatkan klirens bakteri dari paru. Efek ini membantu
reduksi derajat atelektasis dan mencegah terbentuknya atelektasis baru. Surfaktan
paru, yang ditemukan di rongga alveolar, dapat diberikan melalui prosedur
lavage, menggunakan bronkoskopi.3, 19, 20

8. Terapi Kinetik
Satu modalitas baru yang bisa dilakukan adalah terapi kinetik dengan cara
membolak-balikkan pasien badan pasien secara kontinu secara perlahan dengan
aksis longitudinal 40 derajat setiap sisinya.

Gambar 11. Model Terapi Kinetik21

Pencegahan atelektasis lebih lanjut adalah dengan :


(1) menempatkan pasien dalam posisi sedemikian rupa sehingga bagian tidak
terlibat tergantung untuk mendorong peningkatan drainase daerah yang terkena
(2) memberikan fisioterapi dada yang adekuat, dan
(3) mendorong pasien untuk batuk dan bernapas dalam

M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018
VI. KESIMPULAN

Atelektasis didefinisikan sebagai kolaps atau berkurangnya volume yang


mempengaruhi semua atau sebagian dari paru-paru. Tiga mekanisme yang
berkontribusi dalam terjadinya atelektasis adalah kompresi jaringan paru-paru,
resorpsi udara alveolar, dan gangguan fungsi surfaktan.
Berdasarkan patofisiologinya maka atelektasis dibagi menjadi empat, yaitu
atelektasis obstruktif, atelektasis relaksasi, atelektasis adhesive, dan atelektasis
sikatriks.
Gejala dan tanda dipengaruhi kecepatan terjadinya oklusi bronkial, luasnya daerah
paru-paru yang terkena, dan ada tidaknya komplikasi infeksi. Oklusi bronkial yang
cepat dengan kolaps paru yang besar menyebabkan nyeri pada sisi yang terkena,
dyspnea tiba-tiba, dan sianosis. Atelektasis yang berkembang perlahan mungkin
asimtomatik atau memberikan gejala minimal.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan antara lain foto thoraks, CT-scan,
bronkhoskopi fiberoptik, dan ultrasonografi. Bronkhoskopi fiberoptik juga bisa
menjadi modalitas terapi untuk kasus atelektasis.
Modalitas terapi yang lain adalah fisioterapi dada, nebulisasi bronkhodilator,
deep-breathing exercise, PEEP, pemberian surfaktan dan rhDNase, serta terapi
kinetik.

M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018
DAFTAR PUSTAKA

1. Priftis KΝ, Rubin B. Atelectasis, middle lobe syndrome and plastic bronchitis. Karger. 2010;38
2. Woodring JH, Reed JC. Types and mechanisme of pulmonary atelectasis. Journal of Thoracic
Imaging. 1996
3. Eichenberger A-S, Proietti S, Wicky S, Frascarolo P, Suter M, Spahn DR, Magnusson L. Morbid
obesity and postoperative pulmonary atelectasis : An underestimated problem. Anesth Analg.
2002;95
4. Madappa T, Sharma S. Atelectasis. Medscape. 2012
5. Magnusson L, Spahn DR. New concepts of atelectasis during general anaesthesia. British Journal
of Anaesthesia. 2003
6. Chestnutt MS, Prendergast TJ, Tavan ET. Pulmonary disorders. In: Papadakis ME, McPhee SJ,
eds. Current medical diagnosis & treatment 2013. United States of America: The Mc-Graw Hill
Companies, Inc.; 2013.
7. What is atelectasis? 2012;2013
8. Raoof S, Chowdhrey N, Raoof S, Feuerman M, King A, Sriraman R, Khan FA. Effect of
combined kinetic therapy and percussion therapy on the resolution of atelectasis in critically ill
patients. Chest Journal. 1999
9. AE OD. Bronchiectasis, atelectasis, cysts, and localized lung disorders. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2011.
10. Eldridge L. Atelectasis. Lung Cancer. 2012
11. Lee KS, Logan PM, Pnimack SL, Mullen NL. Combined lobar atelectasis of the right lung:
Imaging findings. ajronline. 1994
12. Rodrigues AJ, Coelho D, Júnior SAD, Jacomelli M, Scordamaglio PR, Figueiredo VR. Ressecção
minimamente invasiva por broncoscopia. J Bras Pneumol. 2011;6
13. Xirouchaki N, Georgopoulos D. The use of lung ultrasound: A brief review for critical care
physicians and pneumonologists. PNEUMON. 2007;20
14. Hammon WE, Martin RJ. Chest physical therapy for acute atelectasis ptjournal. 1981;61
15. Westerdahl E, Lindmark B, Eriksson T, Friberg O, Hedenstierna G, Tenling A. Deep-breathing
exercises reduce atelectasis and improve pulmonary function after coronary artery bypass
surgery. CHEST. 2005;128
16. Hendriks T, Hoog Md, Lequin MH, Devos AS, Merkus PJ. Dnase and atelectasis in non-cystic
fibrosis pediatric patients. Critical Care. 2005
17. Kreider ME, Lipson DA. Bronchoscopy for atelectasis in the icu. CHEST. 2003;124
18. Álvarez-Maldonado P, Redondo CN-P, Casillas-Enríquez JD, Navarro-Reynoso F, Cicero-Sabido
R. Indications and efficacy of fiberoptic bronchoscopy in the icu : Have they changed since its
introduction in clinical practice? Hindawi. 2013;2013
19. M. G. Pulmonary surfactant in health and human lung diseases : State of the art. European
Respiratory Journal. 1999;13:1455-1476
20. Kaam AHv, Lachmann RA, Herting E, Jaegere AD, Iwaarden Fv, Noorduyn LA, Kok JH,
Haitsma JJ, Lachmann B. Reducing atelectasis attenuates bacterial growth and translocation in
experimental pneumonia. Am J Respir Crit Care Med. 2004;169:1046-1053
21. Conrad BP, Rossi Gd, Horodyski MB. Eliminating log rolling as a spine trauma order. Surgical
Neurology International. 2012

M. Harun Iskandar. Bahan Kuliah Sistem Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Negeri Makassar. 2018

Anda mungkin juga menyukai