Anda di halaman 1dari 19

TUGAS REFERAT

ATELEKTASIS

Disusun Oleh:
Vanessa Candri Noviasi
H1A 015 067

Pembimbing:
dr. Dewi Anjarwati, M.Kes., Sp.Rad

DALAM RANGKA KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
2020
BAB I
PENDAHULUAN

Sistem pernapasan adalah salah satu bagian utama yang memiliki peranan penting bagi
kelangsungan hidup setiap individu. Terdapat banyak penyakit yang menyerang alveolus dan
atau interstisial paru, baik lokal maupun difus, yang dapat mengakibatkan gangguan pernafasan.
Atelektasis di definisikan sebagai kolapsnya alveoli dan berkurangnya udara di dalam ruang
intrapulmonal atau kolapsnya semua atau sebagian paru.
Atelektasis tidak mempengaruhi kedua jenis kelamin, dapat terjadi pada pria atau wanita dan
dapat terjadi pada semua ras. Tidak ada peningkatan insiden atelektasis pada pasien dengan
COPD, asma, atau peningkatan usia. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda
daripada anak yang yang lebih tua atau remaja. Lebih sering terjadi pada pasien yang menjalani
anestesi umum, dengan insidensi sebesar 90% populasi. Atelektasis lebih menonjol setelah
operasi jantung dengan bypass cardio-pulmonary daripada setelah jenis operasi lainnya,
termasuk thoracotomies; namun, pasien yang menjalani prosedur abdominal dan/atau toraks
berisiko lebih tinggi mengalami atelektasis.
Stenosis dengan penyumbatan efektif dari suatu bronkus lobar mengakibatkan atelectasis dari
suatu lobus dan radiograf akan menunjukkan suatu bayangan yang homogen dengan tanda
pengempisan lobus. Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan khusus lainnya seperti bronkoskopi
dan bronkografi, dapat menentukan atau menegakkan diagnosis dari atelektasis..

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Atelektasis pertama kali di jelaskan oleh Laennec pada tahun 1819. Atelektasis berasal dari
kata ateles yang berarti “tidak sempurna” dan ektasis yang berarti “ekspansi”. Secara
keseluruhan atelektasis mempunyai arti ekspansi yang tidak sempurna. Atelektasis di definisikan
sebagai kolapsnya alveoli dan berkurangnya udara di dalam ruang intrapulmonal atau kolapsnya
semua atau sebagian paru (Lone, 2018).
Atelektasis merupakan penyakit restriktif akut, akibat kolapsnya jaringan paru yang tadinya
sudah berkembang, atau pengembangan paru yang tidak sempurna saat lahir (Tambayong, 2000).
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran
udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal (Price and
Wilson, 2006).
2.2 Epidemiologi
Atelektasis tidak mempengaruhi kedua jenis kelamin, dapat terjadi pada pria atau wanita dan
dapat terjadi pada semua ras. Tidak ada peningkatan insiden atelektasis pada pasien dengan
COPD, asma, atau peningkatan usia. Atelektasis lebih sering terjadi pada anak yang lebih muda
daripada anak yang yang lebih tua atau remaja. Lebih sering terjadi pada pasien yang menjalani
anestesi umum, dengan insidensi sebesar 90% populasi. Atelektasis lebih menonjol setelah
operasi jantung dengan bypass cardio-pulmonary daripada setelah jenis operasi lainnya,
termasuk thoracotomies; namun, pasien yang menjalani prosedur abdominal dan/atau toraks
berisiko lebih tinggi mengalami atelektasis (Grott and Dunlap, 2020).
2.3 Faktor Risiko
Keadaan yang berisiko tinggi menyebabkan atelektasis adalah (Price and Wilson, 2006) :
1. Fraksi O2 inspirasi (FiO2) yang tinggi dan memanjang (40-50%) nitrogen terbilas keluar,
O2 direabsorbsi, dan alveoli menjadi kolaps.
2. Keadaan yang berkaitan dengan tertahannya sekresi, seperti bronchitis, pneumonia, atau
keadaan pasca operasi (terutama setelah bedah thoraks atau abdomen).
3. Keadaan koma
4. Ditambah dengan napas dangkal, nyeri, sedasi, dan depresi refleks batuk

3
2.4 Klasifikasi
Atelektasis adalah tanda radiopatologis yang dapat diklasifikasikan dalam banyak cara.
Tujuan dari setiap pendekatan klasifikasi adalah untuk membantu mengidentifikasi kemungkinan
penyebab yang mendasarinya bersama dengan temuan radiologis dan klinis lainnya. Atelektasis
dapat dikategorikan berdasarkan mekanisme yang mendasarinya, sebagai berikut:
 Atelektasis resorptif (obstruktif)
 Terjadi sebagai akibat dari obstruksi total jalan napas
 Tidak ada udara baru yang dapat memasuki bagian paru-paru distal ke obstruksi dan
setiap udara yang sudah ada pada akhirnya diserap ke dalam sistem kapiler paru,
meninggalkan bagian kolaps paru yang terkena.
 Karena pleura visceral dan parietal tidak terpisah pada atelektasis resorptif, traksi
dibuat, dan jika kehilangan volume cukup besar, struktur toraks seluler dapat ditarik
ke arah sisi kehilangan volume ("pergeseran mediastinum").
 Penyebab potensial atelektasis resorptif termasuk obstruksi neoplasma, lendir yang
tersumbat pada penderita asma atau pasien yang kritis dan aspirasi benda asing.
 Atelektasis resorptif dari seluruh paru-paru ("paru-paru yang kolaps") dapat terjadi
akibat obstruksi total bronkus utama kanan atau kiri
 Atelektasis pasif (relaksasi)
 Terjadi ketika kontak antara pleura parietal dan visceral terganggu
 Tiga etiologi spesifik yang paling umum dari atelektasis pasif adalah efusi pleura,
pneumotoraks dan kelainan diafragma
 Atelektasis kompresif
 Terjadi sebagai akibat dari lesi yang menempati ruang toraks menekan paru-paru dan
memaksa udara keluar dari alveolus.
 Atelektasis cicatrisation
 Terjadi sebagai akibat dari jaringan parut atau fibrosis yang mengurangi ekspansi
paru-paru
 Etiologi yang umum termasuk penyakit granulomatosa, pneumonia nekrotikans dan
fibrosis radiasi
 Adhesive Atelectasis
 Terjadi karena defisiensi surfaktan

4
 Tergantung pada etiologi, defisiensi ini dapat menyebar ke seluruh paru-paru atau
terlokalisasi
 Gravity dependent atelectasis (dependent atelectasis)
 Bagian-bagian paru-paru yang paling tergantung karena berat paru-paru
 Atelektasis paru yang berdekatan yang diinduksi osteofit dan fibrosis
Atelektasis juga dapat dikategorikan berdasarkan morfologi:
 Atelektasis linear : derajat kerusakan minimal seperti yang terlihat pada pasien yang tidak
mengambil napas dalam-dalam ("splinting"), seperti pasien pasca operasi atau pasien
dengan fraktur tulang rusuk atau nyeri dada pleuritik.
 Round atelektasis: berhubungan secara klasik dengan paparan asbestos
Klasifikasi secara anatomis:
 Atelektasis paru: kolaps total satu paru
 Atelektasis lobar: kolapsnya satu atau lebih lobus paru-paru.
 Atelektasis segmental: kolapsnya satu atau lebih segmen paru
 Atelektasis subsegmental
2.5 Etiologi dan Patofisiologi
Terdapat dua penyebab utama kolaps menurut Price and Wilson (2006) yaitu:
 Atelektasis absorbsi sekunder dari obstruksi bronkus atau bronkiolus
Pada atelektasis obsorbsi, obstruksi saluran nafas menghambat masuknya udara kedalam
alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan. Udara yang sudah terdapat dalam
alveolus tersebut diabsorbsi sedikit demi sedikit ke dalam aliran darah dan alveolus
kolaps.untuk mengembangkan alveolus yang kolaps total diperlukan tekanan udara yang
lebih besar, seperti halnya seseorang harus meniup balon lebih keras pada waktu mulai
mengembangkan balon. Atelektasis absorbsi dapat disebabkan oleh obstruksi bronkus
intrinsic atau ekstrinsik. Obstruksi bronkus intrinsic paling sering disebabkan oleh sekret
atau eksudat yang tertahan. Tekanan ekstrinsik pada bronkus biasanya disebabkan oleh
neoplasma, pembesaran kelenjar getah bening, aneurisma atau jaringan parut.
 Atelektasis yang disebabkan oleh penekanan
Atelektasis tekanan diakibatkan oleh tekanan ekstrinsik pada semua bagian paru atau
bagian dari paru, sehingga mendorong udara keluar dan mengakibatkan kolaps. Sebab-

5
sebab paling sering adalah efusi pleura, pneumothoraks, atau peregangan abdominal yang
mendorong diafragma ke atas.
Atelektasis tekanan lebih jarang terjadi dibandingkan dengan atelektasis absorbsi.
Hilangnya surfaktan dari rongga udara terminal menyebabkan kegagalan paru untuk
mengembang secara menyeluruh dan disebut sebagai mikroatelektasis. Hilangnya surfaktan
merupakan keadaan yang penting baik pada sindrom distress pernapasan akut (ARDS)
(dewasa) maupun pada bayi.

Penyebab atelektasis yang paling sering menurut Guyton (2014) adalah:


1. Obstruksi total saluran nafas
Obstruksi saluran nafas jenis atelectasis biasanya merupakan akibat dari (1) sumbatan
banyak bronki kecil oleh mucus atau (2) sumbatan bronkus besar oleh gumpalan mucus
yang besar atau benda padat seperti tumor. Udara yang terperangkap di belakang
sumbatan diserap dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam oleh darah yang
mengalir dalam kapiler paru. Jika jaringan paru cukup lentur, alveoli akan menjadi
kolaps. tetapi jika paru bersifat kaku akibat jaringan fibrotic dan tidak dapat kolaps, maka
absorbsi udara dari alveoli menimbulkan tekanan negatif yang hebat dalam alveoli dan
menarik cairan keluar dari kapiler paru masuk ke dalam alveoli, dengan demikian
menyebabkan alveoli terisi penuh dengan cairan edema. Hal ini merupakan efek yang
hampir selalu terjadi bila seluruh paru mengalami atelectasis, suatu keadaan yang disebut
kolaps masif paru.
Kolaps jaringan paru tidak hanya menyumbat alveoli tapi hampir selalu juga
meningkatkan tekanan aliran darah melalui pembuluh darah paru yang kolaps.
peningkatan tahanan ini sebagian terjadi karena kolaps paru itu sendiri, yang menekan
dan melipat pembuluh darah seiring dengan berkurangnya volume paru. Selain itu,
hipoksia pada alveoli yang kolaps menyebabkan vasokonstriksi bertambah.
Akibat konstriksi pembuluh darah, maka aliran darah yang melalui paru atelectasis
sangat menurun. Untungnya, sebagian besar darah mengalir melalui paru yang
terventilasi sehingga terjadi aerasi dengan baik. Lima perenam darah mengalir melalui
paru yang teraerasi dan hanya seperenam yang melalui paru yang tidak teraerasi. Sebagai
akibatnya. Rasio ventilasi–perfusi secara keseluruhan hanya sedikit terganggu, sehingga

6
darah aorta hanya mengalami desaturasi oksigen ringan walaupun terjadi kehilangan
ventilasi total pada seluruh paru.
2. Kekurangan surfaktan sebagai penyebab kolaps paru
Zat surfaktan disekresikan oleh sel-sel epitel alveolus spesifik ke dalam cairan yang
melapisi permukaan bagian dalam alveoli. Zat ini menurunkan tegangan permukaan pada
alveoli dua sampai sepuluh kali lipat, yang memegang peranan penting dalam mencegah
kolapsnya alveolus. Tetapi, pada berbagai keadaan seperti penyakit membrane hialin
(juga disebut sindrom gawat nafas), sering terjadi pada bayi-bayi premature baru lahir,
jumlah surfaktan yang disekresikan alveoli sangat kurang. Akibatnya, tegangan
permukaan cairan alveolus menjadi beberapa kali lipat lebih tinggi dari normal sehingga
menyebabkan paru bayi cenderung kolaps, atau terisi cairan .
2.6 Manifestasi Klinis
Biasanya, atelektasis tidak menunjukkan gejala. Namun, seorang pasien mungkin juga
menimbulkan suara napas yang berkurang atau tidak ada, crackles, batuk, produksi dahak,
dispnea, takipnea, dan / atau ekspansi dada berkurang (Grott and Dunlap, 2020).
Gejala klinis sangat bervariasi, tergantung pada sebab dan luas atelektasis. Pada umumnya
atelektasis yang terjadi pada penyakit tuberkolosis, limfoma, neoplasma, asma dan penyakit yang
disebabkan oleh infeksi misalnya bronchitis, bronkopneumonia dan lain-lain jarang
menimbulkan gejala klinis yang jelas, kecuali bila terjadi obstuksi pada bronkus utama.
Jika daerah atelektasis itu luas dan terjadi dengan cepat, akan terjadi dispnu dengan pola
pernafasan yang cepat dan dangkal , takikardi dan sering terjadi sianosis. Pada perkusi redup dan
mungkin pula normal bila terjadi emfisema kompensasi. Pada atelectasis yang luas atau
atelektasis yang melibatkan lebih dari 1 lobus , bising nafas akan melemah atau sama sekali tidak
terdengar. Biasanya dapat terjadi adanya perbedaan gerak dinding toraks, gerak sela iga dan
diafragma. Pada perkusi mungkin batas jantung dan mediastinum akan bergeser, letak diafragma
mungkin meninggi.
Pada anak yang sehat tapi tiba-tiba menderita sesak nafas disertai sianosis, kita harus
waspada terhadap terjadinya atelektasis yang luas atau masif yang disebabkan oleh penyumbatan
salah satu bronkus utama oleh benda asing. Atelektasis dapat terjadi secara perlahan dan hanya
menyebabkan sesak nafasyang ringan. Gejalanya bisa berupa, gangguan pernafasan, nyeri dada,
dan batuk. Jika disertak infeksi bisa terjadi demam dan peningkatan denyut jantung.

7
2.7 Diagnosis
Diagnosis atelektasis ditegakkan berdasarkan gejala dan tanda yang didapatkan, serta
pemeriksaan radiografi . Foto radiografi dada digunakan untuk konfirmasi diagnosis. CT scan
digunakan untuk memperlihatkan lokasi obstruksi. Foto radigrafi dada dilakukan dengan
menggunakan proyeksi anterior-posterior dan lateral untuk mengetahui lokasi dan distribusi
atelektasis. Sebagai dasar gambaran radiologi pada atelektasis adalah pengurangan volume paru
baik lobaris,segmental, atau seluruh paru, yang akibat berkurangnya aerasi sehingga memberi
bayangan yang lebih suram (densitas tinggi) dan pergeseran fissura interlobaris. Tanda-tanda
tidak langsung dari atelektasis adalah sebagian besar dari upaya kompensasi pengurangan
volume paru, yaitu : penarikan mediastinum kearah atelektasis, elevasi hemidiafragma,sela iga
menyempit, pergeseran hilus. Adanya "Siluet" merupakan tanda memungkinkan adanya lobus
atau segmen dari paru-paru yang terlibat.
Sebagai dasar gambaran radiologis pada atelektasis adalah pengurangan volume bagian paru
baik lobaris segmental atau seluruh paru, dengan akibat kurangnya aerasi sehingga memberi
bayangan lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum kearah atelectasis,
sedangkan diafragma tertarik ke atas dan sela iga menyempit.
Dengan adanya atelektasis maka bagian paru sekitarnya mengalami suatu emfisema
kompensasi yang kadang-kadang begitu hebatnya sehingga terjadi herniasi hemithoraks yang
sehat kearag hemithoraks yang atelektasis.
Complete atelektasis dari keseluruhan paru adalah saat (1) paru kolaps secara keseluruhan,
ditunjukkan dengan bentukan opak pada seluruh hemithoraks dan pergeseran ipsilateral
mediastinum, (2) pergerseran mediastinum membedakan atelectasis dengan efusi pleura masif.

Gambar 1. Foto Thorax PA : Atelektasis komplit pada paru sinistra. Pergeseran mediastinum,
opasifikasi dan berkurangnya volum pada hemithoraks sinistra

8
Gambar 2. Foto Thorax PA : Atelektasis komplit pada paru dextra

Pada kolaps lobus superior dextra, akan terjadi pergeseran ke arah medial dan superior,
menyebabkan elevasi hilum kanan dan fisura minor. Terkadang lobus superior dextra kolaps ke
lateral, membentuk bagian opak menyerupai massa yang mungkin akan terlihat seperti efusi
pleura terlokalisir. Fisura minor pada kolaps lobus superior dextra biasanya berbentuk konveks
kea rah superior, tetapi mungkin juga dapat muncul sebagai bentukan konkaf karena adanya
suatu massa. Hal ini dikenal dengan tanda “Golden S”. puncak pleura diafragmatika
justaprenikus merupakan tanda lainnya, yang dapat membantu menegakkan diagnosis atelektasis
lobus superior dextra. Setelah CT scan, kolaps lobus superior dextra muncul berbentuk konkav
dibagian lateral. Berikut ini gambaran radiologinya :

Gambar 3. Atelektasis (Kolaps lobus superior dextra dan konsolidasi)

9
(Frontal) (Lateral)
Gambar 4. Kolaps lobus kanan atas karena obstruksi kanker paru-paru

Gambar 5. Atelektasis pada lobus paru bagian kanan atas. Tampak elevasi dari fissura horizontal
dan deviasi trakea ke arah kanan.

10
(Frontal) (Lateral)
Gambar 6. X-Ray Golden S-sign

Pada kolaps lobus superior sinistra, lobus yang mengalami atelektasis akan bergeser ke
anterior dan posterior. Setengah dari kasus yang ada, hiperexpanded segmen superior dari lobus
inferior sinistra terletak antara lobus diatas bagian yang mengalami atelectasis dengan arkus
aorta. Hal ini memberikan penampakan lateral, fisura mayor bergeser ke anterior dan
hiperexpended lobus superior dextra mungkin mengalami herniasi melewati garis tengah. Pada
penampakan PA, atelektasis lobus superior sinistra membentuk opasitas tipis pada hemithoraks
superior sinistra, menyebabkan obliterasi batas kiri jantung. Pada CT scan tampak daerah inferior
dari lobus yang mengalami kolaps dan pergeseran lobus superior dextra melewati garis tengah.

Gambar 7. Atelektasis (Kolaps lobus superior sinistra menunjukkan gambaran opak yang
berlanjut hingga ke aortic knob, hemithoraks sinistra yang lebih kecil dan pergeseran
mediastinum)

11
Gambar 8. Atelektasis (lobus superior sinistra kolaps ke arah posterior pada foto lateral x-ray
thoraks)

Gambar 9. Atelektasis (lobus superior sinistra kolaps. Tampak gambaran luft sichel sign)

Kolaps lobus medial dextra mengaburkan batas kanan jantung pada foto posteroanterior
(PA). Terkadang, dapat ditemukan adanya opasitas triangular. Kenampakan lateral menunjukkan
opasitas triangular tampak di atas jantung karena fisura mayor bergeser ke atas dan fisura minor
bergeser ke bawah. Setelah CT Scan, atelektasis lobus medial dextra tampak sebagai opasitas
triangular terhadap perbatasan jantung kanan dengan puncak mengarah ke lateral, dan hal ini
dinyatakan sebagai “tilted ice cream cone sign”

12
Gambar 10. Atelektasis (Foto x-ray thorax lateral yang menegaskan diagnosa kolaps lobus
medial dextra. Fisura minor bergeser ke atas, menimbulkan opasitas wedge-shaped)

Gambar 11. Atelektasis pada lobus paru bagian medial dextra. Pada foto dada lateral tampak
gambaran opak berbentuk segitiga pada bagian hilus.

Pada kolaps lobus inferior dextra, kolaps tersebut akan bergeser ke posterior dan inferior.
Mungkin akan tampak opasitas triangular yang menutupi arteri pulmonary lobus inferior dextra.
Fusira mayor, yang normalnya tidak tampak akan terlihat pada kolaps lobus inferior dextra.
Struktur mediastinum superior akan bergeser ke kanan, menyebabkan tanda triangular superior.
Kolaps lobus inferior dextra mengaburkan sepertiga posterior dari hemidiafragma dextra. Pada

13
CT scan, tampak adanya kenampakan menyerupai massa paraspinal. Seiring dengan terjadinya
atelektasis lobus medial dextra dan lobus inferior dextra, mungkin akan muncul peningkatan
hemidiafragma dextra atau efusi subpulmo.

Gambar 12. Atelektasis (kolaps lobus inferior dextra)

Gambar 13. Atelektasis (kolaps lobus inferior dextra dan lobus medial dextra, paru kiri terlalu
meregang)

Gambar 14. Atelektasis pada lobus paru bagian bawah dextra. Tampak siluet pada bagian
hemidiafragma dextra dengan densitas triangular posteromedial

14
Pada kolapsnya lobus inferior sinistra, terjadi peningkatan siluet opasitas retrokardiak arteri
pulmonalis lobus inferior sinistra dan hemidiafragma sinistra pada penampakan depan. Hilu,
bergeser ke bawah, dan rotasi jantung menimbulkan pendataran basis jantung, yang diketahui
dengan flat-waist-sign. Mediastinum superior mungkin bergeser dan menimbulkan obliterasi
arkus aorta, bagian atas dari aortic-knob sign. Pada foto radiografi lateral, opasitas membentuk
sepertiga posterior dari diafragma sinistra tampak kabur. Pada CT scan tampak atelektasis lobus
inferior sinistra pada lokasi inferior posterior.

Gambar 15. Atelektasis (hilangnya volume pada sisi kiri; peningkatan dan siluet pada diafragma
kiri; dan gambaran opak dibelakang jantung disebut dengan sail sign)

Gambar 16. Atelektasis (kolaps lobus inferior sinistra)


15
Gambar 17. Atelektasis pada lobus kiri bawah. Panah biru menunjukkan tepi daerah segitiga
menunjukkan kepadatan yang meningkat pada sulkus cardiophrenikus kiri. Panah merah pada
CT Scan aksial menunjukkan atelectasis pada lobus kiri bawah dibatasi oleh celah besar.

Tabel 1. Atelektasis : distribusi dan temuan radiografi

(McLoud, 2010)
2.8 Tatalaksana
Terapi atelectasis diarahkan ke ekspansi paru, yang biasanya menyebabkan pemulihan cepat
gejala ini, dapat dicapai dengan ambulasi dini pasca bedah. Berjalan tidak hanya memungkinkan
penyimpangan diafragma yang lebih penuh, sehingga ekspansi paru yang lebih baik daripada
yang dapat dicapai dalam posisi berbaring; ia juga meningkatkan FRC (fungsional residual

16
capacity) yang dengan sendirinya mengurangi atelektasis. Pada pasien yang tidak ambulans,
sangat penting bahwa reekspansi paru dapat juga diinduksi oleg penggunaan pernafasan gerak
badan dan batuk. Spirometer atau botol peniup, telah digunakan tetapi masih kontroversi.
Penggunaan alat pernafasan tekanan positif intermiten (IPPB) untuk terapi atelectasis tidak
direkomendasikan, karena belum ada bukti penggunaannya.
Hal penting dalam terapi adalah dengan memperbaiki mekanik pernafasan dalam terapi
atelectasis yaitu pengawasan analgesia yang tepat. Harus diingat bahwa pasien tidak menjadi
adiksi terhadap narkotika dengan menggunakan obat ini selama beberapa hari, tetapi ia dapat
mengembangkan morbiditas yang bermakna. Atelectasis yang progresif dan disertai dengan
dispneu atau demam tinggi bisa karena sumbatan mucus yang besar.
Terapi bisa dimulai dengan fisioterapi thorax agresif, tetapi mungkin memerlukan
bronkoskopi untuk melepaskan sumbatan ini dan reekspansi segmen paru yang kolaps . demam
>38,5 C yang tidak mudah hilang dengan tindakan yang disebutkan sebelumnya dalam pasien
takipneu atau dispneu tidak boleh dihubungkan ke atelectasis sederhana (Sabiston. 1995).
2.9 Komplikasi
Atelektasis adalah salah satu komplikasi pernapasan yang paling umum pada periode
perioperatif, dan dapat berkontribusi pada morbiditas dan mortalitas yang signifikan, termasuk
perkembangan pneumonia dan kegagalan pernapasan akut (Grott and Dunlap, 2020).
2.10 Prognosis
Untuk pasien dengan atelektasis, prognosis sangat bervariasi, dan penentuan utama adalah
etiologi yang mendasari dan komorbiditas pasien (Grott and Dunlap, 2020).
2.11 Pencegahan
Tindakan untuk mencegah atelectasis adalah nafas dalam dan batuk, ambulasi, spirometri
insentif, sering merubah posisi pasien yang dirawat di tempat tidur, pemberian cairan yang cukup
untuk meningkatkan mobilisasi sekresi, dan edukasi pasien untuk meningkatkan kerja sama
(Price and Wilson, 2006).

17
BAB III
KESIMPULAN

Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan


saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau akibat pernafasan yang sangat dangkal.
Atelektasis tidak mempengaruhi kedua jenis kelamin, dapat terjadi pada pria atau wanita dan
dapat terjadi pada semua ras. Atelectasis paru dapat dibagi menjadi lima tipe, berdasarkan
mekanismenya, yaitu : reseptif, adesif, kompresif, sikatrisasi, dan gravitasi. Terdapat dua
penyebab utama kolaps yaitu Atelektasis absorbsi sekunder dari obstruksi bronkus atau
bronkiolus dan Atelektasis yang disebabkan oleh penekanan serta kekurangan surfaktan dapat
sebagai penyebab kolaps paru. Gejala klinis yang mungkin muncul pada pasien dengan
atelectasis bergantung dari sebab dan luasnya atelectasis. Gejala yang mungkin timbul adalah
dispneu dengan pola pernafasan yang cepat dan dangkal, takikardia dan sering sianosis,
temperature yang tinggi dan jika berlanjut dapat menyebabkan penurunan kesadaran atau syok.
Sebagian dasar gambaran radiologis pada atelectasis adalah pengurangan volume bagian
paru baik lobaris, segmental atau seluruh paru, dengan akibat kurangnya aerasi sehingga
memberi bayangan yang lebih suram (densitas tinggi) dengan penarikan mediastinum kea rah
atelectasis, sedangkan diafragma tertarik ke arah atas dan sela iga menyempit.

18
DAFTAR PUSTAKA

Grott, K., and Dunlap, J.D. 2020. Atelectasis. StatPearls. Available at :


<https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545316/>
Lone, N.A., et al. 2018. Pulmonary Atelectasis. Medscape. Available at :
<https://emedicine.medscape.com/article/1001160-overview>
Price, S.A., and Wilson, L.M. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi
6. Jakarta: EGC
Guyton, A. C., Hall, J. E. 2014. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta : EGC, Hall:
555-556
Tambayong, J. 2000. Patofisiologi. Jakarta: EGC
Sabiston, D.C. 1995. Buku Ajar Bedah Bagian I. Jakarta: EGC hall 262
Malueka, G.R. 2006. Radiologi Diagnostik. Pustaka Cendikia Press : Yogyakarta
Michaek, C.Y.M. 2004. Basic Radiology. McGraw-Hill Companies: United States
Murphy, A., et al. 2020. Lung Atelectasis. Radiopedia. Available at
<https://radiopaedia.org/articles/lung-atelectasis>
McLoud, T.C., and Boiselle P. 2010. Thoracic Radiology 2nd ed. Mosby Elsevier

19

Anda mungkin juga menyukai