Anda di halaman 1dari 2

Dari benci menjadi cinta

Judul : Gara-Gara Benci


Pengarang : Yurita Sari
Penerbit : Media Pressindo
Tahun Terbit : 2012
Tebal : IV+168 halaman

Yurita Sari merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Saat ini beliau tercatat sebagai
mahasiswi sastra Inggris di kampus swasta Jogja. Menulis sudah jadi hobi-nya sejak dia
duduk di bangku SMP. Novel yang berjudul “Gara-gara Benci” merupakan novel pertamanya
yang diterbitkan oleh Media Pressindo.

Di bab pertama sampai bab kedua menceritakan tentang Ristha dan Dion yang disuruh
duduk sebangku oleh Wali Kelas. Rasanya duduk sebangku dengan musuh bebuyutan itu
kayak marathon dikejar sama anjing pittbull, atau seperti Israel dan Palestine. Intinya sangat-
sangat menyiksa deh. Mereka tidak pernah akur, selalu saja ada keributan yang mengisi hari-
hari mereka. Sejak pelajaran pertama dimulai hingga bel pulang terdengar, genderang terus
ditabuh bagai perang dunia. Bagi mereka, hidup tanpa keributan itu bagai sayur tanpa garam.

Di bab ketiga, mereka dihadapkan pada situasi yang mengharuskan keduanya untuk
kompak serta menjadi tim yang solid demi tugas kelompok Biologi. Saat itu Dion memaksa
Ristha untuk membantunya mencari kodok di sawah. Karena Ristha sangat takut dengan
kodok, Ristha menolak dengan banyak alasan supaya tidak disuruh nyari kodok, yang
dibantah oleh Dion. “Diooon! gue phobia banget sama kodok, please jangan paksa gue buat
memvisum si kodok kupret itu,” teriak Ristha di suatu sore yang mendung, di tengah
hamparan sawah. Ristha memanatap langit yang mulai gelap tertutup mendung. Tak lama
hujan pun turun dengan derasnya. Ristha menerobos hujan berharap menemukan gubuk untuk
berteduh, dari kejauhan Ristha melihat Dion menerobos hujan, Dion langsung menyuruh
Ristha untuk naik ke sepeda Dion untuk berteduh di pondok. Saat berteduh di pondok, Ristha
menangis karena Dion tega ninggalin Ristha untuk berjalan kaki menuju sawah. Setelah
hujan reda, mereka pulang bersama dan akhirnya kodok itu dicari oleh Dion seorang.
Di Bab berikutnya Ristha dan Dion mulai dekat, di bab ini juga menceritakan masa lalu
Ristha mengingat mantannya yang sudah meninggal, yaitu Erwin dan kejadian bagaimana
Ristha dan Erwin dekat sampai kejadian Erwin meninggal. Dion melihat saat Ristha nangis di
taman, Dion pun menghampiri Ristha yang sedang menangis. Ristha pun kaget dan bertanya-
tanya mengapa Dion disini? Ristha pun pergi meninggalkan Dion. Keesokannya saat pulang
sekolah, Ristha mendapatkan sebuah bunga mawar di keranjang sepedanya. Kejadian itu
terus berlanjut hingga sampai Ristha pulang melayat dari makam Erwin dan bertemu Dion di
toko bunga. Ristha pun mulai curiga bahwa bunga yang ia dapat merupakan dari Dion. Suatu
hari, Dion mulai menyadari perasaannya ke Ristha dan mulai memberi perhatian, begitu pun
sebaliknya. Namun, Ristha masih bimbang dengan perasaannya terhadap Dion karena
mengingat Erwin hingga suatu malam Ristha bermimpi tentang Erwin yang menyuruhnya
mencari penggantinya segera. Karena mimpi itu, Ristha pun pergi ke taman mengutarakan
perasaannya yang selama ini dipendam ke Dion. Dion pun senang dan memeluk Ristha
dengan erat. Dibawah guyuran hujan, Ristha dan Dion menyatukan cinta.

“Kata orang, Tuhan selalu punya rencana indah untuk setiap makhluk-Nya. Entah, rencana
indah macam apa yang Dia siapkan untuk dua remaja tengil itu.”

Kesimpulan dari novel ini diisi dengan tingkah laku khas anak sekolah, novel ini juga
menghibur dan membuat pembaca mengingat kembali kisah mereka yang kurang lebih sama
ketika bersekolah. Sayangnya, novel ini jalan ceritanya sangat mudah di tebak endingnya.
Kurang menarik bila kita lihat dari endingnya.

Nama: Andy Wawan Nugraha


Kelas: XI MIPA 7

Anda mungkin juga menyukai