Anda di halaman 1dari 6

LATIHAN SOAL UKOM #5

Metode Penelitian
Oleh : Purwo Setiyo Nugroho, S.KM., M.Epid.

1. Seorang peneliti ingin mengetahui “hubungan riwayat luka tertusuk jarum suntik dan benda tajam dengan kejadian Hepatitis B
pada petugas sampah medis rumah sakit.” Ia memulai penelitiannya dengan mencari data petugas sampah medis yang telah
bekerja minimal satu tahun di beberapa rumah sakit, lalu dipilah menjadi dua kelompok: A (sakit hepatitis) dan B (tidak sakit
hepatitis). Kepada kedua kelompok (A dan B), ditelusur beberapa variabel: riwayat tertusuk jarum suntik dan atau benda tajam
pada saat menangani sampah medis, penggunaan alat pelindung diri, dan masa kerja. Desain penelitian manakah yang diterapkan
oleh peneliti tersebut?
A. Cohort
B. Case report
C. Experiment
D. Case Control
E. Cross sectional
2. Seorang peneliti ingin mengetahui “hubungan riwayat luka tertusuk jarum suntik dan benda tajam dengan kejadian Hepatitis B
pada petugas sampah medis rumah sakit.” Ia memulai penelitiannya dengan mencari data petugas sampah medis yang telah
bekerja minimal satu tahun di beberapa rumah sakit, lalu dipilah menjadi dua kelompok: A (sakit hepatitis) dan B (tidak sakit
hepatitis). Kepada kedua kelompok (A dan B), ditelusur: riwayat tertusuk jarum suntik dan atau benda tajam pada saat menangani
sampah medis, kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD), dan masa kerja. Apa peran variabel kepatuhan penggunaan
APD dan masa kerja petugas sampah medis pada penelitian tersebut?
A. Variabel bebas
B. Variabel antara
C. Variabel perancu
D. Variabel pendahulu
E. Variabel terikat/tergantung
3. Seorang petugas epidemiologi Puskesmas melakukan survey darah jari (SDJ) terhadap 75 ibu hamil anemi dan atau demam di
wilayah kerjanya. Sampel diambil dari 3 kategori endemis malaria, yaitu 30 sampel dari desa High Case Incidence (HCI), 30
sampel dari desa Middle Case Incidence (MCI) dan 15 sampel dari desa Low Case Incidence (LCI). Hasil pemeriksaan
mikroskopis ditemukan 5 sampel positif dari desa HCI, 3 sampel positif dari desa MCI dan tidak ditemukan sampel positif dari
desa LCI. Secara metodologis, desain penelitian apakah yang digunakan oleh petugas Puskesmas tersebut?
A. Kasus kontrol
B. Belah lintang
C. Kohort prospektif
D. Kohort retrospektif
E. Eksperimen komunitas
4. Dalam sebuah kasus malaria sebanyak 80 kasus yang terjadi di sebuah desa yang memiliki 14 RT, maka Puskesmas sebagai
tombak awal dalam menanggulanginya perlu adanya sebuah pembuktian dengan pendekatan ilmiah sehingga dalam pengambilan
keputusan tepat dalam mengintervensi. Selain itu petugas surveilans perlu mempertimbangkan kelompok pembanding yang tepat.
Maka dari itu, dalam melakukan pengambilan sampel harus benar agar dapat di generalisasi ke populasi umum. Bagaimana
metode pengambilan sampel yang tepat untuk melakukan pembuktian ilmiah diatas?
A. Simple Random Sampling
B. Total Sampling
C. Proportional Random Sampling
D. Cluster Sampling
E. Quota Sampling
5. Di suatu provinsi, terdapat dua kabupaten yang memiliki angka hipertensi yang sangat tinggi. Dalam hal ini terdapat peneliti dari
sebuah universitas ternama yang ingin membandingkan apakah terdapat perbedaan tekanan darah antara kedua kota, sebab dengan
diketahui perbedaan tersebut maka dapat di ambil prioritas intervensi pada kabupaten mana yang harus didahulukan, namun jika
tidak ada perbedaan maka proses intervensi akan dilakukan pada kedua kebupaten secara bersamaan. Analisis statistik apa yang
tepat untuk menjawab tujuan penelitian tersebut?
A. T-Test Independent
B. T-Test Dependent
C. Annova
D. Chi Square
E. Fisher Exact
6. Tingginya angka penyakit jantung koroner di sebuah desa menyebabkan angka kesakitan yang tinggi pula. Tercatat bahwa hampir
30 % dari terdeteksi penyakit jantung koroner. Seorang peneliti menduga bahwa tekanan darah yang tinggi merupakan penyebab
yang paling berpengaruh dalam kejadian penyakit jantung koroner. Namun, dia juga beranggapan bahwa terdapat pola makan,
frekuensi merokok dan diabetes mellitus juga mempengaruhi penyakit jantung koroner. Dalam hal ini, variabel penyakit jantung
koroner berperan sebagai?
A. Variabel Bebas
B. Variabel Terikat
C. Variabel Confounding
D. Variabel Interaksi
E. Variabel Intermediet
7. Tingginya angka penyakit jantung koroner di sebuah desa menyebabkan angka kesakitan yang tinggi pula. Tercatat bahwa hampir
30 % dari terdeteksi penyakit jantung koroner. Seorang peneliti menduga bahwa tekanan darah yang tinggi merupakan penyebab
yang paling berpengaruh dalam kejadian penyakit jantung koroner. Namun, dia juga beranggapan bahwa terdapat pola makan,
frekuensi merokok dan diabetes mellitus juga mempengaruhi penyakit jantung koroner. Dalam hal ini, variabel tekanan darah
koroner berperan sebagai?
A. Variabel Bebas
B. Variabel Terikat
C. Variabel Confounding
D. Variabel Interaksi
E. Variabel Intermediet

8. Tingginya angka penyakit jantung koroner di sebuah desa menyebabkan angka kesakitan yang tinggi pula. Tercatat bahwa hampir
30 % dari terdeteksi penyakit jantung koroner. Seorang peneliti menduga bahwa tekanan darah yang tinggi merupakan penyebab
yang paling berpengaruh dalam kejadian penyakit jantung koroner. Namun, dia juga beranggapan bahwa terdapat pola makan,
frekuensi merokok dan diabetes mellitus juga mempengaruhi penyakit jantung koroner. Dalam hal ini, variabel pola makan,
frekuensi merokok dan diabetes mellitus berperan sebagai?
A. Variabel Bebas
B. Variabel Terikat
C. Variabel Confounding
D. Variabel Interaksi
E. Variabel Intermediet
9. Penyakit yang disebabkan oleh makanan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian di suatu Kecamatan.
Permasalahan serius yang sering muncul jika pengelolaan makanan yang tidak benar dapat menimbulkan keracunan makanan.
Peristiwa keracunan makanan sering terjadi terutama pada penyelenggaraan makanan untuk orang banyak dan dimasak dalam
skala besar, akibat dari kontaminasi bakteri atau mikroba patogen. Kronologis kejadian keracunan makanan pada kasus pernikahan
terdapat 20orang mengalami keracunan dari 200 tamu undangan yang hadir termasuk keluarga. Apakah desain riset epidemiologi
yang tepat digunakan?
A. Case study
B. Case series
C. Cross sectional
D. Case control
E. Cohort
10. Berdasarkan hasil survey ditemukan seorang balita dengan gizi kurang (KEP) anak bungsu dari sebuah keluarga. Dimana
pendidikan kedua orang tuanya tidak lulus SD dan pekerjaannya sebagai pemulung yang mempunyai 3 orang anak. Keluarga
tersebut hanya mampu makan 2 kali sehari. Apakah upaya pencegahan sesuai kaidah 5 level prevention yang tepat untuk
menangani balita yang mengalami gizi kurang (KEP) tersebut?
A. Specific Protection
B. Health Promotion
C. Early Diagnosis and Prompt Treatment
D. Rehabilitation
E. Disability Limitation
11. Seorang ibu 2 anak yang ditinggal lari suaminya, mempunyai seorang teman yang menawarinya untuk bekerja sebagai wanita karir
malam disebuah Tempat Hiburan Malam (THM) dengan upah yang minim. Karena terdesak kebutuhan ekonomi dan untuk
mencukupi, dia bekerja sampingan sebagai Wanita Tuna Susila sejak tahun 2012 silam dan melayani tamu pria dengan tarif per
pelanggan itu kisaran antara Rp. 100.000 - 150.000,- . Dia ingin sekali berhenti dari pekerjaannya tetapi dia menyadari agak sulit
karena tidak punya keahlian untuk dia bekerja. Berdasarkan 5 level prevention, apakah upaya pencegahan berdampak jangka
panjang yang tepat untuk ibu tersebut?
A. Health Promotion
B. Specific Protection
C. Early Diagnosis and Prompt Treatment
D. Diasbility Limitation
E. Rehabilitation
12. Seorang ahli melakukan penelitian terhadap pasiennya untuk mengetahui pengaruh jenis makanan yang diberikan kepada pasien
terhadap penurunan kadar kolesterol. Penelitian dilakukan disebuah rumah sakit terhadap 20 pasien di paviliun A dan 20 pasien di
Paviliun B. Kedua kelompok pasien tersebut diuji untuk melihat apakah terdapat perbedaan kadar kolesterol antara pasien di
paviliun A dan paviliun B. Data yang diperoleh diasumsikan berdistribusi normal. Uji statistik apakah yang sesuai untuk kasus
diatas?
A. Anova one way
B. Independen T-test
C. Dependen T-test
D. Mann-Whitney test
E. Wilcoxon test

Anda mungkin juga menyukai