Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap terhadap rangsang
eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, memerlukan makanan dalam
bentuk kompleks dan jaringan tubuhnya lunak. Setiap individu, baik pada
hewan yang uniseluler maupun pada hewan yang multiseluler, merupakan
suatu unit. Hewan itu berorganisasi, berarti setiap bagian dari tubuhnya
merupakan subordinate dari individu sebagai keseluruhan, baik sebagai bagian
satu sel maupun seluruh sel.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua
sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja
untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya
untuk menaggapi rangsangan tadi. Setiap rangsangan-rangsangan yang kita
terima melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan
meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas
yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks
merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem
dalam tubuh. Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin
tinggi tingkatan hewan semakin komplek sistem sarafnya, olah sebab itu
makalah ini dibuat untuk memaparkan organisasi system saraf, beserta saraf
pusat dan saraf tepi pada hewan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah organisasi system saraf hewan?
2. Bagaimanakah struktur dan fungsi system saraf pusat pada hewan?
3. Bagaimanakah struktur dan fungsi system saraf tepi pada hewan?
C. Tujuan
1. Mengetahui organisasi system saraf hewan
2. Mengetahui struktur dan fungsi system saraf pusat pada hewan
3. Mengetahui struktur dan fungsi system saraf tepi pada hewan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Organisasi sistem saraf


Saraf meripakan salah satu komponen system koordinasi pada tubuh
hewan. System saraf dapat dilukiskan sebagai kumpulan neuron yang
diorganisasikan sedemikian rupa sehingga mampu mengoordinasikan berbagai
aktifitas tubuh. Organisasi system saraf pada hewan sangat variasi tergantung
pada tingkat perkembangan tubuh masing-masing hewan. Hewan dengan
tingkat perkembangan tubuh sederhana memiliki susunan organisasi system
saraf yang sederhana juga. Sebaliknya, hewan dengan tingkatan
perkembangan yang sudah maju memiliki susunan organisasi system saraf
yang lebih kompleks.
Pada tingkat yang paling sederhana organisasi system saraf hanya tersusun
atas sebuah neuron dengan dendrite dan akson. Dendrite berfungsi sebagai
reseptor dan ujung akson membentuk sinaps dengan beberapa jenis sel efektor
(antara lain sel otot). Meskipun masih sangat sederhana, dengan susunan
system saraf yang demikian ternyata hewan mampu menanggapi berbagai
perubahan dilingkungannya.
Meskipun terdapat kesamaan fungsi sel-sel saraf diseluruh kingdom
hewan, terdapat keragaman yang sangat besar dalam hal organisasi system
daraf. Beberapa hewan bahkan tidak mempunyai system saraf sama sekali,
spons misalnya, tidak mempunyai sel yang dikhususkan untuk menghantarkan
impuls (Campbell, 2000: 216)
Sebagian besar hewan mempunyai neuron dan system saraf. Secara
structural, system saraf paling sederhana ditemukan pada beberapa cnidaria
yang mempunyai jaring saraf (nerve net) yaitu system saraf yang bercabang
diseluruh tubuh. Hydra misalnya, mempunyai jaring saraf tanpa ganglia atau
tidak ada pembedaan antara unsure saraf pusat dan unsure saraf tepi.
Kebanyakan sinapsis pada jaringan saraf hydra adalah sinapsis listrik. Impuls
dihantarkan pada kedua arah, dan perangsang pada titik manapun pada tubuh
hydra akan menyebar dari tempat perangsang dan menghasilkan gerakan di
seuruh tubuh. Cnidarian tertentu dan Ctenofor menunjukan bukti-bukti adanya
sentralisasi system saraf. Pada beberapa jenis ubur-ubur misalnya, kumpulan
sel-sel saraf pada pinggiran struktur lonceng tubuhnya (yang berkaitan dengan
struktur sensoris sederhana) dan jalur disekitar struktur lonceng
memformulasikan sinyal neuron yang mempengaruhi aktifitas seperti
berenang yang memerlukan koordinasi yang lebih kompleks dari seluruh
tubuh impuls (Campbell, 2000: 216).
Jala saraf ialah susunan organisasi saraf yang menyerupai jala. Susunan ini
merupakan contoh sistem saraf yang paling sederhana. Jala saraf dapat
ditemukan pada hewan ubur-ubur dan hewan karang. Susunan saraf yang
terdapat pada bagian atas tubuh ubur-ubur berfungsi untuk mengoodinasikan
gerakan, sedangkan jala saraf yang terdapat pada tentakel berfungsi sebagai
reseptor sensoris (Isnaeni, 2007: 70).
System saraf pada kebanyakan ektinodermata mirip dengan system saraf
ubur-ubur. Pada bintang laut misalnya, saraf radial menjulur ke masing-
masing lengan dari cincin saraf pusat disekeliling cakram oval. Cabang-
cabang saraf radial membentuk jaringan kerja yang saling berkaitan, mirip
dengan jaring saraf Cnidaria. System ini mengkoordinasi pergerakan, tanpa
peduli lengan mana yang pertama kali bergerak impuls (Campbell, 2000: 216)
Cnidaria, Ctenofor dan banyak ekinodermata adalah hewan dengan tubuh
yang simetris radial, demikian juga sistem sarafnya. System saraf yang
simetris secara radial cenderung menjadi tidak tersentralisir. Hal ini tidak
berarti terjadi penyederhanaan struktur atau fungsional atau bahwa hewan
yang simsteris radial akan menjadi rintangan bagi system sarafnya.
Pergerakan ratusan kaki tabung bintang laut ketika mengambil makanan,
misalnya, memerlukan system koordinasi yang kompleks impuls (Campbell,
2000: 217).

Gambar 1.1 Keanekaragaman system saraf


Sumber. Campbell, 2000.
Sebagian besar hewan adalah simetris bilateral dan mempunyai system
saraf yang diatur secara bilateral dengan unsure tepi dan unsure pusat.
Berkorelasi dengan simetri bilateral dan radial, hewan-hewan itu juga
menunjukan sefalisasi (cephalization) hingga derajat tertentu, yaitu pemusatan
organ pengambil makanan, sensor dan struktur neuron pada ujung anterior
(kepala), yaitu bagian tubuh yang paling mungkin melakukan kontak pertama
dengan makanan atau stimulus ancaman. Pada sebagian besar kasus, otak
dikepala dan satu atau lebih tali saraf membentuk system saraf pusat. Tali
saraf adalah seberkas saraf tebal yang umum nya menjulur dari otak secara
longitudinal melalui tubuh. Tali saraf merupakan jalan utama impuls saraf
yang melewati otak dan SST. Tali saraf mengandung badan sel-sel saraf yang
mengintegrasikan informasi sensori dan memformulasikan sinyal perintah ke
efektor. Otak berkembang dari pembesaran anterior tali saraf impuls
(Campbell, 2000: 217).
Tali saraf adalah susunan organisasi system saraf berupa tarktus atau
kumpulan serabut saraf. Tali saraf pada umumnya terbentang disepanjang
tubuh. Jaringan saraf pada daerah kepala biasanya mengalami perkembangan
lebih baik daripada bagian tubuh lainnya. Pekembangan jaringan saraf pada
daerah kepala itu disebut sefalisasi (Isnaeni, 2006: 80).
Tali saraf dan sefalisasi dapat ditemukan pada hewan yang bertubuh
simetris bilateral. Contoh hewan yang telah memperlihatkan adanya sefalisasi
dan tali saraf adalah cacing pipih. Seiring dengan perkembangan pada hewan,
sefalisasi pun berkembang semakin baik hingga akhirnya terbentuk hewan
yang lebih maju, yang mempunyai otak. Otak ialah bangunan jaringan/organ
saraf yang terdapat pada ujung depan tubuh hewan (Isnaeni, 2006: 80).
Organisasi saraf yang berupa otak dan tali saraf dapat ditemukan pada
anelida. System anelida tersusun atas sebuah otak yang memiliki dua lobus
dan sepanjang tali saraf. Setiap ruas tubuh anelida dilengkapi dengan sepasang
ganglion yang bekerja sebagai neuron motorik. Ganglion adalah kumpulan sel
saraf yang terdapat diluar susunann saraf pusat. Pada ganglion anelida dapat
ditemukan sejumlah sel saraf dan dendrite (Isnaeni, 2006: 80-81).
Otak Artropoda misalnya belalang memperlihatkan tingkat kerumitan
yang lebih tinggi dan umumnya terdiri atas tiga lobus. Ganglion pada ruas-
ruas tubuh Artropoda telah berfungsi menjadi satu. Pada insect, ganglion di
daerah dada telah berkembang sempurna sehingga dapat dipergunakan untuk
mengendalikan aktivitas kaki dan sayap (Isnaeni, 2006: 81).
Cacing pipih mewaliki salah satu garis keturunan filogenetik yang paling
tua yang anggotanya mempunyai SSP yeng jelas, yang terdiri atas otak kecil
dan dua atau lebih tali saraf longitudinal. Sebagian besar invertebrate
melihatkan derajat sentralisasi dan sefalisasi system saraf yang lebih besar.
Contohnya Anelida dan artropoda yang otaknya menonjol dengan jelas dan
memiliki tali saraf ventral yang mengandung ganglia yang tersusun secara
segmental impuls (Campbell, 2000: 217)
Moluska adalah contoh yang bagus untuk menjelaskan bagaimana
kerumitan system saraf berkorelasi dengan peranan seekor hewan (relung)
dalam lingkungan nya. Moluska sesil atau yang bergerak lamban seperti
Khiton dan Remis memiliki sedikit sefalisasi atau bahkan tidak ada, dan juga
organ indra yang relative sederhana. Dengan perbedaan yang tajam,
sefalopoda mempunyai system saraf yang paling canggih diantara
invertebrate, yang menandingi beberapa system saraf vertebrata. Otak yang
besar pada cumi-cumi atau gurita yang disertai dengan mata pembentuk citra
yang besar dan penghantaran yang cepat disepanajang akson raksasa
berkorelasi positif dengan kehidupan pemangsa yang aktif pada hewan ini
impuls (Campbell, 2000: 217-218).
Organisasi system saraf cenderung berkorelasi dengan simetri tubuh.
System saraf invertebrate berkisar dari jaring saraf yang berdifusi yang
terdapat pada Cnidaria sampai ke system saraf yang sangat tersentralisir
(terpusat) pada sefalopoda, yang memiliki otak yang besar dan mampu
melakukan pembelajaran yang canggih. Evolusi sentralisasi system saraf telah
dikorelasikan dengan evolusi simetris bilateral (Campbell, 2000: 231).
B. Struktur dan Fungsi Sistem Saraf Pusat
System saraf vertebrata sangat terpusat dan sangat tersefalisasi. System
saraf pusat vertebrata (otak dan sumsum tulang belakang) adalah
persambungan yang mengintegrasikan antara divisi sensorik dan divisi
motoris system saraf tepi. System saraf pusat berasal dari tali saraf berlubang
embrionik yang mengandung ruangan yang bersambungan dan dipenuhi
dengan cairan serebrospinal. Bahan abu-abu (khususnya badan sel saraf,
dendrite dan akson yang tidak bermealin) dapat dibedakan dari bahan putih
(terutama akson bermielin) pada otak dan sumsum tulang belakang impuls
(Campbell, 2000: 231)
1. Otak
Otak vertebrata berkembang dari tiga pembesaran anterior sumsum
tulang beakang. Semua otak vertebrata berkembang dan menjadi beragam
dari tiga wilayah embrionik, otak depan, otak tengah dan otak belakang
(Campbell, 2000: 231).
Otak ikut mengatur dan mengkoordinir sebagian besar gerakan,
perilaku, dan fungsi tubuh, serta berperan dalam homeostasis seperti detak
jantung, tekanan darah, keseimbangan cairan tubuh, dan suhu tubuh. Otak
juga bertanggung jawab atas pengenalan, emosi, ingatan, pembelajaran
motorik, dan segela bentuk pembelajaran lainnya. Otak terbentuk dari dua
jenis sel yaitu glia dan neuron. Glia berfungsi untuk menunjang dan
melindungi neuron, sedangkan neuron membawa informasi dalam bentuk
bursa listrik yang dikenal sebagai potensial aksi. Mereka berkomunikasi
dengan neuron yang lain dan keseluruhan tubuh dengan mengirimkan
berbagai macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter.
Neurotransmitter ini dikirimkan pada celah yang dikenal sebagai sinapsis.
Avertebrata seperti serangga mungkin mempunyai jutaan neuron pada
otaknya, vertebrata dapat mempunyai hingga 100 milyar neuron. Otak
dibagi dalam lima bagian besar yaitu, metencephalon (pons dan
cerebellum), mesencephalon (corpora quadrigemina dan
pedunculiserebri), myelencephalon (medulla oblogata), diencephalon
(thalamus dan hipothalamus), dan telencephalon (cerebrum) (Sari, 2014:
154-155).
Gambar 2.1 Kerangka umum otak mamalia

Sumber. Buku Frandson, 1992

Telensefalon meliputi korteks serebrum, korpora striata, dan


rinensefalon. Telensefalon mengisi rongga ventrikel lateral. Foramen
interventrikular Monro dan bagian rostal dari ventrikel ketiga. Permukaan
serebrum menjadi sangat luas karena banyaknya lipatan dan membentuk
pematang konveks yang disebut giri. Giri merupakan tonjolan-tonjolan
yang dipisahkan oleh parit-parit yang dinamakan fisura atau sulki. Pada
beberapa jenis hewan, daerah korteks tersebut telah dipetakan secara
cermat guna mengetahui lokasi dari fungsi-fungsi motorik dan sensorik
secara spesifik (Frandson, 1998: 110).
Korpus striatum dari tia-tiap hemisfer serebrum terdiri dari suatu
campuran substansi putih dan abu-abu, hingga menampilkan perwujudan
seperti garis-garis. Substansi abu-abu dari korpus striatum ditunjukkan
oleh sejumlah massa inti, yang kadang-kadang disebut nukleus basal atau
ganglia basal; meskipun istilah ganglion pada umumnya menunjukkan
suatu kumpulan badan sel yang terletak di luar sistem saraf. Substansi
putih dari korpus striatum sebagian besar terdiri dari serabut-serabut yang
menghubungkan korteks serebral dengan bagian-bagian lain dari sistem
saraf pusat dan secara tidak langsung dengan sistem saraf periferal
(Frandson, 1998: 110, 113).
Rinensefalon. Dari segi evolusi, rinensefalon merupakan salah satu
bagian tertua dari serebrum. Ini terutama berkaitan dengan indera
penciuman dan karenanya kadang-kadang disebut otakolfaktoris
(Frandson, 1998: 113).
Diensefalon adalah bagian dai proensefalon yang terletak di samping
otak tengah. Yang terletak dinsefalon ini adalah talamus, epitalamus,
hipotalamus, serta bagian terbesar dari ventrikel ketiga (Frandson, 1998:
113).
Talamus pada hakekatnya adalah suatu suatu pusat relai untuk
serabut-serabut saraf yang menghubungkan bagian-bagian serebrum
dengan tangkai ota dan korda spinalis. Epitalamus mencakup nukleus
habenular (berkaitan dengan penciuman), jalur substansi putih, serta badan
pineal, yang kadang-kadang dianggap sebagai organ endokrin (Frandson,
1998: 113).
Hipotalamus meliputi hipofisis atau kelenjar pituitari (salah satu
kelenjar endokrin yang tertingg), serta struktur lainnya yang berkaitan.
Struktur-struktur tersebut mencakup tuber sinereum, yang melekatkan
batang hipofisis pada otak, kiasma optik, persilangan saraf-saraf optik
pada arah rostral terhadap hipofisis, serta badan-badan mamiler yang
terletak pada posisi kaudal terhadap hipofisis (Frandson, 1998: 113).
Mesensefalon atau otak tengah adalah bagian dari otak yang tidak
mengalami pembagian dalam perkembangan embrio menjadi dewasa.
Seperti tercermin dari namanya, otak tengah terletak diantara proensefalon
pada arah rostral dan rombensefalon pada arah kaudal. Dua buah pedunkel
serebral (cerebral peduncles) dan empat buah badan kuadrigeminal, adalah
struktur-truktur besar dari mesensefalon atau otak tengah (Frandson, 1998:
113).
Pedunkel serebral, yang juga disebut krura serebri pada dasarnya
adalah kelanjutan dari bagian kanan dan kiri korda spinalis dan batang
otak menuju ke hemisfer serebral yang bersangkutan isinya adalah traktus
serabut beserta nuklei (Frandson, 1998: 113).
Badan-badan kuadrigeminal (korpora kuadrigemina) terdiri atas
kolkulus rostral kiri dan kanan (anterior, kranial atau superior) serta
kolikuus kaudal kiri dan kanan (posterior dan interior). Kolikuli rostral
berkaitan dengan indera penglihatan; sedangkan kolikuli kaudal berkaitan
dengan indera pendengaran (Frandson, 1998: 113, 115).
Rombensefalon atau otak belakang dibagi menjadi
mesensefalon;miesensefaln atau medula oblongata (sering disebut
medula); dan ventrikel keempat. Mesensefalon meliputi serebrum dan
pons. Serebrum terdiri atas dua bagian lateal dan suatu pematang median
yang disebut vermis, karena bentuknya yang menyerupai cacing.
Permukaan serebelum terdiri atas banyak laminae yang disebut folia.
Apabila dipotong pada bidang median, serebelum menunjukkan gambaran
pohon dengan daun-daunnya. Dengan demikian cocok pulalah anggapan
bahwa serebelum adalah pohon kehidupan. Pada serebelum, substansi
putih terutama terletak di bagian sentral sedangkan substansi abu-abu
terletak pada bagian periferal, seperti halnya pada serebrum. Pons terletak
di ventral serebelum dan membentuk jembatan dari serabut yang
menghubungkan satu bagian ke bagian lain. Bagian lain dari pons tersusun
atas jalur serabut atau nuklei (Frandson, 1998: 115).
Ventrike keempat terletak pada posisi ventral terhadap serebelum, dan
dorsal terhadap pons serta batang otak. Mielensefalon mementuk medula
oblongata. Ini merupakan kelanjutan korda spinalis ke jurusan kranial,
yang berpisah i foramen magnum, yaitu foramen terbesar dari tengkorak.
Ventrikel yang keempat ini mencakup sebagian besar dari permukaan
dorsal dari batang otak sehingga kelihatan seperti korda spinalis, sebelum
parit neural secara lengkap tertutup. Disamping berisi banyak traktus yang
berasal dari korda spinalis, batang otak merupakan tempat kedudukan
nuklei saraf kranial, termasuk saraf yang diberi nomor kode V, VI, VII,
IX, X, XI, dan XII. Di situ pulalah letanya pusat refleks untuk
pengendalian sistem pernafasan dan sirkulasi (Frandson, 1998: 115).
2. Medulla spinalis
Medulla spinalis memanjang dalam columna intervertebralis (tulang
belakang) mulai dari leher sampai panggul bawah, panjangnya kira-kira 40-
45 cm. Medulla spinalis merupakan struktur penting dari SSP yang
menerima sinyal sensorik dari semua bagian tubuh (kecuali sebagian besar
kepala) dan mengirimkan sinyal motorik ke otot rangka volunter untuk
gerakan tubuh, anggota gerak dan kepala, dan juga sinyal motorik involunter
ke otot polos organ viscera. Melalui fungsi sensorik dan motoriknya,
medulla spinalis melakukan komunikasi antara tubuh dan otak. Medulla
spinalis juga bertindak sebagai pusat integratif mandiri bagi reflex spinal
yang bersifat involunter (Haryati, 2008: 15).
Korda spinalis / medulla spinalis adaah lanjutan arah kaudal dari
medulla oblongata. Di dalam korda spinalis, segmentasinya lebih jelas,
setiap segmen melahirkan sepasang saraf spinal. Korda spinalis menerima
serabut sensoris atau serabut aferen, melalui akar dorsal dari saraf spinal,
dan menyalurkan serabut motoris atau serabut eferen kea rah ventral dari
saraf spinal (Frandson, 1992: 121).
Gambar Pandangan korda spinal potongan melintang, menunjukan
lokasi subtansi putih dan kelabu
Sumber. Buku Frandson, 1992

Traktus Korda spinalis


Substansi putih yang terletak diperifer secara garis besar dapat dibagi
menajdi tiga kolom yaitu sebuah kolom putih dorsal, sebuah kolom putih
lateral dan sebuah kolom putih ventral, pada tiap bagian lateral dari korda
tersebut (Frandson, 1992: 121).
Kolom putih dorsal berisi serabut eferen yang menghantarkan impuls
dari persendian, tendon, urat daging dan tulang. Traktus utama pada jalur
putih dorsal adalah fasikula grasilis dan fasikula kuneatus (Frandson, 1992:
121).
Kolom putih lateral berisi traktus-traktus berikut, yaitu spinoserebelar
ventral dan dorsal, rubrospinal, spinotelamik lateral dan kortikospinal
lateral. Spinoserebelar dorsal menghantrkan impuls proprioseptif dari korda
spinalis ke serebelum untuk membantu dalam mengkoordinasikan berbagai
gerakan. Traktus rubrospinal menghubungkan inti merah didalam otak
tengah dengan sel-sel motor yang terdapat pada tanduk abu-abu ventral dari
korda spinalis pada sisi yang berlawanan. Jadi trkatus spinoserebelar,
serebelum dan rubrospinal kesemuanya pentiing dalam pengendalian reflex
dari gerakan-gerakan, terutama gerakan-gerakan lokomosi. Traktus
spinotalamik lateral menghantarkan impuls yang berkaitan dengan rasa sakit
dan kepekaan suhu. Traktus kartikospinal lateral menghantarkan impuls
motor volunteer dari daerah motor di korteks serebrum ke sel-sel dalam
tanduk abu-abu ventral dari korda spinalis (Frandson, 1992: 121-122).
Traktus yang penting yang terdapat didalam kolom putih ventral
mencakup traktus vestibulospinal-langsung, vastibulospinal-bersilang dan
traktus kortikospinal ventral. Traktus vastibulospinal langsung meneruskan
impuls yang berguna untuk mempertahankan tonus bagi otot-otot ekstensor.
Traktus vastibulospinal-bersilang menghantarkan impuls yang menghambat
atau menurunkan tonus otot ekstenser. Traktus kartikospinal ventral
menghubungkan daerah-daerah motor dari korteks serebral dengan sel-sel
motor di dalam tanduk abu-abu ventral baik pada sisi yang sama maupun
pada sisi yang berlawanan dari korda spinalis. Impuls yang dihantarkan
berikat dengan aktivitas motor volenter (Frandson, 1992: 122).
C. Struktur dan Fungsi Saraf Tepi
System saraf tepi vertebrata mempunyai beberapa komponen yang
berbeda dalam hal organisasi dan fungsi. System saraf tepi invetebrata terdiri
atas saraf cranial dan spinal yang berpasangan dan kumpulan ganglia. Secara
fungsional system saraf tepi terdiri atas divisi sensorik dan aferen yang
membawa informasi dari reseptor sensoris ke system saraf pusat, dan divisi
motoris atau eferen yang membawa sinyal menjauhi system saraf pusat
menuju sel-sel efektor. Divisi motoris terdiri atas system saraf somatic, yang
membawa sinyal ke otot rangka, dan system saraf otonom yang terutama
mengatur fungsi visceral yang otomatis pada otot polos dan otot jantung.
System saraf otonom terdiri atas divisi parasimpatik atau divisi simpatik, yang
secara anatomis, fungsional dan kimiwi berbeda dan biasanya pengaruhnya
bersifat antagonistic pada organ target impuls (Campbell, 2000: 231).
Sistem saraf periferal
Sistem saraf perifer memungkinkan adanya komunikasi dari lingkungan
(baik lingkungan eksternal maupun lingkungan internal) melalui stimuli yang
diterima oleh organ reseptor menuju sistem saraf pusat. dari sistem saraf pusat
selanjutnya keorgan efektor yang sesuai didalam tubuh, otot ataupun kelenjar.
Menurut definisinya sistem saraf priferal meliputi semua struktur saraf yang
terletak diluar otak dan korda spinalis. Klasifikasi sistem saraf periferal
mencakup saraf-saraf spinal dan ganglion periferal, saraf-saraf kranial dan
saraf-saraf otonom (Frandson, 1992: 123).
Saraf-saraf spinal
Komponen somatik kecuali saraf-saraf servikal dan kaudal, sepasang saraf
spinal (satu kanan dan satu kiri). contoh pasangan pertama dari saraf torasik
muncul melalui foramen intervertebralis yang terletak diantara vertebra torasik
yang pertama dan kedua. pasangan saraf torasik yang terahir muncul melalui
foramen invertebralis antara vertebra torasik terakhir dan vertebra lumbar yang
pertama. pasangan kedua dari saraf lumbar muncul melalui foramen yang
terletak antara vertebra lumbar yang kedua dan ketiga (Frandson, 1992: 123).

Pleksus brakial
setiap kaki depan seekor hewan (khususnya hewan berkaki empat)
diinervasi oleh suatu pleksus brakial. pleksus ini merupakan suatu jaringan
saraf yang berasal dari saraf-saraf servikal ketiga atau ke empat terahir dan
saraf-saraf torasik yang pertama atau kedua (Frandson, 1992: 128).
Pleksus lumbosakral
pleksusu lumbosakral kanan dan kiri mmenginervasi serabur saraf kedua
belah kaki belakang, seperti halnya pleksus brakial menginervasi kaki depan.
pleksusu lummbosakral terdiri atas cabang-cabang ventral dari saraf-saraf
yang berasal dari beberapa ruas lumbar terakhir serta sakral pertama kedua dan
ketiga (Frandson, 1992: 123).
Saraf kranial
Dua belas pasang saraf kranial ummumnya menyerupai saraf-saraf kranial
biasa. perbedaannya adalah tidak adanya akar-akar dorsal, ventral serta
timbulnya dari berbagai foramen yang terdapat pada tengkorak dan tidak
melalui foramen intervertebralis seperti halnya saraf-saraf spinal. Selain itu
saraf-saraf kranial benar-benar bersifat sensoris, sedangkan sebagian yang lain
hanya bersifat motoris (Frandson, 1992: 130).

Pandangan ventral otak anjing dan saraf-saraf kranial


Sistem saraf otonom
sistem saraf otonom merupakan bagian dari sistem saraf periveral yang
menginervasi otot halus, otot jantung serta kelenjar. dengan kata sistem saraf
otonom berkaitan erat dengan sistem saraf viseral, sedangkan bagian yang lain
dari sistem saraf periferal berkaitan erat dengan struktur somatik. serabut-
serabut saraf viseral baik yang eferen maupun yang aferen adalah komponen
saraf otonom dari sistem saraf periferal bersama-sama dengan serabur-serabut
saraf somatik baik yang aferen maupun eferen (Frandson, 1992: 130).

Sistem saraf simpatetik


Komponen simpatetik dari sistem saraf otonom disebut juga komponen
torakolumbar karena alur simpatetik ini terutama berasal dari saraf spinal
torasik dan lumbar. Sel-sel dari serabut saraf eferel fiseran simpatetik terletak
pada kolom abu-abu bagian lateral dan ruas-ruas torasik dan lumbar dari korda
spinalis. Didaerah torasik lumbar dan sakral ganglion simpatetik yang disebut
ganglion vertebral yang terletak dengan tiap-tiap celah intervertebral. Dengan
sebuah ganglion pada sisi dari tiap vertebral. Disamping ganglion vertebral
yang terletak pada badan vertebral tersebut ganglion simpatetik lainnya yang
diberi nama khusus terdapat pada posisi ventral terhadap kolom vertebral dan
disebut ganglion prevertebral atau ganglion kolateral. Yang termasuk pada
ganglion ini adalah ganglion seliak, ganglion mesenterikus kranialis dan
ganglion mesenterikus kaudalis. Ganglion servikal kranial dan kaudal kadang
dianggap sebagai ganglion vertebral dan bukan sebagai ganglion prevertebral.
Ganglion simpatetik berisi badan –badan sel saraf yang terletak diuar sistem
saraf pusat dan juga merupakan lokasi dari sinapsis diantara serabut simpatetik
preganglion dan postganglion. Serabut-serabut simpatetik preganglion
merupakan serabut-serabut yang terbungkus (mengalami mielinasi) (Frandson,
1992: 131).

sistem saraf parasimpatetik


Bagian parasimpatetik dari sistem saraf otonom terdiri dari komponen
sakral dan kranial. Serabut-serabur dari komponen kranial menyebar kestruktur
viseral melalui 4 saraf kronial yaitu: okulomotor, fasal, glosafaringeal dan
vagus. Tiga saraf pertama menginervasi otot polos dan kelenjar-kelenjar
didaerah kepala yaitu organ-organ yang sama yang diinervasi oleh berkas
pleksus karotid dari sistem simpatetik. Saraf vagus adalah salah satu saraf yang
terpanjang didalam tubuh menginervasi jantung dan paru-paru didalam rongga
dada dan hampir seluruh visera abdominal dengan serabut parasimpatik.Bagian
terahir dari saluran pencernaan dan sebagian besar sistem urogenital diinervasi
oleh serabut saraf parasimpatetik dan bagian sakraf (Frandson, 1992: 139).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan kajian pustaka, dapat disimpulkan bahwa:
1. Organisasi system saraf cenderung berkorelasi dengan simetri tubuh.
Organisasi system saraf pada hewan sangat variasi tergantung pada tingkat
perkembangan tubuh masing-masing hewan. Hewan dengan tingkat
perkembangan tubuh sederhana memiliki susunan organisasi system saraf
yang sederhana juga. Sebaliknya, hewan dengan tingkatan perkembangan
yang sudah maju memiliki susunan organisasi system saraf yang lebih
kompleks.
2. System saraf pusat vertebrata terdiri atas otak dan sumsum tulang
belakang, adalah persambungan yang mengintegrasikan antara divisi
sensorik dan divisi motoris system saraf tepi.
3. System saraf tepi invetebrata terdiri atas saraf cranial dan spinal yang
berpasangan dan kumpulan ganglia. Secara fungsional system saraf tepi
terdiri atas divisi sensorik dan aferen yang membawa informasi dari
reseptor sensoris ke system saraf pusat, dan divisi motoris atau eferen
yang membawa sinyal menjauhi system saraf pusat menuju sel-sel efektor

B. Saran
Materi yang kami paparkan di atas tentu jauh dari kata sempurna, bahkan
masih sangat sedikit, untuk itu diharapkan pembaca terus mencari sumber-
sumber lain guna menambah wawasan mengenai system saraf pada hewan
Daftar Rujukan

Campbell, N. A., dkk. 2000. Biologi Jilid 3 Edisi Ke 5. Erlangga: Jakarta.

Frandson. 1992. Anatomi Dan Fisologi Hewan. Gajah Mada Universitas Press:
Yogyakarta

Haryati, E. 2008. Diktat Kuliah Psikologi Faal. Fakultas Ilmu Pendidikan


Universitas Pendidikan Indonesia: Bandung. Hal. 15

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Kanisius.

Sari, K. M., dkk. 2014. Studi Anatomi Otak Codot (Rousettus sp) Sebagai Satwa
Liar Reservoir Alami Penyakit Rabies. Jurnal Sain Veteriner. 32 (2): 154-
155.
Makalah Fisiologi Hewan
“Sistem Saraf”

Disusun Oleh:

Siti Nurubiyanti 1605015040

Cyndirela 1605015063

Mery Gloria R 1605015048

Sugiyanti 1605015038

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas segala rahmat, petunjuk, dan karunia-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini untuk memenuhi tugas Fisiologi Hewan tentang
Sistem Saraf Hewan. Makalah ini dapat digunakan sebagai wahana untuk
menambah pengetahuan, sebagai teman belajar, dan sebagai referensi tambahan
dalam belajar Fisiologi hewan
Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing
kami pada mata kuliah Protista, yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini.
Kami menyadari jika makalah ini jauh dari sampurna, untuk itu kami butuh
masukan yang membangun. Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat dengan
baik dan dapat memberikan konstribusi sebagaimanamestinya dalam mata kuliah
Protista di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang Jamur. Jangan segan bertanya jika pembaca
menemui kesulitan. Semoga keberhasilan selalu berpihak pada kita semua

Samarinda, 6 November 2018


Penyusun
Daftar Isi

Judul……………………………………………………………………….......... i
Kata Pengantar………………………………………………………………….. ii
Daftar isi…...……………………………………………………………………..iii

BAB I Pendahuluan
A. Latar belakang…………………………………………………………… 1
B. Rumusan masalah……………………………………………………….. 1
C. Tujuan………………………………………………………………….. 2
BAB II Pembahasan
A. Organisasi Sistem Saraf………………………………………….......... 3
B. Sistem Saraf Pusat.................................................................................... 7
C. Sistem Saraf Tepi...................................................................................... 15
BAB III Penutup
A. Kesimpulan……………………………………………………………......19
B. Saran…………………………………………………………………........19
DAFTAR RUJUKAN

Gambar Kerangka umum otak mamalia


Skema penampang otak anjing. CH, Hemister cerebral. BG, basal ganglion. D,
dienchepalon. MES, mesenchepalon. CER, cerebelum. MED, medulla oblongata

Diagram pandangan doral otak anjing


Diagram pandangan lateral otak anjing

Anda mungkin juga menyukai