Anda di halaman 1dari 8

JURNAL KEBIJAKAN KESEHATAN INDONESIA

VOLUME 04 No. 03 September  2015 Halaman 109 - 116


Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia
Artikel Penelitian

PERBEDAAN PERHITUNGAN UNIT COST DENGAN MENGGUNAKAN


METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) DAN METODE DOUBLE
DISTRIBUTION (DD) UNTUK PASIEN TB PARU KATEGORI 2 DI INSTALASI
RAWAT JALAN DAN RAWAT INAP RUMAH SAKIT PARU

THE DIFFERENCES OF UNIT COST CALCULATION USING ACTIVITY BASED COSTING (ABC)
METHOD AND DOUBLE DISTRIBUTION (DD) METHOD FOR CATEGORY 2 PULMONARY TB
PATIENTS IN OUTPATIENT AND INPATIENT OF LUNG HOSPITAL

Hilfi L1, Djuhaeni H1, Setiawati.EP1, Ratna K2, Paramita SA1


1
Departemen IKM Fakultas Kedokteran Unpad
2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unpad

ABSTRACT ABSTRAK
Background: Indonesia is at 5th rank of 22 countries that Latar Belakang: Indonesia menduduki rangking ke-5 dari 22
have a high burden of TB and contribute to the number of TB negara-negara yang mempunyai beban tinggi untuk TB dan
cas es in the world amounted to 4.7%. Tuberc ulos is memberikan kontribusi jumlah kasus TB di dunia sebesar 4,7%.
management is not easy, it requires a long time and a large Penatalaksanaan TB tidak mudah, membutuhkan waktu yang
cost. Currently hospitals determine tariffs based on Double lama dan membutuhkan biaya yang besar. Saat ini berbagai
Distribution (DD) Method. Unit cost of health services can also rumah sakit menentukan tarif pelayanan berdasarkan metode
be calculated by Activity Based Costing (ABC) Method, which DD. Perhitungan biaya satuan pada pelayanan kesehatan dapat
is based on activities. juga dilakukan dengan menggunakan metode Activity Based
Objective: To determine the unit cost calculation by ABC Costing (ABC) yang didasarkan pada aktivitas.
method and DD Method of Category 2 pulmonary TB in Outpatient Tujuan : Mengetahui perhitungan unit cost dengan metode
and Inpatient Installation of Lung Hospital. ABC dan metode DD di Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap
M ethods: Descriptive analytic using secondary data and TB Paru Kategori 2 di Rumah Sakit Paru.
Pusposive Sampling methods. The study was conducted at Metode Penelitian: Deskriptif analitik menggunakan data
Lung Hospital Bandung during September to December 2013 sekunder dan metoda Pusposive Sample. Penelitian dilakukan
by using medical records within a period of 2 years in January di Rumah Sakit Paru Bandung selama bulan September sampai
2011 to December 2012. dengan Desember 2013 dengan menggunakan data rekam
Results and Discussion: The calculation of the unit costs medis dalam kurun waktu 2 tahun yaitu pada bulan Januari
averages using the ABC method for category 2 Pulmonary TB 2011 sampai dengan Desember 2012.
patient in outpatient Installation was Rp 611,321; for patient in Hasil dan Diskusi: Perhitungan biaya satuan rata-rata dengan
emergency care unit was Rp 713 852; for hospitalized patients metode ABC untuk pasien rawat jalan TB Paru Kategori 2
that come through the outpatient installation was Rp 5,037,309 sebesar Rp 611.321; untuk pasien rawat darurat TB Paru
and through emergency care unit was Rp 4,398,415. The unit Kategori 2 sebesar Rp 713.852; untuk pasien rawat inap yang
cost averages using DD methods for category 2 Pulmonary masuk melalui instalasi rawat jalan sebesar Rp 5.037.309 dan
TB in outpatient Installation was Rp 421 621; for patient in instalasi rawat darurat sebesar Rp 4.398.415. Biaya satuan
emergency care unit was Rp 734 170; for hospitalized patient rata-rata dengan metode DD untuk pasien rawat jalan TB Paru
that come through the outpatient installation was Rp 1,727,213 Kategori 2 sebesar Rp 421.621; untuk pasien rawat darurat
and through emergency care unit was Rp 1,846,337. The TB Paru Kategori 2 sebesar Rp 734.170; untuk pasien rawat
quantity of drugs given to outpatients is for 2 weeks while inap yang masuk melalui instalasi rawat jalan sebesar Rp
ALOS for hospitalized patients is 9.2 days. 1.727.213 dan instalasi rawat darurat sebesar Rp 1.846.337.
Conclusions: Unit costs calculation using ABC method is Banyak nya obat yang diberikan untuk pasien rawat jalan yaitu
more financially profitable for the Hospital than using DD method. untuk 2 minggu sedangkan ALOS untuk pasien rawat inap
Hospital management should have a good recording and yaitu 9,2 hari.
reporting system that support integration of inter-service and Kesimpulan: Perhitungan biaya satuan dengan menggunakan
support units to be able to perform a comprehensive unit cost metode ABC lebih menguntungkan secara financial bagi Rumah
calculations. Hospital management should conduct periodic Sakit dibandingkan dengan metode DD. Manajemen rumah sakit
evaluation of compliance with SOPs and rational drug use. sebaiknya memiliki sistem pencatatan dan pelaporan yang rapih,
terintegrasi antar unit pelayanan dan unit penunjang untuk dapat
Keywords: Activity Based Costing, Double Distribution, Unit melakukan perhitungan biaya satuan dengan baik. Manajemen
Cost. rumah sakit melakukan evaluasi berkala terhadap kepatuhan
SOP dan penggunaan obat rasional.

Kata Kunci : Activity Based Costing, Biaya Satuan, Double


Distribution.

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 3 September 2015  109
Hilfi L, dkk.: Perbedaan Perhitungan Unit Cost

PENGANTAR cost-nya tidak lagi mencerminkan aktivitas yang


Indonesia menduduki rangking ke-5 dari 22 spesifik karena banyaknya kategori biaya yang ber-
negara-negara yang mempunyai beban tinggi untuk sifat tidak langsung dan cenderung fixed serta lebih
TB dan memberikan kontribusi jumlah kasus TB di berdasarkan kepada perkiraan, kepantasan dan per-
dunia sebesar 4,7%. Penatalaksanaan TB tidak mu- bandingan dengan tarif rumah sakit lain yang sejenis.
dah, membutuhkan waktu yang lama dan membu- Perhitungan biaya yang tidak tepat akan memberi-
tuhkan biaya yang besar. Panduan OAT yang digu- kan informasi biaya yang terdistorsi yaitu undercost-
nakan oleh program Nasional penanggulangan TB ing atau overcosting yang mengakibatkan kesalahan
di Indonesia untuk TB Paru kategori 2 diberikan pada pengambilan keputusan dan kelangsungan organi-
pasien kambuh, gagal dan putus berobat minimal sasi. Rumah Sakit mempunyai berbagai macam fa-
selama 8 bulan dengan 2 bulan pertama diberi injeksi silitas dan jumlah biaya overhead yang tinggi, maka
Streptomicin setiap hari. Kasus drop out pada peng- semakin menuntut ketepatan dalam pembebanan
obatan TB Paru Kategori 2 dapat berpotensi ber- biaya yang sesungguhnya4. Distorsi dalam penghi-
kembang menjadi resistensi obat sekitar 6-29%1. tungan biaya dapat mengakibatkan kesalahan peng-
Pada saat ini pembiayaan untuk program penanggu- ambilan keputusan dalam hal tarif dan kelangsungan
langan TB menjadi tanggung jawab pemerintah pelayanan rumah sakit.
pusat, propinsi, kabupaten/kota, dan sumber lain Oleh karena itu, diperlukan alternatif sistem
yang sah dan tidak mengikat2. penghitungan biaya berdasarkan aktivitas atau lebih
Pada awal tahun 2014, seiring dengan lingkup dikenal dengan metode Activity Based Costing
monitoring dan evaluasi kebijakan SJSN dan BPJS (ABC)5. Activity Based Costing (ABC) dalam mem-
yang diantaranya adalah Penyediaan Pelayanan perhitungkan biaya yang terjadi akan menghasilkan
Kesehatan dan Pembiayaan Kesehatan secara me- informasi biaya yang akurat karena menggunakan
nyeluruh, penyediaan pelayanan kesehatan tergan- lebih dari satu cost driver. Pada metode ABC, aktivi-
tung pada infrastruktur di masyarakat yang menentu- tas merupakan titik pusat dari kegiatan sehingga
kan pemerataan pelayanan kesehatan dan jaminan setiap Rumah Sakit harus mengembangkan suatu
kesehatan di Masyarakat sedangkan pembiayaan Integrated Clinical Pathway yang dituangkan dalam
kesehatan secara menyeluruh berhubungan dengan bentuk standar prosedur operasional (SPO) agar alur
strategi kebijakan pembiayaan yang tidak melalui layanan pasien menjadi jelas6.
skema BPJS yaitu pembiayaan investasi dan ber- Informasi mengenai aktivitas yang terdapat da-
bagai tindakan medis yang mungkin belum tercover lam integrated clinical pathway akan dicatat, diukur
oleh BPJS dan besarnya reimbustment dari BPJS dan disediakan di dalam data dasar. Metode ABC
untuk rumah sakit yang menyangkut besaran tarif tidak hanya terfokus pada perhitungan satuan biaya
jasa medik. Permasalahan lain yang terjadi, penetap- jasa ataupun produk tetapi memiliki cakupan yang
an tarif di Rumah Sakit pemerintah dipengaruhi oleh lebih luas yaitu pengurangan biaya yang diperoleh
norma dan regulasi pemerintah serta penyusunan dari pengelolaan aktivitas. Pengelolaan aktivitas akan
tarif di rumah sakit belum didasarkan pada perhi- sejalan dengan pengendalian biaya. Pengurangan
tungan unit cost sehingga seringkali tarif belum dapat biaya pada metode ABC dapat dilakukan terhadap
merepresentasikan secara tepat biaya aktual yang seluruh biaya yang terjadi, baik pada bagian awal
dikeluarkan rumah sakit sebagai pembeli sumber aktivitas, proses produksi maupun pada tahap akhir
daya. Pernyataan normatif di masyarakat memang dari suatu rangkaian aktivitas sehingga penggunaan
mengharapkan bahwa tarif rumah sakit harus rendah Activity Based Costing mampu mengukur secara
agar masyarakat miskin mendapat akses yang mu- cermat biaya-biaya yang dikeluarkan dari setiap ak-
dah, akan tetapi tarif yang rendah dengan subsidi tivitas untuk menghasilkan tarif yang tepat. Tujuan
yang tidak mencukupi dapat menyebabkan pelayan- Penelitian ini yaitu untuk mengetahui perhitungan
an turun bagi orang miskin dan hal ini menjadi masa- unit cost dengan metode ABC di Instalasi Rawat
lah besar dalam manajemen rumah sakit3. Jalan TB Paru Kategori 2 di Rumah Sakit Paru, me-
Salah satu solusi untuk menangani masalah ngetahui perhitungan unit cost dengan metode DD
tersebut adalah dengan cara menghitung secara di Instalasi Rawat Jalan TB Paru Kategori 2 di Rumah
akurat biaya tetap dan biaya variabel yang dikeluar- Sakit Paru dan mengetahui perhitungan unit cost
kan oleh rumah sakit sehingga didapatkan biaya yang dengan menggunakan metode ABC lebih mengun-
lebih rendah dan kualitas pelayanan yang lebih tungkan dibandingkan dengan metode DD. Keuta-
baik. Selama ini perhitungan biaya rumah sakit da- maan penelitian ini adalah unit cost yang didapatkan
lam menentukan unit cost-nya hanya menggunakan dengan menggunakan metode ABC akan lebih akurat
metode Double Distributin (DD) yang penentuan unit dan menguntungkan dibandingkan metode Double

110  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 3 September 2015
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Distribution (DD) yang selama ini dilakukan di Ru- terdapat 4 kelompok yaitu :
mah Sakit Paru, diharapkan dapat menjadi sumber a. Pasien TB Paru Kategori 2 yang datang ke
informasi bagi Rumah Sakit, BPJS maupun Kemen- poliklinik rawat jalan dan menjalani pengobatan
terian Kesehatan dalam mengevaluasi efisiensi biaya rawat jalan berjumlah 4 orang.
rawat jalan dan rawat inap pasien TB Paru kategori b. Pasien TB Paru Kategori 2 yang datang ke
2. poliklinik rawat jalan dan menjalani rawat inap
berjumlah 38 orang.
BAHAN DAN CARA PENELITIAN c. Pasien TB Paru Kategori 2 yang datang ke
Penelitian ini adalah deskriptif dengan menggu- Instalasi Rawat Darurat, mendapatkan peng-
nakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari obatan dan diperkenankan pulang berjumlah 1
dokumen-dokumen mengenai biaya dan Integrated orang.
Clinical Pathway berdasarkan data yang terdapat d. Pasien TB Paru Kategori 2 yang datang ke Ins-
pada catatan rekam medik yaitu berupa data setiap talasi Rawat Darurat dan diharuskan menjalani
tindakan yang dilakukan kepada pasein TB paru rawat inap berjumlah 6 orang.
kategori 2 di Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap.
Setiap aktivitas pasien dari mulai datang sampai Perhitungan Biaya Satuan dengan Activity
dengan pulang yang terdapat pada Integrated Clini- Based Costing
cal Pathway tersebut menjadi dasar acuan dalam Dari 49 pasien yang menjadi responden pene-
melakukan penghitungan unit cost melalui pende- litian, 4 orang pasien rawat jalan mendapatkan pela-
katan metode Activity Based Costing (ABC) dan me- yanan, diberikan obat untuk 14 hari dan tidak harus
tode Double Distribution (DD). Penelitian dilaksana- dilakukan rawat inap. Biaya berobat pasien TB Paru
kan di Instalasi Rawat Jalan dan Rawat Inap Rumah Kategori 2 yang berbeda-beda untuk diagnosa yang
Sakit Paru Bandung, dilaksanakan pada bulan Mei sama baik ditinjau dari biaya pengobatan dengan
sampai dengan November tahun 2014. Populasi pada obat maupun tanpa obat. Biaya obat merupakan
penelitian ini yaitu data rekam medik seluruh pasien cerminan dari obat yang diberikan kepada pasien.
yang telah didiagnosis TB paru Kategori 2 dan Obat yang diberikanpun tidak sama antara pasien
memulai pengobatan TB paru kategori 2 pada Januari yang satu dengan pasien lainnya. Responden pasien
2012 sampai dengan Desember 2012. penarikan TB Paru Kategori 2 yang datang ke rumah sakit ada
sampel menggunakan teknik purposive sampling yang datang diluar jam buka poliklinik sehingga
sedangkan penentuan sample size menggunakan ditangani di instalasi rawat darurat. Pasien TB Paru
rumus Yamane yaitu sebanyak 49 sampel dengan Kategori 2 yang datang ke instalasi rawat darurat
perhitungan sebagai berikut: ada yang boleh pulang dan ada yang harus di rawat.
Satu orang pasien yang datang ke instalasi rawat
97 97 darurat diperbolehkan pulang dan diberikan obat
n = 2
= = 49 untuk 14 hari ke depan.
1 + 97.(0, 1) 1,97
Pasien yang terbanyak adalah pasien TB Paru
Kategori 2 yang dirawat inap. Pasien rawat inap ini
Data sekunder diperoleh dari data rekam medik masuk ke rumah sakit melalui instalasi rawat jalan.
pasien TB paru kategori 2 kurun waktu 1 tahun yaitu Perhitungan biaya satuan rawat inap ini sudah
pada bulan Januari 2012 sampai dengan Desember memperhitungkan biaya rawat jalan dan biaya rawat
2012, dokumen standar operasional prosedur (SOP) inapnya sesuai dengan lama hari rawat setiap
dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Pada pasien. Penanganan pasien TB Paru Kategori 2 yang
tahap awal kajian akan dilakukan penarikan sampel dirawat inap sangat bervariasi, baik dilihat dari lama
berdasarkan pada data pasien rawat jalan yang telah hari rawat inapnya maupun dari pengobatan yang
menjalani pengobatan TB Paru kategori 2. Selanjut- diberikan. Adapun biaya satuan rawat inap memiliki
nya berdasarkan nomer rekam medik dan nama rentang yang sangat tinggi mulai dari sekitar Rp.
pasien pada data pasien, diambil dokumen rekam 2,9 juta rupiah sampai dengan Rp 11 juta. Hal yang
mediknya. Pengolahan dan analisis data dilakukan sama juga dapat terlihat pada detail obat yang
dengan menggunakan komputer, secara deskriptif diberikan untuk setiap pasien dan lama hari rawat
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. masing-masing pasien. Rentang biaya obat pada
pasien mulai dari hanya Rp. 13 ribu sampai dengan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Rp 300 ribu. Kondisi yang sama juga terjadi pada
Berdasarkan clinical pathway pasien TB pasien rawat inap yang masuk melalui rawat darurat,
Paru Kategori 2 yang datang ke RSP Rotinsulu biaya pengobatan dan variasi penanganan pasien

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 3 September 2015  111
Hilfi L, dkk.: Perbedaan Perhitungan Unit Cost

TB Paru Kategori 2 juga terjadi. Biaya satuan rawat Untuk dapat diperbandingkan antara biaya satu-
inap pasien yang berasal dari rawat darurat memiliki an pasien TB Paru Kategori 2 dengan menggunakan
rentang dari Rp 2,4 juta sampai dengan Rp 6,9 juta, metode ABC dan metode DD, maka perhitungan bia-
dengan rata-rata Rp 4,3 juta. ya satuan DD juga dapat dihitung dalam bentuk pa-
Berdasarkan hasil perhitungan biaya satuan ket pelayanan. Perhitungan dengan metode DD juga
pasien TB Paru Kategori 2 dengan menggunakan dikelompokkan ke dalam 4 kelompok yaitu biaya
metode ABC diperoleh gambaran bahwa penanganan satuan rawat jalan, biaya satuan pasien rawat daru-
pasien TB tersebut sangat bervariasi pada clinical rat, niaya satuan pasien rawat inap yang melalui
pathway nya. Perbedaan clinical pathway rawat jalan dan biaya satuan pasien rawat inap yang
penanganan pasien TB Paru Kategori 2 tidak hanya melalui rawat darurat. Biaya satuan untuk pasien
terjadi pada dokter yang berbeda, tetapi juga terjadi rawat darurat dengan menggunakan metode DD se-
pada dokter yang sama dengan pasien yang berbeda. besar Rp 734,170. Nilai ini lebih besar dibandingkan
Adapun resume dari perhitungan biaya satuan paket dengan hasil perhitungan biaya satuan dengan meto-
pelayanan bagi pasien TB Paru Kategori 2 yang de ABC untuk rawat darurat, berbeda dengan nilai
dilayani di rawat jalan, rawat inap maupun rawat untuk perawatan di instalasi lainnya yang nilai nya
darurat dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini : lebih kecil. Adapun resume dari perhitungan biaya
satuan paket pelayanan TB Paru Kategori 2 dengan
Tabel 1. Interval Biaya Paket Biaya Satuan Pasien TB menggunakan metode DD adalah sebagai berikut :
Paru Kategori 2 Berdasarkan Perhitungan dengan
Metode ABC
Tabel 2. Interval Biaya Satuan Paket Pelayanan Pasien
Jenis Pelayanan Unit Cost Unit Cost
Minimal Maksimal
UC Rata-
rata TB Paru Kategori 2 Berdasarkan Perhitungan dengan
Metode DD
Rawat jalan 454.888 725.907 611.321
rawat jalan dan UC UC UC Rata-
Jenis Pelayanan
rawat inap 2.698.396 11.066.312 5.037.309 Minimal Maksimal rata
Rawat darurat 713.852 - - Rawat Jalan 283,330 510,808 421,621
Rawat darurat dan Rawat Jalan dan
rawat inap 2.420.070 6.913.104 4.398.415 Rawat Inap 1,035,662 3,542,834 1,727,213
Rawat Darurat 734,170 -
Rawat Darurat dan
Perhitungan Biaya Satuan dengan Metode DD Rawat Inap 1,288,693 2,540,901 1,846,337
(DD)
Perhitungan biaya satuan dengan menggunakan Tarif Pelayanan Pasien TB Paru Kategori 2
metode DD dilakukan dengan mendistribusikan biaya Penelitian ini juga mencoba melakukan identifi-
dari unit penunjang ke unit produksi. Tahap pertama kasi besaran biaya yang dibebankan kepada pasien
biaya dari unit penunjang didistribusikan ke unit pe- TB Paru Kategori 2 sesuai dengan pengelompokkan
nunjang lainnya. Selanjutnya biaya dari unit penun- yang digunakan untuk menghitung biaya satuan
jang hasil distribusi pertama didistribusikan pada unit dengan menggunakan metode ABC dan metode DD.
produksi. Perhitungan biaya satuan dilakukan de- Secara operasional rumah sakit tidak menerapkan
ngan membagi setiap biaya yang terjadi pada unit sistem paket pelayanan baik untuk pasien rawat
produksi yang sudah ditambahkan dengan biaya dari jalan, rawat darurat maupun rawat inap. Penelitian
unit penunjang pada tahap distribusi kedua dengan ini mencoba melakukan perhitungan paket pelayanan
sejumlah luaran pelayanan yang diberikan oleh unit dikarenakan pada implementasi Jaminan Kesehatan
produksi tersebut. Asumsi yang digunakan pada Nasional, rumah sakit melakukan klaim pembayaran
metode DD diataranya yaitu luas lantai untuk distri- pada BPJS untuk pasien yang dilayani baik rawat
busi biaya pemeliharaan gedung; jumlah sumber inap maupun rawat jalan dengan perhitungan INA-
daya manusia berikut pendidikannya untuk distribusi CBGs. Perhitungan INA-CBGs tidak menerapkan
biaya sdm dan biaya administrasi; Porsi makan, pembiayaan pasien atas dasar setiap jenis layanan
seharusnya digunakan untuk distribusi biaya dapur yang diterima pasien tetapi berdasarkan koding yang
tetapi karena tidak didapatkan data porsi makanan telah ditetapkan dan sifatnya berupa paket pelayan-
yang diberikan pada pasien pada tahun 2012 maka an. Adapun resume perhitungan paket pelayanan TB
digunakan jumlah orang hari untuk distribusi biaya Paru Kategori 2 berdasarkan tarif yang berlaku di
dapur; Biaya obat tidak didistribusikan karena dibe- rumah sakit untuk pasien rawat jalan, rawat inap
bankan langsung kepada pasien sesuai dengan maupun rawat darurat dapat dilihat pada table
jumlah dan jenis obat yang diperoleh pasien. berikut:

112  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 3 September 2015
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

Tabel 3. Interval Paket Pelayanan Pasien TB Paru jau dari biaya satuan rata-rata dan biaya satuan
Kategori 2 Berdasarkan Tarif Pelayanan yang Berlaku maksimal.
Jenis Pelayanan Tarif Tarif Tarif rat-
Hal ini menunjukkan bahwa biaya pelayanan
minimal maksimal rata
Rawat Jalan 238,393 428,819 360,393 yang dibebankan pada pasien selama ini mengindi-
Rawat Jalan dan kasikan rumah sakit harus selalu melakukan subsidi
Rawat Inap 1,453,165 5,853,753 2,774,563 biaya, pihak rumah sakit harus selalu menyediakan
Rawat Darurat 427,408 -
Rawat Darurat dan pembiayaan bagi pasien karena kemungkinan pihak
Rawat Inap 905,453 2,691,231 1,926,060 manajemen rumah sakit tidak memperhitungkan bia-
ya investasi dan biaya operasional pada penetapan
Kesenjangan Biaya Satuan dengan metode tarif pelayanan.
ABC, DD dan Tarif Perhitungan biaya satuan dengan metode ABC
Berdasarkan hasil perhitungan biaya satuan didasar pada aktivitas pelayanan yang diterima pa-
yang dibuat, baik dengan metode DD maupun de- sien atau pada aktivitas yang diberikan oleh pihak
ngan ABC, dinilai dengan kesenjangan yang terjadi rumah sakit kepada pasien, sesuai dengan clinical
terhadap tarif yang berlaku. Kesenjangan yang terjadi pathway bagi setiap pasien. Perhitungan biaya satu-
dapat bersifat positif dapat pula bersifat negatif. an dengan metode ABC berbeda dengan metode DD,
Kesenjangan negatif bila hasil perhitungan biaya pada metode DD perhitungan biaya satuan dilakukan
satuan lebih besar daripada tarif yang dibebankan dalam 2 tahap. Tahap pertama adalah dengan men-
pada pasien. Kesenjangan positif terjadi bila tarif distribusikan seluruh biaya penunjang (pusat biaya)
yang dibebankan pada pasien lebih besar dibanding- kepada biaya penunjang lainnya. Setelah itu baru
kan dengan hasil perhitungan biaya satuan baik de- dilakukan distribusi kedua yaitu dengan mendistri-
ngan menggunakan metode DD maupun metode busikan total biaya penunjang dimasing-masing unit
ABC. Adapun hasil perhitungan kesenjangan terse- penunjang yang sudah dilakukan distribusi pertama
but dapat dilihat pada table berikut; keseluruh pusat pendapatan. Untuk mendapatkan

Tabel 4. Kesenjangan Antara Biaya Satuan Minimal, Maksimal dan Rata-Rata dengan Metode DD dan
Metode ABC Terhadap Tarif Paket Pelayanan
Rawat Rawat Jalan Rawat Rawat Darurat
Jalan dan Rawat Inap Darurat dan Rawat Inap
Selisih Biaya Satuan Minimal Metode DD dengan
Tarif Minimal (44,937.40) 417,502.97 (306,761.94) (383,239.85)
Selisih Biaya Satuan Minimal Metode ABC dengan
Tarif Minimal (216.495) (1.245.231) (286.444) (1.514.617)
Selisih Biaya Satuan Maksimal Metode DD dengan
Tarif Maksimal (81,989.66) 2,313,918.63 - 150,330.06
Selisih Biaya Satuan Maksimal Metode ABC
dengan Tarif Maksimal (297.088) (5.212.559) - (4.221.873)
Selisih Biaya Satuan Rata-Rata Metode DD dengan
Tarif rata-rata (61,228.34) 1,047,349.66 - 79,723.08
Selisih UC Rata-Rata Metode ABC dengan Tarif
rata-rata (250.928) (2.262.746) - (2.472.355)

Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa secara hasil biaya satuan disetiap pusat pendapatan, hasil
keseluruhan tarif yang dibebankan pada pasien lebih distribusi kedua dibagi dengan masing-masing luaran
kecil dibandingkan dengan hasil perhitungan biaya dari setiap pusat pendapatan.
satuan untuk setiap jenis layanan yang diterima baik
dengan menggunakan metode ABC maupun dengan PEMBAHASAN
metode DD. Bila dibandingkan antara tarif dengan Berdasarkan hasil perhitungan biaya satuan
biaya satuan yang dihitung, maka yang memiliki ke- dengan menggunakan metode ABC dan metode DD,
senjangan postif adalah biaya rawat inap pasien yang didapatkan secara umum biaya satuan dengan
datang melalui instalasi rawat jalan yang dihitung metode DD lebih mendekati tarif pelayanan yang saat
dengan metode DD, baik ditinjau dari kesenjangan ini diberlakukan oleh rumah sakit. Perhitungan de-
rata-rata biaya satuan minimal, biaya satuan rata- ngan metode ABC memberikan hasil jauh lebih besar
rata maupun biaya satuan maksimal. Kesenjangan dibandingkan tarif yang berlaku, hampir mendekati
positif lainnya adalah pada biaya pasien rawat inap dua kali lipat dari tarif yang berlaku.
yang datang melalui instalasi rawat darurat yang ditin-

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 3 September 2015  113
Hilfi L, dkk.: Perbedaan Perhitungan Unit Cost

Untuk mengetahui apakah pendapatan rumah yaan tidak hanya berasal dari pendapatan rumah
sakit lebih besar dibandingkan biaya produksi, sakit tetapi juga memperoleh biaya yang berasal dari
dibutuhkan perhitungan biaya satuan untuk seluruh Kementrian Kesehatan, dalam bentuk APBN. Kebu-
pelayanan yang diselenggarakan oleh rumah sakit. tuhan investasi ulang dapat dimintakan pada Kemen-
Hal ini disebabkan karena pada metode DD, biaya trian Kesehatan. Ditinjau dari sudut manajemen,
yang didistribusikan dari pusat biaya penunjang ketergantungan keuangan pada pihak di luar manaje-
kepada pusat biaya lainnya tidak memandang apa- men rumah sakit bukan merupakan hal yang baik.
kah pasien mendapatkan pelayanan dari unit penun- Keterbatasan keuangan pemerintah mengharuskan
jang tersebut. Sebagai contoh, pasien yang tidak pemerintah melakukan prioritas dalam perencanaan
mendapatkan pelayanan laundry, akan terkena pembangunan kesehatan, sehingga sangat sulit bagi
beban biaya dari pusat penunjang laundry sebagai pemerintah untuk dapat memenuhi seluruh kebutuh-
hasil dari distribusi pertama. Oleh karena itu untuk an anggaran bagi seluruh rumah sakit milik pemerin-
mengetahui apakah pendapatan rumah sakit dapat tah. Pihak manajemen rumah sakit secara betahap
menutupi biaya operasional dan mencadangkan perlu mengurangi ketergantungan keuangan pada
biaya untuk investasi ulang perlu dilihat pendapatan pemerintah walaupun rumah sakit tersebut milik
rumah sakit berdasarkan perhitungan biaya satuan pemerintah. Hal ini dapat dilakukan bila pendapatan
dari seluruh pelayanan yang diberikan. rumah sakit mampu menutupi biaya investasi ulang.
Perhitungan biaya satuan dengan menggunakan Berdasarkan perhitungan biaya satuan metode ABC,
metode ABC, mensyaratkan adanya clinical path- setiap aktivitas yang diberikan kepada pasien dihi-
way untuk setiap pelayanan yang diselenggarakan tung pembiayaannya. Hal ini menyebabkan hasil
oleh rumah sakit. Kesamaan clinical pathway untuk perhitungan biaya satuannya jauh lebih besar diban-
satu jenis pelayanan ditunjukan oleh standar opera- dingkan dengan metode DD maupun tarif yang
sional prosedur (SOP). Selain dibutuhkan clinical berlaku. Kondisi ini menyiratkan sebenarnya cukup
pathway, juga dibutuhkan komitmen dari para dokter banyak aktivitas yang diterima oleh pasien yang
yang memberikan pelayanan untuk mematuhi SOP diberikan oleh manajemen rumah sakit yang tidak
yang sudah dibuat, termasuk kepatuhan terhadap dibebankan biayanya. Sebagai contoh, berdasarkan
obat yang diberikan pada pasien, baik pasien rawat tabel 4, rata-rata biaya satuan untuk pasien rawat
jalan, rawat darurat maupun rawat inap. Kepatuhan inap dibandingkan dengan tarif didapatkan selisih
pemberian obat tersebut, meliputi kepatuhan terha- Rp 2 juta sampai dengan Rp 2,5 juta. Bila terdapat
dap jenis obat dan jumlah obatnya. Berdasarkan hasil 49 pasien dalam setahun, selisih antara tarif dan
penelitian didapatkan pasien yang datang mendapat- perhitungan biaya satuan mendekati Rp 100 juta pa-
kan obat yang sangat bervariasi. Obat pertama yaitu sien per tahunnya. Nilai tersebut baru dari satu jenis
obat anti Tuberculosis pun diberikan bervariasi. pelayanan. Bila seluruh pelayanan dihitung dengan
Pada implementasi Jaminan Kesehatan Nasio- metode ABC, maka selisih ini akan jauh lebih besar.
nal (JKN), semakin efisien penggunaan sumber daya Penjumlahan dari seluruh selisih perhitungan terse-
di rumah sakit akan berdampak pada semakin besar- but untuk semua jenis pelayanan yang diselenggara-
nya biaya yang disisihkan oleh rumah sakit, karena kan oleh rumah sakit, mengindikasikan potensi
INA-CBGs merupakan bentuk klaim yang dilakukan pendapatan yang dapat diraih oleh rumah sakit.
rumah sakit pada BPJS yang berbentuk paket pela- Di pihak lain besarnya hasil perhitungan biaya
yanan. Kepatuhan terhadap SOP, penggunaan obat satuan dengan metode ABC maupun metode DD,
rasional merupakan hal penting agar keseimbangan dapat memberatkan pasien sehingga pasien TB Paru
keuangan rumah sakit dapat tetap positif, pendapat- Kategori 2 tidak dapat menuntaskan pengobatannya.
an rumah sakit lebih besar dibandingkan dengan Pasein TB Paru Kategori 2 yang tidak tuntas peng-
pengeluaran rumah sakit. Pada implementasi JKN, obatannya merupakan sumber penularan bagi anggo-
bila pendapatan rumah sakit dibandingkan dengan ta keluarganya dan masyarakat sekitarnya. Oleh ka-
biaya operasional, keseimbangan kas masih menun- rena itu perlu dipikirkan solusi yang baik yang dapat
jukkan balans positif tetapi pada saat pendapatan mengakomodasi kebutuhan biaya berobat pasien dan
rumah sakit dibandingan dengan biaya investasi per kebutuhan pengembangan rumah sakit. Upaya-upa-
tahun dan biaya operasional maka seringkali menun- ya tersebut antara lain, dengan melakukan survey
jukan balans yang negatif, sehingga akan sulit bagi kemampuan membayar / Ability To Pay (ATP) dan
pihak manajemen untuk melakukan investasi ulang. kemauan membayar/Willingness To Pay (WTP)
Rumah Sakit Pusat (RSP) Rotinsulu merupakan pasien terhadap biaya yang dibebankan. Dengan
rumah sakit pemerintah, yang mendapatkan pembia- melakukan survey ATP dan WTP, pihak manajemen

114  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 3 September 2015
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia

rumah sakit dapat menentukan sebenarnya berapa sangat penting untuk meningkatkan keakuratan per-
biaya yang dapat diterima oleh pasien TB Paru Kate- hitungan unit cost yang dijadikan dasar penentuan
gori 2 agar pasien dapat teratur menjalani pengobat- tarif pelayanan Rumah Sakit; perlu membuat standar
an sampai tuntas. Apabila hasil ATP dan WTP nya operasional prosedur untuk seluruh pelayanan yang
lebih kecil dari perhitungan biaya satuan maka pihak diberikan oleh Rumah Sakit mengacu pada kasus-
manajemen rumah sakit perlu memikirkan sumber kasus yang datang ke Rumah Sakit; perlu melaku-
biaya lainnya untuk menutupi kekurangan tersebut. kan evaluasi berkala mengenai kepatuhan petugas
Upaya lainnya adalah setiap pasien yang berobat terhadap SOP yang sudah ditetapkan dan pengguna-
dengan membayar secara fee for service, dianjurkan an obat rasional pada berbagai kasus baik rawat
untuk menjadi peserta JKN dengan mendaftarkan jalan, rawat inap dan rawat darurat demi mengopti-
diri ke BPJS sehingga besarnya biaya pelayanan malkan efisiensi rumah sakit.
tidak menjadi kendala bagi pasien untuk teratur ber- Pengkajian ulang atau revisi peraturan Menteri
obat dan menjalani pengobatannya sampai tuntas. Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013
Bila seluruh pasien yang datang berobat sudah men- Tentang Pola Tarif Badan Layanan Umum (BLU)
jadi peserta BPJS, maka pihak manajemen rumah Rumah Sakit di lingkungan Kementerian Kesehatan
sakit sebaiknya melakukan penataan internal rumah untuk lebih mempertegas perhitungan unit cost
sakit dalam bentuk efisiensi operasional rumah sakit, dengan menggunakan metode Activity Based Cost-
kepatuhan terhadap SOP yang telah disepakati ing (ABC).
bersama dan pengunaan obat yang rasional serta
pemeriksaan laboratorium yang sesuai dengan REFERENSI
kebutuhan pasien yang hasilnya dapat membantu 1. Burhan, Erlina. 2010. Peran ISTC dalam
dokter dalam menentukan diagnosa, menentukan Pencegahan MDR. Departemen Pulmonologi &
pengobatan maupun menentukan tingkatan penyakit Ilmu kedokteran Respirasi FKUI-RS
dan komplikasinya. Persahabatan. Jurnal Tuberkulosis Indonesia;
Vol 7. Jakarta.
KESIMPULAN DAN SARAN 2. Menkes RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan
Kesimpulan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013
Biaya satuan rata rata dengan metode Activity Tentang Pedoman Manajemen Terpadu
Based Costing (ABC) untuk pasien rawat jalan TB Pengendalian Tuberkulosis Resistan Obat.
Paru Kategori 2 sebesar Rp 611.321 dengan obat Kemenkes RI. Jakarta.
untuk 2 minggu; untuk pasien rawat darurat TB Paru 3. Adisasmita, Wiku. 2008. Kebijakan Standar
Kategori 2 sebesar Rp 713.852; untuk pasien rawat Pelayanan Medik dan Diagnosis Related Group
inap dengan ALOS 9,2 hari yang masuk melalui (DRG), Kelayakan Penerapannya di Indonesia.
instalasi rawat jalan sebesar Rp 5.037.309; untuk Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas
pasien rawat inap dengan ALOS 9,2 hari yang masuk Indonesia. Depok.
melalui instalasi rawat darurat sebesar Rp 4.398.415. 4. 4.Budiman, Riadi. 2012. Implementasi Metode
Biaya satuan rata rata dengan metode Double Activity-Based Costing System dalam
Distribution (DD) untuk pasien rawat jalan TB Paru menentukan Besarnya Tarif Jasa Rawat Inap
Kategori 2 sebesar Rp 421,621 dengan obat untuk (Studi Kasus di RS XYZ). Jurnal ELKHA Vol.4,
2 minggu; untuk pasien rawat darurat TB Paru Kate- No 2. Program Studi Teknik Industri, Jurusan
gori 2 sebesar Rp 734,170; untuk pasien rawat inap Teknik Elektro, Fakultas Teknik Universitas
dengan ALOS 9,2 hari yang masuk melalui instalasi Tanjung Pura.
rawat jalan sebesar Rp 1,727,213; untuk pasien 5. Semiarty dkk. 2011. Metode Activity Based
rawat inap dengan ALOS 9,2 hari yang masuk Costing Sebagai Penentuan Tarif Rawat Inap
melalui instalasi rawat darurat sebesar Rp 1,846,337. Di RSJ Puti Bungsu. Program Pascasarjana
Perhitungan biaya satuan dengan menggunakan Universitas Andalas.
metode ABC lebih menguntungkan secara financial 6. Menkes RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan
bagi Rumah Sakit dibandingkan dengan metode DD. Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013
Tentang Pola Tarif Badan Layanan Umum
Saran Rumah Sakit Di Lingkungan Kementerian
Manajemen Rumah Sakit perlu meningkatkan Kesehatan
kerapihan pencatatan pelaporan baik keuangan, 7. Mog yorosy Zsolt, Smith Peter. 2005.Literature
pelayanan, dan data investaris. Data-data tersebut Review: The main methodological issues in cost-

Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 3 September 2015  115
Hilfi L, dkk.: Perbedaan Perhitungan Unit Cost

ing health care services. Centre For Health Eco- 8 Kuchta Dorota, Zbek Sabina. 2011. Activity-
nomic (CHE). University of York. York:United based costing for health care institutions. 8 th
Kingdom. International Conference on Enterprise Systems,
Accounting and Logistics (8 th ICESAL 2011)
11-12 July 2011, Thassos Island, Greece.

116  Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, Vol. 04, No. 3 September 2015

Anda mungkin juga menyukai