Anda di halaman 1dari 25

PRAKTIKUM DASAR TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN

“AGROTEKNOLOGI”

ACARA I
PERSEMAIAN
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Persemaian adalah suatu areal pemeliharaan bibit yang lokasinya tetap dan
dibangun dengan peralatan yang rapih dan teratur yang berkaitan dengan penghutanan
kembali areal tanah kosong yang rusak ataupun peruntukan lainnya. Penyemaian
perlu dilakukan khususnya untuk benih, benih halus seperti sawi, cabai, terong, dan
tomat. Dengan menyemaikan benih terlebih dahulu, diharapkan akan mendapatkan
mutu yang lebih baik. Karena dapat dilakukan pemilihan bibit yang cermat dan tepat.
Selain itu apabila diusahakan pada lahan yang sempit, maka pemeliharaannya lebih
intensif sehingga mengurangi kemungkinan kegagalan atau ketidaktumbuhan bibit.
(murty, 2014).

Tempat dilakukan pembibitan dan persemaian hendaknya mudah dijangkau


dengan memudahkan upaya pengairan, pemberian naungan atau hal-hal rutin lain
yang diperlukan oleh tanaman muda. Ada dua bentuk utama dari bedengan
persemaian yang ditinggikan (raised beds) dan yang direndahkan (sunken beds). Bed
yang ditinggikan merupakan bentuk bedengan persemaian yang lebih banyak
dilakukan oleh petani diwilayah yang sering banjir (Dewi, 2014).

2. Tujuan Praktikum
a) Mengetahui cara membuat pesemaian untuk budidaya tanaman
b) Mengetahui kriteria bibit siap tanam

B. TINJAUAN PUSTAKA

Persemaian didefinisikan sebagai suatu tempat yang digunakan untuk


menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan tertentu dan selama
periode waktu yang telah ditetapkan. Tujuan utama pembuatan pembibitan adalah
sebagai upaya penyediaan bibit yang berkualitas baik dalam jumlah yang memadai,
sesuai dengan rencana penanaman (Edi ,S dkk, 2010)
Pada umumnya persemaian digolongkan menjadi 2 jenis/tipe yaitu persemaian
sementara dan persemaian tetap. Persemaian sementara (Flyng nursery) biasanya
berukuran kecil dan terletak di dekat daerah yang akan ditanami. Persemaian
sementara ini biasanya berlangsung hanya untuk beberapa periode panenan
(bibit/semai. Sedangkan Persemaian Tetap. biasanya berukuran (luasnya) besar dan
lokasinya menetap disuatu tempat, untuk melayani areal penanaman yang luas
(Andini 2006).
Tempat persemaian adalah sepetak tanah yang sengaja di buat untuk
menyemaikan bibit-bibit yang tidak dapat atau sukar untuk ditanam langsung di
kebun. Hampir semua bibit sayuran memerlukan persemaian itu. Hanya bayam,
lobak, bakung, bawang merah, bawang putih, seledri, radis, wortel dan semua jenis
kacang dapat langsung ditanam (disebarkan) pada petakan-petakan persemaian
yang agak luas dapat dibuat pada tanah yang khusus disediakan untuk keperluan
itu. Untuk berkebun di halaman cukup dipergunakan sebuah bak yang dibuat dari
kayu (Rismunandar 2003).
Tempat dilakukannya pembibitan / persemaian hendaknya mudah dijangkau
dengan memudahkan upaya pengairan, pemberian naungan atau hal-hal rutin lain
yang diperlukan oleh tanaman muda. Ada dua bentuk utama dari bedengan
persemaian yang ditinggikan (raised beds) dan yang direndahkan (sunken beds).
Bed yang ditinggikan merupakan bentuk bedengan persemaian yang lebih banyak
dilakukan oleh petani di wilayah yang sering banjir (Muningsjah dan
Setiawan 2000).
Persemaian tidak memerlukan tanah yang terlalu subur. Tanah
suburmengakibatkan pertumbuhan bibit yang terlalu cepat. Sebaiknya tanah
persemaian yang kurang subur, maka pertumbuhan akar bibit relatif lebih besar
dari pada batangnya. Tanaman persemaian dapat dipelihara dalam kotak-kotak
tanah dan dalam kantong-kantong kerta atau dibedngan untuk persemaian yang
berjarak cukup didalam barisan agar mudah dipisahkan atau dipindahkan (Fiandika
2006).
Dalam proses penerapan kedua jenis teknik persemaian ini memiliki kelebihan
dan kelemahannya masing-masing. Persemaian sementara kelebihannya yaitu:
a) Keadaan ekologi selalu mendekati keadaan yang sebenarnya
b) Biaya pengangkutan bibit murah
c) Kesuburan tanah tidak terlalumenjadi masalah karena persemaian
selalu berpindah tempat setelah tanah menjadi miskin hara
d) Tenaga kerja sedikit sehingga mudah pengurusannya

Dan kelemahannya yaitu:


a) Ongkos persemaian jatuhnya mahal karena tersebarnya pekerjaan
dengan hasil yang sedikit
b) Ketrampilan petugas sulit ditingkatkan, karena sering berganti petugas
c) Seringkali gagal karena kurangnya tenaga kerja yang terlatih,
d) Lokasi persemaian yang terpancar menyulitkan pengawasan.

Persemaian permanen memiliki kelebihan yaitu:


a) Kesuburan tanah dapat dipelihara dengan pemupukan
b) Dapat dikerjakan secara mekanis bila dikehendaki
c) Pengawasan dan pemeliharaan lebih efisien, karena staf biasanya tetap
dan terpilih,
d) Perencanaan pekerjaan akan lebih teratur
e) Produktivitas semai/bibit tinggi
f) Kualitas bibit lebih baik dan pertumbuhannya lebih seragam.

Dan kelemahannya yaitu:


a) Keadaan ekologi tidak selalu mendekati keadaan yang sebenarnya
b) Biaya pengangkutan lebih mahal dibandingkan dengan jenis
persemaian sementara
c) Memerlukan biaya untuk investasi lebih tinggi disbanding persemaian
sementara karena untuk persemaian tetap biasanya keadaan sarana (missal
jalan angkutan, bangunan-bangunan dipersemaian) dan prasarana (misal
peralatan kerja/angkutan) lebih baik kualitas dan lebih mahal harganya
dibanding yang diperlukan persemaian sementara (zensiallagan, 2016) .
Menurut klasifikasi dalam tatanama tumbuhan sawi termasuk kedalam:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobinonta
Super Divisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliophyta
Sub kelas : Dileniidae
Ordo : Capparales
Familia : Brassicaceae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica juncea L
(Nurullah, 2017)
Menurut klasifikasi dalam tatanama tumbuhan bayam termasuk kedalam:
Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magniliaphyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Hamamelidae
Ordo : Caryphyllales
Famili : Amaranthaceace
Genus : Amaranthus
Spesies : Amaranthus tricolor L
(Nurullah, 2017)
Transplanting adalah memisahkan bibit dari sekelompoknya hingga menjadi
tanaman individu dalam suatu wadah hingga tanaman individu dalam suatu wadah
tersendiri sesuai dengan ukuran dan pertumbuhannya
Tujuan Transplanting
a. Mempercepat pertumbuhan bibit
b. Mempermudah bibit menyesuaikan diri dengan lingkungan
c. Mengurangi tingkat kematian bibit dilapangan
d. Memudahkan dalam pemindahan bibit ke lapangan.

Pemindahan tanaman atau yang kita kenal dengan transplanting merupakan hal
yang sangat penting dalam teknik budidaya jenis-jenis tanaman sayur dan buah.
a. Potting merupakan kegiatan pemindahan tanaman/bibit dari bedengan
semai atau flat pembibitan ke pot-pot yang telah disiapkan dengan
tanah dan campuran pupuk.
b. Repotting merupakan kegiatan pemindahan tanaman dari pot-
pot/polybag yang lebih kecil ke pot-pot yang berukuran lebih besar.
c. Pricking off merupakan cara persemaian dengan hanya menaburkan
benih di atas bedengan semai untuk kemudian dipindah tanamkan ke
polibag maupun ke bedengan-bedengan yang tersedia.
d. Setting out merupakan tindakan pemindahan tanaman dari pot-pot, flat
e. maupun bedengan ke tempat penanaman di lapang (Tjionger, 2008).

Kriteria Bibit Siap Transplanting


a. Tumbuh sehat tidak terserang hama dan penyakit, subur dan seragam
b. Cukup umur, tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua
c. Struktur perakarannya baik, akar tunggang lurus dan cukup panjang
d. Calon batang lurus dan tidak patah

Teknilk Transplanting Bibit


a. Menyiapkan media tumbuh
b. Media tumbuh untuk transplanting bibit tergantung dari jenis/varietas tanaman
dan umur transplanting. Media tumbuh dapat berupa komposisi yang sama
dengan media semai. Media tumbuh untuk transplanting bila perlu
ditambahkan dengan pestisida seperti nematisida, fungisida dan bakterisida.
c. Memilih Bibit
d. Bibit yang ditransplanting sebaiknya dipilih yang sehat, subur, seragam, cukup
umur dan tidak cacat. Umur bibit yang ditransplanting bervariasi tergantung
dari varietas berkisar antara 3 – 4 minggu setelah semai.
e. Menanam bibit ke dalam polybag/wadah
f. Menanam bibit ke dalam polybag (transplanting) harus dilakukan secara hati-
hati karena akar-akarnya, batang dan daunnya masih lemah. Jika akarnya
putus, kemungkinan akan terinfeksi jamur atau bakteri sangat tinggi. Batang
yang dipegang terlalu ketat juga dapat menyebabkan bibit menjadi mati.

Prosedur menanam bibit ke dalam polybag adalah sbb:


a. Siapkan media tumbuh dan isikan dalam polybag sebanyak ¾ bagian
b. Pegang daun bibit perlahan-lahan, cungkil media tempat tumbuh secara hati-
hati
c. Pindahkan bibit dan tanam bibit bersama media semai yang masih menempel
pada akar
d. Tempatkan bibit hasil transplanting di tempat pembibitan
e. Pelihara bibit sampai masa pindah tanam

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada transplanting bibit adalah :


a. Memeriksa kesiapan media tumbuh dalam polybag/wadah, bibit dan
peralatan penanaman
b. Melakukan penanaman bibit dengan memperhatikan aspek teknis dan
ekonomis
c. Mengelompokkan, memonitor dan memelihara bibit tanaman yang telah
ditanam, sesuai kondisi tanaman di lapangan

Dalam pelaksanaan transplanting, bibit yang disemai akan mengalami proses


kerusakan terutama pada sistem perakarannya. Hal ini erat kaitannya dengan proses
absorbsi dengan transpirasi yang berlangsung secara bersamaan dimana saat
pemindahan, tanaman akan berhenti mengabsorbsi air sementara di lain pihak
proses transpirasi tetap berlangsung. Dengan demikian akan terjadi reduksi air di
dalam bibit tanaman. Untuk mengembalikan pada keadaan awal, diperlukan adanya
daya bangun (recovery) atau daya sembuh dari tanaman-tanaman itu sendiri. Pada
dasarnya daya recovery dari tanaman-tanaman sayur dan buah
yang herbaceous (berbatang lunak) tergantung dari : (a) ukuran dan umur tanaman
(size and age of plant), (b) jenis tanaman dan (c) perlakuan pada waktu
pemindahan (Tjionger, 2008).
Pada saat transplanting dilakukan, umur tanaman berbanding terbalik dengan
jumlah akar rambut yang tertinggal. Artinya semakin panjang umur tanaman, akan
mengakibatkan lebih sedikitnya akar rambut yang tertinggal. Hal ini tentunya
berhubungan dengan kemampuan tanaman tersebut dalam mengadakan absorbsi air
dan unsur hara. Pada umumnya tanaman/bibit sudah dapat dipindahkan setelah
terlihat pemunculan daun sebenarnya (true leaves) sebanyak 2–3 helai. Ukuran dan
umur tanaman juga berhubungan langsung dengan makin luasnya permukaan daun
(transpirasi). Berdasarkan kenyataan tersebut, banyak pengusaha sayuran dan
tanaman hias mengadakan pemindahan tanaman saat tanaman tersebut masih kecil
(Tjionger, 2008).
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a) Cetok
b) Nampan Plastik

2. Bahan
a) Benih Sawi
b) Benih Bayam Hijau
c) Benih Bayam Merah
d) Furadan
e) Pupuk Kandang

D. LANGKAH KERJA
1. Buat media persemaian yang terdiri dari tanah dan pupuk kandang perbandingan
1:1 menggunakan plastik polybag.
2. Buat lubang dan tanam benih sayuran sebanyak 2 benih per lubang.
3. Siram media sampai basah dan letakkan di bawah tempat teduh.
4. Siram setiap hari.
5. Dapat dilakukan dengan pemberian pupuk organik cair atau ZPT.
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Persemaian Sawi
Tinggi Tanaman Jumlah Daun Persentase
Tanaman
Pengamatan Ke- Pengamatan Ke- Hidup
Sampel
1 2 3 1 2 3 (%)
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019

Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Persemaian Bayam Hijau


Tinggi Tanaman Jumlah Daun Persentase
Tanaman
Pengamatan Ke- Pengamatan Ke- Hidup
Sampel
1 2 3 1 2 3 (%)
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019

Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Persemaian Bayam Merah


Tinggi Tanaman Jumlah Daun Persentase
Tanaman
Pengamatan Ke- Pengamatan Ke- Hidup
Sampel
1 2 3 1 2 3 (%)
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019
F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
ACARA II
PENGAMATAN PARAMETER KUALITAS DAN KUANTITAS TANAMAN

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktikum
a) Mengetahui kadar kemanisan buah sebagai parameter kualitas
b) Mengetahui cara pengukuran luas daun

B. TINJAUAN PUSTAKA

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a) Pensil
b) Gunting
c) Penggaris
d) Kertas milimeter
e) Timbangan analitis
f) Alat refraktometer

2. Bahan
a) Semangka untuk pengukuran kadar gula total
b) Daun kakao
c) Daun melinjo
d) Daun jambu biji

D. LANGKAH KERJA
1. Ukur kadar gula total menggunakan refraktometer
2. Penentuan luas daun berdasarkan erat kertas
Untuk masing-masing daun dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menggambar bentuk daun yang akan dicari luasnya pada kertas
milimeter
b. Memotong gambar daun tersebut di atas sesuai dengan bentuk
daunnya
c. Menimbang gambar daun tersebut dan mencatatnya (A g)
d. Memotong kertas milimeter dengan ukuran 10 cm x 10 cm
kemudian ditimbang (misal B g)
e. Menghitung luas daun yang akan diukur dengan rumus:
𝐴
LUAS DAUN = 𝐵 x 100 cm²

3. Penentuan luas daun berdasarkan luasan pada kertas milimeter


Untuk masing-masing daun dilakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menggambar bentuk daun yang akan dicari luasnya pada kertas
milimeter
b. Memotong gambar daun tersebut di atas sesuai dengan bentuk
daunnya
c. Hitunglah luasan otak milimeter dengan mengelompokkan sesuai
dengan besar kotak (1 cm²) yaitu 80%-100%; 60%-80%; 40%-
60%; 20%-40% dan <20%
d. Luas daun berdasar jumlah persentase masing-masing tersebut
kemudian dihitung

E. HASIL PENGAMATAN
1. Pengukuran Kadar Kepadatan Terlarut Menggunakan Refraktometer
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Kadar Kepadatan Terlarut (Briks).

Buah-buahan Ujung Tengah Pangkal


Semangka 0 0 0
Melon 0 0 0
Mangga 0 0 0
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019
2. Perhitungan Luas Daun Menggunakan Kertas
Milimeter Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Daun …

Parameter
Persentase Persentase
Jumlah
(%) Jumlah Kotak
Kotak (%)
81-100 0 0
61-80 0 0
41-60 0 0
21-40 0 0
<20
Total
Luas Daun
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019

Tabel 2.3 Hasil Pengamatan Daun …

Parameter
Persentase Persentase
Jumlah
(%) Jumlah Kotak
Kotak (%)
81-100 0 0
61-80 0 0
41-60 0 0
21-40 0 0
<20
Total
Luas Daun
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019
Tabel 2.4 Hasil Pengamatan Daun ….

Parameter
Persentase Persentase
Jumlah
(%) Jumlah Kotak
Kotak (%)
81-100 0 0
61-80 0 0
41-60 0 0
21-40 0 0
<20
Total
Luas Daun
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019

3. Perhitungan Luas Daun Menggunakan Metode Gravimetri


(PERHITUNGAN)

F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
ACARA III
PENGATURAN JARAK TANAM DAN PENDUGAAN HASIL PANEN
PERHEKTAR
A. ENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktikum
a) Mengetahui kebutuhan ruang untuk tumbuh dan berkembang tanaman.
b) Mengetahui luasan minimal yang dibutuhkan tanaman agar tanaman
mampu berproduksi.
c) Menduga hasil panen perhektar.

B. TINJAUAN PUSTAKA

C. ALAT DAN BAHAN


1. Alat
a) Cangkul
b) Garu
c) Tugal
d) Mal jarak tanam
2. Bahan
a) Benih kangkung
b) Pupuk kandang

D. LANGKAH KERJA
1. Buat bedengan 2 x 3 m sebanyak 2 buah bedengan
2. Beri pupuk kandang dan furadan secukupnya dan campur dengan merata
3. Cara penanamannnya adalah sbb:

 Lubangi lahan dengan menggunakan tugal dengan jarak tanam 10 cm x


10 cm dan 15 cm x 15 cm (untuk membuat jarak tanam gunakan mal
jarak tanam)
 Masukkan benih kangkung ke dalam lubang tersebut sebanyak 3 buah
benih setiap lubangnya, kemudian tutup lubang dengan tanah.
 Penyiraman dilakukan minimal 1 kali dalam sehari, yaitu pada pagi hari
atau sore hari. Penyiraman ini dilakukan agar pertumbuhan tanaman yang
diteliti tidak terganggu, dan produksi yang dihasilkan lebih banyak.
 Penyiangan dilakukan ketika tanaman yang diteliti ditumbuhi oleh gulma,
yaitu dilakukan secara manual menggunakan tangan dengan mencabut
setiap gulma yang tumbuh di sekitar tanaman yang diteliti (di dalam
plot).
 Penyisipan dilakukan apabila terjadi kematian pada salah satu tanaman
yang diteliti, yaitu dengan cara mengambil tanaman dari tempat ataupun
lahan tersendiri yang memang disediakan untuk tanaman sisipan,
kemudian di tanam pada tempat tanaman tersebut mati.
 Pemupukan dilakukan guna menambah hara tanah agar tanaman
kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik. Jenis pupuk yang
diberikan sesuai dengan fase pertumbuhannya dan dengan kadar yang
sesuai. Kebutuhan pupuk untuk kangkung dosis 200 kg N/ha, 100 kg
E. HASIL PENGAMATAN
1. Pengamatan Pertumbuhan Tanaman
Tabel 3.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Kangkung Jarak Tanam
10×10.
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
Tanaman
Pengamatan Ke- Pengamatan Ke-
Sampel
1 2 3 1 2 3
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019

Tabel 3.2 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Kangkung


Jarak Tanam 15×15.
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
Tanaman
Pengamatan Ke- Pengamatan Ke-
Sampel
1 2 3 1 2 3
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019

2. Pengamatan Berat Tanaman


Tabel 3.3 Berat Tanaman Kangkung (gram).
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
Tanaman
Pengamatan Ke- Pengamatan Ke-
Sampel
1 2 3 1 2 3
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019
3. Perhitungan Pendugaan Hasil Panen Kangkung Per Hektar

F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
ACARA IV
APLIKASI PEMUPUKAN PADA OKRA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktikum
a) Mempraktekkan pengaplikasian pemupukan pada tanaman okra.
b) Menghitung kebutuhan pupuk bagi tanaman okra.

B. TINJAUAN PUSTAKA
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a) …
b) …
2. Bahan
a) …
b) …
D. LANGKAH KERJA
1. …
2. …

E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 4.1 Hasil Pengamatan Pemupukan Okra dengan Cara Kocor
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
Tanaman
Pengamatan Ke- Pengamatan Ke-
Sampel
1 2 3 1 2 3
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019
Tabel 4.2 Hasil Pengamatan Pemupukan Okra dengan Cara Tugal
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
Tanaman
Pengamatan Ke- Pengamatan Ke-
Sampel
1 2 3 1 2 3
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019

Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Pemupukan Okra dengan Cara Larikan


Tinggi Tanaman Jumlah Daun
Tanaman
Pengamatan Ke- Pengamatan Ke-
Sampel
1 2 3 1 2 3
1 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 0
4 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0
Rata-rata 0 0 0 0 0 0
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019

F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
ACARA V
TEKNIK BUDIDAYA SAYURAN DALAM POT

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktikum
a) Memperaktekkan budidaya sayuran dalam pot
b) Memanfaatkan lahan terbatas untuk budidaya sayuran

B. TINJAUAN PUSTAKA
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a) …
b) ….
2. Bahan
a) …
b) …

D. LANGKAH KERJA
1. ….
2. …
3. …
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 5.1 Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tanaman Sawi dalam pot
Tinggi Tanaman Jumlah Daun
Tanaman
Pengamatan Ke- Pengamatan Ke-
Sampel
1 2 3 1 2 3
1
2
3
4
5
6
7
8
Rata-rata
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019

F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
ACARA VI
PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF (STEK)

A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktikum
a) Mengetahui cara perbanyakan vegetatif secara stek.
b) Mengetahui pengaruh penggunaan media terhadap pertumbuhan stek.

B. TINJAUAN PUSTAKA
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a) …
b) …
2. Bahan
a) …
b) …

D. LANGKAH KERJA
1. …
2. …
3. …

E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 6.1 Hasil Pengamatan Stek Tanaman ….
Persentase
Perlakuan Sampel Jumlah Tunas Jumlah Akar Keberhasilan
1
Media Floral Foam 2
3
1
Media Tanah 2
3
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019
F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA
ACARA VII
PERBANYAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF (CANGKOK)
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktikum
a) Mengetahui cara perbanyakan vegetatif secara cangkok
b) Mengetahui pengaruh penggunaan media terhadap pertumbuhan cangkok

B. TINJAUAN PUSTAKA
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a) …
b) …
2. Bahan
a) …
b) ….
D. LANGKAH KERJA
1. …
2. ….
3. ….
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 7.1 Hasil Pengamatan Cangkok Tanaman …

Perlakuan Jumlah Tunas Jumlah Akar Presentase Hidup


(%)
Tanah : Baglog
Cocopeat
Jumlah
Rata Rata
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019
F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
ACARA VIII
INTENSITAS CAHAYA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan Praktikum
a) Mengetahui alat pengukuran pencahayaan
b) Mengetahui Pengaruh susunan letak daun kangkung terhadap banyaknya
cahaya yang dialokasikan

B. TINJAUAN PUSTAKA
C. ALAT DAN BAHAN
1. Alat
a) …
b) …
2. Bahan
a) …
b) …
D. LANGKAH KERJA
1. …
2. …
E. HASIL PENGAMATAN
Tabel 8.1 Pengukuran Intensitas Cahaya pada Tanaman Kangkung Jarak
Tanam 10×10
Tanaman Bawah
Sampel Atas Kanopi Kanopi
1
2
3
Rata-rata
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019
Tabel 8.1 Pengukuran Intensitas Cahaya pada Tanaman Kangkung Jarak
Tanam 15×15
Tanaman Bawah
Sampel Atas Kanopi Kanopi
1
2
3
Rata-rata
Sumber : Praktikum Dasar Teknologi Budidaya Tanaman 2019

F. PEMBAHASAN
G. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai