Anda di halaman 1dari 43

MAKALAH PENGANTAR ILMU KESEHATAN & KEDOKTERAN

GIGI
CL 5

Disusun oleh :
Kelompok PIKKG 6
Alifia Fajrina (1806190355)
Althea Pranggapati (1806190834)
Angel Nathania (1806145156)
David Su (1806190784 )
Fiki Rizqa Izzati (1806145244)
Elsa Dara Aulia (1806145231)
Engracia Alodia Marsha (1806190720)
Fadhilla Puri Oktaviana (1806190714)
Jihan Fasya Alifia (1806145295)
Kania Hanna Suherman (1806190121)
Karina Rizki Muladi (1806190506)
Marselinus Duapadang (1806190765)
Putri Tianda Lambe (1806190670)
Vivian Agatha Lukman (1806145471)

Fakultas Kedokteran Gigi


Universitas Indonesia
2019
I. SISTEM KESEHATAN DAN PELAYANAN KESEHATAN
1.1 SKN, UKM, UKP
Kesehatan adalah hak asasi manusia yang juga merupakan investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa (Depkes, 2004). Oleh karena itu, diperlukan
pembangunan kesehatan secara berkesinambungan dan menyeluruh dengan tujuan
meningkatkan kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi masyarakat Indonesia agar
tercipta derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Jika kita ingat kembali yang
tertulis pada Pembukaan UUD 1945, tujuan nasional Bangsa Indonesia adalah
melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu dari pembangunan
nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat bagi masyarakat Indonesia. Pembangunan kesehatan ini bentuk upaya
seluruh potensi bangsa Indonesia, baik masyarakat, swasta maupun pemerintah.

Sudah lebih dari dua dekade, pembangunan kesehatan Indonesia berpedoman


pada Sistem Kesehatan Nasional (SKN) yang ditetapkan pada tahun 1982. Seiring
berjalannya waktu, Indonesia menghadapi berbagai perubahan dan tantangan baik dari
internal maupun eksternal. Dalam konteks internal, terjadinya krisis moneter pada
tahun 1997 yang menyebabkan meningkatnya pengangguran dan jumlah penduduk
miskin, menurunnya derajat kesehatan penduduk yang pada gilirannya berpengaruh
terhadap mutu sumberdaya manusia Indonesia. Dalam konteks eksternal,
berlangsungnya era globalisasi, perkembangan teknologi, transportasi, dan
telekomunikasi-informasi yang mengarah pada terbentuknya dunia tanpa batas.

Pembaharuan kebijakan pembangunan kesehatan telah dilakukan pada tahun


1999 dan berhasil merumuskan visi pembangunan kesehatan Indonesia yang baru
yakni Indonesia Sehat 2010. Pembaharuan kebijakan pembangunan kesehatan
ditindaklanjuti dengan pembaharuan SKN. SKN baru merupakan acuan dalam
menerapkan pendekatan pelayanan kesehatan primer (Primary Health Care) yang
secara global telah diakui sebagai pendekatan yang tepat dalam mencapai kesehatan
bagi semua, yang untuk Indonesia diformulasikan sebagai visi Indonesia Sehat.
SKN adalah suatu tatanan yang menghimpun upaya Bangsa Indonesia secara
terpadu dan saling mendukung guna menjamin derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya sebagai perwujudan kesejahteraan umum seperti dimaksud dalam
Pembukaan UUD 1945 (Depkes, 2004). Dari pengertian diatas, jelas SKN tidak hanya
menghimpun upaya sektor kesehatan saja melainkan upaya masyarakat dan swasta.
Dengan demikian, SKN merupakan wujud dan metode penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang memadukan upaya Bangsa Indonesia untuk menjamin
tercapainya tujuan pembangunan kesehatan.
Pemantapan dan percepatan melalui SKN sebagai pengelolaan kesehatan
dilakukan dalam berbagai program seperti pengembangan Desa Siaga, Jaminan
Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), Upaya pelayanan
kesehatan tradisional, alternatif dan komplementer sebagai terobosan pemantapan dan
percepatan peningkatan pemeliharaan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya dengan Jaminan Kesehatan Semesta, dan program lainnya.
SKN menganut beberapa prinsip diantaranya perikemanusiaan, hak asasi
manusia, adil dan merata, pemberdayaan dan kemandirian masyarakat, kemitraan,
pengutamaan dan manfaat serta tata kepemerintahan yang baik. SKN juga terdiri dari
6 subsistem yang terdiri dari upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya
manusia, obat dan perbekalan kesehatan, pemberdayaan masyarakat serta manajemen
kesehatan.
Sesuai dengan pengertian SKN, maka subsistem pertama SKN adalah upaya
kesehatan. Subsistem upaya kesehatan adalah tatanan yang menghimpun berbagai
upaya kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perorangan (UKP) secara
terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan dari subsistem upaya kesehatan ini adalah
terselenggaranya upaya kesehatan yang mudah tercapai ​(accessible)​, terjangkau
(affordable)​ dan memiliki mutu yang baik (​quality​).

Subsistem upaya kesehatan memiliki dua unsur utama yaitu upaya kesehatan
masyarakat (UKM) dan uPaya kesehatan perorangan (UKP). Yang pertama, UKM
adalah setiap kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta
swasta, untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi timbulnya masalah kesehatan di masyarakat. Upaya kesehatan
tersebut bersinergi dan dilengkapi dengan berbagai upaya kesehatan penunjang.
Upaya penunjang untuk UKM antara lain adalah pelayanan laboratorium kesehatan
masyarakat dan pelayanan sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan
lainnya. UKM terdiri dari 3 strata yaitu strata pertama, kedua dan ketiga.
➔ UKM strata pertama
UKM yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar
yang ditujukan kepada masyarakat. UKM tingkat pertama t​erdiri dari ​UKM Esensial
dan UKM Pengembangan. UKM Esensial ​harus diselenggarakan oleh setiap
Puskesmas untuk mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota
bidang kesehatan. UKM Esensial terdiri dari ​Pelayanan Promosi Kesehatan,
Pelayanan Kesehatan Lingkungan, ​Pelayanan Kesehatan Ibu, Anak dan Keluarga
Berencana, Pelayanan Gizi; dan ​Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) Pengembangan ​merupakan kegiatan yang
memerlukan upaya yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan
intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas.
Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan UKM strata
pertama diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri, keluarga
sampai dengan upaya kesehatan bersama yang bersumber masyarakat (UKBM). Pada
saat ini telah berhasil dikembangkan berbagai bentuk UKBM seperti Posyandu,
Polindes, Pos Obat Desa, Pos Upaya Kesehatan Kerja dan Dokter Kecil dalam Usaha
Kesehatan Sekolah.

➔ UKM strata kedua


Yang dimaksud dengan UKM strata kedua adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu
yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang
ditujukan kepada masyarakat. Penanggung jawab UKM strata kedua adalah Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Dinkes memiliki fungsi manajerial yang mencakup
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan pembangunan kesehatan serta fungsi teknis
yang melayani kebutuhan rujukan puskesmas. Untuk dapat melaksanakan fungsi
teknis kesehatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dilengkapi dengan berbagai unit
pelaksana teknis seperti unit pencegahan dan pemberantasan penyakit, promosi
kesehatan, pelayanan kefarmasian, kesehatan lingkungan, perbaikan gizi dan
kesehatan ibu, anak dan keluarga berencana.

➔ UKM strata ketiga


UKM strata ketiga adalah UKM tingkat unggulan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan subspesialistik yang
ditujukan kepada masyarakat. Dalam melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinas
Kesehatan Provinsi dan Departemen Kesehatan didukung oleh berbagai pusat
unggulan seperti Institut Gizi Nasional, Institut Penyakit Infeksi Nasional, Institut
Kesehatan Jiwa Nasional, Institut Ketergantungan Obat Nasional, Institut Promosi
Kesehatan Nasional, Institut Kesehatan Kerja Nasional, dan Pusat Laboratorium
Nasional, Institut Surveilans dan Teknologi Penyakit dan Kesehatan Lingkungan serta
berbagai pusat unggulan lainnya.

Upaya kesehatan perorangan atau UKP adalah Setiap kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menyembuhkan penyakit serta
memulihkan kesehatan perorangan. UKP juga terdiri dari 3 strata yaitu UKP strata
pertama, kedua dan ketiga.
● UKP strata pertama
Yang dimaksud dengan UKP strata pertama adalah UKP tingkat dasar,
yaitu yang mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar
yang ditujukan kepada perorangan. Penyelenggara UKP strata pertama adalah
pemerintah, masyarakat dan swasta yang diwujudkan melalui berbagai bentuk
pelayanan profesional, seperti praktik bidan, praktik perawat, praktik dokter,
praktik dokter gigi, poliklinik, balai pengobatan, praktik dokter/klinik 24 jam,
praktik bersama dan rumah bersalin. Dalam ​pasal 37 Permenkes Nomor 75
Tahun 2014​, disebutkan bahwa Upaya Kesehatan Perseorangan Tingkat
Pertama dilaksanakan dalam bentuk Rawat jalan, ​Pelayanan Gawat Darurat,
Pelayanan satu hari (one day care), ​Home car, dan Rawat inap berdasarkan
pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan.
UKP strata pertama oleh pemerintah juga diselenggarakan oleh
Puskesmas. Dengan demikian Puskesmas memiliki dua fungsi pelayanan
yakni pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan perorangan.
Untuk meningkatkan cakupan, Puskesmas dilengkapi dengan Puskesmas
Pembantu, Puskesmas Keliling, Pondok Bersalin Desa dan Pos Obat Desa.
Pondok Bersalin Desa dan Pos Obat Desa termasuk dalam sarana kesehatan
bersumber masyarakat.

● UKP strata kedua


UKP strata kedua adalah UKP tingkat lanjutan, yaitu yang mendayagunakan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik yang ditujukan kepada
perorangan. Penyelenggaraan UKP strata kedua diwujudkan dalam bentuk
praktik dokter spesialis, praktik dokter gigi spesialis, klinik spesialis, balai
pengobatan penyakit paru-paru (BP4), balai kesehatan mata masyarakat
(BKMM), balai kesehatan jiwa masyarakat (BKJM), rumah sakit kelas C dan
B non pendidikan milik pemerintah (termasuk TNI/POLRI dan BUMN) dan
rumah sakit swasta. Berbagai sarana pelayanan ini disamping memberikan
pelayanan langsung juga membantu sarana UKP strata pertama dalam bentuk
pelayanan rujukan medik. Rujukan medik terdiri dari aspek rujukan kasus,
rujukan ilmu pengetahuan serta rujukan bahan-bahan pemeriksaan
laboratorium.UKP strata kedua ini juga didukung oleh berbagai pelayanan
penunjang seperti apotek, laboratorium klinik dan optik.

● UKP strata ketiga


Adalah UKP yang menggunakan tenaga subspesialistik yang ditujukan
kepada perorangan. Penyelenggara UKP strata ketiga adalah pemerintah,
masyarakat dan swasta yang diwujudkan dalam bentuk praktik dokter spesialis
konsultan, praktik dokter gigi spesialis konsultan, klinik spesialis konsultan,
rumah sakit kelas B pendidikan dan kelas A milik pemerintah (termasuk
TNI/POLRI dan BUMN) serta rumah sakit khusus dan rumah sakit swasta.
Untuk menghadapi persaingan global, UKP strata ketiga perlu dilengkapi
dengan beberapa pusat pelayanan unggulan nasional, seperti pusat unggulan
jantung nasional, pusat unggulan kanker nasional, pusat penanggulangan
stroke nasional, dan sebagainya.
1.2 Pelayanan Kesehatan dan Kedokteran
(1) Definisi Pelayanan Kesehatan.
Mampu Memuaskan para pengguna jasa sesuai dengan kode etik dan standar pelayaan
profesi. Pelayan kesehatan mencakup masyarakat luas. Jika pemaikai jasa puas atas
pelayanan jasa kesehatan maka pelayanan kesehatan dikatakan berhasil. Namun, dimensi
kepuasan pasien sangat bervariasi.
(2) Dimensi Kepuasan Pasien pada Pelayanan Kesehatan.
(a) Kepuasan yang hanya mengacu pada penerapan pelayanan kode etik dan
standar pelayan profesi.
1. Hubungan dokter dan pasien
2. Kenyamanan pelayanan
3. Kebebasan melakukan pilihan
4. Pengetahuan dan kompetisi teknis
5. Efektifitas pelayanan
6. Keamanan tindakan
(b) Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kesehatan.
1. Ketersediaan pelayanan kesehatan
2. Kewajaran pelayanan kesehatan
3. Keseimbangan pelayanan kesehatan
4. Penerimaan pelayana kesehatan
5. Ketercapaian pelayanan kesehatan
6. Keterjangkauan pelayanan kesehatan.
7. Efisiensi pelayanan kesehatan
8. Mutu pelayanan kesehatan
(3) Pelayan Kedokteran
(a) Domain I : Profesionalisme Melakukan praktik di bidang kedokteran gigi
sesuai dengan keahlian, tanggung jawab, kesejawatan, etika dan hukum yang relevan.
(b) Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan Kedokteran Gigi
Memahami ilmu kedokteran dasar dan klinik, kedokteran gigi dasar dan klinik yang
relevan sebagai dasar profesionalisme serta pengembangan ilmu kedokteran gigi.
(c) Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem Stomatognatik
Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan untuk
mencapai kesehatan gigi dan mulut yang prima melalui tindakan promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif.
(d) Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik Melakukan tindakan
pemulihan fungsi sistem stomatognatik melalui penatalaksanaan klinik.
(e) Domain V : Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat Menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat menuju kesehatan gigi dan mulut yang prima.
(f) Domain VI : Manajemen Praktik Kedokteran Gigi Menerapkan fungsi
manajemen dalam menjalankan praktik KG.
1.3 Sistem pelayanan Rumah sakit
(1) Merupakan Institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat
inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
karakteristik: dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan
teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu
meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar
terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
(2) Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelaayanan
RUMAH SAKIT KHUSUS RUMAH SAKIT UMUM
• memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit
tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau
kekhususan lainnya.
• Rumah sakit Kelas E • memberikan pelayanan kesehatan pada semua
bidang dan jenis penyakit
• Pelayanan kesehatan sekunder: pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan
terkadang pelayanan subspesialis tetapi masih terbatas → Kelas C dan D
• Pelayanan kesehatan tersier: pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan
subspesialis serta subspesialis luas → Kelas A dan B

a. Rumah Sakit Tipe A


• rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis
dan subspesialis luas oleh pemerintah
• ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral
hospital) atau disebut juga rumah sakit pusat.
• Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Kelas A paling sedikit
meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan dan
kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang non-klinik, dan
pelayanan rawat inap.
• Contoh dari rumah sakit kelas A di Indonesia adalah Rumah Sakit
Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo: Jl. Diponegoro No. 71
Jakarta Pusat.

b. Rumah Sakit Tipe B


• mampu memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan
subspesialis terbatas
• direncanakan untuk didirikan di setiap ibukota provinsi yang dapat
menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.
• Pelayanan yang diberikan paling sedikit meliputi pelayanan medik,
pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan
penunjang klinik, pelayanan penunjang non-klinik, dan pelayanan rawat inap.
• Contoh dari rumah sakit kelas B di Indonesia adalah RSU Tangerang:
Jl. A yani No.9 Tangerang, RSU Singaraja: Jl. Ngurah Rai 30 Singaraja, dan
RSU Mataram: J Pejanggik No.6 Mataram.

c. Rumah Sakit Tipe C


• rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran
subspesialis terbatas
• didirikan di Kota atau kabupaten-kabupaten sebagai faskes tingkat 2
yang menampung rujukan dari faskes tingkat 1 (puskesmas/poliklinik atau
dokter pribadi).
• Terdapat empat macam pelayanan spesialis disediakan yakni
pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, serta
pelayanan kebidanan dan kandungan.
• Contoh dari rumah sakit kelas C di Indonesia adalah rumah sakit yang
didirikan di Kota atau Kabupaten.

d. Rumah Sakit Tipe D


• bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi
rumah sakit kelas C.
• Pada saat ini kemampuan rumah sakit tipe D hanyalah memberikan
pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi.
• Rumah Sakit Kelas D paling sedikit meliputi pelayanan medik,
pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan
penunjang klinik, pelayanan penunjang non-klinik, dan pelayanan rawat inap.
• Rumah sakit tipe D juga menampung pelayanan yang berasal dari
puskesmas.

e. Rumah Sakit Tipe E


• Rumah Sakit Kelas E merupakan rumah sakit khusus yang
menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja.
• Pada saat ini banyak tipe E yang didirikan pemerintah, misalnya rumah
sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit jantung, dan
rumah sakit ibu dan anak.
i)​ ​Pelayanan Kesehatan dan Kedokteran
(1)​ ​Definisi Pelayanan Kesehatan.
Mampu Memuaskan para pengguna jasa sesuai dengan kode etik dan
standar pelayaan profesi. Pelayan kesehatan mencakup masyarakat luas. Jika
pemaikai jasa puas atas pelayanan jasa kesehatan maka pelayanan kesehatan
dikatakan berhasil. Namun, dimensi kepuasan pasien sangat bervariasi.
(2)​ ​Dimensi Kepuasan Pasien pada Pelayanan Kesehatan.
(a) Kepuasan yang hanya mengacu pada penerapan pelayanan kode etik
dan standar pelayan profesi.
1. Hubungan dokter dan pasien
2. Kenyamanan pelayanan
3. Kebebasan melakukan pilihan
4. Pengetahuan dan kompetisi teknis
5. Efektifitas pelayanan
6. Keamanan tindakan
(b) ​Kepuasan yang mengacu pada penerapan semua persyaratan pelayanan
kesehatan.
1.​ K
​ etersediaan pelayanan kesehatan

2.​ K
​ ewajaran pelayanan kesehatan

3.​ K
​ eseimbangan pelayanan kesehatan

4.​ P
​ enerimaan pelayana kesehatan

5.​ K
​ etercapaian pelayanan kesehatan

6.​ K
​ eterjangkauan pelayanan kesehatan.

7.​ E
​ fisiensi pelayanan kesehatan

8.​ ​Mutu pelayanan kesehatan


(3)​ ​Pelayan Kedokteran
(a) Domain I : Profesionalisme Melakukan praktik di bidang kedokteran
gigi sesuai dengan keahlian, tanggung jawab, kesejawatan, etika dan
hukum yang relevan.
(b) ​Domain II : Penguasaan Ilmu Pengetahuan Kedokteran dan

Kedokteran Gigi Memahami ilmu kedokteran dasar dan klinik,


kedokteran gigi dasar dan klinik yang relevan sebagai dasar
profesionalisme serta pengembangan ilmu kedokteran gigi.
(c) Domain III : Pemeriksaan Fisik Secara Umum dan Sistem
Stomatognatik Melakukan pemeriksaan, mendiagnosis dan menyusun
rencana perawatan untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang
prima melalui tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
(d) ​Domain IV : Pemulihan Fungsi Sistem Stomatognatik Melakukan
tindakan pemulihan fungsi sistem stomatognatik melalui
penatalaksanaan klinik.
(e) Domain V : Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat Menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat menuju kesehatan gigi dan mulut yang
prima.
(f) Domain VI : Manajemen Praktik Kedokteran Gigi Menerapkan fungsi
manajemen dalam menjalankan praktik KG.
ii) Sistem pelayanan Rumah sakit
(1) ​Merupakan Institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat.
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
karakteristik: dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan
kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya.
(2)​ ​Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelaayanan
a. Rumah Sakit Tipe A
· rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan

subspesialis luas oleh pemerintah


· ​ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (​top referral

hospital​) atau disebut juga rumah sakit pusat.


· ​Pelayanan yang diberikan oleh Rumah Sakit Kelas A paling sedikit

meliputi pelayanan medik, pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan


dan kebidanan, pelayanan penunjang klinik, pelayanan penunjang
non-klinik, dan pelayanan rawat inap.
· ​Contoh dari rumah sakit kelas A di Indonesia adalah Rumah Sakit Umum

Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo: Jl. Diponegoro No. 71 Jakarta


Pusat.

b.​ R
​ umah Sakit Tipe B

· mampu memberikan pelayanan kedokteran medik spesialis luas dan


subspesialis terbatas
· ​direncanakan untuk didirikan di setiap ibukota provinsi yang dapat

menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten.


· ​Pelayanan yang diberikan paling sedikit meliputi pelayanan medik,

pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan


penunjang klinik, pelayanan penunjang non-klinik, dan pelayanan rawat
inap.
· ​Contoh dari rumah sakit kelas B di Indonesia adalah RSU Tangerang: Jl. A

yani No.9 Tangerang, RSU Singaraja: Jl. Ngurah Rai 30 Singaraja, dan
RSU Mataram: J Pejanggik No.6 Mataram.

c.​ Rumah Sakit Tipe C



· rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran subspesialis

terbatas
· ​didirikan di Kota atau kabupaten-kabupaten sebagai faskes tingkat 2 yang

menampung rujukan dari faskes tingkat 1 (puskesmas/poliklinik atau


dokter pribadi).
· ​Terdapat empat macam pelayanan spesialis disediakan yakni pelayanan

penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan kesehatan anak, serta


pelayanan kebidanan dan kandungan.
· ​Contoh dari rumah sakit kelas C di Indonesia adalah rumah sakit yang

didirikan di Kota atau Kabupaten.

d.​ R
​ umah Sakit Tipe D

· bersifat transisi karena pada suatu saat akan ditingkatkan menjadi rumah

sakit kelas C.
· ​Pada saat ini kemampuan rumah sakit tipe D hanyalah memberikan

pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi.


· ​Rumah Sakit Kelas D paling sedikit meliputi pelayanan medik, pelayanan

kefarmasian, pelayanan keperawatan dan kebidanan, pelayanan penunjang


klinik, pelayanan penunjang non-klinik, dan pelayanan rawat inap.
· ​Rumah sakit tipe D juga menampung pelayanan yang berasal dari

puskesmas.

e.​ Rumah Sakit Tipe E


· Rumah Sakit Kelas E merupakan rumah sakit khusus yang


menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja.


· ​Pada saat ini banyak tipe E yang didirikan pemerintah, misalnya rumah

sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit jantung, dan
rumah sakit ibu dan anak.

1.4 Tipe dan Kelengkapan Puskesmas


Menurut departemen kesehatan puskesmas dapat dibagi berdasarkan 2 kategori yaitu
karakteristik wilayah kerja dan kemampuan penyelenggaraan. Apabila berdasarkan karakteristik
wilayah kerja, puskesmas dapat dibagi menjadi 3 yaitu puskesmas kawasan perkotaan (a), puskesmas
kawasan pedesaan (b), dan puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil (c). Pembagian
puskesmas berdasarkan kemampuan penyelenggaraan ada 2 yaitu puskesmas rawat inap dan
puskesmas non rawat inap. Untuk perlengkapan puskesmas diatur pada pasal 9, 10, 13, dan 16. Ada
syarat-syarat pendirian puskesmas dan ada pula prasarana yang wajib dimiliki di puskesmas.
Puskesmas kawasan perkotaan (puskesmas a), adalah puskesmas yang wilayah kerjanya
meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan perkotaan
sebagai berikut:
a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduknya pada sektor non agraris, terutama
industri, perdagangan dan jasa;
b. memiliki fasilitas perkotaan antara lain sekolah radius 2,5 km, pasar radius 2 km, memiliki rumah
sakit radius kurang dari 5 km, bioskop, atau hotel;
c. lebih dari 90% (sembilan puluh persen) rumah tangga memiliki listrik; dan/atau
d. terdapat akses jalan raya dan transportasi menuju fasilitas perkotaan sebagaimana dimaksud pada
huruf b.
Karakteristik dari puskesmas kawasan perkotaan adalah memprioritaskan pelayanan UKM.
Dalam pelaksanaannya pelayanan UKM ini akan dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi
masyarakat. Untuk pelayanan UKP, akan dilaksanakan oleh puskesmas dan fasilitas pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat, Puskesmas kawasan perkotaan juga
akan mengoptimalisasi dan meningkatkan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring
fasilitas pelayanan kesehatan. Karakteristik puskesmas kawasan perkotaan yang lain adalah
pendekatan pelayanan yang diberikan berdasarkan kebutuhan dan permasalahan yang sesuai dengan
pola kehidupan masyarakat perkotaan.
Untuk puskesmas kawasan pedesaan (b), merupakan Puskesmas yang wilayah kerjanya
meliputi kawasan yang memenuhi paling sedikit 3 (tiga) dari 4 (empat) kriteria kawasan pedesaan
sebagai berikut:
a. aktivitas lebih dari 50% (lima puluh persen) penduduk pada sektor agraris;
b. memiliki fasilitas antara lain sekolah radius lebih dari 2,5 km, pasar dan perkotaan radius lebih
dari 2 km, rumah sakit radius lebih dari 5 km, tidak memiliki fasilitas berupa bioskop atau hotel;
c. rumah tangga dengan listrik kurang dari 90% (Sembilan puluh persen; dan
d. terdapat akses jalan dan transportasi menuju fasilitas sebagaimana dimaksud pada huruf b.
Untuk karakteristik pelayanan kesehatan yang disediakan oleh puskesmas kawasan pedesaan
adalah sebagai berikut:
a. Pelayanan UKM dilaksanakan dengan melibatkan partisipasi masyarakat;
b. Pelayanan UKP dilaksanakan oleh Puskesmas dan fasilitas pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan oleh masyarakat;
c. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan; dan
d. Pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat
perdesaan.
Tipe puskesmas yang ketiga adalah puskesmas kawasan terpencil dan sangat terpencil (tipe c).
Puskesmas yang wilayah kerjanya meliputi kawasan dengan karakteristik sebagai berikut:
a. berada di wilayah yang sulit dijangkau atau rawan bencana, pulau kecil, gugus pulau, atau pesisir;
b. akses transportasi umum rutin 1 kali dalam 1 minggu, jarak tempuh pulang pergi dari ibukota
kabupaten memerlukan waktu lebih dari 6 jam, dan transportasi yang ada sewaktu-waktu dapat
terhalang iklim atau cuaca; dan
c. kesulitan pemenuhan bahan pokok dan kondisi keamanan yang tidak stabil.
Karakteristik penyelenggaraan kesehatan oleh puskesmas tipe c ini adalah:
a. memberikan pelayanan UKM dan UKP dengan penambahan kompetensi tenaga kesehatan;
b. dalam pelayanan UKP dapat dilakukan penambahan kompetensi dan kewenangan tertentu bagi
dokter, perawat, dan bidan;
c. pelayanan UKM diselenggarakan dengan memperhatikan kearifan lokal;
d. pendekatan pelayanan yang diberikan menyesuaikan dengan pola kehidupan masyarakat di
kawasan terpencil dan sangat terpencil;
e. optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan jejaring fasilitas
pelayanan kesehatan; dan
f. ​pelayanan UKM dan UKP dapat dilaksanakan dengan pola gugus pulau/cluster dan/atau
pelayanan kesehatan bergerak untuk meningkatkan aksesibilitas
Untuk puskesmas non rawat inap berarti puskesmas yang tidak menyelenggarakan pelayanan
rawat inap, kecuali pertolongan persalinan normal. Untuk puskesmas rawat inap, puskesmas
menyediakan pelayanan rawat inap sesuai pertimbangan kebutuhan pelayanan kesehatan. Puskesmas
tipe ini sudah diberikan tambahan sumber daya.
Kelengkapan Puskesmas diatur dalam Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat pasal pasal 9, pasal 10, pasal 13, pasal 16. Pendirian Puskesmas harus memenuhi
persyaratan lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan, kefarmasian dan
laboratorium. Lokasi pendirian Puskesmas harus memenuhi persyaratan geografis, aksesibilitas untuk
jalur transportasi, kontur tanah, fasilitas parkir, fasilitas keamanan, ketersediaan utilitas publik,
pengelolaan kesehatan lingkungan dan kondisi lainnya. Pendirian Puskesmas harus memperhatikan
ketentuan teknis pembangunan bangunan gedung negara.
Bangunan Puskesmas harus memenuhi persyaratan yang meliputi persyaratan administratif,
persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja, serta persyaratan teknis bangunan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, bersifat permanen dan terpisah dengan bangunan lain dan
menyediakan fungsi, keamanan, kenyamanan, perlindungan keselamatan dan kesehatan serta
kemudahan dalam memberi pelayanan bagi semua orang termasuk yang berkebutuhan khusus,
anak-anak dan lanjut usia. Puskesmas harus memiliki prasarana yang berfungsi paling sedikit terdiri
atas sistem penghawaan (ventilasi), sistem pencahayaan, sistem sanitasi, sistem kelistrikan, sistem
komunikasi, sistem gas medic, sistem proteksi petir, sistem proteksi kebakaran, sistem pengendalian
kebisingan, sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai, kendaraan
Puskesmas keliling, dan kendaraan ambulans.
Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis
dan jumlah Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja,
dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan
persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan
kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis Tenaga
Kesehatan paling sedikit terdiri atas dokter atau dokter layanan primer, dokter gigi, perawat, bidan,
tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, ahli teknologi laboratorium medic, tenaga
gizi, dan tenaga kefarmasian. Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan,
administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di Puskesmas.

Ada banyak tipe-tipe puskesmas, apabila dibagi berdasarkan karakteristik wilayah kerja, maka

puskesmas dapat dibagi menjadi tiga, yaitu puskesmas tipe a (puskesmas kawasan perkotaan),
puskesmas tipe b (puskesmas kawasan pedesaan), dan puskesmas tipe c (puskesmas kawasan terpencil
dan sangat terpencil). Apabila pembagian berdasarkan kemampuan penyelenggaraan, maka akan ada 2
tipe puskesmas yaitu puskesmas rawat inap yang menyelenggarakan pelayanan rawat inap dan
puskesmas non rawat inap yang tidak menyelenggarakan pelayanan rawat inap. Untuk perlengkapan
puskesmas sendiri diatur pada pasal 9, 10, 13, dan 16. Ada syarat-syarat pendirian puskesmas dan ada
pula prasarana yang wajib dimiliki di puskesmas.
1.5 Sistem Rujukan
Suatu strata pelayanan kesehatan dipadukan dengan strata pelayanan kesehatan
lainnya melalui mekanisme hubungan kerja, salah satunya adalah sistem rujukan. Sistem
rujukan menurut SK Menteri Kesehatan RI No. 32 tahun 1972 adalah suatu sistem
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab
timbal balik terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan masyarakat secara vertikal
(dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu) atau secara horizontal
(antar unit-unit yang kemampuannya setingkat) (Azwar, 2010).
Berdasarkan Sistem Kesehatan Nasional, rujukan yang berlaku di Indonesia
dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan masyarakat karena
dihubungkan dengan upaya pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan.
Rujukan ini dibedakan menjadi tiga macam, yaitu rujukan :
a. Teknologi
b. Sarana
c. Operasional
2. Rujukan Medik
Rujukan ini pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (​medical services)​
karena dihubungkan dengan upaya penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan.
Rujukan ini juga dibedakan menjadi tiga macam, yaitu rujukan :
a. Penderita
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif
dan lain-lain.
b. Pengetahuan
Pengiriman tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu
layanan setempat
c. Bahan-bahan pemeriksaan
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap
Untuk lebih jelasnya, kedua macam rujukan ini dapat digambarkan dalam bagan sebagai
berikut :
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun
2012 Tentang Sistem Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan, rujukan horizontal
dilakukan jika perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan yang sifatnya
sementara atau menetap. Selain itu, rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih
rendah ke tingkatan pelayanan yang lebih tinggi dilakukan jika :

· Pasien membutuhkan pelayanan kesehatan spesialistik atau sub spesialistik


· Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan fasilitas, peralatan dan/atau ketenagaan.

Sedangkan rujukan vertikal dari tingkatan pelayanan yang lebih tinggi ke tingkatan pelayanan
yang lebih rendah dilakukan jika :

· Permasalahan kesehatan pasien dapat ditangani oleh tingkatan pelayanan


kesehatan yang lebih rendah sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya
· Kompetensi dan kewenangan pelayanan tingkat pertama atau kedua lebih baik
dalam menangani pasien tersebut
· Pasien membutuhkan pelayanan lanjutan yang dapat ditangani oleh tingkatan
pelayanan kesehatan yang lebih rendah dan untuk alasan kemudahan, efisiensi dan
pelayanan jangka panjang
· Perujuk tidak dapat memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan
pasien karena keterbatasan sarana, prasarana, peralatan dan/atau ketenagaan.
Alur sistem rujukan nasional pada banyak fasilitas pelayanan kesehatan adalah sebagai
berikut :

Keterangan :

1. Pada tingkat regional kabupaten/kota dapat dipilih 1 (satu) kecamatan untuk dapat
difungsikan sebagai Pusat Rujukan Medik Spesialistik Terbatas/Pusat Rujukan
Antara untuk berbagai fasilitas primer dalam 1 (satu) wilayah tangkapan sistem
rujukan/khusus di kabupaten DTPK. Pusat rujukan tersebut dapat berupa RS
Kelas D Pratama atau Puskesmas dengan Rawat Inap.
2. Pusat rujukan medik spesialistik di kabupaten/kota, berupa RS Kelas C atau RS
Kelas D, termasuk Balai Kesehatan Masyarakat (BKM).
3. Pusat rujukan medik Spesialistik Regional Provinsi, berupa RS Kelas B Non
Pendidikan di kabupaten/kota.
4. Pusat rujukan medik Spesialistik Umum/Khusus, di Provinsi berupa RS Kelas B
Pendidikan, termasuk Balai Besar Kesehatan Masyarakat (BBKM).
5. RS Kelas A di provinsi, sebagai pusat rujukan regional.
6. Pusat rujukan medik Nasional Kelas A, Umum, dan Khusus berada di tingkat
nasional.

Rujukan ​emergency akan berjalan sesuai dengan kebutuhan layanan kegawatdaruratan


yang dialami pasien, sedangkan rujukan konvensional akan berlangsung secara berjenjang
diikuti rujukan baliknya.
Fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) tempat rujukan dapat menentukan apakah
pasien dapat dirawat oleh fasilitas pelayanan kesehatan tersebut, dirujuk ke fasyankes yang
lebih mampu, atau dirujuk balik ke fasyankes yang merujuk disertai dengan saran atau obat
yang diperlukan untuk kasus-kasus tertentu. Alur rujukan balik dapat langsung ke fasilitas
pelayanan kesehatan yang pertama kali menerima pasien (​gate keeper​) jika fasilitas
pelayanan kesehatan pada strata yang lebih tinggi menilai dan menyatakan pasien layak untuk
dilayani / dirawat disana.
Jika ditinjau dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan, manfaat dari sistem rujukan
ini adalah sebagai berikut :

1. Dari Sudut Pemerintah sebagai Penentu Kebijakan (​Policy Maker​)


· Membantu penghematan dana. Hal tersebut karena pemerintah tidak
perlu menyediakan berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap
sarana kesehatan
· Memperjelas sistem pelayanan kesehatan. Hal tersebut karena adanya
hubungan kerja antara berbagai sarana kesehatan
· Memudahkan pekerjaan administrasi, yang utamanya yaitu pada aspek
perencanaan
2. Dari Sudut Masyarakat sebagai Pemakai Jasa Pelayanan (​Health
Consumer)​
· Meringankan biaya pengobatan. Hal tersebut karena dapat dihindari
pemeriksaan yang sama secara berulang bagi masyarakat
· Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan. Hal tersebut
karena fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan kesehatan telah
diketahui dengan jelas
3. Dari Sudut Kalangan Kesehatan sebagai Penyelenggara Pelayanan
Kesehatan (​Health Provider)​
· Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat
positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi
· Membantu peningkatan pengetahuan dan keterampilan, yang didapat
melalui terjalinnya kerjasama
· Memudahkan dan atau meringankan beban tugas. Hal tersebut karena
setiap sarana kesehatan memiliki tugas dan kewajiban tertentu

II. PRINSIP UMUM PENYELENGGARAAN UPAYA KESEHATAN


A. Tersedia dan sustainable
Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan
kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat (available) serta bersifat berkelanjutan
(sustainable). Artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh
masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya di masyarakat adalah pada
setiap saat yang dibutuhkan.
Dalam SKN (2004) dikatakan bahwa manajemen kesehatan adalah tatanan yang
menghimpun berbagai upaya administrasi kesehatan yang ditopang oleh pengelolaan
data dan informasi, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung guna
menjamin tercapainya derajat kesehatanyang setinggi-tingginya. Perencanaan
diperlukan karena pembangunan lebih besar dari pada sumberdaya yang tersedia.
Melalui perencanaan ingin dirumuskan kegiatan pembangunan yang secara efisien
dan efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumber daya yang
tersedia dan mengembangkan potensi yang ada. Proyek-proyek pembangunan harus
memuat dengan jelas tujuannya (objective), sasaran yang akan dicapai (target), cara
megukur keberhasilannya (performance evaluation), jangka waktu pelaksanaannya,
tempat pelaksanaan, cara melaksanakan, kebijaksanaan untuk menjamin proyek itu
dapat dilaksanakan, biaya serta tenaga yang diperlukan dan badan yang akan
melaksanakan nya.
B. Dapat Diterima dan Wajar
Prinsip dapat diterima (​acceptability​) dan wajar (​appropriate​) merupakan bagian dari
core components of the right to health​, karena di dalamnya tercakup penilaian terhadap
kepuasan pasien.
Pertama, yaitu prinsip dapat diterima (​acceptability)​ . Prinsip dapat diterima dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan sangat menentukan apakah pasien akan puas atau tidak
puas terhadap pelayanan kesehatan. Prinsip ​acceptability ​ini erat kaitannya dengan :
a. Respect for medical ethics​ (memperhatikan kode etik kesehatan)
​ ulturally appropriate ​(sesuai dengan budaya)
b.​ C
c.​ S​ ensitivity to gender (​ jenis kelamin)
Prinsip ​acceptability (dapat diterima) memiliki arti bahwa seluruh penyedia pelayanan
kesehatan (​health services​) dan seluruh program – program yang dibuat haruslah ​people –
centred ​dan memperhatikan kebutuhan – kebutuhan khusus dari populasi yang berbeda – beda
pula, sesuai dengan kode etik dan ​informed consent yang ada. Hal ini berarti, walaupun
terdapat perbedaan dalam hal budaya, jenis kelamin, dan populasi di dunia, sebuah pelayanan
kesehatan tetaplah harus dapat diterima oleh masing – masing individu, dengan tetap
memperhatikan kode etik kesehatan. Sebagai contoh, suatu pelayanan kesehatan dikatakan
dapat diterima (​acceptable​) apabila tidak bertentangan dengan adat istiadat dan keyakinan
masyarakat.
Kedua, yaitu prinsip wajar (​appropriate​). Prinsip wajar sendiri dapat terbagi menjadi 2
perspektif, yaitu perspektif tenaga medis (yang dalam hal ini adalah dokter) dan perspektif
pasien​[4]​.
a. Prinsip wajar dari perspektif tenaga medis​; dilakukan dengan cara
pengelompokkan pasien berdasarkan penyakit dan gejala – gejala yang diderita.
Setelah dikelompokkan, barulah tenaga medis akan menilai, apakah sebuah
tindakan akan bersifat wajar atau tidak wajar apabila diterapkan/dilakukan kepada
pasien tersebut. Apabila sebuah tindakan dinilai wajar, maka tindakan tersebut
akan dapat menguntungkan pasien yang terkena penyakit.
b. ​Prinsip wajar dari perspektif pasien​; sangat erat kaitannya dengan prinsip
autonomi dalam etika hukum dalam kesehatan. Ketika dihadapkan dengan
berbagai pilihan/metode pelayanan kesehatan yang diberikan, seorang pasien
dipersilakan untuk menganalisis dan memikirkan metode pelayanan kesehatan
yang sesuai dengan budaya dan pemikirannya, dan bersifat wajar bagi dirinya
sendiri. Pasien diberikan kebebasan untuk memilih dan memikirkan pelayanan
kesehatan yang mana yang dianggap wajar dan sesuai dengan pemikiran pasien
masing – masing.
C. Bermutu
Bermutu atau ​quality ​Menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan atau kesembuhan penyakit serta keamanan tindakan, yang apabila berhasil
diwujudkan pasti akan memuaskan pasien. Sebagai contoh, pelayanan kesehatan
dapat dikatakan sebagai pelayanan yang bermutu apabila pelayanan tersebut dapat
menyembuhkan pasien serta tindakan yang dilakukan aman.
D. Efektif-Efisien
Prinsip selanjutnya adalah efektif dan efisien. Menurut KBBI, efektif adalah
tindakan yang memberikan efek atau pengaruh, manjur atau mujarab, serta dapat
membawa hasil. Efektifitas pelayanan juga merupakan bagian dari kewajiban etik
serta prinsip pokok penerapan standar pelayanan profesi. Semakin efektif pelayanan
kesehatan tersebut, semakin tinggi pula mutu pelayanan kesehatan. Jika tidak
menimbulkan efek dan perubahan atau tidak berpengaruh bagi sang penerima
pelayanan kesehatan, maka dapat dikatakan pelayanan kesehatan tersebut tidaklah
efektif. Kemudian, menurut KBBI, efisien adalah tepat atau sesuai untuk mengerjakan
sesuatu dengan tidak membuang-buang waktu, tenaga, biaya. Suatu pelayanan
kesehatan disebut sebagai pelayanan yang bermutu apabila pelayanan kesehatan
tersebut dapat diselenggarakan secara efisien. Efisiensi pelayanan ini berkaitan erat
dengan kepuasan dari pemakai jasa pelayanan tersebut. Sebagai contoh, suatu
pelayanan kesehatan dapat dikatakan efisien apabila pelayanan kesehatan tersebut
dapat mengobati dan melayani secara maksimal dengan usaha dan sumber daya
minimum. Dalam kata lain, efisien serupa dengan optimalisasi.

E. Mudah Dicapai
Prinsip umum penyelenggara upaya kesehatan yang baik yaitu yang mudah
dicapai oleh masyarakat, terutama dari sudut lokasi. Pengaturan distribusi sarana
kesehatan menjadi sangat penting agar pelayanan kesehatan yang baik dapat terwujud.
Contoh pelayanan kesehatan yang tidak baik yaitu pelayanan kesehatan yang sulit
ditemukan di daerah pedesaan karena terlalu berpusat di daerah perkotaan saja.
Contoh nyata hal ini yaitu persebaran dokter gigi di Indonesia yang tidak merata, di
kota besar seperti Jakarta dokter gigi cukup banyak sehingga mudah ditemukan, tetapi
di desa-desa terpencil masih jarang terdapat dokter gigi yang berakibat sulitnya
masyarakat desa dalam berkonsultasi mengenai kesehatan gigi dan mulut.

F. Mudah Dijangkau
Prinsip selanjutnya yaitu mudah dijangkau oleh masyarakat. Dalam hal ini,
mudah dijangkau dimaksudkan dari sudut biaya. Biaya pelayanan kesehatan
diupayakan sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat agar prinsip mudah
dijangkau dapat terwujud. Pelayanan kesehatan yang mahal sehingga hanya dinikmati
oleh sebagian kecil masyarakat bukan merupakan pelayanan kesehatan yang baik.
Contoh salah satu prinsip ini yaitu adanya BPJS Kesehatan.

G. Merata
Prinsip lainnya yaitu merata. Dalam hal ini, merata memiliki arti setiap orang
berhak memperoleh pelayanan kesehatan tanpa memandang suku, agama, ras, dan
lain-lain. Prinsip merata dapat dicapai dengan beberapa tindakan, yaitu distribusi
SDM kesehatan ke seluruh wilayah, ketersediaan alat kesehatan, dan lain-lain.

III. ADMINISTRASI KESEHATAN


Jika menyebut perkataan administrasi kesehatan, ada dua pengertian yang terkandung
didalamnya, yakni pengertian administrasi di satu pihak serta pengertian kesehatan di pihak lain.
Administrasi berasal dari kata ​administrare (Latin: ​ad = pada, ​ministrare = melayani). Dengan
demikian jika ditinjau dari kata administrasi berarti memberikan pelayanan kepada​. ​Pada saat ini
administrasi telah berkembang menjadi suatu cabang ilmu tersendiri. Untuk itu, banyak pengertian
administrasi yang dikenal. Salah satunya ialah Koontz O’ Donnel mengatakan bahwa administrasi
adalah upaya mencapai tujuan yang diinginkan dengan menciptakan lingkungan kerja yang
menguntungkan. Sama halnya dengan administrasi, maka pengertian kesehatan banyak pula
macamnya. Salah satunya ialah Perkin (1938) mengatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan
seimbang yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dengan berbagai faktor yang berusaha
mempengaruhinya.
Dari pengertian administrasi dan kesehatan sebagaimana diuraikan di atas, jelaslah bahwa
yang dimaksud dengan administrasi kesehatan tidak lain ialah administrasi yang diterapkan pada
upaya kesehatan demi terciptanya suatu keadaan sehat. Penjabaran pengertian administrasi kesehatan
yang seperti ini, yang menggabungkan pengertian administrasi kesehatan di pihak lain, telah banyak
dilakukan. Salah satu di antaranya yang dipandang cukup mewakili adalah yang disusun oleh Komisi
Pendidikan Administrasi Kesehatan Amerika Serikat pada tahun 1974. Administrasi kesehatan ialah
suatu proses yang menyangkut perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengawasan,
pengkoordinasian, dan penilaian terhadap sumber, tata cara dan kesanggupan yang tersedia untuk
memenuhi kebutuhan dan tuntutan terhadap kesehatan, perawatan kedokteran serta lingkungan yang
sehat dengan jalan menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan yang ditujuan
kepada perseorangan, keluarga, kelompok, dan ataupun masyarakat. Administrasi atau manajemen
dalam dunia kesehatan sangat diperlukan agar dalam pelaksanaan program kesehatan dapat berjalan
dengan efisien dan efektif. Administrasi pada dasarnya merupakan usaha tertentu untuk mencapai
suatu tujuan. Para penyedia ataupun tenaga kesehatan dalam mempergunakan administrasi kesehatan
memerlukan persiapan baik dalam teori maupun praktek.
Pada saat ini dengan makin berkembangnya ilmu administrasi, maka pembagian fungsi
administrasi makin banyak saja. Berbagai pembagian tersebut, meskipun bervariasi, namun jika dikaji
secara mendalam pada dasarnya tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti. Dalam praktek
s​ehari-hari untuk memudahkan pelaksanaannya, berbagai fungsi administrasi ini sering
disederhanakan menjadi empat macam saja yakni; ​(1) Perencanaan (​Planning)​ ​, suatu kegiatan atau
proses penganalisisan, pemahaman sistem, penyusunan konsep dan kegiatan yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan demi masa depan yang lebih baik, yang didalamnya termasuk penyusunan
anggaran belanja. ​(2) Pengorganisasian (​Organizing)​ ​, Langkah untuk menetapkan,
menggolong-golongkan, dan mengatur berbagai macam kegiatan, menetapkan tugas-tugas pokok dan
wewenang serta pendelegasian wewenang oleh pimpinan kepada staf dalam rangka mencapai tujuan
organisasi, yang di dalamnya termasuk penyusunan staf. ​(3) Pelaksanaan dan Penggerakan
(​Actuating)​ ​, usaha untuk menciptakan iklim kerjasama diantara staf pelaksana program sehingga
tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan efisien, yang didalamnya termasuk pengarahan,
pengkoordinasian, bimbingan, penggerakan, dan pengawasan. ​(4) Penilaian dan Pengendalian
(​Controlling and Evaluating​)​, proses untuk mengamati secara terus-menerus pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan,
yang termasuk juga penyusunan laporan.

A. Definisi Organisasi
a. Organisasi adalah persekutuan antara dua orang atau lebih yang bersepakat untuk
secara bersama-sama mencapai tujuan yang dimiliki
b. Organisasi adalah suatu sistem yang mengatur kerjasama antara dua orang atau
lebih, sedemikian rupa sehingga segala kegiatan dapat diarahkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan
c. Hasibuan (2011) à organisasi adalah suatu sistem perserikatan formal,
berstruktur, dan terkoordinasi dari sekelompok orang yang bekerja sama dalam
mencapai tujuan tertentu
B. Prinsip Pokok Organisasi
·​ ​Mempunyai pendukung
o P
​ endukung yang dimaksudkan adalah setiap orang yang bersepakat untuk

membentuk organisasi
o M
​ isalnya suatu RS, pendukungnya adalah dokter, parameis serta tenaga

non medis lainnya yang terdaftar sebagai karyawan RS.


·​ ​Mempunyai tujuan
o ​Setiap organisasi harus mempunyai tujuan, baik yang bersifat umum
maupun yang bersifat khusus
o ​Tujuan yang dimaksudkan disini adalah sesuatu yang mengikat para
pendukung yakni orang-orang yang bersekutu dalam organisasi
§ M
​ akin sesuai tujuan organisasi dengan tujuan para pendukung,

maka makin kokohlah ikatan persekutuan antar para pendukung


·​ ​Mempunyai kegiatan
o ​Suatu organisasi yang baik adalah apabila organisasi tersebut memiliki
kegiatan yang jelas dan terarah
o ​Makin aktif suatu organisasi melaksanakan kegiatannya, makin baik
pulalah organisasi tersebut
o S
​ ama seperti tujuan, kegiatan juga harus dipahami oleh semua pihak yang

berada dalam organisasi


·​ ​Mempunyai pembagian tugas
o ​Suatu organisasi yang baik adalah apabila setiap tugas yang ada dalam
organisasi tersebut dapat dibagi habis antar para pendukung, untuk
selajutnya setiap pendukung tersebut mengetahui serta dapat
melaksanakan setiap tugas dan tanggung jawab masing-masing
o P
​ rinsip pembagian tugas dalam organisasi dikenal dengan nama ‘prinsip

bagi habis tugas’


·​ ​Mempunyai perangkat organisasi
o ​Agar tugas yang dipercayakan kepada pendukung dapat terlaksana,
diperlukan adanya perangkat organisasi, yang popular dengan sebutan
satuan organisasi (departments, sub ordinates)
o​ S
​ etiap satuan organisasi harus memiliki fungsi dan wewenang yang jelas
o P
​ rinsip memiliki fungsi yang seperti ini dalam organisasi dikenal dengan

nama ‘prinsip fungsionalisasi’


·​ ​Mempunyai pembagian dan pendelegasian wewenang
o D
​ iperlukan karena peranan yang dimiliki oleh setiap satuan organiasi tidak

sama
o ​Wewenang satuan organisasi pimpinan seyogiyanya hanya bersifat
memutuskan hal-hal yang bersifat penting, sedangkan wewenang
pengambilan keputusan yang bersifat rutin harus didelegasikan kepada
satuan organisasi yang lebih bawah
o ​Wewenang yang ditetapkan harus sesuai dengan tanggung jawab yang
dimiliki (jika lebih besar, dapat muncul penyalahgunaan; jika llebih kecil,
dapat menyebabkan keputusan yang diambil sering tidak mantap)
o ​Dalam menentukan wewenang perlu dipertimbangkan keterbatasan
kemampuan serta potensi yang dimiliki oleh setiap orang yang ada dala
satuan organisasi (jika kemampuan kurang memadai dan diberikan
wewenang yang terlalu besar, dapat menggagalkan kegiatan organisasi)
o ​Karena adanya keterbatasan seperti ini, maka harus ditetapkan rentang
pengawasan
·​ ​Mempunyai kesinambungan kegiatan, kesatuan perintah, dan arah
o A
​ gar tujuan yang ditetapkan dapat tercapai, kegiatan yang dilaksanakan

oleh suatu organisasi harus bersifat kontinu, fleksibel serta sederhana


o ​Untuk menjamin kegiatan yang dilaksanakan oleh setiap perangkat
organisasi sesuai dengan yang telah ditetapkan, perlu ada prinsip
kesatuan perintah dan kesatuan arah yang kesemuanya harus dapat
membentuk suatu hubungan mata rantai yang tak terputus
§ ​Perintah dan pengarahan ini menunjuk pada wewenang dan
tanggung jawab yang dimiliki à harus jelas untuk setiap satuan
organisasi, membentuk suatu gambaran piramida yang dikena
dengan nama ‘scalar principle’
C. Ciri-Ciri Organisasi
· ​Ciri-ciri organisasi yang dikemukakan Ferland yang dikutip oleh Handayaningrat
(1985)
o​ A
​ danya suatu kelompok orang yang dapat dikenal

o A
​ danya kegiatan yang berbeda-beda tetapi satu sama lain saling berkaitan

(interdependent part) yang merupakan kesatuan usaha/kegiatan


o​ T
​ iap-tiap anggota memberikan sumbangan usahanya/tenanganya

o​ A
​ danya kewenangan, koordinasi, dan pengawasan

o​ A
​ danya suatu tujuan

D. Macam-Macam Organisasi
Jika ditinjau dari pembagian dan pelaksaan fungsi serta wewenang yang dimiliki oleh
satuan organisasi, maka dapat dibedakan menjadi
·​ ​Organisasi lini
o ​Disebut organisasi lini jika dalam pembagiant ugas serta wewenang
terdapat perbedaan yang nyata antara satuan organisasi pimpinan dengan
satuan organisasi pelaksana
o L
​ ini peranan pemimpin sangat dominan, segala kendali berada di tangan

pemimpin
o ​Dalam melaksanakan kegiatan yang diutamakan adalah wewenang dan
perintah
o B
​ entuk organisasi lini adalah yang tertua di dunia yang lazimnya efektif

pada organisasi keil, jumlah karyawan sedikit, perangkat organisasi


terbatas, kegiatan dan tujuan organisasi sederhana serta pimpinan
organisasi sekaligus adalah pemilik organisasi
·​ ​Organisasi staf
o ​Disebut organisasi staf jika dalam organisasi dikembangkan satuan
organisasi sta yang berperan sebagai pembantu pimpinan
o ​Pada umumnya orang yang duduk dalam satuan organisasi staf adalah
mereka yang ahli dan berasal dari berbagai spesialisasi sesuai dengan
kebutuhan
o ​Bentuk organisasi ini merupakan perkembangan lebih lanjut dari
organisasi lini sebagai akibat makin kompleksnya masalah-masalah
organisasi sehingga pemimpin membutuhkan bantuan
o ​Bantuan yang diberikan dari staf hanya bersifat nasihat, sedangkan
keputusan dan pelaksanaan dari keputusan tersebut tetap berada di tangan
pimpinan
·​ ​Organisasi lini dan staf
o ​Disebut sebagai organisasi lini dan staf jika dalam organisasi tetap
ditemukan satuan organisasi pimpinan juga dikembangkan satuan
organisasi staf
o ​Peranan staf tidak hanya terbatas pada pemberian nasihat tetapi juga
diberikan tanggung jawab melaksanakan kegiatan tertentu
o ​Bentuk organisasi ini merupakan perkmebangan lebih lanjut dari
organisasi staf sebagai akibat makin kompleksnya suatu organisasi maka
bantuan yang diharapkan dari staf tidak hanya berupa pemikiran saja
tetapi juga telah menyangkut pelaksanaannya
E. Proses Membentuk Organisasi
a. Memahami tujuan
· ​Harus memahami tujuan yang ingin dicapai dari didirikannya organisasi
tersebut
b. Memahami kegiatan
·​ ​Kegiatan yang dimaksud hanya yang bersifat pokok saja
c. Mengelompokkan kegiatan
·​ ​Ada beberapa prinsip yang harus ditempuh
o J​ enis kegiatan à harus sama dalam arti tidak bertentangan antara
satu dengan yang lainnya
o J​ umlah kegiatan à jangan terlalu banyak dan jangan terlalu sedikit
juga
d. Mengubah kelompok kegiatan ke dalam bentuk jabatan
·​ ​Untuk ini dilakukan beberapa kegiatan
o​ A
​ nalisis tugas

§ ​Tujuannya adalah untuk memperjelas tugas setiap


kelompok kegiatan
o​ U
​ raian tugas

§T
​ ujuannya adalah lebih menjelaskan tugas-tugas yang telah

disusun
§ ​Pada tahap ini, setap tugas telah dilengkapi dengan
berbagai keterangan yang dibutuhkan
o​ P
​ enilaian tugas

§ T
​ ujuannya adalah mengkaji ulang setiap tugas yang telah

diperinci apakah ada yang berlebihan / masih kurang


§ A
​ pabila tugas tersebut telah jelas, ubahlah ke dalam bentuk

jabatan
e. Melakukan pengelompokan jabatan
· ​Bertujuan untuk menghindari k1eadaan dimana jabatan yang dihasilkan
dari pekerjaan klasifikasi dapat terlalu berlebihan dan beraneka ragam
f. Mengubah kelompok jabatan ke dalam bentuk satuan organisasi
·​ ​Cara membentuk satuan organisasi
o​ A
​ tas dasar kesamaan fungsi dari jabatan

o ​Atas dasar kesamaan proses / cara kerja dari jabatan à contoh


bagian pencegahan penyait, perawatan penderita, rehabilitasi
penderita
o A
​ tas dasar kesamaan hasil dari jabatan à contoh bagian produksi

obatm bagian produksi bahan makananm bagian produksi bahan


publikasi dll
o A
​ tas dasar eksamaan kelompok masyarakat yang memanfaatkan à

contoh bagian KIA, again KB, bagian UKS dll


o ​Atas dasar kesamaan lokasi jabatan à contoh kelompok again
elayaan di dalam gedung, di luar gedung, di desa, di kota, dll
o​ K
​ ombinasi dari berbagai cara diatas

g. Membentuk struktur organisasi


· ​Perhatikan hirarki, pembagian tugas, dan wewenang masing-masing serta
kemampuan pengawasan yang dimiliki
· ​Secara umum untuk tingkat pimpinan, jumlah satuan organisasi yang
dapat diawasi paling banyak 4
o​ U
​ ntuk tingkat pelaksana, jumlah yang diawasi berkisar antara 8-12

F. Kelebihan dan Kelemahan Organisasi


1. Organisasi lini
Kelebihan :
- Pengambilan keputusan cepat
- Kesatuan arah dan perintah lebih terjamin serta pengawasan dan koordinasi lebih
mudah
Kelemahan :
- Keputusan diambil oleh satu orang maka keputusan tersebut sering kurang sempurna
- Dibutuhkan pemimpin yang berwibawa dan berpengetahuan serta berpikiran luas
2. Organisasi staf
Kelebihan
- Keputusan dapat lebih baik karena telah dipikirkan oleh sekelompok kalangan ahli
Kelemahan
- Pengambilan keputusan lebih lama dari organisasi lini sehingga dapat menghambat
kelancaran program
3. Organisasi lini dan staf
Kelebihan
- Keputusan yang diambil lebih baik karena telah dipikirkan oleh sejumlah orang
- Tanggung jawab pimpinan berkurang sehingga dapat lebih memusatkan perhatian
pada masalah yang lebih penting
- Pengembangan bakat dapat dilakukan sehingga mendorong disiplin dan tanggung
jawab kerja yang tinggi
Kelemahan
- Pengambilan keputusan lenih lama serta jika staf tidak mengetahui batas-batas
wewenangnya dapat menimbulkan kebingungan pelaksana.

Kepemimpinan dalam Organisasi

Pengertian Leadership
Kepemimpinan adalah perpaduan berbagai perilaku yang dimiliki seseorang sehingga orang
tersebut memiliki kemampuan untuk mendorong orang lain bersedia dan dapat menyelesaikan
tugas-tugas tertentu yang dipercayakan kepadanya (Ordway Tead).
Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktivitas seseorang atau sekelompok
orang untuk mau berbuat dan mencapai tujuan tertentu yang telah ditetapkan (Stogdill).

Unsur Leadership
● Pemimpin
● Pengikut
● Sifat dan perilaku
● Situasi dan kondisi
Sifat kepemimpinan

Teori Orang Besar / Teori Bakat


Pada teori ini disebutkan bahwa seseorang pemimpin itu dilahirkan. Dengan kata lain, bakat-bakat
tertentu yang diperlukan seseorang untuk menjadi pemimpin telah diperolehnya sejak lahir sehingga
seorang pemimpin hanya lahir dari garis keturunan para pemimpin dan orang biasa tidak bisa menjadi
pemimpin (gen atau keturunan).
● Teori Situasi
Pada teori ini dinyatakan bahwa seseorang yang bukan berasal dari kalangan pemimpin pun
dapat menjadi seorang pemimpin yang baik. Hal ini bertolak belakang dengan teori orang
besar atau teori bakat. Hasil pengamatan ini menyimpulkan bahwa orang biasa dapat menjadi
seorang pemimpin karena situasi yang sangat menguntungkan dirinya. Dengan kata lain,
seseorang bisa saja menjadi pemimpin yang baik apabila ia mau bekerja keras sehingga
pemimpin tersebut bukan dilahirkan, melainkan dapat diciptakan.
● Teori Ekologis
Pada teori ini disebutkan bahwa seseorang memang dapat dibentuk menjadi seorang
pemimpin, tetapi untuk menjadi pemimpin yang baik memang ada bakat-bakat tertentu yang
terdapat pada diri seseorang yang diperolehnya dari alam.

Gaya Kepemimpinan
Menurut Mc Gregor

● Diktator
Upaya mencapai tujuan dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta ancaman hukuman.
Tidak ada hubungan dengan bawahan karena mereka dianggap sebagai pelaksana dan pekerja
saja. Gaya kepemimpinan ini adalah bentuk ekstrem dari pelaksanaan teori X.
● Autokrator
Segala keputusan berada di tangan pemimpin. Pendapat atau kritik dari bawahan tidak pernah
dipertimbangkan atau dibenarkan. Pada dasarnya, tipe ini mirip dengan gaya kepemimpinan
diktator namun bobotnya lebih dikurangi. Gaya kepemimpinan ini adalah pelaksanaan dari
teori X.
● Demokratis
Terdapat musyawarah sebagai bentuk peran serta bawahan dalam pengambilan keputusan.
Hubungan dengan bawahan pun terselenggara dengan baik. Gaya kepemimpinan ini adalah
pelaksanaan dari teori Y.
● Santai
Peranan pimpinan hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan kepada
masing-masing bawahan. Tiap anggota organisasi dapat melakukan kegiatannya sesuai
kehendaknya masing-masing. Gaya kepemimpinan ini adalah bentuk pelaksanaan ekstrem
dari teori Y.

Menurut Robert Tannenbaum

A : Pimpinan melakukan dan membuat segala keputusan tanpa mengikutsertakan bawahan dan
kemudian mengumumkannya untuk dilaksanakan oleh bawahan
B : Pimpinan melakukan dan membuat segala keputusan tanpa mengikutsertakan bawahan dan
keputusan tersebut dijual kepada bawahan
C : Pimpinan mengemukakan pendapat dan gagasan kepada bawahan dan selanjutnya mengundang
masuknya pertanyaan untuk kemudian pimpinan sendiri yang menetapkan keputusan
D : Pimpinan mempersiapkan beberapa kemungkinan keputusan serta mengajukannya kepada
bawahan untuk perubahan
E : Pimpinan mengemukakan masalah-masalah kepada bawahan, menampung saran, dan atas dasar
tersebut diambil keputusan
F : Pimpinan berusaha untuk membatasi diri dan meminta agar bawahan yang mengambil keputusan
G : Pimpinan menyerahkan pengambilan keputusan sepenuhnya kepada bawahan

Menurut Rensins Likert


● Employee-centered leadership
Pemimpin lebih mengutamakan kepentingan karyawan dan karena itu diupayakan hubungan
yang baik dengan bawahan
● Production-centered leadership
Pemimpin lebih mengutamakan kepentingan perusahaan yang menyangkut peningkatan
produksi. Oleh karena itu, pada gaya kepemimpinan ini, kepentingan karyawan kurang
diperhatikan serta cenderung menggunakan wewenang dan kekuasaan.

Kepemimpinan dalam Puskesmas


Kepemimpinan Puskesmas hendaknya diselenggarakan melalui kepemimpinan kolektif dan integratif
(kemanunggalan) antara kepala puskesmas dengan para penanggung jawab program Puskesmas serta
menciptakan kebersamaan dengan semua pegawai puskesmas.Menurut Thoha (2009) gaya
kepemimpinan konsultasi memiliki esensi di mana pimpinan dan bawahan saling bergantian dalam hal
pemecahan masalah. Selain itu gaya kepemimpinan ini juga menunjukkan adanya saling tukar
menukar pendapat antara pimpinan dan bawahannya(komunikasi dua arah makin
meningkat).Sedangkan untuk hasil penelitian gaya kepemimpinan kepala puskesmas dalam hal
pengambilan keputusan lebih bersifat konsultasi yaitu pimpinan secara aktif mendengar apa
yangdikatakan oleh bawahannya. Nawawi dan Martini (2009) menyatakan bahwa hak seseorang
dalam jabatannya sebagai pemimpin adalah untuk mengambil keputusan dan memerintahkan
pelaksanaannya atau melakukan suatu tindakan/kegiatan dalam rangka mewujudkan eksistensi
kelompok/organisasinya.

Kepemimpinan dalam Rumah Sakit


Rumah sakit sebagai organisasi pelayanan kesehatan masyarakat, berfungsi melayani masyarakat
secara luas dalam bentuk jasa. Untuk mencapai sasaran yang diinginkan anajemen, rumah sakit
menuntutkaryawan untuk meningkatkan kinerjanya. Pasien yang atang baik untuk pelayanan rawat
inap ataupun rawat jalan akan memberikanrespon yang positif terhadap pelayanan pegawai yang baik,
sehingga mampumeningkatkan kunjungan pasien ke rumah sakit. Hasil akhir darikeberhasilan
pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari tingkat Bed Occupancy Rate (BOR). Semakin tinggi tingkat
BOR yang dicapai rumahsakit, dapat dijadikan indikator untuk menilai kinerja karyawan
dalammelaksanakan pengobatan maupun perawatan pasien1.Upaya peningkatan kinerja karyawan
menuntut peran manajemendalam melakukan endekatan kepemimpinan yang efektif,
bahwakeberhasilan rumah sakit sangat tergantung ada kemampuan pemimpinnya. Dengan
kemampuan yang dimilikinya pemimpin dapatmempengaruhi pegawainya untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan apa yang iinginkannya. Kemudian dalam mengantisipasi permasalahandiperlukan
seorang pemimpin yang dapat melihat kondisi dan kebutuhankaryawan (Porte-Lawller, dalam Steers
RM, 1996). Dan dibutuhkanseorang pemimpin yang bisa mengerti perilaku organisasi yang
sedangdihadapinya sehingga ia mampu membawa organisasinya mencapaitujuan yang telah
ditetapkan bersama melalui pencapaian visi organisasi.Gaya kepemimpinan memprakarsai struktur
yang diterapkandimana menghasilkan kinerja yang baik ditemukan bila pimpinan seringmengatur dan
mengarahkan, mengawasi serta meminta pertanggung jawaban petugas, sedangkan pimpinan yang
jarang menerapakan gayakepemimpinan memprakarsai struktur kinerjanya cenderung
buruk.Sedangkan pimpinan yang jarang menerapkan gaya kepemimpinanmemprakarsai struktur
kinerjanya buruk. Hal ini disebabkan pemimpinyang gaya kepemimpinan memprakarsai struktur
tinggi selalu mengatur dan mengarahkan petugas, mengawasi pekerjaan petugas, dan meminta
pertanggung jawaban petugas atas pekerjaanya, sehingga petugas akanlebih mudah dalam
menjalankan pekerjaannya.
d. Pendekatan Lintas Sektor dan Program
Sebagai seorang calon petugas kesehatan profesional yang akan menjalani
tugas-tugas kesehatan termasuk didalamnya adalah promosi kesehatan, maka kita
harus bisa bekerjasama dalam suatu pusat organisasi kesehatan masyarakat. Tidak
hanya mempromosikan kesehatan namun juga membiasakan masyarakat untuk hidup
sehat. Maka dari itu salah satu prinsip program puskesmas yaitu melakukan
pendekatan terhadap lintas sektor dan program.
Pendekatan dengan keterpaduan lintas sektor adalah upaya memadukan
penyelenggaraan program puskesmas dengan mengembangkan serta bekerjasama dari
berbagai program sektor terkait tingkat kecamatan, termasuk organisasi
kemasyarakatan dan dunia usaha:^([2]) Contoh program pada lintas sektor yaitu:^([4])
1. Upaya kesehatan ibu dan anak
Upaya untuk meningkatan kesehatan ibu dan anak dengan melalukan promosi
kesehatan yang melibatkan keterpaduan serta kerjasama sektor kesehatan dengan
camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi kemasyarakatan, PKK, PLKB.
2. Program Stanting
Program stanting merupakan program yang menjadi fokus pemerintah di tahun
2019 untuk mencegah adanya gizi buruk pada anak sekolah sehingga dapat
berkembang baik. Upaya ini melibatkan keterpaduan serta kerjasama sektor kesehatan
dengan dinas pendidikan, camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi (guru dan
petani).
3. Upaya Menurunkan Kematian Ibu dan Bayi
Program ini merupakan program yang melibatkan keterpaduan serta kerjasama
sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan untuk membiasakan Ibu yang akan melahirkan ditangani oleh tenaga
professional yang sudah ditetapkan pemerintah.

4. Pelayanan imunisasi di Sekolah


Upaya pemberian imunisasi di sekolah melibatkan keterpaduan serta
kerjasama sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, serta
dinas pendidikan. Upaya ini untuk mecegah adanya kejadian luar biasa yang nantinya
berpotensi menajdi wabah.

5. Pemberantas TBC
Program pemberantasan TBC melibatkan keterpaduan serta kerjasama sektor
kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, organisasi
kemasyarakatan, PKK, serta keluarga. Karena pada program ini diperlukan peran
keluarga yang harus saling mengontrol proses pengobatan.

6. Pencegahan anemia pada remaja puteri


Pencegahan anemia pada remaja putri baisanya dilakukan di sekolah yang
melibatkan keterpaduan serta kerjasama sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala
desa, organisasi profesi, serta dina pendidikan. Biasnaya progrm ini diberikan
penyuluhan dan juga pemberian obat tambah darah untuk mengurangi pendarahan.

7. UKS dan UKGS


Adanya UKS dan UKGS menjadikan pembentukan program dengan adanya
pembinaan pada anak-anak disekolah mengenai pentingnya kesehatan tubuh serta gigi
dan mulut. Program ini juga melibatkan melibatkan keterpaduan serta kerjasama
sektor kesehatan dengan camat, lurah/kepala desa, organisasi profesi, dan dinas
pendidikan.

Pendekatan dengan keterpaduan lintas program adalah keterpaduan internal


Puskesmas yang bertujuan agar seluruh petugas mempunyai rasa memiliki dan
motivasi yang tinggi dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang diselenggarakan oleh
Puskesmas secara bertanggungjawab.^([2]) Contoh program pada lintas program
yaitu:

1. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)


Biasanya program ini diberikan spesifik kepada bayi yang berumur diatas 2
bulan yang melibatkan keterpaduan KIA dengan gizi, promosi kesehatan, serta
pengobatan.
2. Puskesmas keliling
Biasa disingkat dengan Puskesling dengan memberikan pelayanan kesehatan
yang melibatkan keterpaduan pengobatan dengan KIA/KB, gizi, promosi kesehatan,
serta kesehatan gigi.
3. Posyandu
Merupakan Pos pelayanan terpadu yang melibatkan keterpaduan KIA dengan
KB, gizi, kesehatan jiwa, promosi kesehatan. Posyandu memiliki 7 pokok pelayanan :
pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pelayanan, lintas sektor (tentang
masalah yang ada didaerah tersebut dengan menyediakan narasumber), serta adanya
kotak saran. Biasanya posyandu ini dihadiri oleh Ibu hamil, Ibu dengan balita, dan
Pasangan yang baru menikah.

4. Manajemen Terpadu Balita Muda (MTBM)


Biasanya program ini diberikan spesifik kepada bayi yang berumur dibawah 2
bulan yang melibatkan keterpaduan KIA dengan gizi, promosi kesehatan, serta
pengobatan. Program ini bertujuan untuk mengurangi gizu buruk pada bayi yang baru
lahir

5. Posbindu
Merupakan Pos pembinaan terpadu yang melibatkan keterpaduan KIA dengan
KB, gizi, kesehatan jiwa, promosi kesehatan tetapi lebih difokuskan untuk proses
pembinaan atau promosi kesehatan. Biasanya subjek yang dituju adalah Ibu dengan
balita, Lansia, Ibu hamil, serta masyarakat lainnya.
e. ​Meningkatkan Pemberdayaan masyarakat
Selain itu, prinsip dari puskesmas adalah sebagai UKM yang dapat memberdayakan
pasrtisipasi masyarakat melalui program-program yang ada. Seperti yang telah dijelaskan
diatas program-program tersebut dapat melibatkan berbagai partisipasi dari semua golongan
masyarakat. Pemberdayaan ini bertujuan untuk mengembangkan kreativitas masyarakat
setempat untuk menjadi masyarakat sehat dan inovatif. Misalnya di Indonesia, program
puskesmas untuk pemberdayaan pastisipasi masyarakat yaitu:
1. Program Lintas Sektor
Pelayanan Ibu dan Anaka, program stanting, imunisasi, serta UKS dan UKGS.
2. Program TOGA
Merupakan sebuah program yang dibuat pemerintah yang diberikan pada
puskesmas untuk memberdayakan pastisipasi mayarakat dalam menanam tanaman
obat disekitar rumahnya. Minimal 3 tanaman obat seperti jahe, kunyit, buah
mengkudu, dan sebagainya.
3. Program Minggu Bersih
Biasanya bekerjasama denganlurah setempat untuk melakukan kebersihan
lingkungan di masyarakat dengan memberdayakan semua pastisipasi masyarakat
dalam memperindah wilayah tempat tinggalnya.

4. Konsumsi Buah Seimbang


Biasanya didaerah tertentu puskesmas memiliki program yang mewajibkan
satu rumah untuk menanam satu buah pohon buah untuk memenuhi gizi seimbang
dalam mengkonsumsi buah-buahan sekaligus dapat dijadikan tempat rekreasi yang
menjadi daya tarik suatu daerah. Contohnya saja di daerah Jawa Barat terdapat setiap
rumah menanam pohon strawberry, karena hal tersebut maka kebutuhan konsumsi
buah terpenuhi dan dijadikan sebagai tempat wisata kebun strawberry untuk
pemasukan kreatifitas masyarakat.

5. Program Kreativitas Ibu


Biasanya program ini melibatkan ibu-ibu yang ada di lingkungan puskesmas
dengan memberikan pelatihan atau workshop dalam mengelola sesuatu. Misalnya saja
dalam pengelolaan barang bekas yang dapat dijadikan sebagai lahan usaha. Seperti tas
dari bungkus makanan, pernak-pernik, serta menganyam barang dari kain yang
terpakai.

Bentuk Usaha-Usaha Pokok Puskesmas


Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun
rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat. Puskesmas atau Pusat
Kesehatan Masyarakat merupakan salah satu jenis fasilitas pelayanan kesehatan tingkat
pertama yang bertanggungjawab pada satu wilayah kerja atau wilayah kecamatan. Puskesmas
mengutamakan pada pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif guna mencapai
derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Adapun pelayanan kesehatan
merupakan upaya yang diberikan oleh puskesmas kepada masyarakat, mencakup
perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan, dan dituangkan dalam suatu
sistem.
Berdasarkan Pasal 3 Kemenkes- Peraturan Menteri Kesehatan No 75 Tahun 2014, Prinsip
penyelenggaran Puskesmas meliputi :
a.​ ​Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya
pencegahan dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat.
b.​ ​Pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakan dan bertanggungjawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah
kerjanya.
c.​ ​Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat.
d.​ ​Pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh
seluruh masyarakat di wilayah kerjanya.
e.​ ​Teknologi tepat guna
Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan teknologi tepat guna yang sesuai
dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan berdampak baik bagi lingkungan.
f.​ ​Keterpaduan dan kesinambungan
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas
program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung
dengan manajemen Puskesmas.
Puskesmas adalah suatu unit organisasi fungsional yang memberikan pelayanan
kesehatan secara menyeluruh. Maksud puskesmas sebagai organisasi fungsional adalah
puskesmas menjalankan tugas nya sesuai fungsi yang ada, seperti menyelenggarakan Upaya
Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP). Adapun maksud
puskesmas memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh berarti puskesmas dalam
melakukan tindakan promotif dan preventif dilakukan secara merata pada wilayah yang
menjadi pertanggungjawabannya sesuai dengan fungsi yang ada.
Puskesmas dalam melakukan upaya kesehatan masyarakat dituangkan dalam bentuk
usaha-usaha kesehatan pokok. Adapun usaha-usaha pokok puskesmas meliputi :
1. Upaya keluarga berencana
2. Upaya kesehatan remaja
3. Upaya kesehatan ibu dan anak
4. Upaya peningkatan gizi
5. Upaya kesehatan gigi dan mulut
6. Upaya kesehatan jiwa
7. Upaya kesehatan mata
8. Upaya kesehatan lingkungan
9. Upaya kesehatan olahraga
10.​ ​Upaya pencatatan dan pelaporan
11.​ ​Upaya pembinaan peran serta masyarakat
12.​ ​Upaya pembinaan pengobatan tradisional
13.​ ​Laboratorium kesehatan
14.​ ​Dana Sehat
15.​ ​Upaya peningkatan kesehatan kerja
16.​ ​Upaya perawatan kesehatan masyarakat
Dari usaha-usaha pokok diatas, upaya kesehatan wajib puskesmas meliputi :
1.​ ​Upaya promosi kesehatan
-​ ​Melakukan promosi kesehatan terhadap kasus penyakit kepada masyarakat.
- ​Melakukan penyuluhan terhadap kasus penyakit tertentu, seperti : Kesehatan

Reproduksi Remaja, Sex Bebas dan Narkoba.


2.​ ​Upaya kesehatan lingkungan
- ​Melaksanakan inspeksi sanitasi ke sekolah – sekolah sarana air bersih,

kamar mandi / WC, tempat – tempat pengelolaan makanan / minuman,


pembuangan sampah.
- ​Pengawasan dan pemberian informasi pada kelompok masyarakat mengenai

pemakai air, tempat pengelolaan makanan / minuman.


3.​ ​Upaya perbaikan gizi
-​ ​Mengupayakan promosi dan mendorong terlaksananya ASI eksklusif.

- Memberi kapsul Vit. A dosis tinggi pada ibu nifas, juga pada anak balita dan

bayi 6 – 11 bln ( 100.000 SI ).

-​ Memberikan tablet besi ( Fe 90 ) pada Ibu hamil



- Mengadakan pelayanan konsultasi gizi bagi penderita penyakit kronis atau

metabolik yang membutuhkan diet khusus.

4.​ ​Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit


Melalui epidemiologi
5.​ ​Upaya kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana
- ​Berupaya menurunkan angka kematian ibu bersalin, angka kematian bayi dan angka

kematian balita. Contohnya dengan meningkatkan imunisasi pada bayi.

-​ Pelayanan deteksi dan stimulasi dini tumbuh kembang balita.


- Melaksanakan Rujukan masalah kesehatan ibu dan anak serta pelayanan Akseptor KB

dengan masalahnya.

6.​ ​Upaya pengobatan dasar


Berguna untuk mendapatkan diagnosa dini dengan melaksanakan tindakan perawatan, dan
jika diperlukan juga upaya rujukan dan rehabilitasi.
Puskesmas sebagai unit pelayanan kesehatan tingkat pertama memiliki prinsip, fungsi
dan usaha pokok yang dijalaninya. Seluruh kegiatan yang dilakukan demi menunjang
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Oleh karena itu puskesmas sebagai unit
fungsional juga menyeluruh.

4.5. puskesmas dalam menyelenggarakan upaya rujukan


Azas rujukan berarti adanya pelimpahan wewenang dan tanggung jawab atas masalah
kesehatan secara timbal balik, vertical maupun horizontal. Seperti tertera dalam kemenkes no
75 tahun 2014 pasal 1 Vertikal dalam arti dari satu strata sarana kesehatan ke strata lainnya.
Horizontal berarti antar sarana kesehatan yang sama. . Rujukan ini untuk mengatasi
keterbatasan kemampuan puskesmas Rujukan upaya kesehatan perorangan merupakan
rujukan kasus penyakit meliputi rujukan kasus, rujukan bahan pemeriksaan (specimen) dan
rujukan ilmu pengetahuan. RUjukan upaya kesehatan masyarakat adalah rujukan masalah
kesehatan masyarakat antara lain kejadian luar biasa, bencana, pencemaran lingkungan,
sarana, logistic, dan tenaga dan rujukan operasional.
a.​ ​Rujukan upaya kesehatan perorangan
a.​ ​Cakupan nya adalah kasus penyakit
​i. ​Rujukan kasus: untuk keperluan diagnostic,

pengobatan, tindakan medik. Misalnya adalah


operasi
​ii. ​Rujukan bahan pemeriksaan specimen misalnya

untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih


elngkap
iii. ​Rujukan ilmu pengetahuan antara lain

mendatangkan tenaga yang lebih kompeten


untuk melakukan bimbingan tenaga puskesmas
dana tau pun menyelenggarakan pelayanan
medik di puskesmas
b.​ R
​ ujukan upaya kesehatan masyarakat

a. ​Cakupannya adalah masalah kesehatan masyarakat misalnya kejadian luar


biasa, pencemaran lingkungan, dan bencana
​i. ​Rujukan sarana dan logistic contohnya adalah

peminjaman peralatan fogging, peminjaman alat


laboratorium kesehatan, peminjaman alat audio
visual, bantuan obat, vaksin, bahan-bahan habis
pakai, dan bahan makanan.
​ii. ​Rujukan tenaga contohnya adalah dukungan

tenaga ahli untuk penyidikan kejadian luar biasa,


bantuan penyelesaian masalah hukum kesehatan,
dan penanggulangan gangguan kesehatan karena
bencana alam.
​iii. ​Rujukan operasional diselenggarakan apabila

puskesmas tidak mampu. Rujukan ini yakni


menyerahkan kewenagan dan tanggung jawab
penyelesaian masalah kesehatan masyarakat
dana tau penyelengaraan upaya kesehatan
masyarakat seperti usaha kesehatan sekolah,
usaha kesehatan kerja, usaha kesehatan jiwa,
pemerikasaan air bersih ke dinas kesehatan
kabupaten/ kota.
Asas pertanggung jawahan wilayah dan asas rujukan adalah salah dua dari 4 asas
puskesmas. Asas rujukan terdiri dari rujukan medis dan rujukan ilmu pengetahuan. Rujukan
kesehatan masyarakat mencakup rujukamn sarana dan logistic. Tenaga, dan rujukan
operasional.

4.6. puskesmas bertanggung jawab pada wilayah kerjanya


Azas pertanggungjawaban wilayah berarti puskesmas bertanggung jawab
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerjanya.
Seperti tertera juga di Kemenkes no 75 tahun 2014 pasal 3 bab 1 bahwa prinsip dari
penyelenggaran puskesmas adalah pertanggungjawaban wilayah. Puskesmas bertanggung
jawab di wilayah kerjanya. Contoh dari asas pertanggungjawaban wilayah ini adalah pusling,
bidan desa, dan pustu yaitu realisasi dari asas pertanggungjawaban wilayah. Bentuk
pertanggungjawaban wilayah ini adalah:
a. Menggerakan pembangunan berbagai sector tingkat kecamatan sehingga berwawasan
kesehatan
b. Memantau dampak berbagai upaya pembangunan terhadap kesehatan masyarakat di
wilayah kerjanya
c. Membina setiap usaha kesehatan strata pertama yang diselenggarakan oleh
masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya
d. Menyelenggarakan upaya kesehatan strata pertama atau primer secara merata dan
terjangkau di wilayah kerjanya

Referensi
1. ​Peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 44 tahun 2016 tentang pedoman
manajemen puskesmas.
2. ​Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia Nomor 75 tahun 2014 Tentang Pusat
kesehatan masyarakat.
3. Bakti Husada. ​Puskesmas. ​ vailable
A from :
http://eprints.dinus.ac.id/14492/1/Puskesmas_kuliah.pdf​ [diakses pada 20 Apr 2019].
4. Puskesmas Halmahera. ​Program Pokok. S ​ emarang, 2013. Available from :
https://puskesmashalmahera.wordpress.com/program-dan-kegiatan/​ [diakses pada 20 Apr 2019].
5. Puskesmas. Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/38700/Chapter%20II.pdf;jsessionid=934D
C1EE98136B5BEA7814CC2C4CD9B6?sequence=4​ [diakses pada 20 Apr 2019].
6. Wor​ld Health Organization. (2017). ​Human Rights and Health​. Available from :
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/human-rights-and-health
7. Global Health Workforce Alliance. (2019). ​What do we mean by availability,
​ vailable from :
accessibility, acceptability and quality (AAAQ) of the health workforce?. A
https://www.who.int/workforcealliance/media/qa/04/en/
8. NHS Management Executive. ​(Qual Health Care: first published as 10.1136/qshc.2.2.117
on 1 June 1993).​ Downloaded from http://qualitysafety.bmj.com/ on 20 April 2019.
9. KBBI. Available from :​ ​https://kbbi.web.id/efektif
10. KBBI. Available from :​ ​https://kbbi.web.id/efisien
11. ​Azwar, Azrul. ​1996, ​Pengantar Administrasi Kesehatan. Ed​ isi III, Binarupa Aksara
12. Azwar, Azrul. 1996. Menuju Pelayanan Kesehatan yang Lebih Bermutu. Jakarta :
Yayasan Penerbitan Ikatan Dokter Indonesia.
13. Azwar, Azrul. 2010. ​Pengantar Administrasi Kesehatan​. Jakarta: Binarupa Aksara.
14. ​Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. 2012. ​Pedoman Sistem
Rujukan Nasional.​ Jakarta: Kementerian Kesehatan
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 001 Tahun 2012 Tentang Sistem
Rujukan Pelayanan Kesehatan Perorangan​. Diakses pada
http://bksikmikpikkfki.net/file/download/PMK%20No.%20001%20Th%202012%20ttg%20S
istem%20Rujukan%20Yankes%20Perorangan.pdf

Anda mungkin juga menyukai