PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1. Di USA 50% dari anak usia 2 -14 tahun mempunyai masalah dengan
kesehatan jiwanya dan hanya 25 % yang mendapat pelayanan
kesehatan.
2. Di eropa, Canada dan Australia juga hanya 25 % yang mendapat
pelayanan kesehatan jiwa
3. Di indonesia 50 % penduduknya terdiri dari anak dan remaja,
kemungkinan yang mendapat pelayanan hanya sekitar 20 %
4. 20 % anak dan remaja mengalami disabling mental disorder dan bunuh
diri menjadi penyebab kematian nomer 3 pada remaja.
Pelayanan kesehatan jiwa anak dan remaja di telantarkan secara global (global
neglect). Terdapat kesenjangan antara pengetahuan / kesadaran masyarakat yang
rendah dengan prevalensi yang tinggi, tentang kesehatan jiwa anak dan remaja.
Kelompok usia anak dan remaja merupakan kelompok yang mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat, sehingga pelayanan yang di berikan harus sesuai
dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Kesehatan jiwa merupakan unsur esensial
dari kesehatan sehingga harus diupayakan sejak dini. Apabila tidak di obati akan
dapat menghambat bahkan bisa menghentikan proses tumbuh kembangnya.
Pelayanan kesehatan jiwa anak dan remaja merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan jiwa dirumah sakit jiwa. Sebagai rumah sakit rujukan tersier,
rumah sakit jiwa Prof. HB. Saanin Padang diharuskan mempunyai produk layanan
unggulan.
Upaya kesehatan jiwa anak dan remaja bertujuan untuk turut menciptakan
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional dan sosial
1
spiritual yang optimal dari anak dan remaja. Pelaksaaan pelayanan kesehatan jiwa
anak dan remaja memerlukan dukungan dan perhatian penuh dari pimpinan rumah
sakit dalam bentuk peraturan dan kebijakan. Disamping itu, perlu adanya sumber
daya manusia yang mempunyai kompeten dan profesional serta sarana dan
prasarana yang memadai.
Pelayanan kesehatan jiwa anak dan remaja memerlukan suatu pedoman sebagai
acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan
pasien, memperpendek lama harirawat, dan menghemat biaya perawatan. Sejalan
dengan hal tersebut diatas diperlukan adanya buku pedoman pelayanan instalasi
kesehatan jiwa anak dan remaja yang bermutu sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan.
B. TUJUAN PEDOMAN
Pedoman ini diharapkan menjadi pedoman dalam pelayanan instalasi
kesehatan jiwa anak dan remaja terutama dalam pelayanan klinik rawat jalan
dan rawat inap, sehingga dapat tercipta sistem pelayanan yang bermutu dan
paripurna, sebagai bagian dari pelayanan kesehatan di RSJ.Prof. HB. Saanin
Padang
D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah
bagaimana sesuatu harus dilakukan, dengan demikian merupakan hal
pokok yang mejadi dasar untuk menentukan atau melaksanakan
kegiatan.
2. Instalasi kesehatan jiwa anak dan remaja adalah instalasi yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat jalan psikiatri, pediatri dan rawat
inap psikiatri.
3. Pelayanan di rawat jalan adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/
terstruktur dalam rangka memberikan pelayanan anak dan remaja yang
berkualitas yang memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan
pelayanan yang dibutuhkan dan menyediakan pemenuhan kebutuhan
yang sesuai.
4. Pelayanan rawat inap adalah pelayanan keperawatan psikiatri anak dan
remaja yang melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir meliputi
pengkajian sampai evaluasi dari tim keperawatan rawat inap dan
terdokumentasi dari data klinik pasien yang relevan / esensisl, akurat
dan lengkap sejak pasien masuk sampai pulang rawat.
2
5. Standar ketenagaan staf Instalasi kesehatan jiwa anak dan remaja
adalah batasan kemampuan minimal untuk dapat melaksanakan
pekerjaan dan praktek klinik secara profesional yang diatur oleh
organisasi profesi.
6. Dokter penanggung jawab pasien adalah seorang dokter sesuai dengan
kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan
medis lengakp kepada pasien dari awal sampai akhir perawatan di
rumah sakit, baik rawat jalan maupu rawat inap instalasi kesehatan
jiwa anak dan remaja.
7. Case manger adalah profesional di rumah sakit yang melaksanakan
managemen pelayanan pasien
8. Fasilitas sarana dan prasarana berbeda dengan fasilitas dengan pasien
dewasa, dikarenakan intervensi pada psikiatri anak dan remaja selain
pada masalah yang terkait dengan masalah pada gangguan jiwa berat,
juga pada masalah gangguan jiwa spesifik dan perkembangan yang
terjadi pada anak dan remaja.
9. Pelayanan yang berfokus pada pasien adalah asuhan yang menghormati
dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai – nilai pribadi
pasien sebagai panduan bagi semua keputusan klinis.
10. Keselamatan pasien adalah suatu sistem rumah sakit untuk
menyelenggarakan asuhan pasien lebih aman.
11. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
Pengendalian mutu pelayanan instalasi kesehatan jiwa anak dan remaja
adalah nilai yang di tentukan atas dasar indikator kinerja, baik indikator
prioritas maupun indikator standar pelayanan minimal.
E. LANDASAN HUKUM
1. Peraturan menteri Kesehatan Nomor 253/Menkes/Per/II/2008 tentang
organisasi dan Tata Kerja RSJ.Prof. HB. Saanin Padang
2. Keputusan Direktur Nomor 800/298.a/HK-KP/2019 Tentang panduan
Pelayanan Rumah Sakit Jiwa Pro. HB. Saanin padang
3. Keputusan Direktur Nomor 801/298.a/HK-KP/2019 Tentang
Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit Jiwa Pro. HB. Saanin padang
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
4
No Jabatan Kualifikasi Pendidikan/pelatihan
1 Konsultan Psikiatri Anak SP2
2 Psikiater SP1
3 Dokter Spesialis Anak SP1
4 Dokter Umum S1 Kedokteran Umum
5 Perawat D-III Keperawatan/pelatihan Askep AR
6 Psikolog klinis anak S2 Psikolo
7 Fisioterapis D-III Fisioterapi
8 Okupasi terapis D-III Okupasi terapi
9 Terapi Wicara D-III Terapi Wicara
10 Pedagog Sarjana pendidikan luar bias
11 Adiminstrasi
5
Melaksanakan tugas lain terkait layanan klinik khusus
4. Psikolog klinis
Psikolog klinis adalah sorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan formal sarjana psikolog klinis yang diakui pemerintah republic
indonesia. Psikolog klinis adalah pemberi pelayanan yang ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian
yang berlaku.
Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan Instalasi kesehatan anak dan
remaja, umumnya tugas dan fungsi Psikolog:
Sebagai pelaksana penunjang layanan psikiatri anak dan remaja
Sebagai pelaksana layanan psikologi anak dan remaja
Menjaga keselamatan diri sendiri dan pasien
5. Perawat kesehatan jiwa anak dan remaja :
Perawat adalah pemberi pelayanan keperawatan pada pasien psikiatri anak
dan remaja yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dengan berdasarkan
ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Perawat kesehatan jiwa
anak dan remaja adalah perawat yang telah mengikuti pelatihan tentang
perawatan psikiatri anak dan remaja.
Ada beberapa perawat yang ada di instalasi kesehatan jiwa anak dan remaja
sesuai dengan kompetensinya masing-masing antara lain:
a) Registered nurse adalah tenaga keperawatan yang telah mengikuti
pendidikan profesi dan telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang – undangan, berhak mengurus ijin,
memberikan pelayanan keperawatan dan menyelenggarakan praktek
keerawatan mandiri.
b) Teknikal Registered Keperawatan adalah seorang yang telah mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga keperawatan sesuai aturan
yang berlaku atau ahli Madya keperawatan yang telah lulus uji
kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan ikeswar, umumnya tugas
dan fungsi perawat di rumah sakit meliputi :
1) Melaksanakan manajemen perawatan
2) Melaksanakan asuhan keperawan
Melakukan assessment keperawatan khusus anak remaja
Menetapkan masalah keperawatan khusus anak dan
remaja
Merencanakan tindakan keperawatan khusus anak dan
remaja
Melakukan intervensi keperawatan khusus anak dan
remaja
Mengevaluasi hasil khusus anak dan remaja
3) Menjaga keselamatan diri sendiri dan pasien.
6
Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut maka seorang perawat psikiatri anak
dan remaja, harus memenuhi kriteria pendidikan : untuk jangka waktu lama S2
keperawatan psikiatri, untuk jangka pendek minimal D3 dengan yang sudah
mendapatkan latihan tentang perawatan kesehatan jiwa anak dan remaja,
pengalaman kerja tertentu terkait kesehatan anak dan remaja.
6. Staf terapis
Staf terapis adalah pemberi pelayanan pada pasien dengan kondisi yang
membutuhkan pelayanan terapis yang diterapkan oleh pimpinan rumah sakit
dengn berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku.
Ada beberapa SDM di instalasi anak dan remaja dengan spesifikasinya antara
lain
Okupasi terapi
Terapi wicara
Fisioterapi
7. Staf layanan penunjang
Instruktur/ paedagog adalah sarjana pendidikan (S1) yang telah
teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan atau
sarjana lain yang mendapatkan pelatihan pedagogic dan ditetapkan
rumah sakit
CS adalah pemberi pelayanan tidak langsung pada pasien terkait dengan
menjaga kebersihan dan kerapihan fasilitas pelayanan yang ditetapkan
oleh pimpinan rumah sakit dengan berdasarkan ketentuan dan
peraturan kepegawaian yang berlaku. Sesuai dengan tujuan dan
kegiatan pelayanan, umumnya tugas dan fungsi CS dirumah sakit
meliputi :
a) Melakukan kegiatan kebersihan runagan, halaman, dan perabot
rumah tangga
b) Meriksa dan mengupayakan kebersihan tetap terjaga
c) Menjaga keselamatan diri sendiri dan pasien
7
B. DISTIBUSI SDM
Non shift dengan waktu jaga dari jam 07.00 – 16.00 WIB
Shift :
o Pagi dengan waktu jaga dari jam 07.00 - 16.00 WIB
o Sore dengan waktu jaga dari jam 14.00 - 21.00 WIB
o Malam dengan waktu jaga dari jam 21.00 – 08.00 WIB
8
Pengaturan jaga SDM:
9
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. DENAH RUANG
1. Denah Ruang Rawat Inap
teras
ruang
ka.ru toilet Ruang ruang Isolasi
Rapat
ruang nurse
isolasi station
ruang
rawat
kelas I
ruang
Toilet rawat
kelas I
ruang rawat kelas
ruang rawat ruang makan II
kelas III
10
2. Denah ruang rawat jalan
Dapur
nurse station
anak
11
3. Poliklinik Lasato
Ruang
pantry remedial
toilet teaching
lasato
12
B. STANDAR FASILITAS
Ruang, fungsi dan luas ruang serta kebutuhan fasilitas instalasi anak dan
remaja
No Instalasi anak dan Fungsi Kebutuhan fasilitas LUAS
remaja (M2)
1 Poliklinik jiwa anak
dan remaja
Ruangan Pendaftaran Kursi,meja 15.00
pendaftaran pasien
Ruangan Tempat Meja,kursi, set 16.00
konsultan assessment diagnostic dan
dan stimulator, AC
konsultasi
Ruangan Tempat Meja, krsi, AC, alat 12.00
konsultasi gizi konsultasi peraga makanan,
gizi pengukur badan,
timbangan
Ruangan nurse admintrasi Meja, kursi, formulir 12.00
station
Ruangan Ruang Temapt tidur,meja 12.00
tindakan treatment kursi, feeling cabinet,
pada pasien perasat pemeriksaan
yang
memerlukan
tindakan
dengan
segera
2 Poliklinik LaSaTo
• Ruangan Terapi Terapi wicara Alat stimulasi wicara, 18.00
wicara matras, AC
Ruangan terapi Okupasi Alat stimulasi sensori, 22.00
okupasi terapi matras, AC
Ruangan Tempat Meja,kursi, set 16.00
konsultan assessment diagnostic dan
dan stimulator, AC
konsultasi
Ruangan Terapi Meja, kursi, AC, alat 9.00
remedial remedial penunjang proses
teaching teaching belajar mengajar
Gadung Tempat Alat kebersihan 2,5.00
penimpanan
13
peralatan
kebersihan
km/WC Toileting Ember,gayung 2,5.00
3 Rawat inap anak dan
remaja
Ruangan nurse admintrasi Meja, kursi, formulir 12.00
station
Ruangan pasien Atifitas tempat tidur 50.00
kelas III pasien kelas
III
Ruangan pasien Aktifitas Tempat tidur 30.00
kelas II pasien kelas
II
Ruangan pasien Aktifitas Tempat tidur dengan 25.00
kelas I pasien kelas I pengamanan standar
Ruangan Ruangan Meja, kursi, papan 30.00
belajar& untuk tulis
ruangan makan remedial
teaching &
makan
Kamar toileting Ember,gayung 2,5.00
mandi/WC
Ruangan solasi isolasi Temapt tidur, kamar 5.00
mandi
Ruangan Ruang Temapt tidur,meja 12.00
tindakan treatment kursi, feeling cabinet,
pada pasien perasat pemeriksaan
yang
memerlukan
tindakan
dengan
segera
Ruangan rapat, Meja, kursi, kipas 9.00
diskusi diskusi angina
dengan
keluarga
pasien
Ruangan Aktifitas Kipas angina, kursi 40.00
aktifitas mandiri
14
BAB IV
Pelayanan instalasi kesehatan jiwa anak dan remaja adalah pelayanan yang
diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan kelemahan
dan klinis pasien anak dan remaja. Keadaan status tumbuh kembang anak sangat
berpengaruh pada proses penyembuhan, sebaiknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Sering terjadi kondisi pasien yang
semakin buruk karena tidak mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa yang memadai.
A. Kriteria registrasi pasien rawat jalan dan pasien rawat inap instalasi anak adan
remaja
1) Kriteria registrasi pasien rawat jalan :
Anak usia 0 s/d 18 tahun dengan kondisi yang membutuhkan
pelayanan dokter spesialis anak
anak usia 0 s/d 18 tahun dengan kondisi anak berkebutuhan
khusus.
Anak / remaja usia 0 s/d 18 tahun tanpa batasan sudah
menikah, dengan kondisi yang membutuhkan pelayanan
bimbingan peningkatan kesehatan psikologsnya.
Anak / remaja usia 0 s/d 18 tahun tanpa batasan sudah
menikah dengan diagnosis khusus psikiatri anak atau masalah/
gejala khusus emosional/ perilaku
Anak / remaja usia 0 s/d 18 tahun tanpa batasan sudah
menikah yang membutuhkan pelayanan ksusus psikiatri secara
holistik.
Anak / remaja yang membutuhkan pelayanan penunjang
psikiatri anak dan remaja
Anak / remaja yang membutuhkan yang membutuhkan
pelayanan konseling/ pendidikan kesehatan anak dan remaja
2) Kriteria pasien rawat inap :
Anak/ remaja dari usia 7 tahun s/d usia 17,10 tahun, tanpa
batasan sudah menikah yang membutuhkan pelayanan rawat
inap dengan masalah psikiatri anak dan remaja atau masalah
psikiatri anak dan remaja atau masalah sosial lainnya.
Anak/ remaja dengan kondisi psikiatri yang mempunyai resiko
perilaku kekerasan dengan kondisi kesehatan fisik yang dapat
dilayani/ dikendalikan untuk di rawat inap
Anak/ remaja dengan kondisi psikiatri yang membutuhkan
pelayanan penerbitan surat-surat keterangan yang melalui alur
pelayanan rawat inap.
15
B. Proses Registrasi pasien rawat jalan dan proses pasien masuk rawat inap
instalasi anak dan remaja.
1) Proses registrasi pasien rawat jalan :
Untuk pasien anak dan remaja yang periksa/ follow up d poliklinik jiwa
anak dan remaja harus diatar oleh orang tua atau penanggung jawab
pasien
Pasien datang dari pendaftaran
Untuk pasien baru dilakukan screening dan pemeriksaan anak
holistic
Petugas adminstrasi menentukan layanan yang dituju
Pasien yang masuk di layanan DPJP, diperiksa dan mendapat
advice untuk layanan selanjutnya, atau dikonsultasikan ke
konsultan psikater anak/ spesialis lain.
setelah pelayanan selesai, pasien menunggu proses admintrasi.
Untuk pasien yang diperbolehkan pulang pembayaran dapat
dilakukan di kasir.
Setelah itu pasien dapat mengambil obat di apotik dan
selanjutnya pasien diperbolehkan pulang
Untuk pasien BPJS petugas melengkapi persyaratan klaim yang
dibutuhkan.
Untuk pasien rawat inap, case manger mengurus admintrasi
untuk rawat inap dan selanjutnya keluarga dan pasien diantar
keruang yang ditinjau
16
2. Untuk pasien anak dan remaja dengan kegawat daruratan psikiatri/
gaduh gelisah dan sudah membahayakan diri sendiri dan di
lingkungan diupayakan mendapat pelayanan terlebih dahulu dengan
penanganan asuhan pasien gawat darurat di ruang tindakan, untuk
selanjutnya di masukkan ke bangsal perawatan instalasi jiwa anak
dan remaja setelah dalam kondisi stabil.
3. Pasien yang datang di poliklinik anak dan remaja dengan kondisi
resiko membahayakan diri sendiri atau lingkungan, diupayakan
didahulukan dalam mendapat pelayanan dan diberi tindakan terlebih
dahulu di ruang observasi untuk segera mendapatkan pelayanan
rawat inapp.
4. Untuk pasien dengan resiko tinggi jatuh, diupayakan didahulukan
dalam mendapat pelayanan dan diberi tindakan terlebih dahulu di
ruang observasi.
D. Penundaan pelayanan
Untuk kondisi tertentu bagi pasien yang harus menunggu atau ditunda
dalam mendapatkan pelayanan diagnostik dan pengobatan di instalasi jiwa
anak dan remaja, baik rawat jalan maupun rawat inap, maka:
1. Pasien rawat inap atau rawat jalan diberi informasi adanya
penundaan pelayanan atau pengobatan, dan alasan penundaan.
2. Apabila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk menunggu atau
ditunda dalam mendapatkan pelayanan diagnostik dan atau
pengobatan, maka pasien diberi informasi tentang alternative yang
tersedia sesuai dengan keperluan klinik pasien.
3. Pemberian informasi harap di dokumentasikan di rekam medis pasien
dan disetujui oleh pasien.
E. Tatakelola pasien bila tempat tidur penuh atau fasilitas tidak tersedia
1. Instalasi jiwa anak dan remaja mempunyai satu ruangan rawat inap
untuk rawat inap pasien putra dan satu dengan kapasitas masing-
masig 12 tempat tidur.
2. Jika salah satu bangsal tempat tidurnya penuh maka pasien biasa
ditambah tempat tidur.
F. Pelayanan intensif
17
2. Perawat yang menangani pasien yang memerlukan pelayanan intensif di
bangsal rawat inap anak dan remaja dibawah pengawasan langsung
perawat primer / ka Tim
3. Kelengkapan dokumentasi catatan medis pasien yang memerlukan
perawatan intensif harus lebih di perhatikan.
4. Pasien yang sudah stabil dengan kriteria tertentu, dan tidak gaduh
gelisah tidak membahayakan diri sendiri atau lingkungan digabung
dengan pasien anak yang lebih tenang
18
Rujuk balik untuk pelayanan pendukung ditujukan kepada
puskesmas yang mengirim, pemberi kesehatan lainnya.
Organisasi pelayanan kesehatan (asuhan keperawatan jiwa
anak dan remaja ) atau fasilitas lainnya dan petugas
kesehatan professional di komunitas
Kriteria pasien untuk ulang follow up
a. Mendapat advice dari DPJP
b. Pasien sudah dinyatakan tidak membahayakan diri
sendiri atau lingkungan
c. Mampu melakukan ADL secara mandiri, untuk
pasien retardasi mental ADL disesuaikan dengan
kondisi pasien.
d. Mampu bersosialisasi
e. Mampu mengikuti jadwal kegiatan dibangsal.
f. Sudah mengikuti kegiatan school time
2. Standar prosedur instalasi jiwa anak dan remaja untuk
pengurusan pasien psikiatri anak yang pulang meninggal
mengacu pada kebijakan rumah sakit.
3. Proses dan protocol pasien lari di instalasi jiwa anak dan remaja,
mengacu pada kebijakan rumah sakit namun pada dasarnya
dilakukan adalah sebagai berikut :
Perawat sudah harus mencari di sekitar rumah sakit.
Perawat melaporkan kebagian keamanan.
Perawat pengupayakan untuk menghubungi keluarga lewat
telepon.
Apabila ada akabar keberadaan pasien ditemukan, perawat
menjemput pasien untuk dibawa kerumah sakit lagi.
Apabila dua hari tidak ditemukan, pasien dikeluarkan
secara admintratif.
4. Proses dan protocol pasien APS di instalasi jiwa anak dan remaja,
sesuai dengan kebijakan rumah sakit, namun pada dasarnya
adalah :
APS dilakukan apabila pasien dan keluarga pasien,
meminta dengan paksa untuk pemulangan psien meskipun
pasien belum dinyatakan boleh rawat jalan oleh DPJP.
Prosedur APS dilakukan seperti prosedur pasien pulang,
namu disertai dengan surat pernyataan pulang atas
permintaan sendiri yang ditanda tangani oleh keluarga.
5. DPJP/dokter ruangan mengisi resume pasien pulang dan salinan
ringkasan pasien pulang yang diberikan kepada pasien, dan yang
asli disimpan dalam catatan medic pasien meliputi :
a. Diagnosis dan keterangan lain yang bermakna
b. Pengobatan dan penatalaksanaan
19
c. Obat-obatan untuk di rumah
d. Kondisi pasien saat pulang rawat
e. Instruksi follow up di dala formulir yang dapat dimengerti
meliputi konsultasi medis berikutnya (control), tindakan
kegawatan di rumah.
20
c. Penggunaan peralatan penunjang asuhan yang aman dan
efektif
d. Manajemen asuhan keperawatan, dan koping yang efektif di
rumah
e. Teknik rehabiltasi psikososial anak dan remaja
f. Prosedur diagnostic dan pengobatan
Catat proses dan materi pendidikan pasien dan keluarga
Perawat yang memberikan pendidikan kesehatan memeilki
pengetahuan tentang materi yang diberikan, waktu yang cukup
dan kemampuan komunikasi yang baik.
L. Dokumentasi
M. Data klinik
Dokumentasikan data klinik pasien yang relevan / esensial, akurat dan lengkap
sejak pasien masuk sampai pumang rawat seperti dibawah ini
21
10. Respon pasien dan hasil
11. Rencana tindak lanjut
Untuk produk layanan spesialis/ klinik khusus pelayanan holistic tahun 2019
1. Pengertian
2. Tujuan
Tujuan khusus :
22
O. Pengembangan layanan kesehatan jiwa anak dan remaja komunitas:
23
BAB V
Kondisi gedung instalasi jiwa anak dan remaja untuk rawat jalan, rawat inap
dan lainnya, didalamnya ada ruangan tersendiri untuk fungsi masing – masing,
.maka untuk kebutuhan logistiknya sangat bervariasi sesuai dengan fungsi
ruangan tersebut.
24
Gayung
Ember plastic
Tempat sampah ukuran
besar
Tempat sampah tutup
kecilbox container
Alat Makan Alat-alat untuk makan pasien Gelas plastic
Gallon
Peralatan Alat untuk belajar Meja kursi
belajar Papan tulis
Spidol
Penghapus
Pena
Buku
Alat peraga edukasi
Alat Rumah Alat untuk perlengkapan rumah Amari
Tangga tangga Kursi
Kursi tunggu
Meja makan
Telephon
Sofa
Meja tamu
25
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
I. IDENTIFIKASI PASIEN
A. Pengertian
Identifikasi adalah pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang
bukti- bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan
mempersamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang, dengan kata
lain bahwa dengan identifikasi kita dapat mengetahui identitas seseorang dan
dengan identitas tersebut dapat mengenal seseorang dan membedakan dari orang
lain.
B. Tujuan
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk :
Mengidentifikasi pasien dengan benar
Mencocokkan layanan dengan individu yang akan mendapatkan
layanan
C. Kebijakan
26
Setelah pasien diperbolehkan pulang oleh dokter maka segala identtas pasien
dilepas
Kebijakan identifikasi ini dilaksanakn secara konsisten pada semua lokasi dan
situasi serta harus dipahami oleh semua civitas Hospitalia Rumah sakit jiwa
Prof.HB.Saanin Padang
A. Pengertian
B. Tujuan
C. Kebijakan
1. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan dinilai risiko jatuhnya dan
dilakukan penilaian ulang jika diindikasikan terjadi perubahan kondisi
pasien atau pengobatan.
2. Pasien rawat jalan dan IGD penilaian resiko jatuh get up dan go test
3. Pasien rawat inap
Penilaian resiko jatuh pada pasien dewasa dengan skala jatuh
morse
Penilaian risiko jatuh pada pasien anak dengan skala humpty
dumpty (12-18 tahun)
Penilaian risiko jatuh pada pasien psikiatri dengan skala
edmunson
Pasien anak dibawah usia 12 tahun dan pasien yang berisiko
tinggi jatuh dan diberikan intervensi yang sesuai
4. Penilaian ulang dilakukan pada perubahan kondisi atau pengobatan
Pasien pasca tindakan invasive resiko tinggi
Pasien Penurunan kesadaran
Pasien pasca jatuh
Pasien dengan menggunakan bat beresiko tinggi ( diuretic,
narkotik, vasodilator, antiaritmia, antihipertensi, obat
hipoglikemik, antidepresan, neuroleptic, NSAID, hipnotik,
barbiturate, fenotiazin
27
III. PANDUAN PENGURANGAN RESIKO INFEKSI ( PANDUAN HAND HYGIENE)
A. Pengertian
Hand hygiene atau kebersihan tangan adalah suatu tindakan membersihkan
tangan dengan menggunakan sabun/ antiseptic di bawah air mengalir (cuci
tangan ) atau dengan menggunakan cairan berbahan dasar alcohol (handrub)
Langkah yang paling efektif melakukan hand hygiene adalah menggunakan
cairan handrub berbahan dasar alcohol yang dapat digunakan sebagai anti
septik tangan rutin. Karena memiliki kelebihan:
Eliminasi berbagai mikroba (termasuk virus)
Waktu singkat (20 hingga 30 detik )
Dapat diletakkan di area point of care
Toleransi pada kulit yang baik
Tidak perlu sarana cuci tangan ( air bersih, washtafel, sabun, tissue)
Antiseptic adalah germisida kimia yang diformulasikan untuk digunakan pada
kulit atau jaringan hidup lain untuk menghambat atau membunuh
mikroorganisme (baik sementara maupun penghuni tetap) dan tidak ditujukan
untuk mendekontaminasi benda mati.
B. Ruang lingkup
1. Penatalaksanaan hand hygiene
2. Penetapan penggunaan antiseptic cuci tangan dan handrub
3. Pendistrbusian cairan antiseptic cuci tangan dan handrub
4. Monitoring dan evaluasi sarana dan prasarana had hygiene
5. Monitoring kepatuhan pelaksanaan hand hygiene
C. Tatalaksana
Seluruh petugas kesehatan yang secara langsung antiseptic maupun tidak
langsung kontak dengan pasien dan lingkungan sekitar pasien selama
beraktifitas harus peduli terhadap hand hygiene.
28
Gambar 5 moment cuci tangan
29
Gambar 5 langkah cuci tangan
30
ruangan pelayanan, koridor ruang perawatan dan ruang tindakan yang
dilengkapi denagna cairan antiseprtik cuci tangan dan tissue
2. Cairan antiseptic
Cairan antiseptic berbasis alcohol 70-90 % di pakai untuk handrub.
Bagi pasien diare, petugas diharuskan mencuci tangan dengan cairan
antiseptic yang mengandung chlorheksidin 2% tau poliHexamethylen
biguanide hidrocloride PHMB karena menggunakan antiseptic berbasis
alcohol tidak dapat membunuh spora clostridium difficile
I. pendokumentasian
Pencatatan dan pelaporan sarana dan prasarana dilakukan oleh komite PPI
dengan menggunakan formulir pemantauan sarana dan prasarana dan
dievaluasi oleh komite PPI.
31
o Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa
dan Ucapan mirip/ NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA
o Elektrolit kosentrasi tinggi
B. Tujuan
1. Meningkatkan keselamatan pasien
2. Mencegah terjadinya kesalahan dalam pelayanan obat yang perlu
diwaspadai kepada pasien
3. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
C. Kebijakan
1. Rumah sakit menyusun daftar obat high alert dan melakukan review
minimal 1 tahun
2. Setiap satelit farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obat
high alert dan panduan penanganan obat high alert
3. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk
obat high alert
4. Obat high alert harus disimpan di tempat terpisah, akses terbatas, diberi
label yang jelas untuk menghindari penggunaa yang tidak disengaja
a) Pengertian
Komunikasi melalui lisan adalah komunikasi yang dilakukan antar
professional di Rumah sakit diantaranya dokter dengan Dokter Penanggung
Jawab Pasien (DPJP), antar dokter dengan dokter, antar perawat dengan dokter
b) Tujuan
1. Tidak terjadi kesalahan dalam memberkan informasi atau instruksi
2. Tidak terjadi kesalahan dalam tindakan atau prosedur pengobatan
yang akan dilakukan pada pasien
3. Melindungi petugas dan pasien dari kesalahan
Kebijakan
1. Pelapor menuliskan dan melaporkan kondisi pasien dengan metode
SBAR (Situasion, background, Assesmen, Recommendation)
2. Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi (TBAK = Tulis Baca ulang dan konfirmasi)
3. Tulisan tersebut lengkap bila terdiri dari jam/ tanggal, isi perintah,
nama penerima perintah dan tada tangan (pada kesempatan berikutnya)
4. Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama LASA, maka
nama obat LASA harus dieja satu persatu hurufnya dengan phonetic
alphabet
5. Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat look alike dan sound like
6. Konfirmasi lisan dantertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi
perintah mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran
pembacaan secara lisan missal ‘ya sudah benar’. Konfirmasi tertulis
32
dengan tanda tangan pemberi perintah yang harus diminta pada
kesempatan kunjungan berikutnya.
7. Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang perlu
dicatat, missal pemberi perintah tak mau tanda tangan
33
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
34
3. Prinsip keselamatan kerja Pegawai Dalam Proses Penyelenggaraan pelayanan
a) Pengendalian teknis mencakup :
Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja
dari pegawai
Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang
telah ditentukan. Dan pegawai diberi waktu untuk istirahat setelah 3
jam bekerja, karena kecelakaan kerja terjadi setelah pegawai bekerja >3
jam
Perawatan alat dilakukan secar kontinyu agar peralatan tetap dalam
kondisi layak pakai
Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi perawat
Adanya fasilitas/ peralatan pelindung dan peralatan pertolongan
pertama yang cukup
Petunjuk penggunaan keselamatn kerja
Prosedur keselamatan kerja
35
r) Mengikuti petunjuk/ prosedur kerja yang ditetapkan. Sebelum mulai bekerja
dan bila akan meninggalkan ruangan harus cuci tangan
s) Membuang sampah pada tempat yang telah dsediakan
t) Alat pelindung kerja, baju kerja, terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak
licin,dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai saat bekerja
u) Jangan menggunakan sepatu berhak tinggi
v) Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb.
w) Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau.
x) Tersedia lay / obat P3K
36
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengertian Mutu
37
a) Mutu rawat inap
38
18. Publikasi data Rapat koordinasi bulanan
19. Standar >100%
20. Penanggung jawab Ka Ruang Rawat Inap
pengumpul data
6. Definisi operasional Luka lecet akibat fiksasi adalah kejadian luka yang
ditimbulkan oleh pasien direstrain (difiksasi) selama
dirawat di rumah sakit
7. Kriteria
- Kriteria Inklusi Pasien dalam perawatan dengan luka lecet karena
difiksasi
- Kriteria Eksklusi Pasien luka lecet sebelum perawatan
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian
data
9. Cakupan data Data ruang rawat inap
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
11. Periode analisa 3 Bulan
12. Metodologi analisa data Analisis presentase
39
dalam perawatan
15. Formula Jumlah kejadian luka lecet karena fiksasi dalam
perawatan dibagi Jumlah seluruh pasien rawat inap
yang difiksasi dalam perawatan dikali 100%
16. Sumber data Pengamatan langsung, laporan Instalasi Rawat Inap
17. Wilayah pengamatan Instalansi rawat inap
18. Publikasi Data Rapat koordinasi bulanan
19. Standar ≤5%
20. Penanggung jawab Tim PPI
pengumpul data
40
3. Varian Obat pada Clinical Pathway Schizofrenia Paranoid
41
4. Angka kejadian rawat ulang (Re-Admission) pasien < 1 bln
42
5. Angka kejadian pasien yang dirawat inap psikiatri > 42 hari
43
INDIKATOR AREA KESELAMATAN PASIEN
44
dan tindakan ivasif oleh petugas dikali 100 %
16. Sumber data Observasi langsung
17. Wilayah pengamatan Instalansi rawat inap
18. Publikasi data Rapat koordinasi
19. Standar 100%
20. Penanggung jawab Ka ruangan rawat inap
pengumpul data
45
2.Kepatuhan Pelaksanaan Komunikasi SBAR
1. Judul Kepatuhan pelaksanaan komunikasi SBAR
2. Program Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
46
3. Ketepatan penyimpanan dan pemberian label pada Obat-obat LASA
47
4. TDD
1. Judul TDD
2. Program Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
3. Dimensi Mutu Keselamatan, ketepatan
4. Tujuan Tergambarnya ketepatan penanganan pasien pada
pencabutan gigi
5. DasarPemikiran SNARS Edisi I
6. Definisi operasional Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
pada pencabutan gigi
7. Kriteria
- Inklusi Pasien dengan indikasi pencabutan gigi
- Eksklusi -
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian
data
9 Cakupan data Kajian dokumen
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
11. Periode Analisa 3 bulan
12. Metodologi analisa data Analisis persentase
13. Numerator Jumlah ketepatan pencabutan gigi pasien dalam 1
bulan
14. Denominator Jumlahseluruh pasien yang dilakukan pencabutan
gigi dalam 1 bulan
15. Formula Jumlah ketepatan pencabutan gigi pasien dalam 1
bulan dibagi
16. Sumber data Rekam medis Jumlahseluruh pasien yang dilakukan
pencabutan gigi dalam 1 bulan dikali 100%
17. Wilayah pengamatan Ruang Tindakan
18. Publikasi data Rapat koordinasi
19. Standar 100 %
20. Penanggungjawab Tim pelayanan Gigi
pengumpul data
48
5. Kepatuhan cuci tangan
1. Judul Kepatuhan cuci tangan petugas
2. Program Peningkatan mutu & pengendalian pencegahan
infeksi di instalasi rawat inap
3. Dimensi Mutu Keselamatan, ketepatan, kewaspadaan
4. Tujuan Mengurangi resiko infeksi, mengetahui angka
kepatuhan cuci tangan, menurunkan biaya
perawatan, mencegah kerugian RS dan pasien
5. DasarPemikiran Dengan mengurangi resiko infeksi, mengetahui
angka kepatuhan cuci tangan, menurunkan biaya
perawatan akan meningkatkan keselamatan pasien
dan menjamin mutu
6. Definisi operasional Cuci tangan harus dilakukan pada 5 moment
dengan melaksanakan langkah-langkah sesuai
prosedur
7. Kriteria
- Inklusi Seluruh petugas dan mahasiswa yang magang di RS
Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
- Eksklusi Pengunjung
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian & observasi
data
9. Cakupan data Data ruang rawat inap
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
11. Analisa 3 bulan
12. Metodologi analisa data Analisis persentase dan tren kejadian
13. Numerator Jumlah cuci tangan pada moment yang diamati
14. Denominator Jumlahseluruh cuci tangan yang dilakukan setiap
moment
15. Formula Jumlah cuci tangan pada moment yang diamati
dibagi Jumlahseluruh cuci tangan yang dilakukan
setiap moment dikali 100%
16. Sumber data Catatn data observasi
17. Wilayah pengamatan Instalansi rawat inap
18. Publikasi data Rapar koordinasi direktur dengan kabid,kains, karu
19. Standar 100 %
20. Penanggungjawab Tim PPI
pengumpul data
49
6. Kelengkapan Asesmen Resiko jatuh pada pasien Rawat Inap
1. Judul Kelengkapan Asesmen Resiko jatuh pada pasien
Rawat Inap
2. Program Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
3. Dimensi Mutu Keselamatan
4. Tujuan Mengurangi resiko jatuh
5. Dasar Pemikiran Dengan kelengkapan asesmen resiko jatuh maka
pasien yang beresiko jatuh dapat teridentifikasi dan
dikelola dengan baik.
6. Definisi operasional Asesmen resiko jatuh pada pasien Rawat Inap yang
lengkap :
a. lengkap Assesmen jatuhnya selama 3 shift
b. Apabila ada perubahan kondisi
c. Apabila ada perubahan terapi
7. Kriteria
- Inklusi Seluruh pasien Rawat Inap
- Eksklusi -
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian
data
9. Cakupan data Data ruang rawat inap
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
11. Periode Analisa 3 bulan
12. Metodologi analisa data Analisis persentase
13. Numerator Jumlah pasien rawat inap yang lengkap asesmen
ulang resiko jatuh
14. Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap saat itu
15. Formula Jumlah pasien rawat inap yang lengkap asesmen
ulang resiko jatuh dibagi Jumlah seluruh pasien
rawat inap saat itu dikali 100%
16. Sumber data Rekam medis
17. Wilayah pengamatan Instalansi rawat inap
18. Publikasi data Rapat koordinasi
19. Standar 100 %
20. Penanggung jawab Ka. Ruang rawat inap
pengumpul data
50
b) Rawat jalan
1. KETAATAN WAKTU PELAYANAN
1 JUDUL KETAATAN WAKTU PELAYANAN
2 Dimensi mutu Efektifitas dan efisiensi
3 tujuan Tergambarnya ketaatan petugas dalam melaksanakan
pelayanan
4 Dasar pemikiran Masih ada petugas yan tidak taat pada jam pelayanan
5 Definisi operasional Ketaatan waktu pelayanan adalah kepatuhan petugas
melaksanakan pelayanan di rawat jalan sesuai dengan
jam pelayanan yang telah ditetapkan, yaitu dari ja,
08,30 wib sampai dengan selesai
6 kriteria
inklusi Semua peugas di instalasi rawat jalan
ekslusi Petugas diruangan lain
7 Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
8 Periode analisa 3 bulan
9 numerator Petugas rawat jalan yang taat pada jam pelayanan yang
telah ditentukan
10 denumerator Jumlah keseluruhan petugas rawat jalan pada saaat
melakukan pelayanan di rawat jalan
11 Sumber data Pengamatan langsung, daftar hadir petugas
12 standar 100 %
13 Penanggung jawab Kepala instalasi rawat jalan
pengumpul dat
51
Kelengkapan isi rekam medis
1 JUDUL Kelengkapan isisan rekam medis
2 Dimensi mutu Efektifitas dan efisiensi
3 tujuan Mengetahui jumlah rekam medis yang tidak terisi
lengkap oleh petugas
4 Dasar pemikiran Masih ada petugas yang tidak mengisi/ melengkapi
identitas pasien dan jam melakukan pelayanan di
catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT)
5 Definisi operasional Kelengkapan isian rekam medis adalah terisinya data
pasien serta waktu melakukan pelayanan yang harus
diisi oleh petugas pada saat melakukan pelayanan
6 kriteria
inklusi Seluruh rekam medis pasien di rawat jala
ekslusi -
7 Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
8 Periode analisa 3 bulan
9 numerator Seuruh rekam medis pasien terisi lengkap pada lembar
CPPT
10 denumerator Seluruh rekam medis yang terlayani
11 Sumber data Rekam medis pasien
12 standar 100%
13 Penanggung jawab Kepala instalasi rawat jalan
pengumpul dat
52
BAB IX
PENUTUP
Pada prinsipnya pedoman pelayanan instalasi jiwa anak dan remaja di rumah
sakit jiwa Prof.HB.Saanin padang ini memberikan pedoman dalam pelayanan yang
akan bermanfaat dalam pelayanan di instalasi jiwa anak dan remaja dalam hal
mengimplementasikan pelayanan yang bersifat holistic, mengevaluasi kemajuan dan
perkembangan pelayanan yang merupakan upaya dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap dan rawat jalan.
Dengan tersusunnya buku pedoman pelayanan instlasi jiwa anak dan remaja
dapat membantu rumah sakit dalam menyusun dokumen-dokumen yang terkait
dengan pencapaian standar kelulusan akreditasi SNARS edisi I.
53