Anda di halaman 1dari 53

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Menurut penelitian WHO di 53 negara di dunia, terkait dengan masalah


kesehatan jiwa anak dan remaja, serta bagaimana dengan pelayanan kesehatan
adalah

1. Di USA 50% dari anak usia 2 -14 tahun mempunyai masalah dengan
kesehatan jiwanya dan hanya 25 % yang mendapat pelayanan
kesehatan.
2. Di eropa, Canada dan Australia juga hanya 25 % yang mendapat
pelayanan kesehatan jiwa
3. Di indonesia 50 % penduduknya terdiri dari anak dan remaja,
kemungkinan yang mendapat pelayanan hanya sekitar 20 %
4. 20 % anak dan remaja mengalami disabling mental disorder dan bunuh
diri menjadi penyebab kematian nomer 3 pada remaja.

Pelayanan kesehatan jiwa anak dan remaja di telantarkan secara global (global
neglect). Terdapat kesenjangan antara pengetahuan / kesadaran masyarakat yang
rendah dengan prevalensi yang tinggi, tentang kesehatan jiwa anak dan remaja.
Kelompok usia anak dan remaja merupakan kelompok yang mengalami pertumbuhan
dan perkembangan yang pesat, sehingga pelayanan yang di berikan harus sesuai
dengan kebutuhan tumbuh kembangnya. Kesehatan jiwa merupakan unsur esensial
dari kesehatan sehingga harus diupayakan sejak dini. Apabila tidak di obati akan
dapat menghambat bahkan bisa menghentikan proses tumbuh kembangnya.

Masaalah kesehatan jiwa pada masa remaja akan menimbulkan masalah


psikososial dan bisa berlanjut ke masa dewasa. Gangguan perilaku (juvenile
delinquency ) dalam bentuk tawuran pelajar bisa memicu tindakan kriminalisasi dan
prilaku disosial pada usia dewasa. Perilaku seksual bebas secara dini akan
mengakibatkan kehamilan yang tidak diinginkan, dan juga menimbulkan penyakit
seksual. Merokok pada remaja adalah pintu gerbang penyalahgunaan napza dan zat
psikoaktif lainnya. Depresi pada remaja akan mengakibatkan penurunanan fungsi
dan yang lebih di takutkan lagi adalah karena kepribadian seorang anak dianggap
masih belum mencapai taraf dewasa (imature) maka akan terjadi perilaku bunuh diri.

Pelayanan kesehatan jiwa anak dan remaja merupakan bagian integral dari
pelayanan kesehatan jiwa dirumah sakit jiwa. Sebagai rumah sakit rujukan tersier,
rumah sakit jiwa Prof. HB. Saanin Padang diharuskan mempunyai produk layanan
unggulan.

Upaya kesehatan jiwa anak dan remaja bertujuan untuk turut menciptakan
kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, emosional dan sosial

1
spiritual yang optimal dari anak dan remaja. Pelaksaaan pelayanan kesehatan jiwa
anak dan remaja memerlukan dukungan dan perhatian penuh dari pimpinan rumah
sakit dalam bentuk peraturan dan kebijakan. Disamping itu, perlu adanya sumber
daya manusia yang mempunyai kompeten dan profesional serta sarana dan
prasarana yang memadai.

Pelayanan kesehatan jiwa anak dan remaja memerlukan suatu pedoman sebagai
acuan untuk pelayanan bermutu yang dapat mempercepat proses penyembuhan
pasien, memperpendek lama harirawat, dan menghemat biaya perawatan. Sejalan
dengan hal tersebut diatas diperlukan adanya buku pedoman pelayanan instalasi
kesehatan jiwa anak dan remaja yang bermutu sesuai dengan indikator yang telah
ditetapkan.

B. TUJUAN PEDOMAN
Pedoman ini diharapkan menjadi pedoman dalam pelayanan instalasi
kesehatan jiwa anak dan remaja terutama dalam pelayanan klinik rawat jalan
dan rawat inap, sehingga dapat tercipta sistem pelayanan yang bermutu dan
paripurna, sebagai bagian dari pelayanan kesehatan di RSJ.Prof. HB. Saanin
Padang

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


Ruang lingkup kegiatan pelayanan klinik kesehatan jiwa anak dan remaja di
RSJ. Prof.HB.Saanin Padang terdiri dari: layanan rawat jalan dan layanan
rawat inap

D. BATASAN OPERASIONAL
1. Pedoman adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah
bagaimana sesuatu harus dilakukan, dengan demikian merupakan hal
pokok yang mejadi dasar untuk menentukan atau melaksanakan
kegiatan.
2. Instalasi kesehatan jiwa anak dan remaja adalah instalasi yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat jalan psikiatri, pediatri dan rawat
inap psikiatri.
3. Pelayanan di rawat jalan adalah serangkaian kegiatan yang terorganisir/
terstruktur dalam rangka memberikan pelayanan anak dan remaja yang
berkualitas yang memungkinkan untuk identifikasi kebutuhan
pelayanan yang dibutuhkan dan menyediakan pemenuhan kebutuhan
yang sesuai.
4. Pelayanan rawat inap adalah pelayanan keperawatan psikiatri anak dan
remaja yang melalui serangkaian aktivitas yang terorganisir meliputi
pengkajian sampai evaluasi dari tim keperawatan rawat inap dan
terdokumentasi dari data klinik pasien yang relevan / esensisl, akurat
dan lengkap sejak pasien masuk sampai pulang rawat.

2
5. Standar ketenagaan staf Instalasi kesehatan jiwa anak dan remaja
adalah batasan kemampuan minimal untuk dapat melaksanakan
pekerjaan dan praktek klinik secara profesional yang diatur oleh
organisasi profesi.
6. Dokter penanggung jawab pasien adalah seorang dokter sesuai dengan
kewenangan klinisnya terkait penyakit pasien, memberikan asuhan
medis lengakp kepada pasien dari awal sampai akhir perawatan di
rumah sakit, baik rawat jalan maupu rawat inap instalasi kesehatan
jiwa anak dan remaja.
7. Case manger adalah profesional di rumah sakit yang melaksanakan
managemen pelayanan pasien
8. Fasilitas sarana dan prasarana berbeda dengan fasilitas dengan pasien
dewasa, dikarenakan intervensi pada psikiatri anak dan remaja selain
pada masalah yang terkait dengan masalah pada gangguan jiwa berat,
juga pada masalah gangguan jiwa spesifik dan perkembangan yang
terjadi pada anak dan remaja.
9. Pelayanan yang berfokus pada pasien adalah asuhan yang menghormati
dan responsif terhadap pilihan, kebutuhan dan nilai – nilai pribadi
pasien sebagai panduan bagi semua keputusan klinis.
10. Keselamatan pasien adalah suatu sistem rumah sakit untuk
menyelenggarakan asuhan pasien lebih aman.
11. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa.
Pengendalian mutu pelayanan instalasi kesehatan jiwa anak dan remaja
adalah nilai yang di tentukan atas dasar indikator kinerja, baik indikator
prioritas maupun indikator standar pelayanan minimal.

E. LANDASAN HUKUM
1. Peraturan menteri Kesehatan Nomor 253/Menkes/Per/II/2008 tentang
organisasi dan Tata Kerja RSJ.Prof. HB. Saanin Padang
2. Keputusan Direktur Nomor 800/298.a/HK-KP/2019 Tentang panduan
Pelayanan Rumah Sakit Jiwa Pro. HB. Saanin padang
3. Keputusan Direktur Nomor 801/298.a/HK-KP/2019 Tentang
Kebijakan Pelayanan Rumah Sakit Jiwa Pro. HB. Saanin padang

3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA

Kategori Ketenagaan Status kepegawaian jumlah


SMF Staf Staf
Instalasi Instalasi lain
kes. Anak &
Remaja
Tenaga medis
1. Psikiater anak 1 1
2. Psikiater
3. Dokter Spesialis 1
Anak
4. Dokter Spesialis 1 1
Syaraf
Tenaga manajerial
1. Ka. Instalasi 1 1
2. Unit program dan
mutu
3. Adminstrasi logistik 1 1
4. Kepala ruangan 2 2
5. Ka tim 1 1
Tenaga
Keperawatan
khusus anak dan
remaja
1. Rawat jalan
2. Rawat inap 9 9
Tenaga penunjang Medik
1. Psikolog klinis 3 3
2. Fisioterapis anak 3 3
3. Okupasi terapi 1 1
4. Terapis wicara 1 1
5. Sosio wolker 1 1
6. Pedagog 1 1
7. Nutrisionis 1 1

4
No Jabatan Kualifikasi Pendidikan/pelatihan
1 Konsultan Psikiatri Anak SP2
2 Psikiater SP1
3 Dokter Spesialis Anak SP1
4 Dokter Umum S1 Kedokteran Umum
5 Perawat D-III Keperawatan/pelatihan Askep AR
6 Psikolog klinis anak S2 Psikolo
7 Fisioterapis D-III Fisioterapi
8 Okupasi terapis D-III Okupasi terapi
9 Terapi Wicara D-III Terapi Wicara
10 Pedagog Sarjana pendidikan luar bias
11 Adiminstrasi

Kualifikasi untuk sumber daya manusia adalah sebagai berikut:

1. Konsultan Psikiatri Anak


Konsultan psikiatri anak adalah seorang yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan formal Sub Spesialis Psikiatri Anak yang diakui
pemerintah Repuplik Indonesia.
2. Dokter Penanggung jawab Pasien ( DPJP )
DPJP adalah dokter penanggung jawab pasien yang ditetapkan oleh pimpinan
rumah sakit dengan berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang
berlaku. DPJP DI Instalasi kesehatan jiwa Anak dan Remaja ada 2 macam
yaitu psikiater dan dokter spesialis anak
a. Psikiater adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan formal kedokteran jiwa yang diakui pemerintah Repuplik
Indonesia. Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan anak dan
remaja. Mereka harus mampu sebagai DPJP pasien, baik rawat jalan
maupun rawat inap. Dan juga yang sudah berpengalaman dalam
penanggulangan dan pemeriksaan kesehatan jiwa anak.
b. Dokter spesialis anak adalah seorang yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan formal kedokteran spesialis anak yang diakui
pemerintah Repuplik Indonesia. Sesuai dengan kegiatan pelayanan
Instalasi kesehatan jiwa Anak dan Remaja
3. Dokter Umum
Dokter umum adalah pemberi pelayanan klinis terutama pada kondisi fisik
pasien yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dengan berdasarkan
ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku.
Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan Instalasi Kesehatan Jiwa Anak
dan Remaja, tugas dan fungsi dokter umum meliputi:
 Melakukan konsultasi kepada yang lebih ahli
 Mengevaluasi layanan

5
 Melaksanakan tugas lain terkait layanan klinik khusus
4. Psikolog klinis
Psikolog klinis adalah sorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan
pendidikan formal sarjana psikolog klinis yang diakui pemerintah republic
indonesia. Psikolog klinis adalah pemberi pelayanan yang ditetapkan oleh
pimpinan rumah sakit berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian
yang berlaku.
Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan Instalasi kesehatan anak dan
remaja, umumnya tugas dan fungsi Psikolog:
 Sebagai pelaksana penunjang layanan psikiatri anak dan remaja
 Sebagai pelaksana layanan psikologi anak dan remaja
 Menjaga keselamatan diri sendiri dan pasien
5. Perawat kesehatan jiwa anak dan remaja :
Perawat adalah pemberi pelayanan keperawatan pada pasien psikiatri anak
dan remaja yang ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dengan berdasarkan
ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku. Perawat kesehatan jiwa
anak dan remaja adalah perawat yang telah mengikuti pelatihan tentang
perawatan psikiatri anak dan remaja.
Ada beberapa perawat yang ada di instalasi kesehatan jiwa anak dan remaja
sesuai dengan kompetensinya masing-masing antara lain:
a) Registered nurse adalah tenaga keperawatan yang telah mengikuti
pendidikan profesi dan telah lulus uji kompetensi dan teregistrasi sesuai
ketentuan peraturan perundang – undangan, berhak mengurus ijin,
memberikan pelayanan keperawatan dan menyelenggarakan praktek
keerawatan mandiri.
b) Teknikal Registered Keperawatan adalah seorang yang telah mengikuti
dan menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga keperawatan sesuai aturan
yang berlaku atau ahli Madya keperawatan yang telah lulus uji
kompetensi dan teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Sesuai dengan tujuan dan kegiatan pelayanan ikeswar, umumnya tugas
dan fungsi perawat di rumah sakit meliputi :
1) Melaksanakan manajemen perawatan
2) Melaksanakan asuhan keperawan
 Melakukan assessment keperawatan khusus anak remaja
 Menetapkan masalah keperawatan khusus anak dan
remaja
 Merencanakan tindakan keperawatan khusus anak dan
remaja
 Melakukan intervensi keperawatan khusus anak dan
remaja
 Mengevaluasi hasil khusus anak dan remaja
3) Menjaga keselamatan diri sendiri dan pasien.

6
Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut maka seorang perawat psikiatri anak
dan remaja, harus memenuhi kriteria pendidikan : untuk jangka waktu lama S2
keperawatan psikiatri, untuk jangka pendek minimal D3 dengan yang sudah
mendapatkan latihan tentang perawatan kesehatan jiwa anak dan remaja,
pengalaman kerja tertentu terkait kesehatan anak dan remaja.

6. Staf terapis
Staf terapis adalah pemberi pelayanan pada pasien dengan kondisi yang
membutuhkan pelayanan terapis yang diterapkan oleh pimpinan rumah sakit
dengn berdasarkan ketentuan dan peraturan kepegawaian yang berlaku.
Ada beberapa SDM di instalasi anak dan remaja dengan spesifikasinya antara
lain
 Okupasi terapi
 Terapi wicara
 Fisioterapi
7. Staf layanan penunjang
 Instruktur/ paedagog adalah sarjana pendidikan (S1) yang telah
teregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang – undangan atau
sarjana lain yang mendapatkan pelatihan pedagogic dan ditetapkan
rumah sakit
 CS adalah pemberi pelayanan tidak langsung pada pasien terkait dengan
menjaga kebersihan dan kerapihan fasilitas pelayanan yang ditetapkan
oleh pimpinan rumah sakit dengan berdasarkan ketentuan dan
peraturan kepegawaian yang berlaku. Sesuai dengan tujuan dan
kegiatan pelayanan, umumnya tugas dan fungsi CS dirumah sakit
meliputi :
a) Melakukan kegiatan kebersihan runagan, halaman, dan perabot
rumah tangga
b) Meriksa dan mengupayakan kebersihan tetap terjaga
c) Menjaga keselamatan diri sendiri dan pasien

Untuk melaksanakan tugas-tugas tersebut maka CS harus memenuhi


kriteria pendidikan minimal SLTA dengan pengalaman kerja tertentu.

7
B. DISTIBUSI SDM

1. SDM Rawat jalan


Guna pemeriksaan pasien pada anak dan remaja yang dating berobat ke
poliklinik jiwa anak dan remaja, maka SDM yang harus ada adalah
 Psikiater anak sebagai konsultan
 Dokter spesialis, sebagai DPJP
 Psikolog
 Pelaksanaan terapi (okupasi terapi, terapi wicara, fisioterapi )
 Perawat sebagai case manager
 SDM layanan penunjang yang lain seperti layanan gizi, ahli gizi, sosio
wolker
 Tenaga keamanan
 CS
2. SDM untuk rawat inap
Untuk ruangan rawat inap psikiatri anak dan remaja, yang dibutuhkan lebih
banyak adalah tenaga perawat. Tim pemberi pelayanan yang lain di
kolaborasikan dengan layanan rawat jalan SDM yang dibutuhkan sebagai
berkut:
a) Psikiater sebagai DPJP
b) Perawat sebagai kepala ruangan
c) Perawat sebagai ketua tim
d) Perawat pelaksana
e) Dokter umum
f) Psikolog klinik anak
g) Orthopaedagog
h) CS
3. SDM untuk pelayanan Scool time
 Pedagog/ instruktur dengan pengalaman sebagai pedagog
4. SDM untuk promotif/ kegiatan penyuluhan kesehatan jiwa anak dan remaja
 Semua professional yang ada di instalasi anak dan remaja
 Tim yang ditunjuk sebagai tim promosi kesehatan instalasi anak dan
remaja
 SDM pelaksanaannya sesuai materi yang mau disampaikan

C. PENGATURAN JAGA LAYANAN INSTALASI ANAK DAN REMAJA

Pengaturan jaga dilakukan metode :

 Non shift dengan waktu jaga dari jam 07.00 – 16.00 WIB
 Shift :
o Pagi dengan waktu jaga dari jam 07.00 - 16.00 WIB
o Sore dengan waktu jaga dari jam 14.00 - 21.00 WIB
o Malam dengan waktu jaga dari jam 21.00 – 08.00 WIB

8
Pengaturan jaga SDM:

o Konsultan psikiater anak bertugas sesuai jadwal yang telah ditentukan.


o Psikiater instalasi anak bertugas tiap hari, untuk penanggung jawab pelayanan
rawat jalan sesuai jadwal yang telah ditentukan
o Dokter ahli spesialis anak.
Hadir sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan di insalasi anak dan remaja
o Dokter umum
Bertugas setiap hari di rawat inap jiwa anak dan remaja
o Psikolog
Bertugas di poliklinik rawat jalan dan rawat inap, dijadwalkan bergantian
apabila salah satu tidak hadir bias didelegasikan ke yang lain.
o Pedagog/ instruktur
Setiap hari bekerja di rawat inap dan rawat jalan inslasi jiwa anak dan remaja
sesuai jadwal terapi yang telah disepakati.
o Sosioworker
Bertugas dua kali seminggu, sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.
o Terapi wicara
Setiap hari bekerja di instalsi rehab medik, apabila ada pasien yang
membutuhkan terapi akan dilakukan terapi sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
o Okupasi terapi
Setiap hari bekerja di instalasi rehab medik, apabila ada pasien yang
membutuhkan terapi akan dilakukan terapi sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
o Perawat
Perawat rawat jalan bertugas setiap hari kerja, terdiri dari kepala ruangan,
perawat pelaksana.
Perawat rawat inap
a. Kepala ruangan : berdinas setiap hari kerja untuk mengelola ruangan
rawat inap anak dan remaja
b. Satu Ka tim
Bertugas memeimpin pelayanan rawat inap jiwa anak dan remaja
apabila berhalangan hadir, tugas didelegasikan ke PA dibawahnya.
c. Perawat pelaksana, berjaga 3 sift, apabila salah satu tidak hadir, PA
yang lain sebagai pengganti
o CS : dua orang berjaga setiap hari, dirawat jalan 1 orang, rawat inap 1 orang

9
BAB III

STANDAR FASILITAS

A. DENAH RUANG
1. Denah Ruang Rawat Inap

teras
ruang
ka.ru toilet Ruang ruang Isolasi

Ruang Perawat tindakan

Rapat
ruang nurse
isolasi station

ruang
rawat

kelas I
ruang
Toilet rawat

kelas I
ruang rawat kelas
ruang rawat ruang makan II

kelas III

10
2. Denah ruang rawat jalan

konsultasi poliklinik Teras Ruang

Gizi jiwa anak Psikolog

Dapur

nurse station

Toilet ruang ruang

karu poliklinik menyusui

anak

11
3. Poliklinik Lasato

Ruang teras Ruang Ruang

Ka.inst Sholat terapi wicara

Ruang

pantry remedial

toilet teaching

R.pemeriksaan pemeriksaan okupasi terapi

lasato

12
B. STANDAR FASILITAS
Ruang, fungsi dan luas ruang serta kebutuhan fasilitas instalasi anak dan
remaja
No Instalasi anak dan Fungsi Kebutuhan fasilitas LUAS
remaja (M2)
1 Poliklinik jiwa anak
dan remaja
 Ruangan Pendaftaran Kursi,meja 15.00
pendaftaran pasien
 Ruangan Tempat Meja,kursi, set 16.00
konsultan assessment diagnostic dan
dan stimulator, AC
konsultasi
 Ruangan Tempat Meja, krsi, AC, alat 12.00
konsultasi gizi konsultasi peraga makanan,
gizi pengukur badan,
timbangan
 Ruangan nurse admintrasi Meja, kursi, formulir 12.00
station
 Ruangan Ruang Temapt tidur,meja 12.00
tindakan treatment kursi, feeling cabinet,
pada pasien perasat pemeriksaan
yang
memerlukan
tindakan
dengan
segera
2 Poliklinik LaSaTo
• Ruangan Terapi Terapi wicara Alat stimulasi wicara, 18.00
wicara matras, AC
 Ruangan terapi Okupasi Alat stimulasi sensori, 22.00
okupasi terapi matras, AC
 Ruangan Tempat Meja,kursi, set 16.00
konsultan assessment diagnostic dan
dan stimulator, AC
konsultasi
 Ruangan Terapi Meja, kursi, AC, alat 9.00
remedial remedial penunjang proses
teaching teaching belajar mengajar
 Gadung Tempat Alat kebersihan 2,5.00
penimpanan

13
peralatan
kebersihan
 km/WC Toileting Ember,gayung 2,5.00
3 Rawat inap anak dan
remaja
 Ruangan nurse admintrasi Meja, kursi, formulir 12.00
station
 Ruangan pasien Atifitas tempat tidur 50.00
kelas III pasien kelas
III
 Ruangan pasien Aktifitas Tempat tidur 30.00
kelas II pasien kelas
II
 Ruangan pasien Aktifitas Tempat tidur dengan 25.00
kelas I pasien kelas I pengamanan standar
 Ruangan Ruangan Meja, kursi, papan 30.00
belajar& untuk tulis
ruangan makan remedial
teaching &
makan
 Kamar toileting Ember,gayung 2,5.00
mandi/WC
 Ruangan solasi isolasi Temapt tidur, kamar 5.00
mandi
 Ruangan Ruang Temapt tidur,meja 12.00
tindakan treatment kursi, feeling cabinet,
pada pasien perasat pemeriksaan
yang
memerlukan
tindakan
dengan
segera
 Ruangan rapat, Meja, kursi, kipas 9.00
diskusi diskusi angina
dengan
keluarga
pasien
 Ruangan Aktifitas Kipas angina, kursi 40.00
aktifitas mandiri

14
BAB IV

TATALAKSANA PELAYANAN INSTALASI ANAK DAN REMAJA

Pelayanan instalasi kesehatan jiwa anak dan remaja adalah pelayanan yang
diberikan dan disesuaikan dengan keadaan pasien berdasarkan keadaan kelemahan
dan klinis pasien anak dan remaja. Keadaan status tumbuh kembang anak sangat
berpengaruh pada proses penyembuhan, sebaiknya proses perjalanan penyakit dapat
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak. Sering terjadi kondisi pasien yang
semakin buruk karena tidak mendapatkan pelayanan kesehatan jiwa yang memadai.

A. Kriteria registrasi pasien rawat jalan dan pasien rawat inap instalasi anak adan
remaja
1) Kriteria registrasi pasien rawat jalan :
 Anak usia 0 s/d 18 tahun dengan kondisi yang membutuhkan
pelayanan dokter spesialis anak
 anak usia 0 s/d 18 tahun dengan kondisi anak berkebutuhan
khusus.
 Anak / remaja usia 0 s/d 18 tahun tanpa batasan sudah
menikah, dengan kondisi yang membutuhkan pelayanan
bimbingan peningkatan kesehatan psikologsnya.
 Anak / remaja usia 0 s/d 18 tahun tanpa batasan sudah
menikah dengan diagnosis khusus psikiatri anak atau masalah/
gejala khusus emosional/ perilaku
 Anak / remaja usia 0 s/d 18 tahun tanpa batasan sudah
menikah yang membutuhkan pelayanan ksusus psikiatri secara
holistik.
 Anak / remaja yang membutuhkan pelayanan penunjang
psikiatri anak dan remaja
 Anak / remaja yang membutuhkan yang membutuhkan
pelayanan konseling/ pendidikan kesehatan anak dan remaja
2) Kriteria pasien rawat inap :
 Anak/ remaja dari usia 7 tahun s/d usia 17,10 tahun, tanpa
batasan sudah menikah yang membutuhkan pelayanan rawat
inap dengan masalah psikiatri anak dan remaja atau masalah
psikiatri anak dan remaja atau masalah sosial lainnya.
 Anak/ remaja dengan kondisi psikiatri yang mempunyai resiko
perilaku kekerasan dengan kondisi kesehatan fisik yang dapat
dilayani/ dikendalikan untuk di rawat inap
 Anak/ remaja dengan kondisi psikiatri yang membutuhkan
pelayanan penerbitan surat-surat keterangan yang melalui alur
pelayanan rawat inap.

15
B. Proses Registrasi pasien rawat jalan dan proses pasien masuk rawat inap
instalasi anak dan remaja.
1) Proses registrasi pasien rawat jalan :
Untuk pasien anak dan remaja yang periksa/ follow up d poliklinik jiwa
anak dan remaja harus diatar oleh orang tua atau penanggung jawab
pasien
 Pasien datang dari pendaftaran
 Untuk pasien baru dilakukan screening dan pemeriksaan anak
holistic
 Petugas adminstrasi menentukan layanan yang dituju
 Pasien yang masuk di layanan DPJP, diperiksa dan mendapat
advice untuk layanan selanjutnya, atau dikonsultasikan ke
konsultan psikater anak/ spesialis lain.
 setelah pelayanan selesai, pasien menunggu proses admintrasi.
Untuk pasien yang diperbolehkan pulang pembayaran dapat
dilakukan di kasir.
 Setelah itu pasien dapat mengambil obat di apotik dan
selanjutnya pasien diperbolehkan pulang
 Untuk pasien BPJS petugas melengkapi persyaratan klaim yang
dibutuhkan.
 Untuk pasien rawat inap, case manger mengurus admintrasi
untuk rawat inap dan selanjutnya keluarga dan pasien diantar
keruang yang ditinjau

2) Proses pasien masuk rawat inap


 Pasien masuk rawat inap bias lewat poliklonik ataupun
dari IGD
 Untuk pasien anak perempuan di rawat di ruangan angrek
 Untuk anak lak-laki di bangsal jiwa anak dan remaja
 Pasien mendapatkan layanan DPJP psikiatri
 Pasien mendapatkan layanan keperawatan khusus
psikiatri anak dan remaja
 Pasien mendapatkan fasilitas tindakan pelayanan yang ada
di ruangan rawat inap anak dan remaja
 Pasien mendapatkan pelayanan holistic dan tim
professional untuk kelengkapan diagnosis

C. Ruang tindakan / ruang observasi pasien


1. Untuk pasien anak dan remaja yang mengalami kondisi kegawat
daruratan fisik, mendaat prioritas pelayanan kegawat daruratan
lebih dahulu di ruang tindakan dan dirujuk ke IGD setelah pasien
dalam kondisi stabil.

16
2. Untuk pasien anak dan remaja dengan kegawat daruratan psikiatri/
gaduh gelisah dan sudah membahayakan diri sendiri dan di
lingkungan diupayakan mendapat pelayanan terlebih dahulu dengan
penanganan asuhan pasien gawat darurat di ruang tindakan, untuk
selanjutnya di masukkan ke bangsal perawatan instalasi jiwa anak
dan remaja setelah dalam kondisi stabil.
3. Pasien yang datang di poliklinik anak dan remaja dengan kondisi
resiko membahayakan diri sendiri atau lingkungan, diupayakan
didahulukan dalam mendapat pelayanan dan diberi tindakan terlebih
dahulu di ruang observasi untuk segera mendapatkan pelayanan
rawat inapp.
4. Untuk pasien dengan resiko tinggi jatuh, diupayakan didahulukan
dalam mendapat pelayanan dan diberi tindakan terlebih dahulu di
ruang observasi.

D. Penundaan pelayanan
Untuk kondisi tertentu bagi pasien yang harus menunggu atau ditunda
dalam mendapatkan pelayanan diagnostik dan pengobatan di instalasi jiwa
anak dan remaja, baik rawat jalan maupun rawat inap, maka:
1. Pasien rawat inap atau rawat jalan diberi informasi adanya
penundaan pelayanan atau pengobatan, dan alasan penundaan.
2. Apabila kondisi pasien tidak memungkinkan untuk menunggu atau
ditunda dalam mendapatkan pelayanan diagnostik dan atau
pengobatan, maka pasien diberi informasi tentang alternative yang
tersedia sesuai dengan keperluan klinik pasien.
3. Pemberian informasi harap di dokumentasikan di rekam medis pasien
dan disetujui oleh pasien.

E. Tatakelola pasien bila tempat tidur penuh atau fasilitas tidak tersedia
1. Instalasi jiwa anak dan remaja mempunyai satu ruangan rawat inap
untuk rawat inap pasien putra dan satu dengan kapasitas masing-
masig 12 tempat tidur.
2. Jika salah satu bangsal tempat tidurnya penuh maka pasien biasa
ditambah tempat tidur.

F. Pelayanan intensif

Terkait perawatan intensif psikiatri anak dan remaja yang memerlukan


pelayanan intensif dilakukan di ruangan isolasi rawat inap anak dan remaja,
yang harus diperhatikan kondisi fisik dan psikisnya, dengan kriteria sebagai
berikut:

1. Pasien dengan gaduh gelisah yang membahayakan diri sendiri atau


lingkungan dirawat diruang isolasi.

17
2. Perawat yang menangani pasien yang memerlukan pelayanan intensif di
bangsal rawat inap anak dan remaja dibawah pengawasan langsung
perawat primer / ka Tim
3. Kelengkapan dokumentasi catatan medis pasien yang memerlukan
perawatan intensif harus lebih di perhatikan.
4. Pasien yang sudah stabil dengan kriteria tertentu, dan tidak gaduh
gelisah tidak membahayakan diri sendiri atau lingkungan digabung
dengan pasien anak yang lebih tenang

G. Pasien rawat inap


Skrining lanjutan dilakukan di rawat inap. Kebutuhan pasien rawat inap
dikaji dan diprioritaskan berdasarkan kondisi kesehatan pada saat pasien
masuk.
1. Pasien rawat inap instalasi jiwa anak dan remaja pelayanan
keperawatan dan pengobatan spesifik khusus anak dan remaja
dengan terapi modalitas yang berbeda dengan pasien dewasa.
2. Tindakan setara dengan rehabilitasi psikososial namun khusus anak
dan remaja bersifat pendidikan dan karakter building, diberikan
setelah pasien stabil untuk mendapatkan layanan School Time.
3. Staf memberikan informasi kepada pasien dan keluarga selama
proses rawat inap, meliputi :
a. Diagnosis pasien
b. Rencana keperawatan
c. Hasil yang diharapkan/ kriteria hasil
d. Perkiraan biaya perawatan
e. Informasi untuk membuat keputusan
f. Hambatan atau masalah dalam perawatan, seperti bahasa,
kultur budaya, dan fasilitas fisik dalam pemberian pelayanan

H. Pelayanan pasien pulang : (follow up, meninggal, rujukan, lari, APS )


1. Proses dan protocol pasien pulang
 Keluarga atau penanggung jawab pasien diperbolehkan
membawa pasien pulang setelah mendapat advice dari
DPJP.
 Pasien anak dan remaja diperbolehkan pulang dengan
dijemput oleh keluarga atau penanggung jawab
 Bersama staf ruangan,keluarga atau penanggung jawab
pasien mengurus kelengkapan pulang
 Keluarga diberi pendidikan terkait dengan proses dan
syarat follow up selanjutnya, serta validasi terkait program
pelatihan pasien dan keluarga
 Proses dan protocol pasien rujukan psikiatri anak dan
remaja ke rumah sakit yang lebih tinggi.

18
 Rujuk balik untuk pelayanan pendukung ditujukan kepada
puskesmas yang mengirim, pemberi kesehatan lainnya.
Organisasi pelayanan kesehatan (asuhan keperawatan jiwa
anak dan remaja ) atau fasilitas lainnya dan petugas
kesehatan professional di komunitas
 Kriteria pasien untuk ulang follow up
a. Mendapat advice dari DPJP
b. Pasien sudah dinyatakan tidak membahayakan diri
sendiri atau lingkungan
c. Mampu melakukan ADL secara mandiri, untuk
pasien retardasi mental ADL disesuaikan dengan
kondisi pasien.
d. Mampu bersosialisasi
e. Mampu mengikuti jadwal kegiatan dibangsal.
f. Sudah mengikuti kegiatan school time
2. Standar prosedur instalasi jiwa anak dan remaja untuk
pengurusan pasien psikiatri anak yang pulang meninggal
mengacu pada kebijakan rumah sakit.
3. Proses dan protocol pasien lari di instalasi jiwa anak dan remaja,
mengacu pada kebijakan rumah sakit namun pada dasarnya
dilakukan adalah sebagai berikut :
 Perawat sudah harus mencari di sekitar rumah sakit.
 Perawat melaporkan kebagian keamanan.
 Perawat pengupayakan untuk menghubungi keluarga lewat
telepon.
 Apabila ada akabar keberadaan pasien ditemukan, perawat
menjemput pasien untuk dibawa kerumah sakit lagi.
 Apabila dua hari tidak ditemukan, pasien dikeluarkan
secara admintratif.
4. Proses dan protocol pasien APS di instalasi jiwa anak dan remaja,
sesuai dengan kebijakan rumah sakit, namun pada dasarnya
adalah :
 APS dilakukan apabila pasien dan keluarga pasien,
meminta dengan paksa untuk pemulangan psien meskipun
pasien belum dinyatakan boleh rawat jalan oleh DPJP.
 Prosedur APS dilakukan seperti prosedur pasien pulang,
namu disertai dengan surat pernyataan pulang atas
permintaan sendiri yang ditanda tangani oleh keluarga.
5. DPJP/dokter ruangan mengisi resume pasien pulang dan salinan
ringkasan pasien pulang yang diberikan kepada pasien, dan yang
asli disimpan dalam catatan medic pasien meliputi :
a. Diagnosis dan keterangan lain yang bermakna
b. Pengobatan dan penatalaksanaan

19
c. Obat-obatan untuk di rumah
d. Kondisi pasien saat pulang rawat
e. Instruksi follow up di dala formulir yang dapat dimengerti
meliputi konsultasi medis berikutnya (control), tindakan
kegawatan di rumah.

I. Pemindahan pasien ke bangsal


 Pasien dari IGD yang telah dilakukan observasi dan
memungkinkan untuk pindah ke bangsal jiwa anak dan remaja
 Pasien dengan pindah rawatan terkait dengan masalah
adminstrasi.
 Perhatikan keamanan dan kenyamanan pasien saat pemindahan

J. Pendidikan dan konseling


1. Pengkajian kebutuhan pendidikan kesehatan jiwa anak dan
remaja
2. Perawat mengkaji kebutuhan pendidikan untuk pasien dan
keluarga serta mendokumentasikanya dicatatan keperawatan
pasien sebagai berikut ini :
 Kepercayaan dan nilai
 Kemampuan membaca
 Tingkat pendidikan
 Bahasa yang digunakan
 Motivasi dan hambtan emosional
 Keterbatasan fisik dan kognitif
 Keinginan pasien dan keluarga dalam menerima informasi

K. Perencanaan program pelatihan pasien


Rencana dan program pelatihan yang mendukung pertisipasi pasien dan
keluarga dalam pengambilan keputusan perawatan dan proses
perawatan dengan tujuan utama merehabilitasi pasien untuk kembali ke
tingkat fungsional dan kesehatan yang optimal.
 Rencanakan program pendidikan untuk pasien dan keluarga
sesuai dengan jenis pelayanan yang diberikan dan kebutuhan
pembelajarannya
 Metode dan mekanisme yang tepat untuk pendidikan kesehatan
keluarga
 Pendidikan yang terorganisir secara efektif dan efisisen
 Pasien dan keluarga terinformasi dengan topic-topik beresiko
tinggi terhadap pasien meliputi :
a. Penggunaan obat yang aman dan efektif dan efek sampingnya.
b. Pencegahan interaksi obat yang diberikan dengan obat-obatan
dengan makanan dan minuman.

20
c. Penggunaan peralatan penunjang asuhan yang aman dan
efektif
d. Manajemen asuhan keperawatan, dan koping yang efektif di
rumah
e. Teknik rehabiltasi psikososial anak dan remaja
f. Prosedur diagnostic dan pengobatan
 Catat proses dan materi pendidikan pasien dan keluarga
 Perawat yang memberikan pendidikan kesehatan memeilki
pengetahuan tentang materi yang diberikan, waktu yang cukup
dan kemampuan komunikasi yang baik.

L. Dokumentasi

Dokumentasikan data dan formulir pasien yang akurat serta lengkap

1. Data pasien dan keluarga : nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan


2. Nomor kunjungan/ registrasi atau nomor rekam medis
3. Tanggal dan jam masuk, dan jam pulang
4. Cara masuk rumah sakit, transportasi dan pulang rawat
 Masuk rumah sakit : jalan, kursi roda, digendong
 Masuk rumah sakit dari rumah, rujukan rumah sakit lain, fasilitas
pelayanan lain
 Jenis tindakan pre hospital
5. Dokter yang merawat dan dokter yang merujuk jika ada
6. Agama
7. Bahasa yang digunakan
8. Tindak lanjut pelayanan
9. Jaminan kesehatan

M. Data klinik

Dokumentasikan data klinik pasien yang relevan / esensial, akurat dan lengkap
sejak pasien masuk sampai pumang rawat seperti dibawah ini

1. Kondisi status mental


2. Riwayat tumbuh kembang ( riwayat personal, hubungan interpersonal,,
kegiatan hidup sehari-hari dan genogram)
3. Riwayat keshatan fisik, kondisi fisik
4. Kondisi psikologis, social, spiritual, ekonmi
5. Maslah –masalah dan kebutuhan kesehatan yang actual dan potensial
6. Diagnostik dan intervensi terapeutik
7. Menajemen pengobatan
8. Intervensi keperawatan
9. Pendidikan kesehatan pada pasien dan keluarga

21
10. Respon pasien dan hasil
11. Rencana tindak lanjut

N. Pelayanan klinik spesialis

Untuk produk layanan spesialis/ klinik khusus pelayanan holistic tahun 2019

1. Pengertian

Adalah layanan yang komprehensif dan terpadu serta berkesinambungan


baik biopsiko maupun sosialnya

2. Tujuan

Tujuan Umum : Membantu anak mendapatkan layanan dan perhatian yang


khusus dan menyeluruh serta berkesinambungan

Tujuan khusus :

1. Memberikan layanan yang bermutu dan paripurna


2. Memberikan layanan khusus yang tertata dengan system tersendiri
3. Mendapatkan data dan evaluasi yang valid yang dapat ditindak lanjuti
4. Prosedur
a. Identifikasi pasien Asesment oleh perawat
b. Masuk keruang psikiater/ DPJP untuk mendapatkan diagnosis awal dan
mendapat therapy
c. Setelah ditetapkan diagnosis, pasien akan dijadwalkan rencana evaluasi
yang komprehensif dan berkesinambungan dari :
 SpKJ
 Dokter Syaraf
 Dokter Anak
 Dokter umum
 Psikolog
 Laboratorium
 Gizi
 Sosiowolker
d. Staf poli jiwa anak dan remaja mendokumentasikan hasil evaluasi
kedalam catatan sebagai implementasi layanan poliklinik jiwa anak dan
remaja

22
O. Pengembangan layanan kesehatan jiwa anak dan remaja komunitas:

Pengembangan layanan kesehatan jiwa anak dan remaja komunitas adalah


serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh keswamas dalam rangka
meninggkatkan pengetahuan individu maupun masyarakat tentang keshatan jiwa
anak dan remaja kegiatan tersebut berupa

1. Promosi kesehatan jiwa anak dan remaja


2. Bimbingan peningkatan pengetahuan kesehatan jiwa anak dan remaja

23
BAB V

LOGISTIK INSTALASI JIWA ANAK DAN REMAJA

Kondisi gedung instalasi jiwa anak dan remaja untuk rawat jalan, rawat inap
dan lainnya, didalamnya ada ruangan tersendiri untuk fungsi masing – masing,
.maka untuk kebutuhan logistiknya sangat bervariasi sesuai dengan fungsi
ruangan tersebut.

Golongan alat Standar Penggunaan Alat


Ruang periksa Screening/ Pemeriksaan, Alphabet
konsultasi, observasi pemeriksaan Meronce
psikiatri Alat menulis
Boneka jari
Puzzle
Tiang pasak
Balok sususn
Alat mengganbar

Ruang Terapi Tempat pemeriksaan dan terapi Matras


Wicara Meja terapi wicara
Kursi kayu terapi wicara
Alat terapi wicara
Karpet
Ruang sensori Tempat melatih atau menstimulasi Alat sensori integrasi
integrasi semua kemampuan indera tubuh Audio system
Karpet
Matras
Alat kesehatan Tempat melakukan pemeriksaan Timbangan BB
kesehatan Pengukur tinggi badan
Toungue Spatel, reflek
hammer
Senter medis
Tas emergency
Slang O2
Tabung gas O2
Stetescope
Alat Kebersihan Alat – alat penunjang kebersihan Alat pembersih lantai
standar RS
Sapu lidi
Alat pembersih cairan
infeksius
Kesed
Kanebo

24
Gayung
Ember plastic
Tempat sampah ukuran
besar
Tempat sampah tutup
kecilbox container
Alat Makan Alat-alat untuk makan pasien Gelas plastic
Gallon
Peralatan Alat untuk belajar Meja kursi
belajar Papan tulis
Spidol
Penghapus
Pena
Buku
Alat peraga edukasi
Alat Rumah Alat untuk perlengkapan rumah Amari
Tangga tangga Kursi
Kursi tunggu
Meja makan
Telephon
Sofa
Meja tamu

25
BAB VI

KESELAMATAN PASIEN

I. IDENTIFIKASI PASIEN

A. Pengertian
Identifikasi adalah pengumpulan data dan pencatatan segala keterangan tentang
bukti- bukti dari seseorang sehingga kita dapat menetapkan dan
mempersamakan keterangan tersebut dengan individu seseorang, dengan kata
lain bahwa dengan identifikasi kita dapat mengetahui identitas seseorang dan
dengan identitas tersebut dapat mengenal seseorang dan membedakan dari orang
lain.

B. Tujuan
Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk :
 Mengidentifikasi pasien dengan benar
 Mencocokkan layanan dengan individu yang akan mendapatkan
layanan

C. Kebijakan

Kebijakan yang harus diterapkan oleh smua pemberi pelayanan di


RSJ.HB.Saanin Padang adalah :

 Mengidentifikasi pasien sebelum melakukan tindakan, memberikan obat,


pengambilan atau pemberian specimen misalnya darah atau yang lainnya,
transfer pasien, konfirmasi kematian.
 Pasien dengan disabilitas (anak-anak, lansia, bisu tuli, tidak sadar, gangguan
jiwa) yang di Tanya adalah penanggung jawab pasien.
 Identitas pasien menggunakan foto.
 Pasien yang datang dengan tanpa diketahui identitasnya maka menggunakan
a) Kode Mr.X untuk pasien laki-laki
b) Kode Mrs.Y untuk pasien perempuan
c) Ditambahkan angka 1, 2 dan seterusnya
d) Jika sudah dibangsal perawatan kemudian sudah diketahui identitasnya
maka dirubah diberkas rekam medic dengan cara dicoret satu kali dan
dibenarkan kemudian dilaporkan ke instalasi rekam medis untuk
dilakukan perubahan data di SIRS
 Setiap pasien yang mempunyai alergi, resiko jatuh, larangan diresusitasi,
resiko bunuh diri, melarikan diri, perilaku kekerasan akan di tandai dengan
warna sebagai berikut :
a) Merah = alergi
b) Kuning = resiko jatuh

26
 Setelah pasien diperbolehkan pulang oleh dokter maka segala identtas pasien
dilepas
Kebijakan identifikasi ini dilaksanakn secara konsisten pada semua lokasi dan
situasi serta harus dipahami oleh semua civitas Hospitalia Rumah sakit jiwa
Prof.HB.Saanin Padang

II. PENGKAJIAN DAN INTERVENSI RISIKO JATUH

A. Pengertian

Kebijakan pengkajian dan intervensi risiko jatuh adalah kebijakan yang


diterapkan RSJ.HB.Saanin padang dalam menilai risiko jatuh dan usaha
pencegahan yang dilakukan untuk mengurangi risiko jatuh.

B. Tujuan

Untuk mengurangi kejadian pasien jatuh di Rumah Sakit Jiwa HB.Saanin


Padang

C. Kebijakan
1. Semua pasien rawat inap dan rawat jalan dinilai risiko jatuhnya dan
dilakukan penilaian ulang jika diindikasikan terjadi perubahan kondisi
pasien atau pengobatan.
2. Pasien rawat jalan dan IGD penilaian resiko jatuh get up dan go test
3. Pasien rawat inap
 Penilaian resiko jatuh pada pasien dewasa dengan skala jatuh
morse
 Penilaian risiko jatuh pada pasien anak dengan skala humpty
dumpty (12-18 tahun)
 Penilaian risiko jatuh pada pasien psikiatri dengan skala
edmunson
 Pasien anak dibawah usia 12 tahun dan pasien yang berisiko
tinggi jatuh dan diberikan intervensi yang sesuai
4. Penilaian ulang dilakukan pada perubahan kondisi atau pengobatan
 Pasien pasca tindakan invasive resiko tinggi
 Pasien Penurunan kesadaran
 Pasien pasca jatuh
 Pasien dengan menggunakan bat beresiko tinggi ( diuretic,
narkotik, vasodilator, antiaritmia, antihipertensi, obat
hipoglikemik, antidepresan, neuroleptic, NSAID, hipnotik,
barbiturate, fenotiazin

27
III. PANDUAN PENGURANGAN RESIKO INFEKSI ( PANDUAN HAND HYGIENE)

A. Pengertian
Hand hygiene atau kebersihan tangan adalah suatu tindakan membersihkan
tangan dengan menggunakan sabun/ antiseptic di bawah air mengalir (cuci
tangan ) atau dengan menggunakan cairan berbahan dasar alcohol (handrub)
Langkah yang paling efektif melakukan hand hygiene adalah menggunakan
cairan handrub berbahan dasar alcohol yang dapat digunakan sebagai anti
septik tangan rutin. Karena memiliki kelebihan:
 Eliminasi berbagai mikroba (termasuk virus)
 Waktu singkat (20 hingga 30 detik )
 Dapat diletakkan di area point of care
 Toleransi pada kulit yang baik
 Tidak perlu sarana cuci tangan ( air bersih, washtafel, sabun, tissue)
Antiseptic adalah germisida kimia yang diformulasikan untuk digunakan pada
kulit atau jaringan hidup lain untuk menghambat atau membunuh
mikroorganisme (baik sementara maupun penghuni tetap) dan tidak ditujukan
untuk mendekontaminasi benda mati.

B. Ruang lingkup
1. Penatalaksanaan hand hygiene
2. Penetapan penggunaan antiseptic cuci tangan dan handrub
3. Pendistrbusian cairan antiseptic cuci tangan dan handrub
4. Monitoring dan evaluasi sarana dan prasarana had hygiene
5. Monitoring kepatuhan pelaksanaan hand hygiene

C. Tatalaksana
Seluruh petugas kesehatan yang secara langsung antiseptic maupun tidak
langsung kontak dengan pasien dan lingkungan sekitar pasien selama
beraktifitas harus peduli terhadap hand hygiene.

28
Gambar 5 moment cuci tangan

29
Gambar 5 langkah cuci tangan

D. Hal-hal yang harus diperhatikan saat melakukan hand hygiene


1. Kuku harus dijaga tetap pendek, tidak lebih dari 3 mm melebihi ujung
jari, karena kuku yang panjang baik yang alami maupun buatan dapat
berperan sebagai reservoir bakteri garam negative (p.aeruginosa), jamur
dan phatogen lain serta lebih mudah melubangi sarung tangan
2. Tidak menggunakan cincin dan gelang/ melepaskan perhiasan di jar
dan tangan
3. Bila jelas terlihat atau terkontaminasi, harus digunakan antiseptic
berbahan dasar alcohol
4. Bila tangan tidak tampak kotor atau terkontaminasi, harus digunakan
berbahan dasar alcohol
5. Pastikan tangan kering sebelum melakukan kegiatan
E. Penetapan penggunaan antiseptic cuci tangan
1. Sabun cuci tangan

Untuk petugas adminstrasi dan pengunjung menggunakan sabun cuci


tangan dengan triclosan. Wastafel cuci tangan ada disetiap kantor

30
ruangan pelayanan, koridor ruang perawatan dan ruang tindakan yang
dilengkapi denagna cairan antiseprtik cuci tangan dan tissue

2. Cairan antiseptic
Cairan antiseptic berbasis alcohol 70-90 % di pakai untuk handrub.
Bagi pasien diare, petugas diharuskan mencuci tangan dengan cairan
antiseptic yang mengandung chlorheksidin 2% tau poliHexamethylen
biguanide hidrocloride PHMB karena menggunakan antiseptic berbasis
alcohol tidak dapat membunuh spora clostridium difficile

F. Pendistribusian antiseptic cuci tangan


distribusian cairan antiseptic cuci tangan maupun cairan berbahan dasar
alcohol oleh instalasi farmasi sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan.
Permintaan alcohol handrub atau hand sanitaizer sesuai perencanaan
kebutuhan satuan kerja diambil ke instalasi gudang.

G. Monitoring dan evaluasi sarana dan prasarana


Monitoring dan evaluasi kelengkapan sarana dan prasarana hand hygiene di
seluruh satuan kerja oleh tim PPI berdasarkan formulir pemantauan sarana
dan prasarana yang diisi oleh penanggung jawab ruangan.

H. Monitoring kepatuhan hand hygiene


Monitoring kepatuhan hand hygiene dilakukan oleh satuan kerja dan
dievaluasi oleh tim PPI dilakukan setiap hari dan dilaporkan ke komite Mutu
dan manajemen resiko sebagai indicator sasaran keselamatan pasien setiap
bulan.

I. pendokumentasian
Pencatatan dan pelaporan sarana dan prasarana dilakukan oleh komite PPI
dengan menggunakan formulir pemantauan sarana dan prasarana dan
dievaluasi oleh komite PPI.

IV. PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT


MEDICATINS)
A. Pengertian
Obat yang perlu diwaspadai adalah sejumlah obat-obatan yang memiliki resiko
tinggi menyebabkan bahaya yang besar pada pasien jika tidak digunakan
secara tepat. Obat yang perlu diwaspadai merupakan obat yang persentasinya
tinggi dalam menyebabkan terjadinya kesalahan/ kesalahan serius (sentinel
event) dan obat yang beresiko tinggi menyebabkan reaksi obat yang tidak
diinginkan (ROTD)
Sekelompok obat hight alert diantaranya :

31
o Obat yang terlihat mirip dan kedengarannya mirip (Nama Obat Rupa
dan Ucapan mirip/ NORUM, atau Look Alike Sound Alike/LASA
o Elektrolit kosentrasi tinggi
B. Tujuan
1. Meningkatkan keselamatan pasien
2. Mencegah terjadinya kesalahan dalam pelayanan obat yang perlu
diwaspadai kepada pasien
3. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
C. Kebijakan
1. Rumah sakit menyusun daftar obat high alert dan melakukan review
minimal 1 tahun
2. Setiap satelit farmasi, ruang rawat, poliklinik harus memiliki daftar obat
high alert dan panduan penanganan obat high alert
3. Setiap tenaga kesehatan harus mengetahui penanganan khusus untuk
obat high alert
4. Obat high alert harus disimpan di tempat terpisah, akses terbatas, diberi
label yang jelas untuk menghindari penggunaa yang tidak disengaja

V. PENINGKATAN KOMUNIKASI EFEKTIF MELALUI LISAN ATAU TELEPHONE

a) Pengertian
Komunikasi melalui lisan adalah komunikasi yang dilakukan antar
professional di Rumah sakit diantaranya dokter dengan Dokter Penanggung
Jawab Pasien (DPJP), antar dokter dengan dokter, antar perawat dengan dokter
b) Tujuan
1. Tidak terjadi kesalahan dalam memberkan informasi atau instruksi
2. Tidak terjadi kesalahan dalam tindakan atau prosedur pengobatan
yang akan dilakukan pada pasien
3. Melindungi petugas dan pasien dari kesalahan
Kebijakan
1. Pelapor menuliskan dan melaporkan kondisi pasien dengan metode
SBAR (Situasion, background, Assesmen, Recommendation)
2. Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi (TBAK = Tulis Baca ulang dan konfirmasi)
3. Tulisan tersebut lengkap bila terdiri dari jam/ tanggal, isi perintah,
nama penerima perintah dan tada tangan (pada kesempatan berikutnya)
4. Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama LASA, maka
nama obat LASA harus dieja satu persatu hurufnya dengan phonetic
alphabet
5. Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat look alike dan sound like
6. Konfirmasi lisan dantertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi
perintah mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan kebenaran
pembacaan secara lisan missal ‘ya sudah benar’. Konfirmasi tertulis

32
dengan tanda tangan pemberi perintah yang harus diminta pada
kesempatan kunjungan berikutnya.
7. Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang perlu
dicatat, missal pemberi perintah tak mau tanda tangan

33
BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian dari kegiatan yang


berkaitan erat dengan kejadian yang disebabkan oleh kelalaian petugas. Kondisi yang
dapat mengurangi bahaya dan terjadinya kecelakaan dalam proses penyelenggaraan
pelayanan adalah pekerjaan yang terorganisir, dikerjakan sesuai dengan prosedur,
tempat kerja yang aman, terjamin kebersihannya, dan istirahat yang cukup.
Kecelakaan tidak terjadi dengan sendirinya, biasanya terjadi dengan tiba-tiba dan
tidak direncanakan ataupun tidak diharapkan, serta dapat menyebabkan kerusakan
pada lat-alat dan ‘melukai” karyawan/ pegawai.
1. Pengertian
Upaya untuk memberikan jaminan keselatan dan meningkatkan derajat
kesehatan para pekerja dengan cara pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat
kerja, pengendalian bahaya ditempat kerja, promosi kesehatan, pengobatan, dan
rehabilitasi. Keselamatn kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang
harus diterapkan dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat
kesalahan kerja petugas atau kelalaian/ kesengajaan.
2. Tujuan

Menurut Undang-undang Keselatan Kerja Tahun 1970, syarat-syarat keselamatan


kerja meliputi seluruh aspek pekerjaan yang berbahaya, dengan tujuan :

a) Mencegah dan megurangi kecelakaan


b) Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
c) Memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu
kebakaran atau kejadian lain yang berbahaya
d) Memberi pertolongan pada kecelakaan
e) Memberi perlindungan pada pekerja
f) Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu,
kelembaban, debu, kotoran,asap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar/
radiasi, suara dan getaran
g) Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik/
psikis, keracunan, infeksi dan penularan
h) Penyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.
i) Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.
j) Memperoleh kebersihan antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara
dan proses kerjanya
k) Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang,
tanaman atau barang
l) Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan
m) Mencegah terkena aliran listrik
n) Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
berbahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.

34
3. Prinsip keselamatan kerja Pegawai Dalam Proses Penyelenggaraan pelayanan
a) Pengendalian teknis mencakup :
 Adanya pengawasan kerja yang dilakukan oleh penanggung jawab dan
terciptanya kebiasaan kerja yang baik oleh pegawai
 Pekerjaan yang ditugaskan hendaknya sesuai dengan kemampuan kerja
dari pegawai
 Volume kerja yang dibebankan hendaknya sesuai dengan jam kerja yang
telah ditentukan. Dan pegawai diberi waktu untuk istirahat setelah 3
jam bekerja, karena kecelakaan kerja terjadi setelah pegawai bekerja >3
jam
 Perawatan alat dilakukan secar kontinyu agar peralatan tetap dalam
kondisi layak pakai
 Adanya pendidikan mengenai keselamatan kerja bagi perawat
 Adanya fasilitas/ peralatan pelindung dan peralatan pertolongan
pertama yang cukup
 Petunjuk penggunaan keselamatn kerja
 Prosedur keselamatan kerja

Keamanan kerja di ruangan terlaksana bila :

a) Barang yang berat selalu ditempatkan di bagian bawah


b) Tidak diperkenankan merokok diruangan
c) Lampu harus dimatika bila tidak dipergunakan/ diperlukan
d) Tidak mengangkat barang berat, bila tidak sesuai dengan kemampuan anda
e) Tidak mengangkat barang dalam jumlah yang besar yang dapat
membahayakan badan dan kualitas barang
f) Membersihkan bahan yang tumpah atau keadaan licin diruangan
g) Menggunakan peralatan yang sesuai dengan cara yang baik
h) Tdak menggaruk, batuk, selama pelayanan
i) Menggunakan serbet sesuai dengan macam dan peralatan yan akan
dibersihkan
j) Berhati-hatilah bila membuka, menutup, menyalakan atau mematikan mesin,
lampu, gas/ listrik dan lain-lainya
k) Meneliti dulu semua peralatan sebelum digunakan
l) Pada saat selesai menggunakannya, teliti kembali apakah semua alat sudah
dimatikan mesinnya.
m) Meletakkan alat menurut tempatnya dan diatur dengan rapi
n) Menggunakan peralatan yang bersih dan kering
o) Menggunakan dengan baik peralatan sesuai dengan fungsinya
p) Menggunakan alat pelindung kerja selama pelayanan seperti skort kerja, topi,
handscoen dan lain-lainya
q) Menggikuti pentunjuk/ prosedur kerja yang ditetapkan sebelum mulai bekerja
dan bila akan meninggalkan ruangan harus cuci tangan

35
r) Mengikuti petunjuk/ prosedur kerja yang ditetapkan. Sebelum mulai bekerja
dan bila akan meninggalkan ruangan harus cuci tangan
s) Membuang sampah pada tempat yang telah dsediakan
t) Alat pelindung kerja, baju kerja, terbuat dari bahan yang tidak panas, tidak
licin,dan enak dipakai, sehingga tidak mengganggu gerak pegawai saat bekerja
u) Jangan menggunakan sepatu berhak tinggi
v) Tersedia alat sanitasi yang sesuai, misalnya air dalam keadaan bersih dan
jumlah yang cukup, sabun, alat pengering dsb.
w) Tersedia alat pemadam kebakaran yang berfungsi baik ditempat yang mudah
dijangkau.
x) Tersedia lay / obat P3K

Melaksanakan program K3 sesuai peraturan yang berlaku ;

 Pemeriksaan kesehatan petugas


 Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja
 Menyiapkan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat
 Penempatan pekerja pada pekerjaan yang sesuai kondisi kesehatannya
 Pengobatan pekerja yang menderita sakit
 Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui
monitoring lingkungan kerja dari hazard yang ada
 Melaksanakan biological monitoring
 Melaksankan surveilan keselamatan kerja

36
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

Pengertian Mutu

a) Tingkat kesempurnaan suatu produk


b) Keahlian dan keterikatan yang selalu dicurahkan pada pekerjaan
c) Kegiatan tanpa salah dalam melakukan kegiatan

Mutu pelayanan instalasi anak dan remaja untuk memenuhi kebutuhan


masyarakat akan pelayanan kesehatan jiwa anak dan remaja sesuai dengan standar
profefesi dan standar elayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang
tersedia secara wajar, efisien, efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan
sesuai dengan norma, etika, hokum, sosio budaya dengan memperhatikan
keterbatasan dan kemampuan instalasi anak dan remaja dan masyarakat.

Mutu terkait dengan

1. Input : segala sumberdaya yang diperlukan untuk melakukan


pelayanan
2. Proses : aktifitas dalam bekerja
3. Output : jumlah pelayanan yang dilakukan
4. Outcome : hasil pelayanan, perubahan yang terjadi pada konsumen,
termasuk kepuasan dari konsumen

37
a) Mutu rawat inap

INDIKATOR AREA KLINIS


1. Angka Kelengkapan Asesmen medis pasien Rawat Inap dalam 2x24 jam
1. Judul Angka Kelengkapan Asesmen medis pasien Rawat
Inap dalam 2x24 jam
2. Program Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
3. Dimensi Mutu Kelanjutan pelayanan, efisiensi
4. Tujuan Kelengkapan pengisian asesmen di rekam medik
akan memberikan kesinambungan pelayanan
kesehatan yang efektif efisien dan aman.
5. Dasar Pemikiran Kelengkapan pengisian asesmen medis rawat inap
merupakan pijakan bagi dokter untuk memberikan
asuhan yang efektif dan efisien.
6. Definisi operasional Asesmen medis rawat inap yang terisi lengkap oleh
DPJP dalam 2x24 jam
7. Kriteria
- Inklusi - Asesmen medis pasien baru rawat inap
- Eksklusi -
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian
data
9. Cakupan data Data ruang rawat inap
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
11. Periode analisa 3 bulan
12. Metodologi analisa data Analisis presentase
13. Numerator Jumlah pasien baru yang lengkap asesmen medis
rawat inap dalam 2x24 jam dalam 1 bulan
14. Denominator Jumlah keseluruhan pasien baru masuk rawat inap
dalam 1 bulan
15. Formula Jumlah pasien baru yang lengkap asesmen medis
rawat inap dalam 2x24 jam dalam 1 bulan dibagi
Jumlah keseluruhan pasien baru masuk rawat inap
dalam 1 bulan dikali 100%
16. Sumber data Rekam medis
17. Wilayah pengamatan Instalansi rawat inap

38
18. Publikasi data Rapat koordinasi bulanan
19. Standar >100%
20. Penanggung jawab Ka Ruang Rawat Inap
pengumpul data

2. Kejadian Luka Lecet Akibat Fiksasi

1. Judul Kejadian luka lecet akibat fiksasi


2. Program Peningkatan mutu dan keselamatan pasien &
Pengendalian Pencegahan Infeksi di instalasi rawat
inap
3. Dimensi Mutu Keamanan dan Keselamatan Pasien

4. Tujuan Terwujudnya penyelenggaraan sistem pelayanan


keperawatan berbasis mutu dan keselamatan pasien
dalam pencegahan dan pengendalian infeksi rumah
sakit
5. Dasar Pemikiran Masih ditemukan kejadian luka lecet akibat fiksasi
pada pasien di Rawat Inap

6. Definisi operasional Luka lecet akibat fiksasi adalah kejadian luka yang
ditimbulkan oleh pasien direstrain (difiksasi) selama
dirawat di rumah sakit
7. Kriteria
- Kriteria Inklusi Pasien dalam perawatan dengan luka lecet karena
difiksasi
- Kriteria Eksklusi Pasien luka lecet sebelum perawatan
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian
data
9. Cakupan data Data ruang rawat inap
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
11. Periode analisa 3 Bulan
12. Metodologi analisa data Analisis presentase

13. Numerator Jumlah kejadian luka lecet karena fiksasi dalam


perawatan
14. Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap yang difiksasi

39
dalam perawatan
15. Formula Jumlah kejadian luka lecet karena fiksasi dalam
perawatan dibagi Jumlah seluruh pasien rawat inap
yang difiksasi dalam perawatan dikali 100%
16. Sumber data Pengamatan langsung, laporan Instalasi Rawat Inap
17. Wilayah pengamatan Instalansi rawat inap
18. Publikasi Data Rapat koordinasi bulanan
19. Standar ≤5%
20. Penanggung jawab Tim PPI
pengumpul data

40
3. Varian Obat pada Clinical Pathway Schizofrenia Paranoid

1. Judul Varian Obat pada Clinical Pathway Schizofrenia


Paranoid
2. Program Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien
3. Dimensi Mutu Keamanan dan Keselamatan Pasien
4. Tujuan
5. Dasar Pemikiran SNARS Edisi I
6. Definisi operasional Terdapatnya varian obat pada Clinical Pathway
Schizofrenia Paranoid selain obat yang termasuk
pada Clinical Pathway Schizofrenia Paranoid
7. Kriteria
Kriteria Inklusi CP Pasien dengan diagnosa Schizofrenia Paranoid
Kriteria Eksklusi -
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian
data
9. Cakupan data Data rekam medis
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
11. Periode analisa 3 Bulan
12. Metodologi analisa data Analisis presentase
13. Numerator Jumlah Clinical Pathway Schizofrenia Paranoid yang
terdapat obat varian dalam 1 bulan
14. Denominator Jumlah seluruh Clinical Pathway Schizofrenia
Paranoid dalam 1 bulan
15. Formula Jumlah Clinical Pathway Schizofrenia Paranoid yang
terdapat obat varian dalam 1 bulan dibagi Jumlah
seluruh Clinical Pathway Schizofrenia Paranoid
dalam 1 bulan dikali 100%
16. Sumber data Rekam medis
17. Wilayah pengamatan Instalansi rawat inap
18. Publikasi data Rapat koordinasi bulanan
19. Standar %
20. Penanggung jawab Case Manager
pengumpul data

41
4. Angka kejadian rawat ulang (Re-Admission) pasien < 1 bln

1. Judul Angka kejadian pasien yang dirawat ulang < 1


bulan
2. Program Peningkatan Mutu
3. Dimensi Mutu Efektivitas mutu dan pelayanan
4. Tujuan Tergambarnya pelayanan pasien rawat inap di RSJ.
Prof. HB Sa’anin Padang yang efektif
5. Dasar Pemikiran Masih adanya kejadian rawat ulang < 1 bulan
6. Definisi Operasional Kejadian (re-admission) adalah kejadian pasien
gangguan jiwa yang sudah dipulangkan, kembali
dirawat inap di rumah sakit
7. Kriteria
- Inklusi Pasien di rawat inap
- Eksklusi Pasien rawat jalan
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian
data
9. Cakupan data Data ruang rawat inap, rekam medik
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
Data
11. Periode Analisa 3 bulan
12. Metodologi analisa dataAnalisis persentase
13. Numerator Jumlah seluruh pasien gangguan jiwa yang kembali
dirawat dalam waktu ≤ 1 bulan
14. Denominator Jumlah seluruh pasien baru
15. Formula Jumlah seluruh pasien gangguan jiwa yang kembali
dirawat dalam waktu ≤ 1 bulan dibagi Jumlah
seluruh pasien baru dikali 100%
16. Sumber data Rekam medik
17. Wilayah pengamatan Instalasi rawat inap
18. Publikasi data Rapat koordinasi
19. Standar < 10%
20. Penanggung jawab Penanggung jawab indikator mutu rawat inap
pengumpul data

42
5. Angka kejadian pasien yang dirawat inap psikiatri > 42 hari

1. Judul Angka kejadian pasien yang dirawat inap psikiatri >


42 hari
2. Program Peningkatan Mutu
3. Dimensi Mutu Efektivitas mutu dan pelayanan
4. Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan
bermutu
5. Dasar Pemikiran Masih adanya pasien rawat inap psikiatri yang
dirawat > 42 hari
6. Definisi Operasional Angka kejadian pasien yang dirawat inap psikiatri >
42 hari adalah jumlah pasien yang dirawat inap
psikiatri dengan hari rawatan >42 hari
7. Kriteria
- Inklusi Pasien di rawat inap
- Eksklusi Pasien rawat jalan
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian
data
9. Cakupan data Data ruang rawat inap, rekam medik
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
Data
11. Periode Analisa 3 bulan
12. Metodologi analisa dataAnalisis presentase
13. Numerator Jumlah pasien rawat inap dengan jumlah hari
rawatan > 42 hari
14. Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap psikiatri
15. Formula Jumlah pasien rawat inap dengan jumlah hari
rawatan > 42 hari dibagi Jumlah seluruh pasien
rawat inap psikiatri dikali 100%
16. Sumber data Rekam medic
17. Wilayah pengamatan Instalansi rawat inap
18. Publikasi data Rapat koordinasi
19. Standar < 10%
20. Penanggung jawab Ka. Ruang rawat inap
pengumpul data

43
INDIKATOR AREA KESELAMATAN PASIEN

1. Kepatuhan identifikasi pasien dengan Nama, No rekam medik dan tanggal


lahir

1. Judul Kepatuhan identifikasi pasien dengan Nama, No rekam


medik dan tanggal lahir
2. Program Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
3. Dimensi Mutu Keselamatan pasien, ketepatan
4. Tujuan Terwujudnya sistem pelayanan berbasis mutu dan
keselamatan pasien
5. Dasar Pemikiran Kepatuhan terhadap SPO Identifikasi Pasien sangat
penting untuk mencegah medical error
6. Definisi Operasional Kepatuhan identifikasi pasien dengan nama, No rekam
medik dan tanggal lahir adalah angka kepatuhan
petugas dalam mengidentifikasi pasien dengan nama,
no rekam medic dan nama tanggal sebelum
memberikan obat dan melakukan tindakan invasif
kepada pasien.
7. Kriteria
- Inklusi - Semua pasien di rawat inap
- Dinilai pada saat dinas pagi
- Eksklusi - Pasien dysartria
- Pasien bisu
- Pasien dalam kondisi amuk dan gelisah (di Ruang
UPIP)
- Tindakan yang dilakukan pada saat dinas siang
dan malam
8. Metodologi Sensus harian, pengamatan
pengumpulan data
9. Cakupan data Data ruang rawat inap

10. Frekuensi 1 bulan


pengumpulan Data
11. Periode Analisa 3 bulan
12. Metodologi analisa data Analisis persentase
13. Numerator Jumlah identifikasi yang dilakukan petugas kepada
pasien sebelum pemberian obat dan tindakan invasive
14. Denominator Keseluruhan jumlah pasien yang diberi obat dan
tindakan ivasif oleh petugas
15. Formula Jumlah identifikasi yang dilakukan petugas kepada
pasien sebelum pemberian obat dan tindakan invasive
dibagi Keseluruhan jumlah pasien yang diberi obat

44
dan tindakan ivasif oleh petugas dikali 100 %
16. Sumber data Observasi langsung
17. Wilayah pengamatan Instalansi rawat inap
18. Publikasi data Rapat koordinasi
19. Standar 100%
20. Penanggung jawab Ka ruangan rawat inap
pengumpul data

45
2.Kepatuhan Pelaksanaan Komunikasi SBAR
1. Judul Kepatuhan pelaksanaan komunikasi SBAR
2. Program Peningkatan mutu dan keselamatan pasien

3. Dimensi Mutu Keselamatan, ketepatan, dan efektivitas


4. Tujuan Tergambarnya pelaksanaan komunikasi SBAR
Instalasi Gawat Darurat
5. Dasar Pemikiran Belum optimalnya pelaksanaan komunikasi SBAR
6. Definisi Operasional Komunikasi SBAR (efektif) adalah komunikasi yang
dilakukan antara dokter dengan dokter, maupun
perawat dengan dokter melalui telepon mengenai
masalah pasien dengan pendekatan SBAR
7. Kriteria
- Inklusi Semua petugas IGD RS Jiwa Prof. HB. Saanin
Padang
- Eksklusi Selain petugas IGD, petugas yang sedang cuti atau
libur
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian, Pengamatan
data
9. Cakupan data Data ruang IGD
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
Data
11. Periode Analisa 3 bulan
12. Metodologi analisa data Analisis persentase
13. Numerator Petugas yang tidak patuh melakukan komunikasi
SBAR
14. Denominator Semua petugas IGD
15. Formula Petugas yang tidak patuh melakukan komunikasi
SBAR dibagi Semua petugas IGD dikali 100%
16. Sumber data Pengamatan langsung dan rekam medis pasien
17. Wilayah pengamatan Ruang IGD
18. Publikasi data Rapat koordinasi
19. Standar 100%
20. Penanggung jawab Kepala Ruangan IGD
pengumpul data

46
3. Ketepatan penyimpanan dan pemberian label pada Obat-obat LASA

1. Judul Ketepatan penyimpanan dan pemberian label LASA


2. Program Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
3. Dimensi Mutu Keselamatan Pasien
4. Tujuan Mengurangi Medical Error pada kesalahan
pengambilan obat
5. DasarPemikiran Ketepatan penyimpanan dan pemberian obat akan
mengurangi medical error yang akan menjamin
keselamatan pasien
6. Definisi operasional Penyimpanan obat LASA di lemari obat tidak boleh
bersebelahan dan harus diberi label
7. Kriteria
- Inklusi Keseluruhan obat LASA
- Eksklusi -
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian, pengamatan
data
9. Cakupan data Data instalansi farmasi
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
11. Periode Analisa 3 bulan
12. Metodologi analisa data Analisis persentase
13. Numerator Jumlah jenis obat LASA yang tepat cara
penyimpanan dan pemberian label
14. Denominator Jumlah seluruh jenis obal LASA
15. Formula Jumlah jenis obat LASA yang tepat cara
penyimpanan dan pemberian label dibagi Jumlah
seluruh jenis obal LASA dikali 100%
16. Sumber data Pengamatan
17. Wilayah pengamatan Instalansi farmasi
18. Publikasi data Rapat koordinasi
19. Standar 100 %
20. Penanggungjawab Penanggung jawab indikator mutu Farmasi
pengumpul data

47
4. TDD
1. Judul TDD
2. Program Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
3. Dimensi Mutu Keselamatan, ketepatan
4. Tujuan Tergambarnya ketepatan penanganan pasien pada
pencabutan gigi
5. DasarPemikiran SNARS Edisi I
6. Definisi operasional Kepastian tepat lokasi, tepat prosedur, tepat pasien
pada pencabutan gigi
7. Kriteria
- Inklusi Pasien dengan indikasi pencabutan gigi
- Eksklusi -
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian
data
9 Cakupan data Kajian dokumen
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
11. Periode Analisa 3 bulan
12. Metodologi analisa data Analisis persentase
13. Numerator Jumlah ketepatan pencabutan gigi pasien dalam 1
bulan
14. Denominator Jumlahseluruh pasien yang dilakukan pencabutan
gigi dalam 1 bulan
15. Formula Jumlah ketepatan pencabutan gigi pasien dalam 1
bulan dibagi
16. Sumber data Rekam medis Jumlahseluruh pasien yang dilakukan
pencabutan gigi dalam 1 bulan dikali 100%
17. Wilayah pengamatan Ruang Tindakan
18. Publikasi data Rapat koordinasi
19. Standar 100 %
20. Penanggungjawab Tim pelayanan Gigi
pengumpul data

48
5. Kepatuhan cuci tangan
1. Judul Kepatuhan cuci tangan petugas
2. Program Peningkatan mutu & pengendalian pencegahan
infeksi di instalasi rawat inap
3. Dimensi Mutu Keselamatan, ketepatan, kewaspadaan
4. Tujuan Mengurangi resiko infeksi, mengetahui angka
kepatuhan cuci tangan, menurunkan biaya
perawatan, mencegah kerugian RS dan pasien
5. DasarPemikiran Dengan mengurangi resiko infeksi, mengetahui
angka kepatuhan cuci tangan, menurunkan biaya
perawatan akan meningkatkan keselamatan pasien
dan menjamin mutu
6. Definisi operasional Cuci tangan harus dilakukan pada 5 moment
dengan melaksanakan langkah-langkah sesuai
prosedur
7. Kriteria
- Inklusi Seluruh petugas dan mahasiswa yang magang di RS
Jiwa Prof. HB. Saanin Padang
- Eksklusi Pengunjung
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian & observasi
data
9. Cakupan data Data ruang rawat inap
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
11. Analisa 3 bulan
12. Metodologi analisa data Analisis persentase dan tren kejadian
13. Numerator Jumlah cuci tangan pada moment yang diamati
14. Denominator Jumlahseluruh cuci tangan yang dilakukan setiap
moment
15. Formula Jumlah cuci tangan pada moment yang diamati
dibagi Jumlahseluruh cuci tangan yang dilakukan
setiap moment dikali 100%
16. Sumber data Catatn data observasi
17. Wilayah pengamatan Instalansi rawat inap
18. Publikasi data Rapar koordinasi direktur dengan kabid,kains, karu
19. Standar 100 %
20. Penanggungjawab Tim PPI
pengumpul data

49
6. Kelengkapan Asesmen Resiko jatuh pada pasien Rawat Inap
1. Judul Kelengkapan Asesmen Resiko jatuh pada pasien
Rawat Inap
2. Program Peningkatan mutu dan keselamatan pasien
3. Dimensi Mutu Keselamatan
4. Tujuan Mengurangi resiko jatuh
5. Dasar Pemikiran Dengan kelengkapan asesmen resiko jatuh maka
pasien yang beresiko jatuh dapat teridentifikasi dan
dikelola dengan baik.
6. Definisi operasional Asesmen resiko jatuh pada pasien Rawat Inap yang
lengkap :
a. lengkap Assesmen jatuhnya selama 3 shift
b. Apabila ada perubahan kondisi
c. Apabila ada perubahan terapi
7. Kriteria
- Inklusi Seluruh pasien Rawat Inap
- Eksklusi -
8. Metodologi pengumpulan Sensus harian
data
9. Cakupan data Data ruang rawat inap
10. Frekuensi pengumpulan 1 bulan
data
11. Periode Analisa 3 bulan
12. Metodologi analisa data Analisis persentase
13. Numerator Jumlah pasien rawat inap yang lengkap asesmen
ulang resiko jatuh
14. Denominator Jumlah seluruh pasien rawat inap saat itu
15. Formula Jumlah pasien rawat inap yang lengkap asesmen
ulang resiko jatuh dibagi Jumlah seluruh pasien
rawat inap saat itu dikali 100%
16. Sumber data Rekam medis
17. Wilayah pengamatan Instalansi rawat inap
18. Publikasi data Rapat koordinasi
19. Standar 100 %
20. Penanggung jawab Ka. Ruang rawat inap
pengumpul data

50
b) Rawat jalan
1. KETAATAN WAKTU PELAYANAN
1 JUDUL KETAATAN WAKTU PELAYANAN
2 Dimensi mutu Efektifitas dan efisiensi
3 tujuan Tergambarnya ketaatan petugas dalam melaksanakan
pelayanan
4 Dasar pemikiran Masih ada petugas yan tidak taat pada jam pelayanan
5 Definisi operasional Ketaatan waktu pelayanan adalah kepatuhan petugas
melaksanakan pelayanan di rawat jalan sesuai dengan
jam pelayanan yang telah ditetapkan, yaitu dari ja,
08,30 wib sampai dengan selesai
6 kriteria
inklusi Semua peugas di instalasi rawat jalan
ekslusi Petugas diruangan lain
7 Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
8 Periode analisa 3 bulan
9 numerator Petugas rawat jalan yang taat pada jam pelayanan yang
telah ditentukan
10 denumerator Jumlah keseluruhan petugas rawat jalan pada saaat
melakukan pelayanan di rawat jalan
11 Sumber data Pengamatan langsung, daftar hadir petugas
12 standar 100 %
13 Penanggung jawab Kepala instalasi rawat jalan
pengumpul dat

51
Kelengkapan isi rekam medis
1 JUDUL Kelengkapan isisan rekam medis
2 Dimensi mutu Efektifitas dan efisiensi
3 tujuan Mengetahui jumlah rekam medis yang tidak terisi
lengkap oleh petugas
4 Dasar pemikiran Masih ada petugas yang tidak mengisi/ melengkapi
identitas pasien dan jam melakukan pelayanan di
catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT)
5 Definisi operasional Kelengkapan isian rekam medis adalah terisinya data
pasien serta waktu melakukan pelayanan yang harus
diisi oleh petugas pada saat melakukan pelayanan
6 kriteria
inklusi Seluruh rekam medis pasien di rawat jala
ekslusi -
7 Frekuensi 1 bulan
pengumpulan data
8 Periode analisa 3 bulan
9 numerator Seuruh rekam medis pasien terisi lengkap pada lembar
CPPT
10 denumerator Seluruh rekam medis yang terlayani
11 Sumber data Rekam medis pasien
12 standar 100%
13 Penanggung jawab Kepala instalasi rawat jalan
pengumpul dat

52
BAB IX

PENUTUP

Pada prinsipnya pedoman pelayanan instalasi jiwa anak dan remaja di rumah
sakit jiwa Prof.HB.Saanin padang ini memberikan pedoman dalam pelayanan yang
akan bermanfaat dalam pelayanan di instalasi jiwa anak dan remaja dalam hal
mengimplementasikan pelayanan yang bersifat holistic, mengevaluasi kemajuan dan
perkembangan pelayanan yang merupakan upaya dalam rangka meningkatkan
pelayanan kesehatan bagi pasien rawat inap dan rawat jalan.

Dengan tersusunnya buku pedoman pelayanan instlasi jiwa anak dan remaja
dapat membantu rumah sakit dalam menyusun dokumen-dokumen yang terkait
dengan pencapaian standar kelulusan akreditasi SNARS edisi I.

53

Anda mungkin juga menyukai