Anda di halaman 1dari 38

PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN INVEKTOR

PADA PEMBELAJARAN GAMBAR TEKNIK

PROPOSAL TESIS

Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan

Gelar Magister Pendidikan Teknologi Kejuruan

Oleh:

FADLY NENDRA

NIM. 17138015

PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Mengambar dalam pembelajaran teknik mesin membutuhkan berbagai kiat-kiat dan

strategi yang membuat siswa bisa aktif dan teliti dalam menoperasikannya. ketelitian

bagi peserta sisw. Pada kenyataannya dilapangan guru dalam melakuakan pembelajaran

dikelas belum sepenuhnya membelajarkan siswa. Seperti teridentifikasi pada aktif guru

saat belajar dibandingkan siswanya. Seharusnya guru dituntut dapat membelajarkan

siswa demi terciptanya pembelajaran yang menyenagkan.

Adapun defenisi mudul menurut kamus bahasa indonesia modul merupakan kegiatan

belajar ,mengajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang dibantu guru atau dosen.

Modul tersebut berupa perencanaan dan tujuan yang akan dicapai secara kongkrit.

Defenisi lain dalam Diknas (2004) yang berbunyi sebuah buku yang ditulis bertujuan

agar siswa bisa belajar dengan mandiri tanpa dibimbing oleh guru. Pada kenyataan

dilapangan guru belum maksimal dalam merancang modul demi membuat siswa

semangat dan termotivasi untuk belajar mandiri. Hal yang senada juga disebutkan oleh

badan pengembangan pendidikan departemen pendidikan kebudayaan ( St Vebrianto :

1985) menyebutkan: ada 10 hal-hal yang harus diperhatikan diantaranya:

1. Tujuan intruksional umum yang akan dicapai


2. Topik yang diajarkan
3. Ketercapaian Tujuan instruksional khusus bagi siswa
4. Pokok materi yang mau dipelajari
5. Fungsi modul
6. Kebepernan guru saat mengajar
7. Sumber dean alat yang dipakai
8. Kegiatan belajar yang runtun
9. LKS yang akan diperlukan siswa
10. Pelaksanaan evaluasi
Hal yang lain juga dikatakan oleh Surahman ( 2012:2) modul itu terdiri dari

program pembelajarn terkecil yang akan dipelajari oleh siswa sendiri.


Dilihat dari pendapat diatas maka dapat ditarek kesimpulan bahwasannya media

merupakan alat bantu bagi guru dalam mengajar guna untuk memperjelas

pemahaman siswa dalam belajar.


CAD adalah sebuah program yang digunakan untuk mengabar teknik agar bisa

memudahkan siswa untuk pengoperasiannya. Pengalaman saat observasi di SMK

N 1 Padang program ini beleum diguanakan dalam mengajar. Guru dalam

mengajar selama ini mengunakan strategi yang dipakaia selama pengalaman

sebelumnya . akan tetapin pengalam yang diterapkan tersebut ternya sediukit

sekali keberartiannya bagi siswa dalam memahami materi yang diajaaarkan.

Oleh karenanya perlu kiranya dikembang suatu modul pembelajaran yang dapat

merangsaat siswa untuk tertarik belajar. Dari permasaalah yang terjadi selama

ini dan didukung juga dari beberapa temuan dari penelitian sebelumnya

diantaranya: Ai Widayanti menemukan hasil uji coba kelayakan modul

pengetahuan bahan makanan kelas X SMK N 5 Yogyakarta penggunaak modul

bahan makan kelas X terhadap pelajaran pengetahuan bahan makanan dengan

skor yang dimiliki dapat meningkatka budaya belajar mandiri. Pernyataan yang

senada juga ditemukan oleh rusma badrus (2013) merujuk pada riset yang

dilakukan memiliki kelayakan dan kevalidan dari panduan pembelajaran K3 pada

SMK1 Soingosari jurusan tekniuk bangaunan. Dari permasalahanyang terjadi

dapat di ambil intinya bahwa dengan dikembangkannya modul pembelajran dari

berbagai materi dan modeel yang digunakan mampu membawa keberatian


demi memudahkan siswa untuk belajar mandiri tanpa bantuan guru. Guru disini

hnaya berfungsi sebagai fasilitator saja.


Banyak kesulitan yang dialami siswa dalam memahamai materi ,dalam kondisi

ini terindikasi dari pra survey yang peneliti lakukan di SMK 1 N Padang diperoleh

hasil MID semesternya seperti dibawah ini:


Tabel 1.1 Hasil belajar MID semester ganjil 2017/2018 siswa Kelas XI jurusan

teknik mesin SMK 1 Padang

Nilai
Belum
tun Tuntas
tas
Per Per
Kel
s s
No a Jumlah
e e
s
Jumla n Jumla n
h t h t
a a
s s
e e
XI
36, 63,
T
1 8
P
1 36 13 1 23 9
M

% %
A
2 XI 35 14 40 21 60
T % %
P `
M
B
38, 61,
0 9
Jumla
71 27 3 44 7
h

% %

Paparan tabel tersebut bisa dimaknai dari 2 kelas tersebut maka untuk

kelas XI TP M A besarnya persentasi yang belum tuntas berada pada

36,11 persen dan untuk siswa XI TPM B didapat sebesar 40 persen ini

artinya mengalami permasalahan yang cukup riskan akan keberhasilan

belajar yang didapat siswa. Yang seharusnya siswa lebih banyak lagi

memperoleh nilai diatas KKM yang dibutuhkan. Meruju pada permasalhan

perolehan nilai yang belum maksimal perlu kiranya solusion untuk

mengatasinya diantara aplikasi autodeskn invektor karena progma ini

berfungsi membuat siswa aktif dan efektif untak belajar agar hasil

belajarnya bisa menjadi lebih baik daari yang sesudahnya.


Selain data ini peneliti juga saat kuliah di UNJ dulu juga mengalamai hal

yang sama pada gaambar teknik ini. Setiap belajar mengambar penelit

tidak serius belajar karena tidak tertarik dengan gaya mengajar guru yang

selalu disuguhi dengan tugas dan tugas pada akhirnya nilai yagn peneliti

juga belum dapat memuaskan mendapat nilai A.


Mengingat begitu banyaknya permasalah yang terjadi dalam dunia

pendidikan terkini perlu kiranya guru mencarikan solusi bagi siswa untuk

aktif dan teliti dalam belajar terutama pada saat mengambar teknik. Maka

dari itu agar terselesaikannya masalah yang sering terjadi dilapangan maka

peneliti mengambil solusi dengan mengembangkan modul pembewlajran


investor pada pembelajaran gambra teknik. Dengan harapan bisa

mengatasi kesulitan siswa dalam belajar khusunya dalam mengambar

teknik.
B. identifikasi permasalahan
merujuk dari paparan dilatar belakang dapat dibuatkan identifikas permasalahan

seperti dibawah ini:


1. pembelajaran masih didominasi oleh guru
2. ketertarikan siswa dalam mengambar teknik masih lemah
3. kemandirian belajar siswa belum terbangun
4. modul CAD belum dikembangan oleg guru
C. Batasan permasalahn
Mengingat pentingya permasalahaan untuk di teliti maka dituliskanlha

batasannya pada: pengembangan modul pembelajaran autodesk invektor pada

gambar teknik di kelas IX SMKN1 Padang.


D. Perumusan masalah
Menindaklaaaajuti batasan diatas bisa dirumuskan masalah seperti berikuti ini
1. Apa prosedur pengembangan modul autodesk invektor pada gambar teknik di

tingkat SMK1N Padang


2. Seperti apa pengembangan validitas modull autodesk invektor pada gambar

teknik di tingkat SMK1N Padang


3. Bagaimana kepratisan modull autodesk invektor yang dikembangkan di

tingkat SMK1N Padang


4. Seperti apa keefektifan modull autodesk invektor yang dikembangkan di

tingkat SMK1N Padang


E. Tujuan mengembangkan
Penelitian bertujuan demi mengunggkapkan
1. Prosedur pengembangan modul autodesk invektor yang dikembangkan di

tingkat SMK1N Padang


2. Praktilitas modul autodesk invektor yang dikembangkan di tingkat SMK 1 N

Padang
3. Hasil validasi modul autodesk invektor yang dikembangkan di tingkat SMK1

N Padang
4. Efektifitasan modul yang dikembangkan
F. Manfaat mengembangkan
Pengembangan ini bermanfaat untuk:
1. Kepentingan teoritis, dibutuhkan hasil pengembagan untuk memperkuat

teori-teori dalam pembelajaran gambar khususnya


2. Kepentingan praktis, sebagaia umpan baliak dalam memperbaiki proases

pembelajaran dikelas . dan memperluas wawasana peneliti dan pembaca

dalam menerapkan teori-teori yang ada.


3. Mengantualisasikan pengetahuan yang diperoleh dalam bidang kawasan

perancang dan pengembangan dalam proses pembelajaran khusunya untuk

mengambar teknik.
G. Spesifikasi produc yang dibutuhkan
Hasil pengembangank yagn dibutuhkan dari modul ini antara lain
1. Harus berdasarkan kompetensi
2. Memudahkan siswa untuk belajar secara mandiri
H. Keterbatasan serta asumsi pengembang
1. Asumsi harus didasari untuk
a. Mengatasi masalah dilapangan
b. Membuka peluan untuk bersaing dipasaran
c. Memberikan umpan balik untuk kemajuan siswa
2. Keterbatas pengembangan
Banyak faktor yang membuat terbatasnya pengembangan ini diantara ialah:

waktu yang tersedia serta kebutuhan yang diharpkan bagi peneliti agar bisa

mengunakan waktu sefektif mungkin akan tetatp tanpa mengurangi rambu-

rambu yang telah dirancang untuk pengembangan ini.


I. Defenisi operasional
Ada beberapa yang harus dipaparkan demi menjelaskan poin-poin penting dalam

peneeeeelitian ini seperti dibawah ini:


1. Modul adalah: perlengakapan untuk mengajar bagu guru demi memperlancar

proses belajar
2. Autodesk invektor adalah software yang digunakan untuk mengambar

dalam bidang teknik melalui operasi komputer yang menghasilkan

gambar tiga dimensi dan dua dimensi


3. Validitas adalah kesahian produc yang dirancang
4. Praktilitas ialah kemudahan dalam penggunanya
5. Efektifitas adalahkeberhasilan dan kesesuaikan produc yang

dikembangakan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangaka Teoritis
1. Hakekat pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses yang komplik yang
berlangsung seumur hidup . seorang dikatakan telah belajar jika
sudah ada perubahan pada dirinya yang belajar tersebut baik berupa
kognitif, afektif maupun psikomotor ( arif S sardiman , 2006:2).
Sardiman ( 2007:20) mendefenisikan arti belajar bahwa usaha
untuk memahami makna belajar yang bermula mengunkapan
defenisi yang dipelaaaajari. Ada beberapa ahli yang
mengemukakan definisi tentang belajar dalam Nerita (2011:32)
yaitu 1) Cronbach memberi definisi: “Learning is show by a
change in behavior as a result of experience, 2) Harold Spears
memberikan batasan: Learning is to observe, to read, to imitate, to
try something them selves, to listen, to follow direction dan 3)
Geoch mengatakan: Learning is a change in performance as a
result of practice”. Dari ketiga definisi tersebut dapat dikatan
bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku atau pengalaman
dengan serangkaian kegiatan yang telah dilakukan.
Beberapa pakar mendefinisika arti belajar diantaranya dalam

Nerita (2011:32) yaitu 1) Cronbach memberi definisi: “ “Learning is a

process concerned with changes in knowledge and understanding, so

strictly a study that merely investigates what students think or belive (or

at leastcan suggest in response to a researcher’s question) at one point

in time should not be considered to be a study of learning” (Taber,

2009:8). Definisi itu telah dijelaskan bahwa, pembelajaran lebih terfokus

diproses perubahan pengetahuan dan pemahaman, melalui hal tersebut


pembelajaran akan bisa berlangsung secara terus-menerus sehingga

muncul suatu pemikiran yang komplek.


Dari uraiann yang dipapar diatas maka bisa diambil intisari dari

pembelajaran bahwa: interaksi yang dinamis antara komponen-

komponen yang berhubungan dalam kegiatan pembelajaran dikelas.

2. Modul Pembelajaran
a. Pengertian Modul
Modul merupakan suatu alat atau sarana pembelajaran yang di
dalamnya berupa materi, metode dan evaluasi yang dibuat secara
sistematis dan terstruktur sebagai upaya untuk mencapai tujuan
kompetensi yang diharapkan modul dirancang secara khusus dan jelas
berdasarkan kecepatan pemahaman masing-masing siswa, sehingga
siswa terdorong untuk belajar. Nasution (2009:205), mengemukakan
modul dapat dirumuskan sebagai: suatu rangkaian kegiatan belajar
yang disusun demi membantu siswa untuk mencapai tujuan yang
dirumuskan.
Menurut Abdul Majid (2006: 176) “modul adalah sebuah buku
yang ditulis dengan tujuan supaya peserta didik dapat belajar mandiri
tanpa bimbingan guru, sehingga modul berisi paling tidak komponen
dasar bahan ajar yang telah disebutkan sebelumnya. Hal ini membuat
siswa dituntut untuk belajar mandiri dagar menambah motivasi belajar
dan hasil belajar”.
Dalam buku Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 751),
“modul adalah program pembelajaran yang dapat dipelajari oleh siswa
dengan bantuan yang minimal dari guru pembimbing meliputi
perencanaan tujuan yang akan dicapai secara jelas, penyediaan materi
pembelajaran, alat yang dibutuhkan, serta alat ukur penilaian,
mengukur keberhasilan siswa dalam penyelesaian pelajaran”.
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2007: 132) berpendapat
“modul ialah suatu unit program pembelajaran yang disusun dalam
bentuk tertentu untuk keperluan belajar”. Dari pendapat diatas dpat
ditarek kesimpulan bahwa modul terdiri dari satu unit program
belajar mengajar terkecil yang secara rinci berisi tentang: tujuan
instruksional yang akan dicapai, topic yang akan dijadikan dasar
dalam mengajar, pokok-pokok materi yang dipelajari, fungsi modul
dalam kesatuan program, tugas pendidik saat pembelajaran.

b. Tujuan Pembelajaran Modul


Tujuan penulisan modul sebagai berikut:

1) Memaparkan dan mempermudah penyampaian pesan


2) Membatasi keterbatasan waktu, tempat dan daya indera, baik bagi
siswa maupun dosen.
3) Dapat digunakan secara tepat dan beragam
Modul harus sesuai dengan karakteristik siswaa dan tujuan
pembelajaran maka tingkat pemahaman siswa terhadap pelajaran
akan dapat ditingkatkan.
c. Karakteristik Modul
Cepi Riyana (2008: 7-11) mengklarifikasikan karakteristik
modul sebagai berikut:

1) Self Instructional
Merupakan karakteristik yang penting dalam modul, dengan
karakter tersebut memungkinkan seseorang belajar secara mandiri
dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter
self instruction, maka modul harus:

a) Merancang tujuan yang tepat .


b) materi pembelajaran yang dirancang dalam unit-unit kegiatan
yang kecil.
c) Tersedia contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan
pemaparan materi pembelajaran.
d) Terdapat soal-soal latihan, tugas dan sejenisnya yang
memungkinkan untuk mengukur penguasaan.
e) Kontektual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana,
tugas atau konteks kegiatan dan lingkungan siswa.
f) Memakai kata-kata yang komunikatif.
g) Terdapat rangkuman materi pembelajaran.
h) instrument penilaian siswa melakukan penilaian sendiri.
i) Mengetahui umpan balik atas siswa sehingga mengetahui
tingkat penguasaan pembelajaran
j) Adanya informasi tentang referensi yang mendukung materi
pembelajaran.
2) Self contained
Modul bisa dikatakan self contained bila seluruh materi
yang dibutuhkan ada dalam modul. sasaran dari konsep ini adalah
memberikan kesempatan kepada siswa belajar secara optimal,
karena materi belajar dikemas ke dalam satu kesatuan yang utuh.
Jika harus dilakukan pembagian atau pemisahan materi dari satu
standar kompetensi, dilakukan secara hati-hati demi
memperhatikan keluasan standar kompetensi yang harus dikuasai
oleh peserta didik.

3) Berdiri Sendiri
Berdiri sendiri merupakan ciri dari modul yang tidak
tergantung pada bahan ajar atau media lain. Sehingga siswa tidak
perlu memakai bahan ajar yang lainnya. Jika peserta didik masih
menggunakan dan bergantung pada bahan ajar selain modul yang
digunakan, maka bahan ajar tersebut tidak termasuk sebagai modul
yang berdiri sendiri.

4) Adaptif
Modul hendaknya terdiri dari adaptasi yang baik untuk
kemajuan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul itu
dapat menyesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.

Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2007: 133) berpendapat bahwa


“karakteristik modul antara lain: 1) berbentuk pengajaran terkecil dan
terlengkap, 2) berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara
sistematis, 3) Berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan
khusus, 4) memungkinkan peserta didik belajar mandiri, 5) realisasi
perbedaan individual serta perwujudan pengajaran individual”.

d. Kualitas Tampilan Modul


Pendapat Azhar Arsyad (2006: 87-90) “enam elemen yang
perlu diperhatikan dalam merancang modul, antara lain”:

1) Kestabilan
a) menggunakan kestabilan formasi pada halaman ke halaman.
Usahakan agar tidak menyatukan print out huruf serta ukuran
huruf.
b) Usahakan untuk konsisten pada spasi. Spasi antara judul dan
baris pertama serta garis samping supaya sama dan antara judul
dan teks utama. Spasi yang tidak sama sering dianggap buruk,
tidak rapi dan oleh karena itu tidak memerlukan perhatian
sungguh-sungguh.
2) Format
a) Jika paragraf panjang sering digunakan, wajah satu kolom lebih
sesuai, sebaliknya, jika paragraf tulisan pendek-pendek, wajah
dua kolom akan lebih sesuai.
b) Isi yang berbeda supaya dipisahkan dan simbol visual.
c) Strategi belajar mengajar hendaknya divisualkan.
3) Organisasi
a) Upayakan untuk selalu menginformasikan pembaca mengenai
sejauh mana mereka mengenal antar bab yang dibaca. siswa
harus mampu melihat sepintas bagian atau bab berapa mereka
baca.
b) Sekat-sekat dapat digunakan untuk memilah-milah teks.
4) Tampilan menarik
Perkenalkan setiap part baru dengan cara yang berbeda. Agar siswa
termotivasi untuk belajar.
5) Ukuran Huruf
a) Pilihlah ukuran huruf yang sesuai dengan siswa, pesan dan
lingkungannya. Ukuran huruf biasanya dalam poin per inci.
Ukuran huruf yang baik untuk teks (buku teks atau buku
penuntun) adalah 12 poin.
b) Hindari penggunaan huruf kapital untuk seluruh teks karena
dapat membuat proses membaca itu sulit.
6) Ruang (Spasi) Kosong
Gunakan spasi kosong yang tidak mempunyai teks dan gambar
agar menambah kontras. Hal ini penting untuk memberikan
kesempatan pembaca untuk beristirahat pada titik-titik tertentu
pada saat matanya bergerak menyusuri teks.

e. Keuntungan Modul
Menurut E. Mulyasa (2005: 43) “tujuan utama dari modul
adalah meningkatkancefisienhdan efektivitas pembelajaran, baik
waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guna mencapai tujuan secara
optimal”.

S. Nasution (2005: 205) berpendapat bahwa tujuan pengajaran modul


ialah:

1) Membuka kesempatan bagi siswa untuk belajar menurut


kecepatan masing-masing.
2) Memberi kesempatan untuk membiasakan siswa belajar..
3) Memberikan peluang kepada siswa melalui variasi dalam cara
belajar.
f. Perlengkapan Modul
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2007:134) berpendapat
perlengkapkan modul terdiri dari:

1) Panduan pendidik, berisi acuan untuk mengajar agar guru


mengajar secara efektif.
2) LKS, memuat pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa. Susunan
materi sesuai dengan tujuan instruksional akan tercapai,
3) Hasil lembar jawaban siswa, menyertai lembaran kegiatan siswa
yang dipakai guna menjawab masalah-masalah yang harus
dipecahkan.
4) Kunci jawaban, bertujuan guna mengoreksi hasil tugas siswa.
5) Soal tes, bertujuan untuk mengukur kemamp apa yang telah
disajikan.
6) Kunci lembaran tes, merupakan alat koreksi terhadap penilaian
yang dilaksanakan oleh para siswa sendiri.
g. Langkah-langkah Penulisan Modul
1) Menyusun kerangka modul dengan cara:
a) Menetapkan kompetensi kejuruan yang ada pada kurikulum
b) Menentukan silabus kompetensi kejuruan.
c) Menetapkan atau merumuskan tujuan intruksional umum.
d) Merinci tujuan intruksional umum menjadi tujuan intruksional
khusus.
e) Merancang soal-soal tes guna mengukur pencapaian tujuan
khusus.
f) Mengindentifikasi pokok-pokok materi pelajaran yang sesuai
dengan tujuan intruksional khusus.
g) Menyusun langkah-langkah kegiatan belajar peserta didik
sesuai dengan RPP.
h) Memeriksakan langkah-langkah kegiatan belajar untuk
mancapai semua tujuan.
i) Mengidentifikasi bahan-bahan yang dipergunakan pada
kegiatan belajar.
2) Melaksanakan pembelajaran modul

a) Perancangan petunjuk keselamatan.


b) Lembaran kegiatan praktek peserta didik.
c) Lembaran kerja peserta didik.
d) Lembaran soal.
e) Lembaran jawaban soal.

3. Mata Pelajaran Gambar Teknik


a. Defenis gambar teknik
Gambar merupakan sebuah alat guna mengungkapkan maksud
dari sesorang pakar teknik. Oleh sebab itu gambar dapat disebut sebagai
“bahasa teknik”. Perbedaan bahasa dan gambar dapat diperlihatkan
pada Tabel 2.1. Seperti tampak pada tabel, standar gambar merupakan
tata bahsa dari suatu bahasa.
Tabel 2.1. Bahasa dan Gambar

Sumber: G. Takeshi Sato – N. Sugiarto Hartanto

Gambar teknik berfungsi sebagai alat komunikasi dan bahasa teknik


demi menemukan ide gagasan dari teknik tersebut (Eka Yogaswara,
2007:14). gambar haruslah bisa menjawab dan meneruskan keterangan-
keterangan secara tepat dan objektif agar tidak terjadi salah penafsiran
dengan gambar teknik.

Menurut Takeshi Sato (2005:1), “gambar merupakan alat untuk


mengungkapkan maksud dari seorang ahli gambar. Maka dari itu
sebuah gambar teknik harus mampu membagikan informasi secara
tepat. Keakuratan penyampaian informasition mengacu untuk
kelengkapan keterangan-keterangan pada picture baik dalam bentuk
bahasa maupun simbol. Pernyataan tersebut guna pengetahuan seorang
ahli gambar haruslah lebih luas. Seorang design drafter sangat penting
untuk membuat picture yang “tepat” dengan mempertimbangkan
penggunanya.
Gambar 2.1. Penyampaian Informasi
(Takeshi Sato dalam Soni, 2018:33)

b. Fungsi gambar
Menurut Sato, fungsi gambar dikelompokkan sebagai berikut:

1) Penyampaian informasi
Gambar mempunyai tugas untuk meneruskan tujuan dari
mendesain dengan tepat terhadap orang-orang yang berkaitan, bagi
perencanaan proses, pembuatan, pemeriksaan, perakitan dan
sebagainya.

2) Pengawetan, penyimpanan dan penggunaan keterangan


Gambar berfungsi mensuplai bagian-bagian produk untuk
perbaikan, juga dipergunakan sebagai bahan informasi untuk
rencana-rencana baru dikemudian hari.

3) Cara-cara pemikiran dalam penyiapan informasi


Gambar tidak hanya melukiskan gambar saja, tetapi berfungsi
juga sebagai peningkat daya pikir untuk perencana.

c. Ciri-ciri Gambar Teknik


Menurut Sato (1999: 4-6), gambar teknik memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:

1) Standarisasi gambar
Pada era globalisasi, industri dituntut untuk dapat
berkomunikasi dengan dunia internasional. Komunikasi tersebut
diwujudkan dalam perdagangan, kerjasama, pengenalan teknologi
dan pengembangan produk. Sehingga mendorong industri untuk
menerapkan standar internasional dalam gambar untuk
memudahkan komunikasi. Dalam hal ini, peraturan-peraturan yang
ditetapkan harus diseragamkan secara internasional yaitu mengenai
cara penunjukkan dan lambang-lambang gambar yang digunakan.
2) Gambar mudah dimengerti
Gambar teknik harus bersifat mudah dipahami oleh semua
orang, terutama bagi yang bergelut di bidang teknik. Gambar
harus bersifat jelas dan mudah dipahami, selain itu standar
gambar juga dibuat secara sederhana
3) Perumusan gambar
Hubungan yang erat antara bidang-bidang industri seperti
pemesinan, struktur, perkapalan, arsitektur, dan teknik sipil menjadi
memungkinkan dalam satu proyek dapat mengerjakan lebih dari
satu bidang. Oleh karena itu perlu menyediakan keterangan-
keterangan picture yang mudah dimengerti terkait dengan bidang-
bidang di atas.
4) Sistematika gambar
Penyajian gambar harus secara sistematis yang berfungsi
untuk mempermudah dan memperlancar jalannya proses produksi.
5) Penyederhanaan gambar
Sebuah gambar teknik sebisa mungkin dibuat secara
sederhana. Tujuan dari hal tersebut selain untuk mempermudah
pembacaannya juga dapat mempersingkat waktu produksi dan
menghemat tenaga pada saat menggambar.
6) Modernisasi gambar
Gambar teknik juga mengikuti perkembangan zaman. Salah
satunya penggunaan komputer sebagai alat bantu dalam
menggambar dan merancang sebuah produk ( CAD – Computer
Aided Design).

4. Computer Aided Design (CAD)


a. AutoCAD
CAD is simply, design and drafting with the aid of computer.
Design is creating a real product from an idea. Drafting is the
production of the drawing that are used to document a design.
CAD can be used to create 2D or 3D computer models (Cheryl R,
2005).
Dijelaskan dari kutipan di atas bahwa secara singkat CAD dapat
diartikan sebagai merancang dan menggambar berbantuan komputer.
membuat sebuah produk nyata dari sebuah ide merupakan pengertian
dari perancangan. membuat gambar yang digunakan untuk
mendokumentasikan sebuah rancangan disebut menggambar. CAD
dapat digunakan untuk membuat bentuk 2 dimensi dan 3 dimensi. CAD
sangat membantu seorang juru gambar dalam membuat desain dari
sebuah produk. Berikut kelebihan CAD yang dikemukakan oleh Bilalis
dalam Nur Hasan (2000:2):

“(1) Hasilnya akurat dan gambar mudah dimodifikasi untuk


mengaplikasikan gagasan, serta tampilan produk sudah
seperti produk nyata, (2) Mampu melakukan analisis
kompleks dalam waktu yang singkat dan hasil analisis
elemen hingga dapat diterapkan oleh pengguna, (3) Mampu
melakukan analisis berupa: statis, dinamis, dan analisis
frekuensi alami, analisis transfer panas, analisis plastis,
analisis aliran fluida, analisis gerakan, analisis toleransi, dan
optimasi desain, (4) Menyimpan dan memanggil informasi
dengan cepat dan konsisten. Khususnya penggunaan sistem
Product Data Management (PDM) dapat menyimpan seluruh
desain dan pengolahan history dari produk tertentu untuk
digunakan kembali dan untuk peningkatan produk”.

kelebihan menggambar dengan sistem CAD yaitu lebih akurat,


cepat dan lebih efisien dibandingkan dengan proses penggambaran
dengan sistem tradisional berdasarkan pendapat dari Cheryl R.

b. Autodesk Inventor
1) Pengertian
Autodesk Inventor merupakan sebuah software yang dirancang
untuk kepentingan bidang teknik. Autodesk Inventor juga merupakan
software yang pemodelannya untuk benda padat berbentuk fitur
parametik, maksudnya adalah semua objek dan hubungan antar
geometri dapat dimodifikasi kembali walaupun geometrinya sudah
jadi, sehingga tidak perlu membuat dari awal (Firman Tuakia, 2008:
1).
Pendapat Nur Hidayat & Ahmad Shanhaji (2011: 1-2), tentang
“Autodesk Inventor yaitu produk yang ditujukan demi kepentingan
engineering dan drawing”. Yang demikian Inventor merupakan
pengembangan dari AutoCAD dan Mechanical Desktop. Kelebihan
Autodesk Inventor yakni:

a) Memiliki kemampuan parametik akurat modeling, yaitu


kemampuan untuk mendesain serta mengedit dalam bentuk model.
b) Memilki kemampuan animasi.
c) Memiliki kemampuan membuat gambar 2D secara langsung pada
model 3D, dan biil of material yang menunjukkan daftar dan bahan
sebuah part beserta jumlahnya, adanya tampilan shading dan
rendering pada layout.
d) Adaptive, mampu mengenali kontak dari benda yang dianimasikan
kemudian mampu menyesuaikannya.
e) Tampilan bahan atau material komponen tampak lebih nyata.
f) Ukuran file lebih kecil.
Dari uraian beberapa pendapat sebelumnya maka dapat dirinci
bahwa Autodesk Inventor merupakan sebuah program CAD yang
mempunyai kemampuan untuk pembuatan obyek 2 sisi dan 3 sisi,
mensimulasikan pergerakan dari benda yang desain dapat digunakan
guna menganalisis kekuatan untuk mengurangi kesalahan dalam
membuat desain.

2) Tipe Template File pada Inventor


Sebelum menggambar pada Inventor yang perlu diperhatikan
adalah kita akan menggambar tipe file apa, dan digunakan untuk apa
(part, gambar kerja) sehingga feature pada Inventor akan disajikan
sesuai dengan kebutuhan. Penyesuaian feature dan perintah yang
digunakan menggambar dalam Inventor sesuai dengan template file.
Dengan kata lain fasilitas penggambaran teknik dalam Inventor
ditentukan dengan pemilihan template file. Berikut menurut Hidayat
dan Ahmad Shanhaji (2011:5) tentang pembagian jenis template file.

a) Sheet Metal.ipt, digunakan untuk membuat komponen yang


jenisnya metal, misalnya benda yang terbuat dari plat besi yang
dapat ditekuk. Dimana siswa dapat menggunakan piranti fungsi
perintah pendukung CAD dalam membuat gambar (3 dimensi).
b) Standard.dwg, digunakan untuk membuat gambar kerja 2 dimensi
seperti menggambar di kertas biasa. Dimana siswa dapat
menerapkan dan menyajikan etiket gambar, detail gambar, part list
dari suatu komponen.
c) Standard.iam, digunakan untuk perakitan (assembly) sehingga
beberapa komponen menjadi satu kesatuan.
d) Standard.idw, digunakan untuk membuat draft kerja yang di dapat
dari rakitan komponen yang dibuat sebelumnya. Dimana siswa
dapat menerapkan dan menyajikan etiket gambar, detail gambar,
part list dari suatu komponen.
e) Standard.ipn, digunakan untuk membuat animasi yang sistematis
perakitan dari gambar assembly yang telah dibuat.
f) Standar.ipt, digunakan untuk membuat komponen secara umum
tanpa spesifikasi khusus seperti pada sheet metal. Dimana siswa
dapat menerapkan, menggunakan piranti fungsi perintah
pendukung CAD dalam membuat gambar (3 dimensi).
g) Weldment.iam, digunakan untuk merakit komponen-komponen
yang menggunakan proses pengelasan dalam perakitannya.

3) Perkembangan Autodesk Inventor


Dalam mengikuti perkembangan teknologi Autodesk, Inc sebagai
peusahaan pembuat perangkat lunak tidak ingin keterbelakangan dalam
memperbaharui software Autodesk Inventor miliknya. Sejak awal
dirilis sampai keluaran saat ini, banyak perubahan-perubahan yang
dilakukan oleh Autodesk, Inc. Berikut ini perkembangan Autodesk
Inventor dari waktu ke waktu yang disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Autodesk Inventor
A. Penelitian yang Relevan
Peneliti mengkaji beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti diantaranya Penelitian oleh Ai

Widayanti (2014) yang berjudul “Pengembangan Modul Pembelajaran

Pengetahuan Bahan Makanan Siswa Kelas X SMK Negeri 6 Yogyakarta”

menyimpulkan bahwa uji coba kelayakan Modul Pengetahuan Bahan

Makanan Kelas X dimulai dari tahap validasi konstruk dari penilaian

expert materi dan media yang menyatakan modul layak digunakan. Dan

memberikan pengaruh terhadap hasil belajar siswa sehingga kemandirian

belajar siswa meningkat. Kondisi yang sama juga diteliti oleh Rusman Badrus

Syahbana (2013) Dengan Judul “Pengembangan Modul Pembelajaran Matadiklat

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Pada Siswa Smkn 1 Singosari”. Penelitian

pengembangan ini dilakukan guna (1) menciptakan modul pembelajaran Matadiklat


K3 di SMKN 1 Singosari Jurusan Teknik Bangunan, (2) mengetes keakuratan

bahan ajar matadiklat K3. Merujuk pada riset and development diperoleh modul

pembelajaran didinyatakan valid dan layak digunakan untuk panduan pembelajaran

matadiklat K3 di SMKN 1 Singosari jurusan teknik Bangunan. Ammoro (2015)

hasil penelitiannya menyatakan bahwa Tingkat kelayakan modul

pembelajaran Inventor dengan kelengkapan video tutorial yang dihasilkan

ditentukan oleh 4 kegiatan penilaian produk, yaitu: validasi ahli materi,

validasi ahli media, uji coba terbatas dan uji coba keterbacaan. Hasil uji coba

ahli materi dari 8 aspek penilaian didapat rerata 3,56 berada pada klasifikasi

“Sangat Bail”, hasil validasi ahli media dari 7 aspek penilaian didapat rerata

3,55 berada pada klasifikasi “Sangat Baik”, uji coba terbatas dari 2 aspek

penilaian didapat rerata 3,30 berada pada klasifikasi “Sangat Baik”, dan uji

coba keterbacaab dari 2 aspek penilaian didapat rerata 3,19 berada pada

klasifikasi “Baik”. Rerata totalnya adalah 3,40 pada klasifikasi “Sangat Baik”

dan dinyatakan layak digunakan sebagai sarana belajar siswa.


Merujuk dari temuan yang dilakukan peneliti trsebut dapat diambil

sebua pernyataan bahwa : pengembangan modul pembelajaran membawa

perubahan yang berarti dalam dunia pendidikan. Seiring dengan hal tersebut

pembelajran akan lebih menyenangkan. Apada akhirnya nilai yang diidapat

siswa sesuai dengan harapan yaitu memenuhi kketuntasan.

B. Kerangka Konseptual
Modul yang akan dikembangkan oleh peneliti sebagai bahan ajar pada

pembelajaran inventor diharapkan dapat mempermudah siswa dalam belajar

secara mandiri tanpa harus didampingi oleh guru untuk menyampaikan


materi, dapat belajar secdan diharapkan peserta didik akan lebih mudah

memahami pelajaran.

Modul yang sudah disusun belum tentu memberi jaminan bahwa modul

layak digunakan, untuk itu dilakukan uji validasi ahli materi dan ahli media

dengan tujuan memperoleh kesesuaian modul tersebut layak diterapkan

pembelajaran. Sebelum modul di implementasikan terlebih dulu harus

divalidasi dari beberapa aspek seperti ketepatan isi materi, kejelasan tujuan

relevansi, kompetensi, kelengkapan materi, keruntutan materi, dan kejelasan

materi. Aspek manfaat terdiri dari motivasi belajar, fokus perhatian,

mempermudah proses belajar dan mempertinggi hasil belajar. Aspek fisik

modul terdiri dari ukuran tulisan, bentuk tulisan, bahasa yang digunakan,

tampilan gambar, kualitas gambar. Tahap validasi dari ahli materi dan ahli

media yang menyatakan modul layak digunakan dalam pembelajaran, baru

dilakukan uji kepada siswa pada mata pelajaran Menggambar teknik mesin,

selanjutnya hasil penelitian dianalisis, modul direvisi kembali dan terakhir

modul diproduksi sehingga dapat digunakan guru sebagai bahan ajar di

sekolah.

Modul pembelajaran
Berikut ini kerangka Konseptual Pengembangan Modul Pembelajaran

Inventor Pada Mata Pelajaraan Gambar Teknik Di SMK Negeri 1 Padang

dapat dilihat pada gambar 2.2


Kelebihan: Kekurangan:
1. Meningkatkan motivasi peserta 1. Biaya pengembangan bahan tinggi
didik. dan waktu yang dibutuhkan lama.
2. Guru harus mengetahui apakah 2. Menentukan disiplin belajar yang
modul dinyatakan valid atau tinggi yang mungkin kurang
belum. dimiliki oleh siswa pada
3. Pembagian materi harus merata umumnya.
dalam satu semester 3. Memerlukan kesungguhan untuk
`Analisis Kebutuhan
belajar dan memberi motivasi.
1. Observasi Kelas
Modul
Validasi
PengembanganPembelajaran
Modul Modul Inventor
Pembelajaran
Pembelajaran Pada
2. Inventor
Wawancara Mata
Inventor Pelajaran
Pada Mata MataGambar
PadaPelajaran Teknik
Pelajaran
Gambar Di
Gambar
Teknik
3.DiSMK
Teknik Studi
SMK Negeri
Di SMK
Negeri1 1Padang
Pustaka
NegeriPadang
1 Padang
Gambar 2.2. Diagram Kerangka Konseptual.

C. Pertanyaan Penelitiian
Pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur pengembangan modul pembelajaran inventor pada


mata Pelajaran gambar teknik di SMK Negeri 1 Padang?
2. Bagaimana Validitas, Praktilitas dan Efektivitas modu pembelajaran
inventor pada mata pelajaran gambar teknik di SMK Negeri 1 Padang?
BAB III
METODE PENULISAN

Modul pembelajaran invektor dikembangkan oleh peneliti reseat &

development Suatu metode yang digunakan agar dapat menghasilkan produk

media tertentu kemudian diuji keefektifanny. Sugiyono ( 2009:3) berkata


pembelajaran pengembangan berarti perluasan dan pendalama ilmu pengetahuan

yang sudah ada. tersebut merupakan pengertian dari Research and development.

Penelitian pengembangan atau research based development (R&D) adalah


aktifitas riset sebagi informasi kebutuhan pengguna (needs
assessment),kemudian dilanjutkan kegiatan pembelajaran (development) untuk
menghasilkan produk dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono,
2009:297). Borg (2002:569) mendefenisikan Educational research and
development (R&D) is process use to develop and validate educational product”.
Didasari rujukan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa penelitian dan
pengembangan adalah suatu riset bertujuan mengembangkan dan memvalidasi
produk guna meningkatkan kegiatan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Berdasarkan prosedur langkah-langkah R&D, produk yang dihasilkan dalam
penelitian dan pengembangan yaitu: modul pembelajaran demi memudahkan
siswa.
Model pengembangan yang dipakai merujuk pada model dari Dick &
Carey (1996: 5-7), yaitu:

1. Mengidentifikasi tujuan pembelajaran.


2. Melakukan analisis instruksional.
3. Menganalisis karakteristik siswa dan konteks pembelajaran.
4. Merumuskan pembelajaran
5. Mengembangkan instrument penilaian (develop assessment
instruments).
6. Mengembangkan strategi pembelajaran (develop assesment
instruments).
7. Mengembangkan dan memilih bahan ajar (develop and select
instructional materials).
8. Merancang dan melaksanakan evaluasi formatif (design and
conduct summatice evaluation)
9. Melakukan revisi terhadap program pembelajaran (revise
instruction).
10. Merancang dan melakukan evaluasi sumatif
Skema perencanaan dan pengembangan sebagaimana yang
dikembangkan oleh Walter Dick & Lou Carey yang disadur pada
bukunya The Systematic Design Of Instruction seperti dibawah ini:
Gambar 3.1. Model Pengembangan Dick and Carey (1996:2)

A. Prosedur Pengembangan
Berdasarkan acuan model pengembangan Dick & Carey, maka peneliti
membagi prosedur penelitian dalam pengembangan modul Inventor melalui
empat tahap. Empat langkah tersebut seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.2. Prosedur Pengembangan Modul (Dikutip dari Dick & Carey)
1. Tahap Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan modul dilaksanakan pada periode awal
pengembangan modul. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
keadaan pembelajaran Inventor yang ada di SMK Negeri 1 Padang .
Analisis kebutuhan yang dilakukan adalah observasi kelas atau pengamatan
kelas dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran Inventor dan
wawancara yang dilakukan dengan guru dengan tujuan mengetahui proses
pembelajaran inventor yang diterapkan sebelumnya.
Langkah-langkah dalam tahap analisis kebutuhan modul antara lain:

a) Mengidentifikasi permasalahan pada standard kompetensi atau


kompetensi dasar tertentu.
b) Menetapkan kompetensi dari silabus pembelajaran.
c) Mengidentifikasi dan menentukan ruang lingkup standard kompetensi
atau kompetensi dasar.
d) Merinci pengetahuan, keterampilan, sikap yang diisyaratkan.
e) Menentukan judul modul yang akan ditulis.
f) Mengumpulkan data, dan sumber lainnya yang dapat digunakan sebagai
refrensi.

2. Tahap Pengembangan Produk


Produk awal berupa modul yang sebelumnya telah dilakukan
penyusunan instrumen penilaian produk guna dijadikan pedoman dalam
mendesain produk. Langkah-langkah penyusunan modulnya ialah t:

a) Memilih judul modul yang akan diproduksi.


b) Bertumpu pada tujuan akhir yaitu yang akan dicapai peserta didik
setelah selesai mempelajari modul.
c) Lembar kerja siswa harus dikerjakan atau diselesaikan oleh peserta
didik.
d) Evaluasi atau penilaian yang berfungsi untuk mengukur kemampuan
peserta didik.
3. Tahap Validasi dan Evaluasi
Tahapan validasi dilakukan dengan mengkonsultasikan produk awal
kepada dosen pembina sebagai masukan awal dengann tujuan untuk
menilai kelayakan produk sebelum dinilai oleh validator ahli. Validator
adalah kegiatan ini untuk menilai apakah rancangan produk yang
dikembangkan secara rasional akan lebih efektif dari yang sebelumnya
(Sugiyono, 2012: 414).
Validasi terhadap desain awal dilakukan dengan cara meminta pakar
yang sudah berpengalaman demi untuk menilai produk yang dirancang.
Hasil dari evaluasi dan saran dari pakar digunakan untuk memperbaiki dan
merevisi produk yang sedang dikembangkan.
Langkah selanjutnya ialah uji coba lapangan. Jika telah dinyatakan
valid oleh para ahli baru di ujicobakan dilapangan. Uji coba lapangan
diterapkan guna mengetahui kelayakan modul pembelajaran Inventor.

4. Tahap Produk Akhir


Tahap akhir pengembangan produk berupa modul yang telah direvisi
berdasarkan kritik dan saran daripakari. Produk berupa modul pembelajaran
inventor siap dicetak secara missal untuk selanjutnya digunakan pada proses
pembelajaran siswa SMKN 1 Padang.

B. Uji Coba Produk


1. Pravalidasi
Tahap Pravalidasi peneliti berkonsultasi dengan dosen pembimbing
dengan tujuan mendapatkan masukan tentang kualitas modul. Diharapkan
masukan dari pembimbing akan menghasilkan produk yang berkualitas
dan layak digunakan.
2. Validasi pakar
Validasi modul pembelajaran inventor ada tahap-tahapannya.
Pertama,validator merevisi modulyang telah disusun sebelumnya jika
masih ada kekurangan akan divalidasi kembali pada tahap selanjutnya.
3. Uji coba Modul
Pengujian ini bertujuan untuk melihat kelemahan-kelemahan
produk yang dikembangkan. Uji coba modul dibagi menjadi 2 tahap yaitu
uji kelompok kecil dan uji modul kelompok besar. Uji coba kelompok
kecil dilakukan untuk mengambil subyek penelitian sebanyak 12 siswa.
Selesai pelaksanaan uji kelompok kecil diperoleh data untuk dianalisis
dan dilakukan revisi produk.
Kegiatan uji kelompok besar dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat kelayakan modul yang telah disusun sebelum digunakan dalam
lingkup yang sebenar-benarnya. Uji keterbacaan ini dilakukan disalah satu
kelas XI Jurusan Teknik Kendaraan Ringan SMKN 1 Padang yang
berjumlah 30 siswa. Hasil data yang diperoleh dari uji coba ini dianalisis
sehingga dapat menghasilkan bahan ajar yang efektif, menarik dan layak
digunakan sebagai media pembelajaran.

C. Subjek Uji Coba Produk


Subjek uji coba produk diberikan pada siswa modul pembelajaran yang
sudah dirancang diberikan kepada pakar ahli media dan ahli materi. Sasaran
akhir pada produk ini adalah siswa kelas XI Jurusan Teknik Kendaraan
Ringan SMKN 1 Padang pada mata pelajaran gambar teknik semester ganjil
tahun ajaran 2018/2019. Sampel uji coba yang dipilih adalah siswa kelas XI
TKR 1 SMKN 1 Padang.

D. Jenis Data
data yang digunakan adalah data kuantitatif dan kualitatif. Adapun data
kuantitatif sebagai data pokok diperoleh dari hasil penyebaran angket,
sedangkan data kualitatif berupa masukan dan saran dari responden sebagai
data penunjang. Data tersebut dapat memberi gambaran mengenai kualitas
produk yang dikembangkanberupa

1. ahli materi: berupa kualitas modul dilihat dari segi materi dan isi
2. ahli media: berupa kualitas produk ditinjau dari aspek fungsi dan manfaat,
tampilan cover judul, tampilan materi modul dan pemilihan media
pembelajaran.
3. siswa: digunakan untuk menganalisa aspek fungsi dan manfaat,
kemenarikan modul dan materi yang akan disajikan dalam modul.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrument pengumpulan data adalah sebagai berikut:

1. Lembar Validasi Modul


Berikut langkah-langkah penyusunan lembaran validasi angket:
a) Membuat kisi-kisi angket.
b) Menganalisis subvariabel yang menjadi indikator.
c) Menetukan jumlah item soal yang diinginkan berdasarkan indikator.
d) Item soal mengacu pada indikator yang telah ditetapkan.
Skala yang digunakan dalam menyusun instrumen validasi pada
penelitian ini ialah skala Likert indikator dijadikan sebagai titik tolak
untuk menyusun penomoran insrumen berupa pernyataan. Jawaban setiap
soal instrumen yang memakai skala Likert

2. Lembar Praktilitas Modul


Angket praktikalitas berisi tanggapan dan penilian tentang
kejelasan teks, kejelasan dan kemenarikan gambar, kesesuain gambar
dengan materi, penyajian materi, kemudahan memahami materi, ketetapan
sistematika penyajian materi, kejelasan kalimat, lambang dan istilah,
kesesuaian.

3. Lembar Efektivitas
Efektivitas dilihat dari hasil tes belajar dengan menggunakan
modul pembelajaran inventor. Hasil belajar didapat dari pelaksaan tes pada
satu kelas siswa yang telah diberi perlakuan menggunakan modul
pembelajaran inventor yang telah dinyatakan valid dan praktis.

Uji efektivitas dilakukan dengan cara membandingkan hasil belajar


sebelum dan sesudah penggunaan modul
. Desain uji coba produk disajikan pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Desain Uji Coba Produk

Pretes Perlak Post


t ua t
n e
s
t
O1 X O2
Sumber : Sugiyono (2009: 75)

Keterangan :

Q1 : pretest sebelum perlakuan diberikan.


X : pembelajaran dengan penggunaan modul pembelajaran inventor.
Q2 : posttest setelah perlakuan diberikan.

F. Teknik Analisis Data


1. Analisis Data Validitas Modul
Analisis validasi isi dan media modul didasarkan pada hasil
penilaian validator. Data yang diperoleh melalui angket, dianalisis dengan
menggunakan statistik deskriptif dalam Azwar (2014:113), langkah-
langkahnta ialah:

a. skor jawaban berupa:


1 = Sangat setuju,

2 = setuju,

3 = kurang setuju,

4 = tidak setuju

b. Menjumlahkan skor dari tiap validator untuk seluruh indikator.


c. Statistika Aiken’s V dirumuskan sebagai
V = ∑s/ [ n (c – 1 ] .................( 1 )
Keterangan :
s = r – lo
lo = Angka penilaian validitas yang rendah (dalam hal ini = 1)
c = nomor penilaian validitas yang tertinggi (dalam hal ini = 4)
r = Angka yang diberikan oleh seorang penilai

d. perhitungan berkisar dari 0 sampai ke 1 dan angka 0,6 dapat


diinterpretasikan memiliki koefisien cukup tinggi maka nilai 0.6 dan di
atasnya dinyatakan dalam kategori valid.

2. Analisis Data Praktilitas Modul


Hasil penelitian melalui angket terhadap modul untuk guru dan
siswa. Penilaian tersebut akan memperoleh tanggapan dari guru dan siswa
untuk menentukan praktilitas modul pembelajaran. Angket terdiri dari
pernyataan-pernyataan untuk menentukan praktilitas modul serta
disediakan alternatif jawaban terhadap pernyataan tersebut. Alternatif
jawaban terdiri dari sangat setuju, setuju, kurang setuju, tidak setuju dan
sangat tidak setuju. Penilaiannya pratisi ialah :

a. Skor jawaban dengan kriteria antara lain:


1 = sangat tidak setuju
2 = tidak setuju
3 = kurang setuju
4 = setuju
5 = sangat setuju

b. Menentukan skor rata-rata yang dengan cara menjumlahkan nilai yang


diperoleh pada indikator.
c. Pemberian nilai praktikalitas dengan rumus:
S
NA = x 100
M
.................( 2 )

Keterangan:
NA = Nilai Akhir
S = Skor yang didapat
SM = Skor Maksimum
d. Untuk menentukan tingkat praktilitas modul pembelajaran Interaktif
dengan kriteria seperti Tabel 3.2.
Tabel 3.2. Kategori Praktikalitas

Tingkat Kateg
No Pencapai or
an (%) i
Sanga
t
1 81 – 100 pr
ak
tis
Prakti
2 61 – 80
s
Cuku
p
3 41 – 60 pr
ak
tis
Kuran
g
4 21 – 40 pr
ak
tis
Tidak
Pr
5 0 – 20
ak
tis
Sumber: Riduwan (2010: 89)

3. Analisis Data Efektivitas Modul


Langkah-langkah keefektifan produk yang dikembangkan, yaitu:

a. Memberikan skor jawaban setiap butir jawaban yang diperoleh peserta


didik berdasarkan rubric penilaian yang telah dibuat.
b. Menjumlahkan skor yang diperoleh masing-masing peserta didik.
c. Mengkategorikan nilai peserta didik berdasarkan nilai KKM di sekolah
yang bersangkutan, yaitu 75.
d. Menghitung persentase peserta didik yang telah mencapai nilai KKM
dengan rumus.
e. Mengkategorikan persentase ketuntasan peserta didik berdasarkan
kriteria penilaian kecakapan akademik.
Tabel 3.3. Kriteria Penilaian Kecakapan Akademik

Persentase
Kateg
Ketuntasan
ori
(%)
K ≥ 75 Efektif
Tidak
efe
K < 75
kti
f
Keterangan: K= Persentase Ketuntasan

Anda mungkin juga menyukai