PENDAHULUAN
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bagian dari Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas). Sebagai bagian dari Sistem Pendidikan Nasional, Sekolah Menengah
pengembangan kemampuan peserta didik untuk dapat bekerja dalam bidang tertentu,
Secara spesifik tujuan khusus pendidikan menengah kejuruan yang dinyatakan dalam
bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang ada di dunia usaha dan dunia industri
sebagai tenaga kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensi dalam program yang
dipilihnya.
2. Menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karier, ulet dan gigih dalam
3. Membekali peserta didik dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni agar
mampu mengembangkan diri dikemudian hari baik secara mandiri maupun melalui
1
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menumbuhkan potensi sumber daya manusia
satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib belajar 9 tahun, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi.
Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk
membangkitkan semangat belajar siswa. Agar kegiatan belajar mengajar itu memberikan hasil
yang efektif maka perlu adanya usaha untuk membangkitkannya. Dalam hal ini seorang guru
dituntut mampu menciptakan situasi belajar yang dapat merangsang dan mendorong siswa
Penggunaan metode Contextual Teaching Learning (CTL) pada proses belajar mengajar
diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar sekaligus meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran Menggunakan dan Mengoperasikan Mesin Proses (MMP) di kelas X
Salah satu mata pelajaran dari program produktif pada SMK bidang studi keahlian
teknologi dan rekayasa program studi keahlian teknik mesin adalah Menggunakan dan
Mengoperasikan Mesin Proses (MMP). Mata diklat MMP ini bertujuan untuk membekali
peserta didik pengetahuan tentang menentukan kebutuhan kerja, mengenal jenis-jenis mesin
bubut dan memeriksa komponen-komponen untuk kesesuaian secara spesifik. (SKKD Teknik
Pemesinan:2009)
Mengenal dan Mengoperasikan Mesin Proses (MMP) sebagai salah satu dari mata
ketrampilan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa setelah mengadakan kegiatan belajar.
2
Tujuan instruksional yang lebih bersifat khusus ini disebut “objectives”atau “behaviour
objective” karena belajar itu sendiri menghendaki usaha yang aktif dari siswa, oleh karena itu
Perhatian siswa terhadap stimulus belajar dapat diwujudkan melalui beberapa cara seperti
penggunaan media pengajaran atau alat-alat peraga, memberikan pertanyaan kepada siswa,
membuat variasi belajar pada siswa, melakukan pengulangan informasi yang berbeda dengan
cara sebelumnya, memberikan stimulus belajar dalam bentuk lain sehingga siswa tidak bosan.
Dan ada beberapa motivasi yang digunakan guru terhadap bahan pelajaran agar siswa tidak
merasa bosan, seperti: memberikan hadiah, pujian, gerakan tubuh, memberikan angka atau
Contextual Teaching Learning (CTL) mengajarkan siswa belajar aktif dan melakukan
aplikasi langsung untuk mendapat pengalaman. Pengalaman tersebut dihasilkan oleh proses
belajar mandiri siswa. Dalam belajar mandiri, siswa dituntut kemandiriannya untuk belajar
dan menemukan masalah dalam pembelajaran dan dituntut untuk memecahkan permasalahan
yang terjadi tersebut. Cara belajar mandiri dipilih untuk diteliti karena dalam kegiatan belajar
strategi belajar sangat penting. Cara belajar mandiri merupakan cara dan pedoman yang dapat
dilakukan oleh siswa untuk melaksanakan kegiatan belajar demi pencapaian tujuan
pembelajaran.
Dalam kenyataan dilapangan, prestasi siswa pada mata diklat Mengenal dan
Mengoperasikan Mesin Proses pada tahun ajaran 2011/2012 masih kurang memuaskan jika
dibandingkan dengan standar penilaian yang berlaku di SMKN 4 Kota Serang. hal ini dapat
dilihat dari nilai mentah siswa kelas X semester 1 pada Raport Sementara hasil Ujian Akhir
Semester. hal ini dapat dilihat dari nilai mentah siswa yang diperlihatkan dalam tabel di
bawah ini:
3
Tabel 1.1
Nilai Mata Diklat MMP
Kelas X Semester 1 UAS Tahun Ajaran 2011/2012.
Tabel 1.2
Standar Penilaian (KKM) MMP SMKN 4 Kota Serang
Standar penilaian (KKM) yang berlaku di SMK Negeri 4 Kota Serang adalah minimal
mendapat nilai 7,00 atau C sebagai syarat kelulusan. Melihat data diatas, akan banyak peserta
belajar yang belum lulus dalam mata pelajaran ini. Jika dilihat dari proses belajar, banyak
diantaranya: siswa sering tidak belajar di sekolah, tidak mengerjakan tugas pekerjaan rumah
(pr), jika dilakukan ujian mendadak hasilnya seringkali mengecewakan, hanya sedikit siswa
yang bisa menjawab ketika ditanya materi yang telah disampaikan pada pertemuan
sebelumnya.
besarnya pengaruh penggunaan model CTL untuk meningkatkan prestasi belajar mandiri
siswa pada mata pelajaran Mengenal dan Mengoperasikan Mesin/Proses (MMP). Adapun
4
“PENINGKATAN KEMAMPUAN MESIN PROSES MELALUI METODE CTL DI
B. Rumusan Masalah
kemungkinan permasalahan yang timbul dalam penelitian ini. Penulis dapat mengidentifikasi
C. Tujuan Penelitian
meningkatkan kemampuan mesin proses pada mata pelajaran MMP kelas X Program
2. Tujuan Khusus : Untuk mengetahu prestasi siswa pada mata pelajaran MMP
5
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi sekolah, dapat memberikan data dan informasi kepada pihak sekolah tentang
penggunaan metode CTL pada mata pelajaran MMP di SMK Negeri 4 Kota Serang,
penelitian selanjutnya.
3. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan motivasi dalam belajar MMP sehingga
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Deskripsi Teori
menunjukkan isi atau maksud yang sama. Objek sama tetapi istilah atau nama untuk objek itu
berbeda. Sebaliknya terdapat istilah-istilah yang sama untuk maksud yang berbeda
(Komarudin, 1995:24).
Untuk lebih mempertegas penulisan ini dan tidak terjadi salah pengertian terhadap
istilah dalam judul, maka perlu adanya pembahasan tentang istilah-istilah yang terdapat pada
judul, maka perlu kiranya penulis menguraikan beberapa istilah yang berkaitan sebagai
berikut:
1. Metode CTL
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang
menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan
materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga
Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan siswa untuk menemukan materi,
artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses
belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan
7
Kedua, CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat
penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan
nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi
yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah
dilupakan.
Ketiga, CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya
CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan
tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-
hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian
dilupakan akan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.
Sehubungan dengan hal tersebut, terdapat lima karakteristik penting dalam proses
pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL seperti dijelaskan oleh Dr. Wina Sanjaya,
(activtinging knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan
yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah
pengetahuan baru (acquiring knowledge). Pengetahuan baru itu diperoleh dengan cara
memperhatikan detailnya.
diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara
meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan
8
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya
pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan atau
penyempurnaan strategi.
guru secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa belajar secara
aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. UUSPN No. 20 Tahun 2003
menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreatifitas berpikir yang dapat meningkatkan
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi
pelajaran.
Dalam pembelajaran guru harus memahami hakekat materi pelajaran yang diajarkannya
sebagai suatu pelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan
memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk
belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru. Pendapat ini sejalan dengan
Jerome Brunner (1960) mengatakan bahwa: ‘’Perlu adanya teori pembelajaran yang akan
menurut Bruner teori belajar itu bersifat deskriptif, sedangkan teori pembelajaran itu
preskriptif.
Hal ini menggambarkan bahwa orang yang berpengetahuan adalah orang yang terampil
dan menarik generalisasi dengan benar. Jadi belajar dan pembelajaran diarahkan untuk
pengetahuan itu sumbernya dari luar diri, tetapi dikonstruksi dalam diri individu siswa.
9
Pengetahuan tidak diperoleh dengan cara diberikan atau ditransfer dari orang lain, tetapi
‘’dibentuk dan dikonstruksi’’ oleh individu itu sendiri, sehingga siswa itu mampu
mengembangkan intelektualnya.
(1) dalam proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan
hanya menuntut siswa sekedar mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam
proses berpikir;
(2) dalam pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus
menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan siswa untuk
Proses pembelajaran atau pengajaran kelas (Classroom Teaching) menurut Dunkin dan
Biddle (1974:38) berada pada empat variabel interaksi yaitu (1) variabel pertanda (pesage
variables) berupa pendidik; (2) variabel konteks (context variables) berupa peserta didik,
sekolah dan masyarakat; (3) variabel proses (process variables) berupa interaksi peserta
didik dengan pendidik; dan (4) variabel produk (product variables) berupa perkembangan
peserta didik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dunkin dan Biddle selanjutnya
mengatakan proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik jika pendidik mempunyai
dua kompetensi utama yaitu: (1) kompetensi substansi materi pembelajaran atau penguasaa
Artinya jika guru menguasai materi pelajaran, diharuskan juga menguasai metode
pengajaran sesuai kebutuhan materi ajar yang mengacu pada prinsip pedagogik, yaitu
memahami karakteristik peserta didik. Jika metode dalam pembelajaran tidak dikuasai,
maka penyampaian materi ajar menjadi tidak maksimal. Metode yang digunakan sebagai
strategi yang dapat memudahkan peserta didik untuk menguasai ilmu pengetahuan yang
diberikan oleh guru. Hal ini menggambarkan bahwa pembelajaran terus mengalami
perkembangan sejalan dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu dalam
merespon perkembangan tersebut, tentu tidaklah memadai kalau sumber belajar berasal
10
dari guru dan media buku teks belaka. Dirasakan perlu ada cara baru dalam
mengkomunikasikan ilmu pengetahuan atau materi ajar dalam pembelajaran baik dalam
sistem yang mandiri maupun dalam sistem yang terstruktur. Untuk itu perlu dipersiapkan
sumber belajar oleh pihak guru maupun para ahli pendidikan yang dapat dimanfaatkan
suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan artinya interaksi yang
telah dicanangkan untuk suatu tujuan tertentu setidaknya adalah pencapaian tujuan
intruksional atau tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan pelajaran.
pendidik dengan peserta didik. Kegiatan pembelajaran secara metodologis berakar dari
pihak pendidik yaitu guru, dan kegiatan belajar secara pedagogis terjadi pada diri peserta
didik. Menurut Knirk dan Gustafson (1986:15) pembelajaran merupakan suatu proses yang
sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi. Pembelajaran tidak terjadi
melibatkan tiga komponen utama yang saling berinteraksi yaitu guru (pendidik), siswa
(peserta didik), dan kurikulum. Komponen tersebut melengkapi struktur dan lingkungan
belajar formal. Hal ini menggambarkan bahwa interaksi pendidik dengan peserta didik
setiap kegiatan yang dirancang oleh guru untuk membantu seseorang mempelajari suatu
kemampuan dan atau nilai yang baru dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap
rancangan, pelaksanaan, dan evaluasi dalam konteks kegiatan belajar mengajar. Dalam
kedudukan serta peran pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru sebagai
sumber belajar, penentu metode belajar, dan juga penilai kemajuan belajar meminta para
pendidik untuk menjadikan pembelajaran lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
11
C. Pembahasan
1. Pembelajaran Kontekstual
Sesuai dengan filsafat yang mendasarinya bahwa pengetahuan terbentuk karena peran
aktif subjek, maka dipandang dari sudut psikologis, CTL berpijak pada aliran psikologis
kognitif. Menurut aliran ini proses belajar terjadi karena pemahaman individu akan
lingkungan. Belajar bukanlah peristiwa mekanis seperti keterkaitan Stimulus dan Respons.
Belajar tidak sesederhana itu. Belajar melibatkan proses mental yang tidak tampak seperti
emosi, minat, motivasi dan kemampuan atau pengalaman. Apa yang tampak, pada dasarnya
adalah wujud dari adanya dorongan yang berkembang dalam diri seseorang. Sebagai
peristiwa mental perilaku manusia tidak semata-mata merupakan gerakan fisik saja, akan
tetapi yang lebih penting adalah adanya faktor pendorong yang ada dibelakang gerakan fisik
itu. Mengapa demikian? Sebab manusia selamanya memiliki kebutuhan yang melekat dalam
Dari asumsi dan latar belakang yang mendasarinya, maka terdapat beberapa hal yang harus
dipahami tentang belajar dalam konteks CTL menurut Sanjaya (2005:114) antara lain:
dengan pengalaman yang mereka miliki. Oleh karena itulah, semakin banyak pengalaman
b. Belajar bukan sekadar mengumpulkan fakta yang lepas-lepas. Pengetahuan itu pada
dasarnya merupakan organisasi dari semua yang dialami, sehingga dengan pengetahuan
yang dimiliki akan berpengaruh terhadap pola-pola perilaku manusia, seperti pola berpikir,
performance seseorang. Semakin pengetahuan seseorang luas dan mendalam, maka akan
c. Belajar adalah proses pemecahan masalah, sebab dengan memecahkan masalah anak
akan berkembang secara utuh yang bukan hanya perkembangan intektual akan tetapi juga
mental dan emosi. Belajar secara kontekstual adalah belajar bagaimana anak menghadapi
persoalan.
12
d. Belajar adalah proses pengalaman sendiri yang berkembang secara bertahap dari
sederhana menuju yang kompleks. Oleh karena itu belajar tidak dapat sekaligus, akan tetapi
e. Belajar pada hakikatnya adalah menagkap pengetahuan dari kenyataan. Oleh karena
itu, pengetahuan yang diperoleh adalah pengetahuan yang memiliki makna untuk
(1) CTL menempatkan siswa sebagai subjek belajar, artinya siswa perperan aktif
dalam setiap proses pembelajaran dengan cara menemukan dan menggali sendiri
sebagai objek belajar yang berperan sebagai penerima informasi secara pasif.
(2) Dalam pembelajaran CTL siswa belajar melalui kegiatan kelompok, seperti kerja
(3) Dalam CTL pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata secara riil;
abstrak.
(5) Tujuan akhir dari proses pembelajaran melalui CTL adalah kepuasan diri;
sedangkan dalam pembelajaran konvensional tujuan akhir adalah nilai dan angka.
(6) Dalam CTL, tindakan atau perilaku dibangun atas kesadaran diri sendiri,
konvensional tindakan atau perilaku individu didasarkan oleh faktor dari luar
13
dirinya, misalnya individu tidak melakukan sesuatu disebabkan takut hukuman,
(7) Dalam CTL, pengetahuan yang dimiliki setiap individu selalu berkembang sesuai
dengan pengalaman yang dialaminya, oleh sebab itu setiap siswa bisa terjadi
pembelajaran konvensional, hal ini tidak mungkin terjadi. Kebenaran yang dimiliki
bersifat absolut dan final, oleh karena pengetahuan dikonstruksi oleh orang lain.
(8) Dalam pembelajaran CTL, siswa bertanggung jawab dalam memonitor dan
(9) Dalam pembelajaran CTL, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dalam konteks
(10) Oleh karena tujuan yang ingin dicapai adalah seluruh aspek perkembangan siswa,
maka dalam CTL keberhasilan pembelajaran diukur dengan berbagai cara misalnya
karakteristik tersendiri baik dilihat dari asumsi maupun proses pelaksanaan dan
tipe belajar dalam dunia siswa, artinya guru perlu menyesuaikan gaya mengajar terhadap
gaya belajar siswa. Dalam proses pembelajaran konvensional hal ini sering terlupakan,
sehingga proses pembelajaran tidak ubahnya sebagai proses pemaksaan kehendak, yang
Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap
14
(a) Siswa dalam pembelajaran kontekstual dipandang sebagai individu yang sedang
dewasa dalam bentuk kecil, melainkan organisme yang sedang berada dalam tahap-tahap
dan pengalaman mereka. Dengan demikian peran guru bukanlah sebagai instruktur atau
‘’penguasa’’ yang memaksakan kehendak, melainkan guru adalah pembimbing siswa agar
(b) Setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan
memecahkan setiap persoalan yang menantang. Dengan demikian guru berperan dalam
memilih bahan-bahan belajar yang dianggap penting untuk dipelajari oleh siswa.
(c) Belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara
hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui. Dengan demikian peran guru
adalah membantu agar setiap siswa mempu menemukan keterkaitan antara pengalaman
(d) Belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada (asimilasi)
atau proses pembentukan skema baru (akomodasi), dengan demikian tugas guru adalah
memfasilitasi (mempermudah) agar anak mampu melakukan proses asimilasi dan proses
akomodasi.
Sesuai dengan asumsi yang mendasarinya, bahwa pengetahuan itu diperoleh anak
bukan dari informasi yang diberikan oleh orang lain temasuk guru, akan tetapi dari
mengajar sebagai proses penyampaian informasi. Guru perlu memandang siswa sebagai
subjek belajar dengan segala keunikannya. Siswa adalah organisme aktif yang memiliki
informasi kepada siswa, guru harus memberi kesempatan untuk menggali informasi itu
15
CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran memiliki 7 (tujuh) asas. Asas-asas ini
pengetahuan itu memang berasal dari luar akan tetapi dikonstruksi oleh dan dari dalam
diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh dua faktor penting, yaitu objek
yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek
tersebut. Kedua faktor itu sama pentingnya. Dengan demikian pengetahuan itu tidak
bersifat statis akan tetapi bersifat dinamis, tergantung individu yang melihat dan
selalu merupakan gambaran dunia kenyataan belaka, akan tetapi selalu merupakan
b. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu
untuk pengetahuan.
membentuk pengetahuan bila konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-
pengalaman seseorang.
dalam pembelajaran CTL adalah inkuiri. Artinya, proses pembelajaran didasarkan pada
bukanlah sejumlah fakta hasil dari mengingat, akan tetapi hasil dari proses menemukan
materi yang harus dihafal, akan tetapi merancang pembelajaran yang memungkinkan
16
siswa dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya. Belajar pada dasarnya
merupakan proses mental seseorang yang tidak terjadi secara mekanis. Melalui proses
mental itulah diharapkan siswa berkembang secara utuh baik intektual, mental emosional
maupun pribadinya.
Apakah inkuiri hanya bisa dilakukan untuk mata pelajaran tertentu saja? Tentu
tidak. Berbagi topik dalam setiap mata pelajaran dapat dilakukan melalui proses inkuiri.
Secara umum proses ikuiri dapat dilakukan melalui beberapa langkah yaitu: merumuskan
Penerapan asas ini dalam pembelajaran CTL, dimulai dari adanya kesadaran siswa
akan masalah yang jelas yang ingin dipecahkan. Dengan demikian siswa harus didorong
yang jelas, selanjutnya siswa dapat mengajukan hipotesis atau jawaban sementara sesuai
dengan rumusan masalah yang diajukan. Hipotesis itulah yang akan menuntun siswa
untuk melakukan observasi dalam rangka mengumpulkan data. Manakala data telah
terkumpul selanjutnya siswa dituntun untuk mengui hipotesis sebagai dasar dalam
merumuskan kesimpulan.
dalam berfikir. Dalam proses pembelajaran melalui CTL, guru tidak menyampaikan
informasi begitu saja, akan tetapi memancing agar siswa dapat menemukan sendiri. Oleh
sebab itu peran bertanya sangat penting, sebab melalui pertanyaan guru dapat
dipelajarinya.
Dalam suatu pembelajaran yang produktif kegiatan bertanya akan sangat berguna
untuk:
17
(1) menggali informasi tentang kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran;
belajar. Siswa dibagi dalam kelompok yang anggotanya bersifat heterogen, baik dilihat
dari kemampuan dan kecepatan belajarnya, maupun dilihat dari bakat dan minatnya.
Biarkan dalam kelompoknya mereka saling membelajarkan; yang cepat belajar didorong
untuk membantu yang lambat belajar, yang memiliki kemampuan tertentu didorong
menggunakan sesuatu contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. Misalnya guru
cara melafalkan sebuah kalimat asing, guru olahraga memberikan contoh bagaimana cara
melempar bola, guru kesenian memberi contoh bagaimana cara memainkan alat musik,
guru biologi memberikan contoh bagaimana cara mengggunakan thermometer dan lain
sebagainya.
Proses modelling, tidak terbatas dari guru saja, akan tetapi dapat juga guru
memanfaatkan siswa yang dianggap memiliki kemampuan. Misalnya siswa yang pernah
menjadi juara dalam membaca puisi dapat disuruh untuk menampilkan kebolehannya di
depan teman-temannya, dengan demikian siswa dapat dianggap sebagai model. Modeling
merupakan asas yang cukup penting dalam pembelajaran CTL, sebab melalui modelling
terjadinya verbalisme.
dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian atau peristiwa
18
pembelajaran yang telah dilaluinya. Melalui proses refleksi, pengalaman belajar itu akan
dimasukkan dalam struktur kognitif siswa yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari
pengetahuan yang dimilikinya. Bisa terjadi melalui proses refleksi siswa akan
pengetahuannya.
Dalam setiap proses pembelajaran dengan menggunakan CTL, setiap berakhir proses
mengingat kembali apa yang telah dipelajarinya. Biarkanlah secara bebas siswa
pengalaman belajarnya.
Ketujuh, penilaian nyata (authentic assessment) adalah proses yang dilakukan guru
Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakah siswa benar-benar belajar atau tidak;
Penilaian ini dilakukan secara terus menerus selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
Oleh sebab itu, tekanannya diarahkan kepada proses belajar bukan kepada hasil belajar.
2. Pembelajaran Interaktif
Kegiatan belajar melibatkan beberapa komponen atau unsur yaitu peserta didik,
pendidik atau guru, tujuan pembelajaran, isi pelajaran, metode mengajar yang
digunakan, media pembelajaran yang sesuai untuk digunakan dan evaluasi kemajuan
belajar siswa menggunakan tes yang standar. Semua komponen ini saling berinteraksi
dalam proses pembelajaran yang berakhir pada tujuan pembelajaran. Karena itu kegiatan
pembelajaran merupakan suatu sistem yang integral, dalam suatu sistem pembelajaran
atau sistem instruksional di sekolah. Dilihat dari sudut institusional sekolah, dalam hal
19
penting, karena berkontribusi signifikan terhadap perolehan suatu sistem belajar.
suatu kekuatan tersendiri bagi guru melaksanakan tugas profesionalnya. Setelah guru
mendapat dukungan institusional, hal selanjutnya yang perlu dipersiapkan oleh guru
adalah berkaitan dengan pendekatan belajar yang menjadi otonom profesional keguruan.
Para ahli psikologi belajar dan ahli kependidikan telah banyak menyampaikan
sejumlah teori maupun konsep pendekatan pembelajaran. Pendekatan ini pada umumnya
mengacu pada pendekatan psikologi yang berkaitan dengan kemampuan peserta didik
Pendekatan pembelajaran menjadi suatu hal yang amat penting, karena dilihat dari sudut
psikologi setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda dalam menerima pelajaran,
untuk itu diperlukan pendekatan yang sesuai dengan potensi anak didik.
pendekatan serta metode belajar dalam proses pembelajaran termasuk faktor yang turut
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Pendekatan tersebut bertitik tolak pada
ini dilakukan sebagai strategi yang dipandang tepat untuk memudahkan siswa
tertentu, tetapi sifatnya lugas dan terencana, artinya memilih pendekatan disesuaikan
Adapun pendekatan pembelajaran interaktif yang sudah umum dipakai oleh para guru
20
menurut Sagala (2003:71) antara lain pendekatan konsep dan proses, deduktif-induktif,
bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan buah pikiran seseorang atau
pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
Konsep menunjukkan suatu hubungan antar konsep yang lebih sederhana sebagai
dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaan yang bersifat asasi tentang
mengapa suatu gejala itu bisa terjadi. Konsep merupakan pikiran seseorang atau
sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan
yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa,
pemahaman terhadap konsep dapat dibedakan dalah tujuh dimensi yaitu atribut,
siswa untuk ikut menghayati proses penemuan atrau penyusunan suatu konsep sebagai
Pendekatan proses dalam pembelajaran dikenal pula sebagai keterampilan proses, guru
menciptakan bentuk kegiatan pengajaran yang bervariasi, agar siswa terlibat dalam
21
sendiri suatu kegiatan. Siswa melakukan kegiatan percobaan, pengamatan, pengukuran,
Dalam pembelajaran proses ini, siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari
sesama temannya, dan dari manusia sumber di luar sekolah. Kegiatan yang dapat
dilakukan oleh siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan proses adalah:
Pendekatan Deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum
aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip
umum itu kedalam keadaan khusus. Langkah-langkah yang dapat digunakan dalam
(1) memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekataan deduktif;
(2) menyajikan aturan, prinsip yang bersifat umum lengkap dengan definisi dan
buktinya;
(3) disajikan contoh khusus agar siswa dapat menyusun hubungan antara keadaan
22
(4) disajikan bukti untuk menunjang atau menolak kesimpulan bahwa keadaan khusus
Sedangkan pendekatan induktif pada awalnya dikemukakan oleh Filosof Inggris Prancis
Bacon (1561) yang menghendaki agar penarikan kesimpulan didasarkan atas fakta yang
konkrit sebanyak mungkin, sistem isi dipandang sebagai sistem berpikir yang paling baik
pada abad pertengahan yaitu cara induktif disebut juga sebagai dogmatif artinya bersifat
mempercayai begitu saja tanpa diteliti secara rasional. Berpikir induktif ialah suatu
proses dalam berpikir yang berlangsung dari khusus menuju ke yang umum. Orang
mencari ciri atau sifat tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan
bahwa ciri-ciri atau sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena.
(1) memilih konsep, prinsip, aturan yang akan disajikan dengan pendekatan induktif;
(2) menyajikan contoh khusus konsep, prinsip atau aturan itu yang memungkinkan siswa
(3)disajikan bukti yang berupa contoh tambahan untuk menunjang atau menyangkal
(4) disusun pernyataan mengenai sifat umum yang telah terbukti berdasarkan langkah-
Pada tingkat ini menurut Syamsudin Makmun (2003:228) siswa belajar mengadakan
kombinasi dari berbagai konsep atau pengertian dengan mengoperasikan kaidah logika
mungkin selanjutnya dapat dipandang sebagai ‘rule’ (prinsip, dalil, aturan, hukum,
pandangan ini adalah menyampaikan ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa dipandang
sebagai objek yang menerima apa saja yang diberikan guru. Biasanya guru
23
menyampaikan informasi mengenai bahan pengajaran dalam bentuk penjelasan dan
penuturan secara lisan, yang dikenal dengan istailah kuliah, ceramah, dan lecture. Dalam
pendekatan ini siswa diharapkan dapat menangkap dan mengingat informasi yang telah
diberikan guru, serta mengungkap kembali apa yang dimilikinya melalui respons yang ia
pembentukan sistem instruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik mencari dan
menemukan sendiri fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan. Pendekatan
heuristic adalah pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa
penemuan didasarkan pada anggapan, bahwa materi suatu bidang studi tidak saling
lepas, tetapi ada kaitannya antara materi tersebut. Dengan pendekatan heuristic dapat
mendorong peserta didik bersikap berani untuk berpikir ilmiah dan mengembangkan
berpikir mandiri.
menolong kesulitan belajarnya. Untuk mengetahui kecerdasan para siswanya tentu guru
tidak melakukannya sendiri, untuk hal yang sederhana dapat dilakukan oleh konselor
yang mempunyai latar belakang pendidikan dan keahlian yang memadai. Bagi sekolah
yang berada di perkotaan dan tersedia psikolog, maka dapat dimintakan bantuan para
ahli psikologi tersebut untuk melakukan tes kecerdasan, dengan demikian hasilnya dapat
lebih akurat, dan tindakan belajarpun dapat disesuaikan dengan kemampuan siswa oleh
guru. Munzert, A.W. (1994) mengartikan kecerdasan sebagai sikap intelektual mencakup
mencapai prestasi yang di dalamnya berpikir memainkan peranan utama. Dari tingkah
laku seseorang, pembicaraan, aksi, reaksinya, orang dapat menilainya apakah orang itu
cerdas, cerdik, pintar atau sebaliknya bodoh dan lamban. Walaupun untuk memperoleh
24
informasi yang lebih dapat dipercaya melalui tes kecerdasan melalui uji psikotes oleh ahli
psikologi. Tingkah laku yang inteligen oleh sejumlah ciri sebagai berikut:
(1) tingkah laku yang siap melakukan perubahan yang perlu terhadap kondisi baru, tidak
kaku;
(4) tingkah laku yang terorganisir, yakni ada koordinasi yang baik antara kondisi pribadi
2. Motivasi Belajar
Motivasi merupakan salah satu aspek psikis yang memiliki pengaruh terhadap pencapaian
prestasi belajar. Dalam Psikologi, istilah motif sering dibedakan dengan istilah motivasi.
Untuk lebih jelasnya apa yang dimaksud dengan motif dan motivasi, berikut ini penulis akan
memberikan pengertian dari kedua istilah tersebut. Kata "motif" diartikan sebagai daya upaya
yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu (Sardiman. 1990:73), seperti dikatakan
oleh Sardiman dalam bukunya Psychology Understanding of Human Behavior yang dikutip
M. Ngalim Purwanto (Ngalim 1998:60): motif adalah tingkah laku atau perbuatan suatu
tujuan atau perangsang. Sedangkan S. Nasution (Nasution. 1995:73), motif adalah segala
Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang
25
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
Menurut Muhibbin Syah (Muhibbinsyah. 2002:136) bahwa motivasi dapat dibedakan dua
macam, yaitu:
1. Motivasi Intrinsik
Motivasi instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
yang dapat mendorong melakukan tindakan belajar. Dalam buku ini motivasi intrinsik
adalah motivasi yang timbul dari dalam diri seseorang atau motivasi yang erat
hubungannya dengan tujuan belajar, misalnya : ingin memahami suatu konsep, ingin
a. Adanya kebutuhan
2. Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah hal atau keadaan yang datang dari luar individu siswa,
yang mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Bentuk motivasi ekstrinsik ini
merupakan suatu dorongan yang tidak secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar,
misalnya siswa rajin belajar untuk memperoleh hadiah yang telah dijanjikan oleh orang
tuanya. pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib sekolah, suri tauladan orang tua, guru
dan lain-lain merupakan contoh konkrit dari motivasi ekstrinsik yang dapat mendorong
26
3. Teori Belajar
a. Behaviorisme
Behaviorisme dari kata behave yang berarti berperilaku dan isme berarti aliran.
(gagasan awal) bahwa perilaku dapat dipelajari dan dijelaskan secara ilmiah.
pikiran, perasaan, ataupun kejadian internal lain dalam diri orang tersebut. Fokus
b. Kognitivisme
Banyak keterbatasan dari behaviorisme dalam menjelaskan berbagai masalah yang berkaitan
dengan belajar. Banyak pakar psikologi waktu itu yang berpendapat behaviorisme terlalu
fokus pada respons dari suatu stimulus dan perubahan perilaku yang dapat diamati.
manusia memproses dan menyimpan informasi sangat penting dalam proses belajar.
Akhirnya proposisi (gagasan awal) inilah yang menjadi fokus baru mereka.
c. Humanisme
27
Gagasan dari humanisme dapat diringkas sebagai berikut:
5. Persepsi pribadi seseorang terhadap dirinya sendiri lebih penting dari lingkungan.
7. Setiap orang seharusnya memberikan dukungan pada orang lain sehingga semua memiliki
8. Carl Rogers menekankan pentingnya suasana lingkungan yang hangat dan bisa menjadi
terapi.
10. Terjadinya kebersamaan disebabkan adanya persepsi positif satu sama lain.
d. Kontruksivisme
pengetahuan yang telah dimiliki di masa lalu atau ada pada saat itu. Dengan kata lain,
dirinya sendiri”. Dengan demikian, belajar menurut konstruktivis merupakan upaya keras
yang sangat personal, sedangkan internalisasi konsep, hukum, dan prinsip-prinsip umum
4. Belajar
a. Definisi Belajar
Berikut ini berbagai definisi belajar menurut pendapat beberapa ahli diantaranya:
28
a. Gagne dikutip oleh Slameto (Slameto. 2003), dinyatakan bahwa belajar itu merupakan
kecenderungan perubahan pada diri manusia yang dapat dipertahankan selama proses
pertumbuhan. Hal ini dijelaskan kembali oleh Gagne bahwa belajar merupakan suatu
peristiwa yang terjadi didalam kondisi-kondisi tertentu yang dapat diamati, diubah dan
dikontrol.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli yang telah dikemukakan di atas, pada dasarnya
belajar ditunjukkan oleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman
kesamaan. Belajar adalah suatu proses pengumpulan pengetahuan, penanaman konsep dan
kecakapan, serta pembentukan sikap dan perbuatan. Makna konsep belajar selalu
menunjukkan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seorang berdasarkan praktek atau
pengalaman tertentu.
berarti, ini artinya bahwa keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung pada
Belajar adalah suatu proses yang sangat kompleks, yang dipengaruhi oleh banyak faktor,
baik dalam diri maupun luar diri siswa. Namun proses belajar dapat dianalisa dalam bentuk
b. Tujuan harus timbul dalam kebutuhan hidupnya dan bukan karena dipaksakan oleh
orang lain.
29
Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Pendapat para ahli pendidikan
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sangat beragam, hal ini tergantung dari
sudut pandang yang diambil, latar belakang pendidikan, tujuan dan sebagainya. Berikut ini
akan disampaikan beberapa pendapat ahli pendidikan. Menurut Ngalim Purwanto (Purwanto.
a. Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang disebut faktor individual
b. Faktor yang ada di luar individu yang disebut faktor sosial, meliputi: faktor
keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan
dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi.
Dari pendapat tersebut, pada dasarnya terdapat kesamaan dalam pengelompokan faktor-
faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu dilihat dari dalam diri peserta didik (intern) dan dari
5. Mandiri
Mandiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud. 1994) adalah mampu
6. Belajar mandiri
Kata belajar mandiri merupakan gabungan dari dua kata yakni kata belajar dan mandiri.
Belajar merupakan suatu proses dan merupakan unsur yang sangat dasar dalam setiap
penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
30
Slameto (Slameto. 2003:45) mengungkapkan bahwa belajar mandiri adalah: “Belajar
mandiri merupakan suatu tindakan dan metode yang dilakukan oleh siswa sendiri dalam
7. Prestasi Belajar
Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata, yakni "prestasi" dan
"belajar", mempunyai arti yang berbeda. Untuk memahami lebih jauh tentang pengertian
prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan seseorang atau kelompok yang telah dikerjakan,
lain:
diperoleh.
1). Faktor intelektual yang meliputi: faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat, juga
minat, sikap, kebutuhan, motivasi, konsep diri, penyesuaian diri, emosional dan
sebagainya.
1994):
1). Faktor sosial yang terdiri dari: lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
31
2). Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
3). Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, faktor belajar dan iklim.
Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dalam
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program.
Padanan kata evaluasi adalah assement yang berarti proses penilaian untuk menggambarkan
prestasi atau tingkat keberhasilan siswa sesuai kriteria yang telah ditetapkan.
Mata pelajaran Mengenal dan Mengoperasikan Mesin Proses (MMP) adalah salah satu
mata diklat yang diberikan di kelas X Program Keahlian Teknik Permesinan SMK Negeri 4
Kota Serang. Dalam dasar kejuruan dan kompetensi kejuruan tahun 2009 dimana pelajaran
32
C. Kerangka Berpikir
Menurut Winarno Surakhmad yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (Arikunto. 1997:97),
“Anggapan dasar atau postulat adalah sebuah titik tolak pemikiran yang kebenarannya
Berdasarkan pengertian diatas, maka dalam penelitian ini sebagai titik tolak pemikiran,
1. Penggunaan metode CTL adalah salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
2. Penggunaan metode CTL adalah salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi
4. Materi Mata Diklat MMP yang disampaikan sesuai dengan GBPP yang berlaku di
5. Nilai raport Mata Diklat MPP yang diberikan oleh guru melalui prosedur evaluasi
D. Hipotesis Tindakan
yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data
“Terdapat pengaruh penggunaan metode CTL terhadap prestasi belajar pada Mata
33
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
(SMKN) 4 Kota Serang, adapun sekolah tersebut beralamat di Jalan Raya Serang-Petir KM.4
Dalam penelitian ini penulis mengambil populasi seluruh siswa kelas X Program
Keahlian Teknik Permesinan SMKN 4 Kota Serang tahun ajaran 2011/2012 yang diajarkan
Seluruh guru berkualifikasi Ijazah S1 dengan program studi yang relevan dengan bahan
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) model Contextual Teaching Learning (CTL). Karena penelitian ini tertuju pada
34
pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, serta ingin mengetahui penggunaan media
proyektor pada mata pelajaran Mengenal dan Mengoperasikan Mesin Proses (MMP)
C. SIKLUS PENELITIAN
Penulis akan melakukan dua kali pengumpulan data, pada pengumpulan data yang
pertama dilakukan untuk mencari data awal sebelum treatment dilakukan. Pengumpulan data
D. Kriteria Keberhasilan
Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah jika prestasi belajar siswa 100% memenuhi
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, instrumen utama yang digunakan untuk pengumpulan data adalah
angket atau kuesioner yang akan diberikan kepada seluruh siswa/i kelas X jurusan teknik
pemesinan.
F. Analisis Data
Teknik analisis data diarahkan pada pengujian hipotesis yang diajukan. Uji statistik data
yang digunakan dalam menganalisis data lebih dahulu harus diperhatikan apakah data itu
berskala ordinal atau interval. Jika data berskala ordinal atau nominal maka uji statistiknya
adalah analisis non parametric. Sedangkan jika datanya berskala interval atau rasional, maka
analisis datanya adalah analisis parametrik. Prosedur yang ditempuh dalam menganalisa data
35
1. Persiapan
2. Tabulasi
a) memberi skor pada setiap item-item jawaban yang telah dijawab oleh
responden.
G. Kolaborasi
H. Jadual Penelitian
No Kegiatan Bulan/Tahun
1. Studi Pustaka V V V V V V
2. Penjajakan lokasi V V
3. Konsultasi Judul V V
4. Penulisan Proposal V V V V V
36
I. Biaya
J. Data Peneliti
K. Daftar Pustaka
Dunkin, M.J. dan Biddle, B.J. 1974. The Study of Teaching. New York: Rinehart and
Wsiton Inc.
Nurdin, Muhamad. 2004. Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogyakarta: Prisma Sophie.
Sagala, Syaiful. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan
Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
37
Depdiknas. Direktorat Pembinaan SMA. 2009. Pengembangan Pembelajaran Yang
Efektif. Bahan Bimbingan Teknis KTSP. Jakarta. Ibrahim R, Syaodih S Nana. 2003.
Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Sudjana, Nana. 1989. Cara Belajar
Siswa Aktif dalam Proses Belajar Menga-jar. Bandung: Sinar Baru
38