PENDAHULUAN
LAPORAN KASUS
Umur : 41 tahun
JenisKelamin : Laki-Laki
Agama : Islam
2.2 Anamnesa
Keluhan utama :
Kaki Kiri patah Akibat tertimpa beton sejak 8 jam SMRS
Riwayat penyakit sekarang :
Pasien datang dengan keluhan kaki kiri patah akibat tertimpa beton sejak 8 jam
SMRS. Pasien merupakan pekerja bangunan di Sungai rengas, 8 jam SMRS pasien
masih berkativitas seperti biasanya mengerjakan pekerjaan untuk membuat saluran air
di jalan besar, pada saat pasien berada di dalam saluran air tersebut, beton yang ingin
di tutup ke saluran air tersebut terjatuh dan tertimpa lengan sebelah kanan yang berat
beton tersebut sekitar 1 ton 20 kg, kemudian serpihan beton tersebut melukai
beberapa bagian di bagian dada pasien dan tepi beton tersebut menimpa tungkai kaki
kiri bagian bawah sehingga menjadi robek. Pasien tidak mengeluhkan adanya mual
dan muntah, pusing (-), demam (-), sesak (-). Pasien juga mengatakan bahwa pasien
juga masih dalam keadaan sadar, dan masih bisa mengangkat bahu dan lengan kanan
nya, serta masih dapat menggerakkan kaki sebelah kiri walaupun ada rasa nyeri. Rasa
kesemutan atau rasa baal (-).kemudian os di bawa kepusksesmas dan dirujuk ke
RSUD Raden Mattaher dengan posisi luka robek sudah di jahit dan di lakukan
imobilisasi dengan menggunakan kayu.
Os tidak pernah mengalami cidera serupa, tidak ada riwayat operasi, riwayat
hipertensi, DM, alergi tidak ada
Riwayat penyakit Jantung, Hipertensi, DM, Asma serta alergi obat disangkal
b. Secondary Survey
Status Generalis
Status gizi :
- BB = 60 kg
- TB = 160 cm
- IMT = 23, 43 (baik)
Pemeriksaan kepala dan Leher :
- Kepala : Normocephal, rambut hitam dan tidak mudah dicabut
- Mata : Refleks Cahaya(+/+), pupil isokor Konjungtiva Anemis (-/- ),
Sklera Ikterik (-/-), Edema Palpebra (-), jejas (-)
- THT :
Telinga : Normotia, Sekret (-/-), Nyeri Tekan Tragus (-)
Hidung : Sekret (-),Deviasi Septum (-), Nafas Cuping Hidung (-
)
Mulut : Mukosa Bibir Kering (-), Pucat (-), Sianosis (-),Lidah
Kotor (-)
- Leher : Pembesaran KGB (-), Pembesaran Tiroid (-), JVP 5-2 cmH2O
- Pemeriksaan Thoraks
Paru :
(anterior)
- Inspeksi : bentuk dada normal, gerakan dinding dada simetris,
penggunaan otot-otot bantu pernapasan (-), sela iga melebar (-) spider
nevi(-), jejas (-),vulnus oxcoriatum (+)
- Palpasi : Fremitus Taktil kanan sama dengan kiri, nyeri tekan (-)
- Perkusi : Hipersonor pada kedua paru
- Auskultasi : Vokal Fremitus kanan sama dengan kiri, ronkhi (-),
wheezing (-)
(posterior)
c. Pemeriksaan Abdomen
- Inspeksi : perut datar, kolateral vena (-), jejas (-)
- Auskultasi : bising usus (+) normal
- Palpasi :supel, nyeri tekan (-),nyeri lepas (-),defans muscular (-
), hepar tidak teraba, lien tidak teraba, ginjal tidak
teraba, turgor kulit baik.
- Perkusi : timpani pada seluruh regio abdomen, shifting dullness
(-)
d. Pemeriksaan ekstremitas:
- Superior dextra et sinistra
L : deformitas (-),
F : Nyeri tekan (-), krepitasi (-), akral hangat, CRT < 2 detik
M : Gerakan aktif (sinistra) dan pasif terbatas (dextra), ROM bebas,
refleks fisiologis ++/++, refleks patologis -/-
- Inferior dextra et sinistra
L : jejas (+) (dextra), deformitas (+) regio tibia sinistra, vulnus
laceratum ( regio tibia sinistra) diameter 8 cm
F : Nyeri tekan (+), krepitasi sulit dinilai, akral hangat, CRT < 2
detik
M : Gerakan aktif(dextra)dan pasif terbatas (sinistra), refleks fisiologis
++/++, refleks patologis -/-
Pemeriksaan Penunjang
Open fraktur os tibia sinistra 1/3 distal grade IIIA transverse displace
1. Non farmakalogis
dilakukan pembersihan pada area luka, penjahitan luka, luka dibalut
dilakukan pemasangan spalk
puasa sebelum operasi
2. Farmakologi
IVFD RL 20 tetes/menit
Inj.Ranitidin 2x1 amp
Inj ceftriaxon 1x2 g
Imobilisasi tibia dengan pemasangan spalk
2.7 Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quoad sanationam : dubia ad bonam
Laporan Operasi
Tanggal : 25- Mei 2019/ 08.40 Wib
Nama : Tn.AH
Operator : dr.Humaryanto,Sp.OT, M.Kes
1. GA
2. Posisi telentang
3. Cleansing scrubing reabing
4. Insisi kutis subkutis fascia daerah subclavicula dextra
5. Diseksi jaringan sekeliling
6. Tampak fraktur os cklavucula dextra 1/3 tengah communited displace
7. Di lakukakn reposisi dan fiksasi dengan pemasangan k-wray
8. Cuci luka
9. Rawat perdarahan
10. Jahit luka
11. Tampak vulnus lacseratum diameter 8 cm sisi medial distal cruris sinistra
transverse displace grade IIIA
12. Dilakukan debridement
13. Reposisi dan fiksasi pemasangan k-wray
14. Perdarahan
15. Cuci luka
16. Pasang drain
17. Tutup luka
18. Pasang posterior slop
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Anatomi Tulang Klavikula
Os clavicula (tulang selangka) berhubungan dengan os sternum di sebelah
medial dan di lateral tulang ini berhubungan dengan os scapula pada acromion yang
dapat diraba sebagai tonjolan di bahu bagian lateral. Tulang ini termasuk jenis tulang
pipa yang pendek, walaupun bagian lateral tulang ini tampak pipih. Bentuknya seperti
huruf S terbalik, dengan bagian medial yang melengkung ke depan, dan bagian lateral
agak melengkung ke belakang. Permukaan atasnya relatif lebih halus dibanding
dengan permukaan inferior. Ujung medial atau ujung sternal mempunyai facies
articularis sternalis yang berhubungan dengan discus articularis sendi atau articulatio
sternoclavicularis.2
3.2 Patomekanisme
Fraktur clavicula paling sering disebabkan oleh karena mekanisme kompressi
atau penekanan, paling sering karena suatu kekuatan yang melebihi kekuatan
tulang tersebut dimana arahnya dari lateral bahu apakah itu karena jatuh,
keeelakaan olahraga, ataupun kecelakaan kendaraan bermotor.2
Pada daerah tengah tulang clavicula tidak di perkuat oleh otot ataupun
ligament-ligament seperti pada daerah distal dan proksimal clavicula. Clavicula
bagian tengah juga merupakan transition point antara bagian lateral dan bagian
medial. Hal ini yang menjelaskan kenapa pada daerah ini paling sering terjadi
fraktur dibandingkan daerah distal ataupun proksimal.3
3.3 Diagnosis
Gambaran klinis pada patah tulang klavikula biasanya penderita datang
dengan keluhan jatuh atau trauma. Pasien merasakan rasa sakit bahu dan
diperparah dengan setiap gerakan lengan. Pada pemeriksaan fisik pasien akan
terasa nyeri tekan pada daerah fraktur dan kadang-kadang terdengar krepitasi
pada setiap gerakan. Dapat juga terlihat kulit yang menonjol akibat desakan dari
fragmen patah tulang. Pembengkakan lokal akan terlihat disertai perubahan warna
lokal pada kulit sebagai akibat trauma dan gangguan sirkulasi yang mengikuti
fraktur. Untuk memperjelas dan menegakkan diagnosis dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang.4
Evaluasi pada fraktur clavicula yang standar berupa proyeksi anteroposterior
(AP) yang dipusatkan pada bagian tengah clavicula. Pencitraan yang dilakukan
harus cukup luas untuk bisa menilai juga kedua AC joint dan SC joint. Bisa juga
digunakan posisi oblique dengan arah dan penempatan yang baik. Proyeksi AP
20-60° dengan cephalic terbukti cukup baik karena bisa meminimalisir struktur
toraks yang bisa mengganggu pembacaan. Karena bentuk dari clavicula yang
berbentuk S, maka fraktur menunjukkan deformitas multiplanar, yang
menyebabkan susahnya menilai dengan menggunakan radiograph biasa. CT scan,
khususnya dengan 3 dimensi meningkatkan akurasi pembacaan.4
3.4 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada fraktur clavicula ada dua pilihan yaitu dengan tindakan
bedah atau operative treatment dan tindakan non bedah atau konsevatif.5
Pada orang dewasa dan anak-anak biasanya pengobatannya konservatif tanpa
reposisi, yaitu dengan pemasangan mitela. Reposisi tidak diperlukan, apalagi pada
anak karena salah-sambung klavikula jarang menyebabkan gangguan pada bahu,
baik fungsi maupun keuatannya. Kalus yang menonjol kadang secara kosmetik
mengganggu meskipun lama-kelamaan akan hilang dengan proses pemugaran.
Yang penting pada penggunaan mitela ialah letak tangan lebih tinggi daripada
tingkat siku, analgetik, dan latihan gerak jari dan tangan pada hari pertama dan
latihan gerak bahu setelah beberapa hari.6
Tidakan pembedahan dapat dilakukan apabila terjadi hal-hal berikut :5
1. Fraktur terbuka.
2. Terdapat cedera neurovaskuler.
3. Fraktur comminuted.
4. Tulang memendek karena fragmen fraktur tumpang tindih.
5. Rasa sakit karena gagal penyambungan (nonunion).
6. Masalah kosmetik, karena posisi penyatuan tulang tidak semestinya
(malunion).
3.5 Komplikasi
Komplikasi akut :4
- Cedera pembuluh darah
- Pneumouthorax
- Haemothorax
Komplikasi lambat :6
- Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu
semestinya, namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.
- Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 4 sampai 6 bulan
3.6 Prognosis
Prognosis jangka pendek dan panjang sedikit banyak bergantung pada berat
ringannya trauma yang dialami, bagaimana penanganan yang tepat dan usia
penderita. Pada anak prognosis sangat baik karena proses penyembuhan sangat
cepat, sementara pada orang dewasa prognosis tergantung dari penanganan, jika
penanganan baik maka komplikasi dapat diminimalisir.6
3.8 Fraktur
3.8.1 Definisi
Fraktur adalah suatu kondisi terputusnya kontinuitas dari jaringan
tulang yang diakibatkan oleh trauma langsung atau tidak langsung maupun
patologis. Fraktur dapat bersifat tunggal maupun multiple dimana pada
fraktur ini dapat mengenai beberapa tulang yang terjadi secara bersamaan dan
dapat menimbulkan beberapa macam masalah.8
3.8.2 Klasifikasi
Berdasarkan etiologinya, fraktur diklasifikasikan sebagai berikut :8.9
1) Fraktur traumatik : terjadi karena trauma yang tiba-tiba mengenai tulang dengan
kekuatan yang besar dan tulang tidak mampu menahan trauma tersebut sehingga
terjadi patah.
2) Fraktur patologis : terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis di dalam tulang. Fraktur patologis terjadi pada tulang yang lemah
karena tumor atau proses patologis lainnya. Tulang sering kali tampak penurunan
densitas.
3) Fraktur stress : terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu.
Secara umum, keadaan fraktur secara klinis dapat diklasifikasikan sebagai
berikut : 8.9
a) Fraktur tertutup : fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit sehingga
tempat fraktur tidak tercemar oleh lingkungan / tidak mempunyai hubungan
dengan dunia luar.
b) Fraktur terbuka : fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui
luka pada kulit dan jaringan lunak depat berbentuk from within (dari dalam) atau
fram without (dari luar). Secara klinis pembagian derajat patah tulang terbuka
dipakai klasifikasi menurut Gustilo dan Anderson, yaitu:
1. Patah tulang terbuka derajat 1
Garis patah sederhana dengan luka kurang atau sama dengan 1 cm bersih
2. Patah tulang terbuka derajat II
Garis patah sederhana dengan luka > 1 cm, bersih, tanpa kerusakan jaringan
lunak yang luas atau terjadinya flap atau avulsi
3. Patah tulang terbuka derajat III
Patah tulang yang disertai dengan kerusakan jaringan lunak luas termasuk
kulit, otot, syaraf, pembuluh darah. Patah tulang ini disebabkan oleh gaya
dengan kecepatan tinggi. Masalah yang berkaitan dengan patah tulang derajat
III:
- Patah tulang segmental dengan tanpa memperhatikan besarnya luka. Ini
terjadi oleh karena gaya dengan kecepatan tinggi.
- Luka tembak.
- Kotor, terjadi di sawah atau tempat kotor.
- Gangguan neurovaskuler.
- Amputasi traumatika.
- Lebih dari 8 jam.
Secara sistematis, Gustilo membaginya lagi dalam:
Derajat IIIA : bila patah tulang masih dapat ditutup dengan jaringan lunak.
Derajat IIIB : tulang terbuka, tidak ditutup dengan jaringan lunak, sebab
jaringan lunak termasuk periosteum, sangat berperan dalam proses
penyembuhan. Pada umumnya terjadi kontaminasi serius.
Derajat IIIC : terdapat kerusakan pembuluh darah arteri.
1. Apley AG, Solomon Luis. Apley’s System of Orthopaedics and Fracture. 7th
Edition.Jakarta:Widya Medika
2. Wibowo DS, Paryana W. Anggota gerak atas. In: Anatomi Tubuh Manusia.
Bandung: Graha Ilmu Publishing, 2009, p.3-4.
3. Rasjad C. Trauma. In: Pengantar ilmu bedah ortopedi. 6th ed. Jakarta: Yarsif
Watampone, 2009, p. 355-356.
4. Wright M. Clavicle Fracture. [Cited] April, 20th 2010. Available from: URL:
http://www.patient.co.uk/doctor/Fractured-Clavicle.htm Accessed: November
22th 2012.
5. Abbasi D. Clavicle Fractures. [Cited] November, 9th 2012. Available from:
URL: http://www.orthobullets.com/trauma/1011/clavicle-fractures Accessed:
November 22th 2012.
6. Sjmsuhidajat R, Jong WD. Sistem muskuloskeletal. In: Buku ajar ilmu bedah.
2nd ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2004, p. 841.
7. Bucholz RW, Heckman JD, Cour-Brown C, at al., eds. Rock Wood and Green.
Fractures in adults.6th ed. Philadelphia Lippincott Wiliiams &
Wilkins;2006.p.2081-93
8. Apley, A.G.,L. Solomon. Buku Ajar Ortopedi Fraktur Sistem Apley. Edisi7.
Jakarta: Widya Medika. 1995.
9. Schwartz. Ortopedi Dalam Intisari prinsip-prinsip Ilmu bedah, Edisi 6, EGC,
Jakarta. 2000.
10. Sjamsuhidajat, R., W.D. Jong.. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit Buku
Kedokteran. Jakarta. EGC. 2004.
11. Rasjad, Chairuddin. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi: Bab 14 Trauma.
Makassar: Bintang Lamumpatue.