PENDAHULUAN
Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari
permukaan sendi dan tidak lagi bersentuhan (Apley, 1995). Dislokasi menyebabkan
terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi bisa mengenai
komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh komponen tulang dari
tempat yang seharusnya.
Dari sebuah studi pada penderita dislokasi yakni didapatkan dari 71,8 persen laki-
laki yang mengalami dislokasi , 46.8 persen penderita berusia antara 15-29 tahun; 48,3
persen terjadi akibat kegiatan olahraga, dan 37 persen dari semua cedera olahraga yaitu
pada olahraga sepakbola dan basket. Pada wanita, tingkat dislokasi yang lebih tinggi
terlihat di antara penderita yang berusia > 60 tahun. Peningkatan ini terutama diakibatkan
oleh kejadian terjatuh di rumah (Owens, 2010)
1.2 Tujuan
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN:
II. ANAMNESIS
Riwayat Pengobatan:
Pasien belum pernah berobat ke dokter
1. Status Generalis
Vital sign :
Tekanandarah: 120/80mmHg
Nadi: 92x/menit
Suhu: 36.3C
Pernafasan: 22x/menit
Kepala dan Leher :
Konjungtiva anemis : (-/-)
Sklera ikterik : (-/-)
Pupil isokor : ( 2mm/ 2mm)
Sianosis : (-)
Dyspneu : (-)
Pembesaran KGB : (-)
Jejas : (-)
Thorax
Paru :
I : simetris kanan dan kiri, retraksi (-)
P : gerakan nafas thorax kanan dan kiri simetris
P : perkusi paru sonor kanan dan kiri
A : suara nafas dasar vesikuler, wheezing -/-, rhonki -/-
Jantung :
I: iktus kordis tidak terlihat
P: iktus kordis teraba dan kuat angkat
P: batas jantung dalam batas normal
A:bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : soefl
A : bising usus (+) normal
P : nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
P : timpani
Ekstremitas
Atas : Akral hangat +/+, oedem -/-, jejas -/-, memar -/-, luka -/-
Bawah : Akral hangat +/+, oedem -/-, jejas -/-, memar +/-, luka -/-
2. Status lokalis : Regio dorsum pedis dekstra
Look
Tampak deformitas pada punggung dan pergelangan kaki, pergelangan
kaki kanan tidak sama dengan pergelangan kaki kiri
Feel
Tenderness (+), hangat (+), krepitasi (+), CRT <2, pulsasi arteri
dorsalis pedis +/+
Move
Tidak dapat digerakkan akibat nyeri
Kekuatan motorik :
- 55 55
33 55
iii. Rotasi lateral dan rotasi medial tidak dapat dilakukan karena nyeri
III. Hasil Pemeriksaan Radiologi
V. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD waled bersama suaminya karena kaki kanan
pasien di bagian pergelangan tidak dapat digerakan. Selain tidak dapat digerakan kaki
pasien terasa sangat nyeri, keluhan tersebut dialami pasien 1 jam yang lalu. Pasien
dan suaminya mengalami kecelakaan motor dengan daerah pergelangan kaki kanan
yang terlindas ban motor pasien sendiri, kaki dirasakan mulai membengkak disertai
nyeri yang hebat. Sesaat setelah kejadian pasien segera dilarikan ke rumah sakit.
Look
Tampak deformitas pada punggung dan pergelangan kaki, pergelangan
kaki kanan tidak sama dengan pergelangan kaki kiri
Feel
Tenderness (+), hangat (+), krepitasi (+), CRT <2, pulsasi arteri
dorsalis pedis +/+
Move
Tidak dapat digerakkan akibat nyeri
Kekuatan motorik :
- 55 55
33 55
vi. Rotasi lateral dan rotasi medial tidak dapat dilakukan karena nyeri
VII. PENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Operatif : ORIF
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
TINJAUAN PUSTAKA
Sendi pergelangan kaki terdiri atas sebuah kantung yang dibentuk poleh ujung-ujung
bawah tibia dan fibula, yang cocok dengan bagian atas corpus tali. Talus dapat digerakkan
pada sumbu transversal dengan cara mirip engsel, karena itu pergelangan kaki tergolong
sendi sinovial jenis engsel. Bentuk tulang-tulang dan kekuatan ligamen-ligamen dan tendon
di sekitarnya menjadikan sendi kuat dan stabil. (Moore & Agur, 2002 ; Snell, 1998)
Permukaan Articular
Ujung-ujung distal tibia dan fibula membentuk sebuah sosok (lekuk dalam) yang
mencakup talus. Permukaan medial malleolus lateralis bersendi dengan permukaan lateral
talus. Tibia bersendi dengan talus di dua tempat, yaitu permukaan inferior tibia membentuk
atap sosok tadi, malleolus medialis tibia bersendi dengan permukaan medial talus. (Moore
& Agur, 2002)
10
Kedua malleolus memegang talus erat-erat sewaktu tulang ini berumbang-ambing ke
depan dan ke belakang pada gerak sendi pergelangan kaki. Sendi pergelangan kaki bersifat
amat stabil pada dorsofleksi karena pada posisi ini permukaan artikular superior talus
(trochlea), mengisi pebuh sosok yang dibentuk oleh kedua malleolus. Cengkraman kedua
malleolus pada talus adalah paling kuat jika kaki berada dalam posisi dorsofleksi karena
gerak demikian mendorong bagian trochlea ke belakang, dan sedikit memencarkan tibia
dan fibula. Pemencaran demikian dibatasi oleh ligamentum interosseum yang kuat dan oleh
ligamentum tibiofibulare interior posterius yang mempersatukan tulang-tulang tungkai
bawah. Pada fleksi plantar kaki sendi pergelangan kaki relatif kurang stabil karena
permukaan artikular proksimal talus lebih sempit di sebelah posterior dan menempati sosok
tibiofibular hanya untuk sebagian. (Moore & Agur, 2002)
Simpai Sendi
Capsula fibrosa bersifat tipis di sebelah depan dan belakang, tetapi pada kedua sisi
diperkuat oleh ligamentum collaterale yang kuat. Proksimal simpai melekat pada tepi
permukaan artikular tibia dan kedua malleolus dan distal pada talus. (Moore & Agur, 2002)
Ligamentum
11
Di sebelah lateral capsula fibrosa diperkuat oleh ligamentum lateral yang lebih lemah
dari ligamentum mediale yang terdiri tiga bagian: (Moore & Agur, 2002 ; Snell, 1998)
Ligamentum talofibulare anterius yang lemah, carik yang pipih yang berjalan dari
melleolus lateralis ke permukaan lateral tallus.
Ligamentum talofibulare posterius, berkas tebal dan cukup kuat, melintas horisontal
dalam arah medial, sedikit posterior terhadap fossa malleoli ke tuberculum laterale
tali.
Ligamentum calcaneofibulare, seutas tali yang bulat, melintas dalam arah
posteroinferior dari ujung malleolus lateralis ke permukaan lateral calcaneus.
12
Membrana Sinovial. Membran ini melapisi simpai dan berjalan sedikit ke atas di depan
ligamentum interosseum artikulasio tibiofibularis inferior. (Snell, 1998)
Perdarahan. Arteri-arteri berasal dari rami malleolares arteriae fibularis dan arteria tibialis
posterior dan anterior. (Moore & Agur, 2002)
Persarafan. Saraf-saraf berasal dari nervus tibilais dan nervus fibularis profundus, cabang
nervus fibularis communis. (Moore & Agur, 2002)
Pergerakan
Fleksio (jari-jari kaki menuju ke atas) dan plantar fleksio ( jari-jari menuju ke
bawah). Dorsofleksio dikerjakan oleh m. tibialis anterior, m. extentor hallucis longus, m.
extensor digitorum longus, dan m. peroneus tertius. Peristiwa inidibatasi oleh tegangnya
tendon calcaneus, serat-serat posterior lig. Mediale, dan lig. Calcaneofibulare.
Plantarfleksio dikerjakan oleh m. gastrocnemius, m. soleus, m. plantaris, m. peroneus
longus, m. peroneus brevis, m. tibialis posterior, m. pleksor digitorum longus, dan m.
fleksor hallucis longus. Peristiwa ini dibatasi oleh tegangganya otot berlawanan, serat-serat
anterior lig. mediale, dan lig. talofibulare anterius. (Snell, 1998)
13
medialis dan lateralis, yang menyebabkannya agak terpisah dan mengencangkan ligamen
art. tibiofibularis inferior. Susunan demikian sangat menambah kestabilan sendi
pergelangan kaki bila kaki sedang dalam posisi awal gerak maju dalam berjalan, berlari,
atau melompat. Sedangkan bila sendi pergelangan kaki dalam keadaan plantar fleksio
sempurna, ligamen dari art. tibiofibularis inferior kurang diregangkan, dan memungkinkan
sedikit rotasi, abduksio, dan aduksio. (Snell, 1998)
Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari
permukaan sendi. Dislokasi ditandai dengan keluarnya bongkol sendi dari mangkok sendi
atau keluarnya kepala sendi dari mangkoknya. Bila hanya sebagian yang bergeser disebut
subluksasi dan bila seluruhnya disebut dislokasi.
Dislokasi ankle adalah suatu kondisi yang ditandai oleh kerusakan dan robeknya
jaringan ikat sekitar sendi pergelangan kaki dengan perpindahan tulang. Dikatakan
Recurrent apabila terjadi suatu dislokasi berulang sedangkan Habitual apabila dislokasi
dapat diprofokasikan sendiri oleh penderitanya, keadaan ini bersifat kongenital atau akibat
injeksi berkali-kali (biasanya antibiotika) ke dalam otot (Apley, 1995).
14
3.3 Etiologi dislokasi
15
3.5 Klasifikasi dislokasi
Klasifikasi dislokasi menurut penyebabnya adalah:
1. Dislokasi kongenital
Hal ini terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan seseorang,
paling sering terlihat pada daerah panggul (hip).
2. Dislokasi spontan atau patologik
Hal ini dapat terjadi akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar
sendi. misalnya tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh
kekuatan tulang yang berkurang.
3. Dislokasi traumatik
Dislokasi traumatik adalah suatu kedaruratan ortopedi, yang
memerlukan pertolongan segera. Hal ini membuat sistem vaskularisasi
terganggu, susunan saraf rusak dan serta kematian dari jaringan. Trauma
yang kuat membuat tulang keluar dari posisi anatomisnya dan mengganggu
jaringan lain seperti merusak struktur sendi, ligamen, saraf, dan sistem
vaskular. Seringkali terjadi pada orang dewasa. Bila tidak ditangani dengan
segera dapat terjadi nekrosis avaskuler (kematian jaringan akibat anoksia
dan hilangnya pasokan darah) dan paralisis saraf.
17
2. Dislokasi sendi siku tangan (elbow joint)
18
Gambar 6. Dislokasi Sendi Panggul
Dislokasi sendi panggul terbagi menjadi dua yaitu dislokasi anterior dan dislokasi
posterior tergantung berat atau tidaknya trauma tersebut.
1. Dislokasi Posterior 90% dislokasi ini terjadi pada daerah panggul, dimana
tulang femur terdorong keluar dari socket atau acetabulum arah ke belakang
(backward direction). Dislokasi posterior ditandai dengan pergelangan kaki atas
(tulang femur) yang berotasi interna dan adduksi, panggul dalam posisi fleksi
namun pada bagian lutut serta pergelangan kaki bawah justru pada posisi yang
berkebalikan. Biasanya disertai juga dengan penekanan dari nervus ischiadicus.
2. Dislokasi Anterior (Obturator Type) Dislokasi ini sering disebabkan
tekanan hiperekstensi melawan tungkai yang abduksi sehingga caput femur
terangkat dan keluar dari acetabulum, caput femur terlihat di depan acetabulum
socketnya dengan arah maju ke depan (forward direction) sehingga daerah
panggul mengalami abduksi dan rotasi eksterna menjauhi dari bagian tengah
tubuh.
19
1C Terdapat fraktur dari acetabulum
Tipe 2 : Dislokasi inferior termasuk obturator dan perineal
2A Tidak terdapat fraktur
2B Terdapat fraktur atau impaksi dari caput femur
2C Terdapat fraktur acetabulum
20
Gambar 7. Dislokasi Sendi Lutut
21
Dislokasi pergelangan kaki biasanya terjadi akibat trauma atau terjadi
dorongan yang keras terhadap tulang pergelangan sehingga terpisah. Hal ini
dapat terjadi akibat benturan langsung, kecelakaan motor atau pun cedera berat
pada pergelangan tersebut (severe sprain). Mekanisme dari dislokasi ini terjadi
sebagai kombinasi dari posisi plantar flexi pada bagian pergelangan kaki namun
kaki juga mengalami baik inversi maupun eversi agar dapat menahan beban.
Seseorang dengan dislokasi pada pergelangan kakinya biasanya akan
merasakan nyeri yang sangat hebat ketika mengalami cedera. Nyeri tersebut
bahkan dapat membuat pasien tidak dapat melakukan aktivitas serta menahan
beban sama sekali. Nyeri biasanya dirasakan pada bagian pergelangan kaki
namun dapat terjadi penjalaran nyeri pada bagian kaki sekitarnya. Nyeri sendiri
dapat dirasakan ketika bagian pergelangan kaki tersebut disentuh. Selain nyeri
didapatkan juga bengkak dalam hal ini. Pergerakan dari sendi lutut ini juga
akan semakin terbatas akibat membengkaknya daerah sendi dalam hal ini. Mati
rasa atau kebas dan kesemutan juga dapat dirasakan.
3.6 Diagnosis
1. Anamnesis
Pada anamnesis perlu ditanyakan mengenai adanya riwayat trauma, bagaimana
mekanisme terjadinya trauma, apakah terasa ada sendi yang keluar, bila trauma
minimal, hal ini dapat terjadi pada dislokasi rekuren atau habitual.
2. Pemeriksaan Fisik
Look
a) Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami
dislokasi
b) Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami
dislokasi
c) Tampak adanya perubahan warna (lebam) pada daerah yang mengalami
dislokasi sendi
22
Feel
Didapatkan nyeri tekan pada daerah sendi yang cedera.
Move
Akan terlihat keterbatasan pada pergerakan sendi baik pada pergerakan sendi
secara aktif maupun pasif serta ketidakstabilan pada pergerakan pasien serta
dinilainya kekuatan otot pada daerah persendian.
Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan neurologis pada daerah persendian
yang mengalami cedera untuk mengetahui apakah terdapat cedera persarafan
pada daerah tersebut yang dapat menjadi komplikasi dini dari dislokasi.
3. Pemeriksaan Penunjang
a) X-Ray : dilakukan pemeriksaan berupa foto rontgen pada daerah dari
persendian yang mengalami cedera, hal ini juga dilakukan guna memastikan
apakah terdapat fraktur juga pada tulang di daerah persendian. Bisa juga
dilakukan pemeriksaan radiologi melalui CT Scan ataupun MRI.
b) Arteriogram : hal ini dilakukan guna melihat apakah terdapat cedera pada
pembuluh darah pada daerah persendian yang mengalami dislokasi.
23
3.7 Gambaran Klinis
Adanya mati rasa atau tebal dan kesemutan pada daerah persendian
Adanya rasa nyeri terutama bila sendi tersebut digunakan atau diberikan beban
Pergerakan dari sendi yang menjadi sangat terbatas
Terdapat bengkak dan kebiruan atau memar pada daerah persendian.
Sendi terlihat tidak pada posisi sebenarnya, adanya perubahan warna maupun
bentuk (adanya deformitas yaitu hilangnya tonjolan tulang yang normal)
Dislokasi posterior merupakan kondisi yg paling umum pada dislokasi ankle.
Talus yang bergerak kearah posterior menghasilkan distrupsi sindemosis
tibiofibular ( jenis sendi dengan tulang-tulang yang disatukan oleh jaringan ikat
fibrosa yang membentuk membran atau ligamen antarulang) pada dislokasi
posterior.
Kondisi dislokasi anterior terjadi akibat tekanan posterior menyebabkan tibia
menjadi dorsofleksi.
Dislokasi lateral terjadi akibat tekanan inversi atau rotasi internal-eksternal dari
ankle. Kondisi ini sering disertai adanya fraktur maleolus lateralis atau fraktur
tibia.
Dan dislokasi superior disertai dengan fraktur kalkaneus sehingga perlu dievaluasi
adanya injuri spina.
3.8 Penanganan
Penanganan Umum
Penanganan umum untuk semua pasien trauma tetap berpegang pada prinsip ATLS
(Advanced Trauma Life Support) yakni selalu menangani hal-hal yang mengancam nyawa
terlebih dahulu meliputi airway, breathing dan circulation. Pada dislokasi akut jarang
diperlukan tindakan terbuka, meskipun demikian tindakan yang dilakukan dengan paksa
harus dilakukan secara hati-hati karena dapat menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih
berat ataupun komplikasi fraktur. Yang perlu diingat adalah dapat terjadi interposisi
24
jaringan lunak yang menghalangi usaha reposisi kita yang sering kali memaksa kita untuk
melakukan tindakan terbuka ( Crenshaw, 1992)
1. Relokasi : Penanganan yang dilakukan pada saat terjadi dislokasi adalah melakukan
reduksi ringan dengan cara menarik persendian yang bersangkutan pada sumbu
memanjang. Tindakan reposisi ini dapat dilakukan di tempat kejadian tanpa
anastesi. Namun tindakan reposisi tidak bisa dilakukan dengan reduksi ringan, maka
diperlukan reposisi dengan anastesi lokal dan obat obat penahan rasa sakit.
Reposisi tidak dapat dilakukan jika penderita mengalami rasa nyeri yang hebat,
disamping tindakan tersebut tidak nyaman terhadap penderita bahkan dapat
menyebabkan syok neurogenik, ataupun menimbulkan fraktur. Dislokasi sendi
dasar misalnya dislokasi sendi panggul memerlukan anestesi umum terlebih dahulu
sebelum direposisi.
2. Imobilisasi : sendi diimobilisasi dengan pembalut, bidai, gips atau traksi dan dijaga
agar tetap dalam posisi stabil, beberapa hari beberapa minggu setelah reduksi
gerakan aktif lembut tiga sampai empat kali sehari dapat mengembalikan kisaran
sendi, sendi tetap disangga saat latihan.
3. Dirujuk : Dislokasi yang kadang disertai oleh cederanya ligamen bahkan fraktur
pada tulang yang dapat semakin memperparah hal tersebut, maka untuk mencegah
hal tersebut setelah dilakukan pemeriksaan dan penanangan awal maka perlu
dilakukan rujukan segera kepada spesialis ortopedi sehingga dapat diperiksa dan
ditangani lebih lanjut (dapat dilakukannya operasi atau tindakan pembedahan)
25
Indikasi untuk dilakukan operasi atau pembedahan diantaranya :
1. Pada seseorang dengan dislokasi yang disertai fraktur di daerah sekitar
persendian
2. Pada dislokasi yang tidak dapat direposisi secara tertutup
3. Pada dislokasi yang memilki resiko ketidakstabilan dari sendi berulang,
osteonekrosis, serta arthritis pasca trauma
Indikasi
Bila hasil reposisi tidak stabil. Biasanya bila ada fragment tulang (fraktur dilokasi)
Adanya cedera vascular sebelum reposisi dan masih tetap terjadi setelah reposisi
Kasus lama (neglected case). Operasi dilakukan dengan metode Bristow. labium
glenoid dan kapsul yang robek dan metode Putti-Platt untuk memendekkan kapsul
anterior dan subskapularis dengan perbaikan tumpang tindih. Metode operasi lain
yang dilakukan adalah metode Bankart untuk memperbaiki.
1) Cedera pada saraf yang dapat menyebabkan kelemahan pada daerah otot yang
dipersarafi.
2) Cedera pada pembuluh darah di tulang, bahkan dapat menyebabkan avaskuler
nekrosis (osteonekrosis).
3) Fraktur dislokasi, yang akan semakin memperburuk keadaan dari pasien
26
3.10 Prognosa (Rasjad, 2007)
27
BAB IV
PEMBAHASAN
Dislokasi adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran secara total dari permukaan
sendi. Dislokasi ankle adalah suatu kondisi yang ditandai oleh kerusakan dan robeknya
jaringan ikat sekitar sendi pergelangan kaki dengan perpindahan tulang.
Anamnesa
Kasus Teori
1. Pasien mengeluhkan pergelangan Gejala klinis pada dislokasi ankle yang
kaki kanan tidak dapat digerakan biasanya didapatkan pada anamnesa:
dan terasa nyeri 1. Pasien datang dengan suatu trauma.
2. Pergelangan kaki kanan sulit 2. Didapatkan nyeri yang hebat serta
digerakkan sejak 1 jam yang gangguan pergerakan sendi kaki.
lalu. Bahu kanan sulit digerakkan 3. Daerah yang mengalami dislokasi
setelah jatuh dan terlindas motor. akan ditopang dengan kaki lainnya
Terdapat keterbatasan gerak pada untuk mengurangi pergerakan dan
pergelangan kaki kanan, bengkak nyeri yang muncul.
dan nyeri .
Pemeriksaan Fisik
Kasus Teori
Pada pemeriksaan fisik didapatkan: Pada pemeriksaan fisik:
Regio Dorsum Pedis Dextra Inspeksi:
Look : Terdapat perubahan posisi
Tampak deformitas pada punggung dan anggota gerak, dimana terdapat
pergelangan kaki, pergelangan kaki kanan tonjolan pada bagian depan
tidak sama dengan pergelangan kaki kiri ankle akibat tibia yang bergeser
Feel : ke arah anterior
28
Tenderness (+), hangat (+), krepitasi (+), Ekspresi wajah terlihat
pulsasi a. Dorsalis pedis (+), capillary refill kesakitan akibat menahan nyeri
time < 2 Tidak terdapat luka pada daerah
Move : trauma
Sendi kaki : ekstensi (+) terbatas, fleksi (+) Didapatkan ankle terdapat nyeri
terbatas, rotasi lateral dan medial tidak tekan, dan adanya gangguan
dapat dilakukan karena nyeri gerak sendi kaki
Palpasi:
Nyeri tekan (+)
Krepitasi (+)
Pergerakan:
Setiap pergerakan akan
menyebabkan nyeri. Penderita
tidak mampu menggerakkan
kakinya
Ada
keterbatasan/ketidakmampuan
dalam melakukan suatu gerakan.
Pemeriksaan Penunjang
Kasus Teori
Rontgen Ankle Dextra AP Pada pemeriksaan penunjang
(terdapat dislokasi anterior) didapatkan:
Laboratorium Darah Pemeriksaan Radiologis
Leukosit : 11.500 K/L (membantu dalam hal penegakkan
Hemoglobin : 12,7 g/dl jenis dan letak dislokasi) yang
Hematokrit : 37 % umumnya diambil pada dua sisi
Trombosit : 364.000 K/L proyeksi yakni AP dan Lateral.
GDS : 137 mg/dl Pemeriksaan Laboratorium
29
SGOT : 17 U/L Pemeriksaan darah
SGPT : 14,5 U/L lengkap
Ureum : 14,3 mg/dL
Creatinin : 0,84 mg/dL
Bilirubin Total : 0,49 mg/dL
Na : 139 mg/dL
K : 3,7 mg/dL
Cl : 99 mg/dL
Penatalakasanaan
Kasus Teori
IVFD RL 20 tpm Penanganan pasien dengan trauma
Drip tramadol 1 ampul tetap memperhatikan prinsip ATLS
Konsul PPDS OT, advice : yakni ABC
1. MRS Penatalaksanaan kasus dislokasi
2. Pasang spalk dan perban elastis anterior ankle dapat dilakukan
3. Direncanakan reposisi ankle secara konservatif dan operatif
dengan general anestesi. Pilihan terapi konservatif berupa
reposisi tertutup dengan manuver
Laporan Operasi : Kocher dilanjutkan immobilisasi
a. Dilakukan reposisi secara reduksi dengan verban Velpeau atau collar
tertutup (manuver Kocher) dengan cuff selama lebih kurang 3 minggu.
menggunakan general anestesi. Dilakukan reduksi secara terbuka
b. Dilakukan balutan perban elastis apabila reposisi secara tertutup
secara Velpeauw Bandage. gagal dilakukan ataupun karena
sebab lain.
30
BAB V
KESIMPULAN
Telah dilaporkan pasien wanita Ny.T.A dengan usia 45 tahun dengan keluhan utama
pergelangan kaki sulit digerakkan. Dari hasil pemeriksaan fisik pada regio dorsum pedis
dextra tampak deformitas, tampak edema, adanya nyeri tekan, dan pergerakan ekstensi,
fleksi, rotasi lateral, serta rotasi medial terbatas. Kemudian dilakukan pemeriksaan
radiologi yang didapatkan adanya dislokasi anterior regio dorsum pedis dextra. Dari hasil
anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penujang ditegakkan diagnosa sebagai
dislokasi ankle anterior dextra dan dilakukan tindakan open reduction.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley, A Graham & Solomon, Louis. 1995. Ortopedi dan Fraktur sistem Apley. Jakarta
: Widya Medika.
2. Brett Owens, MD, study co-author. March, 2010. Studies show high rates of shoulder
dislocation in young men and elderly women an orthopedic surgeon at the Keller Army
Hospital at West Point, New York and Associate Professor at the Uniformed Services
University of Health Sciences
4. Eko Ardi P, M.Subhan Zuhdi, Tony Wahyu P, Satrio Yudi Er.2011. Dislokasi Pada
Sendi Bahu. Digitasl Library USU.
5. Hardianto Wibowo, dr, Pencegahan dan penatalaksaan cedera olahraga, cetakan I, EGC,
1995.
9. Werner Spalteholz, 2000. Hand atlas of human anatomy, seven edition in English. JB
Lippincott Company
32