Anda di halaman 1dari 4

Nama: Lita Kunaka Rima

NIM: 190103040058

Mata Kuliah: Pengantar Filsafat

Dosen Pengampu: Ridhatullah Assya’bani, M.Ag

Lokal: Psikologi Islam A

1.Pengertian Terapi, Sufi, dan Sufisme

Terapi berasal dari kata “therapeutic” yang berarti kata sifat yang mengandung unsur-
unsur atau nilai-nilai pengobatan. Maka terapi adalah upaya untuk membuat senang, bahagia,
dan tenang orang yang lagi sakit, sehingga ia mampu bertahan dan berusaha melawan rasa
sakitnya, dan berbuah kepada kesembuhan.

Sementara istilah sufi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dimaknai dengan ahli
ilmu tasawuf; ahli ilmu suluk. Sedangkan tasawuf dapat diartikan sebagai suatu ilmu yang
mengajarkan bagaimana meraih derajat sedekat-dekatnya dengan Tuhan. Karena orang yang
paling dekat dengan Tuhan adalah para Nabi dan Rasul. Di dalamnya kemudian ada ajaran
ibadah, mu’amalah dan akhlak sebagai perhiasan bagi Nabi dan Rasul. Insan kamil menjadi
tujuan para sufi, ma’rifatullah menjadi harapan bagi mereka, sehingga mereka menjauhkan
diri dari segala sesuatu yang akan menghalanginya dalam mencapai tujuan tersebut.

2. Metode Terapi dalam Tasawuf

Maqamat adalah hasil kesungguhan dan perjuangan terus menerus, dengan melakukan
kebiasaan-kebiasaan yang lebih baik lagi. Sedangkan ahwal adalah kondisi sikap yang
diperoleh seseorang yang datangnya dari atas karunia Allah swt kepada yang dikehendaki-
Nya. Maqamat dan ahwal tersebut adalah bagian dari proses pencapaian seorang sufi menuju
Tuhannya. Adapun beberapa maqamat dan ahwal yang dapat dinilai sebagai metode terapi
antara lain sebagai berikut:

a. Taubat
Taubat berarti kembali dari berbuat dosa menuju kebaikan atau meninggalkan dosa.
Dosa sendiri secara psikologis merupakan beban bagi seseorang yang melakukannya.
Dengan demikian, dosa adalah bibit penyakit secara fisik maupun secara psikis. Cara
ampuh untuk menghilangkan bibit penyakit itu tidak lain kecuali dengan tobat.
b. Wara’

Wara’ adalah mensucikan hati dan berbagai anggota badan. Bagi orang yang wara’,
akan benar-benar memilih makanan yang bersih dan hanya cukup bagi mencukupi
kebutuhan hidupnya, meskipun makanan itu melimpah, menjaga syahwat makan agar
tidak menjadi sumber penyakit, baik hati maupun fisik. Dalam pandangan lain,
perilaku kawara’an ini akan cenderung kepada zuhud.
c. Zuhud
Zuhud dapat diartikan sebagai sikap mental untuk menjauhkan diri dari kehidupan di
dunia demi di akhirat, dengan kata lain menyeimbangkan antara aspek lahiriah dan
batiniah, jasmaniah dan ruhaniah. Mentalitas zuhud dapat dijadikan sebagai sarana
untuk penyembuhan bagi penyakit jiwa, dalam hal ini zuhud dapat menjadi obat yang
mujarab untuk mengatasinya.
d. Sabar
Sabar dapat dijadikan sarana penyembuhan yang ampuh. Ketika mendapat ujian
berupa sakit, maka seseorang dapat menggunakan kesabarannya dalam menahan
serangan rasa sakit dengan mengembalikannya ke Allah swt sehingga rasa sakit justru
menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, mengembalikan semuanya
kepada Allah swt Yang Maha Penyembuh.
e. Qanaah (menerima kenyataan hidup)
Qanaah yaitu menerimanya hati terhadap apa yang ada, meskipun sedikit, disertai
sikap yang aktif, dan usaha. Sikap ini cukup efektif untuk menterapi diri dari penyakit
psikis yang membawa dampak negatif terhadap penyakit fisik, dia merasa bahwa
semua sudah ditentukan Allah swt sambil meyakini bahwa semua yang ada pada
dirinya akan membawa hikmah dibelakang hari.
f. Ridha
Ridha secara etimologis berarti rela, tidak marah. Kaitannya dengan masalah penyakit
dan kesembuhan, terlihat jelas bahwa ridha menjadi salah satu sarana penenang jiwa
atas segala keputusan Allah. Dengan kata lain, kerelaan hati menerima penyakit yang
ditentukan Allah pada diri seseorang, akan menentukan kesembuhan yang diberikan
Allah kepada hamba yang diridhai-Nya.
g. Tawakkal
Pasrah lahir batin ketika menghadapi penyakit, tawakkal adalah kunci mencapai
kesembuhan. Obat apapun yang diinjeksikan kedalam tubuh, tidak akan bermanfaat
manakala dalam hati seseorang tidak ada rasa tawakkal dan ridha. Oleh karena itu
tawakkal dan ridha dapat dijadikan salah satu terapi untuk mempercepat proses
penyembuhan, disamping tentu saja untuk pencegahan penyakit.
h. Ikhlas
Suatu sikap hidup yang rela dan jujur di dalam diri. Rela karena semua yang kita
lakukan selalu untuk keperluan yang lebih tinggi, besar, dan lebih mulia. Jujur karena
apapun yang kita lakukan atau tidak kita lakukan adalah memang pilihan kita. Tidak
ada yang mustahil bagi Tuhan kalau Dia menghendaki.
i. Muqarabah
Muqarabah dalam Al-Quran dinyatakan jelas berkaitan erat keberadaan-Nya yang
senantiasa ada begitu dekat. Kunci penyembuhan dengan metode ini adalah doa,
dimana Allah akan mengabulkan doa orang yang dekat dengan-Nya, sebagaimana
diketahui bahwa kekuatan doa begitu penting dalam terapi apapun sebagai sugesti diri
dan upaya meraih anugrah dari Allah swt.
j. Muraqabah
Muraqabah adalah merasa bahwa Allah swt itu selalu mengawasi, dan manusia harus
merasa selalu diawasi dalam perilaku dan isi hatinya. Hal ini akan berakibat ada
kesadaran untuk membimbing dan mengarahkan diri, merasa sedang disorot oleh
kamera ilahi. Diri kita akan terhindar dari kemaksiatan akibat bujuk rayu hawa nafsu.
k. Khawf dan Raja’
Khawf (takut kepada Allah swt atas segala hal yang sebelumnya telah dilakukan,
sehingga menuntut taubat semurni-murninya), raja’ (berharap kesembuhan, tetapi
tidak mencoba memaksa Allah untuk menyembuhkan) maka khawf dan raja’ dapat
dijadikan konsep dasar bagi proses penyembuhan penyakit, terutama mental, dan
dapat dijadikan sumber penyembuhan penyakit fisik.
l. Mahabbah dan ma’rifah
Dalam kaitannya dalam terapi, mahabbah dan ma’rifah merupakan penyembuhan
yang paling mujarab karena Allah akan menjaga, melindungi, dan mendampingi
kekasih-Nya setiap saat. Mahabbah dan ma’rifah akan mampu menjadi penyembuh
yang tak tertandingi. Hanya saja biasanya orang yang telah sampai pada taraf ini,
kesembuhan dari penyakit, bisa menjadi hal yang bukan lagi sebagai tujuan.
Ekstrimnya, rasa sakit, bisa jadi justru dinikmati, sebab keinginan untuk selalu dekat
kepada Tuhannya, bahkan justru ingin segera berada dalam pangkuan Tuhannya.

3. Sufi Healing

Kata sufi dirujuk pada pengertian dari hamba Allah yang sedang berupaya atau
mengupayakan orang lain untuk merasakan lezatnya berhubungan langsung dengan Tuhan.
Sementara healing, berasal hari kata heal yang berarti penyembuhan. Kata heal tidak terbatas
pada suatu penyakit fisik, melainkan psikis dalam sebuah proses pengalaman yang panjang
menuju kesempurnaan.

Bagi kaum sufi, sufi healing telah dilakukan sejak mereka memasuki tahap permulaan yaitu
memasuki beberapa tahap kesufian yakni pengosongan jiwa dari segala sesuatu yang
merusak, pengisian jiwa dengan segala sesuatu yang mulia, menemukan apa yang dicari dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Semua yang dilakukan tidak lain kecuali harus didasari dengan mengingat dan merasakan
akan kehadiran Allah swt. Oleh karena itu, segala kegiatan sufi healing berpusat dan
bertumpu pada dzikir kepada Allah dengan berbagai macam bentuknya.1

1
Muhammad Amin Syukur: Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol 20, Iss 2, hlm 391-412 (2012)
Komentar

Sufi healing merupakan metode pengobatan warisan peradaban islam yang bersumber
langsung dari Rasulullah, diajarkan kepada para sahabat dan akhirnya dipraktekkan oleh para
sufi. Metode penyembuhan ini tidak hanya penting untuk kesehatan, tapi juga bernilai ibadah.
Sufi healing merupakan metode pengobatan dan terapi spiritual yang menekankan kepada
upaya pendekatan diri ke Tuhan sebagai sumber dari penyakit sekaligus sebagai Sang Maha
Penyembuh.

Kritik

Kajian-kajian konseling religius (islam) yang lebih mendalam tentang tasawuf masih
sangat kurang. Luasnya lahan pengalaman terapis dan sedikitnya orang yang mengalaminya
menjadikan salah satu penyebab kajian-kajian konseling religius (islam) bergerak lambat.
Demikian pula kajian ilmiah isoterik keislaman juga jarang diulas bahkan kajiannya tidak
mendapatkan tempat karena adanya fitnah bahwa hal tersebut berkaitan dengan khurafat dan
takhayul serta tidak ilmiah. Tuduhan demikian, tanpa mau meninjau lebih dalam terhadap
suatu fenomena alami sangat menghambat perkembangan konseling islami dan membentuk
suasana yang kurang sehat dalam kajian keilmuan.

Anda mungkin juga menyukai