Anda di halaman 1dari 54

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan karena adanya mikroorganisme
pada saluran kemih, termasuk kandung kemih, prostat, ginjal dan saluran
pengumpulan. Sebagian besar ISK disebabkan oleh bakteri, meskipun kadang-
kadang jamur dan virus dapat merupakan agen etiologi ISK (Fish, 2009).
Menurut WHO sebanyak 25 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2011,
Sekitar 150 juta penduduk di seluruh dunia tiap tahunnya terdiagnosis
menderita infeksi saluran kemih (Rajabnia, et al., 2012). Menurut Departemen
Kesehatan Republik Indonesia jumlah penderita ISK di Indonesia masih
cukup banyak, mencapai 90-100 kasus per 100.000 pendud uk pertahun nya
atau sekitar 180.000 kasus baru pertahun (Depkes RI, 2016).
ISK secara umum diklasifikasikan sebagai infeksi yang melibatkan saluran
kemih bagian atas atau bawah dan lebih lanjut diklasifikasikan sebagai ISK
dengan atau tanpa komplikasi bergantung pada apakah ISK tersebut berulang
dan durasi infeksi. ISK bawah termasuk sistitis, prostatitis dan uretritis adalah
suatu penyakit yang sering terjadi di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Semarang dibandingkan dengan pasien yang menderita ISK bagian atas. Yang
termasuk ISK bagian atas adalah pielonefritis, nefritis interstisial dan abses.
Bakteri penyebab infeksi saluran kemih ialah bakteri Escherichia coli dengan
persentase sebesar 39,4%, diikuti dengan Klebsiella pneumonia di urutan
kedua dengan persentase sebesar 26,3%. Penemuan bakteriuri yang bermakna,
adalah diagnosis pasti ISK, walaupun tidak selalu disertai dengan gejala klinis,
untuk menetapkan proses infeksi di saluran kemih. Dikatakan bakteriuri
bermakna bila ditemukan bakteri patogen ≥10 5 /mL urin porsi tengah (UPT)
(Samirah, et al.,2006). ISK nosokomial menyebabkan kerugian bagi banyak
pihak, baik dari pihak pasien dan keluarganya, pihak rumah sakit bahkan
secara tidak langsung berdampak pada masyarakat. Kerugian-kerugiantersebut
terkait dengan mortalitas, morbiditas (memanjangnya lama rawat inap), dan
biaya rumah sakit yang semakin tinggi. Menurut data pada tahun 2005,

1
terdapat 39,2 juta rumah sakit menyatakan bahwa rata-rata lama waktu rawat
inapnya 4-6 hari. Penelitian yang dilakukan oleh University of Chicago Press
tahun 2007 menjelaskan adanya hubungan antara kejadian infeksi nosokomial
dengan penambahan waktu rawat inap (Graves N, et al., 2007).
Pengobatan ISK sebagian besar adalah menggunakan terapi antibiotik.
Pemilihan antibiotik yang tepat dibutuhkan untuk mengatasi masalah
resistensi antibiotik. Menurut Soemohardjo (2009), prinsip dasar pemilihan
antibiotik yang tepat yaitu tepat indikasi, tepat dosis, tepat pemilihan jenis
antibiotik, tepat penderita, efek samping minimal, tepat kombinasi antibiotik,
dan ekonomik. Dalam lima tahun terakhir semakin banyak bakteri telah
menjadi resisten terhadap antibiotik (Tjay dan Rahardja, 2007). Masalah
resistensi bakteri terhadap antibiotik telah menjadi masalah kesehatan di
seluruh dunia dan harus ditanggulangi bersama. Salah satu cara mengatasi
resistensi bakteri antibotik dengan menggunakan antibiotik secara rasional,
melakukan monitoring dan evaluasi penggunaan antibiotik di rumah sakit
secara sistematis, terstandar dan dilaksanakan secara teratur di rumah sakit
ataupun di pusat- pusat kesehatan masyarakat, dan melakukan intervensi untuk
mengoptimalkan penggunaan antibiotic (Bronzwaer, et al., 2002).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja definisi infeksi saluran kemih ?
2. Apa saja etiologi infeksi saluran kemih ?
3. Bagaimana patofisiologi infeksi saluran kemih ?
4. Apa saja manifestasi pada infeksi saluran kemih ?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada infeksi saluran kemih ?
6. Bagaimana penatalaksanaan pada infeksi saluran kemih ?
7. Bagaimana komplikasi pada infeksi saluran kemih ?
8. Bagaimana pencegahan pada infeksi saluran kemih ?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada infeksi saluran kemih ?

2
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi infeksi saluran kemih.
2. Mengetahui etiologi infeksi saluran kemih.
3. Mengetahui patofisiologi infeksi saluran kemih.
4. Memahami apa saja manifestasi infeksi saluran kemih.
5. Memahami pemeriksaan infeksi saluran kemih.
6. Memahami penatalaksanaan pada infeksi saluran kemih.
7. Memahami komplikasi pada infeksi saluran kemih.
8. Mengetahui pencegahan pada infeksi saluran kemih.
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada infeksi saluran kemih.
1.4 Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Memperoleh pengetahuan tentang keperawatan anak dengan masalah
obesitas serta meningkatkan keterampilan dan wawasan.
2. Bagi Pembaca
Memperoleh dan menambah wawasan mengenai Keperawatan anak
dengan masalah obesitas
3. Bagi FKK
Bahan masukan bagi calon perawat dalam meningkatan mutu pelayanan
keperawatan mengenai keperawatan ana dengan masalah obesitas

3
BAB 2

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Infeksi Saluran Kemih


Infeksi saluran kemih (SK) adalah infeksi yang terjadi pada sistim saluran
kemih, mulai dari meatus uretra sampai ke grnjal. Susunan anatominya
meliputi uretra, kandung kemih, ur€ter, pelvis renalis, dan parenkim ginjal.
Organ lain yang kadang dapat memberikan manifestasi ISK berulang adalah
prostat, epididimis dan juga fasia perirenal. Akan tetapi menurut Bishop
batasan dari ISK masih kontroversi, dan sangat dipengaruhi oleh kemampuan
teknik biomolekuler modern untuk mendeteksi fragmen bakteri dalam jaringan
atau biofilm adheren dari kuman meskipun koloni kuman dalam urin tidak
bermakna (signifikan). (Haryono, 2013).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat adanya mikroorganisme
dalam urin dan memiliki potensi untuk menginvasi jaringan-jaringan pada
saluran kemih. Infeksi saluran kemih (ISK) bergantung pada banyak faktor
seperti usia, jenis kelamin, prevalensi bakteriuria dan faktor predisposisi yang
menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Dalam
keadaan normal, urin juga mengandung mikroorganisme, umumnya sekitar
10² hingga 104 bakteri/ml urin. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila
urinnya mengandung lebih dari 105 bakteri/ml,
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah suatu keadaan yang disebabkan
karena adanya invasi bakteri pada saluran kemih. Infeksi saluran kemih
disebabkan oleh bakteri Escherechia coli, Klebsiella pneumonia dan
Pseudomonas aeruginosa. Infeksi saluran kemih dapat mengenai baik pria
maupun wanita dari semua umur baik anak, remaja, dewasa maupun umur
lanjut. Wanita lebih sering terinfeksi dari pria dengan angka populasi umum
kurang lebih 5-15% (Tessy,2001).
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu keadaan dimana kuman atau
mikroba tumbuh dan berkembang biak dalam saluran kemih dalam jumlah
bermakna (IDAI, 2011). Infeksi saluran kemih adalah berkembang biaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih yang dalam keadaan normal tidak

4
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain.Infeksi saluran kemih
pada bagian tertentu dari saluran perkemihan yang disebabkan oleh bakteri
terutama Escherichia coli ; resiko dan beratnya meningkat dengan kondisi
seperti refluks vesikouretral, obstruksi saluran perkemihan, statis perkemihan,
pemakaian instrumen uretral baru, septikemia. Istilah ISK umum digunakan
untuk menandakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih
(Haryono, 2013). ISK merupakan penyakit dengan kondisi dimana terdapat
mikroorganisme dalam urin yang jumlahnya sangat banyak dan mampu
menimbulkan infeksi pada saluran kemih (Dipiro dkk, 2015).

2.2 Etiologi Infeksi Saluran Kemih

Mikroorganisme yang paling umum menyebabkan infeksi saluran kemih


sejauh ini adalah Escherichia coli yang diperkirakan bertanggung jawab
terhadap 80% kasus infeksi, 20% sisanya disebabkan oleh bakteri Gram
negatif lain seperti Klebsiella dan spesies proteus, dan bakteri Gram positif
seperti Cocci, Enterococci, dan Staphylococcus saprophyticus. Organisme
terakhir dapat ditemui pada kasus-kasus infeksi saluran kemih wanita muda
yang aktif kegiatan seksualnya. Infeksi saluran kemih yang berhubungan
dengan abnormalitas struktur saluran kemih sering disebabkan oleh bakteri
yang lebih resisten seperti Pseudomonas aeruginosa, Enterobacter dan spesies
Serratia. Bakteri-bakteri ini juga sering ditemui pada kasus infeksi saluran
kemih, terutama pada pasien yang mendapatkan diagnosa infeksi saluran
kemih (Bint, 2003).

Selain karena bakteri, faktor lain yang dapat meningkatkan resiko


terjadinya infeksi saluran kemih antara lain kehamilan, menopause, batu
ginjal, memiliki banyak pasangan dalam aktivitas seksual, penggunaan
diafragma sebagai alat kontrasepsi, inflamasi atau pembesaran pada prostat,
kelainan pada uretra, immobilitas, kurang masukan cairan, dan kateterisasi
urin (Knowles, 2005).

5
2.3 Patofisiologi Infeksi Saluran Kemih

Infeksi saluran kemih bagian bawah paling banyak disebabkan oleh


mikroorganisme terutama bakteri gram negatif yaitu Escherichia Coli yang
mencapai kurang lebih 90 persen kejadian, disertai dengan pseudomonas,
enterobakter, Bakteri gram positif : streptococcus, S. Saprofit. Secara normal
mikroorganisme tersebut terdapat pada saluran intestinal, tetapi bila terjadi
infeksi pada saluran intestinal maka terjadi respon tubuh terhadap infeksi
sehingga timbul demam, anoreksia, mual, muntah, menggigil, diare. Apalagi
jarak anatomi intestinal dan vesika urinaria yang dekat sehingga memudahkan
mikroorganisme masuk melalui urethra secara asenden. Masuknya
mikroorganisme ini dapat disebabkan karena hubungan sex yang terlalu
berlebihan, yang biasanya banyak terjadi pada wanita muda, dimana jarak
antara vagina dan vesika urinaria dekat sehingga dapat membawa kuman ke
vesika urinaria melalui sperma, sperma dapat membuat pH vagina menjadi
meningkat hingga tidak dapat membunuh kuman yang masuk pada vesika
urinaria. Apalagi bila setelah itu tidak mengosongkan kandung kemih maka
mikroorganisme akan berkolonisasi di dalam vesika urinaria. (Sukandar, E.
2006.)

Pemasangan alat pada traktur urinarius misal ; penggunaan kateter dan


sistoscopy merupakan faktor utama terjadinya infeksi saluran kemih karena
saat membuka uretra kuman pada daerah uretra tersebut dapat masuk
bersamaan dengan alat yang dimasukkan dan penggunaan alat yang lama
dapat menyebabkan mikroorganisme berkembang dan berkolonisasi pada
vesika urinaria dan menyebar ke seluruh sistem urinarius. Intake minum yang
kurang, menyebabkan urine sedikit keluar, yang seharusnya jumlah urine
normal untuk membawa sisa metabolisme adalah 1400 – 1900 ml. Minum
yang kurang menyebabkan bakteri yang ada pada vesika urinaria tidak dapat
di bawa keluar.

Pada penyakit DM kelebihan insulin di dalam tubuh sehingga urine


mengandung glukosa dan adanya gangguan aliran urine misal : Nefropati dan
Angiopati ( kelainan pembuluh darah ) di ginjal sehingga air kemih

6
mengandung glukosa yang lebih dari normal sehingga kuman menjadi lebih
mudah berkembang.

Hal-hal yang terjadi di atas dapat menimbulkan penyebaran


mikroorganisme ke seluruh saluran kemih sehingga dapat terjadi statis urine
yang menyebabkan infeksi sehingga timbul keluhan disuria, sering berkemih,
ketidaknyamanan suprapubik, urgency, peningkatan suhu. Urine statis ini
memungkinkan terjadinya Reflux ke ureter yang telah terkontaminasi dengan
urine ke pelvis ginjal.

Secara normal mikroorganisme yang masuk dapat di lawan oleh kandung


kemih karena adanya lapisan kandung kemih yang memproduksi sel mukus
dimana dapat memelihara integritas lapisan vesika urinaria, sehingga sterilitas
dari pada urine dapat cepat kembali, karena mekanisme pertahanan vesika
urinaria dapat selama fase inflamasi akan memasukkan mikroorganisme ke
dalam proses fagositosis pada mukosa (epitel) vesika urinaria dan urine,
dimana secara normal mekanisme pertahanan memiliki kerja anti bakteri (pada
selaput lendir urethra).

Bila sudah terjadi obstruksi pada saluran kemih akan memudahkan


berkembangnya kuman menjadi media yang alkali dan ini dapat terjadi juga
bila saluran kemih terjadi kerusakan. Obstruksi ini menyebabkan urine yang
keluar sedikit-sedikit, pengosongan kandung kemih yang tidak tuntas, spasme
kandung kemih, warna urine yang keruh, low back pain dan dapat terjadi
hematuri terutama pada keadaan trauma urethra. ( M. Clevo Rendy, Margareth
, 2012).

2.4 Manifestasi klinis Infeksi Sluran Kemih

Umumnya 10 % penderitainfeksi saluran kemih yangdisebabkan oleh


bakteri yang mungkin dapat tidak menimbulkangejala sehingga penderita
tidakmenyadari adanya infeksi. Padakeadaan vang menimbulkan tandadan
gejala biasanya:

7
1. Dysuria (rasa terbakar pada saat berkemih)

2. Frekuensi pengeluaran urine yang sedikit-sedikit dan sering

3. Ketidakmampuan mengosongkan kandungkemih/pengosongan kandung


kemih yang tidak tuntas.

4. Nyeri suprapubik dan menyebar menjadi nyeripinggang dan dapat terjadi


lowback pain

5. Spasme kandung kemih

6. Warna urine yang keruh.

7. Hambatan pada keadaan lanjut


8. Gangguan saluran intestinal : mual, muntah dan anoreksia.
Tanda dan gejala ISK pada bagianbawah (sistitis):

1. Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

2. Spasame pada area kandungkemih dan suprapubis

3. Hematuria

4. Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian ataspielonefritis)

1. Demam

2. Menggigil

3. Nyeri panggul dan pinggang

4. Nyeri ketika berkemih

5. Malaise

6. Pusing

7. Mual dan muntah

8
2.5 Pemeriksaan Diagnostik Infeksi Saluran Kemih

Diagnosis pada infeksi saluran kemih dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:

1. Urinalisis:
a. Leukosuria Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk
penting terhadap dugaan adalah infeksi saluran kemih. Leukosuria
dinyatakan positif bilamana terdapat lebih dari 5 leukosit/lapang
padang besar (LPB) sedimen air kemih. Adanya leukosit silinder pada
sedimen air kemih menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun
adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya infeksi saluran
kemih karena dapat pula dijumpai pada inflamasi tanpa infeksi
b. Hematuria Hematuria dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk
adanya infeksi saluran kemih yaitu bilamana dijumpai 5–10
eritrosit/LPB sedimen air kemih. Hematuria dapat pula disebabkan
oleh berbagai keadaan patologis baik berupa kerusakan glomerulus
ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau
nekrosis papilaris
2. Bakteriologis:
a. Mikroskopis
Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan air kemih segar tanpa
disentrifuse atau pewarnaan Gram. Bakteri dinyatakan positif
bermakna bilamana dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak
emersi.
b. Biakan bakteri Pemeriksaan biakan bakteri contoh air kemih
dimaksudkan untuk memastikan diagnosis infeksi saluran kemih yaitu
bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna = 105 organisme
patogen/mL urin pada 2 contoh urin berurutan (Tessy, 2001).
3. Tes kimiawi
Tes kimiawi dapat dipakai untuk penyaring adanya bakteriuria,
diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate.
Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecuali enterokoki, mereduksi

9
nitrat bila dijumpai lebih dari 100.000-1.000.000 bakteri. Konversi ini
dapat dilihat dengan perubahan warna pada uji carik
4. Tes plat-celup (dip-slide)
Pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempeng plastik
bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan
padat khusus. Lempeng tersebut dicelupkan ke dalam air kemih pasien
atau dengan digenangi air kemih setelah itu lempeng dimasukkan kembali
ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan
pengeraman semalam pada suhu 37oC. Penentuan jumlah kuman/mL
dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng
perbenihan dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan kepadatan
koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara 1000 dan 100.000 dalam
tiap mL air kemih yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan
cukup akurat. Keterangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak
dapat diketahui walaupun demikian plat celup ini dapat dikirim ke
laboratorium yang mempunyai fasilitas pembiakan dan tes kepekaan yang
diperlukan
5. Pemeriksaan radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya Pemeriksaan
radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau
kelainan anatomis sedangkan pemeriksaan lainnya, misalnya
ultrasonografi dan CT-scan (Tessy, 2001).

2.6 Penatalaksanaan Infeksi Saluran Kemih

Pengobatan infeksi saluran kemih bertujuan untuk menghilangkan gejala


dengan cepat, membebaskan saluran kemih dari mikroorganisme dan
mencegah infeksi berulang, sehingga dapat menurunkan angka kecacatan serta
angka kematian. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan dengan :

1. Perawatan dapat berupa :


a. Meningkatkan intake cairan 2 – 3 liter/hari bila tidak ada kontra
indikasi
b. Perubahan pola hidup diantaranya :
1.) Membersihkan perineum dari depan ke belakang

10
2.) Pakaian dalam dari bahan katun
3.) Menghindari kopi, alcohol
2. obat-obatan
a. Antibiotik, untuk menghilangkan bakteri.
b. Antibiotik jangka pendek dalam waktu 1 –2 minggu
c. Antibiotik jangka panjang ( baik dengan obat yang sama atau di ganti )
dalam jangka waktu 3 – 4 minggu
d. Pengobatan profilaktik dengan dosis rendah satu kali sehari sebelum
tidur dalam waktu 3 – 6 bulan atau lebih ini merupakan pengobatan
lanjut bila ada komplikasi lebih lanjut.
e. Analgetik dan anti spasmodic, Untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan oleh penderita
f. Obat golongan venozopyridine : pyridium, Untuk meredakan gejala
iritasi pada saluran kemih
2.7 Komplikasi Infeksi Saluran Kemih
Komplikasi yang dapat terjadi pada infeksi saluran kemih ini adalah
karena adanya proses reflux atau mikroorganisme yang di dapat secara
asendens, yaitu menyebabkan :
1. Pyelonephritis
Infeksi yang naik dari ureter ke ginjal, tubulus reflux urethrovesikal
dan jaringan intestinal yang terjadi pada satu atau kedua ginjal.
2. Gagal Ginjal
Terjadi dalam waktu yang lama dan bila infeksi sering berulang atau
tidak diobati dengan tuntas sehingga menyebabkan kerusakan ginjal
baik secara akut dan kronik.
2.8 Pencegahan Infeksi Saluran Kemih
1. Minum air putih yang banyak 2 – 2,5 liter per hari
2. Hindari minum minuman beralkohol, kopi karena dapat mengiritasi
kandung kemih
3. Menganjurkan menjaga personal hygiene yang benar :
a. tidak menahan keinginan untuk berkemih dan berkemih dengan tuntas

11
b. Jaga perineum agar tetap bersih dan biasakan selesai berkemih untuk
membersihkan perineum dari depan ke belakang
c. Menggunakan celana dalam katun atau yang menyerap keringat
d. Tidak menggunakan jeans atau celana yang terlalu ketat
e. Hindari hubungan sex yang terlalu sering dan berlebihan dan setelah
itu biasakan mengosongkan kandung kemih.
2.9 Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien : Nama, Umur, Jenis Kelamin, Agama, Suku, Bangsa,
Pekerjaan, Pendidikan, Status Perkawinan, Alamat, Tanggal Masuk
Rumah Sakit.
b. Data riwayat kesehatan
1.) Keluhan utama : Merupakan riwayat kesehatan klien saat ini yang
meliputi keluhan pasien, biasanya jika klien mengalami ISK bagian
bawah keluhan klien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di
uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit- sedikit serta rasa
sakit tidak enak di suprapubik. Dan biasanya jika klien mengalami
ISK bagian atas keluhan klien biasanya sakit kepala, malaise, mual,
muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
2.) Riwayat penyakit sekarang : Merupakan riwayat kesehatan klien
saat ini yang meliputi keluhan pasien, biasanya jika klien
mengalami ISK bagian bawah keluhan klien biasanya berupa rasa
sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih
sedikit- sedikit serta rasa sakit tidak enak di suprapubik. Dan
biasanya jika klien mengalami ISK bagian atas keluhan klien
biasanya sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil,
rasa tidak enak atau nyeri pinggang.
3.) Riwayat penyakit dahulu : Pada pengkajian biasanya ditemukan
kemungkinan penyebab infeksi saluran kemih dan memberi
petunjuk berapa lama infeksi sudah di alami klien. Biasanya klien
dengan ISK pada waktu dulu pernah mengalami penyankit infeksi
saluran kemih sebelumnya atau penyakit ginjal polikistik atau batu

12
saluran kemih, atau memiliki riwayat penyakit DM dan pemakaian
obat analgetik atau estrogen, atau pernah di rawat di rumah sakit
dengan dipasangkan kateter.
4.) Riwayat penyakit keluarga : Merupakan riwayat kesehatan
keluarga yang biasanya dapat meperburuk keadaan klien akibat
adanya gen yang membawa penyakit turunan seperti DM,
hipertensi dll. ISK bukanlah penyakit turunan karena penyakit ini
lebih disebabkan dari anatomi reproduksi, higiene seseorang dan
gaya hidup seseorang, namun jika ada penyakit turunan di curigai
dapat memperburuk atau memperparah keadan klien.
c. Pemeriksaan Fisik
1.) Kesadaran : kesadaran menurun
2.) Tanda – tanda vital :
a) Tekanan darah : meningkat
b) Nadi : meningkat
c) Pernapasan : meningkat
d) Suhu : meningkat
d. Pemeriksaan fisik head to toe
NO Bagian tubuh Pemeriksaan fisik
1 Rambut keadaan kepala klien ISK biasanya baik
(tergantung klien): distibusi rambut merata,
warna rambut normal (hitam), rambut tidak
bercabang, rambut bersih. pada saat di
palpasi keadaan rambut klien ISK biasanya
lembut, tidak berminyak, rambut halus.
2 Mata keadaan mata penderita ISK biasanya
normal. Mata simetris, tidak udema di
sekita mata, sklera tidak ikterik, konjugtiva
anemis, pandangan tidak kabur.
3 Hidung normal. Simetris tidak ada pembengkakan
,tidak ada secret, hidung bersih
4 Telinga Normal. telinga simetris kiri dan kanan,

13
bentuk daun teling normal, tidak terdapat
serumenm,keberihan telinga baik.
5 Mulut mukosa bibir kering, keadaan dalam mulut
bersih(lidah,gigi,gusi).
6 Leher biasanya pada klien ISK Normal
Inspeksi : leher simetris,tidak ada
penonjolan JVP,terlihat pulsasi
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar
tiroid, tidak ada pembesaran nodus limfa

6 Thoraks Inspeksi : dada simetris kiri dan kanan,


1. Paru pergerakan dada sama, pernapasan cepat
dan dangkal, tidak ada penonjolan rusuk.
Palpasi : Normal.tulang rusuk lengkap,
tidak ada nyeri tekan dan nyeri lepas serta
edema atau massa.tractil fremitus positif
kiri dan kanan.
Perkusi : suara dullness pada daerah
payudara, dan suara resonan pada
intercosta.
Auskultasi : Normal.tidak terdengar suara
tambah pada pernapasan (ronchi,whezing)
7 2. Jantung biasanya klien dengan ISK Normal. Yaitu
Tidak ada terjadi ganguan pada jantung
klien (kecuali klien memilki riwayat sakit
jantung).teraba pulsasi pada daerah jantung
klien pada intercosta 2 dan pada intercosta
3-5 tidak teraba, pada garis mid klavikula
teraba vibrasi lembut ketukan jantung.suara
jantung S1 dan s2 terdengar dan seimbang
pada intercosta ke 3 dan pada intercosta ke
5 bunyi s1 lebih dominan dari pada s2.

14
8 Abdomen Inspeksi : perut rata, tidak ada pembesaran
hepar yang di tandai dengan perut buncit,
tidak ada pembuluh darah yang menonjol
pada abdomen, tidak ada selulit.
Palpasi : ada nyeri tekan pada abdomen
bagian bawah akibat penekanan oleh
infeksi
Perkusi : bunyi yang di hasilkan timpani
Auskultasi : bising usus terdengar
9 Ekstermitas kekuatan eks.atas dan eks.bawah baik,
dapat melakukan pergerakan sesuai
perintah, tidak ada nyeri tekan atau lepas
pada ekstermitas, tidak ada bunyi krepitus
pasa ekstermitas

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan Inflamasi dan peningkatan aktivitas
penyakit.
b. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi sauran kemih
c. Hyperthermi berhubungan dengan proses infeksi
3. Tindakan Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Intervensi
Kriteria Hasil
1 Nyeri akut berhubungan Setelah 1. 1. Ajarkan klien
dengan Inflamasi dan dilakukan teknik relaksasi
peningkatan aktivitas tindakan nafas dalam.
penyakit. keperawatan 2. 2. Beri kompres
selama 2x24 jam hangat pada
diharapkan nyeri bagian yang
berkurang nyeri.
dengan kriteria 3. 3. Kolaborasi

15
hasil sbb: dalam pemberian
1. Selera makan analgesik
klien kembali
normal.
2. Klien sudah
tidak mengalami
gelisah
3. Klien dapat
beraktivitas
kembali seperti
biasanya.

2 Gangguan eliminasi urin Setelah 1. 1. Pantau


berhubungan dengan infeksi dilakukan eliminasi urin
sauran kemih tindakan contohnya
keperawatan frekuensi urin,
selama 2x24 jam volume urin,
diharapkan konsistensi urin
gangguan dengan tepat.
eiinasiurin 2.2. Ajarkan klien
berkurang tanda dan gejala
dengan kriteria infeksi saluran
hasil sbb: kemih.
1. 1. Eliminasi 3.3. Instruksikan
lancar. klien atau
2. Urin berwarna keluarga untuk
kuning cerah mencatat
tetapi sedikit keluaran urin.
pucat.
3. 3. Volume
pengeluaran
urine 900-2100

16
CC/hari.

3 Hyperthermi berhubungan Setelah 1. 1. Observasi


dengan proses infeksi dilakukan keadaan umum
tindakan klien.
keperawatan 2.2. Monitor vital
selama 2x24 jam sign klien (suhu
diharapkan &nadi).
hipertermi 3.3. Beri kompres
berkurang hangat pada
dengan kriteria klien.
hasil sbb : 4.4. Anjurkan pada
1. 1. RR klien klien untuk
normal16- meningkatkan
24/menit. istirahat.
2. 2. Suhu tubuh 5. Anjurkan
klien dalam banyak minum
rentang 36,5- air putih.

37,5 7.6. Kolaborasi

3. 3. Nadi klien dalam pemberian

normal (60- analgetik

100x/menit).
4. 4. Tubuh klien
tidak teraba
panas.

17
4. Implementasi Keperawatan
Pengelolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah
disusun pada tahap perencanaan. Implementasi merupakan tahap proses
keperawatan dimana perawat memberikan intervensi keperawatan
langsung dan tidak langsung terhadap klien.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan intervensi keperawatan telah berhasil
memungkinkan kondisi klien. Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam
proses keperawtan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan
dari rencana keperawatan tercapai atau tidak.

18
BAB 3

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Data Umum
Identitas klien
1. Nama : Ny. A
2. Umur : 57 thn
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/bangsa : Bugis/Indonesia
6. Pekerjaan : Tani
7. Pendidikan : SD
8. Alamat : Bilo
3.1.2 Riwayat Keperawatan
1. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : Nyeri pada daerah perut bagian bawah
b. Riwayar keluhan utama
Klien masuk rumah sakit pada tanggal 27 juli 2018 pukul 16.00
dengan keluhan nyeri pada daerah perut bawah. Dirasakan
seperti tertusuk-tusuk jarum, susah untuk BAK. Klien
mengatakan bahwa klien sebelum di bawah ke Rumah Sakit,
klien di rawat di Puskesmas Bilo selama satu minggu, oleh
karena tidak ada perubahan sehingga klien di rujuk ke Rumah
Sakit keluhan ini dirasakan sejak 2 hari yang lalu sebelum klien
di rawat di Puskesmas Bilo. Klien juga mengatakan bahwa
klien pernah mminum obat yang dijual di warung dan apotik,
namun setelah minum obat tersebut klien merasakan tidak ada
perubahan sehingga keluarga klien membawah klien ke
Puskesmas Bilo.

19
c. Keluhan saat dikaji :
Klien mengatakan susah saat BAK dialami sejak 2 hari yang
lalu sebelum klien masuk Rumah Sakit. Sering BAK tapi
sedikit-sedikit, BAK berdarah ± 1 minggu yang lalu. Nyeri
perut bagian bawah tembus ke bagian belakang, nyeri terus
menerus, dengan skala nyeri 9, saat dikaji klien menangis dan
MAmeringis kesakitan, memegang perut bagian bawah. Klien
menanyakan tentang penyakit yang dideritanya, oleh karena
klien sudah tidak tahan dengan nyeri yang dirasakannya dan
pada saat palpasi dirasakan adanya akumulasi cairan pada
vesica urinarian, vesiva urinaria teraba keras. klien
nampak gelisah klien dan keluarga menanyakan tentang
penyakitnya, klien tegang serta klien menanyakan sudah pernah
berobat tetapi tidak ada perubahan.
d. Riwayat kesehatan masa lalu
Klien mengatakan sebelumnya pernah mengalami penyakit
seperti yang diderita saat ini tapi hanya berobat ke Puskesmas
tetapi belum pernah di rawat di Rumah Sakit.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan didalam keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit yang sama dengan klien
f. Riwayat alergi
Klien mengatakan bahwa keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit yang sama dengan klien.
2. Pola fungsi kesehatan
No Kegiatan Di rumah

Nutrisi
1. pola makan- Nasi, sayur, ikan
Frekuensi 3x1 hari
nafsu makan Baik
makanan kesukaan Nasi putih

20
makanan pantangan Tidak ada

Cairan (minum)
2. Frekuensi Setiap haus
Volume 7-8 gelas/ hari
Minuman yang disukai Air putih
Eliminasi
3. a. BAB 2 x sehari
Frekuensi Lunak
Konsistensi Kuning
Warna Khas makanan
Bau
b. BAK
Frekuensi 3-4 x sehari
Warna Kuning
Bau Pesing
Personal Hygiene
4. Mandi 2 x sehari
Cuci rambut 1 minggu 3x
Memotong kuku 1 kali seminggu
Penampilan Cukup bersih
Pola Istirahat Tidur
5. Tidur siang 13:00 -15:00
Tidur malam 21:00 – 05:00

3. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksaan head to toe
1. Kepala dan rambut
Inspeksi : Bentuk kepala branchiosepalus,warna
rambut putih, kotora, tidak ada benjolan,penyebaran rambut
merata, tidak teraba lesi.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada
benjolan

21
2. Wajah
Inspeksi : Bentuk wajah oval,simetris kiri dan
kanan,tidak ada edema, wajah meringis pada saat dilakukan
palpasi di bagian abdomen, klen gelisah dan tegang
Palpasi : Tidak terba adanya nyeri tekan,tidak teraba
adanya massa atau benjolan.
3. Mata
Inspeksi : Mata kiri dan kana simetris,gerak bola
mata normal,konjungtiva tidak anemis
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan,tidak teraba adanya
massa
4. Telinga
Inspeksi : Bentuk telinga kira dan kanan
simetris,tidak ada serumen, fungsi pendengaran baik, bersih
Palpasi : Tidak teraba adanya nyeri tekan,tidak
teraba adanya massa atau benjolan
5. Hidung
Inspeksi : Hidung simetris kira dan kanan, tidak ada
peradangan, fungsi penciuman baik, septum deviasi (-),
pasase udara kuat
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus
6. Mulut dan tenggorokan
Inspeksi Mukosa bibir kering dan kotor,warna lidah
merah, tidak ada peradangan pada gusi, terdapat banyak
karang gigi
Palpasi Tidak teraba adanya massa,tidak teraba
nyeri tekan
7. Leher
Inspeksi Tidak ada pembengkakan pada vena
jungularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Palpasi Tidak teraba nyeri tekan,teraba denyut nadi
arteri carotis

22
8. Dada
Inspeksi Bentuk dada simetri kiri dan kanan,tidak ada
pembesaran pada dinding dada,tidak ada lesi,frekuensi
pernapasan teratur 20 x /mnt.
Palpasi Tidak ada nyeri tekan, tidak teraba adanya
benjolan
Auskultasi Tidak ada suara tambahan
Perkusi tidak terdengar adanya suara pekak
9. Jantung
Inspeksi Tidak ada pembesaran pada jantung,tidak
ada lesi
Palpasi Tidak teraba adanya nyeri tekan atau
benjolan
Perkusi Tidak terdengar suara pekak
Auskultasi BJ 1 terdengar di ICS 5 dan 6,BJ 2
terdengar di ICS 2dan3
10. Abdomen
Inspeksi Bentuk permukaan abdomen datar,tidak ada
lesi
Palpasi Teraba nyeri tekan dengan skala 9, nyeri
yang dirasakan seprti tertusuk-tusuk jarum di daerah supra
pubis tembus kebagian belakang, teraba adanya cairan
divesica urinaria, tidak ada lesi
Auskultasi Peristaltic usus terdengar 12x/mnt
11. Ekstermitas
a. Superior
Inspeksi Kulit kering, tangan kiri terpasang infuse
RL 28tts/tpm,tidak ada lesi, tangan kana memegang
abdomen yang sakit
Palpasi Tidak ada nyeri tekan,kekuatan oto skala
5 yaitu dapat melakukan gerakan kesegala arah

23
b. Inferior
Inspeksi Simetris kiri dan kanan,kulit kering,tidak
ada lesi
Palpasi Kekuatan tonus otot skala 5,yaitu dapat
melakukan gerakan kesegala arah
4. Pemeriksaan Diagnostik

24
Analisis Data

Tgl/Jam Pengelompokan Data Etiologi Problem


26/07/20 1.2 Data Subjektif Peradangan Nyeri pada
18 a. klien mengatakan sakit di perut daerah
bagian bawah uterus dan
09.00
b. Klien mengatakan nyerinya sekitarnya
seperti tertusuk-tusuk dan
tembus kebagian belakang
c. Klien mengatakan skala nyeri 9
2.2 Data Objektif
a. Klien meringis
b. Klien memegang bagian bawah
perut yang sakit
c. Klien lemah
d. Klien tegang : sulit tidur &
melakukan aktivitas lainnya
e. Pada palpasi daerah abdomen :
Teraba adanya akulumulasi
cairan di bagian vesica urinaria
f. Observasi vital sign
TD = 130 / 60 mmHg
ND = 88 x/mnt
RR = 20 x/mnt
SB = 37oc
h. P: Nyeri saat BAK
Q: Nyeri seperti tertusuk – tusuk
S: Skala nyeri 9
T: Terus menerus
26/07/20 1. Data Subjektif : Peradangan Perubahan
18 a. Klien mengatakan jika BAK pola
terasa nyeri dirasakan sejak satu eliminasi
09.10

25
minggu yang lalu urine disuria
b. Klien mengatakan 2 hari & hematuria
sebelum masuk RS pada saat
klien BAK keluar darah campur
urin
2. Data Objektif :
a. Hematuri (+)
b. Pada palpasi daerah abdomen :
Teraba adanya akulumulasi
cairan di bagian vesica urinaria
26/07/20 1. Data Subjektif : Penggunaa Resiko
18 a. klien mengatakan jika minggu n kateter tinggi
BAK terasa nyeri di rasakan dalam terjadinya
09.20
sejak satu yang lalu. waktu yang infeksi
b. Klien mengatakan 2 hari lama & sekunder
sebelum masuk RS pada saat keluarnya
klien BAK keluar cairan terus
c. Klien mengatakan sakit menerus
perut bagian darah campur dari
urin bawah. kemaluan
2. Data Objektif :
a. Hematuria
b. Pada palpasi daerah abdomen :
Teraba adanya akulumulasi
cairan di bagian vesica urinaria
c. Klien meringis
d. Observasi vital sign :
ND = 88 x/mnt
RR = 20 x/mnt
S = 37oc
26/07/20 1. Data Subjektif : kuranganya Kurang
a. Klien dan keluarga menanyakan onformasi pengetahuan

26
18 penyakit yang diderita tentang
b. Klien mengatakan sudah pernah penyakit,
09.20
berobat tetapi tidak ada perawatan
perubahan dan
2. Data Objektif pengobatan
a. Klien nampak gelisah nya
b. Klien tegang

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Nyeri pada daerah uterus dan sekitarnya berhubungan dengan
Inflamasi.
2. Perubahan pola eliminasi urine disuria & hematuria berhubungan
dengan Inflamasi
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, perawatan dan pengobatannya
berhubungan dengan kuranganya onformasi
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi sekunder berhubungan dengan
Penggunaan kateter dalam waktu yang lama & keluarnya cairan terus
menerus dari kemaluan

27
3.3 Intervensi
Nama : Ny. A No. RM: 234XXX
Umur : 57 Thn Ruang : Teratai

Diagnose Tujuan Intervensi Rasional


Keperawatan
Nyeri pada Setelah dilakukan intervensi 1. Beri penjelasan tentang 1. Penjelasan tentang penyebab rasa nyeri
daerah uterus keperawatan selama 1x24 jam penyebab rasa nyeri. dapat memberikan informasi positif kepada
dan sekitarnya diharapkan keluhan pasien 2. Mengatur posisi tidur yang klien dan keluarga sehingga dapat
berhubungan dapat diatasi dengan kriteria menyenangkan menurunkan kecemasan dan turut aktif
dengan hasil sebagai berikut : 3. Mengajarkan cara dalam tindakan pengobatan
Inflamasi. Rasa nyeri berkurang mengurangi rasa nyeri 2. Akan mengurangi nyeri dan meningkatkan
(relaksasi) dan memberikan keinginan tidur pasien.
. 1. Pasien tenang
kegiatan positif. 3. Tehnik relaksasi dapat megalihkan
2. Ekspresi wajah cerah
4. Memberikan kompres hangat perhatian pasien dari perasaan nyeri
.
3. Pasien dapat menyebutkan
pada daerah yang terasa nyeri sehingga klien merasa nyaman
penyebab dan cara
dan Menganjurkan untuk 4. Kompres hangat dapat meningkatkan
mengatasi nyeri
meminum air hangat vasodilatasi pembuluh darah
5. Massage daerah pinggang 5. Untuk mengurangi impuls nyeri melalui

28
untuk mengurangi nyeri medulla spinalis sehingga nyeri yang
6. Ciptakan lingkungan dirasakan berkurang.
terapiutik yang nyaman 6. Lingkungan terapeutik yang tenang dan
7. Melaksanakn program terapi : nyaman dapat mengurangi stress sehingga
Analgetik dan antibiotic: hormone cortisol tidak disekresikan yang
Asam mefenamat 3 x mana jika cortisol tersekresi maka akan
1Cotrimokcacol 2 x 3 meningkatkannyeri
7. Analgetik dapat mengurangi nyeri dan
antibiotic mengurangi dan menghilangkan
factor penyebab

Perubahan pola Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keluhan buang air kacil 1. Untuk rehidrasi cairan dan untuk
eliminasi urine keperawatan selama 1x24 jam 2. Jelaskan penyebab perubahan pengeluaran bakteri dan mikroorganisme
disuria & diharapkan Pola eliminasi urine pola eliminasi lainnya
hematuria kembali normal, dengan 3. Anjurkan pasien untuk 2. Mencegah perkembangan bakteri
berhubungan kriteria : minum cukup bila tidak ada 3. Untuk mengetahui agen penyebab
dengan kontra indikasi gangguan ISK
1. Disuria (-)
Inflamasi 4. Kosongkan kandung kemih 4. Mencegah terjadinya komplikasi
2. Hematuria (-)
tiap 2-3 jam

29
3. Pada palpasi daerah 5. Tampung urine 24 jam untuk
abdomen : Tidak teraba pemeriksaan dan kaji
adanya akulumulasi cairan pengeluaran urine ( jmulah,
di bagian vesica urinaria waran, bau)
4. Frekuensi BAK 4 – 5 kali 6. Observasi sedini mungkun
sehari tanda-tanda gagal ginjal
7. Untuk mengetahui masalah
eliminasi dan menentukan
tindakan yang tepat
8. Mengurangi kecemasan klien

Kurang Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji kemampuan belajar 1. Meningkatkan partisipasi pasien mematuhi
pengetahuan keperawatan selama 1x24 jam pasien misalnya : tingkat aturan terapi dan perawatan yang sedang
tentang diharapkan kurang kecemasan, perhatian, dijalani
penyakit, pengetahuan teratasi dengan kelelahan, tingkat partisipasi, 2. Untuk mengurangi kecemasan klien &
perawatan dan kriteria : lingkungan belajar, tingkat meningkatkan partisipasi klien & keluarga
pengobatannya pengetahuan, media, orang dalam tindakan pengobatan
1. Menyatakan pemahaman
berhubungan yang dipercaya. 3. Pengetahuan yang cukup dapat membantu
tentang proses penyakit
dengan 2. Jelaskan penatalsanaan obat : pasien dalam tindakan pengobatan serta

30
kuranganya 2. Melakukan dosis, frekuensi, tindakan dan meningkatkan kesehatan klien
onformasi perilaku/perubahan pola perlunya terapi dalam jangka
hidup untuk memperbaiki waktu lama.
kesehatan umum 3. Anjurkan keluarga untuk
3. Mengidentifikasi gejala berpartisipasi aktif dalam
yang memerlukan proses pemberian informasi
evaluasi/intervensi. yang actual bagi kien
4. Menerima perawatan 4. Review pengetahuan pasien
kesehatan adekuat. & keluarga tentang penyakit
ISK.
5. Kemampuan belajar berkaitan
dengan keadaan emosi dan
kesiapan fisik, keberhasilan
tergantung pada kemampuan
pasien.

Resiko tinggi Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji tanda – tanda radang 1. Untuk mengetahu adanya infeksi serta
terjadinya keperawatan selama 1x24 jam 2. Monitor suhu tubuh mempermudah dalam pemberian tindakan
infeksi diharapkan tidak terjadi infeksi 3. Beri penjelasan tentang selanjutnya

31
sekunder sekunder dengan criteria : kebersihan diri / genetalia 2. Infeksi dapat menunjukan peningkatan
berhubungan 4. Bekerjalah dengan prinsip suhu tubuh
1. Tidak ditemukan tanda –
dengan aseptic dan antiseptic 3. Mencegah penyebaran infeksi dan
tanda radang
Penggunaan 5. Laksanakan program perkembangan debris bakteri
2. Tanda vital stabil
kateter dalam pengobatan : Antibiotik 4. Untuk mencegah terjadinya infeksi
waktu yang Kotrimokcacol 2 x 3 nasokomial
lama & 5. Untuk mengurangi penyebaran kuman
keluarnya penyakit
cairan terus
menerus dari
kemaluan

32
33
3.4 Implementasi

No Diagnose Tgl/Jam Tindakan


Dx Keperawatan
1 Nyeri pada 26/07/2018
daerah uterus
09.00 – 09.15 1. Menjelasan tentang penyebab rasa
dan sekitarnya
WIB nyeri.
berhubungan
2. Mengatur posisi tidur yang
dengan
09,15 – 09.17
menyenangkan : posisi semi fowler
Inflamasi.
WIB
3. Mengajarkan cara mengurangi rasa
nyeri (relaksasi ) dengan: Tarik nafas
09,17 – 10.00
dalam 3 kali kemudian dihembuskan
WIB
secara langsung
10,00 – 11.00 4. Memberikan kompres hangat pada
WIB daerah yang terasa nyeri dan
menganjurkan untuk meminum air
hangat
5. Melakukan massage daerah pinggang
11.00 – 11. 30
untuk mengurangi nyeri
WIB
6. Menciptakan lingkungan terapiutik
11.30 – 11.35 yang nyaman dengan cara :
WIB Membatasi pengunjung &
mengurangi kebisingan
12.00 – 12.15 7. Memberikan obat asam mefenamat 1
WIB tab dan cotrimokcacol 2 tab.

2 Perubahan 26/07/2018
pola eliminasi
09.00 – 09.15 1. Mengkaji keluhan buang air kacil :
urine disuria
WIB Klien mengeluh disuria & hematuria
& hematuria
2. Menjelaskan penyebab perubahan
berhubungan
09,15 – 09.17
pola eliminasi
dengan

34
Inflamasi WIB

09,17 – 10.00
3. Menganjurkan pasien untuk minum
WIB
cukup bila tidak ada kontra indikasi
4. Mengosongkan kandung kemih tiap
10,00 – 11.00
2-3 jam
WIB

14.00 5. Menampung urine 24 jam untuk


WIB pemeriksaan dan kaji pengeluaran
urine ( jmulah, waran, bau) : 250 cc
urine tamping, warna kemerahan, bau
pesing

3 Kurang 26/07/2018
pengetahuan
09.00 – 09.15
tentang 1. Mengkaji kemampuan belajar pasien
WIB
penyakit, misalnya : tingkat kecemasan :
perawatan dan Kecemasan ringan, perhatian : Klien
pengobatannya perhatian terhadap lingkungan &
berhubungan terhadap penyakitnya, kelelahan (+),
dengan tingkat partisipasi : Klien & keluarga
kuranganya bertnya kepada perawat tentang
onformasi penyakit yang di derita, lingkungan
belajar : tenang, tingkat pengetahuan
: Cukup, media : (-), orang yang
dipercaya : Keluarga/ anak & suami
klien.
2. Menjelaskan penatalaksanaan obat :
09,15 – 09.17
dosis, frekuensi, tindakan dan
WIB
perlunya terapi dalam jangka waktu
lama.

35
09,17 – 10.00 3. Menganjurkan keluarga untuk
WIB berpartisipasi aktif dalam proses
pemberian informasi yang actual bagi
kien

10,00 – 11.00
4. Mereview pengetahuan pasien &
WIB
keluarga tentang penyakit ISK.

4 Resiko tinggi 26/07/2018


terjadinya
09.00 – 09.15 2. Mengkaji tanda – tanda radang :
infeksi
WIB Color, Dolor, Rubor, Tumor &
sekunder
Fungsio laesa
berhubungan
09,15 – 09.17
3. Memonitoring suhu tubuh : 360 C
dengan
WIB
Penggunaan
3. Memberi penjelasan tentang
kateter dalam 09,17 – 10.00
kebersihan diri / genetalia
waktu yang WIB
lama &
10,00 – 11.00 4. Memberikan tindakan dengan prinsip
keluarnya
WIB aseptic dan antiseptic : Menggunakan
cairan terus
heandscoen dalam membersihkan
menerus dari
kateter, bethadin dan alat-alat yang
kemaluan
steril lainnya

12.00 – 12.15 5. Laksanakan program pengobatan


WIB :Antibiotik Kotrimocacol

36
3.5 Evaluasi

No Diagnose Tgl/Jam Evaluasi


Dx Keperawatan
1 Nyeri pada 26/07/2018 S:
daerah uterus 1. klien mengatakan sakit di perut
09.0 WIB
dan sekitarnya bagian bawah
berhubungan 2. Klien mengatakan nyerinya seperti
dengan tertusuk-tusuk dan tembus
Inflamasi. kebagian belakang
3. Klien mengatakan skala nyeri 9

O:

1. Klien meringis
2. Klien memegang bagian bawah
perut yang sakit
3. Klien lemah
4. Klien tegang : sulit tidur &
melakukan aktivitas lainnya
5. Pada palpasi daerah abdomen :
Teraba adanya akulumulasi cairan
di bagian vesica urinaria
6. Pemeriksaan laboratorium tanggal
26 Juli 2012 : HCT = 38,3%;
MPV = 4,5 PL, PLT = 2,2 103/ml.
7. Observasi vital sign :TD = 130 /
60 mmHg, ND = 88 x/mnt,
RR = 20 x/mnt, S = 37oc

A :Nyeri pada daerah uterus dan


sekitarnya, masalah teratas sebagian

37
P:

1. Beri penjelasan tentang penyebab


rasa nyeri.
2. Mengatur posisi tidur yang
menyenangkan
3. Mengajarkan cara mengurangi
rasa nyeri (relaksasi ) dan
memberikan kegiatan positif.
4. Memberikan kompres hangat pada
daerah yang terasa nyeri dan
Menganjurkan untuk meminum air
hangat
5. Massage daerah pinggang untuk
mengurangi nyeri
6. Ciptakan lingkungan terapiutik
yang nyaman
7. Melaksanakn program terapi :
Analgetik dan antibiotic:Asam
mefenamat 3 x 1, Antibiotik
Kotrimoksasol 2×2

2 Resiko tinggi 26/07/2018 S:


pola eliminasi
09.00 WIB 1. Klien mengatakan jika BAK terasa
urine disuria
nyeri dirasakan sejak satu minggu
& hematuria
yang lalu
berhubungan
2. Klien mengatakan 2 hari sebelum
dengan
masuk RS pada saat klien BAK
Inflamasi
keluar darah campur urin

O:

1. Hematuri (+)

38
2. Pada palpasi daerah abdomen :
Teraba adanya akulumulasi cairan
di bagian vesica urinaria

A :Perubahan pola eliminasi urine disuria


& hematuria, masalah terarasi sebagian

P:

1. Kaji keluhan buang air kacil


2. Jelaskan penyebab perubahan pola
eliminasi
3. Anjurkan pasien untuk minum
cukup bila tidak ada kontra
indikasi
4. Kosongkan kandung kemih tiap 2-
3 jam
5. Tampung urine 24 jam untuk
pemeriksaan dan kaji pengeluaran
urine ( jmulah, waran, bau)
6. Observasi sedini mungkun tanda-
tanda gagal ginjal

3 Kurang 26/07/2018 S:
pengetahuan
09.20 – 10.00 1. Klien dan keluarga menanyakan
tentang
WIB penyakit yang diderita
penyakit,
2. Klien mengatakan sudah pernah
perawatan dan
berobat tetapi tidak ada perubahan
pengobatannya
berhubungan
dengan

39
kuranganya O:
onformasi
1. Klien nampak gelisah
2. Klien menanyakan tentang
penyakitnya
3. Klien tegang

A : Kurang pengetahuan tentang penyakit,


perawatan dan pengobatannya, masalah
teratasi sebagian

P:

1. Kaji kemampuan belajar pasien


misalnya : tingkat kecemasan,
perhatian, kelelahan, tingkat
partisipasi, lingkungan belajar,
tingkat pengetahuan, media, orang
yang dipercaya.
2. Jelaskan penatalsanaan obat :
dosis, frekuensi, tindakan dan
perlunya terapi dalam jangka
waktu lama.
3. Anjurkan keluarga untuk
berpartisipasi aktif dalam proses
pemberian informasi yang actual
bagi kien
4. Review pengetahuan pasien &
keluarga tentang penyakit ISK.

4 Resiko tinggi 26/07/2018 S:


terjadinya
09.20 – 10.00 1. Klien mengatakan jika BAK terasa
infeksi
WIB nyeri di rasakan sejak 1 minggu yang
sekunder

40
berhubungan lalu.
dengan 2. Klien mengatakan 2 hari sebelum
Penggunaan masuk RS pada saat BAK keluar
kateter dalam darah campur urin.
waktu yang 3. Klien mengatakan sakit perut bagian
lama & bawah
keluarnya
O:
cairan terus
menerus dari
1. Hematuria
kemaluan
2. Pada palpasi daerah abdomen :
Teraba adanya akulumulasi cairan
di bagian vesica urinaria
3. Klien meringis
4. Pemeriksaan laboratorium tanggal
26 Juli 2012 : HCT = 38,3%;
MPV = 4,5 PL, PLT = 2,2 103/ml,
WBC=8,3 103/ml, RBC=3,95
106/ml, HGB=13,1 g/dl, HCT =
38,3, MCV = 37,0 FI, MCH d/g,
MCHC= 34,2 gr/dl, PLT=2,2
103/ml
5. Observasi vital sign :ND = 88
x/mnt, RR = 20 x/mnt

S = 37oc

A : Potensial terjadinya infeksi sekunder.


Masalah teratasi

P:

1. Kaji tanda – tanda radang


2. Monitor suhu tubuh

41
3. Beri penjelasan tentang kebersihan
diri / genetalia
4. Bekerjalah dengan prinsip aseptic
dan antiseptic
5. Laksanakan program pengobatan :
Antibiotik Kotrimoksasol 2 x 3.

42
BAB 4

PEMBAHASAN

Hasil penelitian yang telah dilakukan pada Ny. A pada klien ISK dengan masalah
nyeri diruang teratai di RS. A. Yani Surabaya 2018

4.1 Pengkajian
Data subjektif / objektif
Klien mengatakan nyeri pada daerah perut bawah. Dan klien mengalami
susah BAK sejak 2 hari yang lalu sebelum klien masuk RS. Sering BAK
tapi sedikit – sedikit, BAK berdarah ± 1 minggu yang lalu
P: Nyeri timbul saat BAK
Q: Nyeri seperi ditusuk – tusuk
R: Nyeri pada daerah perut bawah
S: skala 9
T: Terus menerus
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah keadaan adanya infeksi yang ditandai
dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran
kemih, meliputi infeksi parenkim ginjal sampai kandung kemih dengan
jumlah bakteriuria yang bermakna Infeksi Saluran Kemih terjadi akibat
akibat berkembang biaknya mikroorganisme di dalam saluran kemih,
yang dalam keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus
atau mikroorganisme lain sehingga menyebabkan penyumbatan pada
kandung kemih
Menurut peneliti penanganan Gangguan Eliminasi Urine dengan
menggunakan kontrol infeksi pada klien Infeksi saluran kemih(ISK)
dapat menurunkan nyeri yang timbul pada klien
4.2 Diagnosa Keperawatan
Pada Ny. A munculmasalah keperawatan yaitu nyeri pada daerah uterus
ditandai dengan kondisi klien yang merasa kesakitan saat berkemih.
Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang umumnya disebabkan

43
oleh rangsangan yang kuat atau merusak. Menurut peneliti penanganan
nyeri dengan menggunakan kontrol infeksi pada klien Infeksi saluran
kemih(ISK) dapat menurunkan nyeri yang timbul pada klien Infeksi
Saluran Kemih
4.3 Intervensi
Intervensi yang dilakukan pada masalah ini adalah mengatur posisi tidur
yang menyenangkan, mengajarkan cara mengurangi rasa nyeri
(relaksasi) dan memberikan kegiatan posisitif, memberikan kompres
hangat pada daerah yang terasa nyeri dan menganjurkn untuk meminum
air hangat, massage daerah pinggang untuk mengurangi nyeri, dan
ciptakan lingkungan terapiutik yang nyaman.
4.4 Implementasi
Implementasi yang dilakukan pada masalah ini adalah menjelaskan
tentang penyebab rasa nyeri, mengatur posisi tidur yang menyenangkan :
semi fowler, mengajarkan cara mengurangi rasa nyeri (relaksasi) dengan
: tarik nafas dalam 3X kemudian dihembuskan secara langsung,
memberikan kompres hangat pada daerah yang terasa nyeri dan
menganjurkan untuk meminum air hangat, melakukan massage daerah
pinggang untuk mengurangi nyeri, menciptakan linkungan terapiutik
yang nyaman dengan cara : membatasi pengunjung dan mengurangi
kebisingan.
4.5 Evaluasi
Pada Ny. A data subjektif klien mengatakan sakit di perut bagian
bawah, klien mengatakan nyerinya seperti tertusuk – tusuk dan tembus
bagian belakang, klien mengatakan skala nyeri 9, pada data objektif
klien meringis,klien memegang bagian bawah perut yang sakit, klien
lemah, klien tegang : sulit tidur dan melakukan aktivitas lainnya, A :
masalah teratasi sebagian, P : intiervensi dihentikan pasien pulang

44
45
MATRIKS

No Judul dan Peneliti Populasi Sampel Intervensi Komparasi Hasil Dosis / waktu
pemberian
1. Perbandingan Subjek penelitian Pada penelitian ini Penelitian ini Dari 19 pasien (17 Pada peelitian ini tidak
Efektivitas Daya ini adalah semua tidak ada merupakan penelitian pasien resisten ada pemberian
Hambat isolat bakteri pasien pemberian analitik terhadap kedua perlakuan hanya untuk
Kotrimoksazol infeksi saluran perlakuan hanya eksperimental dengan antibiotika baik membandingkan
Generik dan Paten kemih yang datang untuk desain cross- kotrimoksazol efektivitas daya hambat
terhadap untuk pemeriksaan membndingkan sectional untuk generik maupun kotrimoksazol generik
Pertumbuhan urin di efektivitas daya mengetahui paten) dan paten
Bakteri Escherichia Laboratorium hambat perbandingan
coli sebagai Mikrobiologi RSUP kotrimoksazol efektivitas daya
Penyebab Infeksi Dr. M. Djamil generik dan paten hambat
Saluran Kemih Padang yang kotrimoksazol
secara In Vitro disebabkan oleh generik dan paten
Escherichia coli. terhadap
Puti Anggun Sari, pertumbuhan bakteri
Erly, Dessy Escherichia coli
Arisanty, 2015 sebagai penyebab
infeksi saluran kemih
secara in vitro
2. Catheter- Subjek penelitian Intervensi dalam Mengikuti tinjauan 2 bulan pertama Percobaan
Associated Urinaryini adalah perawat penelitian ini yakni pustaka dari 34 menunjukkan implementasi dimulai
Tract Infections dari unit onkologi perawatan kateter artikel, protokol kepatuhan pada dua lantai
rawat inap dari 442 meliputi teknik CAUTI yang keperawatan onkologi medis-bedah
Charis McCoy, tempat tidur penyisipan aseptik, digerakkan oleh terhadap protokol dengan 26 tempat tidur
MSN, FNP-BC, akademik pusat penggunaan perawat 60 – 90 %, pada pada Juni 2015, dengan

46
APRN, Monica medis di California perangkat dikembangkan dan pulan ke 7 protokol pencegahan
Paredes, BSN, RN, selatan pengaman, dan diimplementasikan meningkat menjadi CAUTI berlaku di
OCN, Sara Allen, pericare rutin setiap pada dua unit 95 % seluruh organisasi pada
BSN, RN, Jennifer shift menggunakan onkologi dengan 26 Agustus 2015.
Blackey, BSN, RN, sabun dan air. tempat tidur. Staf unit
OCN, Carol dididik tentang
Nielsen, BSN, PhN, protokol dan
RN, OCN®, Amy penggunaan alat
Paluzzi, BSN, RN, audit.
Brittney Jonas,
BSN, RN, and Patti
Radovich,PhD,
CNS, FCCM, 2016

3. Pola bakteri pada Subjek penelitian Intervensi dalam penelitian prospektif Insidensi ISK November 2012 –
penderita infeksi di ini adalah semua penelitian ini yakni yang dianalisis secara tertinggi adalah Desember 2012,
BLU RSUP Prof dr. pasien suspect ISK hitung bakteri. Jika deskriptif pada kelompok
5
R. D. Kandau yang akan jumlah bakteri >10 umur 50-59 tahun.
Manado dilakukan per ml urin Perempuan lebih
pemeriksaan kultur pemeriksaan sering menderita
Shirby A. Ch. urine di dilanjutkan dengan ISK daripada laki-
Sumolang, John Laboratorium isolasi dan laki. Dari penelitian
Porotu’o, Standy Mikrobiologi RSUP identifikasi. Bakteri ini, Escherichia coli
Soeliongan, 2013 Prof. dr. R. D. selanjutnya merupakan
Kandou Manado diinokulasi pada mikroorganisme
periode November media isolasi agar tersering yang
sampai Desember Nutrient, agar menyebabkan ISK.
2012. pasien ISK Darah dan agar

47
berjenis kelamin MacConkey dan
perempuan yaitu diinkubasi pada
sebanyak 18 pasien suhu 37ºC selama
(60%). Sementara 24 jam. Kemudian
pasien berjenis dibuat pengecatan
kelamin laki-laki gram untuk
sebanyak 12 pasien mendapatkan sifat
(40%). gram dari kuman
yang ditemukan.
Selanjutnya
dilakukan
identifikasi jenis
bakteri penyebab
ISK.
4. Male kidney Subjek penelitian Kultur urin dikirim 6.763 kasus RTx Analisis regresi Antara Agustus 2012
allograft recipients ini adalah 102 dalam kasus piuria diskrining untuk ISK, logistik multivariat dan September 2014
at risk for urinary pasien ISK yang atau gejala infeksi 102 pasien RTx diindikasikan jenis
tract infection? datang pada pasien kandung kemih. berbeda memenuhi kelamin
rawat jalan Setiap pasien kriteria inklusi dan perempuan, tinggi
Gerold Tolking, transplantasi kami dimasukkan hanya dibandingkan dengan kecil, usia lanjut
dkk, 2017 klinik antara sekali bahkan 102 kontrol dan jenis kelamin
Agustus 2012 dan dalam kasus allograft ginjal laki-
September 2014 kambuh atau laki harus dikaitkan
dan memiliki ISK infeksi ulang hanya dengan terjadinya
pada kunjungan ini memasukkan pasien ISK setelah RTx.
(gejala dan tanpa dengan rejimen Penerima
gejala). imunosupresif perempuan yang
berbasis tacrolimus menerima cangkok

48
(Tac) mengandung pria memiliki
pelepasan segera- fungsi ginjal terbaik
Tac, dalam 12 bulan setelah
kombinasi dengan presentasi. Namun,
mikofenolat respons leukosit
mofetil, penerima terhadap
mikofenolat lipopolysaccharide
natrium atau terganggu terlepas
everolimus ± dari jenis kelamin
prednisolon (? 20 donor dan penerima
mg / hari) memperpanjang
sama.

5. Factors associated Database klinik dari Dalam penelitian Database klinik dari Secara total 608 Dalam penelitian ini
with urinary tract Klinik Pasien ini tidak ada Klinik Pasien Rawat pasien melakukan tidak ada pemberian
infections among Rawat Jalan HIV di pemberian Jalan HIV di kultur urin, 176 perlakuan hanya
HIV-1 infected Warsawa perlakuan hanya Warsawa (28,9%) adalah mengumpulkan semua
patients mengumpulkan mengumpulkan mengumpulkan perempuan dan 432 informasi medis.
semua informasi semua informasi semua informasi (71,1%) adalah
Agata Skrzat- medis di pasien medis. medis di pasien laki-laki, 378
Klapaczyńska, dkk, secara rutin diikuti secara rutin diikuti (62,2%) terdaftar
2018 sejak 1994 hingga sejak 1994 hingga dalam perawatan
2015 2015 sebelum / pada
2007, 258 (42,4%)
terinfeksi melalui
kontak
homoseksual .
Dalam studi oleh

49
Schonwald et al. di
antara 96 pasien
HIV-positif tingkat
prevalensi kemih
infeksi saluran di
antara pasien HIV /
AIDS di Zagreb
tinggi (41%).
6. Asuhan Subyek peneliti Intervensi yang peneliti deskriptif Pada klien dengan 24-27 April 2018.
Keperawatan pada adalah 2 klien diberikan untuk klien masalah Gangguan
klien ISK dengan dengan masalah klien yang mengalami Eliminasi Urine
masalah gangguan keperawatan dan dengan masalah Infeksi Saluran intervensi yang di
eliminasi urin di diagnosa medis keperawatan Kemih dengan gunakan adalah
ruang Dahlia di yang sama Gangguan masalah Gangguan NOC: Gangguan
RSUD Jombang Eliminasi Urine Eliminasi Urine Di Eliminasi Urine
yaitu Dorong untuk ruang NIC: Kontrol
Imvitahul beristirahat, Dahlia RSUD Infeksi.
Mawaddah, Nita Berikan terapi Jombang, jumlah Berdasarkan hasil
Arisanti, Dwi antibiotik yang peneliti pada kedua
Prasetyaningati, sesuai, Anjurkan klien di dapatkan
2018 pasien untuk perbedaan dari hasil
meminum UL klien, Antara
antibiotik seperti klien 1 lebih rendah
yang di resepkan, dari klien 2.
Ajarkan
pasien dan keluarga
mengenai tanda dan
gejal infeksi dan

50
kapan harus
melaporkannya
kepada penyedia
perawatan
kesehatan, Ajarkan
pasien dan anggota
keluarga mengenai
bagimana
menghindari
infeksi. Dengan
kontrol infeksi
Berikan terapi
antibiotik yang
sesuai dan
Ajarkan klien dan
anggota keluarga
mengenai bagimana
menghindari
infeksi.
7. Hubungan Subjek penelitian Menggambarkan Jenis penelitian yang ada hubungan 03 Agustus – 20
pemasangan kateter ini adalah seluruh hubungan antara digunakan dalam antara September Tahun 2012.
dengan kejadian perawat yang pemasangan kateter penelitian ini adalah pemasangan kateter
infeksi saluran bekerja di ruang dengan kejadian studi korelasi (P-value 0,019)
kemih pada pasien rawat inap infeksi saluran (correlation study). dengan kejadian
di ruang gawat inap penyakit dalam kemih Menurut infeksi saluran
penyakit dalam di RSUDZA Banda pada pasien di Notoatmodjo (2010), kemih di ruang
RSUDZA Banda Aceh yang ruang rawat inap penelitian studi rawat inap
Aceh tahun 2012 berjumlah 35 penyakit dalam korelasi merupakan penyakit dalam

51
perawat. RSUDZA Banda penelitian yang RSUDZA Banda
Marlina & Aceh dilakukan untuk Aceh.
Roni A Samad, Tahun 2012. Untuk melihat hubungan
2012 melihat terjadinya antara dua variabel
infeksi saluran pada sekelompok
kemih pada pasien subjek.
yang
terpasang kateter di
ruang rawat inap
penyakit dalam
RSUDZA Banda
Aceh

52
BAB 5

PENUTUP

3.1 Simpulan
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat adanya mikroorganisme
dalam urin dan memiliki potensi untuk menginvasi jaringan-jaringan pada
saluran kemih. Infeksi saluran kemih (ISK) bergantung pada banyak faktor
seperti usia, jenis kelamin, prevalensi bakteriuria dan faktor predisposisi yang
menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal. Dalam
keadaan normal, urin juga mengandung mikroorganisme, umumnya sekitar
10² hingga 104 bakteri/ml urin. Pasien didiagnosis infeksi saluran kemih bila
urinnya mengandung lebih dari 105 bakteri/ml
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah
diatas dengan sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
dipertanggungjawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan
makalah yang telah dijelaskan.

53
DAFTAR PUSTAKA

Bint, B., 2003. Penyakit Infeksi Saluran Kencing; Sistitis dan Pielonefritis in
Dasar Biolog

Knowles, M., 2005. The Definitive Classic in Adult Education and Human
Resource Development 6th edition. Amsterdam

M.Clevo Rendi, Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah dan
Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika

Rudi Haryono. 2013. Keperawatan Medikal Bedah: sistem perkemihan ed.1.


Yogyakarta: Rapha Publishing

Sukandar, E. 2006. Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam: Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbit IPD FK UI.

Tessy A, Ardayo, Suwanto. Infeksi salauran kemih dalam Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi 3. Jakarta : Balai Penerbit FKUI; 2001.

54

Anda mungkin juga menyukai