Anda di halaman 1dari 9

METODE ASUHAN KEPERAWATAN (M3-METHOD)

a. Penerapan MAKP
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur
yakni : standart proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini, dan akan
menentukan kualitas produksi / jasa layanan keperawatan, jika perawat tidak
memiliki nilai-nilai tersebut sebagai pengambilan keputusan yang independen,
maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasaan pasien
tidak akan terwujud (Nursalam, 2014).
Penerapan Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) di Ruang Pink 1
dan Pink 2 di Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya menggunakan metode tim.
Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan kepala ruangan Pink 1 dan Pink 2
pada tanggal 22 Maret 2022 bahwa model MAKP diruang Pink 1 dan Pink 2
adalah metode tim, dengan kepala ruangan adalah seorang S1 Keperawatan / Ners
yang berpengalaman. Perawat dalam menjalankan asuhan keperawatan setiap
perawat memegang 6 - 7 pasien setiap shiftnya. Di ruang tersebut ketua tim juga
memegang pasien sama halnya dengan anggota tim sehingga setiap perawat
memegang pasien di setiap shiftnya, dan kepala ruangan juga memegang pasien
dikarenakan tim di pink 1 dan pink 2 kekurangan SDM, maka dari itu kepala
ruangan juga ikut memengang pasien dan melakukan tindakan. Oleh karena itu
jika Pink 1 kekurangan tenaga perawat akan di ambilkan di Pink 2 begitu pula
sebaliknya. Kepala ruangan juga bertanggung jawab untuk memperkerjakan,
mengembangkan, dan mengevaluasi stafnya.
Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan, perawat shieft pagi yang berjaga
3 orang, shieft sore berjumlah 3 orang dan shieft malam berjumlah 3 orang.
Perawat ruangan terbagi menjadi 2 tim, Tim A (Pink 1) meliputi 6 Kaltim dan 6
perawat asosiate. Tim B (Pink 2) meliputi 5 kaltim dan 3 perawat asosiate.
Perawat di ruangan Pink 1 ada lulusan D3 dan S1, untuk D3 ada 8 orang yang
terdiri yang menjadi kaltim 4 orang, dan yang menjadi perawat asosiate berjumlah
4 orang. S1 ada 4 orang yang terdiri yang menjadi kaltim 2 orang, dan yang
menjadi perawat asosiate 2 orang. Perawat di ruangan Pink 2 ada lulusan D3 dan
S1, untuk D3 ada 5 orang yang terdiri yang menjadi kaltim 4 orang, dan yang
menjadi perawat asosiate 1 orang. S1 ada 3 orang yang terdiri yang menjadi kaltim
1 orang, dan yang menjadi perawat asosiate 2 orang.
b. Penerimaan Pasien Baru
Penerimaan pasien baru adalah metode dalam menerima kedatangan pasien
baru (pasien dan atau keluarga) diruang pelayanan keperawatan, khususnya pada
rawat inap atau keperawatan intensif. Dalam penerimaan pasien baru, maka
disampaikan beberapa hal mengenai orientasi ruang, pengenalan ketenagaan ners-
medis, dan tata tertib ruang serta penyakit (Nursalam, 2014).
Dari hasil wawancara yang dilakukan alur dari penerimaan pasien baru yaitu
pasien datang dari Instalasi Gawat Darurat (IGD) atau Poli Klinik diantar oleh
petugas, pasien selanjutnya dibawa ke ruangan yang dituju dengan membawa
status dan lembar persetujuan untuk rawat inap. Penanggung jawab dari pasien
harus melengkapi dan mengurus surat-surat yang diperlukankan, sehingga dapat
dilakukan perawatan rawat inap sesuai dengan SOP yang telah ditentukan oleh
Rumah Sakit Wiyung Sejahtera Surabaya. Perawat dari ruang IGD ataupun poli
melakukan timbang terima dengan perawat ruang Pink 1 dan Pink 2 terkait kondisi
pasien dan tindakan apa yang sudah diberikan selama pasien berada diruang IGD
ataupun poli. Selanjutnya di ruangan dilakukan tindakan pengkajian awal rawat
inap yang komprehensif oleh perawat ruangan Pinki 1 dan Pink 2 yang meliputi
pengukuran TTV dan mengobservasi tanda-tanda klinis pasien. Selanjutnya
dilakukan perencanaan tindakan untuk mengatasi pasien sesuai dengan indikasi
dan arahan dari dokter penanggung jawab. Terdapat format khusus penerimaan
pasien baru di Pink 1 dan Pink 2, dimana format transfer pasien antar unit
perawatan. Dimana yang dilakukan operan penerimaan pasien baru dari IGD
terdapat rekam medis pasien ( identitas pasien, dokter penanggung jawab, obat,
hasil swab antigen, hasil lab, foto rontgen, diagnosa medis, pemberian infus,
tindakan yang sudah dilakukan, tensi, RR, BB dan TB pasien ).
Alur Pasien Masuk – Keluar Ruang Pink 1 dan Pink 2
RS Wiyung Sejahtera Surabaya

Pasien Masuk

Poli IGD

MRS

Pink 1 dan Pink 2

Gambar3.5 Bagan Alur pasien masuk - keluar Ruang Shofa Marwah Rumah
Pulang sembuh
Pindah ruangan/dirujuk
Pulang paksa
.
c. Timbang Terima
Timbang terima pasien (operan) adalah suatu cara dalam menyampaikan dan
menerima suatu laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima
pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas
dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah
dilaksanakan / belum dan perkembangan pasien saat itu (Nursalam, 2016).
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan diperoleh hasil bahwa di
ruang Pink 1 dan Pink 2 sudah melakukan prosedur timbang terima pada saat
pergantian shift jaga. Pada shift pagi, timbang terima dipimpin oleh kepala
ruangan, kaltim dan perawat asosiate. Pada shift sore , timbang terima dipimpin
oleh kaltim dan perawat asosiate. Pada shift malam, timbang terima dipimpim oleh
kaltim dan perawat asosiate. Isi timbang terima disampaikan secara lisan
berdasarkan sistem timbang terima SBAR, dapat dijelaskan mulai dari diagnosa
pasien, tindakan kolaboratif yang sudah dikerjakan atau yang belum dikerjakan
sesuai perkembangan pasien pada saat itu utamanya pada masalah- masalah
keperawatan, kemudian seluruh perawat ruangan validasi ke masing- masing
pasien. timbang terima di awali dengan berdoa, visi misi rumah sakit, operan
ruangan dengan menyebutkan nama pasien. Dari segi pendokumentasian, terdapat
buku khusus untuk mempermudah proses timbang terima (buku penghubung)
dimana isi dari buku tersebut terakit identitas pasien, diangnosa medis, dokter
penanggung jawab, serta tindakan yang sudah dilakukan dan tindakan yang belum
dilakukan. Teknik yang digunakan menggunakan metode SBAR. Waktu
pelaksanaan timbang terima di ruang Pink 1 dan Pink 2 tepat waktu tetapi
terkadang melebihi waktu mulai jam kerja tergantung banyak nya pasien di sebuah
ruangan.
d. Ronde Keperawatan
Ronde keperawatan adalah kegiatan yang bertujuan untuk mengatasi masalah
keperawatan pasien yang dilaksanakan oleh perawat disamping melibatkan pasien
untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan. Pada kasus tertentu
harus dilakukan oleh perawat primer dan atau konselor, kepala ruangan, perawat
associate yang perlu juga melibatkan seluruh anggota tim kesehatan (Nursalam,
2014).
Dari hasil wawancara yang dilakukan diruang Pink 1 dan Pink 2 beberapa dari
perawat diruangan ini sudah mengerti dan memahami tentang Ronde
Keperawatan. Namun dalam proses MAKP diruangan Ronde Keperawatan masih
belum terlaksana, berhubungan dengan beberapa pertimbangan salah satunya yaitu
penyesuain jadwal. Ronde keperawatan diruang Pink 1 dan Pink 2 belum
dilakukan secara optimal oleh perawat, dikarenakan Ronde Keperawatan belum
menjadi kegiatan rutin, belum adanya jadwal rencana pelaksanaan Ronde
Keperawatan, belum terbentuk struktur tim untuk Ronde Keperawatan, serta
adanya keterbatasan waktu antar tenaga medis.
Dari hasil observasi dan wawancara kepada ruangan menyatakan bahwa
diruangan sudah ada upaya untuk melakukan ronde keperawatan dengan cara
mengkonsulkan pasien dengan dokter spesialis yang merupakan DPJP. Jika tidak
ada perubahan pada pasien tersebut maka pasien akan dirujuk ke rumah sakit lain.
Di ruang Pink 1 dan Pink 2 belum pernah dilakukan ronde keperawatan dan kasus
yang dibuat ronde keperawatan.
e. Sentralisasi Obat
Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat di mana seluruh obat akan diberikan
kepada pasien diserahkan pengelolaan sepenuhnya oleh perawat (Nursalam, 2014).
Tujuan pengelolaan obat adalah menggunakan obat secara bijaksana dan
menghindarkan pemborosan, sehingga kebutuhan asuhan keperawatan pasien
dapat terpenuhi.
Dari hasil wawancara dan Observasi yang dilakukan di ruang Pink 1 dan Pink 2
alur sentralisasi obat Diruang Pink 1 dan Pink 2. Dari awal pasien masuk kerumah
sakit melalui IGD atau poli, dari IGD pasien di konsulkan ke dokter dan sudah
mendapatkan terapi dan resep dalam 1 hari dan dapat obat. Lalu selama 1 minggu
dilakukan resep untuk pasien ke farmasi. Setelah mendapatkan obat dari farmasi.
Pada saat penerimaan obat perawat mengecek identitas dan kelengkapan obat
sesuai dengan resep yang telah diberikan oleh dokter. Data yang kami peroleh di
ruangan Pink 1 dan Pink 2, kegiatan sentralisasi obat sudah maksimal seperti ada
buku penerimaan obat. Di Ruangan Pink 1 dan Pink 2 pengelolaan obat per pasien
diletakkan dalam satu wadah sesuai dengan kamar pasien dan sesuai dengan cara
pemberian. Obat injeksi dan obat oral pada pasien Ruang Pink 1 dan Pink 2
diletakkan pada wadah tersendiri namun di setiap kotaknya tertata dengan rapi. Di
ruangan sudah ada tempat khusus untuk obat emergency dan kulkas khusus
penyimpanan obat pasien. Di ruang Pink 1 dan Pink 2 ada penyediaan stok cairan
dan alat alat kesehatan hanya sebagian ada dengan jumlah yang ada. Setiap pagi
orang farmasi mengecek ketersediaan obat di ruangan Pink 1 dan Pink 2. Jika
sewaktu-waktu terdapat cairan dan alat kesehatan yang dibutuhkan maka perawat
meminta resep ke dokter penanggung jawab dan diresepi, lalu perawat
memberikan ke keluarga pasien agar segera diambil ke farmasi.
Alur Sentralisasi Obat di Ruang Pink 1 dan Pink 2

Dokter
Penanggung
Jawab

Resep Obat

Perawat

Resep diberikan kepada Keluarga

APOTIK RS Wiyung
Sejahtera

Diserahkan Ke
Perawat dilakukan
Pengecekan dan
Penataan Obat
f. Supervisi Keperawatan
Supervisi merupakan upaya untuk membantu pembinaan dan peningkatan
kemampuan pihak yang disupervisi agar mereka dapat melaksanakan tugas
kegiatan yang telah ditetapkan secara efisien dan efektif (Huber, 2000 dalam
Nursalam, 2014). Supervisi keperawatan adalah kegiatan pengawasan dan
pembinaan yang dilakukan secara berkesinambungan oleh supervisor mencakup
masalah pelayanan keperawatan, masalah ketenagaan dan peralatan agar pasien
mendapat pelayanan yang bermutu setiap saat (Nursalam, 2014).
Dari hasil pengkajian dan wawancara dengan kepala ruangan tanggal 22
Maret 2022 di ruang Pink 1 dan Pink 2 menyatakan bahwa diruang Pink 1 dan
Pink 2 sudah pernah dilakukan supervisi. Apabila ada perawat yang melanggar
atau melakukan tindakan tidak sesuai dengan SOP dan adanya complain dari
pasien, perawat tersebut diberi teguran oleh kepala ruangan dan dilakukan
pembinaan jika 2-3 x masih tidak sesuai dengan SOP akan diserahkan ke HRD..
Untuk satu bulan terakhir ini dilakukan 2x supervisi, yang bersifat harian hanya
pada satu shift saja (shift pagi). Di rumah sakit wiyung sejahtera terdapat MOD
(Manager On Duty) dimana 3 shieft pagi, sore dan malam yang bertugas dalam
mengkoordinasi jika butuh bantuan bagi medis dan non medis.
g. Discharge Planning
Perencanaan pulang (discharge planning) adalah suatu proses yang dinamis dan
sistematis dari penilaian, persiapan serta koordinasi yang dilakukan untuk
memberikan kemudahan pengawasan pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial
sebelum dan sesudah pulang (Nursalam, 2014).
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, Alur pelaksanaan
discharge planning di ruang Pink 1 dan Pink 2 keluarga pasien menyelesaikan
secara administratif, perawat menyiapkan status pasien dan format discharge
planing kemudian memeriksa kelengkapan administrasi dan memberikan resep
obat kepada keluarga. Keluarga pasien mengambil obat diapotik dan menyerahkan
kemeja perawat untuk mendapatkan penjelasan tentang cara pemberian obat, serta
perawat memberikan surat kontrol yang digunakan untuk kontrol pasien. Pada
ruang Pink 1 dan Pink 2, sudah terdapat format discharge planning dan telah
dilakukan. Discharge planning dijelaskan secara lisan kepada keluarga pasien, t
ada pemberian leaflet/brosur untuk pasien, dan informasi yang disampaikan saat
discharge planning terkadang kurang mencakup dengan apa yang dibutuhkan oleh
pasien. Leaflet yang tersedia belum disampaikan atau diberikan secara maksimal.
Leaflet yang tersedia di ruangan Pink 1 dan Pink 2 yaitu leaflet layanan
telemedicine, jadwal dokter spesialis, dan Pencegahan Pengendalian Infeksi).
Belum adanya leaflet 10 penyakit terbanyak di ruang Pink 1 dan Pink 2 yaitu
( DHF, Pneumonia, Diabetes Melitus, UA, KDS, OF, Dispepsia, CVA,
Bronkopneumonia, ISK). Pemberian HE (Health Education) dan leaflet pada
pasien dan keluarga pasien sangat penting untuk memberikan pengetahuan agar
pasien dapat menjaga kesehatannya dan nanti saat dirumah pasien bisa melihat
kembali leaflet jika pasien lupa dengan informasi yang diberikan perawat. Sudah
ada format khusus untuk pencatatan kegiatan discharge planning.
h. Dokumentasi Keperawatan
Dokumentasi merupakan catatan autentik dalam penerapan manajemen
asuhan keperawatan nasional. Perawat professional diharapkan dapat menghadapi
tuntutan tanggung jawab dan tanggung gugat terhadap segala tindakan yang
dilaksanakan. Kesadaran masyarakat terhadap hukum semakin meningkat
sehingga dokumentasi yang lengkap dan jelas sangat dibutuhkan (Nursalam,
2014).
Dokumentasi keperawatan yang dilakukan meliputi pengkajian persistem dan
evaluasi keperawatan menggunakan SOAP. Format pengkajian sudah tersedia
diruangan hal ini dapat memudahkan perawat dalam pengisian pengkajian. Sistem
pendokumentasian menggunakan manual (catatan) dan komputerisasi. Catatan
keperawatan berisikan advice dokter dan tindakan mandiri perawat. Dokumentasi
keperawatan dengan belum dilakukan secara maksimal seperti penulisan SOAP
yang kurang lengkap.
Dari hasil pengkajian, observasi dan wawancara, di ruang Pink 1 dan Pink 2
sistem pendokumentasian menggunakan sistem tulis dan sistem komputer. Pada
sistem tulis setiap selesai pendokumentasian perawat memberi tanda tangan pada
laporan yang ditulis dimana di rekam medis pasien. Dokumentasi keperawatan
yang diterapkan di ruang Pink 1 dan Pink 2 menggunakan pola S-O-A-P dan saat
perawat melakukan komunikasi dengan tenaga medis lain baik via Whatsapp atau
via telfon perawat mendokumentasikan menggunakan sistem SBAR.

Anda mungkin juga menyukai