Drama BILAL BIN RABAH
Drama BILAL BIN RABAH
(Matahari kian meninggi. Panas sang raja siang terasa mulai menyengat. Di langit, tak segumpal
awan pun menaungi mayapada. Angin yang biasa berembus lembut pun entah pergi ke mana.
Siang itu benar-benar terik …..Bilal dan seorang temannya, yang juga seorang budak akan
melepaskan penat setelah bekerja seharian)
Adegan 1
Bilal :Tugas dari tuan Umayyah sudah aku kerjakan. Berarti, aku bisa beristirahat … Oya,
aku mendengar, Muhammad membawa agama yang tidak membedakan antara tuan
dengan sahaya, antara yang kaya dengan yang miskin. Aku ingin mencari tahu …
Budak 1 : Hai, Lal. Apa yang kau ucapkan itu? Kau jangan macam-macam …
Bilal : Ah, tidak. Aku tidak mengucapkan apa-apa …
Budak 1 : Kamu jangan bohong, Lal! Aku mendengarmu …
Bilal : Kamu salah dengar, Kawan. Angin sahara yang kau kira suaraku itu …
Budak 1 : Jangan bohong kau, Lal!
Bilal : Sungguh, aku tidak bohong
Budak 1 : Baik, lihat saja nanti …
Bilal : Maksudmu?
Budak 1 : Kita hanyalah budak, Lal. Sebagai budak, kita harus taat pada majikan …
Bilal : Majikan hanya bisa menguasai ragaku. Namun, jiwaku bebas merdeka.
Budak 1 : Maksudmu?
Bilal : Jika sempat membaca dua kalimat sahadat sebelum mati, aku akan senang …
Budak 1 : Kau jangan nekat, Lal. Kalau ada apa-apa, tanggung sendiri akibatnya …
Bilal : Moga Allah memberiku kesempatan bersahadat di depan beliau …
(Budak 1 kaget, lalu masuk. Bilal pun masuk. Umayyah keluar. Ia berjalan mengitari kebun
kurmanya dengan sombong. Budak 2 memayungi Umayah. Budak 3 membawakan cemetinya.
Budak 4 membawakan air minumnya. Di sebuah tempat, mereka berhenti)
Adegan 2
Adegan 3
Budak 3 : Jongkok!
Umayyah : Benarkah kau akan menjadi pengikut Muhammad?
Budak 2 : Dia tidak mau mengaku, Tuan
Budak 3 : Apa yang harus saya lakukan, Tuan?
Umayyah : Hmm, kau tidak mau menjawab? Baik, cambuk dia! … Cambuk sampai mengaku!
(Budak 2 dan budak 4 memegangi tangan Bilal. Budak 3 mulai mencambuk. Setiap cambukan
mendarat, Bilal menyebut, ”Ahad…”)
Adegan 4
(Budak 3 segera melaksanakan tugas. Bilal terus menyebut, ”Ahad, Ahad, Ahad”. Utusan Abu
Bakar keluar)
Adegan 5
Utusan : Assalamualaikum …
Umayyah : Waalaikumsalam …
Utusan : Hai, Umayyah. Aku diutus oleh Abu Bakar menebus orang ini
Umayyah : Oya? Mana uang tebusannya?
Utusan : Ini … Berapa yang kau minta, Umayyah?
Umayyah : Hmm, … tebuslah dia dengan uang dinar seberat tubuhnya
Utusan : Apa kau bilang? Uang dinar seberat tubuhnya? Yang benar saja …
Umayyah : Hahahahaha … Kau kaget? Hahahaha ….
Utusan : Kau gila, Umayyah?
Umayyah : Aku gila? Hahahahaha … Tinggal Abu Bakar, sanggup atau tidak?
Utusan : Baik … baik, si mata duitan. Ini uang dinar yang kau minta.
Umayyah : Wow, uang dinar … uang dinar … Aku jadi tambah kaya. Aku jadi tambah kaya …
Hahahaha …
Utusan : Dasar tamak
Umayyah : Emang gue pikirin … kacian deh loe …
Utusan : Sekarang lepaskan dia!
(Budak 2 /3 /4 melepaskan Bilal. Umayyah dan budak-budaknya masuk. Utusan menolong Bilal
berdiri dan memberinya minum)
Adegan 6
(Hari berganti hari, bulan berganti bulan, tahun pun berganti. Kadar keimanan Bilal bin Rabah
makin kokoh. Hingga suatu hari, Ali mengatakan bahwa masjid membutuhkan penyeru agar
semua muslim dapat mengetahui waktu shalat telah menjelang. Dalam beberapa saat jemaah
masjid terdiam dan berpandangan. Kemudian beberapa sahabat membicarakan cara terbaik untuk
memanggil orang-orang. Kemudian, atas masukan dari Abdullah bin Zaid dari kaum Anshar,
Rasulullah mengutus Bilal bin Rabah sebagai penyeru. Mereka beranjak keluar masjid.
…”Semua pemain keluar”)
Adegan 7
(Bilal memandang langit … Kemudian, ia mengumandangkan adzan. Usai adzan, semua masuk)
Tamat