Anda di halaman 1dari 3

KEJANG DEMAM

No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tanggal Terbit : 05 Januari 2019
Halaman :

UPT PUSKESMAS TIUR MAIDA


LAHEI II NIP. 19780324 200604 2 009

Kejang Demam (KD) adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal >38°C) akibat dari suatu proses ekstra kranial. Kejang
1. Pengertian
berhubungan dengan demam, tetapi tidak terbukti adanya infeksi intrakranial atau
penyebab lain.

Prosedur ini dibuat dimaksudkan untuk mengatur tatacara melakukan penanganan


1. Tujuan penderita kejang demam agar tidak terjadi kerusakan otak lebih lanjut dan tidak
terjadi kejang berulang.

2. Kebijakan

Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


3. Referensi
HK.02.02/MENKES/514/2015.

Alat :
1. Bed pemeriksaan
2. Stetoskop
3. Alat pengukur tekanan darah
4. Alat dan Bahan 4. Alat pengukur suhu
5. Jam arloji
6. Meteran / Medline
7. Timbangan
8. Spatel lidah

a. Keluarga pasien diberikan informasi selengkapnya mengenai kejang demam


dan prognosisnya.
b. Pemberian farmakoterapi untuk mengatasi kejangnya adalah dengan:
1. Diazepam per rektal (0,5mg/kg) atau lorazepam (0,1 mg/kg) harus segera
diberikan jika akses intravena tidak dapat dibangun dengan mudah.
5. Prosedur 2. Buccal midazolam (0,5 mg/kg, dosis maksimal = 10 mg) lebih efektif
daripada diazepam per rektal untuk anak.
3. Lorazepam intravena, setara efektivitasnya dengan diazepam intravena
dengan efek samping yang lebih minimal (termasuk depresi pernapasan)
dalam pengobatan kejang tonik klonik akut. Bila akses intravena tidak
tersedia, midazolam adalah pengobatan pilihan.
Farmakoterapi untuk mengatasi kejang

KONSELING DAN EDUKASI


Konseling dan edukasi dilakukan untuk membantu pihak keluarga mengatasi
pengalaman menegangkan akibat kejang demam dengan memberikan informasi
mengenai:
a. Prognosis dari kejang demam.
b. Tidak ada peningkatan risiko keterlambatan sekolah atau kesulitan intelektual
akibat kejang demam.
c. Kejang demam kurang dari 30 menit tidak mengakibatkan kerusakan otak.
d. Risiko kekambuhan penyakit yang sama di masa depan.
e. Rendahnya risiko terkena epilepsi dan kurangnya manfaat menggunakan terapi
obat antiepilepsi dalam mengubah risiko itu.

KRITERIA RUJUKAN
a. Apabila kejang tidak membaik setelah diberikan obat antikonvulsi.
b. Apabila kejang demam sering berulang disarankan EEG.

Keluarga pasien
diberikan informasi
selengkapnya Berikan farmakoterapi segera
mengenai kejang untuk menghentikan kejang.
demam dan
prognosisnya.

6. Bagan Alir

Jika tidak tersedia obat anti Berikan konseling dan


kejang, atau pasien masuk dalam edukasi kepada pasien
kriteria rujukan, segera lakukan dan keluarga pasien
rujuk. serta alasan dirujuk.

1. UGD
7. Unit terkait 2. Ruang Pemeriksaan Umum
3. Rawat Inap
8. Dokumen
Resume Medis
Terkait

9. Rekaman N Tanggal Mulai


Yang diubah Isi Perubahan
Historis o diberlakukan
Perubahan

Anda mungkin juga menyukai