Anda di halaman 1dari 4

Proptosis -> insiden dan prevalen, usia, jenis kelamin, penyebab eksoftalmus , derajat

proptosis, manifestasi tambahan , modalitas diagnostik, jenis tindakan terapi.

HUBUNGAN ANTARA PEMERIKSAAN EXOPHTHALMOMETER HERTEL DAN


DERAJAT KEPARAHAN PROPTOSIS DI POLIKLINIK MATA RSUP DR
MOHAMMAD HOESIN PALEMBANG

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Proptosis adalah suatu kondisi penonjolan bola mata ke depan yang merupakan
manifestasi umum dari berbagai macam penyakit di dalam maupun di luar ruang orbita (Dsouza
dkk, 2017). Penyebab proptosis bervariasi mulai dari jinak hingga dapat mengancam nyawa
termasuk traumatik, vaskular, endokrin, inflamasi, infeksi dan keganasan (Nambiar dkk, 2017).
Presentasi proptosis bisa unilateral dan bilateral. Proptosis unilateral lebih banyak dibandingkan
proptosis bilateral dengan manifestasi lain berupa penurunan ketajaman visus, papilledema,
ptosis, palsi saraf kranial, diplopia, edema periorbital (Farooq dkk, 2010).
Siripurapu dkk. (2016) menyatakan bahwa insidensi proptosis di Eluru, India berkisar
0.037% sedangkan berdasarkan penelitian oleh Otulana dkk. (2016) didapatkan bahwa prevalensi
proptosis di bagian barat daya Nigeria adalah sekitar 1,2% dengan penyebab terbanyak yaitu
infeksi (38,4%). Proptosis dapat terjadi pada semua usia, lebih sering terjadi pada laki-laki
dibandingkan perempuan di kelompok usia lebih dari 60 tahun (Farooq dkk, 2010).
Diagnosis proptosis biasanya ditegakkan setelah dilakukan pemeriksaan gabungan dari
dokter spesialis mata, THT, dan ahli radiologi (Dsouza dkk, 2017). Pemeriksaan yang rutin
dilakukan untuk mendiagnosis proptosis berupa Exophthalmometry. Exophthalmometry
merupakan pemeriksaan klinis sederhana dalam mengukur posisi bola mata di orbit secara
kuantitatif (Jarusaitiene dkk, 2016). Ada beberapa jenis alat exophthalmometer untuk mengukur
Exophthalmometric Values yaitu Hertel, Luedde dan Naugle. Hertel dan Luedde mengukur jarak
apeks kornea dari tingkat orbital lateral sementara Naugle mengukur perbedaan relatif antara
masing-masing mata (Onofrey dkk, 2011). Di antara mereka, pemeriksaan yang paling banyak
digunakan saat ini adalah pemeriksaan Exophthalmometer Hertel. Hal ini memungkinkan
pengukuran jarak antara dua rim orbital lateral (yaitu jarak inter-orbital) dan jarak vertikal dari
apeks kornea ke bidang frontal (Wu dkk, 2015).
Proptosis memiliki beberapa derajat keparahan yaitu ringan,sedang, dan berat yang
ditetapkan melalui pemeriksaan CT Scan atau MRI. Pemeriksaan tersebut sekaligus membantu
dalam mengetahui etiologi dari proptosis unilateral (Melki dkk, 2017).
Pengetahuan yang jelas tentang karakteristik proptosis unilateral dapat membantu dokter
untuk mencurigai, mendiagnosis, dan memberikan pengobatan lebih awal. Oleh karena itu,
penelitian ini penting dilakukan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang untuk menambah
bukti empiris dan juga referensi mengenai gambaran umum penderita proptosis unilateral.

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana karakteristik penderita proptosis unilateral di Poliklinik Mata RSUP DR
Mohammad Hoesin Palembang?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Menentukan insidensi, prevalensi, dan gambaran umum penderita proptosis unilateral
di Poliklinik Mata RSUP DR Mohammad Hoesin Palembang.
1.3.1 Tujuan Khusus
i. Mengetahui karakteristik usia pada penderita proptosis unilateral di Poliklinik Mata
RSUP DR Mohammad Hoesin Palembang.
ii. Mengetahui karakteristik jenis kelamin pada penderita proptosis unilateral di
Poliklinik Mata RSUP DR Mohammad Hoesin Palembang.
iii. Mengetahui gambaran penyebab proptosis unilateral di Poliklinik Mata RSUP DR
Mohammad Hoesin Palembang.
iv. Mengetahui derajat keparahan penderita proptosis unilateral di Poliklinik Mata
RSUP DR Mohammad Hoesin Palembang.
v. Mengetahui manifestasi tambahan yang dialami penderita proptosis unilateral di
Poliklinik Mata RSUP DR Mohammad Hoesin Palembang.
vi. Mengetahui modalitas diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penderita
proptosis unilateral di Poliklinik Mata RSUP DR Mohammad Hoesin Palembang.
vii. Mengetahui jenis tindakan terapi yang diberikan untuk penderita proptosis
unilateral di Poliklinik Mata RSUP DR Mohammad Hoesin Palembang.

1.4. Hipotesis
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Manfaat Secara Teoritis
Hasil penelitian diharapkan dapat memberi bukti empiris dan referensi
mengenai gambaran umum pasien proptosis unilateral di Poliklinik Mata RSUP DR
Mohammad Hoesin Palembang.
1.5.2. Manfaat Secara Praktis
Hasil penelitian dapat digunakan untuk deteksi dini terjadinya proptosis
unilateral di Poliklinik Mata RSUP DR Mohammad Hoesin Palembang sehingga
diharapkan bisa mengambil langkah-langkah pencegahan, diagnosis, dan terapi
lebih awal untuk mencegah terjadinya progresifitas proptosis.

Daftar Pustaka

 B. B. Kanski, Clinical Ophthalmology, A Systemic Approach, Elsevier Saunders Ltd, 8th


edition, 2016.
 P. Keche, A. Z. Nitnaware, M. Mair, P. Sakhare, and S. Satpute, “A study of tumours
giving rise to unilateral proptosis,” Indian Journal of Otolaryngology and Head & Neck
Surgery, vol. 65, Supplement 1, pp. 6–13, 2012. View at Publisher · View at Google
Scholar · View at Scopus
 A. Turnbull, S. Trikha, C. Whaley, D. Gibson, and E. Kashef, “Acquired unilateral
proptosis – an overview of aetiology and radiological considerations,” RAD Magazine,
vol. 42, no. 488, pp. 15–17, 2016. View at Google Scholar
 N. K. Khan, M. Moin, M. A. Khan, and A. Hameed, “Unilateral proptosis: a local
experience,” Biomédica, vol. 20, 2004. View at Google Scholar
 C. Sys and P. Kestelyn, “Unilateral proptosis and blindness caused by meningioma in a
patient treated with cyproterone acetate,” GMS Ophthalmology Cases, vol. 5, 2015. View
at Publisher · View at Google Scholar
 K. Sindhu, J. Downie, R. Ghabrial, and F. Martin, “Aetiology of childhood proptosis,”
Journal of Paediatrics and Child Health, vol. 34, 1998. View at Publisher · View at
Google Scholar
 K. P. Rao, K. V. Rao, M. R. Rao, and B. S. Rao, “Clinical study of proptosis,” Indian
Journal of Ophthalmology, vol. 30, pp. 489-490, 1982. View at Google Scholar
 Kamminga N, Jansonius NM, Pott JW, Links TP: Unilateral proptosis: the role of
medical history. Br J Ophthalmol. 2003, 87 (3): 370-1. 10.1136/bjo.87.3.370.
 Onofrey, B. E., Skorin, L., Jr & Holdeman, N. R. Ocular therapeutics handbook: a clinical manual
(Third Edition).[Onofrey B. E., (ed.)] [71–72](Wolters Kluwer, Lippincott Williams and Wilkins,
Philadelphia, 2011.)
 https://www.nature.com/articles/srep08526

Anda mungkin juga menyukai