Anda di halaman 1dari 14

Cara reschedule kurva S dengan mudah

Cara reschedule kurva S dengan mudah- Pada artikel ini www.jasasipil.com akan
berbagi
ilmu manajemen proyek tentang cara reschedule kurva S pada proyek gedung dengan
mudah.
Reschedule sering dilakukan pada suatu proyek ketika proyek tersebut mengalami
keterlambatan jadwal pelaksanaan karena beberapa faktor. Faktor-faktor yang
menyebabkan
proyek harus di reschedule terdapat pada artikel sebelumnya yaitu Ciri-ciri proyek
yang
harus direschedule. Secara teknis, reschedule sangat mudah dilakukan karena hanya
mengubah kurva S menjadi kurva S yang dischedule ulang. Pada artikel ini akan saya
sertakan dengan contoh kurva S yang mengalami keterlambatan dan yang sudah
direschedule.
Pada artikel ini saya hanya akan memberikan panduan untuk reschedule kurva S saja.
Untuk
membuat kurva S dari awal sudah ada di artikel Cara membuat Kurva S.
Sebelum reschedule kurva S ada baiknya analisa terlebih dahulu penyebab
keterlambatan
proyek dimana saja. Ketika kita sudah menemukan beberapa penyebab utama
keterlambatan
proyek maka bisa kita antisipasi dengan reschedule. Berikut beberapa langkah yang
perlu
dilakukan untuk reschedule kurva S dengan mudah.
1. Cek berapa persen keterlambatan berdasarkan progres rencana dan progres
realisasi
pada kurva S

2. Analisa penyebab keterlambatan proyek dan tulis dengan poin-poin yang jelas.

3. Jika sudah diketahui dengan jelas penyebab dari keterlambatan, maka dipastikan
terlebih dahulu pada schedule yang baru tidak akan terulang lagi.

4. Tentukan waktu mulai reschedule pada kurva S. Misalkan dimulai pada bulan depan
(Januari).

5. Tentukan berapa lama penambahan waktu untuk schedule kurva S yang baru.
Misalkan pada kurva S lama sudah ditentukan finish project pada bulan Maret 2016.
Tapi karena keterlambatan sampai dengan -30.13% maka reschedule ditentukan mulai
dari bulan Januari 2016 sampai dengan Juni 2016. itu artinya ada penambahan sekitar
3 bulan dari Kurva S sebelumnya. Untuk menentukan jumlah berapa bulan tergantung
dari penyebab keterlambatan dan pengalaman kerja di proyek.
6. Pada contoh kurva S ini, progress rencana 68.06% sedangkan progres realisasi
hanya
37.93% sehingga deviasi keterlambatan sekitar -30.13%. Silahkan download untuk
Kurva S awal dan kurva S yang sudah direschedule. Download Di sini.

7. Setelah anda download file excel di atas, perhatikan yang sheet "kurva S". Pada
contoh ini akan kita mulai reschedule pada bulan Januari 2016. Perkiraan progres
realisasi pada bulan januari 2016 adalah 38.16%. Maka untuk membuat kurva S
reschedule, cari Progres Rencana pada minggu-minggu sebelumnya yang mempunyai
nilai progres rencana = 38.16%. Pada contoh ini terdapat pada minggu ke 32.

8. Silahkan blok semua detail progres rencana pada item-item pekerjaan. Kemudian
geser semua sampai dengan jadwal reschedule yaitu sampai bulan Juni 2016.
9. Dengan begitu pada bulan Januari 2016 antara progres rencana dengan realisasi
akan
sama. Sehingga tidak lagi ada deviasi minus pada bulan Januari 2016.
Cara reschedule kurva S di atas hanyalah salah satu saja. banyak sekali metode atau
cara
untuk membuat kurva S reschedule. Selamat mencoba.

Kurve “S” (Teknik Penyusunan/Pembuatan Kurva "S")


Minggu, Februari 19, 2012 Adi Atmadilaga 1 comment
Kurve – S adalah suatu kurve yang disusun untuk menunjukkan hubungan
antara nilai komulatif biaya atau jam-orang (man hours) yang telah digunakan
atau persentase (%) penyelesaian pekerjaan terhadap waktu. Dengan demikian
pada kurve–S dapat digambarkan kemajuan volume pekerjaan yang diselesaikan
sepanjang berlangsungnya proyek atau pekerjaan dalam bagian dari proyek.
Dengan membandingkan kurve tersebut dengan kurve yang serupa yang
disusun berdasarkan perencanaan, maka akan segera terlihat dengan jelas
apabila terjadi penyimpangan. Oleh karena kemampuannya yang dapat
diandalkan dalam melihat penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan
proyek, maka pengendalian
proyek dengan memanfaatkan Kurve–S sering kali digunakan dalam
pengendalian suatu proyek.
Pada Kurve–S, sumbu mendatar menunjukkan waktu kalender, dan sumbu
vertikal menunjukkan nilai komulatif biaya atau jam-orang atau persentase
penyelesaian pekerjaan. Kurve yang berbentuk huruf ”S” tersebut lebih banyak
terbentuk karena kelaziman dalam pelaksanaan proyek yaitu:

Kemajuan pada awal-awalnya bergerak lambat.

Kemudian diikuti oleh kegiatan yang bergerak cepat dalam kurun waktu
yang lebih lama.

Pada akhirnya kegiatan menurun kembali dan berhenti pada suatu titik
akhir.

§ Teknik penyusunan Kurve-S.


Proyek harus diselesaikan sesuai waktu/jadwal dan spesifikasi yang
telah ditentukan dan biaya yang telah direncanakan bersama. Untuk hal ini
diperlukan adanya prosedur untuk menentukan dan memakai sistem pencatatan
dan mengikuti kemajuan proyek, biaya dan anggaran, perbedaan dari perkiraan
semula, jalannya kemajuan dan biaya, dan perkiraan pada waktu penyelesaian.
Contoh: Ambil suatu proyek dengan WBS (Work Breakdown Structure)
dan keterangan-keterangan lainnya seperti terlihat pada tabel.12.1. Dari tabel
12.1 segera dibuat Net Work Diagramnya seperti terlihat pada
gambar. 12.1, dan selanjutnya dengan membuat Gantt Chart
gambar.12.2 (Jadwal Pelaksanaan) yang disesuaikan dengan ketentuan pada
tabel 12.1.

Waktu
Bulan

Biaya
(Rp)

Kegiatan
yang
Ketentua
Mendahulu
n
i

Kegiata
n

Keterangan

Pembersihan

30.000.0
00

EST

Satuan Drainage

60.000.0
00

H
-

Badan Jalan

10.000.0
00

EST

Kanal dan
bangunan

100.000.
000

EST

Pelapisan Jalan

20.000.0
00

LST

Penutupan Kanal

180.000.
000

LST

Peralatan Pompa
4

80.000.0
00

A.B.D.E

Consult
Engineering

80.000.0
00

EST

Project
Management

12

120.000.
000
Tabel 12.1.
Work Breakdown Structure

MISALNYA:
Pada akhir bulan ke 4 (GARIS MERAH) ini akan ditentukan status proyek
tersebut dengan mengambil langkah-langkah sebagai berikut :
1. Dihitung semua Biaya Anggaran Pelaksanaan Pekerjaan (BAPP) yang
besarnya sama dengan total Biaya Proyek yaitu:
2. Rp.(30.000.000,- + 60.000.000,- + 10.000.000,- + 100.000.000,- +
20.000.000,+ 180.000.000,- + 80.000.000,- + 80.000.000,- + 120.000.000,-)
= Rp.680.000.000,-.
3. Hitung BAPP pada akhinya bulan
Anggaran Pelaksanaan yang terdapat
Sebesar: BAPP4 = Rp.(2/3x30.000.000,+ 1/5x100.000.000,- + 1/9x180.000.000,=
Rp.210.000.000,-.

ke 4 yaitu sebesar semua Biaya


sebelah kiri batas bulan ke 4.
+ 2/6x60.000.000,- + 10.000.000,+ 80.000.000,- + 4/12x120.000.000,-)

Hitung Biaya Pelaksanaan Sebenarnya (BPS) pada akhir bula ke 4, yaitu


semua Biaya Pelaksanaan yang terdapat di sebelah kiri batas bulan ke 4 seperti
yang terdapat di Gambar.12.2, (Jadwal Pelaksanaan).
4. BPS dari kegiatan-kegiatan diambil dari Laporan-laporan Keuangan
sampai dengan akhir bulan ke 4. Jadi BPS sampai akhir bulan ke 4 adalah
BPS4: (...............)

BPS4
=
Jumlah
BPS
kegiatan-kegiatan
(A+B+H+I) =Rp.(20.000.000,+20.000.000,-+80.000.000,-+40.000.000,-)= Rp.160.000.000.
Terlihat bahwa Biaya Pelaksanaan yang Sebenarnya (BPS4) adalah lebih kecil
dari Biaya Anggaran Pelaksanaan Pekerjaan (BAPP) atau Rp.160.000.000,- lebih
kecil dari pada Rp.210.000.000,-, sehingga dapat dianggap bahwa biaya
pelaksanaan ada dibawah biaya yang dianggarkan. Hal ini bertentangan dengan
keadaan yang sebenarnya, karena Biaya Anggaran Pelaksanaan Sebenarnya
(BAPS) harus dihitung sesuai pekerjaan yang telah selesai, seperti yang tertera
digambar 12.2 yang diberi warna biru. Jadi BAPS adalah sebesar:
BAPS4 = Jumlah BAPS kegiatan-kegiatan (A+B+H+I) =Rp.
(2/3x30.000.000,+1/6x60.000.000,- +80.000.000,-+4/12x120.000.000,-) =
Rp.150.000.000,-. (
_______________ )
Perbedaan perhitungan-perhitungan diatas menentukan status:
Perbedaan Jadwal = BAPS4-BAPP4 = Rp.150.000.000,- - Rp.210.000.000,- =
-Rp.60.000.000,-.
Hal ini berarti penyelesaian pekerjaan tidak mengikuti jadwal (Ketinggalan).
Perbedaan Biaya = BAPS4-BPS4
= Rp.150.000.000,- - Rp.160.000.000,- = - Rp.10.000.000,-. Hal ini berarti dalam
pelaksanaan pekerjaan mengalami kekurangan biaya.
Grafik penggambaran keadaan tersebut dapat dilihat pada Gambar 12.3. Untuk
Perkiraan Biaya Penyelesaian Proyek (PBPP) berdasarkan keadaan pada
akhir bulan ke 4 maka dapat dihitung sebagai berikut:
PBPP
=
BPS/BAPS
x
Jumlah
Anggaran
(BAPP)
= Rp.160.000.000,-/Rp.150.000.000,- x Rp.680.000.000,- = Rp.725.333.336,Hal ini
berarti bahwa Biaya Proyek akan kekurangan sebesar:
Rp.680.000.000,- - Rp.725.333.336,- = -Rp.45.333.336,-.
Berarti biaya proyek keseluruhannya akan lebih tinggi sebesar :
Rp.45.333.336,-/Rp.680.000.000,- x 100% = 6% dari yang dianggarkan.
Untuk Perkiraan Tanggal Penyelesaian Proyek (PTPP) dihitung sebagai berikut:
Indek Jadwal (I J) = BAPS.4/BAPP4 = Rp.150.000.000,-/Rp.210.000.000,- =
0,7143.
PTPP = SISA WAKTU/I J + Waktu Pelaksanaan = = (12-4) bulan/0,7143 + 4 bulan
= 15,2 bulan (15 bulan + 6 hari).

Untuk menghitung Capaian penyelesaian proyek pada akhir bulan ke 4 adalah


sebagai berikut.
Capaian penyelesaian proyek sesuai jadwal adalah:
= BAPP (pada akhir bulan ke 4)/Jumlah Anggaran x 100% =
RP.210.000.000,-/RP.680.000.000,- x 100% = 30,9%.
Capaian sebenarnya di site adalah:
= BAPS (pada akhir bulan ke 4)/Jumlah anggaran x 100 % =
Rp.150.000.000,-/Rp.680.000.000,- x 100% = 22%.
Proyek mengalami keterlambatan progres sebesar =30,9% - 22% = 8,9%

Sabtu, Mei 01, 2010


Membuat Kurva-S [Manajemen Proyek]
5:45 AM

Haris Pradipta

46 comments

(Malang, HARISPRADIPTA.blogspot.com)
Akhirnya gue mengerjakan Proyek Akhir juga. Apa itu Proyek Akhir? Proyek Akhir itu
Skripsinya Mahasiswa Universitas Negeri Malang yang ambil studi D3. Lalu apa
hubungannya dengan judul post ini?
Nah, begini ceritanya. Judul Proyek Akhir gue “Studi Perbandingan Biaya dan Waktu
Pelaksanaan Pekerjaan Dinding Menggunakan Batu Bata Ringan Citicon Dengan Batu Bata
Merah Proyek Pembangunan Rumah Dua Lantai Perumahan Araya Kavling 43 & 45”,
panjang ya? Karena menurut gue yang panjang itu pasti keren!
Nah, seperti yang tertera dalam judul, gue membahas tentang biaya dan waktu. Untuk
perhitungan biaya proyek, teman-teman dapat membaca di post gue sebelumnya tentang
caracara perhitungan RAB (klik disini). Setelah perhitungan RAB, para kontraktor
harus
meneruskan pekerjaannya menghitung RAP atau Rencana Anggaran Pelaksanaan. RAP
kebutuhan material dan tenaga secara detail untuk menyelesaikan suatu bangunan,
atau dapat
juga dimaksud dengan penjabaran dari RAB (Rencana Anggaran Biaya). Pada umumnya
RAB digunakan untuk mengajukan penawaran pekerjaan borongan, sedangkan RAP
digunakan untuk menentukan jumlah material dan tenaga dalam pelaksanaan
pembangunan.
Kemudian setelah jumlah duit berhasil diketahui, maka kontraktor dapat melangkah ke
pembuatan kurva S. Untuk contoh mudahnya saya ambilkan dari proyek yang
kapasitasnya
kecil (gue belum dapat persetujuan untuk mempublikasikan RAB, RAP dan kurva S
proyek
yang gue gunakan sebagai obyek Proyek Akhir. Sori…).
Tapi sebelum itu, mari kita kenal dulu apa itu kurva S atau dalam bahasa kerennya
disebut SCurve. Kurva S secara grafis adalah penggambaran kemajuan kerja (bobot %)
kumulatif pada
sumbu vertikal terhadap waktu pada sumbu horisontal. Kemajuan kegiatan biasanya
diukur
terhadap jumlah uang yang telah dikeluarkan oleh proyek. Perbandingan kurva “S”
rencana
dengan kurva pelaksanaan memungkinkan dapat diketahuinya kemajuan pelaksanaan
proyek
apakah sesuai, lambat, ataupun lebih dari yang direncanakan.
Bobot kegiatan adalah nilai persentase proyek dimana penggunaannya dipakai untuk
mengetahui kemajuan proyek tersebut.

Misalnya sebuah proyek memiliki bobot pekerjaan seperti pada tabel di bawah ini.
Maka perhitungan bobot kegiatan (2), beton/dinding adalah:

Setelah mendapatkan bobot kegiatan, selanjutnya adalah membuat tabel bar chart dan
bobot
kegiatan yang didistribusikan ke setiap periode kegiatan. Misalnya, kegiatan
beton/dinding
akan dilaksanakan selama enam minggu, maka bobot kegiatan beton/dinding per periode
adalah:

Hasil setiap periode dijumlahkan dan selanjutnya bobot per periode ditambahkan
periode
sebelumnya sehingga akhir proyek akan mencapai bobot 100 %. Selanjutnya, dibuatkan
kurva dengan memplot nilai bobot per periodenya, seperti pada gambar di bawah ini.
klik untuk perbesar

Banyak orang bingung tentang bagaimana mengalokasikan waktu untuk tiap-tiap


jenis kegiatan pekerjaan (dalam gambar tertera bahwa pekerjaan beton/dinding
dialokasikan menjadi 6 minggu). Mungkin bagi para ahli manajemen proyek, ini
bukan hal yang sulit namun bagi gue hal ini cukup membuat gue tidak bisa tidur
semalaman.
Untuk mengalokasikan waktu dari sebuah pekerjaan kita dapat menggunakan
cara volume pekerjaan dinding keseluruhan harus dibagi dengan kecepatan
konstruksi material batu bata merah, yaitu 6 – 8 m2/hari.
Jika dalam pembuatan Time Schedule waktu dibagi menjadi per minggu, maka
hasil pembagian volume pekerjaan dengan kecepatan konstruksi harus dibagi
dengan tujuh hari dalam satu minggu.
Misalnya pada contoh proyek pada lantai satu memiliki volume pekerjaan
dinding sebesar 51 m3. Maka langkah untuk menghitung alokasi pekerjaan,
pertama adalah konversi satuan volume dari m3 menjadi m2, karena 1 m3 sama
dengan 6,7 m2 (tebal bata pada umumnya), maka:
51 m3 x 6,7 = 341,7 m2
Kemudian satuan luas yang didapat dari konversi volume pekerjaan dibagi
dengan kecepatan konstruksi dinding menggunakan pasangan batu bata merah:
Jika dalam time schedule waktu pelaksanaan didistribusikan menjadi satuan
minggu, maka jumlah hari yang diperoleh harus dibagi dengan tujuh hari:

Jadi jika bobot pekerjaan dinding batu bata merah misalnya 5,787 %, maka
persentase tersebut harus dibagi dengan jumlah minggu yang ditemukan.
Kemudian hasilnya dimasukkan pada chart pada time schedule dalam satuan
persen yang telah ditemukan, yaitu 0,965 %.

Nah, sekarang sudah dapat kita ketahui darimana angka 0,965 di gambar time
schedule di atas dan bagaimana cara alokasi waktu enam minggu untuk
pekerjaan beton/dinding.
Semoga post ini bermanfaat bagi teman-teman sekalian. Pada post berikutnya
gue janji akan membagikan Proyek Akhir gue pada teman-teman sekalian.
Tentunya kalau Proyek Ahir gue sudah diuji. Gue harap teman-teman sudi
memberikan kritik dan saran.(download laporan Proyek Akhir saya di sini)

Anda mungkin juga menyukai