S46439-Catur Mei Astuti-1 PDF
S46439-Catur Mei Astuti-1 PDF
Abstrak
Kata kunci: diabetes melitus tipe 2, pengendalian kadar glukosa darah, kepatuhan diet,
kepatuhan minum obat, cross sectional
Abstract
Keywords: type 2 diabetes mellitus, blood glucose control, dietary adherence, medication
adherence, cross sectional
Pendahuluan
Diabetes melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolik ditandai dengan
hiperglikemia, yang disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, kelainan kerja insulin atau
keduanya.1 Pada tahun 2007, prevalensi DM di Indonesia adalah sebesar 1,1% dan 5,7% pada
penduduk umur >15 tahun di daerah perkotaan.2 Salah satu provinsi yang memiliki prevalensi
DM diatas prevalensi nasional adalah Jawa Tengah, dengan Kota Magelang sebagai kota
dengan prevalensi DM tertinggi di Jawa Tengah pada tahun 2011, yaitu sebesar 7,99%.3
Pengelolaan DM yang tidak dilakukan dengan baik, khususnya dalam hal
pengendalian kadar glukosa darah dapat menimbulkan komplikasi pada pembuluh darah otak,
mata, jantung, ginjal dan kaki yang mengakibatkan terjadinya kebutaan, gagal ginjal,
penyakit kardiovaskular, stroke serta amputasi pada kaki.4,5 Pengelolaan DM merupakan hal
yang penting mengingat penyakit ini diderita seumur hidup. Oleh sebab itu, upaya untuk
mencegah atau memperlambat terjadinya komplikasi perlu dilakukan, melalui upaya
pengendalian kadar glukosa darah dengan salah satu indikatornya yaitu kadar glukosa darah
puasa.1 Namun, dari beberapa penelitian diketahui bahwa sebagian besar penderita diabetes
memiliki kadar glukosa darah yang tidak terkendali dengan baik. Hasil penelitian di 6 negara
Amerika Latin menunjukkan bahwa 57% penderita DM tipe 2 memiliki kendali kadar
glukosa darah yang buruk.6 Berdasarkan penelitian DiabCare di 12 negara Asia, diketahui
jumlah penderita DM tipe 2 dengan kendali glukosa darah yang buruk mencapai 68%.7
Penelitian yang dilakukan DiabCare tahun 2008 di Indonesia menunjukkan 47,2%
penderita DM tipe 2 memiliki kendali glukosa darah yang buruk, yakni kadar glukosa plasma
puasa >130mg/dl.8 Penelitian pada beberapa rumah sakit di Indonesia juga menunjukkan
kendali kadar glukosa darah penderita DM tipe 2 sebagian besar masih buruk. Berdasarkan
penelitian di Poli DM RS Cipto Mangunkusumo tahun 2003, sebanyak 46% pasien DM tipe 2
memiliki kadar glukosa darah tidak terkendali.9 Penelitian lain di Poliklinik Penyakit Dalam
RS Roemani Muhammadiyah Semarang menemukan 46,3% penderita DM tipe 2 memiliki
kendali glukosa darah yang buruk.10 Berdasarkan survey awal peneliti di Poliklinik Penyakit
Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang bulan Februari 2013 diketahui bahwa sebanyak
Tinjauan Teoritis
Pengendalian Kadar Glukosa Darah
Pemantauan status metabolik penderita DM merupakan salah satu bagian dari
pengelolaan DM. Hasil pemantauan digunakan untuk menilai manfaat pengobatan, sebagai
pedoman penyesuaian diet, latihan jasmani dan obat-obatan agar mencapai kadar glukosa
darah senormal mungkin, serta menghindari terjadinya hiperglikemia maupun hipoglikemia.5
Salah satu penilaian status metabolik penderita DM adalah dengan pemantauan
pengendalian kadar glukosa darah. Pengendalian kadar glukosa darah berarti menjaga kadar
glukosa darah agar sedapat mungkin mendekati normal.5 Kriteria pengendalian kadar glukosa
darah berdasarkan PERKENI tahun 2006 dibedakan menjadi 3 yaitu: baik (80 - <100 mg/dl),
sedang (100-125 mg/dl) dan buruk (≥126 mg/dl).
Penggunaan kadar glukosa darah puasa sebagai indikator pengendalian kadar glukosa
darah sering dijumpai dalam praktik pelayanan kesehatan pada pasien DM yang tidak
tergantung insulin. Hal ini disebabkan karena pemeriksaan kadar glukosa darah puasa lebih
murah dan mudah serta memberikan informasi yang langsung tersedia sehingga dapat
digunakan untuk melakukan tindak lanjut maupun evaluasi intervensi yang telah diberikan.
Selain itu, kadar glukosa darah puasa memiliki korelasi dengan kadar HbA1C.11
Metode Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Penelitian dilakukan bulan
April-Mei 2013 di Poliklinik Penyakit Dalam RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang. Pengambilan
sampel menggunakan metode consecutive sampling dan perhitungan sampel menggunakan
rumus uji beda 2 proporsi dengan α=5% dan 1-β=80% sehingga diperoleh sampel sebanyak
Hasil Penelitian
Rentang nilai kadar glukosa darah 86 responden berkisar antara 87 mg/dl - 315 mg/dl
dengan nilai rata-rata 150.86 mg/dl. Sebanyak 61,6% responden termasuk dalam kategori
memiliki pengendalian kadar glukosa darah buruk, 31,4% responden termasuk kategori
sedang, dan hanya 7% responden yang memiliki pengendalian kadar glukosa darah baik.
Umur responden rata-rata 56,2 tahun dengan usia termuda 32 tahun dan tertua 76 tahun.
Berdasarkan uji statistik, tidak terdapat perbedaan rata-rata umur pada kelompok
Pembahasan
Sebagian besar responden (61,6%) memiliki pengendalian kadar glukosa darah yang
buruk. Beberapa penelitian lain di Indonesia juga menunjukkan buruknya pengendalian kadar
glukosa darah penderita DM tipe 2. Penelitian terhadap pasien DM tipe 2 di Puskesmas
Pancoran menunjukkan bahwa 62% responden memiliki pengendalian kadar glukosa darah
yang buruk.29 Buruknya pengendalian kadar glukosa darah pada penderita DM berpengaruh
terhadap terjadinya berbagai macam penyakit komplikasi yang dapat menyebabkan
terjadinya kebutaan, gagal ginjal, penyakit kardiovaskular, stroke, amputasi pada kaki serta
meningkatkan risiko kematian.4,5
Kesimpulan
Sebagian besar (61,6%) responden penelitian memiliki pengendalian kadar glukosa
darah yang buruk. Gambaran responden penelitian yaitu berumur rata-rata 56,2 tahun,
sebagian besar berjenis kelamin perempuan dan memiliki durasi penyakit 4 tahun atau lebih.
Sebagian besar responden memiliki tingkat kepatuhan minum obat sedang dan tidak patuh
terhadap diet. Rata-rata asupan karbohidrat, protein dan lemak berturut-turut 207,9 gram,
42,4 gram dan 32,4 gram. Rata-rata asupan serat rendah dan rata-rata indeks glikemik
termasuk dalam indeks glikemik rendah. Karakteristik lain yaitu sebagian besar responden
memiliki aktivitas fisik sedang, berpengetahuan buruk dan rata-rata skor dukungan keluarga
positif dan negatif yaitu 15,9 dan 8,8.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan pengendalian kadar glukosa darah yaitu:
kepatuhan minum obat, kepatuhan diet, asupan lemak, pengetahuan dan dukungan keluarga
positif. Sedangkan faktor-faktor yang tidak berhubungan yaitu umur, jenis kelamin, durasi
penyakit, asupan (karbohidrat, protein, serat, indeks glikemik), aktivitas fisik, dan dukungan
keluarga negatif.
Kepustakaan
1. PERKENI. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta: Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
2. Departemen Kesehatan RI. (2008). Laporan Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta: Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
3. Dinkes Propinsi Jawa Tengah. (2011). Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah Tahun
2011. Semarang: Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah.
4. Wahlqvist, Mark L. et al. (1997). Food and Nutrition: Australasia, Asia and the Pacific.
Sydney: Allen and Unwin Pty Ltd.
5. Soegondo, Sidartawan et al. (2007). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
6. Gagliardino, Juan Jose et al. (2001). Evaluation of the quality of care for diabetic patients
in Latin America. Pan American Journal of Public Health, 10(5): 305-310. Diakses dari
www.scimagojr.com pada 20 Februari 2013.