Dosen Pengampuh :
Ir. Kemala Jeumpa, M.T.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah
Critical journal ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fisika Bangunan. Penulis
juga berterima kasih pada Ibu Ir. Kemala Jeumpa, M.T. selaku Dosen mata kuliah “Fisika
Bangunan” yang telah memberikan tugas ini.
Diharap makalah critical journal ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai fisika bangunan secara mendalam lagi. Penulis
juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam penulisan tugas ini terdapat banyak kekurangan-
kekurangan dan jauh dari apa yang penulis harapkan. Untuk itu, penulis berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah critical journal sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri
maupun orang yang membacanya. Demi kesempurnaan Critical Journal Review ini, maka
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari dosen pengampuh dan
pembaca.
M FAKHRI AZIZ
NIM: 5173510033
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Aliran udara (angin) adalah udara yang bergerak (Szokolay, 1980) karena adanya
perbedaan tekanan di permukaan bumi. Boutet (1987) membagi pola aliran udara atas 3
kategori, yakni pola aliran udara laminar (berlapis) yang cenderung sejajar dan mudah
diprediksi, pola aliran udara turbulen (bergolak) yang acak dan susah diprediksi, dan pola
aliran udara separated (terpisah) yang kecepatan anginnya berkurang walaupun tetap bergerak
sejajar. Selain ketiga pola aliran udara ini, Lechner (2007) menambah pola aliran udara eddy
(berpusar). Sewaktu angin mencapai permukaan bangunan, ia akan memadatkan dan
menciptakan tekanan positif (+) (windward). Kemudian udara akan dibelokkan ke sisi
bangunan tersebut, sehingga tercipta tekanan negatif (-) (leeward).
Terdapat 3 hal yang mempengaruhi pola aliran udara dan kecepatan angin pada skala
lingkungan, yakni bentuk lahan, vegetasi, dan bangunan (Boutet, 1987). Struktur bangunan
membelokkan, menghalangi, dan mengarahkan aliran udara di sekitarnya, serta mengurangi
maupun menambah kecepatan aliran udaranya. Selain itu, terbentuk pula area tenang baik
pada sisi yang menghadap arah datangnya angin maupun pada sisi yang membelakangi arah
datangnya angin. Area tenang adalah area dimana pergerakan udara nyaris tidak terasa. Area
tenang pada sisi yang membelakangi arah datangnya angin selalu lebih besar daripada pada
sisi yang menghadap arah datangnya angin.
Lebih lanjut, menurut Boutet (1987), aliran udara pada skala bangunan dipengaruhi
oleh beberapa hal, antara lain: bangunan itu sendiri, vegetasi di sekitar bangunan, pagar di
sekitar bangunan, dan bangunan sekitarnya. Adapun pada bangunan itu sendiri, terdapat
beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pola aliran udara dan kecepatan angin, seperti
konfigurasi, orientasi, tinggi, teritis, bentuk atap, dan bentuk-bentuk arsitektural lainnya.
Menurut (Lippsmeier, 1997), atap merupakan bagian terpenting dari sebuah bangunan.
Berdasarkan bidang dan orientasinya, atap adalah bagian bangunan yang paling banyak
terkena cahaya, dan merupakan bagian yang paling bertanggung jawab terhadap kenyamanan
ruangan dan juga terhadap kerusakan akibat gempa dan angin topan. Kemiringan atap
bangunan akan menentukan dimensi bayangan angin (leeward) dan olakan (eddy) yang
terjadi di bayangan angin tersebut. Kemiringan atap diukur berdasarkan perbandingan antara
tinggi atap dan setengah lebar atap.
BAB II
RINGKASAN JURNAL
Biografi Jurnal
1. Nama penulis : Siti Belinda Amri
La Ode Abdul Syukur
2. Judul jurnal : ANALISIS ALIRAN ANGIN PADA ATAP MIRING
MELALUI UJI SIMULASI FLOW DESIGN
3. Tahun : 2007
4. Volume, Nomor :4, Nomor 2
5. Halaman :136-143
6. Kota/Negara :Kendari/Indonesia
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa pada posisi tekanan udara
yang rendah di permukaan atap berubah-ubah sesuai dengan sudut bangunan. Selain itu,
sudut juga mempengaruhi nilai drag coefficient yang diperoleh. Semakin besar sudut suatu
bangunan berarti semakin tinggi pula ketinggian bangunan yang secara langsung membuat
semakin luas bidang yang bersentuhan langsung dengan angin datang. Bangunan dengan
sudut 60o memiliki nilai luas bidang atap yang besar yakni 72 m2 serta nilai drag coefficient
atau gaya hambat yang paling besar yakni 1,4. Hal ini berarti atap dengan sudut yang besar
(atap runcing) dapat dikategorikan sebagai bangunan dengan gaya aerodinamis terendah atau
merupakan jenis bangunan yang beresiko tinggi mengalami kerusakan akibat angin.
Saran
Dalam jurnal ini sebaiknya diberikan penjelasan yang lengkap tanpa mengurangi
contoh–contoh yang akan menjelaskan maksud jurnal. Dengan penjelasan yang jelas dan
pengguanaan bahasa yang ridak rancu akan memudahkan pembaca untuk memahami isi
jurnal.
Sebaiknya pada daerah berangin menghindari bentuk atap dengan sudut besar/landai.
Rumah-rumah di daerah berangin dapat menggunakan atap dengan sudut kecil atau atap
dengan model lekukan agar lebih aerodinamis, seperti bentuk atap mansard atau kampung
srotongan.
DAFTAR PUSTAKA
Bhandari NM, Krishna P. (2011) An Explanatory handbook on proposed IS- 875 (Part
3): Wind loads on buildings and structure. IITK-GSDMA Project on Building Codes.
Driss, Z., & Kammoun, I. K. (2014). Impact of Shape of Obstacle Roof on the
Turbulent Flow in a Wind Tunnel. American Journal of Energy Research, 90-98.
Groat, Linda N., David Wang (2002), Architectural Research Methods, New York:
John Wiley and Sons.
Guirguis, N., El-Aziz, A. A., & Nassief, M. (2007). Study of wind effects on different
buildings of pitched roofs. Desalination, 190–198.
Mujiasih, S., & Primadi S.T., (2014), Analisis Kejadian Puting Beliung Tanggal 11
Desember 2013 di Wilayah Denpasar Bagian Selatan–Bali, Prosiding Workhop Operasional
Radar dan Satelit Cuaca, Jakarta: BMKG.
Tominaga, Y., Akabayashi, S., Kitahara, T., & Arinami, Y. (2015). Air flow around
isolated gable-roof building with different roof pitches: Wind Tunnel experiments and CFD
Simulation. Building and Environment, 204-213.