Anda di halaman 1dari 4

ESSAY 1

PERAN MAHASISWA KEDOKTERAN DALAM SUSTAINABLE


DEVELOPMENT GOALS

“Let us develop a new generation of sustainable development goals to pick up where the
MDGs leave off. Let us agree on the means to achieve them” –– UN General Secretary –
Ban Ki Moon

Pernyataan diatas menunjukkan bahwa dunia telah bertransformasi menuju target


baru untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Sustainable Development Goals atau
SDG’s adalah seperangkat program dan target yang ditujukan agar negara-negara di
seluruh dunia mempunyai visi pembangunan berkelanjutan yang sama (Kemenkes RI,
2015). Apalagi sejak dilaksanakannya sidang umum Perserikatan Bangsa–Bangsa (PBB)
pada 25 September 2015 lalu di New York, Amerika Serikat, yang secara resmi telah
mengesahkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan atau SDGs sebagai kesepakatan
pembangunan global. Dihadiri oleh sekurangnya 193 kepala negara hadir, termasuk Wakil
Presiden Jusuf Kalla, turut mengesahkan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 untuk
Indonesia. Sehingga mulai tahun 2016, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs)
2015–2030 secara resmi menggantikan Tujuan Pembangunan Millennium (MDGs) 2000–
2015. SDGs berisi seperangkat tujuan transformatif yang disepakati dan berlaku bagi
seluruh bangsa tanpa terkecuali.

Namun melihat faktanya sekarang, berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)


2018, mencatat bahwa Kementerian Kesehatan hanya mampu mengurangi angka stunting
dari 37,2 persen menjadi 30,8 persen selama lima tahun. Sedangkan gizi buruk tak
berkurang banyak, dari 19,6 persen menjadi 17,6 persen. Di sisi lain, angka obesitas justru
mengalami peningkatan dari 14,8 persen menjadi 21,8 persen. Program-program
pemerintah melalui Kementerian Kesehatan di bidang gizi patut untuk dievaluasi kembali.
Perkembangan penyakit tidak menular juga patut menjadi catatan. Hampir semua penyakit
tidak menular mengalami peningkatan seperti kanker, stroke, gangguan ginjal kronis,
diabetes, dan hipertensi.
Padahal salah satu poin penting di SDGs yang berisi 17 Tujuan adalah Good Health
and Well-Being. Sehingga sudah sepantasnya salah satu sektor penting dalam
pembangunan yang berkelanjutan ini adalah sektor kesehatan, apalagi Indonesia
mencanangkan target mencapai cakupan universal bagi masyarakat di tahun 2019.
Mahasiswa hendaknya memiliki langkah nyata dalam melakukan pengabdian masyarakat
dan bergerak untuk mewujudkan cita-cita bangsa. Melalui target pasca MDG’s yaitu
SGD’s meningkatkan derajat kesehatan bangsa dengan bersama-sama mewujudkan
Universal Heath Coverage sesuai target sehingga dapat mendukung tercapainya program
SDG’s.

Menjadi Mahasiswa, khususnya Mahasiswa kedokteran jangan hanya terjebak


pada rutinitas sempit yang hanya mempelajari segala sesuatu tentang penyakit sehingga
akibatnya kewajiban untuk menyehatkan rakyat Indonesia hanya sekedar menganjurkan
obat, vitamin, dan sebagainya. Yang banyak dilupakan oleh Mahasiswa kedokteran bahwa
selain melakukan intervensi fisik, dokter juga berperan dalam intervensi mental dan social
di tengah masyarakat. Apalagi melihat faktanya pada 2018, bahwa penyakit mental terus
mengalami peningkatan, tentu saja hal ini merupakan hal yang sangat memprihatinkan.
Harus diingat bahwa kelak dokter tidak semata-mata hanya berkiprah sebagai
sosok professional yang hanya menjadi agen pengobatan (agent of treatment) semata,
namun juga sebagai pelaku pengubah (agent of social change) dan pelaku signifikan dalam
pembangunan (agent of development). Maka, mengetahui permasalahan bangsa terutama
mengenai kesehatan dan bergerak dalam rangka mewujudkan perubahan kearah yang lebih
baik merupakan sesuatu yang harus dilakukan Mahasiswa kedokteran.

Mahasiswa kedokteran harus sudah mulai membuka mata, hati, dan pikiran dalam
diri agar lebih mengenal kompetensi inti dan membangun kapasitas dalam berkontribusi
serta menjawab permasalahan masyarakat, terutama dalam mendukung pembangunan
berkelanjutan. Tugas Mahasiswa kedokteran tidak hanya berkutat dalam ruang lingkup
akademis saja, namun ada beban serta tanggungjawab moril yang lebih besar dari itu, yaitu
menjadi bermanfaat bagi masyarakat, bangsa, dan negara. Sehingga peran Mahasiwa
kedokteran sebagai event organizer menjadi basis pembentukan karakter Mahasiswa ideal
dan menghilangkan stigma masyarakat tentang citra buruk Mahasiswa kedokteran yang
terlihat apatis, individualis, pragmatis, dan oportunis.

Peran Kontributif Mahasiswa Kesehatan Sebagai Agent Of Health

Sebagai mahasiswa Kesehatan memiliki peran khusus yang sesuai dengan


perspektif untuk mewujudkan tercakupnya seluruh masyarakat terhadap Jaminan
Kesehatan Nasional. Di Indonesia terdapat 485.049 mahasiswa kesehatan yang tersebar di
seluruh perguruan tinggi negeri/swasta di Indonesia tahun 2013 (Dikti.go.id, 2015). Ini
merupakan potensi bagi negara untuk memanfaatkan mahasiswa kesehatan dalam
mendukung program pemerintah meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia. Isu terkini
yang sedang banyak dibahas di Indonesia adalah cita-cita untuk mencapai Universal
Health Coverage di tahun 2019.
Sebagai agent of health, mahasiswa dapat membuat masyarakat menjadi lebih
peduli dengan kesehatan dan faham bahwa kesehatan adalah suatu investasi bukan
konsumsi. Peran mahasiswa kesehatan tidak terlepas dari pengontrolan permasalahan
kesehatan, pengkritikan kebijakan pemerintah di bidang kesehatan dan tentu saja
pemberian solusi dan rekomendasi bagi pemerintah yang tujuannya adalah untuk
perbaikan kesehatan rakyat Indonesia.
Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(Sisdiknas) No.20 Tahun 2003 pasal 20 ayat 2 dikatakan : “Perguruan tinggi berkewajiban
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat” (Syaoran,
2011). Program ini adalah salah satu program yang dapat mendukung kebijakan SDG’s
dalam meningkatkan derajat kesehatan di Indonesia dan mencapai tujuan untuk terciptanya
kemerataan akses jaminan kesehatan di daerah terpencil.

Jika kita berani menjadi mahasiswa, mau menyadari akan perannya demi sebuah
perubahan atas nama kesehatan dan kesejahteraan, maka seharusnya ada keberanian untuk
menempati posisinya dalam peran besar sebagai agent of health dengan penuh kesadaran
atas nama nasionalis untuk bersatu dan berjuang demi keberhasilan pembangunan
kesehatan dalam pembangunan nasional sesuai dengan tujuan dan cita-cita negara
mewujudkan kesetaraan di berbagai wilayah di Indonesia khususnya akses terhadap
jaminan kesehatan. Bersama-sama berkontribusi mewujudkan Universal Health Coverage
dalam mendukung target SDG’s dapat tercapai dalam periode transisi memanfaatkan
potensi bonus demografi secara optimal. Ketika derajat kesehatan masyarakat meningkat,
maka saat itulah kesejahteraan untuk masyarakat akan tercapai.

Anda mungkin juga menyukai